DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA LAPORAN ... · menyampaikan capaian kegiatan PTSL NTB...
Transcript of DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA LAPORAN ... · menyampaikan capaian kegiatan PTSL NTB...
Page 1 of 12
DEWAN PERWAKILAN RAKYAT
REPUBLIK INDONESIA
LAPORAN KUNJUNGAN SPESIFIK KOMISI II DPR RI
KE KANWIL BPN PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT
TANGGAL 13 FEBRUARI 2020
I. PENDAHULUAN
A. DASAR KUNJUNGAN KERJA
Kunjungan Komisi II DPR RI ini adalah dalam rangka melaksanakan salah satu tugas
dan fungsi Dewan, yaitu fungsi Pengawasan. Secara khusus Kunjungan Komisi II DPR
RI ke Provinsi Nusa Tenggara Barat adalah ingin mendapatkan informasi mengenai
salah satu program stategis Kementerian ATR/BPN yang berkaitan dengan Reforma
Agraria terkait Legalisasi yaitu program PTSL (Pendaftaran Tanah Sistematis Lengkap)
yang pelaksanaannya diatur dalam Peraturan Menteri Agraria dan Tata Ruang/Kepala
Badan Pertanahan Nasional No. 12 Tahun 2017 tentang Percepatan Pendaftaran Tanah
Sistematis Lengkap dan Instruksi Presiden No. 2 Tahun 2018 tentang Percepatan
Pendaftaran Tanah Sistematis Lengkap di Seluruh Wilayah Republik Indonesia.
Reforma Agraria merupakan suatu proses yang berkesinambungan berkenaan dengan
penataan kembali penguasaan, pemilikan, penggunaan dan pemanfaatan sumber daya
agraria, dilaksanakan dalam rangka tercapainya kepastian dan perlindungan hukum
serta keadilan dan kemakmuran bagi seluruh rakyat Indonesia (TAP MPR-RI No.
IX/MPR/2001). Sebagaimana amanat TAP MPR-RI No. IX/MPR/2001 tentang
Pembaruan Agraria dan Pengelolaan Sumber Daya Alam, yaitu:
- Melaksanakan penataan kembali penguasaan, pemilikan, penggunaan dan
pemanfaatan tanah (landreform) yang berkeadilan dengan memperhatikan
kepemilikan tanah untuk rakyat.
- Menyelesaikan konflik-konflik yang berkenaan dengan sumber daya agraria yang
timbul selama ini sekaligus dapat mengantisipasi potensi konflik di masa
mendatang guna menjamin terlaksananya penegakan hukum dengan didasarkan
atas prinsip-prinsip Pembaruan Agraria dan Pembaruan Sumber Daya Alam.
Page 2 of 12
Indonesia sudah 71 tahun merdeka, tanah tersertipikasi dan terdaftar yang sudah
diselesaikan baru 46 juta, sedangkan masih 60 persen lebih yang belum yang belum
selesai di seluruh Indonesia itu artinya ada sekitar 120 juta hektar tanah di seluruh
Indonesia yang harus disertifikasi.
PTSL atau sertifikasi tanah ini merupakan upaya pemerintah untuk menjamin
kepastian hukum atau hak atas tanah yang dimiliki masyarakat. Selain itu, sertifikat
tanah dapat dimanfaatkan oleh masyarakat untuk modal pendampingan usaha yang
berdaya dan berhasil guna bagi peningkatan kesejahteraan hidupnya.
Pelaksanaan kegiatan PTSL semakin hari semakin baik sejak dilaksanakan dari tahun
2017, PTSL terus menuai respon positif dari masyarakat. Targetnya meningkat dari
2017, targetnya 5 juta, lalu tahun 2018 naik menjadi 7 juta, serta saat tahun 2019
targetnya 9 juta, dan tahun 2020 ini meningkat menjadi 12 juta bidang
Kunjungan Spesifik Komisi II DPR RI ke Provinsi Nusa Tenggara Barat dalam
menjalankan salah satu tugas dan fungsi Dewan, yaitu fungsi pengawasan. Komisi II
DPR RI ingin mengetahui mengenai evaluasi pelaksanaan program PTSL di Provinsi
Nusa Tenggara Barat di tahun 2019 dan target pencapaian di tahun 2020.
Tim Kunjungan Spesifik Komisi II DPR RI ke Provinsi Nusa Tenggara Barat ini
berjumlah 11 orang anggota yang dipimpin oleh Yth. Bpk. H. Yaqut Cholil Qoumas
(Wakil Ketua Komisi II dari Fraksi PKB dan anggota Tim terdiri dari:
NO. NO.
