DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA RAPAT...

25
161 DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA R I S A L A H RAPAT PANITIA KERJA RUU TENTANG PROTOKOL Tahun Sidang : 2010 - 2011 Masa Sidang : I Jenis Rapat : PANITIA KERJA Rapat ke : 14 Dengan : Pemerintah Hari, Tanggal : Rabu, 18 Agustus 2010 (malam) Waktu : Pukul 21.20 – 23.00 WIB A c a r a : 1. Membicarakan perbaikan DIM 2. Lain-lain. T e m p a t : Hotel Novotel, Bogor Pimpinan Rapat : H. TB. SOENMANDJAJA, SD Sekretaris Rapat : Drs. Budi Kuntaryo Hadir : …. orang Anggota dari 30 Anggota A. PIMPINAN : 1. H. TRI TAMTOMO, SH. ( KETUA ) ( F – PDI PERJUANGAN ) 2. DR. H. SUBYAKTO, SH., MH ( WAKIL KETUA ) ( F – PD ) 3. DRS. TAUFIK HIDAYAT, MS.i ( WAKIL KETUA ) ( F – PG ) B. ANGGOTA PANJA RUU TENTANG PROTOKOL : I. FRAKSI PARTAI DEMOKRAT : 1. HJ. HIMMATULLAH ALYAH SETIAWATY, SH., MH 2. DRS. H. GUNTUR SASONO, M.Si 3. RUHUT POLTAK SITOMPUL, S.H 4. DRS. UMAR ARSAL ARSIP DPR RI

Transcript of DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA RAPAT...

Page 1: DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA RAPAT …berkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/1-20170508-023659-1275.pdf · Minta penjelasan contoh tokoh masyarakat tertentu itu siapa

161

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT

REPUBLIK INDONESIA

R I S A L A H RAPAT PANITIA KERJA RUU TENTANG PROTOKOL

Tahun Sidang : 2010 - 2011 Masa Sidang : I Jenis Rapat : PANITIA KERJA Rapat ke : 14 Dengan : Pemerintah Hari, Tanggal : Rabu, 18 Agustus 2010 (malam) Waktu : Pukul 21.20 – 23.00 WIB A c a r a : 1. Membicarakan perbaikan DIM

2. Lain-lain. T e m p a t : Hotel Novotel, Bogor Pimpinan Rapat : H. TB. SOENMANDJAJA, SD Sekretaris Rapat : Drs. Budi Kuntaryo Hadir : …. orang Anggota dari 30 Anggota A. PIMPINAN : 1. H. TRI TAMTOMO, SH. ( KETUA ) ( F – PDI PERJUANGAN ) 2. DR. H. SUBYAKTO, SH., MH ( WAKIL KETUA ) ( F – PD ) 3. DRS. TAUFIK HIDAYAT, MS.i ( WAKIL KETUA ) ( F – PG ) B. ANGGOTA PANJA RUU TENTANG PROTOKOL : I. FRAKSI PARTAI DEMOKRAT : 1. HJ. HIMMATULLAH ALYAH SETIAWATY, SH., MH 2. DRS. H. GUNTUR SASONO, M.Si 3. RUHUT POLTAK SITOMPUL, S.H 4. DRS. UMAR ARSAL

ARSIP D

PR RI

Page 2: DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA RAPAT …berkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/1-20170508-023659-1275.pdf · Minta penjelasan contoh tokoh masyarakat tertentu itu siapa

162

II. FRAKSI PARTAI GOLKAR : 2. H. ANDI RIO IDRIS PADJALANGI, SH., M.Kn 3. DRS. H. MURAD U. NASIR, M.Si 4. ADITYA ANUGRAH MOHA, S.Ked

III. FRAKSI PARTAI DEMOKRASI INDONESIA PERJUANGAN :

1. ARIF WIBOWO 2. DRS. H. SETIA PERMANA

IV. FRAKSI PARTAI KEADILAN SEJAHTERA :

1. DRS. AL MUZZAMIL YUSUF

V. FRAKSI PARTAI AMANAT NASIONAL : 1. DRS. H. RUSLI RIDWAN, M.Si

VI. FRAKSI PARTAI PERSATUAN PEMBANGUNAN :

1. DRS. H. ZAINUT TAUHID SA’ADI, M.Si

VII. FRAKSI PARTAI KEBANGKITAN BANGSA : 1. DRS. H. IBNU MULTAZAM

VIII. FRAKSI PARTAI GERINDRA : 1. DRS. H. HARUN AL-RASYID, M.Si

IX. FRAKSI PARTAI HANURA :

1. H. SARIFUDDIN SUDDING, SH., MH

ARSIP D

PR RI

Page 3: DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA RAPAT …berkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/1-20170508-023659-1275.pdf · Minta penjelasan contoh tokoh masyarakat tertentu itu siapa

163

KETUA RAPAT/F-PKS (H. TB. SOENMANDJAJA, SD): Selamat malam Bapak-bapak sekalian yang saya hormati, Pertama-tama kami mengucapkan selamat berbuka puasa, selamat Ramadhan, mohon maaf

lahir dan batin. Insya Allah kita akan kembali melanjutkan pembahasan per DIM pada Panja ini dan mohon maaf dari pimpinan Pak Taufik kemudian Pak Tri, satu lagi pak belum hadir. Saya memulai lebih dahulu ya. Untuk itu mohon ijin dari Bapak Ibu Anggota Panja dan Pemerintah kita buka skors sidang yang lalu ya pak, di Arya Duta yang terakhir.

(RAPAT DIBUKA PUKUL 21.20 WIB) Bismillahirrahmannirahim. Pada pertemuan kita terakhir di Arya Duta itu telah menghasilkan beberapa hal yang

alhamdullilah cukup kita rasakan ada kemajuan tapi dalam catatan kami yang pertama ada 15 DIM yang dihapus yaitu DIM 20, 23, 118, 116, 147, 148, 182, 185, 186, 187, 192, 194, dan 195. Saya ingin konfirmasi kepada Pemerintah dalam hal ini, apakah ada perbedaan catatan kita tentang DIM yang dihapus? Sama ya, terima kasih.

Kemudian ada 36 DIM yang waktu itu kita tangguhkan, kita pending, terlampir ya, dan ketika itu disepakati bahwa rumusan-rumusan DIM tersebut akan diajukan oleh Pemerintah. Pada umumnya DIM yang bersangkutan berkenaan dengan hak ikhwal atau yang berkenaan dengan tata tempat. Catatan ini betul ya Pak, sama? Baik.

Yang ketiga, ada DIM yang tertulis tetap yaitu DIM 39, 112, 113, 155, 159, 164, 165, 169. Tapi berdasarkan usulan dari Pemerintah mengalami perubahan pada umumnya perubahan tetang redaksi bahasa, substansi akan dibahas dan terhadap DIM ini akan dilaporkan ke Pansus. Saya kira ini catatan dinamis ya Ibu Bapak sekalian. Silakan, catatan dinamis begini, Panja boleh saja melihat kembali tentang DIM-DIM ini.

Kemudian yang ke empat, ada penambahan materi muatan baru tentang A, DIM 165. Perlu ditambah DIM 615 A, tentang pelaksanaan upacara bendera dalam keadaan tidak memungkinkan misalnya terjadi hujan. B, tentang pengaturan delegasi Republik Indonesia keluar negeri DIM 198 A.

Pada posisi resume Panja ini, kami presentasikan kepada Ibu Bapak sekalian dengan harapan barangkali ada sesuatu hal yang berkenaan dengan catatan kita tapi kami berharap catatan kita ini sama. Namun demikian kepada pihak pemerintah barangkali ada catatan tambahan yang terlewat berkenaan dengan resume panja ini Pak. Kepada Ibu Bapak sekalian kami persilakan Pak.

PEMERINTAH/DIRJEN PROTOKOL KEMENDEPLU (LUTFI) : Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh. Pimpinan dan Anggota Panja yang kami hormati, Alhamdulillah malam ini kita bertemu kembali untuk membahas RUU tentang Protokol. Ada

beberapa catatan yang ada di Pemerintah yaitu tentang pasal-pasal pending yang waktu itu diberikan kepada tugas kepada Pemerintah yaitu Pasal 4. Pasal 4 itu tentang ruang lingkup, lingkup pengaturan dalam Undang-undang ini meliputi:

Tata tempat.

ARSIP D

PR RI

Page 4: DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA RAPAT …berkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/1-20170508-023659-1275.pdf · Minta penjelasan contoh tokoh masyarakat tertentu itu siapa

164

Tata upacara. Tata penghormatan. KETUA RAPAT: Sebelum jauh Prof, bisa menyebutkan DIMnya? kita pegangan DIM supaya lebih

memudahkan. Disini ada catatan pada DIM 33 dan 34. Silakan Prof. PEMERINTAH/DIRJEN PROTOKOL KEMENDEPLU (LUTFI) : DIM 33. Jadi di Pasal 4 ini ada tambahan yang pertama adalah tentang lingkup pengaturan

dalam undang-undang ini meliputi (a) tata tempat, (b) tata upacara dan (c) tata penghormatan. Kemudian ditambahkan satu ayat baru yaitu ayat (2) dimana dikatakan pengaturan sebagaimana diatur pada ayat (1) diberlakukan hanya dalam acara kenegaraan atau acara resmi bagi (a) pejabat negara, (b) pejabat Pemerintah, (c) perwakilan negara asing atau organisasi internasional dan (d) tokoh masyarakat tertentu. Jadi semacam itu Pak.

KETUA RAPAT: Sekretariat jadi ini catatan memang sudah betul ya? kita tertinggal atau bagaimana? catatan

ini memang sudah ada ya, atau baru diusulkan Prof. Pemerintah? PEMERINTAH/DIRJEN PROTOKOL KEMENDEPLU (LUTFI) : Ada penugasan. KETUA RAPAT: Baik, saya catat ada penugasan ya, ada yang lain Prof silakan. PEMERINTAH/DIRJEN PROTOKOL KEMENDEPLU (LUTFI) : Kalau ini, kami menawarkan apakah Pasal 4 dengan format baru ini apakah bisa kita sepakati

dengan tambahan-tambahan tadi. KETUA RAPAT: Sebelum ke floor saya mengusulkan begini, yang pertama dicermati dahulu resume apakah

ada yang kurang, berlebih atau bagaimana? Yang kedua, ternyata ada berarti nomor urut 5 ya, ada penugasan kepada Pemerintah berkaitan dengan DIM 33.

Terus yang berikut juga, saya mohon maaf saya tidak terbawa catatan, kalau tidak salah juga ada penugasan kepada Pemerintah berkenaan dengan penjelasan. DIM berapa Pak? DIM 38.

