dhea dutriana.docx

62
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Setiap tahun dekitar 160 juta perempuan di seluruh dunia hamil. Sebagian besar kehamilan ini berlangsung dengan aman. Namun, sekitar 15 % menderita komplikasi berat, dengan sepertiganya merupakan komplikasi yang mengancam jiwa ibu. Komplikasi ini mengakibatkan kematian lebih dari setengah juta ibu setiap tahun. Dari jumlah ini diperkirakan 90 % terjadi di Asia dan Afrika subsahara, 10 % dinegara berkembang lainnya, dan kurang dari 1 % di negara negara maju (Sarwono, 2010). Menurut Badan Kesehatan Dunia World Health Organization (WHO) melaporkan bahwa prevalensi ibu- ibu hamil yang mengalami defisiensi besi sekitar 35-75% serta semakin meningkat seiring dengan bertambah usia kehamilan. Di Indonesia prevalensi

Transcript of dhea dutriana.docx

Page 1: dhea dutriana.docx

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Setiap tahun dekitar 160 juta perempuan di seluruh dunia hamil.

Sebagian besar kehamilan ini berlangsung dengan aman. Namun, sekitar 15

% menderita komplikasi berat, dengan sepertiganya merupakan komplikasi

yang mengancam jiwa ibu. Komplikasi ini mengakibatkan kematian lebih

dari setengah juta ibu setiap tahun. Dari jumlah ini diperkirakan 90 %

terjadi di Asia dan Afrika subsahara, 10 % dinegara berkembang lainnya,

dan kurang dari 1 % di negara negara maju (Sarwono, 2010).

Menurut Badan Kesehatan Dunia World Health Organization

(WHO) melaporkan bahwa prevalensi ibu-ibu hamil yang mengalami

defisiensi besi sekitar 35-75% serta semakin meningkat seiring dengan

bertambah usia kehamilan. Di Indonesia prevalensi anemia pada kehamilan

masih tinggi yaitu sekitar 40, 1 % (SKRT, 2008)

Berdasarkan kesepakatan global Millenium Development Goals,

2000 (MDGs) pada tahun 2015 diharapkan Angka Kematian Ibu (AKI)

menurun sebesar tiga perempatnya dalam kurun waktu 1990-2015 dan

Angka Kematian Bayi (AKB) serta Angka Kematian Balita (AKAKA)

menurun sebesar dua pertiga dalam kurun waktu 1990-2015. Oleh karena itu

Indonesia mempunyai komitmen untuk menurunkan Angka Kematian Ibu

menjadi 102/100.000 Kelahiran Hidup (KH), Angka Kematian Bayi dari 68

menjadi 23/1.000 KH dan Angka Kematian Balita 97 menjadi 32/1.000 KH

Page 2: dhea dutriana.docx

2

pada tahun 2015 (Stalker, 2009).

Menurut Survey Dasar Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2011 di

Indonesia AKI sebesar 228 per 100.000 KH, AKB sebesar 23/1000 KH,

meskipun demikian angka tersebut masih tertinggi di Asia. Sementara

Target Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) ada

sebesar 226 per 100.000 KH untuk AKI dan 20/1000 KH untuk AKB

(Depkes RI, 2012).

Berdasarkan survey terakhir di Sumbar pada tahun 2012 AKI

sebanyak 212/100.000 KH masih jauh dibandingkan dengan target AKI

2015, maka pihak-pihak yang terkait dengan ini mesti bekerja untuk terus

menekan AKI. Data AKI ini diungkapkan Kepala Dinas Kesehatan Provinsi

Sumbar Rosnini Syafitri saat membuka iven Pekan MDGs 2012. Dibanding

tahun 2011 lalu dimana AKB di Sumatera Barat masih tergolong tinggi atau

diatas rata-rata Nasional. Di Sumatera Barat capaian AKB 47/1.000 KH,

AKN 34/1.000 KH, akaba 62/1.000 KH (Advetorial Padek, 2012).

Kematian ibu dibagi menjadi kematian langsung dan tidak langsung

adalah sebagai akibat komplikasi kehamilan, persalinan, atau masa nifas,

dan segala intervensi atau penanganan tidak tepatdari komplikasi tersebut.

Kematian ibu tidak langsung merupakan akibat dari penyakit yang sudah aad

atau penyakit yang timbul sewaktu kehamilan yang berpengaruh terhadap

kehamilan, misalnya malaria, anemia, hiv/aids, dan penyakit kardiovaskuler.

Salah satu kesakitan yang utama adalah Anemia. Ibu yang anemia tidak

dapat menoleransi kehilangan darah seperti perempuan sehat tanpa anemia.

Page 3: dhea dutriana.docx

3

Pada waktu persalinan, kehilanagn darah 1.000 ml tidak mengakibatkan

kematian pada ibu sehat, tetapi pada ibu anemia kehilangan darah kurang

dari itu dapat berakibat fatal. (Sarwono, 2010)

Anemia adalah kondisi dimana berkurangnya sel – sel darah merah

(eritrosit) dalam sirkulasi darah atau massa hemoglobin sehingga tidak

mampu memenuhi fungsinya sebagai pembawa oksigen ke seluruh jaringan

(Tarwoto dan Wasnidar, 2007)

Anemia memiliki komplikasi yang banyak terhadap kesehatan ibu

maupun janin, yaitu meningkatkan resiko terjadinya abortus, partus lama

karena inersia uterus, perdarahan pasca persalianan karena antonia uteri,

syok, infeksi intra persalinan maupun paca persalianan, payah jantung pada

anemia yang sangat berat, hingga kematian bagi ibu. Janin yang

dikandunganya dapat mengalami kematian, prematuritas, cacat bawaan,

hingga kekurangan cadangan besi (Kapita Selekta Kedokteran UI, 2000)

Pada wanita hamil anemia meningkatkan frekuensi komplikasi pada

kehamilan dan persalinan. Resiko kematian maternal, angka prematuritas,

berat badan bayi lahir rendah (BBLR) dan angka kematian prenatal

meningkat. Disamping itu, pendarahan antepartum dan post partum lebih

sering dijumpai pada wanita yang anemis dan lebih sering berakibat fatal.

Dampak anemia pada kehamilan bervariasi dari keluhan yang sangat ringan

hingga terjadinya gangguan kelangsungan kehamilan (abortus, partus

prematur), gangguan proses persalinan (inertia, atonia, partus lama,

pendarahan), gangguan pada masa nifas (subinvolusi rahim, daya tahan

Page 4: dhea dutriana.docx

4

terhadap infeksi dan stress, produksi ASI rendah) dan gangguan pada janin

(abortus, dismaturitas, BBLR, kematian prenatal, dan lain-lain) (Saifuddin

2009).

Anemia dalam kehamilan yang paling sering dijumpai adalah anemia

zat besi, karena anemia defisiensi besi yang merupakan 95 % dari anemia

pada wanita hamil (Obsetri Patologi, UNPAD Bandung)

Anemia defisiensi zat besi adalah penurunan jumlah sel darah merah

dalam tubuh yang disebabkan oleh zat besi yang terlalu sedikit (Proverawati,

2011). Anemia defisiensi zat besi terjadi karena konsumsi zat besi yang

rendah dari pola makanan yang sebagian besar terdiri dari nasi, dan menu

makanan yang kurang beraneka ragam. Adapun penyebab lainnya yaitu

tingginya paritas yang dimiliki oleh ibu.

