DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA … · Kementerian Komunikasi dan Informatika, Dirjen...

55
DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA RISALAH RAPAT KOMISI I DPR RI Tahun Sidang : 2017-2018 Masa Persidangan : V Jenis Rapat : Rapat Dengar Pendapat Komisi I DPR RI dengan Sekjen Kementerian Komunikasi dan Informatika, Dirjen Anggaran Kementerian Keuangan, Deputi Pengembangan Regional Kementerian PPN/Bappenas, dan Dirjen Administrasi Kewilayahan Kementerian Dalam Negeri. Hari, Tanggal : Senin, 16 Juli 2018 Pukul : 10.55 WIB – 14.06 WIB Sifat Rapat : Terbuka Tempat : Ruang Rapat Komisi I DPR RI, Gedung Nusantara II Lt. 1, Jl. Jenderal Gatot Soebroto, Jakarta 10270 Ketua Rapat : Asril Hamzah Tanjung, S.IP. Sekretaris Rapat : Suprihartini, S.IP., M.SI., Kabag Sekretariat Komisi I DPR RI Acara : Tindak lanjut hasil Rapat Komisi I DPR RI dengan Menteri Komunikasi dan Informatika, Menteri Keuangan, dan Menteri PPN/Kepala Bappenas, Tanggal 28 November 2017 mengenai dukungan PNBP sektor telekomunikasi untuk pembangunan infrastruktur di daerah perbatasan dan 3T (Terdepan, Terluar, dan Tertinggal). Hadir : PIMPINAN: 1. Dr. H. Abdul Kharis Almasyhari (F-PKS) 2. Ir. Bambang Wuryanto, M.BA. (F-PDI Perjuangan) 3. Ir. H. Satya Widya Yudha, M.E., M.Sc. (F-PG) 4. Asril Hamzah Tanjung, S.IP. (F-Gerindra) 5. H.A. Hanafi Rais, S.IP., M.PP. (F-PAN) ANGGOTA: FRAKSI PDI-PERJUANGAN (F-PDIP) 6. Ir. Rudianto Tjen 7. Dr. Effendi MS Simbolon, MIPol. 8. Charles Honoris 9. Dr. Evita Nursanty, M.Sc. 10. Andreas Hugo Pareira 11. Junico BP Siahaan 12. Yadi Srimulyadi 13. Drs. Ahmad Basarah, MH FRAKSI PARTAI GOLKAR (F-PG) 14. Dr. Agus Gumiwang Kartasasmita, M.Si. 15. Meutya Viada Hafid 16. Bobby Adhityo Rizaldi, S.E., Ak., M.B.A., C.F.E.

Transcript of DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA … · Kementerian Komunikasi dan Informatika, Dirjen...

Page 1: DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA … · Kementerian Komunikasi dan Informatika, Dirjen Anggaran Kementerian Keuangan, Deputi Pengembangan Regional Kementerian PPN/Bappenas,

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA

RISALAH RAPAT KOMISI I DPR RI

Tahun Sidang : 2017-2018 Masa Persidangan : V

Jenis Rapat :

Rapat Dengar Pendapat Komisi I DPR RI dengan Sekjen Kementerian Komunikasi dan Informatika, Dirjen Anggaran Kementerian Keuangan, Deputi Pengembangan Regional Kementerian PPN/Bappenas, dan Dirjen Administrasi Kewilayahan Kementerian Dalam Negeri.

Hari, Tanggal : Senin, 16 Juli 2018 Pukul : 10.55 WIB – 14.06 WIB Sifat Rapat : Terbuka

Tempat : Ruang Rapat Komisi I DPR RI, Gedung Nusantara II Lt. 1, Jl. Jenderal Gatot Soebroto, Jakarta 10270

Ketua Rapat : Asril Hamzah Tanjung, S.IP.

Sekretaris Rapat : Suprihartini, S.IP., M.SI., Kabag Sekretariat Komisi I DPR RI

Acara : Tindak lanjut hasil Rapat Komisi I DPR RI dengan Menteri Komunikasi dan Informatika, Menteri Keuangan, dan Menteri PPN/Kepala Bappenas, Tanggal 28 November 2017 mengenai dukungan PNBP sektor telekomunikasi untuk pembangunan infrastruktur di daerah perbatasan dan 3T (Terdepan, Terluar, dan Tertinggal).

Hadir : PIMPINAN: 1. Dr. H. Abdul Kharis Almasyhari (F-PKS) 2. Ir. Bambang Wuryanto, M.BA. (F-PDI Perjuangan) 3. Ir. H. Satya Widya Yudha, M.E., M.Sc. (F-PG) 4. Asril Hamzah Tanjung, S.IP. (F-Gerindra) 5. H.A. Hanafi Rais, S.IP., M.PP. (F-PAN) ANGGOTA:

FRAKSI PDI-PERJUANGAN (F-PDIP) 6. Ir. Rudianto Tjen 7. Dr. Effendi MS Simbolon, MIPol. 8. Charles Honoris 9. Dr. Evita Nursanty, M.Sc. 10. Andreas Hugo Pareira 11. Junico BP Siahaan 12. Yadi Srimulyadi 13. Drs. Ahmad Basarah, MH FRAKSI PARTAI GOLKAR (F-PG) 14. Dr. Agus Gumiwang Kartasasmita, M.Si. 15. Meutya Viada Hafid 16. Bobby Adhityo Rizaldi, S.E., Ak., M.B.A., C.F.E.

Page 2: DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA … · Kementerian Komunikasi dan Informatika, Dirjen Anggaran Kementerian Keuangan, Deputi Pengembangan Regional Kementerian PPN/Bappenas,

2

17. Bambang Atmanto Wiyogo 18. Venny Devianti, S. Sos. 19. H. Andi Rio Idris Padjalangi, S.H., M.Kn.

FRAKSI PARTAI GERINDRA (F-GERINDRA) 20. H. Ahmad Muzani 21. Martin Hutabarat 22. H. Biem Triani Benjamin, B.Sc., M.M. 23. Rachel Maryam Sayidina 24. H. Fadli Zon, S.S., M.Sc. 25. Andika Pandu Puragabaya, S.Psi, M.Si, M.Sc. 26. Dra. Hj. Ruskati Ali Baal

FRAKSI PARTAI DEMOKRAT (F-PD) 27. Teuku Riefky Harsya, B.Sc., M.T. 28. Dr. Sjarifuddin Hasan, S.E., M.M., M.B.A 29. H. Darizal Basir 30. Ir. Hari Kartana, M.M. 31. KRMT Roy Suryo Notodiprojo

FRAKSI PARTAI AMANAT NASIONAL (F-PAN) 32. Zulkifli Hasan, S.E., M.M. 33. Ir. Alimin Abdullah 34. Budi Youyastri 35. H.M. Syafrudin, S.T., M.M.

FRAKSI PARTAI KEBANGKITAN BANGSA (F-PKB) 36. Drs. H.A. Muhamin Iskandar, M.Si. 37. Drs. H.M. Syaiful Bahri Anshori, M.P. 38. Arvin Hakim Thoha 39. H. Cucun Ahmad Syamsurijal, S.Ag 40. Drs. H. Taufiq R. Abdullah

FRAKSI PARTAI KEADILAN SEJAHTERA (F-PKS) 41. H. Sukamta, Ph.D.

FRAKSI PARTAI PERSATUAN PEMBANGUNAN (F-PPP) 42. Moh. Arwani Thomafi 43. Hj. Kartika Yudhisti, B.Eng., M.Sc. 44. H. Syaifullah Tamliha, S.Pi., M.S. FRAKSI PARTAI NASIONAL DEMOKRAT (F-NASDEM) 45. Prof. Dr. Bachtiar Aly, M.A. 46. Mayjen TNI (Purn) Supiadin Aries Saputra

FRAKSI PARTAI HATI NURANI RAKYAT (F-HANURA) 47. Mohamad Arief Suditomo, S.H., M.A. 48. Lalu Gede Syamsul Mujahidin, S.E.

Anggota yang Izin : 1. Dave Akbarshah Fikarno, M.E. (F-PG) 2. Dr. H. M. Hidayat Nur Wahid, M.A. (F-PKS) 3. Dr. H. Jazuli Juwaini, Lc., M.A. (F-PKS) 4. Prananda Surya Paloh (F-NASDEM) 5. Drs. Y. Jacki Uly, M.H. (F-NASDEM)

Page 3: DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA … · Kementerian Komunikasi dan Informatika, Dirjen Anggaran Kementerian Keuangan, Deputi Pengembangan Regional Kementerian PPN/Bappenas,

3

KETUA RAPAT (ASRIL HAMZAH TANJUNG, S.IP.): Selamat pagi, Salam sejahtera untuk kita semua, Selamat datang teman-teman dari mitra terutama Ibu Sekjen Kemkominfo, didampingi oleh oleh Direktur Bakti Bapak Anang, Selamat datang untuk Ibu dari Kementerian Keuangan Ibu Mariatu Airini, Kemudian dari Bappenas Bapak Rudi Supriadi, Dirjen Administrasi Kewilayahan Kemendagri. Bapak dan Ibu sekalian. Ini Rapat Dengar Pendapat yang gabungan ini baru pertama ya melanjutkan dari Rapat Dengar Pendapat bulan November 2017. Sekarang saya minta kesepakatan Ibu Sekjen dan yang lain-lain, rapat kita ini terbuka atau tertutup? Kalau terbuka bisa, atau dibagi dua. Silakan untuk dirundingkan. SEKRETARIS JENDERAL KEMENTERIAN KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA (Dra. FARIDA DWI CAHYARINI, M.M.): Terbuka saja Pak. KETUA RAPAT (ASRIL HAMZAH TANJUNG, S.IP.): Terbuka saja. F-PD (Ir. HARI KARTANA, M.M.): Bapak Ketua, saya izin menyampaikan kalau bisa mungkin yang juru-juru photo tidak menggunakan blitz mengganggu karena kilatan-kilatan. Saya kira juga tidak ada manfaatnya blitz itu dengan jarak 3 meter. Terima kasih Bapak Ketua. KETUA RAPAT (ASRIL HAMZAH TANJUNG, S.IP.): Terima kasih Bapak Hari Kartana. Jadi kalau memang ada hal-hal yang khusus nanti bisa dilaksanakan secara tertutup. Bapak dan Ibu sekalian Anggota Komisi I DPR RI, Para mitra Komisi I DPR RI.

Undangan

: 1. Sekretaris Jenderal Kementerian Komunikasi dan Informatika, Dra. Farida Dwi Cahyarini, M.M.

2. Direktur PNBP Direktorat Jenderal Anggaran Kementerian Keuangan, Mariatul Aini.

3. Deputi Menteri PPN/Kepala Bappenas Bidang Pengembangan Regional, Ir. Rudy Soeprihadi Prawiradinata, Mcrp, Ph.D.

4. Direktorat Kawasan, Perkotaan Dan Batas Negara Kementerian Dalam Negeri, Ir. Muhammad Hudori, M.Si.

5. Direktur Utama Badan Aksesibilitas Telekomunikasi Dan Informasi, Ir. Anang Latif, S.T., M.Sc.

Beserta jajaran.

Page 4: DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA … · Kementerian Komunikasi dan Informatika, Dirjen Anggaran Kementerian Keuangan, Deputi Pengembangan Regional Kementerian PPN/Bappenas,

4

Hari ini Rapat Dengar Pendapat Komisi I DPR RI dengan Sekjen Kemkominfo, Dirjen Anggaran Kementerian Keuangan, Deputi Pengembangan Regional Bappenas, Dirjen Administrasi Kewilayahan Kemendagri, Senin 16 Juli 2018 kita mlulai dan dinyatakan terbuka.

(RAPAT DIBUKA PUKUL 10.55 WIB)

Bapak dan Ibu sekalian, Seperti yang saya sampaikan tadi pada 28 November 2017 salah satu hasil kesimpulan Rapat Kerja waktu itu Komisi I DPR RI mendesak Pemerintah untuk menetakan prioritas desa, kecamatan lokasi prioritas di daerah 3T (Terdepan, Terluar, Tertinggal) dan desa tertinggal diluar 3T. Nah, hari ini kita akan tuntaskan ini dan perlu kita ketahui temna-teman kita dari DPR RI ini sedang sibuk-sibuknya mempersiapkan administrasi untuk Caleg 2019, kalau tidak salah terakhir besok ini, ada yang sudah selesai dan ada yang belum. Ini Mohon dimaklumi akan tetapi kita sudah 6 fraksi saya rasa sudah kuorum. Sambil berjalan nanti mungkin mereka-mereka akan datang. Jadi dengan demikian kita silakan untuk mempercepat waktu kita mulai dari Sekjen Kemkominfo untuk menyampaikan paparannya berturut-turut nanti akan saya sampaikan. Silakan Ibu Farida. SEKRETARIS JENDERAL KEMENTERIAN KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA (Dra. FARIDA DWI CAHYARINI, M.M.): Terima kasih Bapak Pimpinan Komisi I DPR RI. Assalamu'alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh. Bersama ini kami Bersama Direktur Utama Bakti Bapak Anang untuk nanti ada pertanyaan-pertanyaan atau lebih detail lagi. Kami sampaikan bahwa sebagai tindaklanjut Rapat Kerja Komisi I DPR RI dengan Menteri Komunikasi dan Informatika pada tahun 2017 mengenai dukungan PNBP sektor telekomunikasi untuk pembangunan infrastruktur di daerah perbatasan dan 3T. Bakti yang baru saja berganti nanti tadinya PB3TI kira-kira sebulan atau dua bulan ini telah mempunyai program secara dalam RAPBN maupun dalam Renstra kita. Program utama Bakti adalah untuk yang utama infrastruktur itu adalah Palaparing, BTS, kemudian untuk eksosistemnya itu adalah untuk pemasangan internet dan keuangan inklusif. Adapun Palaparing telah kami sampaikan beberapa waktu yang lalu di paket barat telah 100% sedangkan di paket tengah itu ada 79% dan paket timur itu 49%. Adapun rencana selesainya untuk keseluruhan Palaparing adalah di tahun 2019 dan untuk tarif Palaparing masih menunggu persetujuan dari Kementerian Keuangan. Kemudian untuk infrastruktur selanjutnya adalah proyek satelit multi fungsi yang minggu lalu juga sudah kami sampaikan. Kemudian ada suatu mekanisme usulan khusus ini penyediaan pelayanan akses internet, yaitu secara detail usulan lokasi daerah 3T, yaitu ada di detail lokasinya, kemudian ada kontek atau PIC-nya, kemudian tehnik lokasinya atau perangkatnya tersedia yaitu ketersediaan listrik minimal 450 watt, kemudian ada komputer atau perangkat pendukung. Kemudian teknis lokasi atau layanannya kebutuhan bandwitch, ketersediaan sinyal seluler ini khusus untuk akses internet. Khusus untuk mekanisme pengusulan BTS daftar lokasi Kominfo kami mempunyai daftar ini Pak, kemudian daftar lokasi usulan kita nanti perbandingkan, kemudian dukungan Bupati atau Pemda dalam hal ini. Ini antara operator seluler dengan Pemda, kemudian keterangan status sebagai BMD disertai dengan surat hibah, jual beli dan lain-lain, persetujuan pinjam pakai, perjanjian pinjam pakai dan berita acara serah terima pinjam pakai lahan, ini antara Bakti dan Pemda. Kemudian khusus Pemda, menyediaan IMB dan perizinan lainnya untuk pembangunan BTS tersebut. Khusus untuk sinyal, sinyal ini ada beberapa joint antara lain lahan, ada tower, kemudian transmission, ada towernya, dan BTS. Ini persyaratannya adalah minimum lahan oleh Pemda menyediakan 20 meter kali 20 meter karena ini memang ada di daerah-daerah. Kemudian BTS USO yaitu BTS 2T transmisi 256 kilo bite per second dan 2 mega bite per second dan tower.

Page 5: DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA … · Kementerian Komunikasi dan Informatika, Dirjen Anggaran Kementerian Keuangan, Deputi Pengembangan Regional Kementerian PPN/Bappenas,

5

Kemudian BTS last mile-nya BTS 2G dan 4G transmisi kurang dari 100 mega bite per second dan tower. Untuk last mile itu targetnya adalah desa 88,28% desa atau kelurahan, kemudian di pemukiman 98,13% jadi jumlahnya kira-kira 133.903. Kemudian untuk 3G targetnya 75,09% per desa atau per kelurahan, kemudian ada pemukiman 92.91% dan jumlah sidenya adalah 171.7 side Untuk 4G adalah 50,88% desa atau kelurahan, kemudian pemukiman 74,09% jumlah sidenya adalah 12.701. Ini adalah program utama dari Bakti dan nanti bila pendalaman akan ada informasi yang lebih detail lagi dari Dirut Bakti. Terima kasih. Wassalamu'alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh. KETUA RAPAT (ASRIL HAMZAH TANJUNG, S.IP.): Terima kasih Ibu Farida. Kita sudah dengar, kita lanjut saja sekarang yang mewakili Dirjen Anggaran Ibu Muratul Airini. Silakan Ibu. DIREKTUR PNBP DIREKTORAT JENDERAL ANGGARAN KEMENTERIAN KEUANGAN (MARIATUL AINI): Terima kasih Bapak Pimpinan. Yang kami hormati Bapak Pimpinan dan Anggota Komisi I DPR RI, Rekan-rekan Pemerintah. Assalamu'alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh. Mohon izin menyampaikan terkait dengan anggaran untuk penyelenggaraan perluasan kapasita untuk daerah 3T. Pada rapat sebelumnya di Komisi I DPR RI telah diputuskan bahwa Komisi I DPR RI mendukung untuk bisa disediakan anggaran yang memadai untuk penyeleggaraan rebalancing ini. Konsep rebalancing yang pada saat sebelumnya dengan realokasi PNBP jadi biaya hak penggunaan BHP Frekuensi untuk digunakan kepada BLU pada saat itu didukung akan tetapi memang setelah kita kaji berdasarkan ketentuan perundang-undangan yang ada bahwa PNBP hanya bisa digunakan kembali bagi Satker yang menghasilkan dalam hal ini adalah Satker dari Direktorat Jenderal yang menghasilkan frekuensi tadi. Nah, bagaimana untuk mencarikan solusi atas kondisi ini. Kami sudah berkoordinasi dengan Pimpinan dan dengan Kominfo kami akan alokasikan melalui Rupiah Murni karena itu yang tidak akan melanggar aturan yang ada. Dengan proses penganggaran seperti biasanya dialokasikan, diusulkan dalam proses APBN nanti akan dilakukan evaluasi mengenai kebutuhan anggarannya yang juga tetap memperhatikan prinsip-prinsip efisiensi dan ketersediaan anggaran. Jadi kapan dan apabila ini juga menjadi prioritas negara pasti akan diprioritaskan dalam proses penganggaran di dalam APBN. Kominfo sudah kita koordinasikan dan siap untuk melaksanakan itu agar memang selaras dengan ketentuan di bidang PNBP. Itu Bapak secara penganggaran sebenarnya sudah ada jalan keluarnya dan memang tidak bisa menggunakan realokasi dari PNBP yang menghasilkan frekuensi itu. Demikian, terima kasih. KETUA RAPAT (ASRIL HAMZAH TANJUNG, S.IP.): Terima kasih Ibu Muratul Airini. Jadi ini masalahnya PNBP memang, PNBP ini kita harapkan oleh masing-masing KL ini akan tetapi tetap kita upayakan untuk sesuai dengan ketentuan yang ada. Kita lanjutkan saja Bapak Rudi Supriadi dari Bappenas.

Page 6: DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA … · Kementerian Komunikasi dan Informatika, Dirjen Anggaran Kementerian Keuangan, Deputi Pengembangan Regional Kementerian PPN/Bappenas,

6

DEPUTI MENTERI PPN/KEPALA BAPPENAS BIDANG PENGEMBANGAN REGIONAL (Ir. RUDY SOEPRIHADI PRAWIRADINATA, MCRP, Ph.D ): Terima kasih Bapak Pimpinan. Assalamu'alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh. Yang terhormat Bapak Ketua, Wakil Ketua dan para Anggota Komisi I DPR RI. Mungkin saya akan sedikit paparkan beberapa hal, kami sangat tentunya dukungan untuk daerah tertinggal kami sangat mendukung juga karena ini sesuai dengan prioritas nasional di RPJMN 2019. Mungkin langsung ke slide 6, ini memang salah satu prioritas kami adalah untuk melakukan pengurangan kesenjangan antar wilayah melalui pengurangan konektifitas dan kemaritim. Ini di salah satu program prioritas pertama yaitu peningkatan konektifitas dan TIK. Jadi kami sangat sejalan sekali dan tentunya isunya itu adalah sekarang bagaimana memastikan lokasi yang tadi Bapak sebutkan didepan. Mungkin saya langsung saja ke slide 12, ini jadi kita ada beberapa referensi untuk menetapkan dari 3T itu Pak. Pertama, tentunya kita menggunakan referensi untuk berdasarkan Perpres Nomor 131 kemarin juga sudah dibahas itu aada 122 kabupaten. Tapi tentunya kita ada juga ini di dalam inikan berbasis kabupaten tentunya ada desa-desa yang mungkin diluar kabupaten tersebut yang masuk dalam 3T. Oleh karena itu kita kombinasikan dengan peraturan Kepala BNPT Nomor 1 Tahun 2015, yaitu daerah lokasi prioritas untuk perbatasan negara sesuai dengan aturan ini. Pada 122 kecamatan lokasi prioritas, ini jadi kalau kita koordinasikan kurang lebih seperti ini Bapak dan Ibu sekalian, ada yang merah itu daerah tertinggalnya sesuai dengan Perpres 131. Kemudian yang hijau itu adalah lokasi prioritas perbatasan negara itu ada 41 kabupaten kota dan yang diasir adalah kombinasi kedua wilayah tersebut. Nah, sementara itu kami sendiri di Bappenas kita di dalam RPJMN 2015-2019 kita sudah menetapkan juga beberapa desa sebagai desa tertinggal, itu ada 20.167 desa ini berdasarkan indeks penggunaan desa. Memang ini bagian dari RPJMN walaupun secara tidak langsung terkait tapi kurang lebih seperti ini. Nah, ini di mana daerah yang merah itu daerah pedesaan tertinggal. Nah, dari kombinasi tadi seperti yang disampaikan mungkin oleh Bapak Ketua terkait dengan lokasi seperti apa. Nah, kami mencoba mengkombinasikan ini Pak, bagaimana menetapkan daerah 3T itu untuk pemenuhan akses seluler di daerah 3T. Soba slide berikutnya, ini kurang lebih seperti ini. Kalau berdasarkan 122 daerah tertinggal yang tadi berdasarkan Perpres 131 itu, itu ada 18.571 desa. Kemudian dari 187 kecamatan lokasi prioritas itu ada 1.704 desa. Kalau kita kombinasikan dua ini karena ada desa yang juga overlap Pak, antara desa yang kelompok pertama dengan kelompok kedua itu 19 ribu, jadi kalau dijumlah total 20 ribu tapi ini ada beberapa yang overlap sehingga digabungkan itu ada 19.078 desa. Nah, kalau kita bisa kombinasikan dengan desa tertinggal yang tadi berdasarkan indeks pembangunan desa itu ada 20.167 desa. Nah, tentunya kita tidak bisa menjumlahkan begitu saja karena ada beberapa yang overlap. Ini tentunya kalau kita mau merever kepada memberikan akses kepada daerah 3T tentunya ada beberapa kriteria sesuai dengan indeks pembangunan desa itu yang bisa kita fokuskan. Pertama adalah desa yang tidak punya BTS dan ada sinyal HP-nya itu kalau kita kasih kode nol. Kemudian ada BTS tapi tidak ada sinyal HP-nya mungkin ini yang bisa jadi kriteria utama untuk mendorong supaya desa-desa tersebut bisa punya akses. Nah, berdasarkan dua kriteria ini dan berikutnya juga ada BTS ada sinyal HP tetapi lemas. Mungkin nanti Ibu Sekjen bisa menjelaskan lebih lanjut. Nah, berdasarkan inilah kita mencoba untuk menscreen lagi desa-desa tersebut. Jadi kurang lebih desa tertinggal itu ada itu 5.963 desa, sementara di lokasi prioritas ada 519 desa dan berdasarkan indek pembangunan desa ada 7.235 desa. Nah, ini kalau kita kombinasikan ada beberapa yang overlap ini ditotal desa yang termasuk 3T itu 7.668 desa ini ada di 1.475 kecamatan. Jadi ini sudah kombinasi dari ketiga kriteria tersebut. Kemarin kita juga sudah menyampaikan surat ini kepada Ibu Sekjen. Kemarin kita juga ada masukan-masukan di Kominfo bahwa untuk mengakses untuk memastikan desa-desa ini bisa terakses dengan internet itu tentunya ada prasyaratnya juga. Pertama, listrik sudah masuk kesana, kemudian ada satu lagi adalah sudah ada infrastruktur jalan sehingga memudahkan untuk