ANGGT N A M A KETERANGAN
1. A-219 Johan Budi S. Pribowo Anggota/F- PDIP
2. A-195 Drs. H. Heru Sudjatmoko, M.Si Anggota/F- PDIP
3. A-273 Ir. H. Arsyadjuliandi Rachman,
MBA
Anggota/F- PG
4. A-302 Nusron Wahid Anggota/F- PG
5. A-71 Renny Astuti, SH., SPN Anggota/F-P Gerindra
6. A-366 Drs. H. Tjetjep Muchtar Soleh,
MM
Anggota/F-P Nasdem
7. A-30 H. Sukamto, SH Anggota/F-PKB
8. A-538 H. Agung Budi Santoso, SH,MM Anggota/F- PD
9. A-438 Dr. KH. Surahman Hidaya, MA Anggota/F- PKS
10. A-422 DR. Mardani, M. Eng Anggota/F- PKS
Tim Kunjungan Spesifik Komisi II DPR RI ini juga didampingi oleh Sekretariat Komisi
II DPR RI, Tenaga Ahli Komisi II DPR RI, TV Parlemen dan Pemberitaan DPR RI.
Page 3 of 12
B. WAKTU KUNJUNGAN SPESIFIK
Kunjungan Kerja ini dilaksanakan pada tanggal 13 Februari 2020 dan telah
mengadakan pertemuan dengan Gubernur Provinsi Nusa Tenggara Barat, Staf Ahli
Menteri Kementerian ATR/BPN RI, Kepala Kanwil BPN Provinsi Nusa Tenggara Barat
dan seluruh Kepala Kantor Pertanahan Kab/Kota se Provinsi Nusa Tenggara Barat.
C. HASIL KUNJUNGAN
Sambutan H. Yaqut Cholil Qoumas, Wakil Ketua Komisi II DPR RI
Kunjungan Kerja Spesifik (Kunspek) Panja Program Pelaksankaan Pendaftaran Tanah
Sistematis Lengkap (PTSL) Komisi II DPR RI di Provinsi Nusa Tenggara Barat
bertujuan untuk mengetahui target dan capaian PTSL tahun 2019 dan 2020 serta
evaluasinya. Selain itu, Kunspek Panja PTSL Komisi II DPR RI berupaya menggali
permasalahan-permasalahan terkait dengan pelaksanaan PTSL di Provinsi NTB antara
lain: Lombok Barat, Lombok Tengah, Lombok Timur, Sumbawa, Domu, Bima,
Mataram, Kota Bima, Sumbawa Barat dan Lombok Utara.
Untuk itu kepada para Kepala Kantor Badan Pertanahan Nasional di tingkat Provinsi
maupun tingkat kabupaten/kota dipersilahkan menyampaikan permasalahan yang
dihadapi di lapangan terkait pelaksanaan program PTSL kepada Komisi II DPR RI.
Kehadiran kami di Provinsi NTB hari ini memang sengaja untuk belanja masalah,
namun bukan bukan berarti mencari-cari masalah, dengan pengertian bahwa semakin
banyak masalah yang disampaikan bapak-bapak sekalian di sini, maka akan semakin
terbuka jalan dan alternatif solusi ke depan.
Para Anggota DPR di Komisi II dipersilahkan memberikan pertanyaan untuk
kemudian dijawab oleh bapak-bapak Kepala BPN yang hadir pada hari ini.
Sebelumnya, Kepala Kantor Wilayah Badan Pertanahan Nasional Provinsi NTB akan
menyampaikan capaian kegiatan PTSL NTB dan rencana aksi kegiatan PTSL 2020.
Penjelasan Kepala Kantor Wilayah BPN Provinsi NTB
1. Target PTSL 2019
PBT : 225.000 Bidang
SHAT : 165.000 Bidang
Optimalisasi anggaran kegiatan pengukuran berdampak pada perubahan/revisi target
PTSL. Revisi dilakukan sebanyak 2 (dua) kali dengan hasil:
PBT : 276.850 Bidang
SHAT : 170.000 Bidang
Page 4 of 12
Anggaran : Rp.111.515.328.000,-
Capaian PTSL 2019
Survei : 286.623 Bidang
Pemetaan : 250.074 Bidang
Puldadis : 170.001 Bidang
K1 (sertipikat) : 168.705 Bidang
K2 (sengketa) : 19 Bidang
K3.1 : 1.276 Bidang
K3.2 : 0 Bidang
K4 : 33.310 Bidang
Anggaran : Rp.107.298.857.412,-
2. Target PTSL 2020
PBT ASN : 169.800 Bidang
PBT PIHAK 3 : 60.000 Bidang
SHAT : 160.850 Bidang
Page 5 of 12
3. Bentuk Sosialisasi Program PTSL
3.1 Koordinasi dengan Instansi Terkait
- Kejaksaan: penandatanganan perjanjian kerja sama.