Ibu yang pernah hamil/melahirkan anak 4 kali atau lebih, karena ibu

sering melahirkan maka kemungkinan ibu akan menderita keadaan anemia

saat hamil (Poedji Rochjati, 2003)

Pada ibu hamil yang jarak kehamilannya dengan anak terkecil yaitu

kurang dari 2 tahun. Kesehatan fisik dan rahim ibu akan terganggu, keadaan

fisik dan rahim ibu masih butuh cukup istirahat, ada kemungkinana ibu

masih menyusui, dan butuh perhatian ibunya. Bahaya yang dapat terjadi

yaitu bayi lahir dengan keadaan BBLR, prematuritas, serta terjadinya

perdarahan pasca persalianan (Poedji Rochjati, 2003)

Jika jarak kehamilan terlalu dekat dengan kehamilan sebelumnya,

maka akan banyak resiko yang menimpa baik ibu maupun janinnya. Rahim

Page 5: dhea dutriana.docx

5

yang masih belum pulih akibat persalinan sebelumnya belum bisa

memaksimalkan pembentukan cadangan makanan bagi janin dan untuk ibu

sendiri. Akibatnya bayi akan terlahir dengan berat badan rendah, kekurangan

zat gizi sehingga bayi menjadi tidak sehat. Selain itu bayi juga rentan

terhadap kelainan plasenta, gangguan pertumbuhan janin dan penelitian

terakhir menunjukkan bayi dengan jarak kehamilan terlalu dekat rentan

terkena autisme. Semua ini tentunya akan mengurangi kualitas dari bayi itu

sendiri. Bagi ibu sendiri meningkatkan resiko terkena anemia akut. Ibu

hamil yang terkena anemia akut akan meningkatkan risiko terhadap

perdarahan, komplikasi kehamilan, bayi terlahir prematur, risiko perdarahan

saat persalinan dan risiko terburuk yaitu keguguran (Proverawati, 2011).

Berdasarkan data Dinas Kesehatan Kota Pariaman pada tahun 2014

terdapat 1.879 orang sasaran ibu hamil. Laporan hasil pemeriksaan Hb

menunjukkan bahwa angka kejadian anemia pada ibu hamil sebanyak 473

orang (25, 2%). Dari 7 puskesmas yang ada di Kota Pariaman, wilayah kerja

Puskesmas Naras ternyata memiliki angka kejadian anemia pada ibu hamil

yang tertinggi, yaitu sebanyak 143 dari 247 orang (57, 9%). Hasil survei

awal yang peneliti lakukan pada 10 orang ibu hamil yang datang berkunjung

di Puskesmas Naras diketahui bahwa 7 orang diantaranya ternyata memiliki

anak lebih dari 4. Selain itu dilihat dari jarak kehamilan ditemukan bahwa 5

orang ibu hamil ternyata memiliki jarak kehamilan yang kurang dari 2 tahun

dari kehamilan mereka sebelumnya

Mengingat begitu seriusnya akibat yang bisa timbul oleh adanya

anemia selama kehamilan serta masih tingginya angka prevalensi anemia

Page 6: dhea dutriana.docx

6

pada wanita hamil di wilayah kerja Puskesmas Naras maka peneliti tertarik

untuk melakukan penelitian ini dengan judul: “Hubungan paritas dan

interval kehamilan dengan kejadian anemia pada ibu hamil di wilayah kerja

Puskesmas Naras tahun 2015”.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas. maka rumusan masalah dalam

penelitian ini adalah “Apakah ada hubungan paritas dan interval kehamilan

dengan kejadian anemia pada ibu hamil di wilayah kerja Puskesmas Naras

tahun 2015”.

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan Umum

Untuk mengetahui “hubungan paritas dan interval kehamilan

dengan kejadian anemia pada ibu hamil di wilayah kerja Puskesmas

Naras tahun 2015”.

1.3.2 Tujuan Khusus

1.3.2.1 Diketahuinya distribusi frekuensi paritas ibu hamil di wilayah

kerja Puskesmas Naras tahun 2015.

1.3.2.2 Diketahuinya distribusi frekuensi interval kehamilan ibu

hamil di wilayah kerja Puskesmas Naras tahun 2015.

1.3.2.3 Diketahuinya distribusi frekuensi kejadian anemia pada ibu

hamil di wilayah kerja Puskesmas Naras tahun 2015

1.3.2.4 Diketahuinya hubungan paritas dengan kejadian anemia pada

ibu hamil di wilayah kerja Puskesmas Naras tahun 2015.

Page 7: dhea dutriana.docx

7

1.3.2.5 Diketahuinya hubungan interval kehamilan dengan kejadian

anemia pada ibu hamil di wilayah kerja Puskesmas Naras

tahun 2015

1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Bagi Peneliti

Sebagai suatu bentuk pengaplikasian ilmu yang didapat

peneliti selama di bangku kuliah, sehingga dapat menambah

wawasan dan meningkatkan pengetahuan peneliti dalam

mempersiapkan, mengumpulkan, mengolah, menyimpulkan, dan

menginformasikan data temuan.

1.4.2 Bagi Tempat Penelitian

Sebagai masukan kepada petugas kesehatan dalam

memberikan informasi tentang anemia pada kehamilan dan

pemasalahannya kepada ibu hamil sehingga dapat menurunkan angka

kejadian anemia pada kehamilan.

1.4.3 Bagi Intitusi Kesehatan

Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai masukan untuk

perpustakaan khususnya bagi Mahasiswa Kebidanan.

1.5 Ruang lingkup

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui Hubungan paritas dan

interval kehamilan dengan kejadian anemia pada ibu hamil yang

direncanakan pada bulan Februari s/d Juli Tahun 2015 dengan populasi

sebanyak 247 orang ibu hamil. Pengambilan sampel dalam penelitian ini

Page 8: dhea dutriana.docx

8

secara accidental sampling. Variabel independen paritas dan internal

kehamilan dan variabel dependen adalah kejadian Anemia. Penelitian ini

bersifat kuantitatif dengan desain deskriptif analitik menggunakan

pendekatan cross sectional study. Data diperoleh melalui kuesioner dengan

pemberian angket kepada responden. Penelitian ini untuk menguji hubungan

variabel dependen dengan variabel independen dengan Analisa Univariat

dan Bivariat.

Page 9: dhea dutriana.docx

9

BAB II

LANDASAN TEORI

2.1 Paritas

2.1.1. Defenisi Paritas

Paritas adalah jumlah anak yang pernah dilahirkan baik lahir hidup

maupun lahir mati (Azhari, 2006). Paritas juga merupakan jumlah beberapa

kali seorang wanita yang telah melahirkan anak yang dimulai dari masa

reproduksinya sampai berhenti haid (menopause) (Sarwono, 2008). Macam-

macam paritas :

1. Primipara adalah wanita yang telah melahirkan seorang anak, yang cukup

besar didunia luar (matur atau prematur).

2. Multipara adalah seorang wanita yang telah melahirkan lebih dari seorang

anak.