Page 7: DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA … · Kementerian Komunikasi dan Informatika, Dirjen Anggaran Kementerian Keuangan, Deputi Pengembangan Regional Kementerian PPN/Bappenas,

7

melakukan pembangunan itu. Nah, kalau kita menggunakan prioritas-prioritas ini, kriteria-kriteria ini kita coba kita prioritaskan menjadi ada beberapa ada 6 prioritas. Yang pertama adalah dimana di lokasi perbatasan itu masuk proritas pertama itu ada sekitar 81 desa di 37 kecamatan. Jadi ini kita bisa dorong untuk berdasarkan kriteria tadi dan juga beberapa kriteria tambahan. Yang kedua adalah daerah tertinggal untuk Papua, Maluku, Nusa Tenggara ini masuk ke prioritas dua itu ada 261 desa di 261 kecamatan. Kemudian prioritas tiga ada 93 desa di 93 Kecamatan. Tapi yang tiga ini belum ada prioritas pendukungnya, tapi paling tidak harus ada listriknya kalau tidak, tidak mungkin diakses dengan internet. Kemudian yang prioritas empat itu ada 264 desa itu di daerah tertinggal dan desa tertinggal lainnya itu ada 264 desa tertinggal di 264 kecamatan. Jadi masing-masing satu desa. Yang berikutnya adalah prioritas lima ini kembali juga prioritas berikutnya karena daerah ini belum ada daerah pendukungnya, yaitu di 604 desa tertinggal dan di 604 kecamatan. Dan berikutnya adalah di 564 desa tertinggal itu masuk desa tertinggal dan daerah tertinggal itu 564 kecamatan. Mungkin sementara itu Pak, tambahan dari kami. Jadi kami mencoba menscreening dari beberapa dasar hukum yang sudah ada. Mungkin sementara itu Pak, yang bisa kami sampaikan. Terima kasih. Wassalamu'alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh. KETUA RAPAT (ASRIL HAMZAH TANJUNG, S.IP.): Terima kasih Bapak Rudi. Kita lanjut saja kepada Bapak Muhammad Khudori yang mewakili Mendagri. Silakan Bapak Khudori. DIREKTORAT KAWASAN, PERKOTAAN DAN BATAS NEGARA KEMENTERIAN DALAM NEGERI (IR. MUHAMMAD HUDORI, M.SI.): Terima kasih. Assalamu'alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh. Yang kami hormati Pimpinan Komisi I DPR RI, Bapak dan Ibu Anggota Komisi I DPR RI yang kami hormati. Izinkan kami akan menyampaikan point-point yang terkait barangkali dengan Tusi kami di Kementerian Dalam Negeri. Yang pertama, sesuai dengan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah, terutama Pasal 361 ditetapkan bahwa Pemerintah ini wajib membangun Kawasan perbatasan agar tidak tertinggal dengan kemajuan kewasan perbatasan di negara lain. Itu point yang pertama. Yang kedua, tadi saya kira sudah disampaikan oleh Bapak Rudi Bapak Deputi dari Bappenas. Ini sejalan juga dengan RPJMN 2014-2019 yang telah ditetapkan ada 10 lokasi pusat kegiatan strategis nasional atau yang kita kenal dengan PKSM. Kemudian ada 187 kecamatan tadi saya kira juga sudah dibahas. Dan yang terakhir ada 7 pos lintas batas negara atau yang dikenal dengan PLBN. Jadi ini saya kira dasarnya. Nah, atas dasar itu kami dari Kementerian Dalam Negeri untuk tahun 2018 ini sebetulnya dalam rangka meningkatkan Kawasan-kawasan terutama di perbatasan ini ada semacam dana tugas pembantuan atau yang kita kenal dengan TP ini saya kira sudah ada. TP ini sebetulnya dimaksudkan untuk pembangunan sarana dan prasaran Pemerintahan. Khusus di 2018 ini sesuai dengan Tusi dan anggaran yang tersedia di kami ada sekitar 12 bangunan untuk Sespres dan ini tersebar di 8 kabupaten. Jadi 8 kabupaten kalau izinkan kami menyebutkan kabupatennya itu ada di kabupaten kepulauan Meranti, ada di Kabupaten Kepulauan Sangihe, ada di Kabupaten Belu, ada di Kabupaten Pulau Morotai, kemudian ada di Kabupaten Raja Ampat, ada di Kabupaten Karimun, ada di Kabupaten Sanggau, dan yang terakhir ada di Kabupaten Kepulauan Talaud. Jadi ini khusus untuk anggaran tuags pembantuan yaitu untuk sarana dan prasarana yang

Page 8: DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA … · Kementerian Komunikasi dan Informatika, Dirjen Anggaran Kementerian Keuangan, Deputi Pengembangan Regional Kementerian PPN/Bappenas,

8

saya sampaikan tadi ada di 8 kabupaten dan ini ada sekitar 12 Saspras yang dibangun untuk tahun ini. Kemudian mengingat anggaran yang sangat terbatas di kami, ini sebetulnya izinkan kami Bapak Pimpinan, sebetulnya banyak ini usulan-usulan daerah yang disampaikan kalau di kami kalau kami catat ini ada sekitar 205 miliar, tapi mengingat anggaran kami yang sangat terbatas dan tersedia, sehingga untuk 2019 kami dari Kementerian Dalam Negeri itu menganggarkan tugas pembantuan untuk sarana dan prasarana Pemerintahan itu ada sekitar sekitar 4, jadi hanya 4 kabupaten. Kabupaten pertama adalah Kabupaten Belu, saya kira ini ada di Provinsi NTT. Kemudian ada Alor, ini juga di Provinsi NTT. Kemudian yang ketiga ada di Kepulauan Taluad ini ada Provinsi Sulut. Dan yang terakhir ada di Kabupaten Karimun. Ini rencana alokasi anggaran, ini sama anggaran melalui tugas pembantuan, yaitu menyangkut sarana dan prasarana Pemerintahan. Perlu kami jelaskan sarana dan prasarana Pemerintahan ini, ini bisa kantor desa, bisa juga Balai Pertemuan Desa, dan juga ada kantor-kantor kecamatan yang memang dibutuhkan oleh teman-teman di Kawasan perbatasan antar negara. Saya kira itu Bapak Pimpinan, informasi singkat yang saya sampaikan. Terima kasih. Wassalamu'alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh. KETUA RAPAT (ASRIL HAMZAH TANJUNG, S.IP.): Terima kasih Bapak Khudori. Jadi dari Kominfo sudah, dari yang mewakili Dirjen Keuangan sudah, dari Bappenas sudah, sudah Kemendagri sudah. Rekan-rekan Komisi I DPR RI, Memang Bu Airin ini kadang-kadang PNBP ini menimbulkan harapan, tapi dulukan kesulitannya harus diangkat dulu atas nanti turun lagi. Kadang-kadangnya turunnya tidak turun-turun saking lamanya. Mudah-mudahan kita apresiasi juga kemajuan Kominfo Palaparing walaupun memang belum seluruhnya, tapi ini masih banyak masalah Bapak Rudi sama Bapak khudori. Kadang-kadang permasalahan pembangunan di negeri kita ini tidak efektif, tidak sinkron seperti contoh hari ini gali kabel listrik, tidak lama berapa minggu disitu gali lagi, gali pipa gas, tidak lama gali apa lagi. Jadi kalau sama-sama kan bagus, itulah maksud kita. Hal yang lain karena sebaran internet untuk IT di seluruh negara ini sudah dijamin Pemerintah. Oleh karena itu, ini tugas berat untuk Kominfo terutama Bakti Bapak Anang, ini memang harus kita bantu Bersama-sama bagaimana terutama untuk daerah 3T (terdepan, terluar, tertinggal). Padahal di dalam sendrii di 3T masih ada juga yang tidak bisa dicapai oleh internet. Ada yang tadi BTS-nya kuat, HP-nya tidak bunyi. Ada yang BTS-nya lemah tapi HP-nya bunyi. Ini aneh-aneh, itu yang kita sebagai wakil rakyat untuk membenahi ini Bersama-sama, mudah-mudahan nanti bisa dapat titik temu. Nah, ini mohon dalam pendalaman nanti kita mungkin dengar yang pertama silakan Bapak Hari Kartana, selanjutnya Bapak Budi Youyastri. Silakan Bapak Hari. F-PD (Ir. HARI KARTANA, M.M.): Terima kasih Bapak Pimpinan. Yang kami hormati Ibu Sekjen Kemenkominfo dan pejabat-pejabat lain tentunya. Ada beberapa hal yang kami ingin tanyakan, tadi apa yang disinggung oleh Ibu Sekjen mengenai satelit multi fungsi itu. Itu mungkin saya hanya ingin tahu kira-kira pointer-pointernya semacam, waktunya dan jenis satelitnya dan pengalokasian daripada jasa satelit nanti itu untuk apa saja Ibu. Dan tentunya untuk tipenya kan banyak sekali, tipe satelit itu nanti kaitannya dengan

Page 9: DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA … · Kementerian Komunikasi dan Informatika, Dirjen Anggaran Kementerian Keuangan, Deputi Pengembangan Regional Kementerian PPN/Bappenas,

9

Bappenas juga untuk masalah keuangan itu. Tentu kalau satelit yang untuk sinkron misalnya itu biasa besar-besar mahal, ada yang mediun dan ada yang low. Jadi saya ingin tahu yang agak garis besarnya saja karena itu penting sekali time schedule. Jadi tidak hanya kita itu mau beli satelit terus kapan selesainya, dananya dari mana, jenis satelitnya mana, untuk apa saja pengalokasiannya. Dari yang simple-simple itu saja dari situ kita bisa telusuri nantinya Pak. Karena beberapa kali saya bilang harusnya ada satu grand desainnya tapi kita tidak perlu terlalu detail. Tidak perlu sampai satuan 3, karena itu akan lebih berat lagi tapi saya sih bisa memeriksa mau setebel apapun yang Ibu serahkan saya bisa periksa. Tapi saya minta yang pointer-pointernya saja paling tidak schedulenya kapan. Mungkin dari Bappenas juga harus menyediakan dananya, apakah nanti dananya dana USO atau apapun Ibu, tapi garis besar sangat jelas dari mana-mananya. Kebetulan saya sendiri dulu hanya hidup di satelit saja, pernah bikin juga pabrik di Amerika. Satelit saya bikin dari kecil, dari desainnya juga sampai meluncur diatas itu. Kemudian mengenai fiber optic Palaparing itu, itu kalau cadangannya dari mana tidak pernah disinggung. Ini siapa yang menangani nanti, cadangan untuk Palaparing itu untuk di tanah di laut, tentunya itukan sangat riskan kalau sekiranya tanpa cadangan. Tapi kemudian balik lagi ke Bappenas juga, dana keuangannya darimana cadangan itu apakah sewa dari satu kontraktor atau apa. Jadi biasanya hanya disebutkan tadi itu Palaparing sudah sekian puluh persen, kami ingin tahu sedikit saja pointer juga siapa yang menghandle sarana-sarana cadangannya, karena itu sangat bahaya kalau sampai tidak ada sekali putus itu paling susah untuk mencari titik-titik dari tempat terjadinya putusnya itu. Kami juga pernah di Indosat, Telkom itu kalau putus berapa hari dan bisa terbayangkan nanti bahwa hubungan itu akan hilang beberapa hari. Tentunya yang ideal itu ada cadangan, saya yakin mungkin ada cadangan disana dan tolong kami disampaikan. Kemudian yang ketiga masalah internet untuk pedesaan, ini Bapak Bakti kemarin kami sering berkunjung dimana-mana dia bilang apakah hanya disediakan frekuensinya saja tetapi karena bayarannya itu sering kan mungkin tidak terjangkau sama masyarakat desa, padahal tujuan kita itu untuk bisa memintarkan masyarakat desa disana, tapi nanti kami tidak sanggup Pak Hari, katanya kalau biayanya besar. Apakah sudah dipertimbangkan kesana untuk daerah-daerah yang tertinggal. Kalau diperkotaan mungkin Jakarta tidak masalah ditagih berapa pun dia bayar, tapi kalau di kampung-kampung kita iengin memintarkan mereka tapi mereka tidak mampu bayar jadi sama saja. Di desa-desa di Kantor Desanya saja belum ada, tapi mungkin ada beberapa orang yang punya. Kalau itu bisa apakah nanti menggunakan sistem wifi atau dengan BTS mungkin juga terlalu mahal kalau BTS, jadi wifi yang sederhana saja yang bisa menjangkau sampai berapa ratus meter. Mungkin satu RT atau satu RW saja bisa, itu tolong diperhatikan. Termasuk juga apakah termasuk perangkatnya, tadi Bapak Ketua sampaikan ada di Semarang sarananya ada frekeunsinya akan tetapi tanpa disediakan perangkat komputernya atau daya listriknya semacam itu. Mungkin dari saya cukup segitu. Terima kasih Bapak Ketua. KETUA RAPAT (ASRIL HAMZAH TANJUNG, S.IP.): Terima kasih Bapak Hari Kartana. Kita lanjut saja Bapak Budi Youyastri. Silakan Bapak Budi. F-PAN (BUDI YOUYASTRI): Pimpinan terima kasih. Anggota Komisi I DPR RI yang terhormat, Ibu Sekjen, Bapak Direktur Bakti, kemudian Ibu dari Kementerian Keuangan, dan Bappenas serta Kemendagri.

Page 10: DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA … · Kementerian Komunikasi dan Informatika, Dirjen Anggaran Kementerian Keuangan, Deputi Pengembangan Regional Kementerian PPN/Bappenas,

10

Catatan saya nomor satu tentang aturan regulasi di internal Pemerintah dari Kementerian Keuangan, bahwa penghasil PNBP kembali ke Satker itukan urusan Pemerintah bukan kami rakyat Indonesia. Jadi dua hal yang berbeda Ibu, kalau menurut saya PNBP itu adalah tarikan dana yang ditujukan sebagai bagian haknya Pemerintah kepada operator pada industry. Ada dua kan sumbernya, satu pajak yang pasti dibayar dan kedua PNBP itu bagian biaya tambahan yang dimunculkan atas beban-beban penggunaan hak dari frekuensi. Catatannya Ibu ya, adalah kita bicara tentang industry telekomunikasi. Kalau menurut saya jika satu industry itu sudah terdengar akan ada sinyak lolongan kematian kemungkinannya hanya dua, satu adalah PNBP-nya dikurangi atau PNBP-nya digunakan untuk membangun infrastruktur dan industrinya menjadi lebih mungkin tumbuh lagi. Industri telekomunikasi hari ini yang berbasis kepada voice sudah menjelang pada kematiannya Ibu. Kalau Ibu biarkan maka PNBP yang 17 triliun hari ini diindikasi 5 tahun lagi nanti bisa drop drastis. Yang faktanya adalah pertumbuhan dari industry telekomunikasi 5 tahun yang lalu itu double digit 10%-14% sekarang sudah tidak sampai double digit. Itu fakta hari ini, menurut saya Bappenas bisa ajukan sehingga perkiraan dari RPJMN sebenarnya tidak tercapai Pak. Duit absolutnya lebih besar memang pertumbuhannya tidak, something wrong. Jadi salah satu yang bisa meningkatkan tumbuhnya industry itu adalah wilayah pemakai dari telekomunikasi, volume. Dan kita tahu bahwa voice itu ditinggalkan menjadi data, data itu artinya siapa yang punya kemampuan mengenerate data maka kita akan menguasai kembali industry telekomunikasi. Jadi jawaban Ibu buat saya, saya tidak peduli Ibu itu adalah urusan Pemerintah. Saya sebagai wakil rakyat meminta Ibu, uang yang didapat hasil dari PNBP sektor telekomunikasi harus kembali untuk memperkuat pasar dari industry telekomunikasi, sehingga industrinya bisa tumbuh, pelayanan kepada masyarakat menjadi lebih jadi. Jadi kalau Ibu mengatakan dibayarkan oleh APBN berarti Ibu mau mengeluarkan berapa buat dikasih penguatan ini, itu pertanyaan saya. Karena penghasilan PNBP dari frekuensi 17 triliun laporannya Bapak Menteri. 17 triliun mau ngasih setengahnya, saya tunggu jawabannya Ibu sekarang. Ibu mau ngasih 8 triliun setengahnya itu bagus dijadikan Rupiah Murni ditaruh di Kominfo terserah Ibu Sekjen mengalokasikan. Itu pertanyaan nomor satu Pak, karena soal teknis itu saya tidak peduli, itu urusan Ibu. Kalau saya jadi Menteri Keuangan saya pasti alokasikan kalau perlu dirubah aturan Pemerintah-nya. Yang kedua, tentang penentuan alokasi daerah tertinggal 3T dan penentuan daerah tertinggal seperti definisinya disampaikan oleh Bapak Rudi. Pak Rudi, sebagai Deputi sama logikanya Pak Deputi. Definisi menentukan akses voice itu, voice itu sudah ditinggalkan Bapak. Kalau Bapak pakai lagi nanti di RPJMN, kan Bapak lagi menyiapkan RPJMN untuk Presiden yang akan datang, tolong dirubah itu definisinya. Hari ini kita bicara data sudah tidak bicara voice, kalau Bapak masih kekeh juga maka artinya arah RPJMN-nya bisa lost in space itu. Hampir semua operator sudah tidak tergantung kepada penjualan voice, berpindah kepada data. Begitu sudah data kita berbicara berbeda lagi tentang infrastrukturnya. Sesuatu yang baru buat Bapak di Kementerian Bappenas, tapi menurut aku wajib wacana itu dibicarakan di internal Kementerian Bapak tentang data, bahwa yang diperlukan adalah akses data. Kan yang diminta dari Kementerian Dalam Negeri laporan keuangan penggunaan dana desa kan bukan telepon-teleponan. Bapak masih telepon-teleponan laporannya? Kan tidak, yang dikirim kan sudah ada form-nya, sudah ada aplikasinya, yang dikirim kan data. Jadi yang dibutuhkan dari penggunaan uang 60 triliun dana desa itu adalah up date yang real time terhadap progress penggunaan uangnya dan outcome real time dan itu butuh sekitar 78 ribu titik desa se-Indonesia harus punya aksesnya. Wajib dong uangnya sudah dikasih tapi laporannya wallahu alam diberikan, karena saya punya data yang real saja di Dapil saya di Kabupaten Kuningan Desa Nangela itu akses internet tidak ada. Jadi kalau mau buat laporan dia mesti turun lagi, jaraknya tidak jauh, jaraknya hanay 3 km, tapi dia harus turun ke bawah baru ngasih laporan. 3 km itukan problem sederhana yang bisa diselesaikan secara technical, akan tetapi karena Bapak Anang tidak punya Tupoksinya mengurusi itu, itu menjadi blanc spot untuk akses internet. Artinya pelayanan publiknya menjadi terganggu. Makanya saya mengusulkan Pak, kalau boleh tidak cuam 3T tetapi akses internet yang diluar dari 3T desa yang tertinggal atau kecamatan yang tertinggal punya hak yang sama untuk mendapatkan alokasi dana dari negara untuk daerah tersebut.

Page 11: DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA … · Kementerian Komunikasi dan Informatika, Dirjen Anggaran Kementerian Keuangan, Deputi Pengembangan Regional Kementerian PPN/Bappenas,

11

Kalau idealnya keinginan saya 78 ribu desa itu harus terkoneksi dengan internet, bukan terkoneksi dengan handphone, tapi terkoneksi dengan data 78 ribu RPJMN-nya Pak Rudi seingat saya dinyatakan 30 atu 40 ribu desa di dalam 5 tahun ini. Betul ya Pak, saya ingat RPJMN rencananya begitu dan hari ini saya selalu menanyakan Kominfo baru berapa desa yang terkoneksi. Tidak bisa memberikan jawaban bahwa bisa memberikan 40 ribu desa itu. tapi shortcut yang diajukan dengan satelit itu saya dukung, itu proses yang mempercepat satelit multi fungsi kita punya 1BTS super BTS di atas pasti terkoneksi dengan cepat. Jadi untuk fungsi-fungsi pelayanan publik Pemerintahan 2 mega itu yakin cukup. Begitu saja Pimpinan, jadi nomor satu saya tanya berapa yang mau dialokasikan oleh Ibu Menteri untuk Kemkominfo untuk pembangunan infrastruktur telekomunikasi, infrastruktur data di 3T dan diluar 3T yang diminta. Dari 17 triliun itu bisa setengahnya tidak, katanya diajukan Rupiah Murni. Pertanyaan saya mau ngasih berapa sehingga nanti Kementerian Kominfo bisa mengajukan. Jadi Ibu Sekjen tadikan sudah dinyatakan saja, kalau saya bilang ajukan saja 17 triliun uangnya diambil semua. Nanti biar Kementerian Keuangan yang mempertimbangkan, karena kan kuenya 17 triliun harus kembali lagi ke industrinya. Saya ingin dengar dari Ibu Kementerian Keuangan. Yang kedua, definisi daerah tertinggal, desa tertinggal menurut Bapak saya usul tetap diupdate, karena sekarang kita bicara data bukan bicara voice, voice itu 10 tahun yang lalu. Kemudian yang terakhir kepada Bapak Anang, karena sudah ada rumusan dari Bappenas artinya 3T, daerah tertinggal saya sebagai Anggota DPR RI sudah berjanji kepada tuhan dan rakyat Indonesia harus memperjuangkan Dapil saya. Contoh satu di Nanggela itu hanya 3 km tetapi tidak bisa punya akses internetnya dengan yang terdekat. Solusinya kan simple tinggal ditarik pakai, jangan satelit yang itu tarik saja pakai radio link-nya. Terima kasih Pimpinan. KETUA RAPAT (ASRIL HAMZAH TANJUNG, S.IP.): Terima kasih Bapak Budi Youyastri. Ibu dan Bapak sekalian Anggota Komisi I DPR RI dan mitra kita. Rupanya hari ini ada dua Anggota Komisi I DPR RI yang baru ini. Satu, Bapak Lalu Gede Syamsul dari Hanura. Yang kedua, Bapak Taufik Abdullah dari PKB. Ini lagi banyak bikin resgistrasi untuk pencalegkan yang akan datang, jadi yang datang sedikit masih banyak yang ngurus macam-macam. Ketiga untuk pendalamannya silakan Bapak Dr. Sukamta. Silakan Pak. F-PKS (H. SUKAMTA, Ph.D.): Terima kasih Pimpinan. Ibu Sekjen, Bapak Deputi, Bapak dan Ibu semuanya yang terhormat. Tadi sudah banyak yang disampaikan teman-teman, saya simple saja sebetulnya yang pertama memang benar kita satu sisi sudah bagus ada sambungan komunikasi ke wilayah terluar akan tetapi memang dengan perkembangan teknologi dan perkembangan peradaban yang ada saudara-saudara kita diperbatasan ini satu sisi memang menginginkan supaya tidak hanya voice sambungannya, karena memang sekarang ini sudah tidak cukup lagi untuk kepentingan transaksi bisnis, untuk kepentingan Pemerintahan tidak cukup lagi dengan voice. Yang kedua, sambungan yang sudah dikerjakan dengan dana USO itu ternyata juga butuh pemeliharaan. Rata-rata di tempat yang seperti Natuna sudah tersambung beberapa waktu yang lalu sekian tahun yang lalu, tapi sekarang ini mungkin lebih dari sepertiga dari peralatan itu rusak kembali. Nah, dana yang ada itu belum memasukkan pemeliharaan baru pembuatan, pengadaan.