Baik, ada yang lain lagi Pak? Jadi saya ulangi lagi ya mohon maaf Prof. jadi resume Panja ini 1,2,3,4, tidak ada masalah semua sama, baik. Nomor urut 5 dari resume ini adalah ada penugasan kepada Pemerintah berkaitan dengan DIM 33, betul Pak ? Yang kedua, nomor urut 6, penugasan kepada Pemerintah pada DIM 38, baik penjelasan. Tolong ditambahkan itu ya, itu kan 4 semuanya. Mestinya ada 6. Angka 5 penugasan kepada Pemerintah untuk merumuskan DIM 33. Lewat dulu ya. Kemudian yang ke-6, penugasan kepada Pemerintah untuk merumuskan DIM 38 berkaitan dengan penjelasan, dari pemerintah cukup?

Dari Bapak Anggota mohon maaf mungkin ada catatan yang tercecer ? cukup dulu ya. Dan juga perhatian buat sekretariat jangan sampai ada yang hilang begini, 2 poin ini karena kita tidak selalu bawa catatan, jadi mohon lebih cermat lagi. Dibiasakan resume Panja itu tanggal berapa, pukul

ARSIP D

PR RI

Page 5: DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA RAPAT …berkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/1-20170508-023659-1275.pdf · Minta penjelasan contoh tokoh masyarakat tertentu itu siapa

165

berapa berakhir resume ini. saya pikir ini kesepakatan yang bukan sesuatu yang kita kerjakan diluar forum. Resume ini adalah merupakan kesepakatan bukan diluar forum. Jadi mohon dibiasakan, lebih cermat lagi. Terima kasih.

Baiklah Bapak sekalian kita akan fokus dahulu kepada resume panja ini, yakni berkaitan dengan penugasa yang diberikan kepada Pemerintah dalam kesepakatan Panja. Di dalam resume Panja ini yang paling nampak itu ada terutama pada nomor urut 2 ya, DIM 36. Kemudian juga DIM-DIM berikutnya nomor urut 3,4,5,6. Dari meja Pimpinan kami menawarkan bagaimana kalau ini lebih dahulu kita serahkan kepada Pemerintah untuk menyisir DIM-DIM secara sistematis berkaitan dengan penugasan yang terakhir dengan catatan apabila dalam diskusi internal Pemerintah ada dinamika yang menyentuh DIM lainnya, kami tolong diberitahu Pak sentuhan-sentuhan maupun kaitan langsung. Bagaimana Ibu Bapak Anggota, silakan ada, Pemerintah? Iya Pak Muzammil.

F- PKS (DRS. AL MUZAMMIL YUSUF): Terima kasih Pimpinan. Seingat saya memang kita berhenti itu pada perdebatan tentang tata tempat, menyangkut

pimpinan parpol pada waktu itu kita bicarakan, menyangkut posisi DPR, menteri dan lain-lain. Disitulah yang saya kira pada waktu itu wakil Pemerintah meminta untuk mendiskusikan dengan Pak Menterinya masing-masing. sehingga tadi kalau Pimpinan telah menyebutkan poin dua itu nomor 2 itu, saya kira usulan itu akhirnya dibuka karena kita berhenti disitu waktu itu, karena waktu itu forum tidak bisa mengambil keputusan forum yang ada sehingga saatnya untuk disampaikan kepada kami kalau itu sudah ada agar kita membicarakan poin tersebut. Terima kasih.

KETUA RAPAT: Terima kasih Pak Muzammil ada yang lain? Kalau begitu kami ingin memakai merekonstruksi

Pak. Tolong ditayangkan lagi ya yang tadi, yang resume. Jadi yang kita bahas sebagai berikut, mohon Pemerintah mensistematisasi, kita ubah nomor

urutnya sesuai dengan nomor urut DIM. Kita berangkat dari nomor urut 5, DIM 33. Kemudian ke nomor urut 2, DIM 36. Di copy paste dulu ini jangan dihilangkan. Baik, mana tadi? DIM 33, kemudian sekarang ke nomor urut 6, DIM 36, iya, itu maaf, terima kasih. Baik, kemudian ke DIM 38 di nomor urut 6 itu. Ini nomor 4 didrop dulu, abaikan dulu, drop dulu. Kemudian dengan demikian kita mendapatkan sistematisasi pembahasan seperti ini Pemerintah. Ibu Bapak Anggota dapat disetujui atau ada tambahan? Pemerintah ?

PEMERINTAH: Kalau boleh kami usulkan yang nomor 3 itu menjadi nomor 2 pak, karena 36 DIM itu pun

dimulai dari nomor 38, 36 itu nomor dua itu dimulai dari itu. KETUA RAPAT : Begitu, seperti ini ? Iya. Kita sepakati yang Saudara-saudara ? Baik.

(RAPAT: SETUJU) Kami persilakan kepada Pemerintah untuk menyampaikan hal-hal yang berkenaan dengan

penugasan tersebut, kita mulai dari DIM 33.

ARSIP D

PR RI

Page 6: DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA RAPAT …berkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/1-20170508-023659-1275.pdf · Minta penjelasan contoh tokoh masyarakat tertentu itu siapa

166

PEMERINTAH/DIRJEN PROTOKOL KEMENDEPLU (LUTFI) : Terima kasih Pimpinan. Kita akan mulai dari DIM 33. DIM 33 itu awalnya adalah berbunyi seperti yang kita lihat dalam

daftar DIM kita kemudian usulan Pemerintah sesuai dengan penugasan berbunyi sebagai berikut Pasal 4 Ayat (1) “Lingkup dalam pengaturan dalam undang-undang ini melingkupi: (a) tata tempat, (b) tata upacara, dan (c) tata penghormatan.” Mungkin bisa langsung.

KETUA RAPAT: Dibuat tabulasi ya Pak? PEMERINTAH/DIRJEN PROTOKOL KEMENDEPLU (LUTFI) : Iya, jadi ayat (1) disitu ditulis ayat (1), jangan mengikuti yang ini, kita buat huruf baru saja.

Ayat (1) “Lingkup dalam pengaturan dalam undang-undang ini melingkupi: (a) tata tempat, nanti saya kira huruf besar kecilnya kita tinggal edit. (b) tata upacara; dan (c) tata penghormatan.”

Kemudian ayat (2), “Pengaturan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diberlakukan hanya dalam acara kenegaraan atau acara resmi bagi: (a) pejabat negara; (b) pejabat pemerintahan; (c) perwakilan negara asing/organisasi internasional; dan (d) tokoh masyarakat tertentu.” Ini konsepnya Bapak Ketua. Terima kasih.

KETUA RAPAT: Terima kasih Pemerintah. Sebelum lebih lanjut dari Pemerintah sudah cukup ya? Baik, terima kasih. Pak Taufik selamat

datang kita sudah melangsungkan rekonstruksi tentang hasil resume Panja dan yang kedua sudah masuk pada pembahasan mulai DIM 33 ini.

Ibu Bapak sekalian, kalau kita memperhatikan usul dari Pemerintah sesuai penugasan kepada Beliau, DIM 33 ini ada perubahan ya Pak, sebagai berikut, langsung bunyinya ayat (1) itu lingkup ya Pak. “Lingkup pengatuan dalam undang-undang ini meliputi tata tempat; disesuaikan nanti itu bagian petugas ya, tata upacara; dan tata penghormatan.

Ayat (2), “ pengaturan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diberlakukan hanya dalam acara kenegaraan atau acara resmi bagi: (a) pejabat negara; (b) pejabat pemerintahan; (c) perwakilan negara asing/organisasi internasional; dan (d) tokoh masyarakat tertentu.” Baik, ini usul disampaikan oleh Pemerintah dan kepada Ibu Bapak Anggota Panja yang terhormat kami persilakan untuk memberikan tanggapannya, silakan Pak Harun Al Rasyid.

F- PARTAI GERINDRA (DRS. H. HARUN AL-RASYID, M.SI): Minta penjelasan contoh tokoh masyarakat tertentu itu siapa kira-kira, gambarannya, apakah

presiden, mantan presiden, mantan wakil presiden atau coba dijelaskan tokoh masyarakat tertentu sebab banyak orang sekarang di masyarakat itu kalau kita dianggap sama dengan tokoh masyarakat lain, banyak yang tersinggung, ini perlu ada penjelasan. Ini yang dicaci maki yag protokol yang mengatur itu. Itu mungkin perlu diklarifikasi apakah di dalam penjelasan atau ada hal-hal tertentu yang sudah dianggap bahwa itu adalah tokoh masyarakat tertentu. Inikan istilah “tertentu”, kalau tokoh

ARSIP D

PR RI

Page 7: DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA RAPAT …berkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/1-20170508-023659-1275.pdf · Minta penjelasan contoh tokoh masyarakat tertentu itu siapa

167

masyarakat pada umumnya barangkali bisa dinilai secara nasional maupun secara kedaerahan yang ada. Ini istilah tertentunya itu memang harus ada klasifikasi.

KETUA RAPAT: Sebelum Pemerintah memberikan penjelasan, terima kasih Bapak Harun kami mengingatkan

lebih dahulu kepada ketentuan umum pada Pasal 1 angka 10 kalau tidak salah disana ada dikatakan bahwa mungkin bisa ditayangkan, tokoh masyarakat tertentu adalah tokoh masyarakat yang berdasarkan kedudukan sosialnya mendapat pengaturan keprotokolan. Batasan ini sudah disepakati pada, disetujui pada rapat Panja tanggal 27 Juli 2010 pukul 10.53 di Arya Duta. Jadi ini kalau pertanyaan ditanyakan oleh yang terhormat Bapak Harun saya kira ini jawabannya ada, kecuali kalau ada elaboratif barangkali, kami tidak membatasi defenisi ini, barangkali Pemerintah akan memberikan tanggapan kami persilakan.

PEMERINTAH/DIRJEN PROTOKOL KEMENDEPLU (LUTFI) : Terima kasih Bapak Pimpinan. Memang kami merefer ke poin 10 dari ketentuan umum dengan satu pemikiran bahwa dalam

pelaksanaannya nanti fleksibilitas itu bisa sangat diterapkan karena kita tahu betul bahwa dalam keadaan-keadaan tertentu seperti keluarga pahlawan atau mantan-mantan pejabat tertentu itu harus mendapatkan tempat-tempat yang terhormat. Oleh karena itu pendefenisian yang sangat general di Pasal 10 akan memberikan keuntungan yang sangat baik untuk fleksibilitas nanti Pak. Terima kasih.