3. Grandemultipara yaitu ibu dengan jumlah kehamilan dan persalinan lebih

dari 6 kali masih banyak terdapat. Resiko kematian maternal dari

golongan ini adalah 8 kali lebih tinggi dari yang lainnya (Mochtar, 2005)

Paritas 2-3 merupakan paritas paling aman ditinjau dari sudut

kematiaan maternal. Paritas yang lebih dari 4 mempunyai angka kematian

maternal lebih tinggi, sedangkan risiko pada paritas tinggi dapat dikurangi

atau dicegah dengan keluarga berencana. Ada beberapa golongan ibu hamil

yang dikatakan memiliki resiko tinggi walaupun dalam kesehariannya hidup

sehat dan tidak menderita suatu penyakit. Hal ini akan membahayakan bagi

9

Page 10: dhea dutriana.docx

10

ibu dan akan mengancam janinnya, salah satunya yaitu dengan paritas lebih

dari 4 dan interval kehamilan kurang dari 2 tahun (Weni Kristiyanasari,

2010).

Paritas ibu sangat berpengaruh terhadap kesehatan ibu, ibu dengan

anak yang lebih banyak akan lebih rentan terhadap penyakit dan mengalami

penuaan yang lebih cepat. Masalah yang menyangkut kesehatan reproduksi

salah satunya adalah paritas (Azhari, 2006).

Beberapa penelitian menunjukkan bahwa semakin banyak jumlah

kelahiran maka semakin tinggi kejadian anemia karena setelah persalinan

dan lahirnya plasenta dan perdarahan, ibu akan kehilangan zat besi sekitar

900 mg jika setelah persalinan kebutuhan zat besi tidak terpenuhi serta

terjadi persalinan yang berulang-ulang maka risiko ibu anemia pada

kehamilan berikutnya lebih tinggi (Manuaba, 2010).

2.1.2 Interval Kehamilan

1. Defenisi

Jarak kehamilan adalah Waktu sejak ibu hamil sampai terjadinya

kehamilan berikutnya.

2. Jarak Kehamilan Yang Baik

Sebelum kehamilan berlangsung sebaiknya jarak kehamilan lebih

dari 2 tahun. Untuk mendorong kesehatan reproduksi yang optimal adalah

kehamilan sebaiknya dengan jarak lebih 2 tahun, jumlah kehamilan,

kelahiran 2 sampai 3 orang mempunyai optimalisasi kesehatan.

Page 11: dhea dutriana.docx

11

3. Keuntungan Pengaturan Jarak Kehamilan

1. Angka kematian bayi turun sebesar 24 %

2. Kematian anak berusia dibawah lima tahun (balita) akan mengalami

penurunan sebesar 35 %

3. Membantu perempuan memelihara kesehatan dan fertilitas atau

kesuburanya

4. Meningkatkan derajat kesehatan kualitas hidup

Seorang wanita setelah bersalin membutuhkan waktu 2 sampai

dengan 3 tahun untuk dapat memulihkan kadar Hb dan kesehatanya.

Kehamilan yang terlalu dekat meningkatkan kejadian anemia

karena status gizi ibu yang belum pulih, apalagi ibu yang mengalami

perdarahan post partum pada kehamilan yang lalu akan membutuhkan

waktu lebih lama lagi untuk memulihkan kadar Hbnya. Pengaturan jarak

antar kehamilan menjadi penting untuk diperhatikan sehingga si ibu selalu

siap menerima janin kembali tanpa harus menghabiskan cadangan zat

besinya.

Ibu hamil dengan jarak persalinan < 2 tahun dihadapkan dengan

permasalahan anemia pada ibu hamil sekitar 40 mg/hari. Dua kali lipat

pada saat kondisi normal, sedangkan cakupan cadangan zat besi pada jarak

persalinan < 2 tahun belum pulih untuk janin berikutnya. Oleh sebab itu

pengaruh jarak antar kehamilan penting untuk diperhatikan sehingga ibu

hamil siap untuk menerima janin kembali.

Penelitian yang dilakukan oleh nurhayati nasyidah tahun 2011

Page 12: dhea dutriana.docx

12

didapatkan bahwa ibu hamil dengan anemia paling sering terdapat pada

kelompok yang hamil pertama kalinya (jarak kehamilan 0 tahun) yaitu

sebesar 44, 9%. Kemudian diikuti kelompok jarak kehamilan pendek

(jarak kehamilan < 2 tahun) dan jarak kehamilan ideal (jarak kehamilan >

2 tahun) yaitu masing-masing sebesar 29, 5% dan 25, 6%. Pada penelitian

yang dilakukan Fahriansjah jumlah ibu hamil yang menderita anemia

dengan jarak kehamilan < 2 tahun tampak lebih banyak yaitu sebesar 62%

dibandingkan ibu hamil yang jarak kehamilannya > 2 tahun yaitu 38%.34

Penelitian yang dilakukan oleh Khairanis di Wilayah Kerja UPTDK

Puskesmas Desa Baru Tahun 2011 didapatkan hasil bahwa responden

yang mengalami anemia lebih tinggi pada ibu yang tingkat pendidikan

rendah (53, 5%) dibandingkan dengan ibu yang tingkat pendidikan tinggi

(27, 3%).

2.2 Anemia

2.2.1 Pengertian

Anemia atau kekurangan darah adalah suatu keadaan kronis,

ketika kadar Hemoglobin atau jumlah eritrosit berkurang. Seseorang

dianggap menderita anemia bila kadar Hb <13 g% pada pria atau <12 gr

% pada wanita. Sedangkan ibu hamil dikatakan anemia bila kadar Hb

turun dibawah 11 g% (Martini Fairus & Prasetyowati, 2010)

Anemia adalah kondisi dimana berkurangnya sel darah merah

(eritrosit) dalam sirkulasi darah atau massa hemoglobin sehingga tidak

mampu memenuhi fungsinya sebagai pembawa oksigen keseluruh

Page 13: dhea dutriana.docx

13

jaringan. Menurut WHO (1992) anemia adalah suatu keadaan dimana

kadar hemoglobin lebih rendah dari batas normal untuk kelompok

orang yang bersangkutan (Tarwoto & Wasnidar, 2007)

Anemia kehamilan yaitu ibu hamil dengan kadar Hb < 11 g%

pada trimester I dan III atau Hb < 10, 5 g% pada trimester II (Fadlun

dan Feryanto, 2012).

Kriteria anemia menurut WHO (1968) adalah :

a. Laki-laki dewasa : Hb < 13 gr%

b. Wanita dewasa tidak hamil : Hb < 12 gr%

c. Wanita hamil : Hb < 11 gr%

d. Anak umur 6-14 tahun : Hb < 12 gr%

e. Anak umur 6 bulan- 6 tahun : Hb < 11 gr%

Derajat anemia berdasarkan kadar Hemoglobin menurut WHO :

a. Ringan sekali : Hb 10 gr% - Batas Normal

b. Ringan : Hb 8 gr% - 9.9 gr%

c. Sedang : Hb 6 gr% - 7.9 gr%

d. Berat : Hb < 6 gr%

Tubuh mengalami perubahan yang signifikan saat hamil. jumlah

darah dalam tubuh meningkat sekitar 20-30%, sehingga memerlukan

peningkatan kebutuhan pasokan besi dan vitamin untuk membuat

Hemoglobin. Ketika hamil, tubuh membuat lebih banyak darah untuk

berbagi dengan bayinya (Proverawati, 2011).