Page 12: DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA … · Kementerian Komunikasi dan Informatika, Dirjen Anggaran Kementerian Keuangan, Deputi Pengembangan Regional Kementerian PPN/Bappenas,

12

Nah, sehingga alat yang sudah terpasang, komunikasi yang sudah terjalin itu hilang kembali. Nah, saya kira pemeliharaan ini harus diusahakan sama baiknya dengan instalasi pemasangan. Nah, harapan kami peningkatan ini lebih bagus termasuk kunjungan kita ke beberapa tempat ke NTT, Semarang, sambungan yang dilakukan oleh Bakti ke daerah-daerah 3T itu satu sisi kita bersyukur ada sambungan tetapi sayang sambungan itu sekedar menyambungkan di satu titik saja. Jadi misalnya kantor pembinaan koperasi atau di NTT itu Balai Karantina. Hanya tersambung ke satu titik situ, dan radio sambungan hanya 10 meter, keluar dari ruangan sudah tidak nyambung lagi. Sehingga ini biayanya besar, kalau kita lihat anggaran yang disampaikan itu besar sekali tetapi sampainya dilapangan itu kecil sekali. Saya tanya berapa ini bulanannya, yang di Semarang bulanannya itu hanya 800 ribu sampai 2 juta tergantung pemakaian. Di seluruh Jawa Tengah ada 34 titik, artinya bulanannya itu kira-kira hanya 64 juta saya hitung untuk satu anggaran Bakti di Jawa Tengah. Artinya, sebetulnya kan kecil sekali yang dialokasikan kesitu sementara anggaran yang dilaporkan kepada kita inikan besar sekali ini. Nah, kenapa kita sama-sama membuka akses tapi kita tidak perluas sekalian, sehingga kemanfaatan saluran komunikasi internet yang kita hadirkan kepada masyarakat tertinggal itu lebih luas. Sebab, bagaimana pun juga negara ini masyarakat kita itu membutuhkan ini, sudah emergency menurut saya. Banyak masyarakat membutuhkan peran negara, tetapi selalu ada alasan keterbatasan anggaran negara untuk melakukan pembimbingan, pembinaan kepada masyarakat. Contohnya UKM, UKM ini perlu untuk dibimbing dari sisi kelayakan usaha, manajemennya, tetapi juga kalau UKM makanan itu bimbingan teknis kesehatan dan seterusnya. Sementara kemampuan Kementerian Kesehatan, Kementerian Koperasi, dan seterusnya Kementerian-Kementerian terkait untuk membina UKM itu dengan alasan keterbatasan anggaran paling 200 setahun. Padahal UKM kita yang kita harapkan menjadi pelan-pelan nanti menjadi alat untuk mengungkit ekonomi masyarakat itu ada ratusan ribu mungkin jutaan UKM akan rampung berapa decade kalau model kerja pembinaan negara itu dengan cara manual seperti itu. Ada terobosan yang sebenarnya sangat mudah bisa dilakukan, yaitu dengan cara online, kursus online. Kementerian Kesehatan melakukan kursus pembinan pembinaan pengusaha makanan secara online. Sekali dilakukan kursus dalam waktu sebulan misalnya pesertanya bisa dari seluruh Indonesia. Seluruh UKM bisa langsung selesai. Ketika introduksi itu saya kasih ide itu mereka mengatakan UKM-UKM ini tidk ada sambungan internetnya Pak, yang bisa mengakses program online itu hanya perkotaan. Nah, ternyata memang betul di daerah-daerah tertinggal kita punya program Bakti triliunan anggarannya yang diberikan akses itu memang titik online bukan area coveragenya tetapi titik. Sehingga sorry to say itu program tapi kenyataannya manfaatnya minimal. Nah, kami ingin perbaikannya serius ini Ibu, supaya manfaat yang dihadirkan oleh Ibu dan Bapak dalam konteks menyambungkan masyarakat ini dengan negara itu juga serius. Mudah-mudahan menjadi amal sholeh Bapak dan Ibu semuanya. Yang ketiga, kalau kita bicara desa tertinggal dalam kaitan dengan digital, komunikasi, internet kalau mau disempitkan lagi. Selama ini mungkin basisnya kabupaten dan peta yang ada disitu memang mayoritas itu di daerah-daerah 3T, tapi harus diingat bahwa bukan hanya pedesaan di 3T sana yang tidak punya akses terhadap digital Pak. Saya dari Dapil DIY di Dapil saya ini di Gunung Kidul, di Kulon Progo, di Sleman masih ada blank spot. Saya kalau sebut kecamatan namanya kecamatan Payen, ini kecamatan terbesar di Gunung Kidul. Salah satu kecamatan paling makmur, kecamatan yang lumbung padinya Gunung Kidul. Dulu ibu kota Gunung Kidul lama, saya ada aktifitas disana seharian tanpa sambungan komunikasi sama sekali. Tidak ada sinyal sama sekali, padahal listrik berlimpah ruah. Kalau di daerah tertinggal kan alasannya tidak ada listrik ini. Itu listrik berlimpah ruah sudah sekian puluh tahun, tapi tidak ada sinyal RRI baru nyambung awal tahun ini setelah kita kejar disini. Nah, saya berharap sinyal telekomunikasi jaringan internet ini bisa segera masuk di wilayah itu. Selama ini ketika kita komunikasi dengan Kemenkominfo selalu mengatakan tidak bisa masuk Pak, basisnya kabupaten, Gunung Kidul bukan 3T. Tapi rakyat di desa-desa walaupun ini tidak masuk 3T mereka punya hak yang sama untuk disambungkan ke dunia digital dengan wilayah lain yang sudah lebih beruntung tersambung terlebih dahulu atau yang menjadi prioritas 3T. Jadi mohon supaya saya mendengar itu hambatannya peraturan. Saya mohon semua peraturan yang menghambat sampainya hak rakyat atas negara itu direvisi, utamanya yang terkait dengan hak rakyat untuk dapat sambungan ke dunia digital. Karena ini sudah emergency, kalau

Page 13: DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA … · Kementerian Komunikasi dan Informatika, Dirjen Anggaran Kementerian Keuangan, Deputi Pengembangan Regional Kementerian PPN/Bappenas,

13

kita dorong rakyat ekonomi analog lagi ketinggalan. Anak-anak muda sekarang sudah melompat jauh, tiba-tiba negara masih mendorong mengikuti langkah 10-20 tahun yang lalu. Itu sama juga kita mengajari rakyat untuk memakai roda gerombak yang masih kotak tidak lagi. Nah, sekali lagi kita ingin dunia digital ini menjadi alat untuk lompatan ekonomi. Siapa tahu saya yakin dan saya optimis dunia wisata di daerah Playen itu akan berkembang jauh lebih cepat manakala kita punya akses digital dengan baik. Nah, sebagaimana juga wilayah-wilayah yang lain. Nah, tolong kalau masih ada aturan-aturan yang menghambat segera direvisi. Dan Bappenas tolong juga akomodatif terhadap yang demikin ini Pak, karena kalau kita bicara dengan teman-teman teknis selalu dilarikan kepada perencanaan Bappenas. Seolah-olah Bappenas sebagai lembaga perencana nasional, pembangunan nasional ini ketinggalan cara berpikir dan data-datanya, saya tidak percaya itu. Tapi tolong buktikan ketidak percayaan saya atau keyakinan saya bahwa Bappenas ini tidak ketinggalan, Bappenas ini unggul dan Bappenas ini ingin kedepan merancang pembangunan yang kontekstual, yang membawa Indonesia maju kedepan. Jangan biarkan Bappenas menjadi alasan untuk lembaga-lembaga teknis itu tidak bekerja maksimal membantu masyarakat. Terima kasih. KETUA RAPAT (ASRIL HAMZAH TANJUNG, S.IP.): Terima kasih Bapak Sukamta. Mungkin tambahan yang lain? Jadi ada 3 pendalaman ini Bapak dan Ibu sekalian, pertama Bapak Hari Kartana, Bapak Budi Youyastri dan Bapak Dr. Sukamta. Memang tadi sudah jelas ya, Bapak Anang mungkin ini ada peningkatan, tahap ini dulu, tahap ini dulu. Memang seperti Bapak Sukamta katakan tadi kita lihat di Serdai Bedagai itu bisa jangkauannya sampai 23-30 meter, masyarakat bisa memakai Wifi. Di di NTT Kupang yang disebutkan tadi itu, itu hanya sekitar 10 meter atau berapa ini. Mungkin kita percaya ini ada tahap-tahapnya, tahap ini dan tahap ini. Jadi 3 ini silakan nanti tolong dijawab atau ditanggapi. F-GERIDRA (H. BIEM TRIANI BENJAMIN, B.Sc., M.M.): Pimpinan. KETUA RAPAT (ASRIL HAMZAH TANJUNG, S.IP.): Silakan Bapak Biem. F-GERIDRA (H. BIEM TRIANI BENJAMIN, B.Sc., M.M.): Ibu Sekjen, Bapak Anang dari Bakti. Ini mengingatkan saja Ibu, waktu kita bicara dengan Bapak Menteri memang daerah 3T ini kita sampaikan juga. Tidak saja di daerah-daerah bahkan di daerah Jakarta pun ada daerah yang sebenarnya harus ada dalam sambungan internet, yaitu di Pulau Seribu yang memang sangat dibutuhkan sekarang ini dalam rangka Asean Games, baik Jakarta dan juga di Palembang karena ini penting sekali mengingat ini menjadi citra kita semua, bukan hanya Jakarta akan tetapi citra Indonesia. Karena memang di Pulau Seribu juga itu akan dijadikan destinasi buat pariwisata dalam rangka Asean Games ini akan diarahkan kesana. Maksud saya jangan sampai nanti ketika banyak turis, banyak orang asing datang kesana kita sendiri juga sangat membutuhkan apa yang disampaikan tadi rekan-rekan untuk kedepannya UKM dan lain-lainnya sangat membutuhkan itu. Jadi mengingatkan saja juga daerah-daerah blank spot itu yang daerah 3T tidak Cuma di daerah terpencil akan tetapi di daerah yang strategis termasuk di Pulau Seribu itu harus disegerakan. Terima kasih, itu saja.

Page 14: DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA … · Kementerian Komunikasi dan Informatika, Dirjen Anggaran Kementerian Keuangan, Deputi Pengembangan Regional Kementerian PPN/Bappenas,

14

KETUA RAPAT (ASRIL HAMZAH TANJUNG, S.IP.): Terima kasih Bapak Biem. F-PD (Ir. HARI KARTANA, M.M.): Bapak Ketua. KETUA RAPAT (ASRIL HAMZAH TANJUNG, S.IP.): Ada lagi? Bapak Hari silakan. F-PD (Ir. HARI KARTANA, M.M.): Untuk Bapak Dirjen atau Bapak Sekjen mungkin, tadi yang disampaikan oleh kawan kita Bapak Kamta dan Bapak Biem. Saya kira bukan diluar 3T kalau kayak Gunung Kidul, kita bisa ambil T-nya itu memang tertinggal, tertinggal dalam pengertian bahwa memang komunikasi dan lain-lain, internet tidak masuk itu sudah bisa masuk katagori tertinggal, jadi jangan diabaikan. Memang kalau perbatasan mungkin masuknya terluar atau terdepan, tapi tertinggal itu banyak kayak di Dapil kita juga di kota-kota itu banyak yang belum mampu dan tidak terjangkau oleh sarana telekomunikasi. Jadi apa yang disampaikan betul, jadi itu tetap di 3T adalah dalam pengertian tertinggal. Tertinggal itu bodoh masyarakat atau apa karena kurang bisa berhubungan dengan dunia luar. Demikian Bapak Ketua. KETUA RAPAT (ASRIL HAMZAH TANJUNG, S.IP.): Terima kasih Bapak Hari Kartana. Ibu Farida dan yang lain-lain, memang kita juga menyoroti daerah di luar 3T tadi juga termasuk itu. Rupanya setelah itu ada lagi ya, entah yang mana ini 3T termasuk perbatasan, terutama diperbatasan itu kalau rumusanya perbatasan itu adalah halaman depan satu negara. Saya lihat Entikong waktu itu sama-sama rekan-rekan ini, begitu saya lihat ternyata halaman depannya kotor dan jelek sekali, begitu lihat Malaysia punya cantik, mulus, bersih. Ini bagaimana ini, itu mungkin Pemerintah kemarin cepat-cepat bisa merubah image ini Pak Jokowi, sekarang perbatasan kita sudah bagus, tinggal sekarang konteks tentang TIK ini Bapak Anang bagaimana kita memproses ini supaya bagus. Bukan hanya di tempat Bapak Sukamta ini, di tempat Bapak Jenderal Supiadin itu di Garut juga begitu Ibu Farida. Ada daerah yang blank sama sekali, saya pernah jadi Komandan Batalyon di Garut itu. Jadi mungkin yang begini-begini kita dapat laporan. Dan kita juga sangat berharap Bapak Khudori, para Pemda mungkin Bupati dan Camat ini juga harus ikut mendorong ini, “tolong kami tidak bisa masuk internet, kami tidak bisa ada Wifi”, kadang-kadang saya lihat Pemerintah Daerah kita diam saja. Jadi bukan hanya Kominfo yang sibuk sendiri ini Pak Khudori. Tolong ini juga aktif, untung di Serdang Bedagai kemarin Bupatinya datang. Jadi sebenarnya Kepala Daerah yang banyak tahu tentang daerah-daerah seperti ini, ini belum terjangkau, ini sudah, ini kurang, Kepala Daerah harusnya, jangan Bakti, Kominfo, DPR RI salah lagi nanti, harusnya Pemda. Mohon maaf ya Bapak Khudori memang kenyataan seperti itu, mudah-mudahan kedepan akan lebih bagus lagi. Jadi semua unsur Pemerintah, Camat atau apa itu peduli tentang penyebaran akses internet ini tentang Bakti. Kalau mengenai USO itu memang Pemerintah, kalau uangnya banyak akan tetapi penyebaran tidak bagus ya percuma juga. Ini mungkin masukan untuk Kemendagri, kita sangat bermohon baik DPR RI maupun rekan-rekan mitra kita ini supaya Kepala Daerah ini peduli, mulai Lurah, mulai Camat, mulai Bupati ini peduli. Dia tahu mungkin dia punya peta tentang daerahnya ini yang belum masuk internet, ini yang belum masuk HP tidak bisa, waduh negara kita bisa tidak maju-maju.

Page 15: DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA … · Kementerian Komunikasi dan Informatika, Dirjen Anggaran Kementerian Keuangan, Deputi Pengembangan Regional Kementerian PPN/Bappenas,

15

Ini dari saya, silakan tadi Ibu Farida yang duluan menanggapi pendalaman ini. Silakan Ibu. SEKRETARIS JENDERAL KEMENTERIAN KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA (Dra. FARIDA DWI CAHYARINI, M.M.): Terima kasih Bapak Pimpinan. Mohon izin, akan dijawab oleh Bapak Anang Direktut Bakti karena sangat teknis. Silakan. DIREKTUR UTAMA BADAN AKSESIBILITAS TELEKOMUNIKASI DAN INFORMASI (Ir. ANANG LATIF, S.T., M.Sc.): Terima kasih Ibu Sekjen. Yang terhormat Bapak Pimpinan Komisi I DPR RI, Yang terhormat Bapak-Bapak Anggota Komisi I DPR RI. Assalamu'alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.

Izinkan kami menjawab Pak, pertanyaan tadi ada 4 pertanyaan dari Bapak Anggota. Pertama-tama saya sedikit cerita terkait dengan dana USO yang kami kelola Pak. Industri telekomunikasi termasuk keberadaan Kominfo sebagai regulator itu awalnya diatur dalam sebuah Undang-Undang Telekomunikasi Nomor 36 Tahun 1999, yang pada saat itu membuat pembagian tugas, fungsi regulator ada di Kementerian, dan fungsi penyelenggaraan sepenuhnya ada di badan hukum. pada saat itu badan hukum ada BUMN ada BUMS Pak disiapkan. Jadi regulator tidak ada mandate sama sekali pada waktu itu untuk melakukan pembangunan karena mempercayakan ini kepada Badan Hukum.

Pada penyusunan Undang-Undang itu, Pemerintah pada saat itu Bersama DPR RI cukup confident karena memiliki Indosat dan Telkom di tahun 1999. Namun demikian, pada perjalanannya Pemerintah harus melepas Indosat dan juga memprivatisasi juga termasuk IPO untuk PT. Telkom, sehingga P. Telkom tidak lagi menjadi BUMN yang 100% Pemerintah.

Nah, fungsi-fungsi pengembangan infrastruktur di daerah yang secara visible itu menjadi beban berat khususnya buat Telkom, karena mereka sudah menjadi perusahaan yang provit oriented. Sehingga pada saat itu dilakukan deregulasi dibentuk adanya kontribusi USO. Nah, disinilah ketika adanya kontribusi USO dibentuklah adanya Bakti yang dulu berawal istilahnya TPIP fungsinya mengelola dana USO. Yang kemudian berkembang menjadi BLU-nya Kementerian di Kominfo. Nah, inilah sebenarnya Bakti yang saat ini mendapatkan tugas melaksanakan pembangunan infrastruktur yang tidak dibangun oleh Badan Usaha tersebut, baik BUMN maupun BUMS. Jadi kami memang didesain untuk mengembangkan infrastruktur yang tidak head to head dengan operator. Yang tidak kompotitor dengan operator, karena apa? karena sesungguhnya kami menggunakan dananya mereka untuk menjalankan mandate tersebut. Nah, dalam perjalananya ketika ingin mengembangkan, mengisi daerah-daerah yang operator tidak dibangun kami melakukan perhitungan cash flow kok ternyata 1,25% ini tidak cukup untuk menjangkau semuanya, sehingga ada proses usulan yang istilahnya yang istilahnya tadi proses rebalancing. Namun demikian, pernah dibahas juga bahwa industry pun tidak mau pada saat ini, karena industry Telko memang betul seperti apa kata Bapak Budi, sedang mengalami situasi yang katakanlah mulai satu perkembangan yang dulu bisa doubl digit itu sekarang satu digit sudah alhamdulillah dan ada potensi bisa jadi negative. Nah, inilah yang awal kenapa ada isu penambahan dana kami USO tetapi industry tidak menghendaki dana itu diperoleh dari yang sudah dikontribusikan oleh Pemerintah. Nah, menjawab pertanyaan Bapak Hari Kartana terkait proyek satelit multi fungsi. Kami coba jelaskan singkat Pak, bahwa kami melaksanakan study mengidentifikasi kebutuhan khususnya internet yang benar-benar tidak bisa disolusikan dengan teknologi teristorial Pak.

Page 16: DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA … · Kementerian Komunikasi dan Informatika, Dirjen Anggaran Kementerian Keuangan, Deputi Pengembangan Regional Kementerian PPN/Bappenas,

16

Ternyata ada hampir 150 ribu titik Pak, disitu ada sekolah jumlahnya 93 ribu, ada juga Pemerintahan hampir mencapai 47 ribu, ada kantor Polisi, kantor TNI diperbatasan, Puskesmas sampai 3700 yang total hampir 150 ribu titik Pak, yang benar-benar tidak bisa disolusikan secara teristorial. Kita coba simulasikan Pak, mencoba menjangkau secara teristorial bahkan dengan membangun fiber optic. Cost-nya sampai 150 triliun Pak, sehingga pada saat itu diinisiakanlah sebuah proyek satelit multi fungsi yang untuk menyelesaikan 150 ribu titik ini. Nah, coba slide yang efisiensi. Kami ingin menggambarkan Pak, kenapa proyek satelit multi fungsi ini menjadi penting karena efisiensi biaya akses yang selama ini kita gunakan Pak, kami Bakti sudah membangun sekitar 2700 titik internet Pak. Dimana cost kalau menggunakan satelit per MBPS per bulannya mencapai 1650 Dolar katakanlah 20 juta per MBPS per bulan. Minimal kita bangun 2 MBPS Pak, jadi sekitar 4 juta kita keluarkan per titik dengan 2 MBPS. Ini cost sangat mahal Pak, sehingga kita berpikir kami harus tekan terus biaya itu. Kita coba perhitungkan bahkan satelit multi fungsi yang terakhir itu bisa menekan hingga 300 Dolar per bulan per MBPS. Jadi ada efisiensi lebih dari 5 kali Pak, yang bisa kita tekan kalau kita punya satelit sendiri Pak. Dengan jumlah kalau katakanlah 150 ribu titik itu harus kita hubungkan dengan skema yang sekarang ini Pak, sudah jelas cash flow kita sudah tidak mungkin. Sehingga kami berpikir menggunakan satelit yang terkini ada satelit high … satelit Pak, yang saat ini di Asia Pasifik baru satu yang punya meluncur itupun di kapasitas mungkin hanya 5 giga. Kebutuhan yang untuk menjangkau 150 ribu titik itu kebutuhan kita sampai 200 giga Pak. Ini sebuah satelit yang memang teknologi terkini yang bisa menekan harga hingga 5 kali dengan kondisi sekarang. Nah, terkait dengan fiber optik Pak…. F-PD (Ir. HARI KARTANA, M.M.): Pak Ketua, boleh sedikit Pak. Mudah-mudahan perhitungannya itu sudah lebih komprehensif Pak Direktur ya, jadi tidak hanya perhitungan yang sebagian, karena biasanya kalau pengoperasian satelit juga mencakup seluruh hal, termasuk ada stasiun buminya, karena benda angkasa ke ground station itu harus ada, terus operatornya, pelatihannya. Tadi schedule-nya itu yang saya tanyakan, kapan itu bisa selesai. Terima kasih. DIREKTUR UTAMA BADAN AKSESIBILITAS TELEKOMUNIKASI DAN INFORMASI (Ir. ANANG LATIF, S.T., M.Sc.): Kembali kepada slide SMF, ini ada kecil slidenya. Jadi saat ini Pak, kami sedang menyiapkan itu tender untuk procurement satelit ini melalui mekanisme Kerjasama Pemerintah dengan Badan Usaha. Dalam bulan ini Pak, akhir bulan ini kami targetkan kualifikasi sudah mulai sehingga di akhir tahun ini sudah ada kontrak dengan calon mitra kami melalui skena KPBU ini Pak. Jadi harapannya kalau normal waktu karena konstruksi HPS ini membutuhkan minimal 3 tahun Pak, jadi di awal tahun 2022 satelit ini sudah bisa meluncur Pak. Namun demikian Pak, program kami tidak bisa menunggu satelit ini meluncur Pak, karena ada 3 tahun kosong sehingga kami berpikir ibaratnya kalau kita punya rumah sendiri selama 3 tahun kita sewa dulu. Nah, ini akan kita lakukan Pak, sewa rumah itu sebagai brizing intermedia sampai dengan memiliki satelit sendiri. Jadi time linenya seperti itu Pak. F-PD (Ir. HARI KARTANA, M.M.): Satu lagi Pak, berarti Bapak juga sudah merencanakan perangkat yang selama 3 tahun digunakan yang nanti misalkan fiber optic dan stasiun bumi untuk pengalokasiannya kemana, kan tidak boleh terbuang begitu saja, itu juga biayanya cukup mahal Pak.

Terima kasih Pak.

Page 17: DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA … · Kementerian Komunikasi dan Informatika, Dirjen Anggaran Kementerian Keuangan, Deputi Pengembangan Regional Kementerian PPN/Bappenas,

17

DIREKTUR UTAMA BADAN AKSESIBILITAS TELEKOMUNIKASI DAN INFORMASI (Ir. ANANG LATIF, S.T., M.Sc.):

Betul Pak, bahkan ini kami berkontrak dengan mitra kami semua Pak, sekarang berbasis

trennya berbasis service. Jadi semua perangkat, semua aset, itu tidak lagi menjadi milik kami tapi kami mendapatkan layanan yang memang kita inginkan dengan menetapkan standart service level agreement dengan itu. Jadi kita berbasis service kontrak, jadi belanja kami kami sebagian besar lebih banyak belanja Opec, kecuali satelit belanja Opec ini nanti di akhir pengoperasiannya kalau masih ada usianya, satelit life timenya masih bagus, itu asetnya menjadi milik kami Pak, setelah 15 tahun.

Lalu terkait dengan Palaparing Pak, menjawab itu Palaparing sendiri Pak, itu kita menggunakan istilah ring, ring itu adalah konsep untuk menjamin kalau terputus salah satu jaringan dia akan mengering ke jalur lainnya, Nah, ini sebenarnya Digambar ini seolah-olah terputus akan tetapi tidak Pak, kita membentuk ring dengan mengoptimalkan jaringan yang sudah dibangun oleh operator. Jadi kita Bersama-sama operator membentuk ring. Jadi back up-nya kalau terjadi putus salah satu dia akan mencari jalur lain yang Bersama-sama operator sehingga secara teknis ini bisa dihindari Pak, kecuali secara serentak dua-duanya terputus sama-sama ini persoalan besar Pak.

Jadi harapannya kalau seluruh Palaparing ini terbangun kita bisa bersinergi dengan jaringan operator sehingga backup ini bisa menjadi lebih handal dibandingkan operator jalan sendiri setelah ada penjaringan Palaparing.

Tadi Pak, terkait dengan internet pedesaan. Ini menjawab dari mungkin konsen Pak Sukamta juga. Jadi memang kita berkoordinasi dengan para kementerian lainnya Pak, Pemda lainnya yang membutuhkan layanan internet. Mereka menyampaikan permohonan pada kami penggunaannya diserahkan kepada masing-masing mitra kami Pak. Kalau itu kepada sekolah pada sekolah yang mengelola, jadi kami tidak menyiapkannya komputernya, kami hanya menyiapkan sinyalnya saja.

