DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA …Ruang Rapat Komisi I DPR RI, Gedung Nusantara II Lt....

33
1 DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA RISALAH RAPAT KOMISI I DPR RI Tahun Sidang : 2018-2019 Masa Persidangan : V Jenis Rapat : Rapat Dengar Pendapat Komisi I DPR RI dengan Dewas LPP RRI dan Direktur Utama LPP RRI Hari, Tanggal : Selasa, 28 Mei 2019 Pukul : 14.21 WIB - 16.29 WIB Sifat Rapat : Terbuka Tempat : Ruang Rapat Komisi I DPR RI, Gedung Nusantara II Lt. 1, Jl. Jenderal Gatot Soebroto, Jakarta 10270 Ketua Rapat : Dr. H. Abdul Kharis Almasyhari, Ketua Komisi I DPR RI Sekretaris Rapat : Suprihartini, S.IP., M.SI., Kabag Sekretariat Komisi I DPR RI Acara : Terkait evaluasi terhadap isi Siaran Pemilu Legislatif dan Pemilu Presiden 2019. Hadir : PIMPINAN: 1. Dr. H. Abdul Kharis Almasyhari (F-PKS) 2. Ir. H. Satya Widya Yudha, M.E., M.Sc. (F-PG) 3. Asril Hamzah Tanjung, S.IP. (F-Gerindra) 4. H.A. Hanafi Rais, S.IP., M.PP. (F-PAN) ANGGOTA: FRAKSI PDI-PERJUANGAN (F-PDIP) 5. Ir. Rudianto Tjen 6. Dr. Effendi MS Simbolon, MIPol. 7. Dr. Evita Nursanty, M.Sc. 8. Andreas Hugo Pareira 9. Junico BP Siahaan 10. Yadi Srimulyadi 11. Drs. Ahmad Basarah, MH FRAKSI PARTAI GOLKAR (F-PG) 12. Meutya Viada Hafid 13. Bobby Adhityo Rizaldi, S.E., Ak., M.B.A., C.F.E. 14. Dave Akbarshah Fikarno, M.E. 15. Bambang Atmanto Wiyogo, S.E. 16. Venny Devianti, S. Sos. 17. H. Andi Rio Idris Padjalangi, S.H., M.Kn. 18. Dr. Jerry Sambuaga FRAKSI PARTAI GERINDRA (F-GERINDRA) 19. H. Ahmad Muzani 20. Martin Hutabarat 21. H. Biem Triani Benjamin, B.Sc., M.M. 22. Rachel Maryam Sayidina 23. H. Fadli Zon, S.S., M.Sc. 24. Andika Pandu Puragabaya, S.Psi, M.Si, M.Sc.

Transcript of DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA …Ruang Rapat Komisi I DPR RI, Gedung Nusantara II Lt....

1

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA

RISALAH RAPAT KOMISI I DPR RI

Tahun Sidang : 2018-2019 Masa Persidangan : V

Jenis Rapat : Rapat Dengar Pendapat Komisi I DPR RI dengan Dewas LPP RRI dan Direktur Utama LPP RRI

Hari, Tanggal : Selasa, 28 Mei 2019 Pukul : 14.21 WIB - 16.29 WIB Sifat Rapat : Terbuka

Tempat : Ruang Rapat Komisi I DPR RI, Gedung Nusantara II Lt. 1, Jl. Jenderal Gatot Soebroto, Jakarta 10270

Ketua Rapat : Dr. H. Abdul Kharis Almasyhari, Ketua Komisi I DPR RI Sekretaris Rapat : Suprihartini, S.IP., M.SI., Kabag Sekretariat Komisi I DPR RI Acara :

:: Terkait evaluasi terhadap isi Siaran Pemilu Legislatif dan Pemilu Presiden 2019.

Hadir : PIMPINAN: 1. Dr. H. Abdul Kharis Almasyhari (F-PKS) 2. Ir. H. Satya Widya Yudha, M.E., M.Sc. (F-PG) 3. Asril Hamzah Tanjung, S.IP. (F-Gerindra) 4. H.A. Hanafi Rais, S.IP., M.PP. (F-PAN) ANGGOTA: FRAKSI PDI-PERJUANGAN (F-PDIP) 5. Ir. Rudianto Tjen 6. Dr. Effendi MS Simbolon, MIPol. 7. Dr. Evita Nursanty, M.Sc. 8. Andreas Hugo Pareira 9. Junico BP Siahaan 10. Yadi Srimulyadi 11. Drs. Ahmad Basarah, MH

FRAKSI PARTAI GOLKAR (F-PG) 12. Meutya Viada Hafid 13. Bobby Adhityo Rizaldi, S.E., Ak., M.B.A., C.F.E. 14. Dave Akbarshah Fikarno, M.E. 15. Bambang Atmanto Wiyogo, S.E. 16. Venny Devianti, S. Sos. 17. H. Andi Rio Idris Padjalangi, S.H., M.Kn. 18. Dr. Jerry Sambuaga

FRAKSI PARTAI GERINDRA (F-GERINDRA) 19. H. Ahmad Muzani 20. Martin Hutabarat 21. H. Biem Triani Benjamin, B.Sc., M.M. 22. Rachel Maryam Sayidina 23. H. Fadli Zon, S.S., M.Sc. 24. Andika Pandu Puragabaya, S.Psi, M.Si, M.Sc.

2

FRAKSI PARTAI DEMOKRAT (F-PD) 25. Teuku Riefky Harsya, B.Sc., M.T. 26. Dr. Sjarifuddin Hasan, S.E., M.M., M.B.A. 27. KRMT Roy Suryo Notodiprojo FRAKSI PARTAI AMANAT NASIONAL (F-PAN) 28. Zulkifli Hasan, S.E., M.M. 29. Ir. Alimin Abdullah 30. Budi Youyastri 31. H.M. Syafrudin, S.T., M.M. FRAKSI PARTAI KEBANGKITAN BANGSA (F-PKB) 32. Drs. H.A. Muhamin Iskandar, M.Si. 33. Drs. H.M. Syaiful Bahri Anshori, M.P. 34. Arvin Hakim Thoha 35. Drs. H. Taufiq R. Abdullah

FRAKSI PARTAI KEADILAN SEJAHTERA (F-PKS) 36. H. Sukamta, Ph.D.

FRAKSI PARTAI PERSATUAN PEMBANGUNAN (F-PPP) 37. Moh. Arwani Thomafi 38. Dra. Hj. Lena Maryana 39. H. Syaifullah Tamliha, S.Pi., M.S. FRAKSI PARTAI NASIONAL DEMOKRAT (F-NASDEM) 40. Prof. Dr. Bachtiar Aly, M.A. 41. Prananda Surya Paloh 42. Mayjen TNI (Purn) Supiadin Aries Saputra 43. H. M. Ali Umri, S.H., M.Kn. FRAKSI PARTAI HATI NURANI RAKYAT (F-HANURA) 44. Drs. Timbul P. Manurung

Anggota yang Izin : 1. Ir. Bambang Wuryanto, M.BA. (F-PDI Perjuangan) 2. Charles Honoris (F-PDI Perjuangan) 3. Elnino M. Husein Mohi, S.T., M.Si. (F-GERINDRA) 4. H. Darizal Basir (F-PD) 5. Ir. Hari Kartana, M.M. (F-PD) 6. Dr. H. M. Hidayat Nur Wahid, M.A. (F-PKS) 7. Dr. H. Jazuli Juwaini, Lc., M.A. (F-PKS)

Undangan

: 1. Ketua Dewas LPP RRI, Mistam, M.Si. 2. Direktur Utama LPP RRI, Mohammad Rohanudin. 3. Anggota Dewas LPP RRI, Hasto Kuncoro, S.H. 4. Anggota Dewas LPP RRI, Dr. Frederik Ndolu. 5. Anggota Dewas LPP RRI, Tantri Relatami, S.Sos. 6. Anggota Dewas LPP RRI, Dra. Dwi Hernuningsih, M.Si. 7. Direktur SDM dan Umum LPP RRI, Nurhanudin. 8. Direktur Keuangan LPP RRI, Hari Sudaryanto. 9. Direktur Program dan Umum LPP RRI, Soleman Yusuf. 10. Direktur TMB LPP RRI, Rahadian Gingging MK. 11. Direktur LPU LPP RRI, Godlief Richard Poyk. 12. Puslitbang Diklat LPP RRI, Agus Widjanarko. Beserta Jajaran.

3

Jalannya Rapat: KETUA RAPAT (DR. H. ABDUL KHARIS ALMASYHARI):

Assalaamu'alaikum Warohmatulloohi Wabarokaatuh. Selamat siang, Salam Sejahtera untuk kita semuanya.

Saya ucapkan selamat datang kepada Ketua Dewan Pengawas LPP RRI beserta seluruh jajarannya, Dirut LPP RRI berikut seluruh jajarannya, Pimpinan dan Anggota Komisi I DPR RI yang hadir pada hari ini, Selasa 28 Mei 2019.

Berdasarkan informasi dari Sekretariat saat ini daftar hadir telah ditandatangani oleh 10 (sepuluh) fraksi, dengan demikian kuorum terpenuhi.

Bapak/Ibu/Saudara-saudara sekalian,

Hari ini kita akan mengadakan Rapat Dengar Pendapat (RDP) Komisi I DPR RI dengan

Dewan Pengawas dan Direksi LPP RRI. Terbuka atau tertutup? Terbuka ya.

Bapak/Ibu sekalian, Dengan mengucapkan bismillaahirrohmaanirrohiim, rapat ini saya nyatakan dibuka dan

bersifat terbuka.

(RAPAT : SETUJU) KETOK PALU : 1 KALI

(RAPAT DIBUKA PUKUL 14.21 WIB) Sebagaimana kita ketahui keberadaan dan tugas LPP RRI sebagai lembaga penyiaran

untuk publik diwajibkan menayangkan berita pemilu secara berkesinambungan terkait pelaksanaan pemilihan presiden dan pemilihan anggota legislatif tahun 2019. Hal ini mengacu pada Undang-Undang Nomo 32 Tahun 2002 tentang Penyiaran dan Peraturan Pemerintah Nomor 11 Tahun 200 tentang Penyelenggaraan Penyiaran Lembaga Penyiaran Publik bahwa isi siaran LPP RRI wajib di jaga netralitasnya dan tidak boleh mengutamakan kepentingan golongan tertentu. Berkaitan dengan itu Komisi I DPR RI ingin mendapatkan penjelasan dari Ketua Dewan Pengawas dan Dirut LPP RRI terkait dengan hal tersebut.

Langsung saja untuk menyingkat waktu kami berikan kesempatan kepada Ketua Dewan Pengawas LPP RRI untuk menyampaikan presentasi sebagaimana agenda yang dimaksud. Nanti dilanjutkan dengan Dirut LPP RRI.

Pada Ketua Dewas kami persilakan. KETUA DEWAS LPP RRI (MISTAM, M.SI.):

Terima kasih.

Assalaamu'alaikum Warohmatulloohi Wabarokaatuh. Pimpinan dan Anggota Sidang Komisi I DPR RI yang kami hormati, Kolega Dewan Pengawas, Jajaran Direksi yang saya banggakan, dan Hadirin yang berbahagia.

Pertama-tama marilah kita panjatkan puji dan syukur kehadlirat Alloh Subhaanahuata’aala

sehingga pada hari ini kita dipertemukan dalam keadaan sehat wal’afiat. Dan tidak berlebihan kalau kami ucapkan juga selamat melaksanakan ibadah puasa, semoga puasa kita diterima oleh Alloh Subhaanahuata’aala.

4

Aamiin Yaa Robbal ‘Aalamiin. RDP kali ini membahas masalah evaluasi siaran pemilu legislative dan pemilu presiden

2019. Kami akan paparkan evaluasi tersebut. Namun sebelum dipaparkan secara detail kebijakan operasional direksi, kami sampaikan guidance Dewan Pengawas sebagai pijakan jajaran direksi untuk melaksanakan tugas-tugasnya.

Guidance Dewan Pengawas tentu saja berdasarkan visi dan misi RRI serta pengawasan yang dilakukan oleh Dewan Pengawas serta mekanisme kerja yang selalu dilakukan Dewan Pengawas LPP RRI. Kemudian Dewan Pengawas melakukan pengawasan program isi siaran pemilu, terutama Direktorat Program dan Produksi seiring dengan bahasan RDP kali ini. Kebijakannya tentu saja mengacu kepada Undang-Undang Nomor 40 Tahun 1999, kemudian Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2008 tentang KIP, Renstra RRI, kebijakan Dewan Pengawas RRI, P3SPS dari KPI, dan kode etik jurnalistik.

Sedangkan kinerja operasional yang menjadi pengawasan yaitu program radio pemilu yang tahun ini memilih itu juara sudah dilakukan. Kemudian kita melakukan pengawasan terhadap kebijakan operasional yang dilakukan oleh direksi itu pra hari H, kemudian hari H pasca hari H. Dan tentu saja untuk menjaga netralitas dan independensi program dan isi siaran. Pengawasannya kaitannya dengan Monev Gerakan Cerdas Memilih, Monev hari H pemilu, penelitian netralitas, dan independensi siaran, penelaahan program kerja dan laporan Direktorat PP, dan rapat konsultasi Direksi dan Dewan Pengawas.

Catatan dan arahan Dewan Pengawas berkaitan dengan ini adalah kepatuhan terhadap kebijakan penyiaran Dewan Pengawas, kemudian kepatuhan terhadap netralitas dan independensi siaran, kode etik jurnalistik, P3SPS.

Kemudian peran media bagi pendidikan politik dan demokrasi, peran media terkait deradikalisasi, anti hoax, kemudian hate speech, dan lain-lain. Kemudian peran media guna aktualisasi bagi kelompok rentan perempuan, anak, dan disabilitas. Kemudian peran media guna penguatan sebagai benteng budaya bangsa, gotong royong, dan lain-lain. Kemudian peran sebagai media hiburan yang sehat. Kemudian penguatan siaran nasionalisme di wilayah perbatasan, dan umpan balik dari keterlibatan publik.

Kemudian yang kita awasi juga, terutama kaitan dengan siaran pemilu, di Direktorat Teknologi bagaimana penyediaan teknologi menunjang kegiatan pemilu. Kemudian yang kita awasi dulu juga itu Direktorat Layanan dan Pengembangan Usaha kaitannya dengan operasi kegiatan peningkatan sinergitas kementerian/ lembaga, peningkatan institusional branding, dan peningkatan ILM maupun sport yang memang sudah dilakukan, dengan melakukan Monev implementasi kebijakan Dewan Pengawas, penelaahan program kerja dan laporan Direktorat LPU dan peningkatan strategis, serta branding, promosi, dan sosialisasi. Itu yang dilakukan oleh Dewan Pengawas terhadap Direktorat LPU.

Kemudian kaitannya dengan program prioritas tahun 2019 yang sudah kami laporkan dalam RDP yang lalu, ini kami ingatkan kembali kaitannya dengan program siaran pemilu quick report, pendidikan politik dan demokrasi, perbaikan tata kelola keuangan menuju opini WTP, reformasi birokrasi dan tata kelola kelembagaan, peningkatan kapasitas SDM, pelatihan dan pola karir. Kemudian penanganan kasus-kasus hukum yang ada. Kemudian pencatatan dan penatausahaan aset BMN.

Kemudian inovasi teknologi penyiaran, konfrehensi media, multi platform. Kemudian pengembangan aplikasi SDM dan Simpak. Kemudian penguatan sebagai media tanggap bencana. Peduli kelompok perempuan, disabilitas, dan rentan. Kemudian peningkatan reputasi lembaga, sinergitas dengan kementerian/lembaga dan institusi-institusi yang lain.

Itu tadi kebijakan-kebijakan sebagai guidance jajaran Direksi untuk melakukan kebijakan-kebijakan operasional yang akan dilakukan. Dan untuk lebih jelasnya kaitannya kebijakan operasional yang dilakukan, yaitu persiapan pemilihan legislative dan presiden, baik persiapannya pelaksanaannya sampai terakhir, kami mohon dengan hormat Direktur Utama bersama Direktur Program dan Produksi untuk menyampaikan pemaparannya.