Besarnya angka kejadian anemia ibu hamil pada trimester I

Page 14: dhea dutriana.docx

14

kehamilan adalah 20%, trimester II sebesar 70%, dan trimester III

sebesar 70%. Hal ini disebabkan karena pada trimester pertama

kehamilan, zat besi yang dibutuhkan sedikit karena tidak terjadi

menstruasi dan pertumbuhan janin masih lambat. Menginjak trimester

kedua hingga ketiga, volume darah dalam tubuh wanita akan meningkat

sampai 35%, ini ekuivalen dengan 450 mg zat besi untuk memproduksi

sel-sel darah merah. Sel darah merah harus mengangkut oksigen lebih

banyak untuk janin. Sedangkan saat melahirkan, perlu tambahan besi

300 – 350 mg akibat kehilangan darah. Sampai saat melahirkan, wanita

hamil butuh zat besi sekitar 40 mg per hari atau dua kali lipat kebutuhan

kondisi tidak hamil (Yuliansyah, 2009).

2.2.2 Penyebab Terjadinya Anemia

Penyebab paling umum dari anemia pada kehamilan adalah

kekurangan zat besi. Hal ini penting dilakukan pemeriksaan untuk

anemia pada kunjungan pertama kehamilan. Bahkan jika tidak

mengalami anemia pada saat kunjungan pertama, masih mungkin

terjadi anemia pada kehamilan selanjutnya (Proverawati, 2011)

Secara umum ada tiga penyebab anemia, yaitu : (1) Kehilangan

darah secara kronis, sebagai dampak perdarahan kronis seperti pada

penyakit ulkus peptikum, hemoroid, , infestasi parasit dan proses

keganasan, (2) asupan zat besi tidak cukup dan penyerapan tidak

adekuat, dan (3) peningkatan kebutuhan akan zat besi untuk

pembentukan sel darah merah yang lazim berlangsung pada masa

Page 15: dhea dutriana.docx

15

pertumbuhan bayi, masa pubertas, masa kehamilan dan menyusui

(Arisman, 2002)

Anemia dapat disebabkan oleh banyak hal, tetapi tiga

mekanisme utama tubuh yang menyebabkannya adalah:

a. Penghancuran sel darah merah yang berlebihan

b. Kehilangan darah

c. Penurunan produksi sel darah merah

(Proverawati, 2011)

Selain itu banyak faktor yang ikut mempengaruhi kejadian

anemia, antara lain pengetahuan tentang gizi khususnya anemia, tingkat

pendidikan orang tua, tingkat ekonomi, kosumsi zat gizi (protein, Fe, vit

c, vit A, Cu dan lain-lain), infeksi, kebiasaan dan lain-lain (Proverawati,

2011).

Mereka yang berdiet pun terbuka kemungkinan menderita

anemia karena diet yang berpantang telur, daging, hati, atau ikan.

Padahal jenis pangan itu sumber zat besi yang mudah diserap tubuh.

Tak heran bila para vegetarian cenderung mudah menderita anemia.

Apalagi disertai kebiasaan tidak sarapan atau frekuensi makan tidak

teratur tanpa kualitas makanan seimbang (Proverawati, 2011).

Penyebab utama anemia kurang besi tampaknya adalah karena

konsumsi zat besi yang rendah dari pola makanan yang sebagian besar

terdiri dari nasi, dan menu yang kurang beraneka ragam. Konsumsi zat

besi dari makanan tersebut sering lebih rendah dari dua pertiga

Page 16: dhea dutriana.docx

16

kecukupan konsumsi zat besi yang dianjurkan, dan susunan menu

makanan yang dikonsumsi tergolong pada tipe makanan yang rendah

(Proverawati, 2011).

Penyebab lain kurangnya pengetahuan adalah kecenderungan

wanita berdiet karena ingin mempertahankan bentuk tubuh ideal, tanpa

mempertimbangkan jumlah zat gizi penting yang masuk, terutama zat

besi dan makanan yang sebaiknya dikonsumsi selama hamil

(Proverawati, 2011)

Faktor sosial budaya sangat berperan penting dalam kosumsi

makanan serta tablet tambah darah, keadaan terakhir tadi akan semakin

parah bila masih ditambah oleh adanya patangan terhadap beberapa

jenis makanan, terutama yang kaya zat besi selama masa kehamilan.

Sebaliknya apabila wanita hamil tidak mempunyai masukan zat besi

yang cukup banyak dan tidak mendapatkan suplemen preparat besi,

sedangkan janin mengalami pertumbuhan terus dan semakin pesat,

maka janin dalam hal ini berperan sebagai perasit. Ibu akan menderita

akibatnya, dan janin umumnya dipertahankan normal, kecuali pada

keadaan yang sangat berat, misalnya kadar hemoglobin yang sangat

rendah maka zat besi yang kurang akan berpengaruh pula terhadap janin

(Proverawati, 2011).

Page 17: dhea dutriana.docx

17

2.2.3 Gejala Anemia Pada Ibu Hamil

Gejala anemia berupa wajah dan kuku pucat, rasa letih, lesu, jari

kaki dan tangan dingin, palpitasi (Martini Fairus dan Prasetyowati,

2010)

Gejala anemia pada kehamilan yaitu kelelahan, kelemahan,

pusing, dispnea, pucat, denyut jantung cepat, sesak nafas, dan

konsentrasi terganggu (Proverawati, 2011).

Tanda dan gejala anemia defisiensi besi biasanya tidak khas dan

sering tidak jelas, seperti : pucat, mudah lelah, berdebar, takikardi, dan

sesak nafas. Kepucatan bisa diperiksa pada pada telapak tangan, kuku,

dan konjungtiva palpebra. Tanda khas meliputi anemia, angular

stomatitis, glositis, disfagia, hipokloridia, koilonikia, dan pagofagia.

Tanda yang kurang khas berupa kelelahan, anoreksia, kepekaan

terhadap infeksi meningkat, kelainan perilaku tertentu, kinerja

intelektual serta kemampuan kerja menyusut (Arisman,2002 )

2.2.4 Jenis- Jenis Anemia Dalam Kehamilan

1. Anemia Karena Penurunan Produksi Sel Eritrosit

a.    Anemia defisiensi besi

Anemia defisiensi besi merupakan jenis anemia terbanyak

didunia, terutama pada negara miskin dan berkembang. Anemia

defisiensi besi merupakan gejala kronis dengan keadaan

hipokromik (konsentrasi hemoglobin berkurang), mikrositik yang

disebabkan oleh suplai besi kurang kedalam tubuh. Kurangnya besi

Page 18: dhea dutriana.docx

18

berpengaruh dalam pembentukkan hemoglobin sehingga

konsentrasinya dalam sel darah merah berkurang, hal ini akan

mneyebabkan tidak adekuatnya pengangkutan oksigen ke seluruh

jaringan tubuh (Tarwoto dan Wasnidar, 2007)

Kecendrungan ibu hamil mengalami anemia cukup tinggi

karena adanya kenaikan volume darah selama masa kehamilan. Di

Indonesia anemia umumnya disebabkan oleh kekurangan zat besi,

sehingga lebih dikenal dengan istilah anemia gizi besi. Kekurangan

zat esi ini akan menghambat pertumbuhan janin baik sel tubuh

maupun sel otak (Martini Fairus dan Prasetyowati, 2011)

Kebutuhan akan zat besi selama kehamilan meningkat.