KETUA RAPAT: Demikian, Bapak Harun. F- PARTAI GERINDRA (DRS. H. HARUN AL-RASYID, M.SI): Karena saya pengalaman lama di pemerintahan itu memang simalakama, sangat-sangat

simalakama. Apakah berhadapan dengan mantan pejabat yang formal, yang mungkin karena pernah pengalaman dalam jabatan pemerintahan ataupun orang-orang tokoh masyarakat yang dianggap oleh masyarakat itu bahwa dia ditokohkan tapi oleh Pemerintah barangkali belum tentu juga. Disinilah yang kita hadapi, dan kalaupun kita tempatkan ditempat yang tidak pada tempatnya, orang yang bersangkutan sah-sah saja, tapi massanya yang mereka kadang-kadang dituntun mereka untuk datang kok Tuan Guru kami ditempatkan, ini contoh saja. Jadi ini akhirnya protokol tidak bisa mengatasi sampai lari kepada Pimpinan yang harus selalu bisa diselesaikan. Ini yang kadang-kadang itu sangat-sangat merepotkan kecuali kalau orang banyak tokoh yang low profile kadang-kadang tidak mau, biarkan saja. Itu tapi kalau sudah, tapi tidak usah direkam, saya pernah pengalaman juga dengan Wakil Ketua MPR sampai dia turun dalam mobilnya, dia dapatkan datang kejar mobil saya, stop saya, kok Pak Harun saya Wakil Ketua MPR, padahal saya gubernur, saya bilang kan ada protokol yang mengatur. Iya kenapa Pak Harun? Jadi saya bilang ini, jadi itu istilah kalau kita tidak menghormatinya itu rasanya marah sekali. Kalau kita yang datang seakan-akan harus, kita masih banyak urusan yang lain juga barangkali. Ini hanya sekedar ilustrasi saja makanya saya mengatakan tokoh masyarakat tertentu, kalau Anda sudah fleksibel itu mungkin perlu disosialisasikan kepada protokol-protokol yang mengatur itu. Sementara itu saja Pak, terima kasih.

ARSIP D

PR RI

Page 8: DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA RAPAT …berkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/1-20170508-023659-1275.pdf · Minta penjelasan contoh tokoh masyarakat tertentu itu siapa

168

KETUA RAPAT: Baik, terima kasih Bapak Harun memang ketika kita mencoba merumuskan DIM ini andaikan

tidak ada kata-kata tertentu maka akan sulit bagi protokol yang membatasi mendefenisikan siapa saja tokoh masyarakat yang pada ketika itu berkenaan dengan kegiatan yang selazimnya diundang atau sepatutnya diundang tapi dengan kata tertentu itu dia merupakan batasan tapi sekali lagi ini masalah dalam soal teknis nanti barangkali perlu ekstra hati-hati dan saya pikir pengalaman lapangan. Saya kira sudah clear ini ya Pak? Terima kasih. Silakan Pak Rusli.

F -PAN (DRS. H. RUSLI RIDWAN, M.Si): Ini saya juga punya pengalaman, ini mudah-mudahan sebagai saran dan pintu masuk untuk

mencoba siapa yang disebut dengan masyarakat tertentu yang mempunyai kedudukan sosial itu, yang selama ini tidak ada yang menetapkan, siapa yang menetapkannya? Yang selama ini yang menetapkan ya protokol itu saja atau bagian umum kalau di Pemerintah daerah. saya berharap yang menetapkan pejabat tertentu yang mendapatkan kedudukan sosial itu bisa ditetapkan oleh pejabat Pemerintah atau pejabat negara barangkali.

Jadi disini ada tindak lanjutnya tokoh masyarakat tertentu yang ditetapkan oleh pejabat negara dan atau pejabat pemerintahan. Jadi ada yang menetapkan siapa itu disebut pejabat tertentu itu, jangan sampai pejabat tertentunya menetapkan orang protokol saja. kalau di daerah itu sekurang-kurangnya bupati atau walikota atau seorang gubernur yang menetapkan pejabat tertentu itu siapa sehingga ini dijadikan pedoman pejabat tertentu itu siapa dan dimana didudukkannya. Jadi ada pedoman bagi petugas protokol, barangkali terima kasih. Ini sekali lagi usulan saya untuk ditetapkan oleh siapa. Terima kasih.

KETUA RAPAT: Terima kasih Pak Rusli. Ibu Bapak sekalian memang didalam Pasal 1 angka 10, DIM 19 terima kasih, memang disini

baru didefenisikan tentang siapa itu tokoh masyarakat tertentu. Mungkin nanti di pasal nanti kita akan lihat apakah memang ada hal-hal yang berkenaan tentu ini ada pengaturan Pak, nanti kita akan melihat bahwa tokoh masyarakat itu ada pengaturannya nanti bahwa ini sudah ada dari sinkronisasi kita yang sudah kita lakukan diantaranya hal yang berkenaan dengan masyarakat tertentu pada DIM 2, 13, 15 dan selanjutnya sampai seratus ribu delapan. Nanti kita akan ada keterkaitan.

Dan kami mohon kita mempunyai catatan manakala nanti ada yang diperlukan siapa yang menentukannya dan itu belum tercantum nanti kita draftkan insya Allah. Ibu silakan.

F- PD (HJ. HIMMATULLAH ALYAH SETIAWATY, SH., MH): Terima kasih Pimpinan. Saya minta dikembalikan catatan dari Pemerintah tadi. Di dalam Ayat (1) itukan ada 3 poin

tata tempat, tata upacara, tata penghormatan, kelihatannya simpel sekali karena penjabaran yang di Ayat (2)nya kepada tokoh masyarakat tertentu. Ini saya kaitkan dengan hasil kunjungan kita ke kota Sacthes kemarin di Perancis. Itu menjadi simpel karena kalau-kalau saya tidak salah ambil kesimpulan karena bukan tata tempat tapi tata letak artinya dia bisa diletakan dikelompokkan karena

ARSIP D

PR RI

Page 9: DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA RAPAT …berkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/1-20170508-023659-1275.pdf · Minta penjelasan contoh tokoh masyarakat tertentu itu siapa

169

tidak duduk, dia bisa berdiri bersebelahan, kalau di kita kan tata tempat karena ada Toga, Tomas, apa sehingga itu yang membuat kejadian dengan Pak Harun ada rasa kok saya duduk dibelakang, kok itu yang didepan, tapi kalau dia berdiri waktu di kota kecil itu dia bisa karena dikelompokkan, tatanya letak, letaknya tokoh masyarakat tertentu disini, dia bisa berdiri di sebelah Tomas, Toga berbaur. Sementara kalau di Indonesia menurut saya tidak sesimpel itu jadi kalau poinnya tata tempat itu menurut saya tidak akan pernah dapat matchingnya. Contohnya tadi kita habis upacara MPR, kalau di undang-undang bahwa kedudukan menteri dan DPR, kita DPR di depan kan? Tapi apa mungkin enam ratus sekian DPR itu ada di depan menteri. Itukan karena pengaruh dari tata tempat tapi kalau tata letak seperti kota itu dia berbaur bisa dimana saja, jadi mungkin saya tidak tahu, itu idenya dari saya. Terima kasih.

KETUA RAPAT: Baik, terima kasih Ibu. Ini kita sudah membuat salinan terjemahan tidak resmi mengenai Perancis berkenaan dengan

yang Ibu sampaikan tadi. tapi ini satu khasana Pak saya kira perlu kita dalami kembali, memang dalam rumusan Ibu yang sudah kita sepakati di DIM-DIM sebelumnya itu tentang kita menyepakati tata tempat. Misalnya kita lihat pada DIM 13 tentang tata tempat. Dan itu sudah saya bacakan Ibu Bapak sekalian, DIM 13 tata tempat adalah pengaturan tempat bagi pejabat negara, pejabat pemerintahan, perwakilan negara asing dan tokoh masyarakat tertentu dalam acara kenegaraan atau acara resmi. Ini disetujui oleh Panja tanggal 26 Juli 2010 pukul 22.12 di Arya Duta, ini sudah ada. kalau kami cenderung mengajak kita sekalian untuk coba konsisten dulu kepada defenisi-defenisi yang sudah kita sepakati. Saya kira ini menjadi guidence kita untuk membreak down pada DIM-DIM berikutnya. Sebab kalau sampai kita nanti misalnya terlalu longgar membuka alternatif bukan tidak mungkin putusan Panja lain juga akan terpengaruh. Oleh karena itu usul dari Ibu tadi saya kira sebagai catatan Pak perlu kita simpat dulu Ibu ya? Kemudian nanti kita coba lebih kaji pada bagian-bagian berikutnya sehingga kita memiliki kecenderungan apakah akan menggunakan tata letak atau tata tempat. Sementara ini kesepakatan kita menggunakan istilah tata tempat. Demikian ya Ibu sementara? Pemerintah demikian.

Baik, selanjutnya, kenapa Pak Harun? F- PARTAI GERINDRA (DRS. H. HARUN AL-RASYID, M.SI): Maaf, ini ada pesan sponsor. Terlepas daripada istilah sudah baku ini, ini sehubungan dengan

acara 17 Agustus kemarin. Walaupun saya tidak hadir karena masih umroh pulang jam dua siang, ada pesan sponsor tadi mereka yang hadir mengatakan begini, kok anggota DPR yang sekaligus representatif rakyat dan termasuk yang mewakili sedangkan presiden pidato untuk rakyat, secara umum tapi ada perwakilan, kok duduk anggota-anggota DPR itu semerawut. Artinya kalau memang secara kalau di protokol secara ruang presiden memang harus berhadapan dengan DPR dalam menyampaikan itu. tapi kemarin informasi bahwa di depan itu bukan Anggota DPR atau mungkin diletakan dimana itu, jadi perlu ada satu tempat yang barangkali satu penghormatan karena mereka juga dipilih oleh rakyat sama juga dengan presiden, ini lontaran saja Pak supaya kita pikiran

ARSIP D

PR RI

Page 10: DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA RAPAT …berkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/1-20170508-023659-1275.pdf · Minta penjelasan contoh tokoh masyarakat tertentu itu siapa

170

bagaimana nanti tata tempat upacara kenegaraan anggota DPR itu duduk di istana itu dimana. Ini sekedar masukan saja sementara. Terima kasih.

KETUA RAPAT: Terima kasih Pak Harun. Pemerintah mohon mencatat ini karena mungkin nanti akan diletakan apa di Keppres atau

dimana ya Pak, ini lebih pada teknis namun demikian ini sebuah catatan penting sebab kasus yang lebih ekstrim juga terjadi Pak. Itu pada suatu acara ulang tahun sebuah badan, Anggota DPR itu diletakan di nomornya D Pak, duduk kemudian dikasih nasi kotak. Pegang kotak untuk makan siang, dari pagi acaranya Pak Prof sementara menteri dan badan-badan lain itu di meja makan yang piringnya masih kosong, masih bersih. Saya kira ini juga satu hal yang perlu kita renungkan.