Silakan.

5

DIREKTUR UTAMA LPP RRI (MOHAMMAD ROHANUDIN):

Assalaamu'alaikum Warohmatulloohi Wabarokaatuh. Yang terhormat, Bapak Pimpinan Sidang dan Bapak-bapak/Ibu Anggota Komisi I DPR RI.

Saya akan menyampaikan yang pertama adalah, bahwa RRI sebagai lembaga penyiaran

publik itu tetap mengacu kepada bagaimana membangun siarannya untuk menjaga keberimbangan dalam konteks netralitas. Oleh karena itu ini yang sedang dijaga terus oleh RRI sejak Indonesia merdeka RRI ada sampai sekarang, dan tidak pernah keluar daripada wilayah netralitas itu. Itu yang pertama.

Yang kedua, dalam tahapan penyiaran pemilu itu ada siaran pra pemilu yang pada waktu itu kami memperkenalkan upaya-upaya agar masyarakat itu berbondong-bondong ke tempat TPS untuk memilih. Dan kami memberi nama ‘Memilih Itu Juara’, itu sebagai upaya dan mendapat respon baik. Dan tentu saja kita sudah tahu berapa jumlah pemilih yang ada di Indonesia, itu adalah juga upaya-upaya sebagian kecil juga dari Radio Republik Indonesia.

Kemudian pada saat hari H RRI tidak menyelenggarakan quick count, tetapi menyelenggarakan quick report yang berbasis exit pole. Jadi semua kepentingan exit pole itu diperuntukkan untuk siaran Radio Repulik Indonesia yang berbasis kepada netralitas.

Kemudian Pagu Anggaran Pemilu 2019 dari pagu anggaran keseluruhan 994 miliar 120 juta rupiah lebih itu hanya 1,43 persen, atau senilai 14 juta 252 juta 436 rupiah. Jadi itu digunakan untuk seluruh stasiun yang ada di Indonesia, termasuk puslitbang diklat sebagai penyelenggara daripada quick report. Hasil-hasil daripada penyelenggaraan quick report yang diselenggarakan oleh puslitbang diklat itu adalah dasar siaran daripada Radio Repulik Indonesia.

Kemudian sesudah ini juga masih banyak hal yang harus berkaitan dengan hasil pemilu dan sebagainya. Oleh karena itu untuk lengkapnya saya persilakan Direktur Program dan Produksi yang 80 persen yang menjadi domain dari Bapak Direktur Program dan Produksi.

Saya persilakan kepada Pak Soleman Yusuf.

DIREKTUR PROGRAM DAN UMUM LPP RRI (SOLEMAN YUSUF): Terima kasih.

Assalaamu'alaikum Warohmatulloohi Wabarokaatuh. Selamat sore, Salam Sejahtera untuk kita semua. Pimpinan Sidang dan Bapak/Ibu Anggota Komisi I DPR RI yang terhormat.

Saya akan langsung memberikan paparan sekitar 27 menit, jadi mohon bersabar untuk

mendengarkan dan juga melihat kilas balik dari berbagai program siaran kita.

Bapak/Ibu Pimpinan dan Anggota Komisi I yang terhormat, Sejak semester tiga bulan Juli, Agustus, September 2018 rangkaian program siaran

pemilu RRI diluncurkan, dari mulai mempopulerkan takeline ‘Memilih Itu Juara’ yang tadi disampaikan oleh Pak Dirut, dan ‘Gerakan Cerdas Memilih’. Gerakan cerdas memilih ini adalah perpaduan antara dialog interaktif dengan pagelaran. Bisa dalam bentuk pagelaran budaya, bisa dalam bentuk musik, dan lain sebagainya. Tujuannya adalah memberikan edukasi kepada masyarakat yang berkaitan dengan pesta demokrasi. Dari mulai mekanismenya atau cara memilih sampai dengan siapa dan alasan mereka memilih.

Siaran pada masa pra pemilu ini juga dikonsentrasikan pada memberikan kesadaran kepada generasi muda, para pemilih pemula milenial untuk memberikan suaranya.

Target KPU seperti kita ketahui pada pemilu 2019 ini adalah 77,5 persen ternyata melampaui jumlah pemilih hingga 80,90 persen. Termasuk juga partisipasi dari pemilih pemula dan pemilih muda.

6

Gerakan Cerdas Memilih (GCM) yang semula hanya diselenggarakan di 7 kota, dan ini didukung oleh Komisi I terima kasih, ternyata berkembang hingga 65 kota, di provinsi, dan kabupaten. Ada 90 kali acara Gerakan Cerdas Memilih yang konsentrasinya audiensnya atau penontonnya itu rata-rata anak-anak muda, dari pemuda pelajar SMA hingga mahasiswa.

Bahkan kampanya GCM ini juga dilakukan di luar negeri. Kami pilih di Malaysia, tepatnya di Kota Johor dan Pinang, karena disitu warganegara Indonesia cukup besar. Termasuk juga mahasiswa yang belajar di universitas di Malaysia.

Ini adalah beberapa format program yang tadi disampaikan juga oleh Ketua Dewan Pengawas, oleh Pak Dirut, yang diselenggarakan oleh RRI. Dari mulai pra pemungutan suara, masa kampanye kira-kira bulan Maret sampai April, kemudian masa tenang, kemudian pemungutan suara hari H pada tanggal 17 April, dimana quick report itu menjadi acara puncaknya dalam pembahasan-pembahasan siaran di RRI. Kemudian pasca pemungutan suara dan pasca pengumuman hasil rekapitulasi suara. Kontennya bermacam-macam, dari mulai menampilkan profil, apakah itu calon presiden, apakah profil partai, sampai dalam bentuk siaran langsung.

Kami juga, kalau disebelah kanan itu di klik itu adalah juknis (petunjuk teknis) siaran dan pemberitaan pemilu 2019. Ini hanya sebagai highlight saja bahwa dasar bekerja di Direktorat Program dan Produksi yang disebar ke seluruh Indonesia/di seluruh satker ini dasarnya adalah juknis dan tadi yang disampaikan oleh Dewan Pengawas.

Saya ingin memberikan gambaran lebih detail tentang seperti apa siaran RRI, baik yang disiarkan melalui teresterial di Pro3 dan Pro1, maupun yang disiarkan melalui radio visual RRI.net. Kita ikuti kaleidoskop program siaran pemilu 2019.

Kaleidoskop Program Siaran Pemilu 2019

Termasuk Lembaga Penyiaran Publik Radio Repulik Indonesia dalam menyiarkan

infomasi kepada khalayak pendengarnya. Selama proses jelang pelaksanaan pencoblosan dan pasca pemilu RRI senantiasa mengusung independensi dengan Tri Prasetya sebagai landasan kerjanya. RRI juga berupaya memberi dukungan bagi upaya peningkatan target partisipan pemilu yang dicanangkan oleh Komisi Pemilihan Umum sebesar 77,5 persen. Seluruh kegiatan dan pelaksanaan siaran dibingkai dalam satu program khusus pemilu 2019, yakni ‘Memilih Itu Juara’.

Jauh hari sebelum masa kampanye dan pencoblosan, RRI terlibat aktif bersama kalangan milenial menyelenggarakan program gerakan cerdas memilih. Program yang awalnya hanya diadakan pada 7 kota, namun dalam perkembangannya seluruh 67 persen stasiun RRI berinisiatif kerjasama dengan perguruan tinggi setempat.

Pada pemilu 2019 RRI untuk pertamakali menjadi penyelenggara debat calon presiden dan calon wakil presiden bersama TVRI, Kompas TV, dan RTV. Acara ini disiarkan live seluruh programa RRI, RRI.net radio visual, dan streaming di RRI.co.id.

Untuk mendalami materi debat capres dan cawapres pada hari berikutnya RRI menyelenggarakan program khusus mendebat-debat dengan menghadirkan pihak TKN dan BPN serta panelis sesuai kapasitas keilmuan masing-masing.

Program siaran pemilu RRI juga menyajikan siaran pemilu legislative dan kampanye partai politik. Masing-masing partai politik mendapat kesempatan berkampanye monologis dan dialogis. Programini disiarkan secara nasional oleh Pro3 RRI dan juga ke luar negeri melalui Voice Of Indonesia. Selain itu, pada tingkat lokal masing-masing partai politik dan calon anggota DPD juga diberi kesempatan yang sama.

Program siaran pemilu RRI juga diselenggarakan di negara Jiran dengan jumlah populasi WNI yang cukup besar, yakni di Johor dan di Kucing-Malaysia. RRI juga mengirimkan tim liputan yang ditempatkan di Bangkok-Thailand, Kualalumpur-Malaysia, Hongkong, dan Kairo-Mesir.

Pada tahun ini tepat tanggal 17 April 2019 RRI menyelenggarakan quick report yang didalamnya ada exit pole. Banyak data dan temuan yang menarik sesuai hasil exit pole RRI yang melibatkan 2.000 relawan tersebar di seluruh Nusantara.

Pengumuman hasil penghitungan suara rekapitulasi oleh KPU adalah saat yang paling ditunggu-tunggu. Kendati penyampaian hasil dilaksanakan dinihari namun RRI tetap melaporkan kepada khalayak pendengar melalui siaran nasional Pro3 RRI.

7

Pasca penyampaian hasil penghitungan suara oleh KPU, tepatnya tanggal 21 dan 22 Mei, RRI tetap menyiarkan berbagai peristiwa yang terjadi secara independen, netral, dan proporsional, termasuk ricuh aksi unjuk rasa di depan Gedung Bawaslu Jakarta.

Dan Jum’at malam tanggal 24 Mei sepertinya merupakan babak lanjutan dinamika demokrasi di tanah air, tim BPN resmi mengajukan gugatan dugaan kecurangan pelaksanaan pemilu melalui Mahkamah Konstitusi.

Piece Jurnalism (jurnalisme kedamaian) senantiasa menjadi acuan bagi RRI. kendati secara fakta suasana panas dan bertebaran berita palsu (hoax), namun siaran RRI berupaya menyajikan informasi benar mengenai situasi yang terjadi dan bagaimana tetap mengutamakan kesatuan dan keutuhan negara berlandaskan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945.

Kilasan kegiatan siaran pemilihan umum legislative dan pemilihan presiden dan calon wakil presiden oleh Radio Repulik Indonesia disiarkan melalui jaringan teresterial multi platform RRI.net dan dipublikasikan melalui portal RRI.co.id.

Bapak Pimpinan Sidang dan Ibu/Bapak Komisi I,

Itu tadi cuplikan dari rangkaian semua program pemilu RRI. Yang bisa saya jelaskan lebih

detail lagi sebagai berikut. Jadi ada satu program yang menjadi puncak prioritas dari rangkaian program siaran

pemilu, yakni adalah pada hari pemungutan tanggal 17 April. RRI merancang program khusus, quick report namanya, pada pemilu 2019 ini RRI menyelenggarakan quick report yang menghadirkan apa yang disebut dengan news feeding dan exit poll.

Dalam quick report RRI menggunakan metode multi state random sampling dengan sebaran 2.000 TPS, dari mulai Banda Aceh sampai ke Papua, dengan sistem random sampling berbasis waktu untuk exit pole-nya.

Saya akan gambarkan lagi berapa manfaatnya dari exit pole ini. Jadi ada 11 sebenarnya temuan dari exit poll ini. Tapi bisa saya gambarkan disini mungkin 3. Jadi gambarannya lebih detail mengenai kecenderungan para pemilih ini kita pilih usia, jender, dan pendidikan.

Keluaran dari exit pole ini diantaranya adalah usia, jender, dan pendidikan, dan kecenderungan-kecenderungan responden dalam memilih capres/cawapres, baik itu 01 maupun 02. Untuk exit poll ditentukan 4.000 responden di 2.000 TPS. Jadi satu TPS itu ada 2 responden berdasarkan systemic random sampling perempuan dan laki-laki.

Saya akan memberikan beberapa contoh hasil temuan dari exit poll. Ini kecenderungan berdasarkan usia. Kalau kita lihat disini, Bapak/Ibu sekalian, misanya untuk kecenderungan pilihan dalam pilres berdasarkan usia pemilih, pasangan capres/cawapres 01 ternyata banyak dipilih oleh responden dewasa hingga tua. Seperti terlihat usia 36 sampai 50 tahun sekitar 55,2 persen, dan pemilih 51 tahun ke atas 61 persen memilih capres 01 (Jokowi dan Pak Ma’roef Amin). Sementara pemilih muda, usia 17-21 tahun.

F-PDIP (DR. EVITA NURSANTY, M.SC.):

Pak Ketua, saya rasa ini tidak usah dijelaskan, kita sudah sering dengar, dan pemilu sudah

selesai. Jadi media lain hampir sama saja isinya, tidak ada bedanya. Tidak usah buang waktu, kita ke pendalaman saja kalau tidak ada yang lain.

KETUA RAPAT (DR. H. ABDUL KHARIS ALMASYHARI):

Oke, mungkin begini saja, di ringkas untuk yang exit pole. Tidak usah dirinci, tapi

kesimpulannya bagaimana saja.

DIREKTUR PROGRAM DAN UMUM LPP RRI (SOLEMAN YUSUF): Baik, Pimpinan Sidang dan Ibu Evita, terima kasih.

8

Jadi ini seperti contoh tadi, kita bisa teruskan, usia, jender, dan pendidikan. Dari hasil exit poll ini kemudian kita buat dalam pembahasan siaran pada hasil exit poll tanggal 17 April secara nasional.

Yang di foto ini adalah auditorium Yusuf Ronodipuro. Kita menghadirkan narasumber yang netral dan juga perwakilan dari TKN/BPN untuk membahas terutama hasil exit poll tanggal 17 April yang dilaksanakan oleh RRI. Kita dengarkan dan lihat sekilas bagaimana yang terjadi dalam studio di Yusuf Ronodipuro.

Saya akan lanjut. Ini tadi anggaran yang sudah disampaikan oleh Pak Dirut. Anggaran untuk program siaran pemilu itu ada 14 miliar 252 juta 436 ribu rupiah. hanya 1,43 persen dari pagu anggaran RRI keseluruhan.

Prioritas lain dari siaran pemilu RRI yang saya kira tidak kalah penting bahwa RRI mendukung target peningkatan partisipasi pemilih. Pada tingkat pusat RRI memfasilitasi gerakan cerdas memilih di 7 kota besar. Selanjutnya diikuti oleh 64 stasiun RRI di seluruh daerah. Ini ada beberapa foto tentang gerakan cerdas memilih, dari mulai kota besar (Jakarta, Surabaya, Semarang), sampai di daerah yang agak ke timur (Manokwasi, Sorong, Raja Ampat, Ambon), dan diberbagai daerah lainnya.

Program siaran dan liputan di luar negeri, jadi gerakan cerdas memilih, dialog interaktif, dan pagelaran yang dipadu itu juga dilaksanakan di Johor dan di Kucing. Tapi kami juga menurunkan 4 koresponden RRI di luar negeri. Kita pilih di Mesir, di Malaysia, di Hongkong, dan di Bangkok. Keempat pilihan ini karena pertama jumlah warga negara Indonesia di keempat negara tersebut cukup besar.

Alhamdulillaah, Bapak/Ibu Pimpinan dan Anggota Komisi I yang terhormat, untuk pertamakalinya RRI diipercaya sebagai host penyelenggara debat capres.. ada beberapa benefit yang bisa kita ambil dari keberadaan atau keikutsertaan RRI sebagai penyelenggara debat capres yang pertama tanggal 20 Juni kalau tidak salah, awal Mei. Jadi pertama bahwa pemirsa dan penonton RRI.net ini cukup besar, meningkat jumlahnya. Jadi tidak saja melalui teresterial, tapi juga melalui aplikasi lain/platform lain, seperti RRI play. Dia juga bisa mengunduh RRI.net disitu.