Nah, adapun masalah coverage Pak, itu memang tergantung dari kebutuhan yang meminta kepada kami Pak, karena kami hanya menetapkan sebagian besar hanya 2 mega bit per second. Itu kira-kira 40 juta yang kami bayarkan setiap bulannya. 2 MBPS ini sebenarnya tidak besar, kalau mereka sharing katakanlah untuk 50 meter khususnya sekolah kami khawatir justru yang sekolah ini menjadi berkurang penggunaan bandwidth-nya. Jadi biasanya sekolah kalau sekolah itu katakanlah pagi sampai siang, mereka full dimatikan internet keluarnya, mereka fokus untuk keperluan sekolah. Tapi setelah pulang sekolah selesai beberapa rekan-rekan sekolah melakukan inisiasi di On untuk penggunaan masyarakat sekitarnya yang ada dekat dengan sekolah. Nah, ada yang seperti itu. Nah, yang BLK ini kami coba dalami Pak, kalau memang ada di lingkungan BLK itu jam kantornya hanya singkat nanti kami akan upayakan untuk sinyal ini radiusnya bisa lebih jauh. Tapi kalau dari awal sudah jauh Pak, kami khawatir 2 MBPS itu kalau dikroyok dengan 20 orang sudah habis internetnya. Jadi kami khawatir justru jalan pokoknya itu akan terganggu. Jadi kira-kira strateginya seperti itu Pak. F-PD (Ir. HARI KARTANA, M.M.): Boleh tanya Pak, kalau tadi Bapak sampaikan bahwa untuk dananya sendiri dari frekuensinya itu jadi tanggungan Pemerintah ya. Hanya hard warenya seperti komputer dan perangkat tidak masuk kesana gitu ya. DIREKTUR UTAMA BADAN AKSESIBILITAS TELEKOMUNIKASI DAN INFORMASI (Ir. ANANG LATIF, S.T., M.Sc.): Tidak Pak. F-PD (Ir. HARI KARTANA, M.M.): Terima kasih Pak.

Page 18: DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA … · Kementerian Komunikasi dan Informatika, Dirjen Anggaran Kementerian Keuangan, Deputi Pengembangan Regional Kementerian PPN/Bappenas,

18

DIREKTUR UTAMA BADAN AKSESIBILITAS TELEKOMUNIKASI DAN INFORMASI (Ir. ANANG LATIF, S.T., M.Sc.): Jadi kami membuat komitmen dengan instansi pengusul bahwa contohnya Kemdikbud kita siapkan sinyalnya, Kominfo siapnya sinyalnya nanti seluruh perangkatnya menjadi tanggungjawab Kemdikbud. Selama ini kerjasama kita dengan kementerian lain. Sekalian menjawab juga bahwa hampir seluruh kontrak kami Pak, itu baik penyediaan sinyal BTS maupun sinyal internet menggunakan skema layanan Pak. Jadi kita membayar setelah penyedia sanggup menyampaikan kualitas sinyal yang kita inginkan. Kalau mereka putus katakanlah listrik mati itu tidak kita bayar Pak. Bahkan untuk BTS kita siapkan lokasi-lokasi bahkan yang tidak memiliki listrik Pak, tidak memiliki listrik kita bangun karena kita menggantungkan sepenuhnya listrik untuk keperluan BTS ini menggunakan solar panel Pak. Nah, lalu kita siapkan juga colokan listrik untuk penduduk hanya untuk keperluan charger handphone, karena itu kecil jadi kami siapkan. Jadi kadang-kadang mereka mengantri untuk mencharge ini karena dilistrik mereka ada kala yang 100%, tapi lebih banyak yang byarpet di lokasi karena keterbatasan tiang listrik. Nah, khusus internet memang mitra dimana atau lokasi itu wajib memiliki PLN Pak, karena disitu sinyal saja yang kami siapkan tetapi perangkat komputer yang mereka operasikan tentunya juga harus memiliki listrik, sehingga lokasi-lokasi titik internet seperti Balai Latihan Kerja, Puskesmas menjadi wajib mereka memiliki PLN untuk operasi khususnya perangkat mereka sendiri misalnya komputer. Nah, terkait memang 3T dan Non 3T yang kami pahami, sebenarnya ini policy kebijakan dari Bapak Menteri yang pemegang policy dari Bakti. Kami memahami Bapak Menteri, kalau pada saat itu kita buka Non 3T beliau pertanyaan saya “memang uang kamu cukup Nang, 1,25%?” itulah beliau menjadi prioritas 3T Pak, pertimbangan beliau, karena semata-mata uangnya tidak cukup. Namun demikian, koordinasi kami dengan Bappenas khususnya Kementerian ini sudah membuka ada titik terang untuk membuka lokasi-lokasi yang 3T memang yang juga termasuk kriteria tertinggal. Nah, inilah yang kedepan kami tentunya akan mendorong Kementerian, misalnya Ibu Sekjen untuk menyiapkan aturan-aturan yang memang bisa memenuhi kebutuhan harapkan khususnya mitra kami di Komisi I DPR RI. Saya kira demikian, semoga bisa menjawab pertanyaan Ibu dan Bapak sekalian. Terima kasih. KETUA RAPAT (ASRIL HAMZAH TANJUNG, S.IP.): Terima kasih Bapak Anang. Ini rupanya Bappenas ini mungkin kita perlu meredefinisi ulang tentang istilah 3T ini seperti apa, sehingga bisa nanti menguntungkan untuk TIK kita ini. Belum lagi yang blank spot disampaikan Pak Sukamta tadi. Jadi Pak Anang yang 3T ini yang mana, yang Non 3T ini yang mana, karena di dalam daerah Jawa pun banyak yang masih blank spot. Ini dikatagorikan apa ini? Silakan selanjutnya Ibu Maratul Aini, silakan menanggapi ada 3 pendalaman tadi. DIREKTUR PNBP DIREKTORAT JENDERAL ANGGARAN KEMENTERIAN KEUANGAN (MARIATUL AINI): Terima kasih Pimpinan.

Terima kasih Bapak dan Ibu yang telah menyampaikan masukan-masukan, masukan-masukan yang akan menjadi prioritas kami dalam kepada pimpinan. Sebenarnya masalah anggaran sudah kami sampaikan dan Pimpinan sangat sangat konsen untuk bisa mendukung pendanaan in, karena juga sudah masuk di dalam Rapat Kabinet Presiden. Tapi di dalam proses, tetap ada proses pengusulannya Pak, pengusulannya berapa dan rencana kerja, kemudian anggarannya nanti akan dibahas dalam trilateral meeting apakah memang sebesar itu akan menjadi dialokasikan dalam APBN.

Kalau di tahun 2018 dari data yang kami miliki memang sudah dialokasikan anggaran untuk penyediaan akses infrastruktur, teknologi, informasi dan komunikasi di wilayah pelayanan

Page 19: DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA … · Kementerian Komunikasi dan Informatika, Dirjen Anggaran Kementerian Keuangan, Deputi Pengembangan Regional Kementerian PPN/Bappenas,

19

universal telekomunikasi sebesar 1,1 triliun. Kemudian penyediaan layanan akses internet dan penguatan ekosistem TIK ada sekitar 1,4 triliun. Penyediaan jaringan satelit multifungsi, penyediaan flatform itu kurang lebih sekitar 5 ratusan miliar.

Dari data yang kami miliki untuk program prirotas di 3T untuk pengadaan BPS di wilayah USO akan dialokasi sudah 3 triliun per tahun. Kemudian untuk satelit multifungsi dialokasi 2,5 triliun per tahun, untuk Palaparing 1,9 triliun per tahun. Itu program prioritas yang sudah kami terima dari usulan KL. Jadi apabila ini memang dirasakan masih belum memadai, kan bisa diusulkan kembali di dalam proses penganggaran sehingga ini bisa dibahas bersama tingkat kebutuhannya.

Itu Bapak, terima kasih. F-PAN (BUDI YOUYASTRI):

Pimpinan, boleh penajaman. KETUA RAPAT (ASRIL HAMZAH TANJUNG, S.IP.):

Silakan.

F-PAN (BUDI YOUYASTRI):

Terima kasih Pimpinan. Yang disampaikan Ibu dari Kementerian Keuangan itu, adalah yang diusulkan oleh

Kementerian Kominfo atau yang sudah disetujui oleh Kementerian Keuangan. Tolong dikonfirmasikan. DIREKTUR PNBP DIREKTORAT JENDERAL ANGGARAN KEMENTERIAN KEUANGAN (MARIATUL AINI):

Kalau yang tadi akses infrastruktur, teknologi, informasi 1,1 di tahun 2018 berarti kan sudah ditetapkan dalam APBN 2018. Kalau yang tadi program-program prioritas itu usulan rencana, jadi setiap tahun diusulkan 3 triliun untuk BPS, satelit multi fungsi 2,5 triliun per tahun untuk 15 tahun dan 1,9 trilun untuk Palapa Ring. Itu perencanaan yang sudah disusun oleh teman-teman dari kementerian lembaga. F-PAN (BUDI YOUYASTRI): Kan saya nanya kepada Ibu, oleh Kementerian Keuangan sudah disetujui usulannya atau belum. Menjadi prioritas itukan artinya baru pembicaraan dengan Bappenas duluka, uangnya sudah ada belum Pak. KETUA RAPAT (ASRIL HAMZAH TANJUNG, S.IP.): Bagaimana, mungkin Bappenas. Silakan Pak. DEPUTI MENTERI PPN/KEPALA BAPPENAS BIDANG PENGEMBANGAN REGIONAL (Ir. RUDY SOEPRIHADI PRAWIRADINATA, MCRP, Ph.D ): Betul Pak, jadi di dalam trilateral meeting kita sudah bahas, sudah disepakati masing-masingnya. Nah, ini nanti yang akan dibahas sebenarnya tergantung mana yang disampaikan oleh Ibu tadi sudah dibahas dan sudah disepakati. Tapi memang sekarang ini sedang difinalkan Pak, karena ada beberapa kementerian/lembaga yang melebihi surat Bersama pagu indikatif. Jadi mungkin yang disampaikan Ibu tadi yang sudah disepakati antara Bappenas, Keuangan dan mitra terkait.

Page 20: DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA … · Kementerian Komunikasi dan Informatika, Dirjen Anggaran Kementerian Keuangan, Deputi Pengembangan Regional Kementerian PPN/Bappenas,

20

F-PAN (BUDI YOUYASTRI): Jadi trilateral sudah bertiga. Oke, apakah usulan prioritas itu masuk di pagu indikatifnya Kemkominfo. DIREKTUR PNBP DIREKTORAT JENDERAL ANGGARAN KEMENTERIAN KEUANGAN (MARIATUL AINI): Untuk yang 3 triliun 1,9 sudah disetujui Pak, sudah dialokasikan anggarannya. F-PAN (BUDI YOUYASTRI): Itu pakai dana USO? DIREKTUR PNBP DIREKTORAT JENDERAL ANGGARAN KEMENTERIAN KEUANGAN (MARIATUL AINI): Iya dengan dana USO. F-PAN (BUDI YOUYASTRI): Belum dana tambahan? DIREKTUR PNBP DIREKTORAT JENDERAL ANGGARAN KEMENTERIAN KEUANGAN (MARIATUL AINI): Belum ada usulan kepada kami, jadi masih menggunakan dananya USO. F-PAN (BUDI YOUYASTRI): Pimpinan, jadi catatan dari Menteri Keuangan mengatakan silakan ajukan dalam bentuk Rupiah Murni diluar dana USO, ternyata Kemkominfo belum mengajukan. Saya ingin tanya kepada Ibu Sekjen kenapa belum diajukan. SEKRETARIS JENDERAL KEMENTERIAN KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA (Dra. FARIDA DWI CAHYARINI, M.M.): Terima kasih Bapak Budi. Jadi kalau yang BPS, internet itu memang sudah terprogram akan tetapi yang satelit ini kita belum mengajukan kekurangan-kekurangannya. Nanti mungkin dalam waktu dekat karena masih ada proses yang harus kita lalui, kita akan ajukan setelah perhitungan-perhitungan itu selesai. Jadi untuk khusus untuk satelit itu memang belum Pak, tapi kalau yang BPS, internet itu memang sudah tahunan, per tahun sudah kita alokasikan. Terima kasih. F-PAN (BUDI YOUYASTRI): Pimpinan, di dalam pembicaraan kita berkali-kali dengan Bakti dan dengan Bapak Menteri, ada dua skenario untuk pembangunan akses setelah Palaparing dibangun. Yang pertama, menyebutkan 8 ribu BTS, yang kedua skenario 8000 desa, kemudian ada ide 40 ribu desa. Terakhir saya dengar hanya 5 ribu desa yang diakses. Nah, inikan saya tidak tahu jumlah terakhir yang diajukan berapa. Kalau saya mengusulkan di dalam rapat ini karena Ibu Menteri Keuangan tidak menjelaskan berapa, jadi usulkan saja 17 triliun Bapak Anang dan Ibu Sekjen untuk menutup langsung akses 40 ribu desa, sehingga RPJMN dan Bapak Presiden Jokowi bisa meresmikan tahun depan Bapak Rudi, bisa jadi Presiden lagi, 40 ribu desa terakses.

Page 21: DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA … · Kementerian Komunikasi dan Informatika, Dirjen Anggaran Kementerian Keuangan, Deputi Pengembangan Regional Kementerian PPN/Bappenas,

21

Terima kasih. KETUA RAPAT (ASRIL HAMZAH TANJUNG, S.IP.): Kita berharap PNBP ini memang bisa kita alokasikan kembali untuk pembangunan infrastruktur telkomunikasi Ibu, karena ini membutuhkan dana yang sangat besar, Palaparing saja berapa triliun itu hampir berapa 8 kalau tidak salah, ini memang sangat besar yang kita minta ada persetujuan dari Kementerian Keuangan. Mungkin nanti lanjut Pak Rudi menanggapi tadi sekalian pertanyaan dari Bapak Budi tadi. DEPUTI MENTERI PPN/KEPALA BAPPENAS BIDANG PENGEMBANGAN REGIONAL (Ir. RUDY SOEPRIHADI PRAWIRADINATA, MCRP, Ph.D ): Terima kasih Pak.

Terkait dengan tadi dari beberapa yang terhormat Anggota Komisi I DPR RI, ada beberapa pertanyaan yang sama terkait dengan definisi daerah tertinggal. Saya setuju sekali kalau memang apa namanya kita sepakat untuk mengcover juga daerah-daerah yang lain. Sebetulnya kita di Bappenas bersama teman-teman mitra kita sudah meredefinisi daerah tertinggal itu Pak, tapi ini bukan untuk 2019 di dalam rangka menyiapkan RKP 2020-2024. Jadi kita coba mengupdate kriteria kita yang tertinggal. Saya pikir mengenai ketertinggalan ini juga bisa dimasukkan, tentunya kita bisa punya kriteria-kriteria yang lebih spesifik.

Tadi yang disampaikan oleh kami di depan memang kita merespon permintaan Bapak-Ibu sekalian, terkait dengan 3T yang sekarang. Jadi ini adalah data dari RPJMN 2015-2019. Nah, mengenai tadi daerah yang blank spot saya pikir tadi sudah direspon juga oleh Pak Aang, kita memang minta informasi ke Kemenkominfo untuk melengkapi itu, tapi kita berbasisnya tetap sementara ini yang 2019 kita menggunakan data tadi daerah tertinggal, kemudian lokasi prioritas daerah perbatasan, terluar, serta data dari yang tadi RPJMN 2015-2019.

Mungkin sementara itu Pak. Terima kasih.

KETUA RAPAT (ASRIL HAMZAH TANJUNG, S.IP.):

Mungkin bisa dilanjut Pak Khudori mungkin ada komentar dari apa yang disampaikan teman-teman tadi.

DIREKTORAT KAWASAN, PERKOTAAN DAN BATAS NEGARA KEMENTERIAN DALAM NEGERI (Ir. MUHAMMAD HUDORI, M.SI.):

Baik, terima kasih Bapak Pimpinan. Ada dua sebetulnya yang kami soroti, yang pertama kami sepakat dan setuju pak dengan

pendapat Pak Doktor Sukamta tadi, bahwa redefinisi ulang daerah tertinggal ini perlu Pak. Artinya tidak hanya daerah tertinggal yang jauh sana, yang misalnya batas negara dan seterusnya. Tapi juga banyak saya kira daerah-daerah yang tertinggal yang di Jawa juga saya kira banyak. Termasuk daerah saya juga tertinggal Pandeglang itu.

Kemudian yang kedua, sesuai dengan saran dari Pimpinan, kami sepakat nanti akan menginformasikan kepada teman-teman Pemda untuk mendorong terutama daerah-daerah yang memang belum terrjangkau misalnya dengan jaringan-jaringan internet. Saya kira nanti dalam kesempatan-kesempatan yang lain tentu akan kami sampaikan kepada teman-teman Bupati atau kepala daerah.

Saya kira dua poin itu yang kami garis bawahi. Terima kasih.

KETUA RAPAT (ASRIL HAMZAH TANJUNG, S.IP.):

Terima kasih Bapak Kudori.

Page 22: DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA … · Kementerian Komunikasi dan Informatika, Dirjen Anggaran Kementerian Keuangan, Deputi Pengembangan Regional Kementerian PPN/Bappenas,

22

Mungkin dari teman-teman masih ada? Bapak Biem? Bapak Budi?

F-PAN (BUDI YOUYASTRI):

Pimpinan, saya hanya meminta kepada Bappenas kalau boleh 20 ribu desa yang disebutkan 385 kabupaten kami mendapatkan datanya resmi dari Bappenas.

Terima kasih. KETUA RAPAT (ASRIL HAMZAH TANJUNG, S.IP.):

Bapak Rudi kita minta data, memang kalau tidak salah ada sekitar 80 ribuan desa kita ya, sudah sebagian tertangani sebagian tidak. Bapak dan Ibu sekalian teman-teman Komisi I DPR RI,

Ini tidak ada komentar lagi, kita coba lihat draft kesimpulan kita untuk kita sepakati Bersama.

Mungkin dari Pak Andreas masih ada atau kita lanjut dulu. Silakan Pak.

F-PDIP (ANDREAS HUGO PAREIRA):

Pimpinan terima kasih. Selamat pagi, Assalamu'alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.

Mohon maaf saya terlambat ini urusan pendaftaran pencalegan, ini membuat menyita waktu. Mungkin tadi sudah disinggung tapi apa yang kita temui di lapangan yang berkaitan dengan apa yang berkaitan dengan BTS ini, sebenarnya soal kriteria itu satu hal memang harus. Kalau memang kita mau secara nasional kita mau membuat Indonesia ini benar connectivity seluruh Indonesia itu harus perlu ada redefinisi dan redefinisi itu saya kira pendekatannya mungkin berbeda di dalam hal komunikasi ini. Tidak seperti yang sekarang yang pernah dijelaskan oleh Pak Menteri, pendekatannya lebih pada economic approach gitu. Nah, di dalam hal komunikasi ini yang kita temukan memang ada daerah-daerah secara ekonomis mungkin tidak tertinggal gitu, tapi juga dia dari segi komunikasi sebenarnya tertinggal juga begitu. Jadi mungkin kalau pendefinisian itu menggunakan pendekatan yang sekarang digunakan oleh Bappenas mungkin tidak terlalu pas. Nah, tapi mungkin jalan tengahnya kalau kami perhatikan di daerah itu komunikasi langsung dengan Pemda-Pemda setempat. Karena merekalah yang paling paham tentang daerah di mana wilayah-wilayah blank spot tersebut memperoleh laporan dari mereka.

Nah, persoalannya yang saya perhatikan juga di daerah ini Pemda-Pemda kelihatan tidak terlalu berinisiatif soal ini. Saya pelajari secara struktural di Pemerintahan kita ini memang hubungan otoritas itu Pemda dengan Bakti itu tidak sekuat Pemda dengan bupatinya. Jadi kalau Bupati tidak mau jadi susah juga, Bupatinya tidak berinisiatif ya susah juga, padahal kita tahu rakyat ingin. Nah, saya kira ini salah satu titik yang saya perhatikan paling tida di daerah pemilihan saya paling tidak menjadi persoalan. Ya, ada unsur kepentingan macam-macamlah disitu, tapi kabupatennya tidak inisiatif, Bupati tidak memberikan rekomendasi pada Dinas Kominfo ini tidak jalan juga.

Nah, ini saya kira ini yang mungkin drive dari Kominfo kepada para Pemda untuk kemudian memaksimalkan program Bakti ini, sehingga apa yang sudah kita bicarakan dengan dana 3 triliun atau mungkin dana ditambah lagi ini benar-benar maksimal. Maksimal kita manfaatkan untuk kepentingan-kepentingan daerah-daerah yang benar-benar blank spot. Dalam temuan apa yang

Page 23: DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA … · Kementerian Komunikasi dan Informatika, Dirjen Anggaran Kementerian Keuangan, Deputi Pengembangan Regional Kementerian PPN/Bappenas,

23

saya alami dilapangan, daerah yang tidak termasuk 3T Pak, itu juga banyak yang sama saja. Artinya, di dalam ukuran Bappenas bukan 3T tapi kenyataan dilapangan seperti tadi Bapak bilang untuk komunikasi dia 3T juga.

Nah, kalau ini merubah definisi menjadi terlalu sulit kita pakai pendekatan lain untuk coba jalan tengah toh yang penting itu adalah terlayani kepentingan dari masyarakat sesuai dengan kemampuan pendanaan kita dan mana yang menjadi skala prioritas.

Terima kasih. KETUA RAPAT (ASRIL HAMZAH TANJUNG, S.IP.):

Terima kasih Bapak Andreas. Ini Bapak Rudi dan Bapak Kudori tadi sudah saya sampaikan bahwa kurang aktifnya pejabat Pemda di daerah, mungkin kalau bisa ditanggapi lagi mungkin Pak Kudori dulu lah bagaimana ini Bupati, Camat memang kita lihat kurang ini.

Silakan Bapak Kudori.

DIREKTORAT KAWASAN, PERKOTAAN DAN BATAS NEGARA KEMENTERIAN DALAM NEGERI (Ir. MUHAMMAD HUDORI, M.SI.): Terima kasih Pimpinan.

Mungkin kami dari Kementerian Dalam Negeri mungkin satu dalam kesempatan rapat misalnya bisa saja menginformasikan atau juga dari hasil rapat ini juga bisa kita akan tindak lanjuti nanti dengan surat Pak Menteri, itu bisa saja saya kira. Nanti kita lihat situasi dan perkembangan saya kira Bapak Pimpinan.

Terima kasih. KETUA RAPAT (ASRIL HAMZAH TANJUNG, S.IP.):

Terima kasih Bapak Kudori. Mungkin Bapak Rudi ada tanggapan.

F-PKS (H. SUKAMTA, Ph.D.):

Pimpinan, sebentar Bapak Pimpinan. Saya mohon supaya kesimpulan yang definitive supaya jangan ngambang bisa jadi di-

follow up dengan surat Pak Menteri. Saya minta supaya ada keputusan yang definitif supaya keluar dari sini ini nanti ada hal yang bisa kita bawa, kita kabarkan kepada masyarakat bahwa mereka sebentar lagi akan menikmati sambungan telekomunikasi, sambungan internet atau sambungan dunia digital sama dengan wilayah-wilayah lain Pak, jangan diambangkan lagi, karena kita butuh keputusan. Nanti kalau hanya diambangkan boleh jadi atau menunggu ini itu yang tidak pasti, kita jadi enggak ada gunanya rapat nanti.

Terima kasih. KETUA RAPAT (ASRIL HAMZAH TANJUNG, S.IP.):

Mungkin bisa dipahami apa perlu masih ditanggapi atau dicatat saja Pak Rudi. Silakan.

DEPUTI MENTERI PPN/KEPALA BAPPENAS BIDANG PENGEMBANGAN REGIONAL (Ir. RUDY SOEPRIHADI PRAWIRADINATA, MCRP, Ph.D ):

Kami sendiri khususnya dari Kedeputian Regional Bappenas, Bappenas secara keseluruhan sangat ingin sekali memang kita kalau memungkinkan tadi disampaikan semua daerah sudah tercover, tapi kan kembali kepada kapasitas kemampuan kita. Memang sebenarnya kita di dalam RKP 2019 kita justru ingin mendorong bagaimana mengurangi kesenjangan antar

Page 24: DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA … · Kementerian Komunikasi dan Informatika, Dirjen Anggaran Kementerian Keuangan, Deputi Pengembangan Regional Kementerian PPN/Bappenas,

24

wilayah ini, antara lain dengan dengan meningkatkan konektivitas dan TIK. Tapi kembalinya tentunya kita dengan constrain yang ada ini bagaimana kita mengoptimalkan itu. Tapi saya sepakat sekali kalau memang kita tidak hanya fokus di 3T itu. Tadi Pak Anang sudah menyebutkan mengenai masuk ke blank spot segala dan lain-lain. Tapi tentunya itu kembali kapasitas kemampuannya Pemerintah pertama Kominfo dan teman-teman yang lainnya untuk mengisi ini seperti apa.