Peningkatan ini dimaksudkan untuk memasok kebutuhan janin

untuk bertumbuh (pertumbuhan janin memerlukan banyak sekali

zat besi), pertumbuhan plasenta, dan peningkatan volume darah

ibu: jumlahnya sekitar 1.000 mg selama kehamilan (Arisman,2002)

Kebutuhan total zat besi pada kehamilan berkisar antara

580-1340 mg, dan 440-1050 mg diantaranya akan hilang dalam

tubuh ibu pada saat melahirkan (Sue Jordan,2003 )

b.     Anemia megaloblastik

Anemia yang disebabkan karena kerusakan sintesis DNA

yang mengakibatkan tidak sempurnanya SDM. Keadaan ini

disebabkan karena defisiensi Vit B12 (Cobalamin) dan asam folat.

Karakteristik sel SDM-nya adalah megaloblas (besar, abnormal,

Page 19: dhea dutriana.docx

19

premature SDM) dalam darah dan sumsum tulang. Sel megaloblas

ini fungsinya tidak normal, dihancurkan semasa dalam sumsum

tulang sehingga terjadinya eritropoesis tidak efektif dan masa hidup

eritrosit lebih pendek (Tarwoto dan Wasnidar, 2007).

c.     Anemia Defisiensi Vitamin B12 (Pernicus Anemia)

Merupakan gangguan autoimun karena tidak adanya

intrinsic factor (IF) yang diproduksi di sel parietal lambung

sehingga terjadi gangguan absorsi Vit. B12 (Tarwoto dan Wasnidar,

2007).

d.  Anemia Defisiensi Asam Folat

Kebutuhan folat sangat kecil, biasanya terjadi pada orang

yang kurang makan sayuran dan buah-buahan, gangguan pada

pencernaan, alkoholik dapat meningkatkan kebutuhan folat, wanita

hamil, masa pertumbuhan. Defisiensi asam folat juga dapat

menyebabkan sindrom mal-absorpsi (Tarwoto dan Wasnidar,

2007).

e. Anemia Aplastik

Terjadi akibat karena ketidak sanggupan sumsum tulang

membentuk sel-sel darah. Kegagalan tersebut disebabkan oleh

kerusakan primer system sel mengakibatkan anemia, leucopenia,

dan thrombositopenia (pansitopenia). Zat yang dapat merusak

sumsum tulang disebut Mielotoksin (Tarwoto dan Wasnidar, 2007).

Page 20: dhea dutriana.docx

20

2. Anemia Karena Meningkatnya Kerusakan Eritrosit

a. Anemia Hemolitik

Anemia hemolitik dimana terjadi peningkatan hemolisis

dari eritrosit, sehingga usianya lebih pendek (Tarwoto dan

Wasnidar, 2007)

b. Anemia Sel Sabit

Anemia sel-sel sabit adalah anemia hemolitika berat

ditandai SDM kecil sabit dan pembesaran limpa akibat kerusakan

molekul Hb (Tarwoto dan Wasnidar, 2007)

2.3.5 Dampak Anemia Pada Kehamilan

Kejadian anemia pada ibu hamil harus dicegah, atau jika

sudah terjadi anemia harus segera diobati mengingat dampak anemia

sangat berbahaya baik bagi ibu maupun bagi janin yang dikandungnya.

Anemia pada ibu hamil akan mempertinggi risiko BBLR pada bayi,

kelahiran premature, hambatan pada pertumbuhan sel janin baik sel

tubuh maupun sel otak. Risiko morbiditas dan mortalitas ibu dan janin

juga meningkat (Martini Fairus dan Prasetyowati, 2010)

Beberapa dampak anemia pada kehamilan adalah sebagai berikut:

a. Abortus, lahir premature, lamanya waktu partus karena kurang daya

dorong rahim, perdarahan postpartum dan rentan infeksi.

b. Hipoksia akibat anemia dapat menyebabkan syok bahkan kematian

ibu saat persalinan, meskipun tidak disertai perdarahan.

Page 21: dhea dutriana.docx

21

c. Kematian bayi dalam kandungan, kematian bayi pada usia sangan

muda serta cacat bawaan. (Feryanto, 2012).

Sementara menurut Manuaba (2010) pengaruh anemia terhadap

kehamilan dan Janin adalah

a.    Pengaruh anemia terhadap kehamilan

1) Bahaya selama kehamilan dapat terjadi abortus, persalinan,

prematuritas, hambatan tumbuh kembang janin, mudah terjadi

infeksi, ancaman dekompensasi kordis (Hb, 6 gr%), mola

hidatidosa, hiperemesis gravidarum, perdarahan antepartum,

ketuabn pecah dini (KPD). 

2) Bahaya saat persalinan: gangguan his (kekuatan mengejan), kala

pertama dapat berlangsung lama, dan terjadi aprtus terlantar,

kala dua berlangsung lama sehingga dapat melelahkan dan

sering memerlukan tindakan operasi kebidanan, kala uri dapat

diikuti retensio plasenta dan perdarahan postpartum karena

atonia uteri, kala empat dapat terjadi perdarahan postpartum

sekunder dan atonia uteri.

3) Pada kala nifas, terjadi subinvolusio uteri menimbulkan

perdarahan postpartum, memudahkan infeksi puerperium,

pengeluaran ASI berkurang, terjadi dekompensasi cordis

mendadak setelah persalinan, anemia kala nifas, mudah terjadi

infeksi mammae.

Page 22: dhea dutriana.docx

22

b.    Bahaya anemia pada janin.

Sekalipun tampaknya janin mampu menyerap berbagai

kebutuhan dari ibunya, tetapi dengan anemia akan mengurangi

kemampuan metabolism tubuh sehingga mengganggu pertumbuhan

dan perkembangan janin dalam rahim. Akibat anemia dapat terjadi

gangguan dalam bentuk: abortus, kematian intrauterine, persalinan

premature tinggi, BBLR, kelahiran dengan anemia, dapat terjadi cacat

bawaan, bayi mudah mendapat infeksi sampai kematian perinatal dan

intelensia rendah

2.3.6 Pengobatan Anemia

Anemia kekurangan zat besi mudah diatasi dengan pemberian

tambahan zat besi (sulfas ferosus) atau tablet penambah zat besi

lainnya. Anemia jenis ini paling banyak dijumpai dalam kehamilan

(95%). Menurut Tarwoto dan Wasnidar (2007) pengobatan yang biasa

dilakukan pada kasus ini antara lain:

a. Pemberian diet tinggi zat besi (komsumsi daging, telur, ikan,

sayuran, hijau, kacang-kacangan, dll)

b. Atasi penyebab seperti cacingan, perdarahan

c. Pemberian preparat zat besi seperti Sulfas Fero-sus (dosis 3 x 200

mg), ferro glukonat 3 x 200 mg/hari atau diberikan secara paranteral

jika alergi dengan obat peroral 250 mg Fe (dosis : 3 mg/kg BB)