Kita kembali ke usul Pemerintah. Sebelum lebih lanjut ada dua catatan Pemerintah, pertama saya mengajak untuk kembali kita melihat pada DIM 13, kemudian DIM 15 dan selanjutnya. Sebab kalau coba kami menangkap usulan yang diajukan oleh Pemerintah ini bisa memberi kesan ada pengulangan atau redundant. Itu ada tata tempat, ada tata upacara, dan selanjutnya tata penghormatan, ini mau bagaimana Pak. Disana sudah ada pendefenisiannya apakah disini juga kita berikan tata lingkup dan sebelumnya juga dari ahli bahasa juga ada ya Pak. Mana Ibu ahli bahasa? Ahli Bahasa Indonesia ya Bu? Terima kasih.

Baik, kita siapkan. Ini mohon kita dalami bersama-sama sebelum lebih jauh. Kami kembalikan kepada Pemerintah yang pertama kepada ahli bahasa tentang istilah lingkup pengaturan apakah memang itu bisa kita terima istilah itu baku dalam bahasa Indonesia. Yang kedua, substansinya kepada Pemerintah berkaitan dengan DIM-DIM sebelumnya pada Pasal 1 tentang pengertian-pengertian, silakan Pemerintah. Sebelum Pemerintah mohon maaf kepada Pak Rio, silakan.

F- PG (H. ANDI RIO IDRIS PADJALANGI, SH., M.Kn): Terima kasih Pimpinan. Saya cuma artinya mungkin agak nyeleneh di Pasal 4 ini diatur tata tempat, tata upacara dan

tata penghormatan, sedangkan di Pasal 27 ada juga tata pakaian di DIM 174 Pak. Bagaimana pengaturannya terhadap Pasal 4 ini? Terima kasih Pimpinan.

PEMERINTAH/DIRJEN PROTOKOL KEMENDEPLU (LUTFI) : Terima kasih Pak. Memang yang ada di Pasal 4 itu kita berbicara tentang lingkup pengaturan Pak sedangkan

operasionalnya kita akan temukan di pasal-pasal berikutnya. Jadi dengan demikian kita memberikan batasan dulu apa-apa saja yang diatur dalam undang-undang ini kemudian bagaimana acara ini juga diatur di Ayat (2)nya. Ini merupakan pengantar sampai dengan kita akan masuk ketentuan-ketentuan yang lebih implementing di pasal berikutnya. Jadi menurut kami dari segi legal drafting ini memang tidak redundant. Terima kasih. Yang Pasal 4 ini kemudian ada penjabaran seperti yang ada di DIM tadi, nomor berapa itu? 174.

ARSIP D

PR RI

Page 11: DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA RAPAT …berkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/1-20170508-023659-1275.pdf · Minta penjelasan contoh tokoh masyarakat tertentu itu siapa

171

KETUA RAPAT: DIM 174 tadi ya Pak, iya. Baik, begitu Pak Rio. Terima kasih. Kami kembalikan kepada Pemerintah berkenaan dengan tadi itu ada istilah lingkup kemudian

ada pengulangan kembali di dalam bentuk pasal sementara sudah diatur dalam ketentuan umum sebelumnya. Silakan Pemerintah.

PEMERINTAH/DIRJEN PROTOKOL KEMENDEPLU (LUTFI) : Ini juga sama sebetulnya merujuk seperti yang tadi kami katakan bahwa yang ada di Pasal 4

ini adalah lingkupnya dan kemudian kita bicara apa saja yang akan kita atur sementara dalam DIM berikutnya kita akan mendeclare dalam bentuk yang lebih rinci, jadi ini pun tidak menyalahi legal drafting Pak karena di awal kita bicara lingkup, kemudian operasionalnya ada di pasal-pasal berikutnya. Terima kasih.

KETUA RAPAT: Melalui Pemerintah untuk ahli bahasa Pak, silakan. AHLI BAHASA: (Tanpa mikrofon)….sebenarnya maknanya itu sudah bisa dicerna karena kalau kita lihat dari

kata per kata tentang tata upacara, tata penghormatan itu lingkup itu bisa diterima. KETUA RAPAT: Ada lebih terbatas tidak Ibu sehingga ketika ada hal yang tidak berkenaan dengan tiga hal

tersebut, tidak masalah juga? AHLI BAHASA: (Tanpa mikrofon) Tidak masalah, berapapun perinciannya itu bisa. KETUA RAPAT: Baik, terima kasih. Ini untuk DIM 33 A ini, usul Pemerintah berbunyi Pasal 4 Ayat (1) lingkup pengaturan dalam

Undang-undang ini meliputi: (a) tata tempat; (b) tata upacara; dan (c) tata penghormatan. Ada tanggapan atau dapat disetujui?

F- PARTAI GERINDRA (DRS. H. HARUN AL-RASYID, M.SI): Dari tata bahasa tadi istilah lingkup dengan ruang lingkup ada dengan kata lain cakupan

bagaimana mana yang lebih kalau lingkup itu seakan-akan mungkin tidak terbatas tapi kalau ruang lingkup terbatas, begitu.

KETUA RAPAT: Iya silakan Bu. AHLI BAHASA: (Tanpa mikrofon) Jadi disitu digunakan kata lingkup, jadi sebenarnya apa yang ditanyakan

oleh Bapak, tadi juga ada pertanyaan bagaimana kalau misalnya ada…..yang lainnya, jadi itu bisa digunakan kata lain lingkup. Jadi lingkup, kalau misalnya tadi dikatakan ruang lingkup itu memang terbatas, tapi kalau misalnya lingkup itu ya tata tempat, tata upacara, penghormatan. Tadi dikatakan bagaimana dengan yang lain misalnya masuk kesitu, itu bisa digunakan.

ARSIP D

PR RI

Page 12: DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA RAPAT …berkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/1-20170508-023659-1275.pdf · Minta penjelasan contoh tokoh masyarakat tertentu itu siapa

172

KETUA RAPAT: Sebentar ya Bu, saya coba ingin mengajak konsistensi saja, jadi lihat pada DIM 24 ya, DIM 24

ini nomenklatur Bab II itu asas, tujuan dan ruang lingkup. Ini disetujui oleh dewanya Panja, oleh Raker. Jadi Panja tidak punya sedikitpun hak untuk mengubah kecuali memberi catatan kalau perubahan di Raker nanti. Asas tujuan dan ruang lingkup, karena itu, karena ini bukan soal konsistensi peristilahan saya khawatir masuk ke terminologi, coba kita konsisten menggunakan istilah itu. Bagaimana kira-kira? Kalau tadi mendengarkan Ibu tadi inikan lebih sulit nampaknya, lingkup lebih luas sementara perintah dari Raker itu berbunyi ruang lingkup. Silakan Pemerintah.

AHLI BAHASA: (Tanpa mikrofon) Saya sudah membuka kamus itu, ada tata ruang lingkup disitu mempunyai

makna luasnya sesuatu yang tercakup. Jadi memang terbatas, ruang lingkup, jadi hanya yang tercakup didalam istilah ruang lingkup itu. jadi karena ada pembatasan tata ruang, ruang lingkup. Tapi kalau lingkup itu memang luas.

KETUA RAPAT: Bagaimana Pemerintah, apakah kita akan menggunakan konsistensi ruang lingkup sehingga

memang terbatas, begitu? Atau kita akan menggunakan kata lingkup dan konsekuensinya mengusulkan kepada Raker nanti tentang usul perubahan pada DIM 25 tersebut. Silakan Pemerintah.

PEMERINTAH/DIRJEN PROTOKOL KEMENDEPLU (LUTFI) : Terima kasih Bapak Pimpinan. Memang untuk bahasa hukum konsistensi-konsistensi ini menjadi sangat penting, jadi kalau

misalnya tadi apa yang disampaikan oleh ahli bahasa kami sangat memahami betul, kami setuju. Kalau kemudian kita akan menafsirkan bahwa yang dimaksu dengan lingkup undang-undang ini hanya terbatas soal keprotokolan maka itu menjadi limitasi-limitasi kita. Oleh karena itu kami sebetulnya tidak berkeberatan kata lingkup ini dengan ruang lingkup. Pertama supaya konsisten dengan yang ditetapkan oleh Raker dewanya Panja itu. dan kemudian yang kedua, kita memang akan berbicara dengan hal-hal yang sangat terbatas untuk hal yang hanya menyangkut keprotokolan itu Pak, terima kasih.

KETUA RAPAT: Saya kira jelas ya dengan demikian Bapak Harun. Kalau kita kembali menggunakan putusan

Raker dia harus menggunakan istilah ruang lingkup dengan segala bentuk konsekuensi. Dan Pemerintah tadi sudah mengubah usulnya yang semula lingkup menjadi ruang lingkup. Untuk ayat (1) bisa disetujui? Ruang lingkup, baik disetujui ya? Pemerintah tidak ada tambahan? Baik.

(RAPAT: SETUJU) Kemudian kita masuk ke DIM 33 B. Jadi karena berubahnya cukup mendasar pada DIM 33

ini. 33 B ini menjadi ayat (2), saya bacakan. “Pengaturan sebagaimana diatur pada ayat (1) diberlakukan hanya dalam acara kenegaraan atau acara resmi bagi pejabat negara, pejabat pemerintahan, perwakilan negara asing/organisasi internasional dan tokoh masyarakat tertentu.” Silakan pemerintah memberikan penjelasan seperlunya.

ARSIP D

PR RI

Page 13: DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA RAPAT …berkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/1-20170508-023659-1275.pdf · Minta penjelasan contoh tokoh masyarakat tertentu itu siapa

173

PEMERINTAH/DIRJEN PROTOKOL KEMENDEPLU (LUTFI) : Terima kasih Pimpinan. Jadi di ayat kedua ini memang kita memberikan limitasi-limitasi apa yang menjadi ruang

lingkup di ayat (1), jadi dengan demikian bahwa tata tempat, tata upacara, tata penghormatan itu hanya diberlakukan untuk acara kenegaraan dengan variabel a, b, c, dan d ini. Jadi dengan demikian sebetulnya kita bisa melihat acara-acara di luar a, b, c, d di ayat (2) ini bahkan tidak perlu sebetulnya diatur dengan keprotokolan sebagaimana diatur pada ayat (1). Jadi ini sebetulnya variabel kedua sebagai pengikat dari ayat (1) dan menjadi limitasi. Terima kasih Pimpinan.