Kemudian juga banyak radio swasta yang ikut juga meminta ijin kepada RRI untuk me-relay siaran debat itu. kami juga bisa menayangkan atau memperkenalkan juara bintang radio kami, Dorkas, tampil disana. Dan mungkin sepintas nanti kita dengarkan pertamakalinya ketika MC atau moderator menyampaikan. Selain pemirsa dan penonton, dia juga menyapa pendengar. Ini eksistensi radio saya kira yang bisa didapatkan oleh RRI sebagai penyelenggara, selain kami belajar dari media-media televisi nasional yang sering menyelenggarakan itu. Berikut kita lihat sedikit lagi cuplikan tentang bagaimana debat pertama dilaksanakan.

Dari program debat capres/cawapres itu RRI mem-follow up nya dengan program yang namanya ‘mendebat isi debat’. Setiap debat capres/cawapres ini kita olah lagi, kita buat lagi programnya. Yang kita undang tim dari TKN dan tim dari BPN untuk bisa datang ke RRI untuk mendiskusikan lagi. Ini kita lihat ada Pak Sudirman Said dari BPN, dan juga ada Pak Benny Pasaribu dari TKN.

Kita juga mengundang mahasiswa dari berbagai perguruan tinggi untuk datang ke auditorium. Mereka bisa langsung berinteraksi dengan para narasumber, sehingga saya kira pembelajaran politik secara langsung itu bisa didapatkan oleh para mahsiswa tersebut.

Selain itu juga RRI memfasilitasi partai politik untuk melakukan kampanye dialogis dan monologis yang dilakukan secara gratis. Ini kita mengundang seluruh partai untuk mengirimkan perwakilannya secara resmi untuk datang untuk mengisi ruang publik kami di kampanye dialogis maupun monologis. Ada Pak Hidayat Nurwahid, ada juga Pak Hasto Kristiyanto, ada juga Pak Dev Laksono yang mengisi langsung disana.

Saya kira inilah diantara beberapa outcome yang bisa di dapat di RRI. Yang pertama kampanye gerakan cerdas memilih yang dilakukan di 65 satker dengan total pelaksanaan 90 kali lebih. Serta program-program lainnya, seperti gelar budaya, seperti konser musik, dan drama radio, ini juga memberikan kontribusi terhadap tingkat partisipasi masyarakat dalam pemilu. Terutama para pemilih milenial/para pemilih pemula, pemilih muda. Seperti yang disampaikan sebelumnya target KPU dalam pemilu 2019 77,5 persen ternyata terlampaui menjadi 80,90 persen. Tentu bukan klaim dari media RRI saja, tapi juga berbagai media yang lain yang juga ikut mengkampanyekan/mensosialisasikan pemilihan umum ini.

9

Kemudian yang kedua, yang kami rasakan bahwa program siaran pemilu mampu memberikan kontribusi pada peningkatan jumlah pendengar RRI. Salah satu indikatornya kami melihat dari lembaga survei independen netral, internasional, Nielsen. Jadi pada wave kesatu tahun 2019 (Januari, Pebruari, Maret, April) itu bersamaan dengan pemilu 2019 terjadi trend kenaikan pendengar RRI, di Pro1, Pro2, dan Pro3. Di Pro1 itu naik 20 persen secara nasional, kemudian di Pro2 itu naik 72 persen, di Pro3 naik 177 persen. Ini dilakukan di 11 kota besar di Indonesia.

Disampaikan tadi oleh Pak Rohanudin, Direktur Utama RRI, bahwa RRI menjaga marwahnya sebagai lembaga yang netral dan independen. Piece jurnalism ini kami pegang kuat-kuat. Kendapat menyajikan fakta atas suatu peristiwa yang terjadi yang bukan hoax, bukan fake, RRI tetap menegakkan prinsip jurnalistik dalam hal ini. Jurnalisme yang memberikan keteduhan, bukan kegaduhan di masyarakat.

Mekanisme di ruang redaksi kami sangat kuat protapnya. Harus ada observasi, riset dan wawancara, dan verifikasi untuk bisa menyampaikan berita-berita yang kira-kira nuansanya agak sensitif.

Bapak/Ibu Pimpinan dan Anggota Komisi I DPR RI yang terhormat,

Gugatan tim kuasa hukum BPN ke MK yang dilakukan pada tanggal 22 Mei ini menutup

episode ini. Tapi nyatanya jauh dari selesai, belum selesai. Episode selanjutnya akan terus kami kawal dalam siaran-siaran RRI dengan menjaga independensi, netralitas, sesuai marwah Tri Prasetya RRI. Kami berdiri di atas semua aliran keyakinan partai atau golongan dengan mengutamakan persatuan bangsa dan keselamatan negara.

Demikian paparan ini, terima kasih. Mohon maaf kalau ada yang kurang.

Wassalaamu'alaikum Warohmatulloohi Wabarokaatuh.

KETUA RAPAT (DR. H. ABDUL KHARIS ALMASYHARI): Cukup apa mau ditambah? Cukup? Terima kasih Ketua Dewan Pengawas LPP RRI dan Dirut LPP RRI atas presentasinya

sesuai dengan agenda hari ini. Selanjutnya kami persilakan kepada Pimpinan dan Anggota Komisi I untuk menanggapi dan melakukan pendalaman. Di meja ada satu yang akan melakukan pendalaman, yaitu Ibu Evita.

Silakan, Ibu Evita.

F-PDIP (DR. EVITA NURSANTY, M.SC.): Terima kasih Bapak Pimpinan.

Bapak Dewas dan Direksi RRI yang saya hormati, Terima kasih atas paparan yang diberikan, memberi gambaran kepada kita mengenai

kegiatan dan program dari RRI untuk masa pemilu. Tadi dipaparkan mengenai quick report. Saya ingat waktu pertemuan kita kapan saya bertanya untuk apa RRI mengadakan quick report. User-nya siapa, end user-nya. Ketika kita melakukan sesuatu kan ada end user, end user-nya ini siapa, untuk kepentingan siapa quick count ini. Karena biaya yang dikeluarkan itu hampir 4 M, bukan biaya yang murah. Dan ada lembaga survei/lembaga khusus yang menangani ini.

Inikan RRI tidak mengerjakan sendiri. Kerjasama lagi. Karena expertise-nya RRI bukan disitu. Kenapa kita memasuki expertise orang lain, toh disini saya lihat untuk siaran quick count saja RRI bekerjasama dengan lembaga survei lain. Kenapa, karena RRI tidak dapat ijin dari KPU untuk bikin quick count. Perusahaan-perusahaan yang bisa menjalankan quick count itu harus mendapat ijin dari KPU.

Pertanyaan saya, apakah RRI mendapat ijin dari KPU? Kalau tidak dapat ijin ngapain buang-buang duit, toh tidak bisa juga menayangkan di publik. Sebenarnya kalau tidak dapat ijin

10

ada aturannya. Pertanyaan saya, saya ingin tahu. Jadi katanya disini relawannya bisa sampai tadi 2 ribuan orang. It’s not the small money 2 ribu orang itu.

Kemudian hasilnya itu seperti apa. Katanya tidak bisa di akses untuk publik ini hasilnya. Coba sekarang kita buka, ke akses tidak hal ini. Coba kita tes nanti, ke akses atau tidak, bisa atau tidak. Jadi bagi saya ini sudah pernah saya angkat ketika pertemuan kita sebelumnya. Siapa end user daripada quick count ini. DPR kita tidak, kan begitu. partai politik, kita PDI Perjuangan jelas tidak. Kepada siapa? Inikan kepada publik, publik tidak bisa akses. Anda juga tidak bisa mempublikasikan, karena tidak dapat ijin dari KPU. Tidak kan? Dari 40 nama itu masuk RRI? Dari 40 itu termasuk RRI, dalam penayangan kenapa musti kerjasama dengan quick count lainnya? Ini menjadi pertanyaan saya, kalau memang RRI mendapat ijin harusnya kan tayang sendiri, kenapa musti kerjasama dengan orang lain? Terus yang melakukan quick count ini siapa sebenarnya? Apakah kerjasama dengan orang lain? Kalau kerjasama dengan tadi yang disebutkan beberapa anggota survei itu mereka sudah punya anggaran sendiri untuk itu. Dan hasilnya tidak usah disebutin, hasilnya sama semua dari apa yang kita lihat bertebaran selama ini.

Coba diberi penjelasan, jadi kita harus evaluasi. Yang tidak penting-penting tidak usah. Kita butuh anggaran. Kalau tidak, kita potong saja anggaran RRI ini kalau memang berlebih-lebih kemudian dibikin-bikin yang tidak jelas-jelas begini.

Kemudian saya mau tanya mengenai tadi juga disebut disini ‘RRI.net’. Berapa pemirsanya sebenarnya, penontonnya berapa? Karena kita kan sudah bilang RRI ini sebenarnya kita tidak bisa menolak daripada media baru. Memang suka tidak suka kita ini di era media baru sekarang ini. Tapi saya mau bertanya, berapa audiens-nya ini RRI.net ini? Kalau saya lihat tadi yang ditayangkan debat saya bisa lihat di Metro TV, saya bisa lihat dimana-mana, wong itu juga yang ditayangkan. Penyanyinya itu juga. Beda saatnya kalau break, RRI punya penari yang lain, penyanyi yang lain, atau mengangkat nuansa daerah, beda. Itu-itu juga cuma relay. Jadi apa ininya sebenarnya. Kalau membuat sendiri itukan berarti harusnya kan beda, ketika break-nya itu beda.

Terus saya ingin tahu, di pemilu inikan pasang iklan. Berapa pendapatan RRI untuk iklan yang kemarin ini?

Kemudian tadi terakhir Pak Direktur Program mengatakan RRI netralitas segala macam, benar saya setuju RRI itu harus netral. Tetapi ketika kita bicara NKRI dan persatuan RRI itu harus didepan pemersatu bangsa sesuai dengan motonya. Tidak ada netralitas, harus di depan untuk menjadi yang namanya pemersatu bangsa tersebut.

Kemudian netralitas dan lain-lain saya setuju. Tetapi jangan lupa, RRI ini adalah public relation daripada government. Wong anda masih netek sama Pemerintah, uangnya masih uang Pemerintah, anda wajib mensosialisasikan program-program Pemerintah. Bukan mengkampanyekan Presiden, tapi anda wajib untuk mensosialisasikan program-program Pemerintah.

Kemudian saya juga minta TKN/BPN, 01/02 stop, rakyat sudah jenuh. Jangan RRI terbelenggu dengan program itu terus sampai selesai MK, out dari situ. Coba bikin acara-acara yang memang mempersatu bangsa, kembali mengangkat bangsa Indonesia yang sudah terpecah ini bisa kembali satu. Bukan perpecahan itu terus saja, TKN/BPN, 01/02, itu tidak kunjung habis. Bukan disitu fungsinya RRI.

Coba anda bikin siaran-siaran/program-program yang memang mempersatu bangsa, itu yang saya harapkan. Bukan mengikuti trend daripada media yang lain. Kalau dia kan komersil media yang lain, anda kan masih dana APBN, jadi konsepnya jangan dibuat sama. Kalau saya lihat dari paparan yang diberikan tadi ini konsepnya sama, itu jelas salah dengan yang namanya moto dan visi daripada RRI itu sendiri ke depan.

Saya rasa itu beberapa catatan saya. Kemudian saya mendengar, kita buka-bukaan saja disini, komunikasi Dewas dan Direksi ini buruk. Coba diperbaiki. Pak Rohan, Pak Mistam, saya tidak mau dengar dari sini, dengar dari sini, dari sini dengar, dari sini dengar. Saya netral saja disini. Yang ini ngomongnya A, yang ini ngomongnya B, saya tidak mau dengar lagi. Ke depan yang namanya Dewas dan Direksi itu harus satu. Direksi ini diangkat oleh Dewas. Dewas ini fit and proper Komisi I, Dewas bertanggungjawab kepada Komisi I. Dewas mengangkat Direksi, Direksi bertanggungjawab kepada Dewas, OB kepada Dewas. Bukan Direksi yang segala-galanya disini. You diangkat dan diberhentikan oleh Dewas, jadi dengar apa omongan Dewas. Tidak bisa mau jalan sendiri-sendiri, tidak bisa disini. Jadi ingat, you diangkat dan kapan saja bisa diberhentikan

11

oleh Dewas. Karena Dewas laporannya ke kita, kita sebenarnya tidak direct kepada Direksi dalam hal ini Komisi I. Jadi tolong komunikasi diperbaiki antara Dewas dan Direksi. Ini bukan rahasia umum lagi, buruk komunikasi kalian Dewas dan Direksi, dan ini diperbaiki ke depan. Karena kita mau RRI tadi sama tujuannya RRI dengan kita/Komisi I sama untuk maju ke depan. Ke depan untuk maju kita harus satu.

Saya rasa itu saja, Bapak Pimpinan, terima kasih.

KETUA RAPAT (DR. H. ABDUL KHARIS ALMASYHARI): Terima kasih. Selanjutnya Pak Rudianto Tjen dulu. Habis itu Pak Timbul.

F-PDIP (IR. RUDIANTO TJEN): Terima kasih Pak Ketua.

Teman-teman Anggota Komisi I yang saya hormati, Yang saya hormati Pimpinan Dewas dan jajarannya, Direksi RRI dan jajarannya semua, Selamat sore semuanya.

Saya cukup bangga dengan program-program yang dilakukan oleh RRI. Kalau saya lihat

disitu mungkin program-programnya banyak adalah berita-berita tentang pemilihan umum dan seterusnya. Saya belum melihat tentang pendidikan untuk memilih. Karena kenapa, karena kita sebagai caleg-caleg di lapangan itu masyarakat kita itu sangat minim sekali tentang pengetahuan untuk cara-cara memilih. Malah masih banyak yang bertanya-tanya apakah misalnya calon presiden itu ada fotnya atau tidak, calon DPD RI itu foto atau tidak. DPR RI/DPRD itu ada foto dan tidak? Saya pikir hal-hal yang seperti ini, karena RRI ini adalah radio rakyat yang bersiaran dari kota sampai ke desa, saya pikir yang akan datang hal-hal seperti ini perlu kita perbanyak untuk sosialisasi cara-cara melakukan pemilihan umum dan apa-apa tentang pemilihan umum.

Yang kedua adalah tentang bertambah besarnya pemilih yang melakukan pemilihan, ini sesuatu yang menggembirakan sebenarnya. Tetapi saya belum melihat bahwa peran daripada RRI untuk ajakan kepada pemilih-pemilih kita pentingnya memilih, gunanya memilih, supaya meningkatkan kesadaran pemilih ini untuk beramai-ramai/berbondong-bondong datnag ke TPS untuk memberikan suaranya.

Untuk yang akan datang juga saya sangat berharap RRI itu betul-betul terus menerus melakukan ajakan-ajakannya seperti ini dan memberikan kesadaran dan mendidik masyarakat itu menjadi sadar suara mereka itu sangat penting. Karena apa, karena kita di lapangan itu wkatu kita sosialisasi dan sebagainya itu kita bertemu dengan masyarakat, masyarakat itu terus terang acuh tak acuh untuk menghadapi pemilihan umum ini. Ujung-ujungnya memang akhirnya money politic lah menurut saya yang menyebabkan masyarakat itu mau datang ke TPS dan memberikan suaranya.

Yang ketiga yaitu tentang radikalisme. Memang kalau kita lihat dari pemilihan kepala daerah DKI kita bisa melihat bahwa Jakarta ini menjadi daerah yang sangat tidak toleran. Radikalisme yang kita katakan dulunya tenang-tenang saja tidak ada apa-apa ternyata luar biasa. Dan ini berimbas juga di dalam pemilihan umum ini sehingga seorang presiden yang sudah bekerja selama 5 tahun diisukan dengan segala macam. PKI lah, akan melarang azan lah, dan seterusnya. Saya pikir hal-hal yang seperti inikan RRI itu sebagai corong dari Pemerintah, kata Ibu Evita tadi, bahwa ini sebenarnya kan yang RRI dan TVRI inilah yang harus mentralkan ini semua.