Tentunya dari sisi lain saya setuju juga bagaimana konsen dari Pemerintah Daerah untuk didorong. Memang betul itu, karena beberapa daerah mungkin tidak engeh pentingnya IT ini, tapi mungkin saya pikir bukan hanya masalah teknologi saja Pak, tapi pemberdayaan di sisi masyarakatnya, dari sisi Pemerintah Daerah banyak juga tidak ware bahwa IT ini dampaknya bisa besar.

Nah, kami kemarin baru melakukan Indonesian development forum bagaimana kita mengurangi kesenjangan antar wilayah itu dengan menembak 7 sub tema, antara lain adalah termasuk konektifitas. Sebetulnya potensi-potensi yang ada di daerah itu sangat besar sekali. Tapi salah satu contoh misalnya ada anak-anak muda start up dia ngelink antara pasar dengan suplainya, itu untuk perikanan laut daerah timur. Jadi dia beroperasi di wilayah timur namanya pasar laut. Itu anak-anak muda bisa ngelink langsung dari petani dan nelayan ke pembeli. Jadi untuk pembeli harganya lebih turun dan buat petani lebih baik. Kan selama ini nelayan itu selalu dengan harga yang rendah. Jadi kami dari Bappenas sangat mendukung sekali, artinya untuk mengurangi kesenjangan antar wilayah itu dengan mengembangkan salah satu tema yang kita angkat adalah mengenai digital ekonomi.

Ini tentunya perlu konektivitas, tapi kembali tentunya kita juga realistis dengan kondisi kemampuan Pemerintah untuk membiayai ini. Tapi pada prinsipnya kami sangat menyetujui ini Pak.

Demikian, terima kasih. F-PKS (H. SUKAMTA, Ph.D.):

Pimpinan, boleh menanggapi Pimpinan. KETUA RAPAT (ASRIL HAMZAH TANJUNG, S.IP.):

Silakan Bapak Sukamta.

F-PKS (H. SUKAMTA, Ph.D.): Terima kasih, saya kira Bapak melihat point yang saya sampaikan dengan sangat pas,

sangat bagus sekali. Kita paham juga ada keterbatasan anggaran tetapi saya minta supaya hambatan peraturan, hambatan birokrasi itu diangkat dulu Pak. Bahwa nanti teknisnya sesuai dengan anggaran yang ada itu mana yang menjadi prioritas terlebih dahulu, nah itu biar menjadi apa namanya urusan teknis yang tidak lagi ada hambatan di tingkat peraturan Pak. Karena kita ingin walaupun Bappenas sedang merencanakan untuk 5 tahun ke depan 2020-2024 tetapi kan kebutuhan hari ini sebetulnya sudah cukup mendesak di tempat-tempat ini untuk pengembangan ekonomi digital, sebab kalau kita nungu katakanlah 3 tahun lagi bisa jadi momentum ini sudah lewat Pak. Nah, kita tahun potensi anak muda, potensi daerah ini sangat luar biasa seperti yang Bapak gambarkan tadi. Di wilayah kami di Gunung Kidul itu, ini wilayah wisata sekarang berkembang booming sangat luar biasa, tetapi lagi-lagi hambatan salah satunya adalah hambatan promosi, hambatan pengembangan atau ekonomi yang lainnya, teknis-teknis yang lain maksud saya kalau ini bisa di fasilitasi itu sangat saya membayangkan sangat pesat perkembangannya gitu.

Nah, hambatan dari sisi regulasi, hambatan dari sisi birokrasi tolong diangkat dulu. Masalah teknis anggaran biarkan nanti teknis yang bicara Pak. Itu harapan kita rapat hari ini, sehingga itu syukur menjadi kesimpulan. Karena berikutnya yang ini bab lain sebetulnya tapi mumpung bicara dengan sebagai perencana dan di situ memasukkan konektivitas dan digital, saya berharap kita ini punya roadmap digital yang baik dan mapan Pak. Kita baru bicara connectivity

Page 25: DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA … · Kementerian Komunikasi dan Informatika, Dirjen Anggaran Kementerian Keuangan, Deputi Pengembangan Regional Kementerian PPN/Bappenas,

25

yang masih banyak PR seperti ini, kita belum bicara tentang pengembangan ekonomi digital secara lebih, kita belum bicara tentang artifisial intelijen, kita belum bicara robotic, kita belum bicara yang lain-lain sementara negara-negara maju, negara China yang sekarang ini mungkin menjadi one of the leader dari dunia digital ini, mereka sudah jauh sekali ke depan.

Nah, kalau kita tidak punya roadmap yang mapan dalam hal ini, kita akan ketinggalan. Nanti ketika dunia ini sudah beralih kepada digital semua, kita tergagap-gagap lagi. Kita masih nunggu 5 tahun atau 3 tahun dari sekarang baru akan mulai implementasinya. Nah, saya kira harapan kami ini bisa kita kejar secepatnya, kita punya road map yang bagus, kita beri ruang yang sama besarnya antara negara dan swasta untuk pengembangan itu semuanya. Minta tolong supaya di Bappenas bisa di bantu untuk direncanakan itu semuanya.

Terima kasih Pimpinan. KETUA RAPAT (ASRIL HAMZAH TANJUNG, S.IP.): Terima kasih Bapak Sukamta. Jadi apa yang disampaikan oleh beliau ini terutama masalah regulasi ini memang bidangnya Kominfo sama Bappenas ini Bapak Rudi ini. Mungkin ada tanggapan Bapak Anang atau Bapak Rudi. Silakan. DEPUTI MENTERI PPN/KEPALA BAPPENAS BIDANG PENGEMBANGAN REGIONAL (Ir. RUDY SOEPRIHADI PRAWIRADINATA, MCRP, Ph.D ): Ini sedikit saja Pak, memang kemarin kebetulan saya mendengar langsung dari Pak Rudiantara menyampaikan isu mengenai mungkin kita betul, bahwa kita seluruh daerah sudah perlu ini apa namanya sambungan internet 72 ribu, tapi kemarin yang saya terakhir dengar dari beliau langsung bilang mengenai efisiensi dan efektivitas itu Pak. Saya tidak tahu yang saya lihat memang pemanfaatan itu belum optimal sebetulnya. Bahkan kemarin isu yang sempat terangkat itu untuk di pendidikan misalnya semua sudah tapi pemanfaatan yang optimal itu baru dipakai untuk ujian nasional. Itu yang saya tangkap kemarin hanya satu hal, mungkin saya tidak akan menambah beberapa cuma tapi betul juga di sisi lain apakah tentunya kita harus siap optimalisasinya Pak. Kalau kita lihat dari sisi teknis kita akan mengoptimalkan. Tujuan yang kita ingin harapan konsennya banyak, kemudian masalah kapasitas pemahaman masyarakat.

Jadi kembali saya pikir saya setuju sekali untuk kita mendorong ini Pak, saya sangat mendukung cuma hanya kita harus perhatikan juga mengenai efisiensinya, apakah kau sudah efisien dengan semua 76 ribu desa dengan waktu yang pas ya. Tentunya ini harus dibarengi juga dengan akses Pemerintah Daerah, pertama. Yang kedua, kapasitas masyarakatnya sejauh mana masyarakat bisa mengoptimalkan itu gitu kan. Memang harus kembali, kami kalau di Bappenas kita mencoba menembak isu-isu yang sangat signifikan, kita beri contoh kita di dalam salah satu program prioritas di prioritas nasional 2 untuk mengurangi kesenjangan melalui TIK dan konektifitas itu adalah percepatan pembangunan Papua Papua Barat. Ini adalah salah satu hal yang kita dorong adalah kita tidak hanya di ekonomi akan tetapi di sosial juga, kita ingin mendorong bagaimana pemenuhan anggaran dasar. Masalah yang tentu kita ingin dorong adalah telemedicine Pak, karena Papua itukan luas sekali, jumlah Puskesmas juga kurang. Kalau kita mengandalkan Puskesmas dengan tenaaga dokter yang terbatas sangat sulit. Kita sudah menyiapkan rencana aksi untuk mengembangkan telemedicine. Di mana tenaga kesehatan yang ada bisa berkomunikasi langsung dengan dokter, misalkan di Jayapura atau di Makasar atau bahkan di Jakarta. Nah, tentunya ini perlu internet yang kuat.

Jadi ini kita coba tembak dulu beberapa hal yang sangat mendasar, jadi pelayanan dasar sekolah misalnya sekolah juga sama di Papua itu kita tidak mungkin juga satu kecamatan, salah satu kecamatan di Papua mungkin sebesar kabupaten, satu kecamatan satu SMA. Nah, kita sudah menyiapkan program sekolah berasrama misalnya seperti itu. Nah, tentunya diperlukan juga internet Pak, karena kan informasi harus sejalan juga. Jadi saya pikir kami di Bappenas mencoba paling tidak mensasar ke hal-hal yang sangat mendasar sekali prioritas. Tentunya kalau kita mampu untuk menginternetkan semua desa itu akan sangat baik. Tapi kembali apakah efisien dan

Page 26: DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA … · Kementerian Komunikasi dan Informatika, Dirjen Anggaran Kementerian Keuangan, Deputi Pengembangan Regional Kementerian PPN/Bappenas,

26

efektifitas harus dihitung juga gitu, kalau tidak nanti sayang resources yang ada akan terbuang dengan kurang optimal.

Saya sangat setuju Pak, dengan Bapak semua bahwa internet perlu didorong karena kita punya potensi yang besar. Saya sudah lihat kemarin pengalaman di IDF itu kita juga bergerak di 4 lokasi kita lihat bagaimana perkembangan daerah ini akan kita coba dalami. Kembali tambahannya saya setuju sekali dengan kriteria tadi Bapak mengenai daerah tertinggal, ketertinggalan dari sisi internet.

Terima kasih banyak. KETUA RAPAT (ASRIL HAMZAH TANJUNG, S.IP.):

Silakan Bapak Anang bisa menambahkan. DIREKTUR UTAMA BADAN AKSESIBILITAS TELEKOMUNIKASI DAN INFORMASI (Ir. ANANG LATIF, S.T., M.Sc.):

Terima kasih Bapak Pimpinan. Jadi melihat tugas kami yang semakin lama semakin berat dengan kondisi bahwa daerah-daerah juga non 3T juga harus kami layani tentunya kami terus senantiasa melakukan efisiensi Pak. Salah satu efisiensi yang kita lakukan terkait dengan pemilihan teknologi, kita melakukan restructure juga bisnis proses yang ada termasuk adanya tadi satelit SMF itu salah satu proses untuk efisiensi. Dan yang tidak kalah pentingnya adalah kita melakukan kami sebagai BLU Pak, itu banyak fleksibilitas yang bisa dilakukan, salah satunya yang akan kami lakukan adalah kerja sama operasi dalam jangka waktu 7 sampai 10 tahun Pak dengan mitra kami. Artinya apa? kita tidak lagi perlu berkontrak tiap tahun tapi kita sudah berkontrak selama 10 tahun dan itu menunjukkan perhitungan kami efisiensi 30% sampai 40 % cost-nya per tahun kalau kita bisa melakukan ontrak dalam jangka waktu panjang. Nah, inilah kami selalu melakukan perhitungan-perhitungan tersebut. Andaikan kami sudah melakukan simulasi tersebut, ada 4 program kami itu dengan simulasi bahwa katakanlah PNBP kami sekarang itu 3 triliun. Nah, setelah melakukan efisiensi semua dilakukan itu kebutuhan kami menjadi 8,5 triliunsehingga ada short defisit 5 triliun dari yang untuk mencapai semua keinginan yang katakanlah semua desa itu tersedia sinyal.

Terima kasih Pak. KETUA RAPAT (ASRIL HAMZAH TANJUNG, S.IP.):

Terima kasih Bapak Anang. Ibu Farida masih ada? Pak Taufik masih ada? Kalau memang demikian kita coba lihat draft kesimpulan, coba ditayangkan. Ini kita bahas

ya kesimpulan kita pada hari ini. Draft kesimpulan Rapat Dengar Pendapat Komisi I DPR RI dengan Kementerian

Komunikasi dan Informatika, Kementerian Keuangan, Kementerian PPN/Bappenas dan Kementerian Dalam Negeri. Jakarta, 16 Juli 2018.

1. Komisi I DPR RI menerima penjelasan dari Kementerian PPN/Bappenas terkait penentuan lokasi prioritas 3T (Tertinggal, Terdepan dan Terluar) dan 28.196 desa di 385 kabupaten kota prioritas terhadap akses seluler bergerak dengan mengacu kriteria indeks pembangunan desa atau IPD. Dan sehubungan dengan hal tersebut Komisi I DPR RI mendesak Kementerian PPN/Bappenas untuk melakukan redefinisi lokasi 3T dengan memasukkan akses data dalam kriteria IPD, sehingga setiap warga negara Indonesia mendapatkan keadilan akses telekomunikasi data dan pelayanan bagi publik.

Bagaimana Ibu Farida ada, mungkin Bapak silakan.

Page 27: DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA … · Kementerian Komunikasi dan Informatika, Dirjen Anggaran Kementerian Keuangan, Deputi Pengembangan Regional Kementerian PPN/Bappenas,

27

DEPUTI MENTERI PPN/KEPALA BAPPENAS BIDANG PENGEMBANGAN REGIONAL (Ir. RUDY SOEPRIHADI PRAWIRADINATA, MCRP, Ph.D ):

Sedikit klarifikasi saja Pak, terkait dengan jumlah desa itu adalah desa kabupaten kota yang 3T. Cuma apakah ini sebagai daerah 3T saja atau yang membutuhkan akses seluler Pak, kalau akses seluler bukan yang ini Pak, tapi yang 766 desa di 1.475 kecamatan. Nah, itu yang membutuhkan akses seluler.

Kemudian yang kedua, terkait redefinisi kami setuju Pak, kami sekarang sedang redefinisi tapi untuk kebutuhan nanti RPJMN 2020-2024 bukan untuk nanti tahun yang didepannya 2019 ini Pak, karena waktunya tidak memungkinkan untuk itu. KETUA RAPAT (ASRIL HAMZAH TANJUNG, S.IP.):

Oke, Pak Rudi yang mana yang perlu kita perbaiki, yang jumlah desa atau yang bagi dua atau bagaimana maksudnya. DEPUTI MENTERI PPN/KEPALA BAPPENAS BIDANG PENGEMBANGAN REGIONAL (Ir. RUDY SOEPRIHADI PRAWIRADINATA, MCRP, Ph.D ):

Dua-duanya Pak, ini adalah 3T apakah kita mau menekankan kebutuhan akses seluler

atau hanya 3T saja. Kalau 3T saja memang ini Pak, kombinasi dari 3 kriteria itu. Nah, kalau memang itu 3T saja ini sudah betul Pak. Tapi kalau kita mau menetapkan kebutuhan akses seluler bergerak di 3T itu beda angkanya, lebih kecil karena kita berdasarkan kriteria tadi, ada BTS tapi tidak ada BTS, tidak hanya sinyal HP, ada BTS tetapi tidak ada sinyal HP. Kalau yang kedua itu kami sepakat untuk redefinisi di dalam RPJMN 2020-2024. Mungkin ditambahkan itu.

KETUA RAPAT (ASRIL HAMZAH TANJUNG, S.IP.): Terima kasih Bapak Rudi. Mungkin mengenai ini bagaimana Bapak Rudi, termasuk aksesnya akses sekalian atau bagaimana. F-PAN (BUDI YOUYASTRI): Itu yang begitu dengar aku jadi tambah bingung, Pak Rudi bisa jelaskan kan ada 3T. 3T itukan sekitar 58 kabupetan kota ya, itu yang 3T. 3T itu berapa kabupaten? DEPUTI MENTERI PPN/KEPALA BAPPENAS BIDANG PENGEMBANGAN REGIONAL (Ir. RUDY SOEPRIHADI PRAWIRADINATA, MCRP, Ph.D ): 385 kabupaten kota, itu sudah betul angkanya hanya ini 3T saja. 3T yang bukan membutuhkan akses seluler, tapi kalau akses internet ini hanya 766 desa di 1.475 kecamatan. F-PAN (BUDI YOUYASTRI): Terus yang kedua, yang definisi desa tertinggal, yang diluar 3T kan ada. DEPUTI MENTERI PPN/KEPALA BAPPENAS BIDANG PENGEMBANGAN REGIONAL (Ir. RUDY SOEPRIHADI PRAWIRADINATA, MCRP, Ph.D ): Nah, itu di kami hanya baru mempersiapkan 3T ini berdasarkan tadi Pak. Berdasarkan Perpres 131, di 122 daerah tertinggal. Kemudian berdasarkan keputusan Kepala BNPP di 187 kecamatan lokasi prioritas. Dan desa tertinggal berdasarkan indeks pembangunan desa. Berdasarkan kombinasi ini kami mendapatkan angka itu Pak, 28.196 desa di 325 kabupaten kota. Tapi ini berdasarkan kriteria 3 itu, kalau kita mau memfokuskan ke daerah yang memerlukan akses

Page 28: DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA … · Kementerian Komunikasi dan Informatika, Dirjen Anggaran Kementerian Keuangan, Deputi Pengembangan Regional Kementerian PPN/Bappenas,

28

seluler internet itu hanya 7.666 desa. F-PAN (BUDI YOUYASTRI): Itu yang ada di dalam 3T saja? DEPUTI MENTERI PPN/KEPALA BAPPENAS BIDANG PENGEMBANGAN REGIONAL (Ir. RUDY SOEPRIHADI PRAWIRADINATA, MCRP, Ph.D ): Iya. F-PAN (BUDI YOUYASTRI): Kemudian yang dimasukkan indeksnya di luar 3T ada atau tidak Pak? DEPUTI MENTERI PPN/KEPALA BAPPENAS BIDANG PENGEMBANGAN REGIONAL (Ir. RUDY SOEPRIHADI PRAWIRADINATA, MCRP, Ph.D ): Kami kemarin meminta informasi dari teman-teman di Kominfo juga, karena kita belum yang mengenai akses internetnya. Kami di Bappenas belum punya data yang lebih lengkap mengenai blank spot dimana-mana itu Pak. Jadi yang diluar 3T-nya. Jadi ini hanya betul-betul yang 3T butuh akses internet. Kalau tadi yang redefinisi itu kami siapkan untuk RPJMN 2020-2024, kami sedang mendalami termasuk tadi masukan dari Bapak dan Ibu sekalian, bahwa daerah tertinggal itu termasuk tertinggal karena internetnya. Nah, selama inikan kami mengevaluasi itukan 5 tahun sekali untuk daerah tertinggal ini. Mungkin kedepan daerah tertinggalnya termasuk internet mungkin harus lebih cepat, karena kan perkembangan internet itukan cepat sekali Pak. F-PDIP (ANDREAS HUGO PAREIRA):

Pimpinan. KETUA RAPAT (ASRIL HAMZAH TANJUNG, S.IP.):

Silakan Bapak Andreas.

F-PDIP (ANDREAS HUGO PAREIRA):

Bapak menyampaikan bahwa memperoleh data mengenai daerah blank spot itu. Nah, data mengenai daerah blank spot ini seharusnya diperoleh dari mana.

DEPUTI MENTERI PPN/KEPALA BAPPENAS BIDANG PENGEMBANGAN REGIONAL (Ir. RUDY SOEPRIHADI PRAWIRADINATA, MCRP, Ph.D ):

Teman-teman di Kominfo Pak. F-PDIP (ANDREAS HUGO PAREIRA): Dari Kominfo yang mengolah data itu sendiri atau data itu diperoleh dari daerah-daerah Pak. DIREKTUR UTAMA BADAN AKSESIBILITAS TELEKOMUNIKASI DAN INFORMASI (Ir. ANANG LATIF, S.T., M.Sc.):

Kami yang mendata Pak, dari data-data operator yang ada Pak. Jadi operator kan selama ini wajib menyampaikan data di mana mereka BTS dibangun. Berdasarkan data itu kami

Page 29: DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA … · Kementerian Komunikasi dan Informatika, Dirjen Anggaran Kementerian Keuangan, Deputi Pengembangan Regional Kementerian PPN/Bappenas,

29

memetakan daerah-daerah blank spot. Itu ada datanya ari kami Pak.

F-PDIP (ANDREAS HUGO PAREIRA):

Pimpinan, kalau seperti itu berarti sebenarnya persoalan lebih pada koordinasi antara Kominfo dengan Bappenas untuk memberikan data itu gitu.

DEPUTI MENTERI PPN/KEPALA BAPPENAS BIDANG PENGEMBANGAN REGIONAL (Ir. RUDY SOEPRIHADI PRAWIRADINATA, MCRP, Ph.D ):

Tadi kan kita berdasarkan 3 kriteria tadi untuk menentukan daerah 3T, berdasarkan 122 daerah tertinggal, kemudian berdasarkan 180 kecamatan lokasi prioritas dan termasuk desa tertinggal IPD berdasarkan indeks pembangunan desa. Nah, sebetulnya karena kita sudah mengcover diluar 122 daerah tertinggal jadi daerah 3T itu sudah termasuk juga apa namanya yang di luar daerah tertinggal, daerah maju. Jadi 3T ini sudah mengcover daerah maju. Mungkin kalau boleh saya tunjukan slide…. F-PDIP (ANDREAS HUGO PAREIRA):

Interupsi lagi, sebenarnya kalau definisi 3T itu masih agak abstrak ya, tapi data black spot itu sebenarnya konkrit sekali itu, itu sudah langsung merujuk pada wilayah gitu. Kalau kita mengkombinasikan antara dua itu bisa jadi malah sumir lagi informasi. Kalau data blank spot itu pasti ya memang sudah menunjukkan pada langsung pada indikator wilayah gitu.

Saya kira biar kita tidak terjebak di dalam definisi kemudian mempersulit kita, tapi kita gunakan ini langsung ini blank spot dimana saja itu. Dimana yang bisa dilakukan lebih dulu dan mana yang bisa dilakukan kemudian. Sehingga dengan demikian jelas di Bapak Sukamta punya daerah pemilihan yam au 3T atau bukan 3T itu ya pakai itu. Ini logiknya saja Pak, ketimbang kita berkutat dengan apa yang kita maksudkan definisi 3T tapi ya itu tidak langsung pada solusi buat persoalan. Persoalannya kan sinyal bukan yang lain-lain itum bukan soal pemenuhan kebutuhan makanan, minuman dan yang lain, tapi ini persoalan sinyal. Sinyal itu berkaitan dengan ada sinyal atau tidak ada sinyal. Tidak ada sinyal namanya blank spot, ada sinyak daerah yang terkonektifitasnya bagus. Itu saja sih menurut saya sederhana.

Terima kasih Pimpinan. F-PKS (H. SUKAMTA, Ph.D.):

Pimpinan, boleh saya nyambung Bapak Andreas. KETUA RAPAT (ASRIL HAMZAH TANJUNG, S.IP.):

Pak Sukamta silakan. F-PKS (H. SUKAMTA, Ph.D.):

Saya kira yang diusulkan Pak Deputi tadi ya itu bagus, artinya ada perubahan definisi untuk RPJMN berikutnya. Itu bagus, itu mungkin bisa menjadi 1 poin. Yang kedua dibuat point kedua, apa yang disampaikan Pak Andreas tadi soal daerah blank spot itu supaya bisa di akomodir di dalam peraturan yang ada dimasukkan saja di mana gitu, supaya ini bisa dimasukkan ke dalam penganggaran berikutnya. Babnya itukan sebetulnya, bagaimana caranya agar kita bisa membantu masyarakat yang tidak punya koneksi ke dunia digital itu karena hambatan peraturan, ini bisa kita jadi lega dan bisa kita bantu masyarakat itu, tidak disalahkan kita dalam membantu itu gitu. Dimasukkan saja dalam pointer kedua nanti, jadi ada point 1 dan point 2.

Begitu Pimpinan, usulan saya.

Page 30: DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA … · Kementerian Komunikasi dan Informatika, Dirjen Anggaran Kementerian Keuangan, Deputi Pengembangan Regional Kementerian PPN/Bappenas,

30

F-PAN (BUDI YOUYASTRI):

Pimpinan, lagi Pimpinan, penajaman. Saya sepakat dengan yang disampaikan Pak Sukamta yang penjelasan 3T sudah clear.