KETUA RAPAT: Ada tambahan dari Pemerintah? Cukup? Baik, kami persilakan kepada Ibu Bapak Anggota

Panja yang terhormat. F- PARTAI GERINDRA (DRS. H. HARUN AL-RASYID, M.SI): Saya minta penjelasan lebih lanjut tadi bicara tokoh tapi sekarang bicara menyangkut

masalah acara kenegaraan atau acara resmi, ini yang dimaksud dengan acara resmi itu contohnya bagaimana itu? karena acara-acara yang dilakukan oleh daerah atau suatu organisasi katakanlah diundang oleh partai politik dimana dihadirkan para pejabat perwakilan Pemerintah dan sebagainya itu, itu termasuk acara yang dimonitor oleh negara atau dianggap resmi atau dianggap sebagai suatu acara yang dilakukan oleh masyarakat yang tidak resmi begitu? Ini mohon penjelasan.

KETUA RAPAT: Baik, Terima kasih. Sebelum kepada Pemerintah, ini kita kembali kepada DIM 11 dan DIM 12 jadi pengertian

acara kenegaraan dan acara resmi. Dari defenisi ini yang sudah disetujui oleh Panja masing-masing tanggal 26 Juli sebagaimana tertera, yang dibawah juga sudah disetujui Panja ya? DIM ini sudah disepakati bersama memberikan pengertian tentang acara kenegaraan dan acara resmi, karena itu saya kira kita bisa melihat DIM tersebut bersama-sama. Namun demikian ada hal yang mungkin perlu didalami oleh Bapak Harun tadi mengenai pertanyaannya kepada Pemerintah. Silakan Pemerintah.

PEMERINTAH/DIRJEN PROTOKOL KEMENDEPLU (LUTFI) : Terima kasih. Dari Deplu mau menjelaskan, tapi intinya sebelum kami memberikan kesempatan kepada

Deplu bahwa kriteria-kriteria itu memang sudah sangat jelas ada di DIM 11 dan DIM 12 Pak. Acara kenegaraan itu adalah yang terpusat dan kemudian dihadiri oleh presiden dan wakil presiden. Kemudian acara resmi adalah acara yang bersifat resmi dan dilaksanakan oleh lembaga negara dalam melaksanaka tugas dan fungsi tertentu dan dihadiri oleh pejabat negara dan atau pejabat pemerintahan serta undangan lain.

PEMERINTAH/DIRJEN PROTOKOL KEMENDEPLU (LUTFI) : Walaupun kami sama-sama dari Pemerintah tapi ini mengenai istilah resmi, dulu waktu

sekolah kita diajari kalau membuat defenisi itu jangan istilah yang didefenisikan jangan dijadikan

ARSIP D

PR RI

Page 14: DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA RAPAT …berkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/1-20170508-023659-1275.pdf · Minta penjelasan contoh tokoh masyarakat tertentu itu siapa

174

sebagai penjelasan. Jadi kata resmi itu disini jangan diulang. Jadi ini yang menyangkut defenisi mengenai acara resmi adalah acara yang bersifat resmi, yang sebelah kiri, sudah diperbaiki ya.

KETUA RAPAT: Sebentar, jadi kolom yang paling kanan ini adalah kolom yang terakhir yang sudah disepakati. PEMERINTAH/DIRJEN PROTOKOL KEMENDEPLU (LUTFI) : Baik, kalau begitu sudah bagus. Terima kasih. KETUA RAPAT: Mohon juga kepada Pemerintah pegang dokumen yang sama kita ya, anggota dan

Pemerintah pegang dokumen yang sama, beda Pak Arief. Coba ini sekretariat kok punya Pak Arief beda. Makanya minta ditukar Pak, ini DIMnya diberikan, terima kasih. Kami cek Pemerintah pegang DIM yang sama ya, terima kasih.

Mohon maaf, disini semua kan diatur oleh lembaga negara atau katakanlah oleh Pemerintah. Tapi kalau dilakukan oleh suatu organisasi partai politik atau partai politik yang memang yang disahkan oleh negara itu maksudnya, itu mereka itu katakanlah barangkali PKS mengundang duta-duta besar dari Timur Tengah mungkin ya, sekarang sudah Amerika ya. Jadi kedudukan yang empat tokoh itu termasuk yang diatur juga didalam kedudukannya atau tempatnya dalam undangan kepartaian itu. Jadi disitu secara tidak langsung bahwa partai politik ini juga diakui oleh negara ya resmi juga. Ini yang saya katakan bahwa perlu ada ruang lingkup yang diatur disitu yang melaksanakan itu adalah organisasi apakah yang diakui oleh negara atau organisasi yang memang yang dianggap setingkat dengan acara resmi kenegaraan, ini yang dihadapi yang kita lihat kenyataan partai-partai besar, partai politik yang diakui mungkin nanti akan tambah lagi nasional demokrat barangkali. Itu saja tambahan saya, terima kasih.

KETUA RAPAT: Saya kembali ke rumusan usul pemerintah ya. Ini kembali ke sini, ayat (1) sudah disetujui, kita

lihat ayat (2) pengaturan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diberlakukan hanya dalam acara kenegaraan atau acara resmi, pejabat negara, pejabat pemerintahan kemudian perwakilan negara asing/organisasi internasional dan tokoh masyarakat tertentu.

Ada berapa pertanyaan ini pemerintah, jadi yang pertama tentang tamu negara sebagaimana diatur dalam DIM 188. Positioning saja ini ya pak, itu satu dulu, jangan dulu pindah. Yang kedua, mohon diberikan alasan tentang kesetaraan, kesederajatan antara perwakilan asing, apakah negara sahabat atau negara asing saja dengan perwakilan organisasi internasional itu. ini apa perlu disetarakan atau perlu dibuat secara tabulasi begitu, dia dibawahnya salah satu diantara keduanya atau memang harus setara. Saya kira ini dua hal pak, saya ingin memperkayaan lebih dahulu. Silakan Pemerintah.

PEMERINTAH/DIRJEN PROTOKOL KEMENDEPLU (LUTFI) : (Tanpa mikrofon) Pimpinan, Dewan yang terhormat Kami disini disuruh menjawab…..itu mengenai kesetaraan wakil negara asing dan organisasi

internasional. Memang dalam praktek selama ini kita menempatkan perwakilan negara asing yang

ARSIP D

PR RI

Page 15: DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA RAPAT …berkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/1-20170508-023659-1275.pdf · Minta penjelasan contoh tokoh masyarakat tertentu itu siapa

175

disini……jadi dimulai dengan duta besar kemudian….kemudian kita masuk kepada pimpinan atau kepala……(suara tidak jelas). Memang apa yang di pernyataan oleh Pimpinan kami mengerti mengenai apakah….tetapi kita berbicara mengenai tata tempat dimana dalam praktek selama ini ditempatkan dalam satu……(suara tidak jelas). Demikian.

KETUA RAPAT: Bagaimana kalau kita buat tabulasi saja pak, toh nanti juga penempatannya sama. Kalau

begini kan seakan-akan posisi atau tempat organisasi internasional itu boleh sebelum perwakilan negara asing. Ini kan bisa dibolak balik posisinya, tapi kalau penjelasan bapak yang kalau tidak salah saya memahami ternyata yang disebut dengan duta besar dulu baru yang ini mengapa kita tidak simpan di tabulasikan ke bawah saja pak, misalnya menjadi d, begitu.

PEMERINTAH/DIRJEN PROTOKOL KEMENDEPLU (LUTFI) : Nanti dalam pengaturannya kita melihat ini mungkin kepada tata letaknya pak, tata tempatnya

dimana dalam prakteknya mereka satu blok, satu kelompok. Memang kalau dalam urutannya kalau kita lihat itu duta besar lebih dahulu baru kita masuk kepada…kalau dipisah memang tidak ada salahnya tetapi kita mencoba untuk menyatukan ini sehingga dalam prakteknya itu kita tetap konsisten karena kalau tidak kita tinggalkan…..contohnya tentu ini akan memberikan makna yang lebih luas. Jadi substansi akan lebih luas kita harus membuat tertentu karena banyak sekali pak sehingga muncul lagi kita harus memberikan suatu penjelasan ataupun dalam hal ini diketentuan tetapi dengan menempatkan bersama ini, ini malah menunjukan bahwa mereka dalam praktek itu satu kelompok.

KETUA RAPAT: Tempatnya konvensi pak, sudah begitu? Konvensi ya? PEMERINTAH: Ini adalah kalau kita melihat defenisi organisasi internasional adalah organisasi antar negara,

jadi tidak itu menyangkut kepada negara bapak, begitu. PEMERINTAH/ DIRJEN PROTOKOL KEMENDEPLU (LUTFI) : Pak Pimpinan boleh ini. Jadi saya barangkali jika diperkenankan ingin memberikan satu gambaran bagaimana

kedudukan dalam hukum internasional, jadi dalam hukum internasional itu dikenal adanya subyek hukum internasional itu tidak hanya negara tetapi juga organisasi internasional. Jadi sebetulnya perlakuan-perlakuan terhadap perwakilan negara dan organisasi internasional secara hukum internasional disamakan, mereka punya imunitas, mereka punya hal-hal yang terkait dengan perlindungan.

Kemudian yang kedua kami juga cenderung untuk menggunakan “garis miring” atau ”dan atau” disini, tidak menurunkan ke bawah karena juga grade dari organisasi internasional itu tidak selalu berada dibawah perwakilan negara. Ketika sekjen PBB yang ada disitu dia adalah pimpinan organisasi internasional, saya kira dia harus duduk disamping presiden saya kira. Oleh karena itu fleksibilitas ini akan lebih tampak kalau kita menggunakan dalam satu huruf, ini Pak. Terima kasih.

ARSIP D

PR RI

Page 16: DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA RAPAT …berkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/1-20170508-023659-1275.pdf · Minta penjelasan contoh tokoh masyarakat tertentu itu siapa

176

KETUA RAPAT: Terima kasih. Ibu Bapak sekalian, memang kalau kelaziman di dalam penulisan, saya tanya tadi kepada

legal drafter ya pak soal ini, itu selalu kita menggunakan “dan garis miring atau” sementara disini tidak ada kata itu. kira-kira bagaimana? Silakan pak.

PEMERINTAH/DIRJEN PROTOKOL KEMENDEPLU (LUTFI) : Tambahan sedikit pak. Kami menempatkan ini juga dengan pertimbangan dalam praktek di berbagai negara juga

dikelompokan juga. KETUA RAPAT: “dan garis miring atau”.

Itu bukan bahasa Indonesia jadi coba dari legal drafter menerangkan, Bapak siapa dari Biro Kumham sebelum pembahasan.

AHLI BAHASA: Jadi ini begini Pak Pimpinan. Ini memang bahasa hukum yang sangat biasa kita gunakan, ini

rumusan alternatif kumulatif artinya. Artinya perwakilan negara asing baik sendiri-sendiri atau bersama-sama organisasi internasional atau alternatif antar keduanya jadi di row yang sama bisa mereka kumulatif, ada kedua-duanya ada atau hanya ada salah satu dari itu pak. Jadi saya kira “dan atau” tepat disini.