Kita di lapangan kadang-kadang itu mendapat penolakan terus terang. Sebagai contoh, saya sebagai PDI Perjuangan, saya kampanye ke daerah-daerah tertentu itu mendapat penolakan. Karena apa, karena katanya Jokowi itu akan melarang azan, Jokowi itu anti muslim dan sebagainya. Padahal kan tidak seperti itu. Tetapi setelah kita jelaskan, Presiden Jokowi inikan sudah 5 tahun bekerja, kita azan kan boleh-boleh saja, setiap saat tidak ada larangan dan sebagainya, dan akhirnya mereka baru sadar dan baru ‘kita bisa diterima di masyarakat’.

12

Untuk yang seperti-seperti ini sebenarnya RRI itu harus sensitif. TVRI juga sebenarnya harus sensitif. Ini hal-hal yang seperti ini menyangkut masa depan daripada bangsa kita. Kita harus sensitif, dan tolong ini disosialisasikan.

Mungkin demikian, Pak Ketua, terima kasih.

KETUA RAPAT (DR. H. ABDUL KHARIS ALMASYHARI): Terima kasih Pak Rudianto Tjen. Selanjutnya, Pak Timbul Manurung, silakan.

F-HANURA (DRS. TIMBUL P. MANURUNG): Terima kasih Bapak Pimpinan Rapat.

Yang kami hormati dari Dewas maupun Direksi dari LPP RRI. Saya menyampaikan beberapa hal. Yang pertama menyambung apa yang disampaikan

oleh Ibu Evita tadi, itu menyangkut exit poll oleh LPP RRI, hasilnya kita lihat adalah pasangan 01 yang memperoleh kemenangan. Hasil dari exit poll dimana ini juga kita lihat mendekati kepada hasil perhitungan secara manual.

Disini yang kami tanyakan adalah, bahwa kita lihat tadi hasilnya demikian, tetapi jelas dari pihak 02 tidak menerima, bahkan menyebutnya atau mengklaim justru pasangan 02 yang menang. Bahkan mengatakan telah terjadi kecurangan secara terstruktur, sistematis, dan massif.

Pertanyaan kami adalah sejauhmana objektifitas hasil exit poll tersebut? Ini mohon penjelasan dari Pimpinan LPP RRI. Karena kita tahu sekali lagi bahwa walaupun dinyatakan itu 01 menang masih juga berlanjut sampai sekarang permasalahannya masuk kepada Mahkamah Konstitusi.

Jadi jelasnya adalah yang kami pertanyakan sejauhmana objektifitas hasil exit poll itu. Walaupun tadi digambarkan itu tidak pure/tidak murni itu hasil kerja dari RRI. Itu adalah kerjasama dengan pihak lain.

Yang kedua yang kami ingin tanyakan juga, di dalam kampanye dialogis dan monologis itu ada penjelasan disini bahwa tingkat partisipasi masyarakat di dalam pemilu mencapai 80,90 persen. Pertanyaan kami disini adalah, apakah hasil ini murni hasil kampanye RRI, atau ada media lain? Jadi jangan kita klaim itu hasil kita dari RRI sendiri. Mohon penjelasan dari Direksi.

Lalu yang ketiga adalah, sebagaimana kita tahu bahwa RRI ini adalah lembaga penyiaran yang tadi disebut independen, yang justru sebagai corong dari Pemerintah. Ada hal yang kita lihat sebetulnya dari sini, menurut kacamata kami melihat sampai sejauhmana kampanye atau sosialisasi yang diberikan melalui RRI tentang ketentuan-ketentuan atau peraturan-peraturan yang patut diketahui oleh masyarakat secara luas? Salah satu contoh adalah mengenai Undang-Undang Nomor 9 Tahun 1998 tentang Kemerdekaan Menyatakan Pendapat di Depan Umum.

Kita lihat seperti kemarin kejadian tanggal 21 apa yang terjadi? Di dalam ketentuan itu sudah dinyatakan itu setiap pelaksana yang menyampaikan pendapat siapa penanggungjawabnya harus mematuhi peraturan-peraturan, antara lain tata tertib harus ada. Termasuk waktu. Kita tahu waktu adalah mulai jam 08.00 pagi sampai jam 18.00. Fakta di lapangan ternyata melebihi daripada jam itu. Ini kenapa terjadi?

Kalau saya katakan ini adalah pemahaman masyarakat masih belum, padahal undang-undangnya sudah sejak tahun 1998, sekarang kita sudah berada di tahun 2019, dan ini masih berlaku, dan ini adalah menjadi pedoman daripada aparat kepolisian di dalam rangka melakukan tugasnya untuk menjaga pengamanan terhadap pelaksanaan. Dimana kita lihat aparat kepolisian pimpinannya sudah menghimbau supaya ini waktu sudah melewati jam 18.00 toh masih ada diberikan, kebetulan pada saat itu kita lihat kita masih dalam menjalankan bulan puasa mengadakan sembahyang tarawih masih diberikan sampai jam 9 (21.00), tapi nyatanya tetap melebihi dari jam yang telah ditentukan. Ini gambaran ini mohon dijelaskan, seharusnya disinilah letak dari RRI selaku lembaga penyiar untuk bisa mensosialisasikan atau memberikan pemahaman-pemahaman terhadap masyarakat luas.

13

Sekian, terima kasih.

KETUA RAPAT (DR. H. ABDUL KHARIS ALMASYHARI): Masih ada? Pak Taufiq, silakan Pak.

F-PKB (DRS. H. TAUFIQ R. ABDULLAH):

Terima kasih.

Assalaamu'alaikum Warohmatulloohi Wabarokaatuh. Pimpinan/Anggota, Dewas dan Jajaran LPP RRI yang saya hormati.

Saya ingin cerita sedikit tentang kondisi masyarakat terkait dengan pemilu sekarang yang

saya kira sudah menjadi pengetahuan umum bahwa sekarang ini ada satu fakta dimana masyarakat itu ketika menghadapi pemilu mereka menganggap itu menjadi panen raya mereka, sehingga seorang calon mau tidak mau karena ingin jadi biasanya lalu mengikuti juga arus mereka. Kasarnya ngomong begini, orang kalau mau jadi apapun itu harus bayar. Calon kepala desa mau jadi kades mesti harus pakai uang. Ini kondisi umum yang sedang terjadi di masyarakat.

Menghadapi situasi seperti ini RRI sebagai media yang bisa menjangkau sampai pada akar rumput ini punya program apa. Saya melihat tidak ada itu sentuhan-sentuhan dari media negara. RRI inikan media negara, PR, speaker negara, yang seharusnya memiliki keprihatinan terhadap kondisi semacam ini sehingga ada sentuhan-sentuhan melalui acara-acara yang ditayangkan.

Katakan misalnya, masih banyak sebenarnya bahwa kades yang mereka mencalonkan diri sama sekali tidak pakai uang, bahkan itu di tanggung oleh seluruh kekuatan pendukungnya, sampai berakhir ketika pilkada selesai itu seorang kades justru kelebihan rokok, kelebihan macam-macam.

Riset semacam ini terhadap persoalan seperti ini perlu dilakukan oleh RRI. Dan itu di angkat bahwa persepsi kita secara umum masyarakat disebut ‘rusak’ itu sesungguhnya kan tidak rusak benar. Caleg masih banyak yang tidak pakai uang. Inikan seharusnya menjadi beban bagi RRI untuk bagaimana mengembalikan tentang citra diri masyarakat kita yang tidak seperti itu sesungguhnya.

Harusnya ada cerita tentang good story. Karena itu sebetulnya saya bertanya, bagi RRI apakah juga menggunakan prinsip di media bahwa bad news it’s good news atau tidak? Sebab bagi media pada umumnya berita baik itu ya berita jelek adalah berita baik. Kalau ada Anggota DPR rajin ke dapil, lalu banyak berbuat, itu bukan berita bagi media. Tapi kalau ada Anggota DPR lalu ketangkap KPK bahwa itu berita. Apakah RRI juga menggunakan prinsip itu? Kalau RRI sebagai penyangga bagi kehidupan berbangsa dan bernegara seharusnya tidak mengikuti prinsip-prinsip yang seperti itu.

Saya ingin bertanya, terus terang saja saya jarang mendengarkan RRI, akan tetapi setidaknya menurut cerita banyak orang belum banyak sentuhan-sentuhan yang terkait hal-hal mendasar seperti ini bagaimana membangun moralitas bangsa dan sebagainya melalui cerita-cerita yang menarik. Karena bukan jadi rahasia umum lagi bahwa pilkades dimana-mana ya seperti itu.

Yang kedua, sebagaimana tadi teman-teman sampaikan, ini media mainstream inikan kalah dengan medsos, medsos luar biasa. Karena memang banyak yang menjadi konten medsos itu adalah bad news itu tadi, cerita jelek itu luar biasa menarik. Ini ada strategi apa yang sudah disiapkan oleh RRI untuk menghadapi hal-hal semacam itu.

Saya kira itu saja Pak, terima kasih.

Assalaamu'alaikum.

14

KETUA RAPAT (DR. H. ABDUL KHARIS ALMASYHARI):

Bapak/Ibu sekalian, Demikian tadi pendalaman yang dilakukan oleh Anggota Komisi I. Untuk itu saya

persilakan kepada Dewas dan Dirut berbagi. Siapa mau duluan terserah, monggo.

DIREKTUR UTAMA LPP RRI (MOHAMMAD ROHANUDIN): Terima kasih.

Bapak-bapak dan Ibu-ibu yang kami hormati,

Saya memulai dengan pertanyaan penting sebenarnya yang berkaitan dengan bad news

at it’s good news. Itu bagi RRI tidak berlaku Pak. Karena jurnalisme yang dilakukan oleh RRI adalah jurnalisme damai, maka RRI betul-betul menjaga agar siaran yang disiarkan oleh RRI itu harus menumbuhkan kedamaian. Tidak boleh menciptakan kegaduhan, maka tidak boleh ada adu pendapat di RRI yang kemudian mengadudomba dan sebagainya. Ini terus kami jaga sejak Indonesia merdeka sampai sekarang, kami tidak boleh hilang.

Kemudian kenapa RRI membangun beberapa stasiun-stasiun di perbatasan? Itu sebenarnya untuk mengalirkan jurnalisme damai itu kepada seluruh masyarakat. Tidak terkecuali pada saat pemilihan umum.

Mengapa pada saat pemilihan umum? RRI itu membuat program namanya ‘Memilih Itu Juara’. Memilih itu juara sebenarnya segmennya ditujukan kepada anak-anak yang siap untuk memilih yang katanya jumlah pemilih muda itu mencapai 38 sampai 48 persen. Itu yang di jaga oleh RRI. Kami selalu mengkampanyekan ‘memilih itu juara’ sebenarnya agar mereka paham betul. Sosialisasi-sosialisasi yang di RRI bukan hanya dilakukan di bidang siaran, tetapi kami melakukan lewat kegiatan-kegiatan off air ‘memilih itu juara’. Begitu itu terus menerus kami lakukan lebih dari 5 bulan. Bahkan sejak awal tahun kami menggebyar acara ‘memilih itu juara’, dan semua publiknya besar di semua daerah di Indonesia. Jadi ini menjadi sangat penting, dan kami betul-betul jaga untuk menjaga kedamaian di Indonesia, itu adalah tugas utama daripada Radio Republik Indonesia.

F-PKB (DRS. H. TAUFIQ R. ABDULLAH):

Maaf, Pimpinan. Saya sangat respect dengan pikiran dan yang sudah dilakukan itu. Cuma barangkali saya

cuma ingin memberikan masukan saja kalau boleh. Saya berharap betul ada satu desain acara yang menceritakan/yang menggambarkan fakta-fakta, mohon maaf khususnya yang terkait money politic itu.

Jadi saya pernah datang ke beberapa desa yang seorang kepala desa ketika mencalonkan diri sama sekali tidak mengeluarkan uang. Kalau boleh saya sebutkan saja, itu ada di Desa Tunjung Mulih, Kecamatan Karang Moncol, Kabupaten Purbalingga. Itu luar biasa. Kalau itu diangkat dan menjadi tema besar itu menurut saya menarik. Kenapa, karena ini akan terus ada pilkades, akan ada pilkada serentak segala macam.

Inikan kalau tayangannya seperti itu, itu halus cara mengarahkan pikiran-pikiran masyarakat. Tapi kalau politisi tidak bisa menyampaikan itu, dan terus terang saja politis kelabakan di lapangan Pak. Ini pemilu paling edan ini, dan semua orang terbawa arus oleh itu. Yang bisa melakukan itu adalah salah satunya media-media seperti RRI, TVRI, dan sebagainya.

Saya kira itu, terima kasih.

DIREKTUR UTAMA LPP RRI (MOHAMMAD ROHANUDIN): Kami lanjutkan. Terima kasih masukan Pak Taufiq.

15

Dan tadi saya berdiskusi dengan Kapuspom juga untuk banyak bicara bagaimana kita membuat filler-filler pendek yang nanti akan bicara soal-soal yang seperti itu Pak. Ini satu masukan yang bagus bagi Radio Republik Indonesia, kami akan laksanakan.

DIREKTUR PROGRAM DAN UMUM LPP RRI (SOLEMAN YUSUF):

Terima kasih Pak Taufiq atas saran dan inspirasinya. Tapi kami punya beberapa acara yang mungkin mendekati apa yang harapan dari Pak

Taufiq tadi. Kami punya acara yang namanya ‘Kiprah Desa’. Kiprah desa ini berbeda dengan siaran pedesaan jaman orde baru dulu. Kiprah itu juga menceritakan inspirasi dari seorang tokoh yang ada di satu kampung atau satu desa. Bagaimana dia misalnya babat alas bagaimana dia melakukan. Itu nanti kita bisa kembangkan. Sekali lagi terima kasih.

Kami juga punya nama acara ‘Mata Air Pancasila’. Mata air Pancasila ini berbeda ketika, kalau Bapak pernah dengar di RRI itu, Tedjo Sumarno, Mata air Pancasila ini sangat lebih dekat kepada langsung kepada bagaimana nilai-nilai Pancasila itu diterapkan. Ini juga mungkin bisa kita nanti olah sehingga lebih tajam seperti harapan dari Pak Taufiq.

Demikian juga kita punya, sekalian menjawab pertanyaan Pak Taufiq tentang media mainstream sekarang ini agak kalah membacanya dari media sosial, kami punya acara yang namanya ‘Cek Fakta’. Cek fakta ini sebenarnya counter terhadap berita hoax Pak. Jadi kita kerjasama dengan Mafindo (Masyarakat Anti Fitnah Indonesia), setiap hari Sabtu itu tayang. Jadi menjelaskan apa sebenarnya yang terjadi ketika ada satu isu yang dipercaya benar padahal itu berita hoax yang menjadi viral. Itu yang kita coba. Tapi sekali lagi terima kasih masukannya Pak Taufiq, kami akan garap lebih detail. Memang menjelang pilkada dengan pilkades ini Pak.

Terima kasih.

DIREKTUR UTAMA LPP RRI (MOHAMMAD ROHANUDIN): Kami lanjutkan soal media mainstream. Bahkan di Asian Broadcasting Union RRI itu menjadi motor untuk bagaimana media

mainstream itu kuat dan meningkatkan trust-nya di depan publik untuk melawan hoax, dan itu menjadi kesepakatan radio-radio televisi di Asia. Itu idenya dari Radio Republik Indonesia, dan RRI terus menjalankan itu menguatkan mainstream.

Mengapa kemudian RRI sekarang sedang mengejar pendengar? Semakin banyak pendengar maka semakin banyak pula upaya-upaya pencerdasan kepada masyarakat itu diraih. Hasil survei di beberapa media survei bahwa RRI itu menempati urutan yang pertama di seluruh Indonesia.