- Kepolisian: penandatanganan MoU.
- Rapat Koordinasi Pemerintah Provinsi dan Pemerintah Kabupaten/Kota.
3.2 Sosialisasi Melalui Media Massa dan Media Sosial
- Media Massa: TV lokal (Selaparang TV).
- Media Sosial: Facebook, Instagram, Youtube.
3.3 Penyuluhan di Setiap Lokasi PTSL
Melakukan penyuluhan langsung kepada masyarakat di setiap lokasi/desa/
kelurahan lokasi PTSL. BPN bersama pihak terkait melakukan sosialisasi SKB 3
Menteri (Menteri Agraria dan Tata Ruang/Kepala BPN RI, Menteri
Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Menteri Dalam Negeri) pada saat kegiatan
Penyuluhan. Tindak lanjut dari SKB 3 Menteri tersebut adalah diterbitkannya
Peraturan Bupati di setiap kabupaten/kota di NTB.
4. Tindak Lanjut SKB 3 Menteri
No. Kabupaten/Kota Peraturan Bupati/ Walikota
1. Lombok Barat Belum terbit.
Page 6 of 12
2. Lombok Tengah Belum terbit.
3. Lombok Timur - Peraturan Bupati Nomor 27 Tahun 2017 Tentang Biaya
Persiapan Pendaftaran Tanah Sistematis Lengkap di
Kabupaten Lombok Timur.
- Biaya maksimal per bidang sebesar Rp.35.000,- (tiga
puluh lima ribu rupiah).
4. Sumbawa - Peraturan Bupati Nomor 104 Tahun 2018 Tentang
Biaya Persiapan Pendaftaran Tanah Sistematis
Lengkap.
- Biaya Maksimal per bidang sebesar Rp.200.000,0 (dua
ratus ribu rupiah).
- Pada tahun 2018 biaya persiapan PTSL diakomodir
APBD.
5. Dompu - Peraturan Bupati Nomor 20 Tahun 2017 Tentang Biaya
Persiapan Pendaftaran Tanah Sistematis Lengkap.
- Biaya maksimal per bidang sebesar Rp.350.000,- (tiga
ratus lima puluh ribu rupiah).
6. Bima Belum terbit.
7. Kota Mataram - Belum terbit.
- Pada tahun 2018 biaya persiapan PTSL diakomodir
APBD.
8. Kota Bima Belum terbit.
9. Sumbawa Barat Belum terbit.
10. Lombok Utara Peraturan Bupati terkait Biaya Persiapan PTSL dicabut.
5. Ketersediaan Petugas Ukur
NO. NAMA KANTOR PERTANAHAN
SDM
Petugas Ukur (ASN)
Petugas Ukur (ASK)
Administrasi (Pemetaan dll)
1 KANWIL BPN NTB 5 23 4
2 KOTA MATARAM 4 8 8
3 LOMBOK BARAT 4 14 4
Page 7 of 12
4 LOMBOK TENGAH 5 28 2
5 LOMBOK TIMUR 4 20 7
6 LOMBOK UTARA 5 9 2
7 SUMBAWA 3 9 4
8 SUMBAWA BARAT 5 2 1
9 DOMPU 4 10 4
10 KAB. BIMA 1 9 2
11 KOTA BIMA 2 2 1
JUMLAH 42 134 39
Catatan:
- Ada kerja sama dengan Asisten Surveyor Kadasteral dalam bentuk Perjanjian
Kerja
- Belum ada kerjasama dengan Balai Latihan Kerja
- Perlu penyelesaian pengukuran bidang kegiatan PTSL.
6. Kesiapan Pengumpulan Data Kegiatan PTSL
No. Pengumpulan Data Kegiatan
1.
FISIK
- Stok opname Buku Tanah, Surat Ukur dan Gambar
Ukur.
- Peta dasar/ cakupan peta dasar.