d. Pemberian Vitamin C (dosis 3 x 100 mg/hari)

e. Transfusi darah jika diperlukan

Page 23: dhea dutriana.docx

23

Untuk penatalaksanaan Anemia Megaloblastik dapat

dilakukan dengan cara:

a. Diet Nutrisi dengan tinggi Vitamin B12 dan asam folat

b. Pemberian Hydroxycobalamin IM 2000 mg/hari atau 1000 mg

diberikan setiap minggu selama 7 minggu

c. Berikan Asam folat 5 mg/hari selama 4 bulan

Untuk penatalaksanaan Anemia Defisiensi Vitamin B12

dengan cara:

a. Pemberian Vitamin B12 oral, apabila IF kurang diberikan IM, 100 g

tiap bulan

b. Pemberian diet zat besi (komsumsi daging, hati, kacang hijau, telur,

produk susu), asam folat

Untuk penatalaksanaan pada ibu hamil dengan anemia

Defisiensi Asam folat dapat dilakukan dengan cara :

a. Pemberian suplemen folat pada Trimester I : 280 mg/hari, Trimester II:

660 mg/hari, dan Trimester III : 470 mg/hari

b. Berikan Vitamin C untuk membantu penyerapan dan eritropoitis

c. Berikan diet tinggi asam folat (asparagus, brokoli, nanas, melon,

sayuran hijau, ikan, hati, daging, stroberi, susu, telur, hati, kentang, roti)

d. Hindari factor-faktor yang dapat mengurangi penyerapan asam folat

seperti alcohol, kopi, aspirin, obat-obat penenang, obat anti kejang.

Untuk penatalaksanaan ibu hamil dengan anemia aplastik adalah

dengan cara :

Page 24: dhea dutriana.docx

24

a. Monitor adanya perdarahan dan pansitopenia (menurunnya sel darah

merah, leuksit, trombosit)

b. Transfusi Darah

c. Pengobatan Infeksi ; Jamur, Bakteri

d. Transplantasi sumsum tulang (pasien dibawah 60 th)

e. Immunosupresive terapi : kombinasi cyclosporine, antithymocyte

globulin (ATG), antilymphocyte globulin (ALG)

f. Diet yang bebas bakteri

Pada Ibu yang mengalami Anemia Hemolitik menurut Tarwoto

dan Wasnidar (2007) penatalaksanaan nya dengan cara:

a. Pencegahan factor resiko

b. Transfusi darah

c. Cairan adekuat

d. Pemberian asam folat

e. Pemberian Eritropotin

f. Pemberian Kortikosteraid

Pada Ibu yang mengalami Anemia Sel Sabit menurut Tarwoto

dan Wasnidar (2007) penatalaksanaan nya dengan cara:

a. Belum ada obat yang efektif (cetiedil citrate berfungsi menjaga

membrane SDM)

b. Penanganan nyeri

c. Penanganan infeksi dan pencegahan

d. Transfusi darah

Page 25: dhea dutriana.docx

25

e. Mengurangi kekentalan darah

f. Transplantasi sumsum tulang

2.3.7 Pencegahan Anemia Kehamilan

Nutrisi yang baik adalah cara terbaik untuk mencegah terjadinya

anemia jika sedang hamil atau mencoba menjadi hamil. Makan

makanan yang tinggi kandungan zat besi (seperti sayuran berdaun hijau,

daging, sereal, telur dan kacang tanah). Pemberian vitamin untuk

memastikan bahwa tubuh mendapatkan setidaknya 27 mg zat besi

setiap hari. Jika mengalami anemia selama kehamilan, biasanya dapat

diobati dengan mengambil suplemen zat besi. Pastikan bahwa wanita

hamil dicek pada kunjungan pertama kehamilan pemeriksaan anemia

(Proverawati, 2011).

Sejauh ini ada empat pendekatan dasar pencegahan anemia

defisiensi zat besi. Keempat pendekatan tersebut adalah (1) Pemberian

tablet atau suntikan zat besi, (2) pendidikan dan upaya yang ada

kaitannya dengan peningkatan asupan zat besi melalui makanan, (3)

pengawasan penyakit infeksi, dan (4) fortiifikasi makanan pokok

dengan zat besi. Pada awal kehamilan, program suplementasi tidak akan

berhasil karena “morning sickness” dapat mengurangi keefektifan obat.

Namun demikian, cara ini baru akan berhasil jika pemberian tablet ini

dilakukan dengan pengawasan yang ketat. Pada pendidikan kesehatan

untuk pencegahan anemia, para wanita hamil harus diberikan

pendidikan yang tepat misalnya tentang bahaya yang mungkin terjadi

Page 26: dhea dutriana.docx

26

akibat anemia selama kehamilan, dan harus pula diyakinkan bahwa

salah satu penyebab anemia adalah defisiensi zat besi. Asupan zat besi

dari makanan dapat ditingkatkan melalui dua cara. Pertama, pemastian

komsumsi makanan yang mengandung kalori sebesar yang semestinya

dikomsumsi, Kedua dilakukan dengan cara meningkatkan ketersediaan

hayati zat besi yang dimakan, yaitu dengan ajalan mempromosikan

makanan yang dapat memacu dan menghindarkan pangan yang bisa

mereduksi penyerapan zat besi. Fortifikasi makana yang banyak

dikomsumsi dan yang diproses secara terpusat merupakan inti

pengawasan anemia di berbagai Negara. Fortifikasi makanan

merupakan salah satu cara terampuh dalam pencegahan anemia

defisiensi zat besi (Arisman,2002)

2.4 Konsep kehamilan

2.4.1 Pengertian kehamilan

Proses yang terjadi diawali dengan fertilisasi, nidasi dan

perkembangan janin dalam rahim (Proverawati, 2011).

2.4.2 Tanda – tanda kehamilan pasti

a. Terasa adanya gerakan janin dalam rahim

b. Teraba adanya bagian – bagian janin

c. Terdengar adanya denyut jantung janin

d. Terlihat gambaran janin melalui USG

Page 27: dhea dutriana.docx

27

2.4.3 Masa kehamilan

Kehamilan umumnya berlangsung 40 minggu atau 280 hari

dihitung dari hari pertama haid terakhir. Kehamilan aterm ialah usia

kehamilan antara 38-42 minggu dan ini merupakan periode terjadinya

persalianan normal (Sarwono, 2010)

Kehamian dimulai dari proses pembuahan sampai sebelum janin

lahir, kehamilan normal berlangsung 280 hari (40 minggu atau 9 bulan 7

hari) dihitung mulai dari hari pertama menstruasi terakhir (Huliana, 2003).

Masa kehamilan dibagi menjadi tiga semester :

a. Trimester I

Dimulai dari proses konsepsi sampai usia kehamilan tiga bulan.

b. Trimester 2

Dari bulan ke empat sampai usia kehamilan enam bulan.

c. Trimester 3

Dari bulan ketujuh sampai usia kehamilan sembilan bulan.