KETUA RAPAT: Saya kira pakai kelaziman ya pak, sudah biasa kita dalam undang-undang itu kalau garis

miring tidak berhenti memang jadi ada kata “dan atau”. Ada tanggapan Bapak sekalian? Silakan, dianggap cukupkah?

Yang mana pak? Ini yang barusan kita bicarakan, dia merupakan kumulatif pak. Memang bagaimana, silakan pak. Garis miringnya dihapus begitu pak? garis miringnya dihapus, dan atau organisasi secara nasional ya. Tidak “dan” saja ya pak.

Coba dari ahli bahasa silakan saja bu, Ibu contoh pakai “dan atau” dan “atau” saja. AHLI BAHASA: (Tanpa mikrofon) Sebenarnya yang poin c itu kan pernyataan untuk menyatakan maksud dua

hal. Oleh karena dipakai kata “dan atau”. Untuk menyatakan…..itu harus ada “dan” sebenarnya sehingga nanti akan perwakilan negara asing maksudnya dan organisasi internasional, itu yang pertama. Kemudian yang kedua, perwakilan negara asing atau organisasi internasional.

Jadi kata penghubungan “dan atau” ini dalam bahasa Indonesia memang harus ada teknik jadi tidak dua hal bertubi-tubi.

KETUA RAPAT: Jadi dimunculkan lagi dan sebagainya, sekretariat sudah mulai memberikan pertanyaan

kepada kita ini. baik, saya bacakan ayat (2); ”Pengaturan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

ARSIP D

PR RI

Page 17: DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA RAPAT …berkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/1-20170508-023659-1275.pdf · Minta penjelasan contoh tokoh masyarakat tertentu itu siapa

177

diberlakukan hanya dalam acara kenegaraan atau acara resmi bagi (a) pejabat negara; (b) pejabat pemerintahan; (c) perwakilan negara asing dan atau organisasi internasional; dan (d) tokoh masyarakat tertentu. Mungkin tamu negara bisa masuk ke itu pak kira-kira? Tadi pertanyaan bagaimana kalau tamu negara, tamu negara sedang berkunjung ke sini pak.

PEMERINTAH/ DIRJEN PROTOKOL KEMENDEPLU (LUTFI) : Boleh kami memperkuat saja pak? Ini sebenarnya dalam Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2004 itu memang penulisannya

seperti yang disarankan ahli bahasa untuk menyampaikan sifat kumulatif sekaligus alternatif gunakan frase “dan/atau”. Ini ada Undang-Undang Nomor 10 nya jadi saya kira garis miring.

KETUA RAPAT: Pengertian orang tentang strip itu atau juga istilahnya, jadi kalau disini ya tambahan atau

begitu ya. Baik, sudah cukup ya? Ibu masih ada, silakan Ibu. F- PD (HJ. HIMMATULLAH ALYAH SETIAWATY, SH., MH): Ke poin d pertanyaannya Pimpinan, itu di c kan organisasi internasional saya hanya ingin

bertanya apakah tokoh masyarakat tertentu itu termasuk didalam ada organisasi nasional? Kan bisa saja diundang di dalam situ, kalau tidak ada organisasi nasional berarti posisinya harus seperti di poin c, tokoh masyarakat dan atau organisasi dalam satu roll begitu kan, organisasi nasional. Karena inikan acara kenegaraan di negara kita, dimana kedudukannya organisasi nasional kita.

KETUA RAPAT: Silakan pak tampaknya kita memang belum menyentuh organisasi ya pak sebab kalau definisi

diangka 10 itu tokoh masyarakat itu menyebutkan subyeknya itu orang nampaknya, lebih kepada orang, maaf. Pemerintah silakan.

PEMERINTAH/ DIRJEN PROTOKOL KEMENDEPLU (LUTFI) :/: Sebetulnya kalau kita mendefine ini di DIM 19 dimana disana dikatakan bahwa tokoh

masyarakat tertentu adalah tokoh masyarakat yang berdasarkan kedudukan sosialnya mendapat pengaturan keprotokolan itu akan mengcover keseluruhan itu termasuk juga organisasi nasional. Jadi dengan demikian sebetulnya ketokohannya apakah dia ketua PBNU, Muhammadiyah atau apapun itu otomatis dia punya kedudukan sosial tertentu, jadi saya kira sudah mengcover.

KETUA RAPAT: Sehingga demikian Ibu ya, ketika kita mendiskusikan juga memang bukan organisasinya tapi

yang bersangkutan itu tokohnya. Bukan organisasinya yang kita undang itu pak, tokoh dari organisasi itu. Kalau organisasi yang diundang mungkin terlalu banyak yang datang. Jadi ketua umum, seperti itu. baik, saya kira kita ini sepakat ya untuk DIM 33B, kan tadi 33A di atas, yang betul yang mana, jangan sampai salah. Yang diatasnya DIM 33A, bawahnya B ya. Nanti kita sinkronisasilah, kita setuju ya?

(RAPAT: SETUJU) Alhamdulillah.

ARSIP D

PR RI

Page 18: DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA RAPAT …berkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/1-20170508-023659-1275.pdf · Minta penjelasan contoh tokoh masyarakat tertentu itu siapa

178

Ibu Bapak sekalian, Kita ini punya kitab suci untuk DPR tentang Tata Tertib. Saya bacakan bagian ketiga paragraf

satu umum Pasal 219 ayat (1) waktu rapat DPR adalah huruf (b) pada malam hari dari pukul 19.30 sampai dengan pukul 22.30 setiap hari kerja, demikian. Ini kita pintar mengakhiri tapi sulit mengawali.

Jadi kami tawarkan kepada kita sekalian, apakah mau menambah waktu ini karena masih segar bugar kita, sudah ada tambahan kopi, dopping bisa insya Allah. Tambah waktu ya sampai pukul 23.30, ada yang mau Sholat Isya, tarawih dan sebagainya? 23.00 sementara ya pak, nanti bisa diubah lagi. Baik, pukul 23.00 WIB.

(RAPAT: SETUJU) Kemudian dengan selesainya 33 maka Pemerintah akan melanjutkan pembahasan pada DIM

38, silakan Pemerintah. PEMERINTAH/DIRJEN PROTOKOL KEMENDEPLU (LUTFI) : Terima kasih Bapak Pimpinan. Anggota Panja yang kami hormati, penugasan kepada Pemerintah untuk Pasal 6 Ayat (1) dan

seterusnya itu juga langsung kita mengcover DIM 38, Pemerintah mengusulkan untuk DIM 38 ini bunyinya menjadi sebagai berikut:

Ayat (1), “Acara kenegaraan diselenggarakan oleh negara dan dilaksanakan oleh panitia negara yang diketuai oleh menteri yang membidangi urusan kesekretariatan negara.”

Kemudian ayat (2), ini kita akan mengcover soal-soal yang terkait dengan penyelenggaraan di tempat lain misalnya di DPR. “Acara kenegaraan di lingkungan lembaga negara lainnya dilaksanakan oleh kesekretariatan lembaga negara dimaksud berkoordinasi dengan panitia negara sebagaimana dimaksud pada ayat (1).”

Ini hanya untuk acara kenegaraan, artinya acara-acara yang diadakan bukan untuk tujuan kenegaraan itu koordinasi dan seterusnya itu tidak menjadi sesuatu kewajiban karena yang memungkinkan acara kenegaraan itu biasanya misalnya lembaga lainnya adalah seperti di parlemen atau di MPR ya. Terima kasih Pimpinan.

KETUA RAPAT: Baik Pemerintah, sebelum di floor pak, kami ingin Pemerintah mendalami atau mengaitkan

antara usul rumusan DIM 38 ini dengan DIM 11. Saya bacakan, “ Acara kenegaraan adalah acara yang bersifat kenegaraan yang diatur dan dilaksanakan oleh panitia negara secara terpusat dihadiri oleh presiden atau wakil presiden serta pejabat negara dan undangan lain.” Ini disetujui oleh Panja pada tanggal 26 Juli 2010 pukul 21.15 yang lalu.

Saya ingin mengajak Pemerintah untuk mencermati rumusan ini sehingga menjadi pasal yang diusulkan tersebut. Silakan Pemerintah.

PEMERINTAH/DIRJEN PROTOKOL KEMENDEPLU (LUTFI) : Kalau misalnya nanti kita hanya akan merefer ketentuan yang ada disini memang acara

kenegaraan terbatas betul yang dilaksanakan oleh panitia negara, dan panitia negara itu adalah menteri yang membidangi kesekretariatan negara. Kalau ini yang dilakukan maka yang akan

ARSIP D

PR RI

Page 19: DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA RAPAT …berkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/1-20170508-023659-1275.pdf · Minta penjelasan contoh tokoh masyarakat tertentu itu siapa

179

dilakukan oleh MPR dan DPR itu akan menjadi persoalan itu sendiri karena payung hukum yang dilaksanakan oleh kesekretariatan sendiri di luar Setneg itu menjadi di luar Undang-Undang ini Pak. Oleh karena itu barangkali kita perlu menambahkan memang apa yang ada di DIM 11 ini dengan mengaitkan lembaga itu Pak.

KETUA RAPAT: Sekarang begini Pak, bagaimana kalau usulan ayat (2) ini dinyatakan dalam hal, sebab kalau

dia tidak ada pengantar sama sekali maka dia tidak punya cantolan, ini mohon maaf barangkali Bapak-Bapak lebih paham soal bahasa hukum. Kalau kami cenderung supaya dia kaitan secara yuridis formil sehingga dia legal formal diakui keberadaannya. Kalau kata orang suatu ujug-ujug, tiba-tiba begini kita kehilangan panduan dari mana barang ini munculnya. Silakan Pemerintah.

PEMERINTAH/DIRJEN PROTOKOL KEMENDEPLU (LUTFI) : Kami setuju Pak. Jadi misalnya dengan menambahkan dalam hal acara kenegaraan

diselenggarakan di lingkungan lembaga lainnya, pelaksanaannya dilakukan oleh, itu dihapus kesekretariatan lembaga negara dimaksud berkoordinasi dengan panitia negara. Ini juga diatur dalam Undang-undang 10 Pak jadi yang Bapak sampaikan itu betul-betul sesuai dengan Undang-undang 10 karena ini ada frase dalam hal digunakan untuk menyatakan suatu kemungkinan, keadaan atau kondisi yang mungkin terjadi atau mungkin yang tidak terjadi. Jadi artinya diluar.

KETUA RAPAT: Baik pak, jadi ada connectingnya ya pak di dalam hal dan seterusnya, ini sebelum kita. PEMERINTAH/DIRJEN PROTOKOL KEMENDEPLU (LUTFI) : Mungkin harus ditambahkan “maka” pak, kalau menurut undang-undang ini harus maka.