- Peta kawasan hutan, peta administrasi, Peta PBB, Peta
LP2B.
- Peta kerja.
a) Kesiapan SDM pengukuran/petugas ukur dan alat
ukur memadai dalam pelaksanaan pengumpulan
data fisik kegiatan PTSL;
b) Membuat kontrak kerja pengukuran dengan KJSKB
dan Pihak Kegita sebanyak 60.000 bidang.
2.
YURIDIS
- Merancang target pengumpulan data yuridis per hari,
per minggu, per bulan dalam jangka waktu yang
sudah ditetapkan sapai pada penyelesaian 100%.
- Menyiapkan formulir daftar isian.
- Mengembangkan inovasi dalam rangka pencapaian
target.
Page 8 of 12
- Membuat SK Tim Kendali PTSL.
- Mengoptimalkan peran serta masyarakat, aparat desa,
Babinsa dan Babinkamtibmas serta potensi masyarakat
lainnya untuk secara aktif melakukan pengumpulan
data yuridis.
7. Optimalisasi Penanganan Konflik Dalam Kegiatan PTSL
- Melakukan identifikasi awal terkait obyek K2 dan K3 pada saat pemeriksaan
tanah.
- Menganjurkan penyelesaian dengan mediasi di dusun dan desa.
- Memasang pengumuman Data Fisik dan Yuridis di Desa, Dusun dan RT.
8. Penyerahan Sertipikat Hak Atas Tanah Dalam Kegiatan PTSL
- Sertipikat tanah wakaf diserahkan kepada Nadzir.
- Penyerahan sertipikat diberikan secara langsung kepada pemilik atau kuasanya.
9. Ketersediaan Sarana dan Prasarana Pendukung Program PTSL, serta Pengelolaan
Warkah Berbasis Digital
- Ketersediaan alat ukur berteknologi sudah memadai.
- Alat digitalisasi/scanner/plotter/komputer belum memadai.
- Kapasitas ruangan kantor untuk bekerja dan megnelola warkah belum memadai.
- Pengelolaan warkah berbasis digital dalam proses persiapan pengembangan.
10. Hambatan dan Kendala PTSL Serta Upaya Penyelesaian
No. Hambatan Solusi
1. Belum jelas batas kawasan hutan Melakukan koordinasi dengan BPKH/Dinas
kehutanan.
2. Masih ada biaya yang dibebankan
kepada masyarakat oleh pemerintah
desa.
Melakukan koordinasi dengan pemerintah
desa.
3. Masih ada masyarakat tidak bersedia
sebagai peserta dalam program kegiatan
PTSL.
Melakukan pendekatan secara persuasif.
Page 9 of 12
4. Belum ada kebijakan dari Pemerintah
Daerah untuk memberikan keringanan
atau pembebasan BPHTB.
Mendorong adanya kebijakan untuk
keringanan atau pembebasan BPHTB.
Pertanyaan dan Tanggapan Anggota Komisi II DPR RI
1. H. Sukamto, SH/ A-30 (F-PKB)
Permasalahan tanah berkaitan dengan tata ruang, dan banyak tanah yang
seharusnya menjadi lahan persawahan berubah menjadi ali fungsi lahan,
sertipikat yang ganda, permasalahan hak guna hutan perkebunan.
2. Dr. KH. Surahman Hidayat, MA/ A-438 (F-PKS)
Jumlah Kategorisasi penyelesaian PTSL, dan tanah yang selesai disertipikasi
sebagai tanah wakaf, partisipasi masyarakat terhadap PTSL, apakah ada keluhan
masyarakat dipersulit dari sisi banyaknya persyaratan, lamanya waktu,
pungutan (biaya), sulitnya bertemu dengan pejabat atau juru ukur? Terbitnya
sertipikat butuh waktu berapa lama?
3. Dr. Mardani Ali Sera, M. Eng/ A-422 (F-PKS)
Apresiasi terhadap pencapaian PTSL lebih dari 100%. Perlu payung hukum
terhadap SKB, agar terhindar dari kriminalisasi. Kemudian masalah terkait Juru
Ukur, dan kerjasama dengan Surveyor Kadaster serta penyelesaian PTSL (K1-
K4). Kendala PTSL belum jelas batas Kawasan hutan, apakah permasalahan
hutan menjadi permasalahan di NTB?