Pertanyaannya Pak Dirjen adalah yang desa tertinggal sesuai dengan diskusi kita 2017, itukan ada juga yang didefinisikan lokusnya itu bukan kabupaten tapi kecamatan dan desa. Nah, kan ini mengacu kepada indeks pembangunan desa.

Saya mengulang lagi pertanyaan ada enggak desa tertinggal yang ada di kabupaten tidak tertinggal. Datanya ada tidak Bapak, bisa kasihkan tidak, ada berapa desa yang desa tertinggal berada di kabupaten tidak tertinggal, dilur yang 385 desa. Itu yang kita butuhkan. KETUA RAPAT (ASRIL HAMZAH TANJUNG, S.IP.):

Silakan Bapak Rudi.

DEPUTI MENTERI PPN/KEPALA BAPPENAS BIDANG PENGEMBANGAN REGIONAL (Ir. RUDY SOEPRIHADI PRAWIRADINATA, MCRP, Ph.D ):

Ada Pak, ini karena memang sebenarnya kan kita kembali dengan 3 kriteria itu memang

kita ada yang desa tertinggal di luar daerah tertinggal kabupaten tertinggal, tapi ada kabupaten yang tidak tertinggal tapi ada desa tertinggalnya. Ini nanti kita coba inikan, di desa tertinggal ini kita sudah mencakup daerah-daerah yang diluar desa tertinggal. F-PAN (BUDI YOUYASTRI): Pimpinan, kita minta berapa jumlah desanya biar dimasukkan sebagai bagian dari kesimpulan. KETUA RAPAT (ASRIL HAMZAH TANJUNG, S.IP.): Ini apa sudah masuk dalam alur pikir. DEPUTI MENTERI PPN/KEPALA BAPPENAS BIDANG PENGEMBANGAN REGIONAL (Ir. RUDY SOEPRIHADI PRAWIRADINATA, MCRP, Ph.D ): Yang tadi itu Pak, yang 28.196 itu sudah termasuk desa-desa diluar daerah tertinggal. Tapi kita belum bicara mengenai mana yang perlu akses seluler itu. Kalau kita bicara seluler berarti lebih dikerucutkan lagi. Itu tadi yang 28.196 tadi yang dikesimpulan sudah mengambil data itu. Jadi itu adalah desa-desa yang berdasarkan 3 kriteria tadi, jadi ada desa-desa yang diluar daerah tertinggal. Kan kalau 122 daerah tertinggal itukan kabupaten, diluar kabupaten itu ada juga desa tertinggal. KETUA RAPAT (ASRIL HAMZAH TANJUNG, S.IP.): Masuk yang dalam 28.196. DEPUTI MENTERI PPN/KEPALA BAPPENAS BIDANG PENGEMBANGAN REGIONAL (Ir. RUDY SOEPRIHADI PRAWIRADINATA, MCRP, Ph.D ): Iya, 28.196 desa itu adalah desa tertinggal di 384 kabupaten kota. Itu berdasarkan kriteria itu, tapi kalau kebutuhan akan seluler bergerak di 3T itu hanya 7.666 desa. Makanya tadi saya katakan apakah kita mau merever kesini atau yang desa tertinggalnya saja. Karena kalau kita bicara desa tertinggal isunya masalahnya luas Pak, sosial ekonomi dan lain-lain. Kalau tadi mengenai yang blank spot saya pikir itu harus ada kriteria khusus juga Pak, karena mungkin daerahnya sudah maju ini yang tadi dikatakan di DKI pun ada yang blank spot. Jadi saya pikir

Page 31: DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA … · Kementerian Komunikasi dan Informatika, Dirjen Anggaran Kementerian Keuangan, Deputi Pengembangan Regional Kementerian PPN/Bappenas,

31

mungkin sebaiknya dipisahkan saja, supaya tidak campur-campur. Kalau mau dorong ya dalam kriteria apa, nanti tidak masuk juga kalau untuk isu sosial ekonominya. Saya pikir mungkin dipisah saja Pak. Terima kasih. KETUA RAPAT (ASRIL HAMZAH TANJUNG, S.IP.): Terima kasih Bapak Rudi. Kita memang dari akses selulernya juga bisa sekalian masuk. Coba lihat lagi Ibu, ditampilkan. F-PAN (BUDI YOUYASTRI): Pimpinan, saya bisa paham maksudnya. Kita kan terima penjelasan dari Bapak Dirjen tentang yang 3T, yang kesimpulan akhirnya yang sangat urgent itu 7.666 desa dari sekian kecamatan, itu kita terima. Akan tetapi yang kedua, ada juga desa tertinggal di kabupaten tertinggal yang juga ada desa yang memiliki blank spot banyak, itu harusnya juga menjadi kesimpukan kita sehingga itu yang menjadi pertimbangan Bakti untuk membuat perencanaannya di 2019. KETUA RAPAT (ASRIL HAMZAH TANJUNG, S.IP.): Oke, coba kita lihat kalau memang perlu kita taruh dipoint kedua seperti Pak Sukamta tadi kita isi. Coba kita baca dulu, diperbaiki ya.

1. Komisi I DPR RI menerima penjelasan dari Kementerian PPN/Bappenas terkait penentuan lokasi prioritas 3T (Tertinggal, Terdepan dan Terluar) di 28.196 desa di 385 kabupaten kota prioritas dan 7.666 desa di 1.475 kecamatan terhadap akses seluler bergerak dengan mengacu kriteria indeks pembangunan desa atu IPD. Sehubungan dengan hal tersebut Komisi I DPR RI mendesak Kementerian PPN/Bappenas untuk melakukan redefinisi lokasi 3T dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2020 dengan memasukkan akses data dalam kriteria IPD sehingga setiap warga negara Indonesia mendapatkan keadilan akses telekomunikasi data dan pelayanan bagi publik.

Dimana yang kurang masuk ini, Pak Rudi ini pasti ya tahu.

DEPUTI MENTERI PPN/KEPALA BAPPENAS BIDANG PENGEMBANGAN REGIONAL (Ir. RUDY SOEPRIHADI PRAWIRADINATA, MCRP, Ph.D ): Menambahkan setelah 2020 ada 2024 supaya clear. KETUA RAPAT (ASRIL HAMZAH TANJUNG, S.IP.): Ditambahkan sampai 2024.

1. Komisi I DPR RI menerima penjelasan dari Kementerian PPN/Bappenas terkait penentuan lokasi prioritas 3T (Tertinggal, Terdepan dan Terluar) di 28.196 desa di 385 kabupaten kota prioritas dan 7.666 desa di 1.475 kecamatan terhadap akses seluler bergerak dengan mengacu kriteria indeks pembangunan desa atu IPD. Sehubungan dengan hal tersebut Komisi I DPR RI mendesak Kementerian PPN/Bappenas untuk melakukan redefinisi lokasi 3T dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2020-2024 dengan memasukkan akses data dalam kriteria IPD sehingga setiap warga negara Indonesia mendapatkan keadilan akses telekomunikasi data dan pelayanan bagi publik.

Sudah kita tambah RPJMN 2020-2024 dengan memasukkan akses data dalam kriteria

IPD sehingga setiap warga negara Indonesia mendapatkan keadilan akses telekomunikasi data

Page 32: DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA … · Kementerian Komunikasi dan Informatika, Dirjen Anggaran Kementerian Keuangan, Deputi Pengembangan Regional Kementerian PPN/Bappenas,

32

dan pelayanan bagi publik. Itu yang permintaan Bapak Rudi. Silakan.

DEPUTI MENTERI PPN/KEPALA BAPPENAS BIDANG PENGEMBANGAN REGIONAL (Ir. RUDY SOEPRIHADI PRAWIRADINATA, MCRP, Ph.D ):

Boleh saya tambahkan sedikit lagi ya Pak. Jadi itu sudah benar “Komisi I DPR RI menerima penjelasan dari Kementerian PPN/Bappenas terkait penentuan lokasi prioritas 3T (Tertinggal, Terdepan dan Terluar) di 28.196 desa di 385 kabupaten kota prioritas dan kebutuhan akses internet di 7.666 desa di 1.475 kecamatan terhadap akses seluler bergerak dengan mengacu kriteria indeks pembangunan desa atau IPD”. KETUA RAPAT (ASRIL HAMZAH TANJUNG, S.IP.): “Dan kebutuhan akses internet di 7.666 desa”. Ada lagi? Mungkin Bapak Anang, betul tidak ini? DIREKTUR UTAMA BADAN AKSESIBILITAS TELEKOMUNIKASI DAN INFORMASI (Ir. ANANG LATIF, S.T., M.Sc.): Mungkin akses komunikasi saja Pak. KETUA RAPAT (ASRIL HAMZAH TANJUNG, S.IP.): Oke. DIREKTUR UTAMA BADAN AKSESIBILITAS TELEKOMUNIKASI DAN INFORMASI (Ir. ANANG LATIF, S.T., M.Sc.): Jadi bisa seluler bisa data Pak. KETUA RAPAT (ASRIL HAMZAH TANJUNG, S.IP.): Ini lebih simple. DEPUTI MENTERI PPN/KEPALA BAPPENAS BIDANG PENGEMBANGAN REGIONAL (Ir. RUDY SOEPRIHADI PRAWIRADINATA, MCRP, Ph.D ): Itu terhadap kesininya dihapus. KETUA RAPAT (ASRIL HAMZAH TANJUNG, S.IP.): Yang mana yang dihapus. DEPUTI MENTERI PPN/KEPALA BAPPENAS BIDANG PENGEMBANGAN REGIONAL (Ir. RUDY SOEPRIHADI PRAWIRADINATA, MCRP, Ph.D ): Terhadap kesininya Pak. KETUA RAPAT (ASRIL HAMZAH TANJUNG, S.IP.): Terhadap akses seluler bergerak.

Page 33: DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA … · Kementerian Komunikasi dan Informatika, Dirjen Anggaran Kementerian Keuangan, Deputi Pengembangan Regional Kementerian PPN/Bappenas,

33

DEPUTI DEPUTI MENTERI PPN/KEPALA BAPPENAS BIDANG PENGEMBANGAN REGIONAL (Ir. RUDY SOEPRIHADI PRAWIRADINATA, MCRP, Ph.D ): Terus sampai IPD saja. KETUA RAPAT (ASRIL HAMZAH TANJUNG, S.IP.): Coba hapus. F-PKS (H. SUKAMTA, Ph.D.): Komunikasi jangan dibatasi pada voice ya Pak. DIREKTUR UTAMA BADAN AKSESIBILITAS TELEKOMUNIKASI DAN INFORMASI (Ir. ANANG LATIF, S.T., M.Sc.): Kita kedepan sekaligus data Pak. F-PAN (BUDI YOUYASTRI): Pimpinan, kita rasanya dulu pernah dalam kesimpulan rapat dengan Bapak Menteri juga menyepakati kita memprioritaskan jangan masang lagi 2G lah, kalau bisa 4G ya 4G. Itu sudah disepakati kan. F-PKS (H. SUKAMTA, Ph.D.): Kalau bisa dieksplisitkan saja sekarang, jangan dihaluskan lagi nanti jadi kabur lagi nanti Pak. DIREKTUR UTAMA BADAN AKSESIBILITAS TELEKOMUNIKASI DAN INFORMASI (Ir. ANANG LATIF, S.T., M.Sc.): Silakan Pak, buat kami tidak masalah meman kami rencananya akan membangun jaringan seluler 4G kedepan. Cuma kalimatnya tadi itu akses bergerak seluler, bukan seluler bergerak, ketuker ya. Kalau masih menggunakan kalimat itu. KETUA RAPAT (ASRIL HAMZAH TANJUNG, S.IP.): Jadi dengan akses komunikasi ini cukup. DIREKTUR UTAMA BADAN AKSESIBILITAS TELEKOMUNIKASI DAN INFORMASI (Ir. ANANG LATIF, S.T., M.Sc.): Jadi kembali semula akses bergeral seluler, komunikasinya hilang. KETUA RAPAT (ASRIL HAMZAH TANJUNG, S.IP.): Ya, cukup. DEPUTI MENTERI PPN/KEPALA BAPPENAS BIDANG PENGEMBANGAN REGIONAL (Ir. RUDY SOEPRIHADI PRAWIRADINATA, MCRP, Ph.D ): Menambahkan saja tadi yang….

Page 34: DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA … · Kementerian Komunikasi dan Informatika, Dirjen Anggaran Kementerian Keuangan, Deputi Pengembangan Regional Kementerian PPN/Bappenas,

34

F-PDIP (ANDREAS HUGO PAREIRA): Bapak Pimpinan, mengenai data seluler 7.666 desa di 1.475 kecamatan. Nah, kita perlu menggunakan fix data seperti itu atau kita lebih fleksible di dalam artinya pendefinisian kesimpulan ini. Kalau itu harus ada targetnya persis kapan-kapan kita harus selesai sampai dengan jumlah itu 7.666 desa. Karena di Indonesia ini ada 74 ribu desa. KETUA RAPAT (ASRIL HAMZAH TANJUNG, S.IP.): Pak Rudi, maksudnya jangan sampai tahu-tahu lebih dari 7.666 desa. Ini kata-katanya perlu dianukan, di sekitar itu mungkin, coba. Pak Rudi silakan. DEPUTI MENTERI PPN/KEPALA BAPPENAS BIDANG PENGEMBANGAN REGIONAL (Ir. RUDY SOEPRIHADI PRAWIRADINATA, MCRP, Ph.D ): Ini sebenarnya daerah yang prioritas Pak, jadi sebenarnya kalau kita bicara angka mungkin bisa agak lebih, tapi ini yang diprioritaskan paling tidak harus mencapai ini Pak. Kalau bisa lebih sama dengan target kemiskinan kan, minimum turun 10%. KETUA RAPAT (ASRIL HAMZAH TANJUNG, S.IP.): Ya, maksudnya diprioritaskan. DEPUTI MENTERI PPN/KEPALA BAPPENAS BIDANG PENGEMBANGAN REGIONAL (Ir. RUDY SOEPRIHADI PRAWIRADINATA, MCRP, Ph.D ): Jadi targetnya kita untuk mencapai ini, kalau kurang dari ini ya berarti performancenya kurang bagus, tapi kalau lebih ya bagus gitu Pak, seperti target pembangunan itu Pak. KETUA RAPAT (ASRIL HAMZAH TANJUNG, S.IP.): Karena ini bisa saja bertambah atau berkurang, tapi prioritasnya sekian mungkin sesuai dengan kemampuan Bappenas. F-PDIP (ANDREAS HUGO PAREIRA): Saya minta mungkin dari Bakti memberikan tanggapan soal ini, jumlah angka ini 7.666 desa. KETUA RAPAT (ASRIL HAMZAH TANJUNG, S.IP.): Silakan Bapak Anang. DIREKTUR UTAMA BADAN AKSESIBILITAS TELEKOMUNIKASI DAN INFORMASI (Ir. ANANG LATIF, S.T., M.Sc.): Izin Pak, jadi kami sudah melakukan analisa terhadap 7.666 desa ini memang banyak irisan yang tidak masuk dalam 7.666 ini. Jadi kalau kami boleh saran sih, itu angka 76 sudah dimunculkan Pak. Jadi kita bisa mereverensi kepada angka yang 28 ribu desa itu Pak. KETUA RAPAT (ASRIL HAMZAH TANJUNG, S.IP.): Oke, Pak Andreas ya. Ini maksudnya prioritas ya bisa lebih bisa kurang, ini khawatirnya nanti tidak nyambung

Page 35: DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA … · Kementerian Komunikasi dan Informatika, Dirjen Anggaran Kementerian Keuangan, Deputi Pengembangan Regional Kementerian PPN/Bappenas,

35

dengan kebutuhan anggaran berikutnya. Coba kita baca lagi dari atas. DEPUTI MENTERI PPN/KEPALA BAPPENAS BIDANG PENGEMBANGAN REGIONAL (Ir. RUDY SOEPRIHADI PRAWIRADINATA, MCRP, Ph.D ): Boleh sedikit Pak, supaya kalimatnya pas saja Pak. Itu yang prioritasnya bukan disitu akan tetapi dibawah, dipindah sesudah 1.475 kecamatan. Jadi itukan data keseluruhan tapi yang prioritas itu dipindah kesitu, yang diatas dihapus. KETUA RAPAT (ASRIL HAMZAH TANJUNG, S.IP.): Mana yang 7.666 desa itu, ditambah dimana Pak Rudi. DEPUTI MENTERI PPN/KEPALA BAPPENAS BIDANG PENGEMBANGAN REGIONAL (Ir. RUDY SOEPRIHADI PRAWIRADINATA, MCRP, Ph.D ): Di bawah Pak, mencakup 7.666 desa di 1.475 kecamatan prioritas. KETUA RAPAT (ASRIL HAMZAH TANJUNG, S.IP.): Iya, di 1.475 kan. DEPUTI MENTERI PPN/KEPALA BAPPENAS BIDANG PENGEMBANGAN REGIONAL (Ir. RUDY SOEPRIHADI PRAWIRADINATA, MCRP, Ph.D ): Iya betul. KETUA RAPAT (ASRIL HAMZAH TANJUNG, S.IP.): Ini sudah betul ya, oke. F-PKS (H. SUKAMTA, Ph.D.): Pimpinan, sebentar Pimpinan. Saya memastikan saja apakah seluruh wilayah blank spot yang ada di seluruh Indonesia Pak, itu sudah masuk di angka itu Pak. DEPUTI MENTERI PPN/KEPALA BAPPENAS BIDANG PENGEMBANGAN REGIONAL (Ir. RUDY SOEPRIHADI PRAWIRADINATA, MCRP, Ph.D ): Kalau blank spot saya belum, mungkin dari tempat Bapak. DIREKTUR UTAMA BADAN AKSESIBILITAS TELEKOMUNIKASI DAN INFORMASI (Ir. ANANG LATIF, S.T., M.Sc.): Tidak Pak, banyak yang masih diluar itu Pak. F-PKS (H. SUKAMTA, Ph.D.): Pimpinan, jadi ada wilayah-wilayah yang saya sebut tadi yang Pak Andreas sebut tadi itu tidak masuk di angka itu Pak. Sehingga saya agak keberatan kalau pakai angka yang pasti dan mutlak seperti itu. Karena nanti pasti wilayah-wilayah yang ada di DKI, yang ada di DIY, di NTT yang tidak masuk itu, itu tidak bisa disentuh oleh anggaran.

Page 36: DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA … · Kementerian Komunikasi dan Informatika, Dirjen Anggaran Kementerian Keuangan, Deputi Pengembangan Regional Kementerian PPN/Bappenas,

36

KETUA RAPAT (ASRIL HAMZAH TANJUNG, S.IP.): Pak Sukamta, tadi beliau sudah mengatakan ini yang diprioritaskan bukan jumlahnya sudah pasti segini. Bagaimana Bapak Rudi dan Bapak Anang? F-PDIP (ANDREAS HUGO PAREIRA): Pimpinan, itu yang tadi saya maksud. Kalau kriterianya yang seperti ini dalam arti daerah tertinggal, terdepan dan terluar dengan kriteria yang digunakan oleh Bappenas sampai dengan saat ini, itu nanti tidak tercover semua. Ini yang dimaksudkan tadi itu, dan ini rujukan 7.666 desa itukan lebih kepada kriteria ada yang sekarang gitu. Lebih baik data informai yang blank spot dari Kominfo itu jauh lebih sederhana gitu, untuk kemudian diantisipasi langsung oleh perencanaan dalam Bappenas dan kemudian Kementerian Keuangan. Kalau kita pakai data yang abstrak kemudian kita merujuk pada hal yang konkrit data yang tidak kena, definisi yang tidak pas kemudian kita merujuk mengimplementasikan itu, mendetailkan itu kepada hal yang konkrit nanti tidak nyambung.

Nanti apa yang kita maksudkan itu, misalnya ada laporan-laporan dari daerah itu yang blank spot yang tidak masuk di dalam kriteria 3T itu tidak tercover oleh anggaran dari anggaran yang disiapkan oleh yang diperencaan anggaran yang dibuat oleh Bakti dan didukung oleh Kementerian Keuangan. Inikan persoalan definisi, definisi yang apakah definisi ini menjelaskan realita atau tidak gitu. Kalau dia tidak menjelaskan realita yang ada itu akan menyebabkan implementasi dan pelaksanaan juga tidak pas. Nah, itu yang saya kira dari tadi Bapak Budi dan Bapak Sukamta kita sampaika tadi gitu. Jadi ini Bapak Rudi dari Bappenas yang saya hormati. Terima kasih. KETUA RAPAT (ASRIL HAMZAH TANJUNG, S.IP.): Memang kalau kita tanya ke Kominfo ini data pastinya blank spot itukan belum ada kelihatannya. Coba bagaimana Bapak Anang, kalau tidak kita tambahin lagi disini. DIREKTUR UTAMA BADAN AKSESIBILITAS TELEKOMUNIKASI DAN INFORMASI (Ir. ANANG LATIF, S.T., M.Sc.): Data kami sudah ada Pak, data jumlah desa yang blank spot kami sudah memiliki. KETUA RAPAT (ASRIL HAMZAH TANJUNG, S.IP.): Oke, nanti begini Bapak Andreas dan Bapak Sukamta. Tentang yang tidak masuk tadi, kita akan masukan di nomor berikutnya nomor dua atau nomor tiga yang blank spot. Jadi semuanya nanti akan tercover, coba kita lihat dulu ini pasti kita akan masukan kalau memang sudah ada di Kominfo apalagi di Bakti ini enak ini. Kita ulangi ya.

1. Komisi I DPR RI menerima penjelasan dari Kementerian PPN/Bappenas terkait penentuan lokasi prioritas 3T (Tertinggal, Terdepan dan Terluar) yang mencakup 28.196 desa di 385 kabupaten kota dan kebutuhan akses bergerak seluler yang mencakup 7.666 desa di 1.475 kecamatan prioritas. Sehubungan dengan hal tersebut, Komisi I DPR RI mendesak Kementerian PPN/Bappenas untuk melakukan redefinisi lokasi 3T dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2020-2024 dengan memasukkan akses data dalam kriteria IPD sehingga setiap warga negara Indonesia mendapatkan keadilan akses telekomunikasi data dan pelayanan bagi publik. Nanti yang blank spot kita masukkan dibelakangnya.

Page 37: DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA … · Kementerian Komunikasi dan Informatika, Dirjen Anggaran Kementerian Keuangan, Deputi Pengembangan Regional Kementerian PPN/Bappenas,

37

F-PKS (H. SUKAMTA, Ph.D.): Pimpinan, terima kasih untuk memasukkan wilayah blank spot di point kedua. Saya fokus di point satu dulu ya, point satu ini ada dua point yang penting. Yang point pertama adalah masuknya 28 ribu sekian desa 3T dan 7.666 desa tidak ada akses bergerak seluler, itu point satu. Point kedua adalah redefinisi tentang kriteria. Nah, saya berharap revisi tentang kriteria ini, itu bukan hanya menyangkut 7 ribu desa itu atau 28 ribu desa itu. Karena revisi kriteria inikan sebetulnya untuk memasukkan wilayah-wilayah yang secara kabupaten itu sudah maju, tidak masuk kabupaten 3T tetapi memang faktanya itu memang masih ketinggalan sambungan telekomunikasi Pak. Nah, bagaimana caranya agar redefinisi itu bisa bermanfaat untuk menambahkan cakupan jumlah desa, bukan hanya yang ada di kabupaten 3T itu. Jadi basisnya tidak lagi kabupaten 3T tapi betul-betul desa yang memenuhi kriteria baru itu nantinya, sehingga jumlahnya akan meningkat di 2020-2024. Karena nanti di point kedua yang blank spot itu harapan kita bisa dimulai penyelesaiannya tahun ini tidak menunggu 2020. Tapi itu belum tentu selesai di tahun 2020, kalau itu tidak kita selesaikan hasil rapat kita inikan hanya mengikat di anggaran sampai 2019 nanti. Tapi di perencanaan yang dibuat oleh Bappenas yang baru harapan kita itu masuk. Nah, sehingga kalau point satu tentang jumlah desa itu diakomodir oke tapi point kedua tentang masuknya kriteria baru harapan saya itu bisa menambah jumlah desa yang belum tercakup disitu akan tetapi sesungguhnya akan masuk kriteria baru itu Pak. Terima kasih. KETUA RAPAT (ASRIL HAMZAH TANJUNG, S.IP.): Ini bagaimana Pak Sukamta sudah cocok nanti kita tambah yang baru atau ada tambahannya tentang redefinisi ini.