Maka pelaksanaannya. KETUA RAPAT: Sebelum kepada ahli bahasa kami persilakan kepada Ibu Bapak Anggota, Pak Rusli, Ibu nanti

terakhir, sudah itu Pak Arif nanti. Silakan Pak Rusli. F- PAN (DRS. H. RUSLI RIDWAN, M.SI): Terima kasih. Ini memang DIM 11 dengan DIM 38 ini sangat berkaitan dan memang ramai waktu kemarin

juga. Saya pikir ini dalam hal-hal yang enak ini bisa dipakai, dalam hal yang tidak enak seperti presiden diberhentikan kemudian harus dilantik, kemudian ketuanya dilarikan keluar negeri tidak ada yang melantik ini karena ketuanya pergi. Jadi saya mengusulkan kalau pelaksanaannya di lembaga lainnya itu dipimpin oleh pimpinan lembaga yang bersangkutan berkoordinasi dengan sekretariat. Terima kasih itu yang kemarin.

KETUA RAPAT: Pak Rusli sedikit pak, coba ini redaksi beliau ditulis ya di alternatif berikut. Mohon diulang,

silakan pak, Bapak mau ayat (1) atau ayat (2) atau ayat baru lagi. Ayat (2) ya Pak ? Coba ayat (2).

ARSIP D

PR RI

Page 20: DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA RAPAT …berkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/1-20170508-023659-1275.pdf · Minta penjelasan contoh tokoh masyarakat tertentu itu siapa

180

F- PAN (DRS. H. RUSLI RIDWAN, M.SI): Memperbaiki ayat itu saja “dalam hal acara kenegaraan diselenggarakan oleh lembaga

negara lainnya maka pelaksanaannya dilakukan oleh sekretariat lembaga negara dimaksud yang diketuai oleh Pimpinan lembaga yang bersangkutan. “

KETUA RAPAT: Pertanyaanya tidak ada koordinasi dengan panitia negara? tidak perlu, baik. F- PAN (DRS. H. RUSLI RIDWAN, M.SI): Tidak perlu, karena ini bersangkutnya di permasalahan dengan. KETUA RAPAT: Alternatif usul dari Pak Rusli, sudah Pak? Silakan Ibu. F- PD (HJ. HIMMATULLAH ALYAH SETIAWATY, SH., MH): Terima kasih Pimpinan. Dari ayat (1) dan ayat (2) saya lihat ada panitia negara tapi kalau saya lihat didalam ketentuan

umum itu tidak ada pengertian mengenai panitia negara. Ini pertanyaannya, apakah pengertian panitia negara cukup dijelaskan didalam ayat (1) saja, tidak perlu dicantumkan dalam ketentuan umum? Karenakan dilaksanakan oleh panitia negara, siapa panitia negara? Mungkin itu kepada Pemerintah.

Terima kasih. KETUA RAPAT: Baik, Ibu masih, cukup? Sebelum ke Pemerintah ditampung dulu ya Pemerintah, dari Pak Arif

silakan pak. F- PDI PERJUANGAN (ARIF WIBOWO): Saya sebenarnya substansinya sama, tentang acara kenegaraan. Di ayat (1) disebutkan

diselenggarakan oleh negara, saya tidak tahu membayangkan negara sementara yang lainnya diselenggarkan di lingkungan lembaga negara. Coba ini bedanya apa, negara dan lembaga negara ? Maksud saya bahwa kalau tadi diberikan contoh kalau itu dilakukan oleh DPR dan didalam konstitusi antara DPR dan presiden adalah sama posisinya, tidak bisa saling membubarkan maka sesungguhnya yang diselenggarakan oleh DPR pun bisa disebut sebagai acara yang diselenggarakan oleh negara, sama saja. panitia negara itu siapa ? Tergantung tempatnya dimana. Kalau diselenggarakan oleh Pemerintah panitianya adalah mungkin saja dibawah koordinasi Menteri Sekretaris Negara. Tapi kalau di DPR misalnya ya dibawah koordinasi Pimpinan DPR, Ketua DPR atau Pimpinan DPR. Mungkin terkait dengan hal yang sifatnya teknis saya kira bisa dimaklumkan tentang perlunya koordinasi karena menyangkut misalnya kehadiran presiden dan wakil presiden dari panitia negara yang di DPR untuk berkoordinasi dengan Sekretariat Negara misalnya panitia yang ada di Pemerintah.

Saya kira ini agar kita tidak bias sehingga jangan-jangan nanti, begini maksud saya mensosialisasikannya juga harus terang benderang dan bisa dimengerti oleh masyarakat luas. Jangan sampai nanti misalnya satu acara yang diselenggarakan DPR atau mungkin bukan lembaga DPR atau lembaga negara lainnya, BPK dan sebagainya tidak masuk kategori acara kenegaraan

ARSIP D

PR RI

Page 21: DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA RAPAT …berkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/1-20170508-023659-1275.pdf · Minta penjelasan contoh tokoh masyarakat tertentu itu siapa

181

yang bobotnya sama dengan acara yang diselenggarakan oleh Pemerintah padahal sama-sama dihadiri oleh presiden. Kalau kemudian ada acara yang diselenggarakan oleh organisasi masyarakat yang sifatnya nasional seperti Muhammadiyah atau NU, presiden juga hadir, dia disebut apa? Acara kenegaraan atau acara resmi atau apa. Apakah panitianya juga harus menteri sekretaris negara ketua panitianya? Karena situasi itukan selalu saja terjadi di negeri kita, saya kira mesti di sinkronkan dipastikan dengan memperhatikan ketatanegaraan kita yang sesungguhnya sudah diatur meskipun mungkin belum sempurna sama sekali didalam konstitusi itu. Terima kasih.

KETUA RAPAT: Terima kasih Pak Arif. Pak Muzammil ya, baru nanti Bapak Harun, silakan. F- PKS (DRS. AL MUZAMMIL YUSUF): Terima kasih Pimpinan. Saya kira kita perlu sepakat dulu kalau DIM 11 ini sebagai acuan kita dalam ketentuan umum

sesungguhnya DIM 11 ini sudah memberikan arahan yang jelas. Saya baca ya, “acara kenegaraan adalah acara yang bersifat kenegaraaan yang diatur dan dilaksanakan oleh panitia negara secara terpusat dihadiri oleh Presiden dan atau Wakil Presiden serta pejabat negara dan undangan lain. Kita sudah menggunakan ketentuan umum seperti ini, sesungguhnya kita tidak perlu mengulang lagi. Pada berikutnya itu semua tinggal ada klasifikasi mungkin, ada acara itu di eksekutif, ada di legislatif, ada di yudikatif. Tiga-tiganya adalah panitia negara. Oleh karena itu cukup kita masuk ada acara kenegaraan dilingkungan Pemerintah diketuai oleh menteri, secara teknis, karena tidak perlu kita mengulang defenisi disini. Karena defenisi disini jelas sekali yagn disebut acara kenegaraan itu panitia negara, ada presiden, ada wapres, atau pejabat lainnya, kita tidak perlu ulang itu. yang diperlukan disini adalah klasifikasi berikutnya. Ketika di menyangkut Pemerintah maka acara kenegaraan diketuai oleh menteri yang membidangi urusan acara negara.

Dalam hal acara kenegaraan di lingkungan lembaga negara lainnya maka pelaksananya, kita sudah masuk pelaksananya disini tapi ketiga-tiganya adalah panitia negara. Bukan yang di Pemerintah panitia negara, di dua lagi bukan panitia negara. Jadi tidak redundant, sehingga tidak perlu diulang-ulang, tidak usah.

Dalam hal acara kenegaraan diselenggarakan di lingkungan lembaga negara lainnya maka diketuai siapa? Apakah kesekretariatan lembaga negara tersebut. Yang diketuai presiden maka dibawah diketuai oleh lembaga negara tersebut. karena diatas bukan diketuai presiden maka…(suara

tidak terdengar). Kalau DPR ya DPR, kalau MPR ya MPR, DPD ya DPD sekretariatannya. Dan tiga-tiganya dalam posisi panitia negara. Demikian Pimpinan. Terima kasih.

KETUA RAPAT: Terima kasih Pak Muzammil, Bapak Harun silakan.

ARSIP D

PR RI

Page 22: DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA RAPAT …berkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/1-20170508-023659-1275.pdf · Minta penjelasan contoh tokoh masyarakat tertentu itu siapa

182

F- PARTAI GERINDRA (DRS. H. HARUN AL-RASYID, M.SI): Tolong nomor satu di atas itu di turunkan. Acara kenegaraan diselenggarakan oleh negara

dan dilaksanakan oleh panitia negara yang diketuai oleh menteri yang membidangi urusan kesekretariatan negara. Jadi berarti menteri disini adalah kalau sekarang adalah Setneg begitu kan.

Ada pengalaman waktu saya ulang tahun kemerdekaan yang 50 di Monas, waktu itu saya mewakili DKI sebagai wakil ketua. Ketuanya Pak Emil Salim dan dia bertanggung jawab terhadap penyelenggaraan itu walaupun keterlibatan panitia negara yang ada di sekretariat negara. Jadi kalimatnya disitu adalah dimana ada acara, kebetulan waktu itu menyangkut lingkungan hidup makanya pohon-pohon yang ada di Monas itu di tanam pada saat itu. jadi yang bertanggung jawab terhadap pelaksanaan penyelenggaraan acara negara itu adalah menteri yang bertanggung jawab terhadap kegiatan itu. Maksud saya panitia negara ini tetap mungkin menjadi membantu menteri yang bertanggungjawab terhadap pelaksana kegiatan oleh atau ruang lingkup daripada kementerian yang bersangkutan, yang bertanggungjawab terhadap itu. disini ada formatnya tanggungjawab besar dari menteri yang bersangkutan kalau tidak berhasil.

Ini ilustrasi saya bahwa penyelenggaraan protokol itu boleh saja oleh panitia negara tapi yang bertanggung jawab terhadap kegiatan yang dilakukan misalnya peresmian bendungan besar barangkali PU, dia yang bertanggungjawab. Peresmian kapal terbang, mungkin perhubungan. Ini tolong minta penjelasan karena ini masalah soal tanggungjawab itu nanti kalau seumpamanya ini tidak berhasil dalam penyelenggaraan itu mesti yang bersangkutan yang tanggungjawab, jadi bukan protokolnya, begitu. Ini tolong minta penjelasan. Terima kasih.