4. Renny Astuti, SH., SPN/ A-71 (F-P Gerindra)
Bagaimana pelaksanaan SKB 3 Menteri selama kabupaten/kota belum
menerbitkan Perbup atau Perwalkot khususnya terhadap masyarakat tidak
mampu dan biaya tidak ditanggung pemerintah? Berapa biaya maksimal yang
harus dibayar masyarakat tidak mampu dengan belum terbitnya perbup dan
perwalkot?
5. Drs. H. Heru Sudjatmoko, Msi/ A-195 (F-PDIP)
Alangkah baiknya Pemda punya kebijakan bantuan sosial khusus untuk
pembiayaan bagi keluarga yang tidak mampu sehingga program PTSL dapat
berjalan. Perlu adanya keberpihakan kepada yang tidak mampu, bagi yang
lemah kemudian memiliki tanah bersertipikat sehingga harga ekonomi
meningkat, pemodal akan lebih mantap untuk membeli. Perlu adanya motivasi
kepada warga ketika tanah sudah bersertipikat jangan dijual.
6. Drs. Tjetjep Muchtar Soleh, MM/ A-366 (F-P Nasdem)
Page 10 of 12
Menambah jumlah bidang tanah terdaftar, memperibaiki tanah bersertipikat,
menyelesaikan sengketa dan permasalahan yang ada. Yang sulit adalah
menyelesaikan permasalahan antarinstansi, seandainya PTSL dapat berjalan
terus apakah dapat menyelesaikan permasalahan tanah yang ada? PTSL salah
satu upaya untuk menyelesaikan permasalahan tanah. PTSL terus berlanjut agar
penyelesaian permasalahan tanah dapat diselesaikan dengan target.
7. H. Agung Budi Santoso, SH, MM/ A-538 (F-PD)
Memelihara dan merawat data sehingga tidak timbul permasalahan baru yang
menyebabkan sengketa tanah tidak selesai, data dicatat yang baik dalam bentuk
digital sehingga untuk daerah yang beririsan perbatasan kabupaten dapat saling
mengecek, masih banyak tanah yang double sertipikat.
8. Ir. H. Arsyadjuliandi Rahman/A-273 (F-PG)
PTSL di NTB tergambar cukup baik, pencapaian melebihi diharapkan
berpengaruh besar terhadap masyarakat setelah menerima sertipikat. PTSL
bertujuan baik untuk kepastian hukum dan pertumbuhan ekonomi. NTB
menjadi tempat banyak program pemerintah. Masih ada 5 Kab/kota Bupati
belum menindaklanjuti dengan Perbup. Diperlukan peta indikatif untuk PTSL
yang terganggu akibat persoalan kehutanan.
9. Johan Budi S. Pribowo/ A-219 (F-PDIP)
Persoalan tentang batas Kawasan hutan, apakah ada persoalan ketika PTSL
berkaitan dengan tanah-tanah BUMN missal di Jatim dengan PT KAI. Kenapa
masyarakat tidak bersedia ikut program PTSL? Terkait kuota PTSL, masyarakat
tidak memenuhi kuota yang ditetapkan BPN RI, sehingga PTSL tidak dapat
dilakukan di daerah tersebut.
Jawaban dan Tanggapan Kepala Kantor Wilayah BPN Provinsi NTB
Belum terbitnya peraturan bupati sebagai kendala teknis. Permasalahan secara umum
di NTB sebagai Kawasan wisata, di luar PTSPL, hampir seluruh wilayah NTB punya
potensi besar terutama Lombok Barat dan Sumbawa. Yang menjadi persoalan terkait
pariwisata adalah investor yang ingin berinvestasi di NTB.
Ada mafia tanah yang ingin mengganggu pengembangan pariwisata. Sementara ini
sudah bekerjasama dengan Kapolda dan Kejati untuk memberantas mafia tanah di
Lombok Barat dan Lombok tengah. Dengan penanganan lintas sektor diharapkan bisa
mencegahnya. Selain itu juga terdapat spekulan tanah, yang sengaja membeli tanah tapi
tidak digunakan/dibangun. Di sisi lain, kasus-kasus pertanahan muncul karena pemilik
Page 11 of 12
tanah tidak ada di tempat menyebabkan tanah menjadi terlantar, kemudian tanah
tersebut disewakan.
Permasalahan di lapangan yang sering muncul terkait redistribusi lahan akibat tidak
jelasnya batas wilayah tanah. Redistribusi lahan bisa dilakukan jika jelas status
tanahnya. Misalnya HGU bagi perusahaan yang tidak dilakukan perpanjangan, bisa
menjadi obyek landreform.