2.4.4 Perubahan – perubahan yang terjadi pada ibu hamil

Menurut Ari Sulistywati adalah:

a. Uterus

Pada kehamialn cukup bulan, ukuran uterus adalah 30 x 25

x20 cm dengan kapasitas lebih dari 4.000 cc. Hal ini memungkinkan

bagi adekuatnya akomodasi pertumbuhan janin. Pada saat ini rahim

membesar akibat hipertropi otot polos rahim, serabut – srrabut

kolagennya menjadi higroskopik, dan endometrium menjadi desidua.

Page 28: dhea dutriana.docx

28

Berat uterus naik secara luar biasa, dari 30 gram menjadi 1.000 gram

pada akhir bulan. Pada permulaan kehamilan rahim dalam posisi

antefleksi atau retrolekul. Pada 4 bulan kehamilan, rahim tetap berada

dalam rongga pelvis setelah itu melai memasuki rongga perut yang

dalam pembesarannya dapat mencapai batas hati. Arteri uterine dan

ovarika bertambah dalam diameter, panjang, dan anak-anak

cabangnya, pembuluh darah vena mengembang dan bertambah. Pada

serviks uteri bertamabah vaskularisasinya dan menjadi lunak,

warnanya menjadi livid, dan ini disebut dengan tanda Chadwick.

b. Ovarium

Overium masih berfungsi menghasilkan hormon estrogen

dan progesterone sampai bentuk plasenta pada usia kehamilan 16

minggu.

c. Vagina dan vulva

Oleh karena pengaruh estrogen, terjadi hipervaskularisasi

pada bagian vagian dan vulva, sehinga pada bagian tersebut terlihat

lebih merah atau kebiruan, kondisi ini disebut tanda Chadwick.

d. Mamae

Payudara menjadi organ target untuk propses laktasi

mengalami banyak perubahan sebagai persiapan setelah janin lahir.

Beberapa perubahn yang dapat diamati oleh ibu sebgai berikut:

a) Selama kehamilan payudara bertambah besar, tegang, dan berat

b) Dapat teraba nodul-nodul, akibat hipertropi kelenjar alveoli

Page 29: dhea dutriana.docx

29

c) Bayangan vena-vena lebih membiru

d) Hiperpigemntasi pada aerola dan putting susu

e) Kalau diperas akan keluar kolostrum bewarna kekuningan

e. Sistem Urinaria

Selama kehamilan ginjal bekerja lebih berat. Ginjal

menyaring darah yang volumenya meningkat (sampai 30-50% atau

lebih), yang puncaknya terjadi pada usia kehamilan 16-24

minggusampai sesaat sebelum persalianan. Dalam keadaan normal

aktivitas ginjal meningkat ketika berbaring dan ketika berdiri. Keadaan

ini semakin menguat pada kehamilan karena itu wanita hamil sering

mersa ingin berkemih ketika mencoba untuk berbaring.

f. Sistem Kardiovaskuler

Selama kehamilan volume darah yang dipompa oleh

jantung meningkat sampai 30-50%. Peningkatan ini dimulai terjadi

pada usia kehamilan 6 minggu dan mencapai puncaknya pada usia

kehamilan 16-28 minggu. Oleh karena curah jantung yang meningkat,

maka denyut jantung pada saat istrahat juga meningkat. Setelah

mencapai usia kehamilan 30 minggu, curah jantung agak menurun

karena pembesaran rahim yang menekan vena yang membawa darah

dari tungkai ke jantung. Peningkatan curah jantung selama kehamilan

kemungkinana terjadi karena adanya perubahan dari aliran darah ke

rahim. Janin yang terus tumbuh menyebabkan darah lebih banyak

dikirim ke rahim ibu.

Page 30: dhea dutriana.docx

30

g. Sistem respirasi

Ruang abdomen yang membesar oleh karena meningkatnya

ruang rahim dan pembentukan hormone progesterone menyebabkan

paru – paru berfungsi sedikit berbeda dari biasanya. Wanita hamil

bernafas lebih cepat dan lebih dalam karena memerlukan banyak

oksigen utnuk janin dan untuk dirinya. Lingkar dada wanita hamil

agak membesar. Lapisan saluran pernafasan menearima lebih banyak

darh dan menjadi agak tersumbat oleh penumpukan darah (kongesti).

Kadang hidung dan tenggorokan mengalami penyumbatan parsial

akibat kongesti ini. Tekanan dan kualitas suara wanita hamil agak

berubah.

h. Kulit

Selama hamil kulit mengalami hiperpigmentasi karena

pengaruh hormon. Cloasma gravidarum adalah bintik – bintik pigmen

kecoklatan yang tampak dikulit kening dan pipi. Peningkatan

pigementasi juga terjadi disekeliling putting susu, sedangkan diperut

bawah bagian tengah biasanya tampak garis gelap, yaitu spider

angioma (pembuluh darah kecil yang memberi gambaran seperti laba –

laba) bisa muncul dikulit, sehingga menimbulkan striae gravidarum.

Adanya vasodilatasi kulit menyebabkan ibu mudah berkeringat.

i. Metabolisme

Janin membutuhkan 30-40 gram kalsium untuk

pembentukan tulangnya dan ini terjadi ketika trimester akhir. Oleh

Page 31: dhea dutriana.docx

31

karena itu peningkatan asupan kalsium sangat diperlukan untuk

menunjang kebutuhan. Peningkatan kebutuhan kalsium mencapai 70%

dari diet biasanya. Penting bagi ibu hamil untuk selalu sarapan karena

kadar glukosa darah ibu sangat berperan dalam perkembangan janin,

dan berpuasa pada saat kehamilan akan lebih banyak memproduksi

ketosis yang dikenal dengan “cepat merasakan lapar” yang mungkin

berbahaya pada janin.

Kebutuhan zat besi wanita hamil kurang dari 1.000mg, 500

mg dibutuhkan untuk meningkatkan massa sel darah merah dan 300

mg untuk transpostasi ke fetus ketika kehamilan memasuki usia 12

minggu, 200 mg sisanya untuk menggantikan cairan yang keluar dari

tubuh. Wanita hamil membutuhkan zat besi rata-rata 3, 5 mg/hari.

Pada metabolisme lemak terjadi peningkatan kadar kolesterol sampai

350 mg atau lebih per 100 cc. Hormon somatotropin mempunyai

peranan dalam pembentukan lemak pada payudara. Deposit lemak

lainnya tersimpan di badan, perut, paha dan lengan.

Pada metabolisme mineral yang terjadi adalah kalsium

dibutuhkan rat-rata 1, 5 gram sehari, sedangkan untuk pembentukan

tulang terutama di trimester akhir dibutuhkan 30-40 gram.Fosfor

dibutuhkan rata – rata 2 gram/hari. Dan air, wanita hamil cenderung

mengalami retensi air.