KETUA RAPAT: Dari anggota lain, sudah cukup? Pak Rusli cukup? Baik. Pemerintah? Sebelum Pemerintah

ya, memang ini ada hal yang cukup menarik entah ini usul dari Pemerintah begini entah pengetikannya Pemerintah. Misalnya kalau kita bandingkan DIM 38 ayat (1) dengan DIM 11, itu berbeda. Kalau DIM 11 mengatakan acara kenegaraan adalah acara yang bersifat kenegaraaan yang diatur dan dilaksanakan oleh panitia negara, perhatikan panitia negara huruf “p” dan “n” nya kecil. Kalau ini menjadi acuan utama maka alasan yang disampaikan oleh Pak Muzammil itu akan tepat. Jadi panitia negara itu boleh lembaga negara mana saja, begitu juga Pak Arif. Tetapi ketika Pemerintah, entah ini saya tidak paham apakah pengetikan, mohon maaf ini, kembali ke atas, di rancangan ayat (1) yang menyatakan panitia negara dengan “p” dan “n” yang besar, ini kan sudah merupakan subyek ya Pak. Kita menganalogi misalnya KPU, di Undang-Undang Dasar itu dengan huruf kecil, beda dengan BPK dengan huruf besar, seperti itu.

Oleh karena itu, ini sebelum kepada ahli bahasa ya Bu, ini substansi dulu ya maaf, mohon Pemerintah bisa pertama saya kira merespon atas ide yang berkembang. Yang kedua menjawab beberapa pertanyaan, saya kira ini cukup produktif diskusi kita. Silakan Pemerintah.

PEMERINTAH/KEMENHUKUM DAN HAM: Mohon ijin Pak, Pimpinan. Atas ijin dari Pak Dirjen Badan Perundang-undangan, jadi memang

rumusan yang kedua ini pada waktu itu menampung ada perkembangan waktu kita bahas di tanggal

ARSIP D

PR RI

Page 23: DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA RAPAT …berkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/1-20170508-023659-1275.pdf · Minta penjelasan contoh tokoh masyarakat tertentu itu siapa

183

26. Memagn kalau sudah diartikan oleh negara itu semua cabang negara juga bisa melakukan baik eksekutif, legislatif, yudikatif tapi ayat (2) ini tadi pada waktu itu memang di kembangkan bagaimana kalau ini dilakukan oleh praktek selama ini di MPR, lalu kita coba rumuskan ini. itu yang pertama.

Kemudian yang kedua, mengenai panitia negara, ini karena memang selama ini sudah ada Keppres yang tidak membatasi waktunya. Ada yang disebut panitia negara yang tugasnya untuk melaksanakan acara kenegaraan yang diselenggarakan oleh negara, ini sudah ada keppresnya. Dan jika kita boleh besok membahasnya ini malam ini mestinya hadir deputi dari Setneg, tapi berjanji besok akan hadir jadi banyak praktek-praktek yang selama ini telah dilakukan ini yang kami jamin besok akan hadir. Itu saja.

KETUA RAPAT: Terima kasih, Pemerintah sudah cukup sementara? PEMERINTAH/KEMENHUKUM DAN HAM: Jadi intinya Pak, kalau untuk yang ayat (1) itu memang sudah menjadi praktek yang sudah

berlangsung begitu lama. KETUA RAPAT: Artinya termasuk tulisan “p” dan “n” yang besar, begitu maksud bapak ya? besar kan itu. PEMERINTAH/KEMENHUKUM DAN HAM: Jadi ini sudah menjadi semacam konvensi yang terus berlangsung dimana sekretariat negara

itu mengurusi kegiatan-kegiatan yang terkait dengan acara kenegaraan. Yang akan kita tampung itu sebetulnya ketika terkait variabel lain yang masuk di ayat (2) kalau itu misalnya dilaksanakan diluar secara terpusat misalnya di parlemen dan seterusnya, jadi kewajibannya hanya berkoordinasi dengan kita tapi dilaksanakan oleh organisasi itu sendiri.

KETUA RAPAT: Terima kasih. Memang ini belum selesai ya pak tampaknya karena ada kesan bahwa yang dimaksudkan

negara itu tadi eksekutif kan begitu, padahalkan ada kelasnya, kelas eksekutif, kelas legislatif, kelas yudikatif.

Jadi ini kita fair ini belum selesai, kita perlu clear clean dalam soal ini sehingga kita mempunyai pemahaman yang sama. Itu yang pertama. Yang kedua juga kalau merujuk kepada DIM 11 sesungguhnya “p” dan “n” nya kecil panitia negara itu sehingga bukan tidak mungkin dia akan menuntut kepada kita untuk memberikan pengertian tentang panitia negara. Ketika dia “p” dan “n” nya besar kan sudah jelas ini ya pak, di Keppresnya ada. tapi ketika dia kembali ke induknya ke DIM 11 dia “p” “n” nya kecil sehingga menuntut adanya penjelasan lebih lanjut, itu paling tidak begitu.

Yang kedua juga berkenaan dengan pemiliknya, insya Allah besok akan hadir. sebelum kita skors tentang besok ini, besok kami di DPR ada rapat paripurna, agendanya satu tentang susunan dan ekanggotaan alat kelengkapan dewan mulai pukul sembilan, ini apakah sekretariat sudah membuatkan surat ijin anggota semua sudah ya pak, artinya dihadirkan sana ya pak, jangan diboloskan.

ARSIP D

PR RI

Page 24: DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA RAPAT …berkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/1-20170508-023659-1275.pdf · Minta penjelasan contoh tokoh masyarakat tertentu itu siapa

184

Pak Taufik mohon maaf kita ulangi ya, ini memang belum selesai sehingga memerlukan nanti penjelasan lebih lanjut, pembahasan lebih mendalam dengan siapa tadi Pak Sekretariat Negara.

F- PDI PERJUANGAN (ARIF WIBOWO): Interupsi sedikit Pimpinan, mungkin bisa dijelaskan soal Keppres itu kapan yang dikatakan

sudah berlaku lama karena sejak Amandemen Undang-Undang Dasar inikan kita bisa elaborasi tentang kenapa keseimbangan itu menjadi perlu posisi kedudukannya. Maksud saya begini kalau memang nantinya kita sepakat bahwa rujukan kita tetap pada konstitusi karena perubahan konstitusi maka konsekuensinya Keppres itu juga harus dirubah. Maksud saya jangan kita mendasarkan pada Keppres. Terima kasih.

KETUA RAPAT: Terima kasih Pak Arif diingatkan, dan Keppres kemungkinan datangnya besok. Jadi kita bisa

lebih leluasa besok sambil ngabuburit ngebahasnya. Ini yang mau kita bicarakan Pak. Kalau boleh kami menawarkan malam ini, kita sepakat pukul 23.00 selesai rencananya kita

akan istirahat melanjutkan besok insya Allah, tinggal pukul berapa, kalau tempat insya Allah sama disini. Kalau nanti mungkin Pak Anggotanya ini Sekretariat mungkin mendesain ulang ruangan ini, kalau untuk Anggota mungkin bertambah atau tamu lainnya. Pukul berapa kita mulai? Pukul 9 pagi Pak?

F- PKS (DRS. AL MUZAMMIL YUSUF): Pimpinan, kalau kita ada Paripurna, ini kepastian dulu ya? Tidak boleh ada kegiatan ataupun

diluar itu, saya kira itu Tatib kita. Jadi saya kira tidak bisa kita bertabrakan dengan itu. Terima kasih. KETUA RAPAT: Coba Sekretariat bagaimana dari Persipar ini. Paripurna semuanya, Sekretariat turun

semuanya, Anggotanya? Kalau Paripurna saya kira sulit ijin. Bagaimana Pak, mana Pak Budi? Sekretariat pulang semua, semua turunkan sehingga Pemerintah disini mohon maaf tidak ada Tim Panitia disini, semua kembali mengurus Paripurna sampai Paripurna selesai. Besok Paripurna selesai jam berapa Pak? 12.30 selesai ya. Jadi kemungkinan selesai pukul 13.00 katakanlah begitu, kita bisa mulai pukul berapa? Silakan ada ide, panitia bisa datang jam berapa kesini? Pukul 16.00 sambil buka, ngabuburit. Insya Allah bisa ya?

Sebentar kita sepakati waktu dulu ya Pak, kita skors nanti akan kita mulai pukul 16.00 WIB besok insya Allah, tapi ini saya belum tutup ya.

(RAPAT: SETUJU) Pak Taufik silakan. F- PG (DRS. TAUFIQ HIDAYAT, M.Si/WAKIL KETUA ): Untuk memanfaatkan waktu saya kira selama diskorsing sampai jam 4 karena saya melihat

ada beberapa hal yang perlu disinkronkan diluar persidangan resmi dari tim Pemerintah maupun dari tim DPR khususnya mengenai penjelasan dari pasal-pasal Pak, ini banyak hal-hal teknis yang menurut hemat saya itu perlu sekali penjelasan-penjelasannya sehingga pada saatnya nanti sinkronisasi itu sudah dirumuskan dan rapat resmi tinggal secara lebih cepat untuk bisa mengambil

ARSIP D

PR RI

Page 25: DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA RAPAT …berkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/1-20170508-023659-1275.pdf · Minta penjelasan contoh tokoh masyarakat tertentu itu siapa

185

keputusan mengenai itu. jadi usulan teknis saya itu kepada Tim Sekretariat dan dari Pemerintah sampai sore itu sementara kita Paripurna, mereka merumuskan itu, itu saja Pimpinan, terima kasih.

KETUA RAPAT: Terima kasih Pak Taufiq. Pemerintah bisa ya? Baik, terima kasih. Ada hal lain pak sebelum kita skors? PEMERINTAH/ DIRJEN PROTOKOL KEMENDEPLU (LUTFI) : Terima kasih Bapak pimpinan. Pada prinsipnya Pemerintah mengikuti apa yang menjadi kesepakatan ini dan kita siap untuk

menyelenggarakan apa yang diamanatkan besok. Terima kasih. KETUA RAPAT: Terima kasih. Berarti nanti Pemerintah sambil ngabuburit juga merancang ulang DIM ini supaya tidak terlalu,

penyisiran sekaligus juga supaya ada sinkronisasi istilah dan sebagainya, dan kembali kami ingatkan supaya besok semua pesertanya memegang bahan yang sama termasuk hasil keputusan malam hari ini, nanti ditarik diganti oleh yang baru.

Baiklah kita skors acara malam hari ini dengan ucapan terima kasih dan berbagai penghormatan, penghargaan, mudah-mudahan semuanya dalam keadaan sehat wal’afiat dan berkah insya Allah ya. Kita akan kembali ke ruang ini insya Allah pukul 16.00. Terima kasih.

Wassalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh. RAPAT DISKORS PUKUL 23.00 WIB

Jakarta, 18 Agustusi 2010

a.n. KETUA PANSUS RUU TENTANG PROTOKOL

SEKRETARIS RAPAT, ttd

DRS. BUDI KUNTARYO NIP. 19630122 199103 1 001

ARSIP D

PR RI