PTSL memiliki dua kegiatan PTSL, yaitu pertama tanah yang belum tersertifikat,
produknya K1, K2 dan K3, serta tanah absentee, tanah yang di luar batas kecamatan.
Produk kedua adalah K4 yaitu merapihkan tanah di lokasi desa yang bersertifikat, data
diambil dari data spatial, data lapangan meliputi KW3, KW5 dan KW6, tapi belum
dilandingkan. Terkait dengan K3 di dalam laporan hasil kegiatan 2019, K3 ada
Kabupaten Bima dan Sumba Barat, hampir semua kabupaten memiliki data.
Biaya di desa/kelurahan lokasi PTSL, ada plafon misalnya di Lombok Timur 250 ribu.
Tapi prakteknya tidak sama, ada yang maksimal ada yang lebih rendah, tergantung
masyarakatnya. Ada yang dipungut ada yang tidak. Pungutan yang tidak wajar
menjadi masalah. Sumbawa Barat, K3 cukup banyak karena banyak pungutan di desa.
Masalah sertipikat double, sertipikat lama dengan pengukuran yang lama perlu
diperbarui. Sertipikat yang lama tanah mungkin tidak dikuasai pemiliknya, setelah 5
tahun sampai 10 tahun lamanya Kepala Desa berganti, berakibat pada penjualan tanah,
desa yang membuat surat. Panitia dan Kepala Desa tanda tangan, akhirnya terbit
sertipikat yang baru secara fisik. Akhirnya pemilik tanah yang terdahulu datang
dengan posisi pemilikan yang sama.
Tanah terlantar, banyak terindikasi terlantar dan sudah dimohonkan ke pusat untuk
mentepakan menjadi tanah terlantar. Memilih obyek yang lokasi sudah diitelantarkan
secara fisik, tidak ada niat membangun, sehingga kalau menggugat BPN dapat menang.
Tanah terlantar memerlukan langkah optimalisasi, yang dibuktikan dengan
pembangunan fisik sesuai dengan izin awal membangun, diikat dengan pernyataan
dalam waktu 2 tahun harus sudah membangun, atau tanahnya menjadi tanah terlantar
Kendala Pelaksanaan PTSL di Sejumlah Kabupaten/Kota di NTB
PTSL di Kabupaten Lombok Barat, masyarakat hanya dibebani dengan materai
dan patok batas tanah.
Target PTSL di Kota Mataram tahun 2021 sudah lengkap.
SKB 3 Menteri Kantor Pertanahan Sumbawa Barat, Bupati belum menerbitkan
Perda karena Bupati belum mendapat rekomendasi dari Mendagri. Masyarakat
Page 12 of 12
keberatan ikut PTSL karena ada pungutan, kalau sudah bersertipikat maka sulit
untuk menjual sebagian dan kalau mau menjual banyak biaya, dan juga tanah
belum dibagi waris.
Digitalisasi data, BPN tidak mungkin melakukan scan warkah dalam jumlah
besar, diperluakan bantuan anggaran agar digitalisasi dapat dikerjasamakan
dengan pihak ketiga, kendala anggaran karena sekarang sudah digitalisasi.
PTSL di Sumbawa tanah seluas 660 Ha, 55% adalah kawasan hutan. Kordinasi di
lapangan masyarakat menyatakan aman, sudah diukur namun tidak dapat
disertipikatkan dari KLHK. Dari 65 desa, 70% berbatasan dengan Kawasan
hutan.
Di Kabupaten Bima 65-70% adalah Kawasan hutan, obyek PTSL di Batasan
Kawasan hutan. Percepatan PTSL wajib dilaksanakan dengan tidak mempersulit
pelaksanaan PTSL, meski belum ada peraturan Bupati.
PENUTUP
Demikian Laporan Kunjungan Spesifik Komisi II DPR RI ke Provinsi Nusa Tenggara
Barat. Seluruh masukan yang disampaikan kepada Komisi II DPR RI menjadi masukan
dan catatan bagi Komisi II DPR RI dan akan disampaikan kepada Kementerian dan
Lembaga terkait yang menjadi mitra Komisi II DPR RI sesuai kewenangannya. Kepada
segenap pihak yang telah membantu terselenggaranya Kunjungan Spesifik ini, kami
ucapkan terima kasih.
Jakarta, Februari 2020
Ketua Kunjungan Spesifik Komisi II DPR RI
H. Yaqut Cholil Quomas
A-28