F-PDIP (DR. EVITA NURSANTY, M.SC.):

Ijin, Ketua. Urutan apa Pak, yang pertama itu urutan apanya?

DIREKTUR UTAMA LPP RRI (MOHAMMAD ROHANUDIN): Urutan hasil survei.

F-PDIP (DR. EVITA NURSANTY, M.SC.): Survei sebagai apa urutan pertama?

DIREKTUR UTAMA LPP RRI (MOHAMMAD ROHANUDIN): Untuk pendengar. Jumlah pendengar radio di Indonesia yang terbesar adalah Radio

Republik Indonesia. Apakah itu berasal dari Nielsen, apakah itu berasal dari Indonesia Survei In Strategy, dan Kompas sekalian.

16

F-PDIP (DR. EVITA NURSANTY, M.SC.): Ada berapa jumlah pendengar RRI ini Pak, seluruh Indonesia berapa?

DIREKTUR UTAMA LPP RRI (MOHAMMAD ROHANUDIN): 45 juta itu daripada 75 juta pendengar di seluruh Indonesia. Pendengar radio yang

dimaksud, Ibu. Kami akan memberikan penjelasan bahwa Radio Republik Indonesia pernah

menyelenggarakan quick count pada tahun 2014. Tapi kemarin memang kami mendapat ijin dari KPU yang bernama sertifikat dari KPU. Hasil konsultasi kami dengan Dewan Pengawas, semua keputusan yang diambil oleh Direksi itu juga harus mendapatkan persetujuan secara resmi dan tertulis dari Dewan Pengawas. Dan Dewan Pengawas menyarankan/meminta supaya tidak melakukan quick count, sejak itulah bahwa RRI itu tidak menyelenggarakan quick count. Yang dilakukan oleh Radio Republik Indonesia itu adalah quick report berbasis exit poll.

Pengertian dari quick count itu RRI kalau menyelenggarakan quick count seperti tahun 2014 itu hanya satu media RRI mengumumkan hasil quick count-nya sendiri Pak. Tetapi RRI yang kemarin, pada pemilu kemarin ini, sama sekali tidak mengudarakan hasil pemilihan umum yang berdasarkan angka seperti quick count-quick count yang lain. Yang diselenggarakan oleh RRI adalah quick report (laporan cepat) berbasis exit poll.

Ini sangat berkaitan sekali dengan data-data siaran yang tepat yang disiarkan dari Pro3. Pro3 itu siarannya 24 jam, sedangkan pemilu itu bergulir sedemikian rupa maka Pro3 memerlukan data yang sangat akurat di dalam siaran, jangan sampai keliru. Karena itulah RRI menggunakan relawan di setiap stasiun-stasiun itu untuk membangun yang namanya exit poll. Exit poll itu bukan quick count. Exit poll itu adalah suatu kecenderungan-kecenderungan untuk mengetahui misalnya apakah benar kecenderungan pemilih muda sekian, 38 sampai 40 persen dugaannya sepertiu itu. Ternyata pemilih muda itu tidak berkisar disitu hasil exit poll.

Kami udarakan kemudian di analisa bersama kenapa anak muda yang dugaannya itu akan mencapai sekian persen memilih tapi ternyata mereka jauh agak di bawah hasil ini. F-PDIP (DR. EVITA NURSANTY, M.SC.):

Pak Dirut, exit poll, quick count, kita sudah tahu semua, tidak usah dijelaskan. Penjelasan

Bapak tidak benar juga tadi yang mengenai exit poll. Exit poll itu orang keluar dari TPS ditanya “lu nyoblos siapa tadi”. Kalau yang quick count itukan dari random daripada perolehan suara. Kita sudah tahu semua, itu tidak perlu dijelaskan.

Pertanyaan saya tadi itu adalah dengan siapa Bapak bekerjasama untuk melakukan ini. Karena Bapak itukan bukan lembaga survei RRI ini. Dengan siapa bekerjasamanya. Kemudian end user-nya ini siapa, untuk kepentingan siapa penyelenggaraan exit poll ini.

Karena di TV sendiri exit poll kan tidak boleh sama KPU, bolehnya cuma quick count. Dulukan ada exit poll, sekarang kan cuma quick count, itupun boleh dimulai jam 3 sore. Ada aturan-aturannya.

End user-nya ini siapa? Itu yang saya tanya. Kerjasama dengan siapa, end user-nya siapa, kepentingannya apa, itu pertanyaan saya.

DIREKTUR UTAMA LPP RRI (MOHAMMAD ROHANUDIN):

Terima kasih. RRI itu memiliki Puslitbang Diklat, disitu adalah pusat survei dari Radio Republik

Indonesia. Maka anggaran untuk penyelenggaraan exit poll itu dilakukan oleh Puslitbang Diklat Radio Republik Indonesia. Sama dengan media-media yang lain yang memiliki survei-survei sendiri.

Yang kedua, exit poll yang dilakukan oleh RRI itu minus anda milih siapa dan sebagainya itu tidak ada pertanyaan-pertanyaan seperti itu. Ini tadi yang disampaikan oleh Pak Direktur PP ini adalah kecenderungan-kecenderungan bagaimana perilaku masyarakat itu memilih, itu

17

sebenarnya bagian daripada nilai berita yang kami harapkan disampaikan kepada masyarakat. Jadi RRI itu tidak menghitung, Ibu.

F-PDIP (DR. EVITA NURSANTY, M.SC.):

Pak, Saya inikan bicara hasil daripada Bapak. Bapak kan tayangin ini semua, apa bedanya

dengan quick count yang lain? Usia sekian-sekian milik si ini, usia sekian-sekian milik si ini, apa? Tidak ada bedanya. Apa yang membuat dia beda dengan quick count yang lain? Tidak ada. Yang Bapak bilang Bapak berbeda itu berbeda dimana, tolong saya dikasih tahu Pak.

DIREKTUR UTAMA LPP RRI (MOHAMMAD ROHANUDIN):

Silakan, Pak DPP.

DIREKTUR PROGRAM DAN UMUM LPP RRI (SOLEMAN YUSUF): Terima kasih. Mungkin bisa saya bantu menjelaskan Ibu. Disini juga ada Kepala Puslitbang Diklat, nanti juga bisa menyampaikan. Jadi sekali lagi, exit poll kita itu kita menggunakan metodologinya sistemic random

sampling. Ada 4.000 responden dari 2.000 TPS di seluruh Indonesia. Jadi satu TPS itu ada 2 responden, laki-laki dan perempuan. Basisnya berbasis waktu. Jadi jam 9 sampai jam 10 misalnya itu kita cari responden perempuan. Kemudian jam 10 sampai jam 11 kita ambil responden laki-laki.

Seperti yang tadi disampaikan bahwa exit poll ini tidak bicara soal berapa presentasi capres 01, berapa capres 02. Sebenarnya dasar kita mengadakan exit poll ini untuk jurnalisme presisi di RRI sendiri. Kami tidak mau misalnya jadi sibuk menari di genderang orang lain.

Tadi saya ingin menjelaskan Ibu Evita, tapi nampaknya terlalu panjang. Presentasi yang tadi saya ingin sampaikan ini bukan soal 01 lebih unggul atau 02 lebih unggul. Misalnya kalau kita lihat berdasarkan usia, kita coba ingin mengetahui kalau Pak Jokowi dan Pak Ma’roef Amin, atau 01, itu lebih banyak di pilih oleh siapa. Oleh anak muda kah, oleh orang tua kah. Jadi bukan presentasi menang atau kalah. Itu presentasinya disitu.

F-PDIP (DR. EVITA NURSANTY, M.SC.):

Saya tanya, apa bedanya dengan lembaga survei yang lain? Ada, sekian-sekian ini ada.

Tadi kan Bapak bilang Bapak spesifik. Ini kita kan sekarang evaluasi pemilu topik kita hari ini, kita akan melihat apakah 5 tahun ke depan perlu kita lakukan atau tidak dengan anggaran sebesar itu. Makanya saya bertanya end user-nya siapa. Katanya tidak bisa di akses ini hasilnya. Terus untuk siapa Bapak bikin ini? Itu pertanyaan saya. Dengan buang uang 4 miliar yang bisa Bapak bikin program yang bagus untuk mempersatu bangsa ini. Anggaran kan dari anggaran pemilu Pak, bukan anggaran rutinnya litbang-litbang yang Bapak katakan tadi dari 14 sekian.

DIREKTUR PROGRAM DAN UMUM LPP RRI (SOLEMAN YUSUF):

Saya jelaskan sedikit, Ibu Evita. Jadi anggaran yang 4 miliar itu anggaran rutin Puslitbang Diklat.

F-PDIP (DR. EVITA NURSANTY, M.SC.): Oke kalau anggaran rutin. Sekarang Bapak buang anggaran rutin itu dipakai, tidak

dibuang, karena saya sampai sekarang masih belum melihat kegunaannya. Siapa end user-nya Bapak belum jawab. Ketika kita mau bikin suatu quick count itu end user-nya jelas. Indo Barometer ini end user-nya publik. Bapak ini siapa end user-nya. Wong di akses publik saja tidak bisa. Untuk apa? Kalau memang ini kepentingannya untuk RRI sendiri, Bapak musti berani bicara.

18

Kalau memang untuk kepentingan RRI sendiri, sekarang ada komplain dari 02, curang, massif, dan lain-lain, bahwa perolehan mereka itu 54, kenapa RRI tidak berani mengungkapkan ke publik “kami RRI sudah melakukan survei, tidak berbeda hasilnya dengan quick count yang lain”. Kenapa Bapak tidak berani? Untuk apa Bapak lakukan itu? Tidak ada yang Bapak lakukan itu. Kalau ada sudah di news.

DIREKTUR PROGRAM DAN UMUM LPP RRI (SOLEMAN YUSUF):

Terima kasih Ibu Evita. Tadi sudah dijelaskan di depan bahwa RRI itu tidak menghitung. Karena RRI tidak

menghitung, maka RRI tidak punya hak untuk menyampaikan hasil hitungan. Itu yang pertama.

F-PDIP (DR. EVITA NURSANTY, M.SC.): Pak, tunggu. Saya jangan dibodoh-bodohin. Bapak tidak menghitung bagaimana. Bapak

keluarkan prosentase disini. Bagaimana orang mengeluarkan prosentase tanpa hitungan, saya mau tanya sekarang. Kita jangan dibodoh-bodohin begini. Kita ini bukan orang bodoh. Bagaimana dikatakan RRI tidak menghitung tapi Bapak mengeluarkan prosentase disini? Ada prosentasenya Pak. Jadi itu ada hitungannya Pak. Jadi jangan dibilang itu tidak berhitung RRI. Jadi jangan melencengnya melenceng lebih tidak jelas lagi nanti.

DIREKTUR UTAMA LPP RRI (MOHAMMAD ROHANUDIN):

Yang dimaksud tidak menghitung itu, mohon maaf, tidak menghitung berapakah jumlah

pemenang Jokowi, berapakah jumlah Prabowo. Itu tidak muncul disitu, karena memang kami tidak melakukan hitungan.

F-PDIP (DR. EVITA NURSANTY, M.SC.):

Bapak presentasikan ke kita Pak.

DIREKTUR UTAMA LPP RRI (MOHAMMAD ROHANUDIN): Kalau itu kecenderungan, Ibu.

F-PDIP (DR. EVITA NURSANTY, M.SC.): Kecenderungan untuk apa. Bapak katakan quick count, exit poll. Bapak sendiri ngomong

exit poll sama quick count itu Bapak tahu bedanya, tadi Bapak jelaskan. Kecenderungan seperti apa? Marjin errornya itu sudah jelas. Ini riil data Pak, tapi random sample. Riil data, random sample, itu yang namanya quick count. Yang Bapak katakan kecenderungan Bapak mengira-ngira, bahaya sekali justru. Bagaimana Bapak keluar dengan hasil survei Bapak cuma perkiraan, tidak ada fakta dan data. Itu lebih bahaya kalau Bapak katakan itu ‘kecenderungan’.

Tapi kalau Bapak katakan Bapak punya quick count sendiri, oke kita lihat. Saya tidak against 100 persen, saya justru bertanya sekarang end user-nya siapa, manfaatnya apa. Jadi kan kita evaluasi sekarang ini, apakah worth it mengeluarkan uang 4 M itu tapi tidak bisa di akses oleh publik. Kalau memang ini end user-nya untuk internal RRI sendiri, kenapa Bapak tidak berani menyampaikan ke publik bahwa hasil quick count dari RRI sendiri 01 yang menang, kenapa? Kenyataan Bapak lakukan sendiri surveinya. Kan dikatakan yang 4 lembaga survei yang lain itukan curang, Bapak kenapa tidak berani mengatakan “kami lakukan sendiri survei ini, memang 01 yang menang”, kenapa Bapak tidak lakukan itu. Terus kalau Bapak tidak lakukan itu sebagai meluruskan berita-berita yang tidak benar di masyarakat, untuk apa ini dilakukan. Itu pertanyaan saya.

19

KETUA RAPAT (DR. H. ABDUL KHARIS ALMASYHARI): Saya minta Puslit jelaskan, karena kayaknya ada beda kesimpulan, beda persepsi,

tentang quick report. Silakan.

PUSLITBANG DIKLAT LPP RRI (AGUS WIDJANARKO): Mohon ijin, Pak Dewas, Direktur/Direksi.

KETUA RAPAT (DR. H. ABDUL KHARIS ALMASYHARI): Tolong jelaskan angka ini angka apa. Agar jangan disitu menyimpulkan begini, memahami

begini, Ibu Evita memahami yang berbeda. Tolong sampaikan dengan jelas. Memang tadi kita cut untuk tidak detailkan sehingga jadinya seperti ini.

Silakan Puslit. PUSLITBANG DIKLAT LPP RRI (AGUS WIDJANARKO):

Terima kasih Ketua Sidang. Tadi sudah disampaikan oleh Pak Dirut sebenarnya, jadi ada perbedaan antara exit poll

atau quick report dengan quick count. Quick report yang kami laksanakan adalah untuk kepentingan siaran Pak.

KETUA RAPAT (DR. H. ABDUL KHARIS ALMASYHARI): Stop. Berarti hasil quick report bisa di akses, disampaikan ke publik?

PUSLITBANG DIKLAT LPP RRI (AGUS WIDJANARKO): Kan melalui RRI.net bisa dilihat.

KETUA RAPAT (DR. H. ABDUL KHARIS ALMASYHARI):

Tolong jelaskan tadi. Disiarkan ke publik?

PUSLITBANG DIKLAT LPP RRI (AGUS WIDJANARKO): Iya, melalui RRI.net. RRI.net kan orang bisa mengakses RRI.net.

KETUA RAPAT (DR. H. ABDUL KHARIS ALMASYHARI): Jawab, bisa disampaikan ke publik atau tidak?

PUSLITBANG DIKLAT LPP RRI (AGUS WIDJANARKO): Bisa.

KETUA RAPAT (DR. H. ABDUL KHARIS ALMASYHARI): Ya sudah. Kenapa dari tadi tidak dijawab? Ini yang bikin Ibu Evita marah ini.

20

PUSLITBANG DIKLAT LPP RRI (AGUS WIDJANARKO): Jadi bisa di akses.

KETUA RAPAT (DR. H. ABDUL KHARIS ALMASYHARI): Kalau disampaikan ke publik, di tanya end user-nya siapa ya publik, selesai. Apa sulitnya

dari tadi?

F-PDIP (DR. EVITA NURSANTY, M.SC.): Ketua, saya dapat laporan ini tidak bisa di akses oleh publik. Ini yang benar yang mana?

Ini data tidak bisa di akses oleh publik. Makanya saya katakan, coba tayang, bisa di akses atau tidak.

F-PKB (DRS. H. TAUFIQ R. ABDULLAH):

Pak Ketua, saya menambahkan. Mungkin ada alasan kenapa hanya melalui online. Bukankah jaringan ini ada TVRI, ada

radio.