Page 32: dhea dutriana.docx

32

2.5 Kerangka konsep

Adapun kerangka konsep pada penelitian ini adalah

Variabel independen variabel dependen

2.6 Defenisi operasional

Paritas Kejadian anemia

Interval kehamilan

Page 33: dhea dutriana.docx

33

Tabel 2.3Defenisi operasional

No Variabel Defenisi Operasional Cara Ukur Alat Ukur Hasil Ukur Skala Ukur

1 Paritas Jumlah kehamilan ibu Studi

dokumentasi

Cheklist 1. Tidak

Beresiko < 4

2. Beresiko > 4

ordinal

2 Interval

kehamilan

Jarak kehamilan adalah

rentang waktu antara

kehamilan ibu saat ini

dengan kehamilan ibu

sebelumnya

Studi

dokumentasi

Cheklist Beresiko :

apabila jarak

kehamilan ibu

< 2 tahun

Tidak beresiko

:

apabila jarak

kehamilan ibu

> 2 tahun

ordinal

2 Anemia Keadaan dimana kadar

zat merah darah atau

hemoglobin (Hb) lebih

rendah dari nilai normal

(11 gr%)

Pemeriksaan Hb Sahli Tidak anemia

>11 gr%

Anemia< 11 gr

%

Ordinal

2.7 Hipotesa

Ha diterima : Ada hubungan paritas dan interval kehamilan dengan

kejadian anemia pada ibu hamil di wilayah kerja

Puskesmas Naras tahun 2015.

Ho ditolak : Tidak ada hubungan paritas dan interval kehamilan

dengan kejadian anemia pada ibu hamil di wilayah kerja

Puskesmas Naras tahun 2015.

Page 34: dhea dutriana.docx

34

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

Page 35: dhea dutriana.docx

35

3.1 Desain Penelitian

Jenis penelitian ini merupakan penelitian yang digunakan adalah

deskriptif analitik, untuk melihat paritas dan interval kehamilan dengan

kejadian anemia pada ibu hamil dengan desain penelitian yang di gunakan

adalah cross sectional study yaitu suatu penelitian untuk mempelajari

dinamika korelasi antara faktor-faktor resiko dengan efek, dengan cara

pendekatan pengumpulan data sekaligus pada suatu saat. variabel independent

dan dependen di kumpulkan pada waktu yang bersamaan serta mencari

hubungan antara variable independent dengan dependen (Notoatmodjo, 2010).

3.2 Tempat Dan Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan di wilayah kerja Puskesmas Naras dan akan

dilaksanakan pada bulan Februari s/d Juli 2015.

3.3 Populasi dan Sampel

1. Populasi

Populasi adalah seluruh objek yang diteliti atau objek penelitian

(Notoatmodjo, 2010). Populasi pada penelitian ini adalah seluruh ibu

hamil yang berada di wilayah kerja Puskesmas Naras yaitu sebanyak 247

orang.

2. Sampel

Sampel adalah wakil dari populasi. Teknik pengambil sampel

memakai accidental sampling (Notoatmodjo, 2010). Yaitu pengambilan

35

Page 36: dhea dutriana.docx

36

sampel yang didapatkan secara kebetulan pada saat penelitian dilakukan.

Kriteria populasi dalam penelitian ini adalah:

Kriteria inklusi

a. Ibu hamil yang berdomisili di wilayah kerja Puskesmas Naras

b. Ibu hamil yang kooperatif

c. Berada ditempat saat melakukan penelitian

d. Bisa tulis baca

Kriteria Eklusi

a. Tidak bersedia menjadi responden.

b. Tidak bisa tulis baca.

3.4 Sumber Data

1. Data Primer

Data primer diperoleh dengan cara menanyakan langsung kepada

objek yang diteliti (responden). Dalam penelitian ini data primer diperoleh

dari survey lapangan dengan mewawancarai setiap ibu hamil yang

dijadikan sampel dan menggunakan angket kuisioner tertutup.

2. Data sekunder

Data sekunder diperoleh dengan cara tidak meminta secara

langsung kepada objek yang diteliti. Dalam penelitian ini, data sekunder

diperoleh dari Dinas Kesehatan Kota Pariaman dan Puskesmas Naras, juga

studi kepustakaan.

3.5 Alat Pengumpulan Data

Page 37: dhea dutriana.docx

37

Data di kumpulkan melalui kuesioner yang dibagikan kepada ibu

hamil yang menjadi responden untuk diisi dan di kembalikan ke peneliti untuk

ditabulasikan.

3.6 Teknik Pengolahan Data

Data diolah secara komputerisasi dengan memakai program SPSS,

setelah data terkumpul, selanjutnya dilakukan pengolahan data dengan

langkah-langkah sebagai berikut :

1. Editing

Data yang sudah dikumpulkan kemudian diperiksa kembali untuk

mengetahui kelengkapan pengisian (jawaban) dan kesalahan serta

konsistensi jawaban.

2. Coding

Pemberian kode untuk setiap jawaban agar dapat dikonversikan dengan

angka dan memudahkan dalam pengambilan data.

3. Entry Data

Memasukkan kode jawaban ke master tabel dan di olah dengan

menggunakan rumus.

4. Cleaning

Sebelum melakukan analisa data terhadap data yang sudah dimasukkan,

dilakukan pengecekan, kalau terdapat kesalahan pada saat entry dapat

diperbaiki sehingga nilai yang ada sesuai dengan hasil pengumpulan data.

(Arikunto, 2006).

Page 38: dhea dutriana.docx

38

3.7 Teknik Analisa Data

1. Analisa Univariat

Analisa Univariat dilakukan untuk mengetahui gambaran distribusi

dan proporsi dari masing-masing variabel yang diteliti. Hasil perhitungan

persentase dimasukkan kedalam kriteria standar objektif yaitu berdasarkan

kriteria teori dari setiap aspek dan kriteria standar kualitatif sebagai

berikut:

a. Paritas

Tidak Beresiko < 4

Beresiko > 4

b. Interval kehamilan

Beresiko : apabila jarak kehamilan ibu < 2 tahun

Tidak beresiko : apabila jarak kehamilan ibu > 2 tahun

c. Anemia

Pada variabel anemia responden dikategorikan dalam dua

kelompok setelah dilakukan pengamatan terhadap buku KIA yang

dibawa oleh ibu :

a. Tidak Anemia bila Hb > 11 gr%

(tertera tidak anemia)

b. Anemia bila Hb <

11 gr% (tertera anemia)

2. Analisa Bivariat

Page 39: dhea dutriana.docx

39

Analisa bivariat dilakukan terhadap dua variabel yang diteliti yang

diduga berpengaruh, pengujian hipotesa untuk mengambil keputusan

apakah hipotesa yang diajukan cukup meyakinkan untuk ditolak atau

diterima dengan menggunakan uji statistic Chi-Square. Untuk melihat

kemaknaan perhitungan statistik digunakan batas kemaknaan 0, 05

sehingga jika nilai p < 0, 05 maka secara statistik disebut bermakna, jika

p > 0, 05 maka hasil hitung tersebut tidak bermakna. Hasil

didapatkan dengan proses komputerisasi dengan menggunakan SPSS 15.

Page 40: dhea dutriana.docx

40

HUBUNGAN PARITAS DAN INTERVAL KEHAMILAN DENGAN KEJADIAN ANEMIA PADA IBU HAMIL DI WILAYAH KERJA

PUSKESMAS NARAS TAHUN 2015

Proposal Karya Tulis Ilmiah

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Dalam Menyelesaikan Pendidikan Diploma III Kebidanan

DHEA DUTRIANANIM. 120201079

Page 41: dhea dutriana.docx

41

PROGRAM DIII KEBIDANAN SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN

PIALA SAKTI PARIAMAN 2015