“untuk melakukan redefinisi lokasi 3T dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional” (RPJMN) 2020-2024”. F-PKS (H. SUKAMTA, Ph.D.): Agar desa-desa yang masuk kriteria baru itu bisa dimasukkan di dalam ditambahkan di dalam jumlah desa yang sekarang ada masuk di 3T itu Pak. Mungkin bahasanya bisa diedit. Terima kasih. KETUA RAPAT (ASRIL HAMZAH TANJUNG, S.IP.): Coba Bappenas silakan. DEPUTI MENTERI PPN/KEPALA BAPPENAS BIDANG PENGEMBANGAN REGIONAL (Ir. RUDY SOEPRIHADI PRAWIRADINATA, MCRP, Ph.D ): Terima kasih Pak. Saya pikir kalau dengan kalimat ini sudah mencukupi, mengcover bagaimana daerah yang 3T itu tertinggal itu termasuk tertinggal dari sisi telekomunikasi. Nah, kalau mau menambahkan blank spot saya rasa dilihat dari definisi apa tujuan daripada kita membuat definisi 3T ini Pak. Kita membuat 3T inikan karena kita ingin mendorong pembangunan-pembangunan yang betul-betul masih sangat sulit. Sementara tadi kalau dari paparan Bapak dan Ibu sekalian, isu blank spot di desa Gunung Kidul yang sudah maju dengan daerah Pulau Seribu yang belum ini, itukan lebih bersifat memenuhi kebutuhan mungkin bukan kebutuhan dasarnya Pak. Sementara kita ingin mendorong 3T itu memang untuk bagaimana pelayanan dasar itu tercapai disana Pak. Nah, saya katakan mengenai bagaimana kita membutuhkan pelayanan dasar kesehatan dengan telemedicine, kita dorong internet kesana. Untuk sekolah Pendidikan yang jauh lebih luar terjadi di Papua, kita berikan dengan akses internet. Nah, kebutuhan itu kebutuhan memenuhi kebutuhan dasar 3T. Jadi lebih kepada kebutuhan, kalau tadi yang disampaikan Bapak dan Ibu

Page 38: DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA … · Kementerian Komunikasi dan Informatika, Dirjen Anggaran Kementerian Keuangan, Deputi Pengembangan Regional Kementerian PPN/Bappenas,

38

lebih kepada bagaimana memenuhi kebutuhan mungkin yang keempat dan kelimanya untuk berkomunikasi. Memang benar juga ada untuk sisis ekonominya akan tetapi kebutuhan dasarnya sudah terpenuhi karena daerahnya bukan daerah miskin lagi. Saya setuju dengan itu mungkin definisnya dibedakan Pak, karena kalau tidak nanti akan meledak juga. Akhirnya Pemerintah untuk mendorong 3T ini jadi tidak fokus malah Pak. Padahal tujuan utamanya adalah memenuhi pelayanan dasar dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Nah, saya pikir kalau ini bisa dipisah saya setuju adanya daerah blank spot yang bisa untuk dipenuhi oleh teman-teman di Kominfo yang juga termasuk di Bappenas yang infrastruktur mengenai ini, untuk memfokuskan kesana akan tetapi dengan kriteria yang berbeda, misalnya berbeda juga dengan 3T ini. Jadi saya rasa kalau saya boleh usul Pak, 3T ini yang tadi dipisah saja dengan yang blank spot. Jadi dua kriteria, jadi kesepakatannya jadi dua point yang berbeda. Supaya nanti waktu kita meredefinisi 3T ini kita fokusnya tetap meningkatkan kesejahteraan masyarakat Pak, yang mendasar maksudnya. Sekian, terima kasih. KETUA RAPAT (ASRIL HAMZAH TANJUNG, S.IP.): Saya rasa benar ya, jadi yang nomor satu ini kita masih memisahkan yang blank spot belum masuk sini. Jadi kita fokus kepada 3T ini. F-GERIDRA (H. BIEM TRIANI BENJAMIN, B.Sc., M.M.): Pimpinan, pertanyaan kepada Bakti dengan kesimpiulan seperti ini apakah Bakti bisa bergerak di blank spot itu yang tidak termasuk 3T. Dengan seperti ini bisa bergerak tidak pertanyaannya. KETUA RAPAT (ASRIL HAMZAH TANJUNG, S.IP.): Justru nanti di point berikutnya blank spotnya kita masukkan Pak Biem, rencananya begitu. Ini membahas 3T saja, nanti yang blank spot masuk ke nomor selanjutnya, kalau tidak maka tidak bisa bergerak ini Pak Anang kasihan. F-PDIP (ANDREAS HUGO PAREIRA): Setuju Pimpinan, ini ibaratnya obat ini obat utamanya nanti yang kedua suplemennya. KETUA RAPAT (ASRIL HAMZAH TANJUNG, S.IP.): Oke, kita baca ya. Coba nomor satu lagi.

1. Komisi I DPR RI menerima penjelasan dari Kementerian PPN/Bappenas terkait penentuan lokasi prioritas 3T (Tertinggal, Terdepan dan Terluar) yang mencakup 28.196 desa di 385 kabupaten kota dan kebutuhan akses bergerak seluler yang mencakup 7.666 bisa di 1.475 kecamatan prioritas. Sehubungan dengan hal tersebut Komisi I DPR RI mendesak Kementerian PPN/Bappenas untuk melakuan redefinisi lokasi 3T dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2020-2024 dengan memasukkan akses data dalam kriteria IPD, sehingga setiap negara Indonesia mendapatkan keadilan akses telekomunikasi data dan pelayanan publik. Setuju?

(RAPAT: SETUJU)

Page 39: DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA … · Kementerian Komunikasi dan Informatika, Dirjen Anggaran Kementerian Keuangan, Deputi Pengembangan Regional Kementerian PPN/Bappenas,

39

F-GERIDRA (H. BIEM TRIANI BENJAMIN, B.Sc., M.M.): Pimpinan, saya pada dasarnya setuju prinsipnya tapi ini kita bicara desa dan kabupaten

kota 385. Dibawahnya itu 7.666 desa dan 1.475 kecamatan. Untuk konsistensinya saja yang diatas bicara kabupaten kota lalu dibawah kecamatan. Ini baiknya seperti apa, apakah diatas juga dituliskan berapa kecamatan.

KETUA RAPAT (ASRIL HAMZAH TANJUNG, S.IP.): Kita serahkan kepada Bappenas, begini. Setuju Pak? Sudah ada, memang sama seperti digambarkan Bapak Biem tadi. Sama kan seperti yang diminta beliau sama kan? DEPUTI MENTERI PPN/KEPALA BAPPENAS BIDANG PENGEMBANGAN REGIONAL (Ir. RUDY SOEPRIHADI PRAWIRADINATA, MCRP, Ph.D ): Ini betul, tadi oleh Bapak Biem itu antara kabupaten dan diatas kabupaten dibawah kecamatan itu. Nanti kita coba lengkapi Pak, ini data masih kabupaten kota. Saya harus cek dulu, tapi kita lengkapi nanti Pak. KETUA RAPAT (ASRIL HAMZAH TANJUNG, S.IP.): Oke, Pak Biem ya. Lanjut sekarang nomor dua.

2. Komisi I DPR RI mendesak Badan Aksesibilitas Telekomunikasi dan Informatika Kementerian Komunikasi dan Informatika (BAKTI) Kemkominfo untuk melaksanakan ketentuan lokasi 3T yang mencakup 28.196 desa di 385 kabupaten kota dan kebutuhan akses bergerak seluler yang mencakup 7.666 desa di 1.475 kecamatan prioritas serta wilayah blank spot terkait dengan pembangunan infrastruktur akses telekomunikasi dan akses data diseluruh wilayah NKRI. Bagaimana Bapak Anang ini bagiannya, ada yang perlu diperbaiki atau sudah setuju.

Silakan ini kita ulangi yang diatas dimasukkan sekarang data yang tentang blank spot. Silakan Bapak Anang. DIREKTUR UTAMA BADAN AKSESIBILITAS TELEKOMUNIKASI DAN INFORMASI (Ir. ANANG LATIF, S.T., M.Sc.): Terima kasih. Sedikit koreksi saja Pak, BAKTI (Badan Aksesibiltas Komunikasi dan Informasi). Kementeriannya itu benar Informatika tapi BAKTI-nya Informasi Pak. KETUA RAPAT (ASRIL HAMZAH TANJUNG, S.IP.): Yang dalam kurung maksudnya. DIREKTUR UTAMA BADAN AKSESIBILITAS TELEKOMUNIKASI DAN INFORMASI (Ir. ANANG LATIF, S.T., M.Sc.): Izin Pak, itu yang kami memahami butir dua ini untuk mendesak kami membangun lokasi yang dibutir satu. Nah, sertanya itu sebenarnya point tersendiri. Jadi itu isu tersendiri yang saran kami itu dipisahkan di butir selanjutnya Pak. Itu berawal dari Bappenas katakanlah nanti Bapak Rudi akan menyampaikan kira-kira usulannya seperti apa.

Page 40: DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA … · Kementerian Komunikasi dan Informatika, Dirjen Anggaran Kementerian Keuangan, Deputi Pengembangan Regional Kementerian PPN/Bappenas,

40

KETUA RAPAT (ASRIL HAMZAH TANJUNG, S.IP.): Silakan Bapak Rudi. DEPUTI MENTERI PPN/KEPALA BAPPENAS BIDANG PENGEMBANGAN REGIONAL (Ir. RUDY SOEPRIHADI PRAWIRADINATA, MCRP, Ph.D ): Usul saja Pak, karena sebenarnya blank spot ini sudah pasti akan mencakup diluar yang 3T. Saya pikir tidak usah disambungkan lagi, karena sudah ada diatasnya, tidak perlu mengulang. Bahwa sepakat untuk mengidentifikasi daerah blank spot untuk disediakan akses komunikasi. Mungkin seperti itu Pak, saya tidak tahu persis kalimatnya. Tapi tidak perlu menyebutkan lagi karena diatas sudah ada. KETUA RAPAT (ASRIL HAMZAH TANJUNG, S.IP.): Jadi di point dua ini kata-kata blank spot dipisahkan menurut Bapak Anang ini, dijadikan nomor 3. DEPUTI MENTERI PPN/KEPALA BAPPENAS BIDANG PENGEMBANGAN REGIONAL (Ir. RUDY SOEPRIHADI PRAWIRADINATA, MCRP, Ph.D ): Tidak perlu, langsung ke blank spot saja Pak. KETUA RAPAT (ASRIL HAMZAH TANJUNG, S.IP.): Jadi satu saja. DEPUTI MENTERI PPN/KEPALA BAPPENAS BIDANG PENGEMBANGAN REGIONAL (Ir. RUDY SOEPRIHADI PRAWIRADINATA, MCRP, Ph.D ): Jangan, maksud saya tetap di point dua tapi Komisi I DPR RI mendesak BAKTI untuk…. KETUA RAPAT (ASRIL HAMZAH TANJUNG, S.IP.): Untuk menentukan lokasi 3T. DEPUTI MENTERI PPN/KEPALA BAPPENAS BIDANG PENGEMBANGAN REGIONAL (Ir. RUDY SOEPRIHADI PRAWIRADINATA, MCRP, Ph.D ): Tidak perlu lagi karena diatas sudah ada Pak. KETUA RAPAT (ASRIL HAMZAH TANJUNG, S.IP.): Diatas sudah ya. DEPUTI MENTERI PPN/KEPALA BAPPENAS BIDANG PENGEMBANGAN REGIONAL (Ir. RUDY SOEPRIHADI PRAWIRADINATA, MCRP, Ph.D ): Iya. KETUA RAPAT (ASRIL HAMZAH TANJUNG, S.IP.): Yang blank spot kita masukkan dimana ini Bapak Anang.

Page 41: DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA … · Kementerian Komunikasi dan Informatika, Dirjen Anggaran Kementerian Keuangan, Deputi Pengembangan Regional Kementerian PPN/Bappenas,

41

F-PAN (BUDI YOUYASTRI): Kalau saya usul itu dihapus saja, untuk melaksanakan ketentuan lokasi 3T sampai 7.666 desa, kecamatannya dihapus. KETUA RAPAT (ASRIL HAMZAH TANJUNG, S.IP.): Lanjut Bapak Budi, berikan masukan yang terkait blank spot ini dimasukkan langsung disini nomor dua. F-PAN (BUDI YOUYASTRI): Untuk membangun infrastruktur telekomunikasi dan komunikasi di wilayah yang blank spot dan tidak ada akses internetnya. KETUA RAPAT (ASRIL HAMZAH TANJUNG, S.IP.): Untuk membangun infrastruktur akses komunikasi dan akses data di wilayah blank spot. Coba kita baca lagi. Bapak Anang setuju? Silakan. DIREKTUR UTAMA BADAN AKSESIBILITAS TELEKOMUNIKASI DAN INFORMASI (Ir. ANANG LATIF, S.T., M.Sc.): Sedikit menyampaikan konsen Bapak Menteri Pak, terkait dengan lokasi. Jadi walau kita bisa punya data, memiliki data yang katankanah blank spot dari kami tetapi Kominfo membutuhkan endorcement dari Bappenas untuk mengendorce daerah itu. Kita sih ada blank spot kita bangun tetapi jangan hanya inisiasi dari Kominfo saja Pak, tapi data itu diendorcement oleh KL lain yang berwenang. F-PDIP (ANDREAS HUGO PAREIRA): Bapak, saya setuju karena inikan menyangkut perencanaan. Oleh karena itu, Komisi I DPR RI meminta kepada Bappenas untuk memperhatikan data-data blank spot dari Kominfo untuk ditindalanjuti oleh Bakti di dalam pelaksanaannya. Jadi policy itu harus juga datang dari Bappenas, jadi policy bahwa menggunakan data blank spot dari Kominfo, bahwa Bappenas juga perlu memperhatikan data blank spot dari Kominfo untuk kemudian itu menjadi kebijakan bagi Kominfo untuk menindaklanjuti membangun infrastruktur akses telekomunikasi dan akses data di wilayah NKRI yang masih blank spot. Jadi data yang dari Kominfo itu perlu menjadi kebijakan oleh Bappenas. KETUA RAPAT (ASRIL HAMZAH TANJUNG, S.IP.): Kalau gitu ditambahkan saja kata-katanya. F-PDIP (ANDREAS HUGO PAREIRA): Jadi begini, “Komisi I DPR RI meminta kepada Bappenas untuk memperhatikan dan menggunakan informasi data blank spot dari Kominfo untuk menjadi kebijakan di dalam pembangunan infrastruktur akses telekomunikasi dan akses data di wilayah NKRI yang masih blank spot”. Jadi Komisi I DPR RI meminta kepada Bappenas, sesuai dengan apa yang kita diskusikan tadi. Karena Kominfo ini, Bakti khususnya memerlukan payung policynya gitu.

Page 42: DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA … · Kementerian Komunikasi dan Informatika, Dirjen Anggaran Kementerian Keuangan, Deputi Pengembangan Regional Kementerian PPN/Bappenas,

42

F-PAN (BUDI YOUYASTRI): Begini, kalau boleh usul. Jadi dua yang harus dijadikan konsideran untuk Bakti melaksanakan. Satu adalah Bappenas punya kriteria terhadap indeks pembangunan desa, ada desa-desa tertinggal yang diluar 3T. Yang kedua, ada data dari Kemkominfo sendiri atas daerah-daerah yang blank spot. Dua-duanya itu dijadikan konsideran oleh Bakti untuk melakukan prioritas kegiatannya di 2019. KETUA RAPAT (ASRIL HAMZAH TANJUNG, S.IP.): Menurut saya nomor dua ini jangan hanya mendesak Kominfo. F-PAN (BUDI YOUYASTRI): Pimpinan, jadi mendesaknya itu betul tapi konsiderannya ada dua. Satu adalah menentukan locusnya berdasarkan lokasi desa tertinggal di luar 3T yang ditentukan oleh Bappenas. Yang kedua adalah lokasi yang berdasarkan data yang dimiliki Kominfo tentang daerah yang blank spot. Jadi ada dua. KETUA RAPAT (ASRIL HAMZAH TANJUNG, S.IP.): Coba, lebih baik kita gabung seperti Bapak Budi tadi. Dua-duanya masuk Bappenas kemudian Bakti juga cakup. Cuma kata-katanya yang baik itu bagaimana. “Mendesak Kementerian PPN/Bappenas untuk menindaklanjuti data wilayah blank spot dari Kemkominfo…”. Yang disampaikan Bapak Budi tadi ada dua. F-PAN (BUDI YOUYASTRI): Pimpinan, boleh Pimpinan. KETUA RAPAT (ASRIL HAMZAH TANJUNG, S.IP.): Silakan Bapak Budi. F-PAN (BUDI YOUYASTRI): Bapak Deputi saya mau mengkonfirmasikan ada wilayah di luar 3T yang desanya masih desa tertinggal. Betul ya Bapak Deputi? Kemudian Kemkominfo punya data juga terhadap daerah-daerah yang masih memiliki blank spot. Sedangkan daerah desa tertinggal yang diluar 3T itu Bappenas punya kriterianya dan punya rujukannya Pak. Penetapannya sudah ditentukan oleh Bappenas atau belum. Bukan, untuk yang desa tertinggalnya. Punya kan? Data itu kita gunakan menjadi dasar Bakti untuk menyusun program kegiatannya. Bisa ya Pak? DEPUTI MENTERI PPN/KEPALA BAPPENAS BIDANG PENGEMBANGAN REGIONAL (Ir. RUDY SOEPRIHADI PRAWIRADINATA, MCRP, Ph.D ): Kalau data yang ada sudah disepakati berdasarkan itu data umum Pak, bisa diriver oleh semua Kementerian Lembaga tidak masalah. Bakti pun menggunakan tidak masalah Pak. Jadi tidak perlu endercement dari Bappenas, karena itu sudah Perpres 131 tahun 2015. F-PAN (BUDI YOUYASTRI): Itu desa yang tertinggal atau desa di kabuaten tertinggal atau desa tertinggal diluar 3T.

Page 43: DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA … · Kementerian Komunikasi dan Informatika, Dirjen Anggaran Kementerian Keuangan, Deputi Pengembangan Regional Kementerian PPN/Bappenas,

43

DEPUTI MENTERI PPN/KEPALA BAPPENAS BIDANG PENGEMBANGAN REGIONAL (Ir. RUDY SOEPRIHADI PRAWIRADINATA, MCRP, Ph.D ): Itu desa di deerah tertinggal. Nah, tadi desa yang dikeluarkan yang di 28.196 desa itu mengcover desa yang daerah tertinggal. Karena itu mencakup juga daerah perbatasan dan termasuk indek pembangunan desa. Saya tidak punya kewenangan kesana Pak, maksudnya diluar 3T itu apanya Pak? F-PAN (BUDI YOUYASTRI): Desa tertinggal diluar 3T ada kan? KETUA RAPAT (ASRIL HAMZAH TANJUNG, S.IP.): Pasti ada Pak, di kabupaten kota Jawa saja banyak yang belum dapat terutama yang blank spot itu. DEPUTI MENTERI PPN/KEPALA BAPPENAS BIDANG PENGEMBANGAN REGIONAL (Ir. RUDY SOEPRIHADI PRAWIRADINATA, MCRP, Ph.D ): Jadi begini, 122 desa tertinggal ini kan ada desa tertinggal di 122 kabupaten tertinggal ada desa tertinggal. Tapi di daerah perbatasan yang terluar ataupun yang kabupaten tidak tertinggal juga ada desa tertinggal. Jadi 3T itu sudah masuk semua desa tertinggal Pak. F-PDIP (ANDREAS HUGO PAREIRA): Pimpinan, saya kira kita merumuskan saja langsung. Usulan rumusan untuk point kedua sesuai dengan apa yang kita bicarakan dari tadi. Usulan rumusan point kedua untuk mengcover hal yang menyangkut data blank spot dari Kemkominfo tadi. Kan point pertama tadi kita sudah sepakat dengan catatan data blank spot dari Kemkominfo itu menjadi data yang menambah melengkapi Kominfo untuk melaksanakan tugas-tugasnya membangun infrastruktur akses telekomunikasi. Tapi Kominfo kan perlu payung kebijakan dari Bappenas. Saya kira itu pointnya dari tadi yang kita diskusikan itu, sehingga dengan demikian Bappenas mempunyai dasar juga untuk memberikan atau kebijakan untuk Kominfo untuk bisa atau Bakti khususnya untuk bisa melaksanakan tugas ini. Jadi tidak hanya nomor satu akan tetapi juga pada point kedua. F-PKS (H. SUKAMTA, Ph.D.): Pimpinan, menambahkan sedikit saja. DEPUTI MENTERI PPN/KEPALA BAPPENAS BIDANG PENGEMBANGAN REGIONAL (Ir. RUDY SOEPRIHADI PRAWIRADINATA, MCRP, Ph.D ): Bukan kewenangan saya Pak, untuk…. F-PDIP (ANDREAS HUGO PAREIRA): Tidak, maksudnya inikan dalam kesepakatan kita ini saya coba usulkan point rumusannya Pimpinan. Boleh Pimpinan. KETUA RAPAT (ASRIL HAMZAH TANJUNG, S.IP.): Silakan.

Page 44: DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA … · Kementerian Komunikasi dan Informatika, Dirjen Anggaran Kementerian Keuangan, Deputi Pengembangan Regional Kementerian PPN/Bappenas,

44

F-PKS (H. SUKAMTA, Ph.D.): Sebelum ini Pak, jadi yang saya tangkap begini Pimpinan. Sepengetahuan saya dari perbincangan selama ini. Jadi Bakti inikan mempunyai kewajiban untuk menyambungkan komunikasi, akses internet ke wilayah 3T saja, yang tidak 3T tidak. Bagaimana caranya agar blank spot itu bisa dikerjakan oleh Bakti juga Pak, dan Bakti tidak disalahkan secara hukum. Nah, itu pointnya sebenarnya itu karena kalau ini tidak dimasukkan di wilayah 3T Bakti tidak bisa menyentuh Pak. Sementara yang kita persoalkan kita ingin agar rakyat di luar 3T yang masih di blank spot itu juga mendapatkan asupan kerja negara. Itu pointnya Pak, jadi kalau Bapak mengatakan angkat tangan terus bagaimana kita rapat ini. KETUA RAPAT (ASRIL HAMZAH TANJUNG, S.IP.): Mungkin Bapak Anang bisa menjelaskan tidak. F-PDIP (ANDREAS HUGO PAREIRA): Pimpinan. KETUA RAPAT (ASRIL HAMZAH TANJUNG, S.IP.): Silakan. F-PDIP (ANDREAS HUGO PAREIRA): Saya coba ini, ini biar kita ada “Komisi I DPR RI meminta pada Kementerian PPN/Bappenas untuk menggunakan kriteria data blank spot dari Kemkominfo sebagai dasar kebijakan bagi Kemkominfo/Bakti untuk membangun infrastruktur akses telekomunikasi dan….” Seterusnya yang sudah dirumuskan diatas tadi “…dan akses data di wilayah NKRI yang masih blank spot”. Mudah-mudahan ini bisa menjadi jalan tengah Pak. DEPUTI MENTERI PPN/KEPALA BAPPENAS BIDANG PENGEMBANGAN REGIONAL (Ir. RUDY SOEPRIHADI PRAWIRADINATA, MCRP, Ph.D ): Tidak bisa menjawab ini Pak, sementara ini mohon maaf. Apakah saya tidak tahu mungkin Bakti itu bisa langsung ke Kominfonya Pak, yang tahu persis daerah-daerah mananya. Saya bukan mau lempar-lemparan, karena saya kan selama ini hanya membasis kepada wilayah yang tidak teknis seperti ini Pak. Apakah nanti mungin di level Menteri atau sebelum ke Bakti, Bappenas, kepada Kominfo dulu gitu Pak. Mungkin Kominfo dulu Pak, baru nanti ke Bappenas. Kalau boleh saya usul begitu Pak, karena ini levelnya mungkin bukan level di saya Pak, di level mungkin yang lebih tinggi. Nah, ada baiknya Bakti sebelum minta kepada Bappenas ke Kominfonya dulu. Kalau Kominfonya oke baru nanti berkomunikasi dengan Bappenas. Kalau Bakti ke Bappenas kan kayak ke saya misalnya bukan mitra langsung. KETUA RAPAT (ASRIL HAMZAH TANJUNG, S.IP.): Bagaimana ini, Ibu Farida ini. F-PAN (BUDI YOUYASTRI): Pimpinan, boleh Pimpinan. Aku masih ada penasaran dengan Bapak Deputi ini, tentang inikan ada peta sebaran desa tertinggal yang 20 ribu, bisa tidak ditayangkan di slidenya.