KETUA RAPAT (DR. H. ABDUL KHARIS ALMASYHARI): Tidak ada TVRI.

F-PKB (DRS. H. TAUFIQ R. ABDULLAH): Sorry, RRI ya, maaf.

DIREKTUR UTAMA LPP RRI (MOHAMMAD ROHANUDIN):

Mohon maaf saya jawab. Kan tadi sudah dijelaskan bahwa hasil quick report itu untuk siaran Pro3 yang 24 jam kami

siaran itu.

KETUA RAPAT (DR. H. ABDUL KHARIS ALMASYHARI): Pro3 itu apa Pak?

DIREKTUR UTAMA LPP RRI (MOHAMMAD ROHANUDIN): Pro3 itu Programa 3 Radio Republik Indonesia, siaran Radio Republik Indonesia.

KETUA RAPAT (DR. H. ABDUL KHARIS ALMASYHARI): Berarti bisa di akses oleh publik?

DIREKTUR UTAMA LPP RRI (MOHAMMAD ROHANUDIN): Disiarkan terus menerus Pak.

F-PAN (BUDI YOUYASTRI): Pimpinan, contohnya saja dibuka. Sekarang kan bisa pakai internet, tolong Bapak kasih

lihat timnya tampilin apa yang menjadi report.

21

F-PDIP (DR. EVITA NURSANTY, M.SC.): Luruskan informasi-informasi yang salah kepada kita bahwa buang duit tapi tidak bisa di

akses, ini benar atau tidak saya ingin tahu.

DIREKTUR UTAMA LPP RRI (MOHAMMAD ROHANUDIN): Mohon ijin. Memang itu tidak disiarkan seperti quick count Pak. Quick count itu bisa di akses oleh

publik, karena memang RRI tidak menyelenggarakan quick count. Yang dilakukan oleh Radio Republik Indonesia itu adalah mendapatkan data yang akurat dari seluruh masyarakat berdasarkan exit poll itu lalu disiarkan, supaya akurasi daripada berita-berita yang disiarkan oleh RRI tentang pemilu itu benar. Ini yang paling penting. Karena apa, pemilu itu panjang. Dalam satu hari penuh RRI kalau tidak punya data/tidak menyelenggarakan exit poll berdasarkan survei itu kami tidak punya data apapun. Maka itu semua data itu disiarkan lewat Radio Republik Indonesia. Radio Republik Indonesia itu disiarkan melalui dua titik, satu online (RRI.net), satunya adalah Radio di seluruh Indonesia. Jadi jelas bahwa kepentingannya untuk kepentingan edukasi masyarakat. KETUA RAPAT (DR. H. ABDUL KHARIS ALMASYHARI):

Oke, sekarang begini, RRI adalah Radio Republik Indonesia. Siarannya dalam bentuk

suara. Berarti waktu itu ketika disiarkan bisa didengarkan oleh masyarakat?

DIREKTUR UTAMA LPP RRI (MOHAMMAD ROHANUDIN): Betul Pak.

KETUA RAPAT (DR. H. ABDUL KHARIS ALMASYHARI): Yang kedua, berarti ada rekaman juga pada menit dan detik jam tersebut ada disiarkan.

DIREKTUR UTAMA LPP RRI (MOHAMMAD ROHANUDIN): Ada Pak.

KETUA RAPAT (DR. H. ABDUL KHARIS ALMASYHARI): Kenapa tidak dijawab dari tadi sudah disampaikan pada publik. Kan itu masalahnya. Yang kedua, yang ada di RRI.net itu juga ada datanya disiarkan dalam RRI.net. Tentunya

kan ini bisa di lihat kembali. Memang RRI tidak atau berbeda dengan TVRI atau berbeda dengan pengelola web, mestinya kan begitu, karena fokusnya pada siaran. Jadi firm bahwa memang disiarkan.

F-PDIP (DR. EVITA NURSANTY, M.SC.):

Ijin Pak. Pertanyaan saya adalah, saya itu bertanya berdasarkan presentasi yang diberikan,

kenapa ketika menyiarkannya Bapak bersama-sama dengan lembaga survei yang lainnya? Ini Bapak yang bikin, bukan saya ngarang-ngarang. Bapak yang bikin di presentasi Bapak bahwa untuk menyiarkan hasil daripada RRI ini bekerjasama dengan perusahaan lembaga survei lainnya. Kenapa Anda tidak siarkan sendiri? Anda dapat ijin KPU.

22

DIREKTUR UTAMA LPP RRI (MOHAMMAD ROHANUDIN): Itu yang mau kami jawab.

F-PDIP (DR. EVITA NURSANTY, M.SC.): Silakan dijawab.

DIREKTUR UTAMA LPP RRI (MOHAMMAD ROHANUDIN):

Jawabannya adalah begini, sebagai bukti bahwa RRI itu tidak menyelenggarakan quick

count, RRI bekerjasama dengan lembaga-lembaga survei untuk melengkapi siaran RRI. Karena RRI tidak punya data untuk quick count. Kami juga harus mendapatkan data-data yang lain untuk sebagai pengakurasian sekaligus melengkapi kekuatan berita yang disiarkan oleh Radio Republik Indonesia supaya masyarakat puas untuk mendapatkan informasi itu. Itulah RRI tidak menyelenggarakan. Kalau dulu tahun 2014 RRI tidak kerjasama dengan lembaga-lembaga survei.

Yang dikatakan kerjasama itu adalah RRI itu siarannya kemudian mereka, misalnya untuk hasil survei dari lembaga survei A misalnya Jokowi sekian, Prabowo sekian, itu kami siarkan hanya sebentar-sebentar saja untuk sebagai pembanding kepada masyarakat. Dan itu disampaikan bahwa itu adalah hasil survei yang dilakukan oleh lembaga survei A, oleh lembaga survei B, oleh lembaga survei C.

F-PDIP (DR. EVITA NURSANTY, M.SC.):

Pak Ketua, ijin. Kalau begitu kalau Bapak masih tidak yakin dengan apa yang Bapak buat, Bapak masih

mencari data dari quick count perusahaan lembaga survei lainnya, pertanyaan saya yang kedua tadi, apakah perlu RRI melakukan ini? Kan itu pertanyaan saya. Kalau Bapak tidak yakin dengan apa yang Bapak lakukan dengan hasilnya, dan Bapak bilang tadi untuk komparasi untuk ini dari quick count yang lain, untuk apa ini dilakukan.

Bapak bilang ini berbeda, hasilnya output. Kalau saya kan semuanya lihat output. Survei itukan yang harus kita tahu itukan dari output-nya, output-nya seperti apa, end user-nya ini kepentingannya siapa. Bapak katakan tadi menjawab pertanyaan saya tidak tepat jawaban Bapak. Berarti Bapak tidak yakin apa yang Bapak lakukan ini. Kalau Bapak katakan untuk menyiarkan itu Bapak musti bekerjasama dengan lembaga survei lain untuk komparasi, tidak confidence Bapak bahwa apa yang Bapak lakukan ini adalah yang sudah benar.

DIREKTUR UTAMA LPP RRI (MOHAMMAD ROHANUDIN):

Mohon maaf, Ibu. Saya sudah menyampaikan di depan perbedaan antara quick count dan quick report. Kami

tidak menyelenggarakan quick count.

F-PDIP (DR. EVITA NURSANTY, M.SC.): Jangan melantur. Kalau Bapak tidak menyelenggarakan quick count, kenapa output Bapak itu seperti quick

count? Kita sekali lagi, survei dilihat dari output-nya, survei dilihat dari end user-nya. Report yang Bapak berikan ini adalah, misalnya ini Bapak inikan: “Kenapa anda tidak memilih Jokowi” “Karena ekonomi terpuruk”. Itu ada angle yang Bapak ambil. Karena lapangan pekerjaan, banyak pengangguran, perlu

peningkatan, itu Bapak mengambil angle yang lain. Angle Bapak ini sama dengan quick count yang lain, tidak ada bedanya. Apa bedanya, saya mau tanya.

23

F-PG/WAKIL KETUA KOMISI I DPR RI (IR. H. SATYA WIDYA YUDHA, M.E., M.SC.): Boleh menambahkan, supaya saya juga tidak jadi ikut bingung Pak. Kalau yang saya tangkap dari omongannya Pak Rohan tadi, quick report adalah RRI.

Output-nya sebetulnya cuma jender, usia, sama pendidikan. Jadi di dalam siarannya Pro3 kira-kira Bapak itu akan ngomong bahwasanya orang umur 17 sampai 21 tahun kecenderungannya milih siapa. Misalnya wanita kira-kira kecenderungannya milih siapa. Dalam bentuk siaran. Betul tidak itu namanya quick report? Itu quick report kan?

DIREKTUR UTAMA LPP RRI (MOHAMMAD ROHANUDIN):

Iya.

F-PG/WAKIL KETUA KOMISI I DPR RI (IR. H. SATYA WIDYA YUDHA, M.E., M.SC.): Karena quick report kan Bapak bilang disini cuma jender, usia, sama pendidikan. Jadi

misalkan orang-orang perguruan tinggi yang S1 kira-kira punya kecenderungan milihnya siapa, kan begitu. Itu yang diumumkan dalam bentuk siaran pada waktu Pro3, ngomong si presenternya itu. Kalau quick count Bapak tidak ngapai-ngapain. Cuma Bapak mem-broadcast saja hasil orang lain? Ya sudah. Kalau begitu sekarang perbedaan daripada quick report dengan quick count sebetulnya quick report berbeda dengan quick count kalau modelnya begini.

Maksud saya begini, supaya saya juga paham, supaya antara quick report dengan quick count berbeda. Quick report disajikan dalam bentuk siaran, dalam bentuk orang ngomong/cerita kecenderungannya S1 itu kira-kira nyoblosnya lebih banyak ke Prabowo daripada ke Jokowi, tapi yang umur 17 lebih banyak ke Jokowi. Begitu kan yang diomongin? Dan itu diomongkan secara publik sehingga publik bisa mendengarkan langsung. Tapi yang quick count Bapak cuma menceritakan saja, LSI ngomong begini misalkan, terus Indo Barometer ngomong begini. Cuma ngomong saja kan.

Ya sudah, sekarang apa yang menjadi memberatkan di Bapak apa dalam penyajian itu?

DIREKTUR UTAMA LPP RRI (MOHAMMAD ROHANUDIN): Saya kira bagi kami tidak ada, karena kami sudah jelas membedakan antara quick count

dan quick report dan sebagainya. Jelas RRI itu menyelenggarakan untuk kepentingan siaran. Kalau RRI menyelenggarakan quick count maka kami akan menyebut “sampai menit kesekian Jokowi menempati sekian, Prabowo sekian”, kami akan berulang-ulang seperti itu. Tapi kami menghindari kalimat itu. Tapi hasil survei yang dilakukan oleh lembaga ini seperti ini, lembaga ini seperti ini, lembaga ini seperti ini.

Lalu ditambah agar materi berita RRI itu lengkap dan sebagainya maka kecenderungan-kecenderungan itu itukan sebenarnya value yang diinginkan, news value. News values sekaligus juga disitu nanti akan ada pendidikan yang disampaikan. Saya kira itu hal-hal yang penting yang ingin disampaikan. Sebenarnya ini sangat luas sekali.

F-PDIP (DR. EVITA NURSANTY, M.SC.):

Ijin, Pak Ketua. Ini Bapak lebih bingung lagi saya, Bapak ngomong survei lagi sekarang. Ini sudah hal yang

berbeda lagi yang Bapak omongin. Survei, quick count, exit poll, ini tidak sama ini. Tiba-tiba Bapak sekarang ini dari survei. Ini sebenarnya apa yang diomongin sekarang quick report ini.

Saya mau tanya ini ditayangkan jam berapa pertama ditayangkannya? Kan Bapak bilang ambil jam 10 sampai jam sekian. Bapak tayangkan hasil ini jam berapa pertamakali Bapak tayangkan.

24

DIREKTUR PROGRAM DAN UMUM LPP RRI (SOLEMAN YUSUF): Itu tanggal 17 April sesuai dengan peraturan dari KPU/Bawaslu dua jam terakhir, jam

15.00.

F-PDIP (DR. EVITA NURSANTY, M.SC.): Sekarang apa bedanya dengan quick count? Jadi pada jam 15.00 itu 40 lembaga survei

sudah tayang, sudah ketahuan, sampai bisa ketahuan pemilih umur sekian-umur sekian apa segala sudah ketahuan Pak.

DIREKTUR PROGRAM DAN UMUM LPP RRI (SOLEMAN YUSUF):

Saya mau ceritakan sedikit ke belakang, boleh? Jadi sebelum 2014 ini, 2009-2019 RRI sebenarnya sudah mengadakan quick report juga.

Waktu itu direktur utamanya Pak Parni Hadi. Kita adakan quick report sesuai dengan namanya itu ‘laporan cepat’.

Quick report itu kemudian berhenti di tahun 2014, kita menggunakan quick count atas keputusan bersama Dewas/Direksi. Maka di tahun 2019 ini kita mengajukan lagi quick report, tidak quick count. Oleh karena itu surat yang diajukan ke KPU itu bentuknya quick report. Jadi kami mau mengadakan quick report yang didalamnya itu ada exit poll untuk sekali lagi kebutuhan siaran kita. Kami ingin kira-kira ingin mendalam sekali tentang hal-hal yang berkaitan dengan pemilihan umum ini. Kalau hasil quick count-nya sendiri kami akan bekerjasama dengan lembaga survei lainnya.

KETUA RAPAT (DR. H. ABDUL KHARIS ALMASYHARI):

Sudah Pak, bukan ‘akan’.

DIREKTUR PROGRAM DAN UMUM LPP RRI (SOLEMAN YUSUF): Sudah bekerjasama dengan lembaga survei lain. Ini ditayangkan pada dua jam setelah tanggal 17 April. Kira-kira seperti itu, Ibu Evita dan Pimpinan Sidang. Terima kasih.

KETUA RAPAT (DR. H. ABDUL KHARIS ALMASYHARI): Ini saya coba lempar ke Dewas, karena Dewas yang menyetujui quick report sehingga

diantara mereka semua satu paham. Dewas nanti, Pak Freddy juga mau ngomong, coba bantu jelaskan kepada kami bahwa ada perbedaan antara quick report dengan quick count, sehingga nanti tidak di cecar terus sama Ibu Evita ini.

F-PKB (DRS. H. TAUFIQ R. ABDULLAH):

Atau kenapa lalu quick report, bukan quick count, itu yang penting.

KETUA RAPAT (DR. H. ABDUL KHARIS ALMASYHARI): Tapi sebelum Pak Freddy ini, saya harus menemui tamu dulu. Jadi nanti Pimpinan diambil

oleh Pak Satya. Silakan, Pak Satya.

KETUA RAPAT (IR. H. SATYA WIDYA YUDHA, M.E., M.SC.): Silakan Pak.

25

ANGGOTA DEWAS LPP RRI (DR. FREDERIK NDOLU): Terima kasih Pimpinan dan Anggota Dewan yang terhormat. Jadi sebenarnya dalam teori apapun begitu kita hitung exit poll masuk itu dalam sistem

survei atau quick count. Jadi sebenarnya ketika, ini pembahasan cerita nuansanya, kalau saya/oto kritis saya, saya salahkan Dewas saya, waktu itu saya yang mendorong harus berani tampilkan gigimu, artinya tampilkan hasil survei kita ke publik. Dan saya marah memang di dalam itu bahwa Direksi gamang jadinya.

Maka ada satu temuan/satu inovasi dari Direksi dan Dewas yang saya pikir oke tes saja, ini namanya quick report rasa quick count. Melakukan inovasi. Tapi apapun yang dilakukan akan di tes disini hari ini. Maka saya selalu mengatakan bahwa, karena mau kepada siapa. Pasti akan pertanyaan ke Dewan/ke publik adalah kepada siapa. Kegamangan 2014 dan hari ini menunjukkan kita kurang mendapat dukungan keberanian dari DPR. Karena waktu itu 2014 disikat ketika, saya dengar, saya belum ada disini, tapi katanya yang menyampaikan kemenangannya kepada Presiden Jokowi sekarang itu yang kalahnya membantai dalam sidang-sidang. Maka kegamangan ini saya dapat memahami ketika mereka urung untuk tidak melakukan. Padahal saya kira sudah pernah dilakukan, kenapa tidak.

Dan tadi benar Pak Satya ngomong tadi, kalau kita melakukan bahwa semua survei begini dan hasilnya begini RRI muncul dengan sesuatu, luar biasa Pak, dan itu DPR akan memberi jempol kepada RRI. Tapi kegamangan ini saya dapat memahami situasi di dalam.

Saya kira itu dari saya untuk coba memberikan situasi ini agar, karena memang kami tidak ahli dalam survei, karena kita melakukan broadcast. Jadi quick report itu kita sudah punya reporter seluruh Indonesia. Saya reporter dari tahun 1984, jadi saya ketika pemilu begini saya sudah di lapangan, di desa-desa itu, saya report. Tidak perlu pakai exit poll segala macam. Tapi apa pandangan publik terhadap itu. Saya melakukan report-report. Jadi quick report itu pekerjaannya RRI. Tapi ketika sekarang ada media sosial, mereka menghitung hasil itu dan memerlukan inovasi kepada ke arah survei atau quick count saya dapat memahami karena ini dunia sekarang berubah terus, temua teknologi yang berkembang, jadi bisa saja quick report rasa quick count juga bisa. Saya kira mohon dipahami.

Terima kasih.

KETUA RAPAT (IR. H. SATYA WIDYA YUDHA, M.E., M.SC.): Sebentar Pak. Saya melihat/membaca dari slide, exit poll ini menunjukkan siapa menang siapa kalah,

tetapi menunjukkan usia, jender, dan pendidikan. Benar tidak kira-kira? Jadi prosentase yang ditampilkan tidak menunjukkan menangnya is A atau si B, tapi hanya memberikan pendidikan, jender, sama usia. Kan itu saja. Maksud saya, kalau Bapak menjelaskannya ke kita harus seperti itu bahwa exit poll yang dilakukan itu hanya melihat kecenderungan-kecenderungan saja.

Soal tadi disampaikan bahwa ini banci ataupun apa ya inilah hasilnya kalau exit poll yang dimaksudkan di dalam slide ini. Tetapi begitu kita ngomong siapa yang menang kira-kira, itu quick count. Quick count Bapak tidak melakukan, cuma mem-boradcast hasil orang. Ya sudah berarti dijelaskan begitu saja Pak.

Mungkin topiknya sekarang kalau saya boleh mengenai anggaran. Kalau kita melakukan quick report apakah betul anggarannya 4 miliar. Tetapi kalau dari output kita sudah paham menurut saya, kalau saya memahami output-nya itu. Kalau quick report ya sudah cuma sekedar kecenderungan saja.

Kira-kira begitu tidak Pak? Tolong dipertegas Pak maksud saya. Kan saya memahami dari slide yang disampaikan. Karena kalau tidak, kita mempunyai asumsi ini seakan-akan hasil ini hasil siapa menang. Padahal ini bukan siapa menang ini, ini kecenderungan laki/perempuan sama umur 17, umur 35, pendidikank apa, perlaku saja kan.

Coba silakan diulang lagi penjelasannya, silakan.

26

KETUA DEWAS LPP RRI (MISTAM, M.SI.): Mohon ini, Pak Ketua.

KETUA RAPAT (IR. H. SATYA WIDYA YUDHA, M.E., M.SC.): Pak Dewas dulu.

KETUA DEWAS LPP RRI (MISTAM, M.SI.): Jadi apa yang disampaikan oleh Bapak Frederick tadi itu adalah sebuah dinamika di

dalam. Ini biar clear semuanya Pak saya sampaikan, kepada Ibu Evita juga, bahwa setelah dapat persetujuan dari KPU bahwa RRI berhak untuk menyelenggarakan quick count kemudian Direktur Utama bersurat kepada Dewan Pengawas untuk menyelenggarakan quick count. Setuju jujur Direktur Utama mau menyelenggarakan itu. Tetapi dinamika di internal Dewan Pengawas, memang salah satunya Bapak Frederick, laksanakan saja dengan minta persetujuan Komisi I DPR. Tetapi Dewan Pengawas tidak hanya Bapak Frederick, tetapi kita berdiskusi dari lima Dewas ini memutuskan kita tidak menyelenggarakan quick count. Tetapi Dewan Pengawas menyetujui Direksi menyelenggarakan quick report seperti halnya yang diselenggarakan Direktur sebelumnya, Bapak Parni Hadi.

Untuk materi-materi quick report ini apa saja materinya biar valid, maka ditambahlah informasi-informasi yang akurat. Diselenggarakanlah yang namanya exit poll tadi. Itu hanya sebatas untuk materi bahan siaran agar komprehensif siaran di RRI.net maupun di Pro3 secara nasional, Pro4 secara nasional pula. Jadi berdasarkan itu pulalah Dewan Pengawas menyetujui kegiatan quick report, dan datanya/basisnya exit poll tadi.

Saya kira itu Pak, terima kasih.

KETUA RAPAT (IR. H. SATYA WIDYA YUDHA, M.E., M.SC.): Mungkin tambah tadi Pak siapa, silakan.

DIREKTUR PROGRAM DAN UMUM LPP RRI (SOLEMAN YUSUF): Terima kasih. Mohon ijin, Pimpinan. Quick count itu adalah menentukan hasil dari sebuah proses pemilihan di tiap TPS.

Sampling-nya adalah TPS. Sementara quick report itu adalah perilaku orang yang kita jumpai. Prosentase yang ada disini adalah prosentase tentang jumlah responden, misalnya jender berapa orang, perilaku kecenderungannya apa. Itu yang kita potret disini Pak.

Jadi dua hal yang berbeda. Kalau quick count itu adalah memotret hasil perolehan suara, sample-nya adalah hasil di TPS siapa yang menang siapa yang kalah. Kemudian kalau quick report itu sampling-nya adalah orang, usia, jender, dan pendidikan, tentang perilaku kecenderungan memilih siapa. Jadi dua hal yang berbeda Pak.

Saya pikir itu, terima kasih. KETUA RAPAT (IR. H. SATYA WIDYA YUDHA, M.E., M.SC.):

Kalau begitu saya clear sekarang dengan dijelaskan seperti itu. Paling tidak saya paham

dari apa yang disampaikan. Mungkin ada pertanyaan lain? Silakan dilanjutkan saja.

DIREKTUR UTAMA LPP RRI (MOHAMMAD ROHANUDIN): Saya kira masih banyak pertanyaan yang belum dijawab tadi oleh kami. Pendidikan untuk

memilih waktu itu ya.

27

Jadi saya jelaskan sekali lagi pendidikan untuk memilih, dari mulai alasan kenapa mereka memilih, bagaimana mereka harus memilih karena banyak sekali misalnya kertas suara yang harus di coblos. Itu dilakukan diantaranya yang paling utama kita punya namanya ‘Gerakan Cerdas Memilih’ yang saya sampaikan tadi. Gerakan cerdas memilih itu dilakukan di 65 kota ada 90 kali. Setiap daerah itu bisa sampai satu satker RRI bisa menyelenggarakan 3 sampai 4 kali.

Saya sampaikan tadi di awal bahwa dia bukan sekedar dialog interaktif, tapi kami kadang juga mengundang pagelaran. Kadang kita masukkan soal-soal tentang pendidikan itu di dalam wayangan, di dalam dalangan, di dalam tarian. Bahkan kita kadang mengundang petugas KPU atau Bawaslu untuk mensimulasikan kertas-kertas suara. Jadi memang di lapangan, seperti yang tadi Bapak sampaikan, banyak sekali orang yang bingung/confuse. Yang merah itu untuk mana, yang biru untuk mana, itu yang kita jelaskan diantaranya seperti itu.

F-PDIP (DR. EVITA NURSANTY, M.SC.):

Tadi yang disampaikan Mas Rudianto Tjen itu konsern kita semua, caleg-caleg semua

pusing hanya gara-gara rakyat kita itu tidak tahu. Nama saya ‘Evita Nursanti’ itu ada di kertas warna apa. Bagaimana mungkin dia mau memilih saya, saya ada di kertas warna apa saja dia tidak tahu. Bagi kita Anggota DPR harus turun ke semua dusun, ke semua masyarakat, itu tidak mungkin. Dapil kita empat kabupaten. Setiap turun itu yang kita alami kenyataannya mereka tidak tahu kuning itu untuk DPR RI, hijau itu untuk kabupaten. Itu mereka tidak tahu. Ini pertanyaan kita ‘dimana anda’ yang mana sebenarnya RRI ini mempunyai jangkauan siaran yang begitu luas.

TVRI juga sama kita kritisi yang sama kemarin ini. Harus hadir RRI disini Pak, kita butuhkan. Karena kita hari ini sekali lagi ‘evaluasi program pemilu’, ini kita butuhkan ke depan. Jadi Bapak jangan defensive selalu ‘ini sudah ada, ini sudah ada’. Ketika itu memang sudah dilakukan kenapa masyarakat masih tidak tahu, kan menjadi pertanyaan lagi. Ini kendala yang kita hadapi caleg-caleg bagaimana kedepan nanti RRI ini bisa memegang peranan didalam melakukan sosialisasi tersebut.

Itu maksudnya Pak Rudianto Tjen Pak, terima kasih. DIREKTUR PROGRAM DAN UMUM LPP RRI (SOLEMAN YUSUF):

Terima kasih Ibu Evita. Mudah-mudahan Insya Alloh tidak defence. Saya catat semua masukan berharga dari

semua pertanyaan, dari Pak Taufiq, semua, dari Ibu juga kami catat, karena kami tahu bahwa masih banyak yang bisa kita perbaiki dalam siaran-siaran kami. Tapi paling tidka kami berupaya untuk itu, walaupun mungkin belum sampai 100 peresn, jauh mungkin dari 100 persen, kami berupaya. ‘Gerakan Cerdas Memilih’, tips-tips ILM dan lain sebagainya, itu akan kita giatkan lagi. Ini benar-benar evaluasi. Telingat kita boleh merah, tapi hati saya buka kuat-kuat supaya bisa memberikan yang terbaik. Masukan-masukan ini jadi berharga sekali. Terima kasih Ibu Evita dan Pak Rudianto Tjen.

Tingkat partisipasi masyarakat, Pak Timbul. Sekali lagi ini kami tidak narsis, tidak merasa bahwa tingkat partisipasi 80 sampai 90 persen itu karena kerja RRI saja, pasti tidak seperti itu. Tapi paling tidak kami punya tekad yang sama, punya i’tikad baik, punya good will, untuk bisa juga membantu KPU dan Pemerintah untuk mencapai target 77,5 persen itu. Alhamdulillaah 80,90 persen. Sekali lagi, bukan peran RRI saja, pasti peran media massa dan semuanya. Saya kira itu.

F-PDIP (DR. EVITA NURSANTY, M.SC.):

Tadi panjang lebar mengenai netralitas. Saya ingin tahu yang Bapak pahami mengenai

netralitas apa?

DIREKTUR PROGRAM DAN UMUM LPP RRI (SOLEMAN YUSUF): Saya mungkin setiap orang RRI yang kita sebut dengan ‘angkasawan/ angkasawati RRI’

itu punya sumpah yang sama. Tadi di akhir presentasi saya, saya sebutkan kita punya marwah Tri

28

Prasetya. Dalam netralitas dan independensi ada marwah Tri Prasetya di dalam kita yang mengatakan bahwa kami berdiri di atas semua aliran kepercayaan, partai dan/atau golongan. Tidak selesai sampai disitu, semata-mata demi persatuan bangsa dan keselamatan negara. Artinya, netralitas dan independen itu ada juga batasnya. Kalau itu merongrong keselamatan negara, merobek-robek persatuan bangsa, maka itu tidak berlaku. Menurut saya seperti itu. Semua orang RRI tanpa disadari mungkin secara redaksional dia tidak hafal, tetapi didalam jiwanya kami semacam doktrin yag kuat oleh founding father kami dalam Tri Prasetya itu.

F-PDIP (DR. EVITA NURSANTY, M.SC.):

Saya tambahkan sedikit yang netralitas kalau RRI Pak. Bapak inikan anggarannya anggaran APBN, berarti Bapak menayangkan program

Pemerintah. Bukan berarti Bapak tidak netral. Anggaran Bapak anggaran Pemerintah. Bukan berarti dalam kampanye kemudian Bapak stop informasi-informasi kegiatan-kegiatan daripada Presiden kita. Karena Bapak takut, ‘gamang’ tadi dikatakan, nanti ini dianggap kampanye. Padahal tidak, wong Bapak dibiayai APBN. Kecuali Bapak tidak ada biaya APBN lagi.

Ini saya melihat tidak massifnya program-program Pemerintah tersosialisasikan ke masyarakat dengan hoax yang beredar. Inikan nyata bahwa kita tidak tepat sasaran. Buktinya kalau kita tepat sasaran, kenapa hoax itu ada di dalam menyampaikan berita? Kita tidak mampu untuk meluruskan berita-berita hoax, berita-berita bohong ke tengah-tengah masyarakat. Kominfo mengeluarkan setiap tiga minggu apa berapa ini, itu yang hoax mana, yang benar mana, itu kenapa tidak diambil datanya? Saya suka dapat selalu dapatnya bahwa ini berita hoax. Itu ditayangkan ke masyarakat. Tidak benar bahwa Pak Jokowi itu melarang adzan, itu adalah berita hoax, dengan tegas disampaikan ke masyarakat. Tidak benar kalau dikatakan Pak Jokowi itu non muslim. Jelas dia itu muslim. Kenapa tidak berani Bapak, wong itu Presiden Bapak, anggarannya Bapak dari APBN.

Kenapa tidak berani mengatakan ke publik sekarang bahwa klaim daripada 02 itu tidak tepat bahwa dia itu 54 persen, Jokowi cuma 4 sekian persen, karena kami/RRI juga telah melakukan survei, sudah melakukan quick ini bahwa memang prosentasenya sekian. Ada disini prosentase akhirnya semua, kenapa tidak berani? Kalau memang tidak berani untuk apa kita lakukan?

DIREKTUR UTAMA LPP RRI (MOHAMMAD ROHANUDIN):

Jadi begini, saya buka sekarang Pak. RRI itu dalam banyak rapat direksi itu membedakan

Presiden sebagai kapasitas kepala negara dan Presiden sebagai calon. Presiden sebagai kapasitas kepala negara kami bisa 7 sampai 8 kali sehari. Apa yang disampaikan oleh Presiden kami embedded-kan tiga wartawan di istana. Tidak akan ada suara Presiden yang lolos dari berita Radio Republik Indonesia, kapasitas sebagai Presiden.

Pada saat kapasitas sebagai calon, kami memposisikan yang sama. Tapi tetap dalam satu kepentingan mempersatukan bangsa. Hal-hal yang buruk tidak akan pernah diudarakan oleh RRI, dan saya pecat yang namanya karyawan RRI. Penyiar RRI yang melakukan seperti itu kami pecat seketika. Itu soal kebangsaan.

F-PDIP (DR. EVITA NURSANTY, M.SC.):

Terima kasih kalau itu Bapak lakukan. Tapi yang pertanyaan saya tadi, kenapa Bapak tidak mampu untuk meluruskan hoax-hoax

yang beredar di tengah-tengah masyarakat.

DIREKTUR UTAMA LPP RRI (MOHAMMAD ROHANUDIN): Hoax itu setiap hari, disiarkan oleh RRI untuk menanggulangi hoax. Kesepakatan antara

RRI dan 4 lembaga penyiaran di Asia itu dimotori oleh RRI. Hoax harus dilawan dengan

29

meningkatkan trust terhadap mainstream, itu dilakukan oleh RRI setiap saat. Jadi mungkin Ibu, mohon maaf, tidak mendengarkan setiap hari Radio Republik Indonesia. F-PDIP (DR. EVITA NURSANTY, M.SC.):

Saya tidak mendengar, makanya saya tanya. Kalau memang itu bahwa hoax itu merupakan ancaman terhadap demokrasi kita ke depan

iya. Tapi yang saya maksudkan, adakah RRI itu meluruskan satu-satu berita yang hoax. Itu maksud saya. Kalau hoax begini-hoax begini itu saya setuju, bagus sekali. Tapi kan kita tahu banya berita hoax kepada Presiden kita, apakah ini diluruskan oleh RRI atau tidak? Itu menjadi pertanyaan saya, Bapak tinggal jawab.

DIREKTUR PROGRAM DAN UMUM LPP RRI (SOLEMAN YUSUF):

Diluruskan, Ibu. Tadi sebenarnya sudah saya sampaikan, mungkin tadi agak kurang jelas

penyampaian saya. Jadi di RRI itu ada program yang memang secara reguler itu disajikan. Setiap hari Sabtu itu kita kerjasama dengan Mafindo dan Kominfo, itu memang cek fakta atau hoax. Itu disiarkan di jaringan nasional di Pro3.

Bahkan di Pro1 di seluruh RRI di seluruh Indonesia itu kerjasama itu juga dilakukan. Jadi ada isu atau hoax-hoax lokal di satu provinsi itu urusannya RRI daerah. Kalau di Padang ya urusannya RRI Padang. Di Jakarta yang lebih sifatnya nasional, yang sifatnya lebih massif, lebih sensitif, itu ada di Pro3. Dan ini sekali lagi menjawab pertanyaan Ibu, kita kerjasama dengan Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM), Mafindo (Masyarakat Anti Fitnah Indonesia), dan juga Kementerian Kominfo yang disiarkan secara reguler setiap mingguan. Tapi kalau ada isu yang memang harus di counter cepat itu kita langsung kerjasama dengan Kominfo. Kami telepon, ini ada misalnya Ibu sampaikan ada hoax/ada isu bahwa Pemerintah Jokowi melarang adzan, itu langsung kita hubungi. Ada narasumbernya dari Kominfo langsung menjawab. Kadang-kadang Ibu Dirjen dulu kadang-kadang menjadi narasumber kami. Jadi seperti itu kira-kira. Selain itu kami juga tayangkan di RRI.co.id.

Saya kira itu, Ibu Evita, terima kasih.

F-PKB (DRS. H. TAUFIQ R. ABDULLAH): Pimpinan, inikan memang kita sulit untuk melakukan evaluasi konten, karena menelusuri

jejaknya menjadi kesulitan bagi kami. Jadi Bapak cerita tapi buktinya mana kami kan tidak tahu. Karena itu suara, setelah diomongkan hilang. Tapi mungkin Bapak punya sistem tersendiri yang memungkinkan untuk memberikan report kepada kami dalam bentuk tertulis.

Katakan misalnya begini Pak, isu tentang tenaga kerja asing itu luar biasa sampai ke tingkat bawah, China jutaan orang datang ke Indonesia. Pernahkah Bapak memberitakan yang sifatnya klarifkatif berapakali, dalam acara apa, disiarkan pada jam berapa, detik keberapa, hari apa, dan seterusnya. Karena ini pertanggungjawaban publik Pak dan DPR berhak untuk mempertanyakan itu, karena ada anggaran yang dikeluarkan oleh negara. Jadi saya meminta secara tertulis siaran tentang ini yang sifatnya klarifikatif dan mesti ada penjelasan tertulisnya.

Pertanyaan saya juga, apakah kita bisa mengecek siaran-siaran lama itu, masih bisa kita cek tidak, melalui proses bagaimana?

Saya kira itu, terima kasih. DIREKTUR UTAMA LPP RRI (MOHAMMAD ROHANUDIN):

Terima kasih Pak. Dalam siaran radio RRI itu punya file, punya database disitu. Misalnya hari ini ada siaran

satu jam yang lalu, saya minta yang satu jam lalu ini, dikeluarkan. kami punya data Pak.

30

F-PKB (DRS. H. TAUFIQ R. ABDULLAH): Itu saya bisa dilaporkan kepada komisi.

DIREKTUR UTAMA LPP RRI (MOHAMMAD ROHANUDIN): Yang kami maksud data yang kami siarkan, disiarkan oleh Radio Republik Indonesia.

KETUA RAPAT (IR. H. SATYA WIDYA YUDHA, M.E., M.SC.): Jadi begini Pak, kan sudah nangkap apa esensinya dari beberapa pertanyaan tadi, bahwa

satu supaya kita juga menginformasikan secara baik kepada masyarakat terhadap berita yang selalma ini kita kategorikan hoax. Terus yang kedua tadi juga menyangkut mengenai fungsi daripada Presiden selaku kepala negara dengan Presiden sebagai Capres. Itukan semuanya sebetulnya ada di dalam tayangan RRI ini. Tinggal mungkin nanti yang kita harapkan di dalam jawaban Bapak samapikan saja penanggulangan hoax disiarkan melalui program apa, jam berapa, temanya apa. Lantas kegiatan Presiden, atau kegiatan Pemerintah dalam hal ini, itu ada dimana, di siaran apa. Supaya ini menjawab semua dari apa yang dipertanyakan oleh Anggota.

Saya lihat tadi sebetulnya Bapak melakukan, tapi tidak tersampaikan ke kita saja pada waktu kita melakukan rapat dengar pendapat ini. Supaya pada waktu kita membahas netralitas sebetulnya sudah dilakukan netralitas itu, cuma Bapak tidak menyajikan dalam bentuk seperti ini. Mestinya Bapak bisa jawab “saksikan program kami di pukul sekian, jam sekian”, disitulah letaknya kita menunjukkan asas netralitas kita. Misalkan seperti itu. Itu saya rasa nanti di dalam jawaban tertulis itu bisa disampaikan dengan baik.

Saya rasa cukup ya? Silakan.

F-PDIP (DR. EVITA NURSANTY, M.SC.): Sebelum di tutup, Pak Dirut, saya punya pesan, sekarang ini banyak sekali ulama-ulama

yang mengedarkan/menyebarkan paham-paham radikalisme. Tolong di seleksi benar narasumber dari acara-acara keagamaan yang ditayangkan oleh RRI.

Terima kasih.

KETUA RAPAT (IR. H. SATYA WIDYA YUDHA, M.E., M.SC.): Itu poin yang bagus Pak. Saya juga ingin menambahkan sedikit, bahwa BIN kan mengeluarkan beberapa hasil dan

nama-nama, baik itu universitas, maksudnya guru besar, ataupun juga sampai kepada tokoh-tokoh agama. Itu bagaimana sekarang RRI bisa mengimplementasikan itu.

Jadi misalkan di RRI tidak ada tayangan atau memberikan satu ruang pada mereka-mereka yang direkomendasikan oleh BIN untuk di broadcast di RRI. Misalkan seperti itu. Atau sudah dilakukan screening dan sebagainya.

Silakan Pak.

DIREKTUR UTAMA LPP RRI (MOHAMMAD ROHANUDIN): Terima kasih Pak, terima kasih juga masukan dari Ibu Evita. Jadi tidak usah siaran-siaran yang berlangsung setiap hari. Siaran kuliah subuh saja kami

harus juga saring melalui rapat-rapat siaran setiap hari. Misalnya Programa 1 (satu) itu ada acara jam setengah enam sampai jam enam pagi (05.30-06.00). Itu siapakah ustadznya yang akan bicara itu kami pertimbangkan betul untuk membangun kedamaian. Jadi tidak akan masuk ke RRI.

Dan itu pasti di rekomendasi sebagian oleh Kementerian Agama. Jadi kami selalu minta rekomendasi dari Kementerian Agama. Itupun masih di saring oleh RRI. Jadi RRI itu menyaring sampai seperti itu, sangat multiplayer, karena itu RRI itu sangat hati-hati dengan itu.

31

F-PDIP (DR. EVITA NURSANTY, M.SC.): Makanya saya pesan Pak. Karena di masjid-masjid itukan baca kita di media, di masjid-

masjid BUMN itu ada sudah semuanya. Jadi hati-hati jangan masuk ke RRI, jadi saya pesankan. Itu yang harus benar-benar diperhatikan ketika melakukan siaran-siaran yang bersifat keagamaan.

DIREKTUR UTAMA LPP RRI (MOHAMMAD ROHANUDIN):

Terima kasih Ibu.

KETUA RAPAT (IR. H. SATYA WIDYA YUDHA, M.E., M.SC.):

Clear ya pesannya ini, pesan yang saya pikir perlu ditindaklanjuti. Supaya kita juga

menghemat waktu ini karena sudah cukup lama, maka saya akan sampai kepada draft kesimpulan rapat. Silakan ditayangkan, jadi saya bacakan:

Draft Kesimpulan Rapat Dengar Pendapat Komisi I DPR RI

Dengan Dewas LPP RRI dan Direksi LPP RRI

Selasa, 28 Mei 2019 1. Komisi I DPR RI menerim apenjelasan Dewas dan Direksi LPP RRI terkait

penayangan Pemilu Legislatif dan Pemilu Presiden 2019. Sehubungan dengan hal tersebut Komisi I DPR RI memberikan apresiasi kepada LPP RRI terkait program isi siaran pemilu, dan kedepannya untuk dapat meningkatkan program siaran pemilu sesuai perannya sebagai media pemersatu bangsa;

Ada masukan, Ibu Evita, silakan.

F-PDIP (DR. EVITA NURSANTY, M.SC.): Yang berkaitan dengan hal ini saya tadi minta sama Pak Dirut, di stop itu tampilan TKN,

BPN, 01, 02. Pemilu sudah selesai. Sekarang ini tampilkan yang nuansa-nuansanya perdamaian, mengangkat persatuan. Kalau di kasih debat-debat terus di TV tidak akan selesai-selesai. Jadi jangan RRI juga ikut ke arah situ maksud saya saya.

Terima kasih.

KETUA RAPAT (IR. H. SATYA WIDYA YUDHA, M.E., M.SC.): Jadi sudah masuk ya yang Ibu Evita, dan sesuai perannya sebagai media pemersatu

bangsa. Jadi bisa kita sepakati? Sepakat ya.

(RAPAT : SETUJU) 2. Komisi I DPR RI mendesak Dewas dan Direksi LPP RRI untuk meningkatkan

komunikasi dan koordinasi yang lebih baik dengan merujuk ketentuan yang berlaku sehingga ke depan kinerja LPP RRI menjadi lebih optimal:

Ada masukan, tambahan?

ANGGOTA DEWAS LPP RRI (DR. FREDERIK NDOLU): Boleh menambahkan Pak?

32

Mungkin di forum ini juga saya usul agar bagaimana Dewan memberikan keyakinan RRI untuk melakukan semacam, kan lima tahun lagi kita akan hadapi kayak gini, kegamangan ini bisa hilang, bisa tidak ada. Karena RRI ini harus tampil di depan untuk menyampaikan yang benar itu. KETUA RAPAT (IR. H. SATYA WIDYA YUDHA, M.E., M.SC.):

Ini subyek yang berbeda yang disampaikan Pak Frederick. Ini yang 2 (dua) dulu kita

sepakati. Nanti kita tambahkan. 2 (dua) setuju ya.

(RAPAT : SETUJU)

F-PDIP (DR. EVITA NURSANTY, M.SC.): ‘memperbaiki dan meningkatkan komunikasi’.

KETUA RAPAT (IR. H. SATYA WIDYA YUDHA, M.E., M.SC.): ‘memperbaiki dan meningkatkan’, memang harus progresif. Tidak boleh cuma hanya

‘meningkatkan’ saja. ‘memperbaiki’ itukan lebih mantap. 3. Komisi I DPR RI mendesak Dewas dan Direksi LPP RRI untuk memberikan jawaban

tertulis kepada Komisi I terhadap pertanyaan-pertanyaan dengan merujuk kepada program yang disiarkan;

Ini paling tidak supaya konsern sama Pak Taufiq masuk. Jadi kalau memang sudah pernah

memberikan siaran yang menyangkut masalah netralitas, menyangkut masalah berita hoax, yang disiarkan dalam kurung ya, dalam kurung itu masalah netralitas, masalah hoax. Masalah apalagi, Pak Taufiq?

F-PKB (DRS. H. TAUFIQ R. ABDULLAH):

Program Pemerintah.

F-PG/WAKIL KETUA KOMISI I DPR RI (IR. H. SATYA WIDYA YUDHA, M.E., M.SC.): Program Pemerintah. Kalau hate speech kan saudaranya hoax biasanya. Anti radikalisme.

Dalam kurung titik. Kita bisa sepakati kan? Hate speech boleh. Jadi ‘hoax, hate speech (ujaran kebencian)’. Bisa kita sepakati nomor 3 ya.

(RAPAT : SETUJU)

‘dan lain-lain’ nanti malah bingung, apalagi. Ini yang kita omongkan hari ini adalah inilah, netralitas, hoax, ujaran kebencian, program Pemerintah, anti radikalisme dalam bentuk program-program siaran. Jadi kalau Bapak nanti memberikan jawaban kepada kami itu adalah dimana letak daripada RRI di dalam rangka menjelaskan masalah-masalah tersebut, di dalam program apa.

Bisa paham ya Pak.

(RAPAT : SETUJU)

Ada tambahan lagi? Tidak ada ya, sudah cukup. Jadi 1, 2, 3 sudah mencakup dari semua apa yang kita bicarakan dari siang hingga menjelang sore hari ini. Sebelum saya menutup maka saya akan minta Dewas untuk memberikan kata sambutan akhir sebelum saya tutup.

33

KETUA DEWAS LPP RRI (MISTAM, M.SI): Terima kasih waktu yang diberikan. Tadi apa yang disampaikan berupa pertanyaan dan masukan menjadi masukan bagi kami

dan akan kami lakukan semuanya itu untuk perbaikan kami semuanya dan lebih baik lagi. Dan Insya Alloh juga komunikasi Dewan Pengawas dan Direksi yang penuh dengan dinamika ini tidak lain dan tidak bukan adalah kepentingan untuk memajukan Lembaga Penyiaran Publik Radio Republik Indonesia. Kami adalah rukun-rukun saja dan kami adalah baik-baik saja untuk kemajuan RRI.

Dan terakhir Pak, dan mudah-mudahan dalam berlebaran nanti bisa bertemu kembali dalam suasana lebaran, karena Insya Alloh akan RDP tanggal 12.

Terima kasih. Mohon maaf lahir dan bathin.

KETUA RAPAT (IR. H. SATYA WIDYA YUDHA, M.E., M.SC.): Terima kasih. Saya atas nama Pimpinan dan Anggota Komisi I mengucapkan terima kasih atas

terselenggaranya rapat dengar pendapat pada siang hari ini. Adapun hal-hal yang kita perdebatkan tidak dimaksudkan untuk memusuhi atau mempunyai hal-hal yang tidak kita inginkan secara bersama-sama, namun demikian lebih untuk bagaimana kita memahami satu dengan yang lain mengenai peran dan fungsi sehingga kita bisa menjalankan proses daripada pengawasan sebagaimana tupoksi dari komisi terhadap mitra dengan baik dan benar. Saya mohon maaf apabila ada hal-hal yang tidak berkenan selama penyelenggaraan daripada rapat dengar pendapat pada siang hingga sore hari ini.

Dengan demikian,

Akhirul Kalam Wabillaahitaufiq Wal Hidaayah Wassalaamu'alaikum Warohmatulloohi Wabarokaatuh.

KETOK PALU : 3 KALI (RAPAT DITUTUP PUKUL 16.29 WIB)

Jakarta, 28 Mei 2019 a.n. KETUA RAPAT

SEKRETARIS RAPAT,

SUPRIHARTINI, S.IP., M.Si. NIP. 19710106 199003 2 001