Page 45: DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA … · Kementerian Komunikasi dan Informatika, Dirjen Anggaran Kementerian Keuangan, Deputi Pengembangan Regional Kementerian PPN/Bappenas,

45

F-PKB (Drs. H. TAUFIQ R. ABDULLAH): Atau mungkin saya mau melengkapi Pimpinan. Pimpinan. KETUA RAPAT (ASRIL HAMZAH TANJUNG, S.IP.): Silakan. F-PKB (Drs. H. TAUFIQ R. ABDULLAH): Inikan jumlah kabupaten tertinggal itu berapa Pak. DEPUTI MENTERI PPN/KEPALA BAPPENAS BIDANG PENGEMBANGAN REGIONAL (Ir. RUDY SOEPRIHADI PRAWIRADINATA, MCRP, Ph.D ): 122. F-PKB (Drs. H. TAUFIQ R. ABDULLAH): Oke, jadi data desa ini ada pertanyaan begini 3T itu basisnya desa atau kabupaten. DEPUTI MENTERI PPN/KEPALA BAPPENAS BIDANG PENGEMBANGAN REGIONAL (Ir. RUDY SOEPRIHADI PRAWIRADINATA, MCRP, Ph.D ): Desa Pak. F-PKB (Drs. H. TAUFIQ R. ABDULLAH): Artinya dari data desa itu, itu sesungguhnya sudah termasuk desa diluar kabupaten tertinggal. DEPUTI MENTERI PPN/KEPALA BAPPENAS BIDANG PENGEMBANGAN REGIONAL (Ir. RUDY SOEPRIHADI PRAWIRADINATA, MCRP, Ph.D ): Iya, kan tadi saya sudah katakan 3 kriteria itu. F-PKB (Drs. H. TAUFIQ R. ABDULLAH): Oke, itu artinya clear ya. Mungkin kita tidak usah debat soal itu lagi, karena desa di luar kabupaten tertinggal itu sudah tercakup disini. DEPUTI MENTERI PPN/KEPALA BAPPENAS BIDANG PENGEMBANGAN REGIONAL (Ir. RUDY SOEPRIHADI PRAWIRADINATA, MCRP, Ph.D ): Ada disitu Pak, yang tadi yang ini. F-PKB (Drs. H. TAUFIQ R. ABDULLAH): Oke, itu yang pertama. Yang kedua, pada point yang kedua biasanya dalam kasus-kasus seperti ini DPR RI mendesak kepada Badan atau Kementerin teknis atau badan-badan teknis itu selalu alasannya bahwa kami tidak berdaya, kami harus mendapatkan endorcement dari ini dari itu. Biasanya kalau dari pengalaman kami di Komisi kami sebelumnya itu Komisi dalam hal ini Komisi I DPR RI

Page 46: DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA … · Kementerian Komunikasi dan Informatika, Dirjen Anggaran Kementerian Keuangan, Deputi Pengembangan Regional Kementerian PPN/Bappenas,

46

meminta atau mendesak kepada Pemerintah, biasanya begitu Pak. Implementasinya adalah pada badan-badan teknis ini, sehingga dengan demikian ini bisa tidak terlalu ribet disini. Kalau begini nanti lempar-lemparan terus jadinya. Bappenas merasa kami tidak berdaya kalau tidak ada endorcement darimana atasannya. Hanya saya tidak tahu pengalaman di Komisi I DPR RI, kalau dengan keputusan seperti itu tingkat efektifitasnya seperti apa. Kalau selama ini mohon maaf saya dari Komisi IV DPR RI itu efektif, artinya kita bisa menagih ketika misalnya di dalam pelaksanaanya tidak bisa dijalankan dengan maksimal. Terima kasih Pimpinan. F-PAN (BUDI YOUYASTRI): Pimpinan, boleh Pimpinan. Aku sepakat dengan dinyatakan oleh Bapak Taufiq, tapi yang kedua yang menjadi penting buat saya tadi penegasan. Bahwa yang 20 ribu desa tadi itu adalah ada yang di dalam 3T, ada yang di luar 3T. Betul kan Pak? DEPUTI MENTERI PPN/KEPALA BAPPENAS BIDANG PENGEMBANGAN REGIONAL (Ir. RUDY SOEPRIHADI PRAWIRADINATA, MCRP, Ph.D ): Mungkin maksudnya diluar daerah kabupaten tertinggal. F-PAN (BUDI YOUYASTRI): Iya diluar kabupaten, definisi 3T itu adalah kabupaten selama ini yang dipakai. Belum ada yang menggunakan definisi 3T itu kecamatan maupun desa, tapi Bappenas punya definisi terhadap desa tertinggal sendiri dan itu yang kita butuhkan Pak. Paham ya Pak, jadi ada desa yang tertinggal diluar kabupaten tertinggal, ada kan? DEPUTI MENTERI PPN/KEPALA BAPPENAS BIDANG PENGEMBANGAN REGIONAL (Ir. RUDY SOEPRIHADI PRAWIRADINATA, MCRP, Ph.D ): Ada. F-PAN (BUDI YOUYASTRI): Ya sudah, itu menjadi prioritas yang dikerjakan oleh Bakti buat saya itu sudah cukup, kemudian dari blank spot. KETUA RAPAT (ASRIL HAMZAH TANJUNG, S.IP.): Yang disampaikan Bapak Taufiq tadi inikan antar Pemerintah ini, jadi kalau misalnya levelnya Bappenas ini khawatir Bakti langsung Bappenas harusnya Kominfo, maka beliau menyarankan Pemerintah. Ini benar juga sebenarnya, mungkin bagaimana pendapat Bapak Sukamta. F-PKS (H. SUKAMTA, Ph.D.): Jadi kembali kepada persoalan utama Pak, persoalan utamanya kan Bakti itu mengerjakan pekerjaan amanah Undang-Undangnya itu, itu ke wilayah 3T. 3T selama ini basisnya selalu kabupaten Pak, bagaimana caranya sekarang agar basis kabupaten itu direduksi menjadi desa, sehingga itu bisa masuk atau minimal kecamatan.

Page 47: DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA … · Kementerian Komunikasi dan Informatika, Dirjen Anggaran Kementerian Keuangan, Deputi Pengembangan Regional Kementerian PPN/Bappenas,

47

F-PAN (BUDI YOUYASTRI): Bapak Sukamta, aku sudah tahu jawabannya kan 20 ribu desa ini adalah desa tertinggal yang ada di kabupaten tertinggal maupun kabupaten tidak tertinggal. Itu sudah ada definisinya di Bappenas, itu yang kita pakai hanya list-nya kalau boleh kami diberikan. Jadi tahu di kabupaten mana saja. F-PKS (H. SUKAMTA, Ph.D.): Ada dua persoalan disitu, satu adalah basis pembangunan tadi itu kabupaten itu supaya bisa direduksi kedepan. Yang kedua, kata Bakti ada wilayan blank spot yang tidak termasuk 28 ribu itu, itu loh persoalannya. F-PDIP (ANDREAS HUGO PAREIRA): Pimpinan, makanya dari tadi kan kita pakai kriteria blank spot saja. Kalau kriteria blank spot kan langsung pada persoalan, tinggal sekarang bagaimana dari Bappenas ini mengendorcement ini menjadi dasar kebijakan juga bagi Kemkominfo untuk menindaklanjuti tugas mulia ini, membangun infrastruktur akses telekomunikasi dan akses data di wilayah NKRI yang masih blank spot. Sebenarnya itu saja kalau kita langsung pada merujuk langsung pada persoalan konkrit yang ada di lapangan. Daripada kita berkutat-kutat dengan kriteria-kriteria, definisi-definisi yang masih abstrak seperti itu. Kalau dari pihak Bappenas yang mengatakan bahwa kami siap untuk mengendorcement apa yang menjadi masukan dari Kemkominfo, kan data blank spot itu ada di Kemkominfo. Nah, apakah ini bisa menjadi dasar kebijakan bagi Kemkominfo untuk melaksanakan tugas ini sehingga didukung oleh Kementerian Keuangan. Jadi data blank spot itu dikasih kita jalankan mulai pembangunan, itu saja sebenarnya. Nanti kalau ini memang belum bisa disampaikan langsung oleh Bapak Rudi sebagai Deputi dari Bappenas nanti bicara di level Menteri. Tadikan keberatan dari Bapak Rudi sebagai deputi ini belum bisa mengambil ini sebagai satu dasar kebijakan. Nanti bicara di level Menteri, sehingga dengan demikian persoalan langsung pada permasalahannya. F-PAN (BUDI YOUYASTRI): Memang harus dibicarakan di pihak Pemerintah mensinkronkan data desa tertinggal di luar kabupaten tertinggal dengan data blank spot yang dimiliki oleh Kemkominfo. Begitu digabungkan masih ada yang tersisa berarti dibuatkan justifikasinya yang baru. Kalau yang masih di daerah desa tertinggal justifikasinya buat kita sudah strongkan. Ada berapa yang blank spot diluar itu, itu yang perlu dijustifikasi data kan harusnya disisi Pemerintah, kan Komisi I DPR RI tidak mungkin membahas satu per satu. KETUA RAPAT (ASRIL HAMZAH TANJUNG, S.IP.): Maksudnya memang begitu Pak, jadi yang nomor dua ini bagaimana blank spot ini. Kalau misalnya dari Bakti langsung ke Bappenas ini level ringnya tidak pas, harusnya dari Kominfo ke Bappenas itu baru pas. Jadi bukan nanti Bapak Anang langsung kepada Bapak Rudi, tapi memang masalah akses yang blank spot ini kita masukkan. Dan ini kata Bapak Taufiq tadi ini urusan Pemerintah, DPR RI hanya memediasi bagaimana ini masuk karena menyangkut nasib rakyat kita yang kami wakili, itu maksudnya. Makanya kita susun tata cara bagaimana di point ini kata-kata blank spot ini masuk, dapat menguntungkan pekerjaannya Bakti dalam hal ini Kominfo yang bisa dipayungi oleh Bappenas, kan itu maksudnya Bapak Rudi. Kita cari formula kata-katanya belum ketemu ini ya. F-PKS (H. SUKAMTA, Ph.D.): Saya memahami yang point penting yang disampaikan Bapak Rudi soal kewajiban

Page 48: DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA … · Kementerian Komunikasi dan Informatika, Dirjen Anggaran Kementerian Keuangan, Deputi Pengembangan Regional Kementerian PPN/Bappenas,

48

terhadap 3T, bahwa kalau kita masukkan wilayah tadi menjadi wilayah 3T itu ada kewajiban-kewajiban pembangunan yang lain. Terus satu point yang kita pahami Pak, tapi yang kita harapkan disini sebetulnya bukan pada pembangunan yang bermacam-macam itu, yang kita inginkan sebetulnya kan sebatas pada penambahan akses informasi digital. Masuknya blank spot ini ditangani oleh Bakti inikan perlu payung hukum. Bakti sebagai alat negara untuk mengatasi kondisi darurat komunikasi ini, ini hanya diamanahkan untuk membangun wilayah 3T itu persoalannya. Tapi ada fakta bahwa ada daerah lain yang tidak masuk 3T itu juga wilayah darurat yang harus ditangani. Ini tidak perlu uluran khusus soal infrastruktur, soal ekonomi, soal Pendidikan, soal kesehatan atau apa seperti sebagaimana 3T. Nah, ini komprominya bagaimana Pak. Terima kasih. KETUA RAPAT (ASRIL HAMZAH TANJUNG, S.IP.): Pak Sukamta, yang diatas tadi sudah diiyakan bahwa 28 ribu termasuk yang diluar 3T tadi sudah ada. Sekarang bagaimana yang masalah blank spot ini point nomor dua itu yang kita minta rumusannya Bersama. F-PKS (H. SUKAMTA, Ph.D.): Justru itu yang sedang saya persoalkan dengan Bappenas. KETUA RAPAT (ASRIL HAMZAH TANJUNG, S.IP.): Mungkin Bapak Rudi bisa jawab, kita tidak nyangkut-nyankut lagi yang diluar 3T atau memang sudah ada diakui diatas, tapi bagaimana yang blank spot yang belum ini. Mungkin dari Bapakn Rudi masih ada, silakan. DEPUTI MENTERI PPN/KEPALA BAPPENAS BIDANG PENGEMBANGAN REGIONAL (Ir. RUDY SOEPRIHADI PRAWIRADINATA, MCRP, Ph.D ): Ini sebenarnya ada isu baru ya Pak, yang blank spot menurut saya. Berbeda dengan 3T, 3T Pemerintah kan punya kebijakan khusus untuk macam-macam. F-PKS (H. SUKAMTA, Ph.D.): Isu baru Pak, Cuma butuh diselesaikan dan Bakti yang bisa menyelesaikan tapi Bakti butuh payung hukum, karena Bakti amanahnya hanya 3T. DEPUTI MENTERI PPN/KEPALA BAPPENAS BIDANG PENGEMBANGAN REGIONAL (Ir. RUDY SOEPRIHADI PRAWIRADINATA, MCRP, Ph.D ): Mungkin kalau boleh saya usul Pak, apakah ini perlu harus ada payung hukum juga tidak hanya sekedar keputusan oke saya setuju, kemudian harus ada payung hukum. Apakah nanti payung hukum dengan Permen atau dengan Perpres itu perlu waktu juga Pak. Tapi mungkin harus spesifik juga Pak, apa yang dibutuhkan untuk mendorong yang blank spot itu. Nah, ini dari Bapak juga kalau boleh kebutuhannya apa sehingga Bakti ini bisa masuk kesana dan kemudian Permennya dasar hukumnya apa. Kalau 3T kan sudah jelas, sementara Bapak kan kebijakannya Bakti kan hanya 3T. Nah, kalau ini mungkin kalau ada dasar hukum kebutuhannya seperti apa dan apa nanti apakah lewat Permen atau apa nanti didefinisikan, ini loh daerah-daera blank spot itu sama dengan pada waktu kita menetapkan daerah tertinggal, daerah tertinggal hanya karena blank spot misalnya. Jadi harus ada dasar hukumnya juga.

Page 49: DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA … · Kementerian Komunikasi dan Informatika, Dirjen Anggaran Kementerian Keuangan, Deputi Pengembangan Regional Kementerian PPN/Bappenas,

49

F-PDIP (ANDREAS HUGO PAREIRA): Pimpinan, saya kira rapat inikan perlu menghasilkan kesimpulan. Jadi arah untuk kita semua, pegangan untuk kita semua. Jadi saya kira point kedua tadi coba “Komisi I DPR RI mendesak Pemerintah dalam hal ini Kementerian PPN/Bappenas dan Kominfo untuk berkoordinasi mengenai pengunaan data wilayah blank spot sebagai penunjang untuk pembangunan infrastruktur akses telekomunikasi dan akses data di wilayah NKRI yang masih blank spot”. Saya kira ini sebagai dasar untuk kemudian ada koordinasi antara Bappenas dengan Kominfo, kan Bapak-bapak ini Pemerintah, rakyat kan tunggu apa yang dihasilkan oleh Pemerintah ya kita DPR RI menyuarakan apa yang kita lihat dan apa yang dirasakan oleh rakyat, jadi sederhana saja Pak. Nanti koordinasi untuk menghasilkan Permen untuk kemudian kita pakai ini sebagai data penunjang, sebagai kebijakan yang melengkapi dari kriteria 3T yang sudah ada tadi. Jadi khusus untuk telekomunikasi ini ya ini data penunjang dari Kominfo ini sebagai dasar untuk kemudian Pemerintah, ini Pemerintah bukan hanya Bakti, Bakti inikan mewakili Pemerintah. KETUA RAPAT (ASRIL HAMZAH TANJUNG, S.IP.): Saya rasa benar ya, silakan Bapak Anang. Ini maksudnya yang blank spot tadi dikoordinasikan dulu antara Bappenas dengan Kominfo. Kalau iya kita masukkan keputusan. Silakan Bapak Anang. DIREKTUR UTAMA BADAN AKSESIBILITAS TELEKOMUNIKASI DAN INFORMASI (Ir. ANANG LATIF, S.T., M.Sc.): Kalau boleh menambahkan Pak, buat kami itu berkoordinasi dan menyiapkan payung hukum Pak. Karena penting buat kami, karena uang yang beredar disitu kira-kira triliunanlah. Jadi payung penting, jadi berkoordinasi dan menyiapkan payung hukum. Terima kasih Pak. KETUA RAPAT (ASRIL HAMZAH TANJUNG, S.IP.): Itu maksud kita Pak, jadi Bappenas itu tidak disalahkan. Jadi level Pemerintah ini antara KL yang satu dengan KL yang lain nyambung. Kalau misalnya Bakti langsung ke Bappenas kan dia pasti tidak seimbang. Jadi Kominfo dengan Bappenas betul, nanti Kominfo ini turun ke Bakti membicarakan lagi, kan gitu Pak Rudi. Coba kita baca ya. F-PKS (H. SUKAMTA, Ph.D.): Pimpinan, inikan subyeknya nanti Pemerintah. Itu mestinya bukan hanya menyiapkan tapi membuat payung hukum ya bahasanya sampai jadi. Jangan sampai nanti sudah siap untuk diketoknya kapan, jadi membuat payung hukum. KETUA RAPAT (ASRIL HAMZAH TANJUNG, S.IP.): Ya, maksudnya sebenarnya itu payung hukum itu ini sebenarnya hasil ini. Apa perlu kita tuliskan disini supaya dapat nanti hasil sebagai payung hukum. Ini kita ahli bahasa kurang, kita jadi lama. Coba dimana ditaruh payung hukum.

2. Komisi I DPR RI mendesak Pemerintah dalam hal ini Kementerian PPN/Bappenas dan Kemkominfo untuk berkoordinasi dalam membuat payung hukum mengenai penggunaan data wilayah blank spot sebagai penunjang kebijakan dalam pembangunan infrastruktur akses telekomunikasi dan akses data di wilayah NKRI yang masih blank spot.

Page 50: DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA … · Kementerian Komunikasi dan Informatika, Dirjen Anggaran Kementerian Keuangan, Deputi Pengembangan Regional Kementerian PPN/Bappenas,

50

Ini sudah masuk semua ini, Bapak Sukamta masuk ada payung hukumnya, tadi dari Bapak Andreas masuk. Yang kita tujukan kan begini, jadi tidak langsung nanti supaya Bappenas menganukan Bakti, tidak begitu ya, ini sudah Kominfo Pak.

Setuju ya?

F-PKS (H. SUKAMTA, Ph.D.):

Sebentar Pimpinan, ini editing saja supaya tajam gitu. “Komisi I DPR RI mendesak Pemerintah dalam hal ini Kementerian PPN/Bappenas dan Kemkominfo untuk berkoordinasi membuat payung hukum”, kalau ada kata “dalam” membuat payung hukum ini seolah-olah itu hanya koordinasi untuk buat payung hukum saja. “Berkoordinasi membuat payung hukum mengenai penggunaan data wilayah blank spot sebagai penunjang kebijakan dalam pembangunan infrastruktur akses telekomunikasi dan akses data di wilayah NKRI yang masih blank spot”. Sudah cukup bagus.

KETUA RAPAT (ASRIL HAMZAH TANJUNG, S.IP.): Biar tidak menyalahkan hukum saya baca dulu, nanti saya pula yang masuk penjara ini.

2. Komisi I DPR RI mendesak Pemerintah dalam hal ini Kementerian PPN/Bappenas dan Kemkominfo untuk berkoordinasi membuat payung hukum mengenai penggunaan data wilayah blank spot sebagai penunjang kebijakan dalam pembangunan infrastruktur akses telekomunikasi dan akses data di wilayah NKRI yang masih blank spot.

Setuju?

DEPUTI MENTERI PPN/KEPALA BAPPENAS BIDANG PENGEMBANGAN REGIONAL (Ir. RUDY SOEPRIHADI PRAWIRADINATA, MCRP, Ph.D ):

Tadikan Bapak supaya aman Pak, mungkin membuat payung hukum berdasarkan

Undang-Undang yang berlaku.

KETUA RAPAT (ASRIL HAMZAH TANJUNG, S.IP.): Itu boleh saja. DEPUTI MENTERI PPN/KEPALA BAPPENAS BIDANG PENGEMBANGAN REGIONAL (Ir. RUDY SOEPRIHADI PRAWIRADINATA, MCRP, Ph.D ): Jadi kita tidak keluar dari Undang-Undang. KETUA RAPAT (ASRIL HAMZAH TANJUNG, S.IP.): Tidak apa-apa tambah saja, memamg susah jadi alat pemuas itu susah.

2. Komisi I DPR RI mendesak Pemerintah dalam hal ini Kementerian PPN/Bappenas dan Kemkominfo untuk berkoordinasi membuat payung hukum berdasarkan ketentuan Undang-Undang yang berlaku mengenai penggunaan data wilayah blank spot sebagai penunjang kebijakan dalam pembangunan infrastruktur akses telekomunikasi dan akses data di wilayah NKRI yang masih blank spot.

DEPUTI MENTERI PPN/KEPALA BAPPENAS BIDANG PENGEMBANGAN REGIONAL (Ir. RUDY SOEPRIHADI PRAWIRADINATA, MCRP, Ph.D ): Inikan saya belum tahu apakah hanya Bappenas dengan Kominfo atau Kementerian lain

Page 51: DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA … · Kementerian Komunikasi dan Informatika, Dirjen Anggaran Kementerian Keuangan, Deputi Pengembangan Regional Kementerian PPN/Bappenas,

51

yang terkait. Mungkin antara lain pak, jadi supaya nanti kita kalau memang ada yang terlibat kita bisa undang juga Pak. KETUA RAPAT (ASRIL HAMZAH TANJUNG, S.IP.): Antara lain tentang. DEPUTI MENTERI PPN/KEPALA BAPPENAS BIDANG PENGEMBANGAN REGIONAL (Ir. RUDY SOEPRIHADI PRAWIRADINATA, MCRP, Ph.D ): Dalam hal ini kementerian terkait lainnya. KETUA RAPAT (ASRIL HAMZAH TANJUNG, S.IP.): Antara lain untuk berkoordinasi gitu. DEPUTI MENTERI PPN/KEPALA BAPPENAS BIDANG PENGEMBANGAN REGIONAL (Ir. RUDY SOEPRIHADI PRAWIRADINATA, MCRP, Ph.D ): Sudah cukup ini Pak. KETUA RAPAT (ASRIL HAMZAH TANJUNG, S.IP.): Oke, coba saya baca lagi ya.

2. Komisi I DPR RI mendesak Pemerintah dalam hal ini Kementerian PPN/Bappenas dan Kemkominfo serta kementerian terkait untuk berkoordinasi membuat payung hukum berdasarkan ketentuan Peraturan Perundang-Undangan yang berlaku mengenai penggunaan data wilayah blank spot sebagai penunjang kebijakan dalam pembangunan infrastruktur akses telekomunikasi dan akses data di wilayah NKRI yang masih blank spot.

Ini baru pas, setuju ya?

(RAPAT: SETUJU)

Ini yang tiga ini apa ini, Ibu Airini kemana dia larinya. Soalnya ini menyangkut 17 triliun kalau tidak ada Kementerian Keuangan bahaya kita ini.

3. Komisi I DPR RI mendorong Kementerian Keuangan untuk mengalokasikan kembali dana sebesar Rp17 triliun yang didapat dari Pendapatan Negara Bukan Pajak (PNBP) dari sektor telekomunikasi untuk tujuan pembangunan infrastruktur telekomunikasi mencakup voice maupun data sehingga industry sektor komunikasi di Indonesia dapat tumbuh dan berkembang dengan baik.

Kalau kita setuju saja ini, belum tahu yang tadi itu yang Ibu Airini. Ah, ini Ibu baru datang, ini kita masuk penjara kalau Ibu tidak setuju ini. Ibu Airini, ini point ketiga dalam pointer hasil rapat kita hari ini, ini menyangkut bidang Ibu.

3. Komisi I DPR RI mendorong Kementerian Keuangan untuk mengalokasikan kembali dana sebesar Rp17 triliun yang didapat dari Pendapatan Negara Bukan Pajak (PNBP) dari sektor telekomunikasi untuk tujuan pembangunan infrastruktur telekomunikasi mencakup voice maupun data sehingga industry sektor komunikasi di Indonesia dapat tumbuh dan berkembang dengan baik. Bagaimana tanggapan Ibu Mariatul Airini dari Keuangan.

Page 52: DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA … · Kementerian Komunikasi dan Informatika, Dirjen Anggaran Kementerian Keuangan, Deputi Pengembangan Regional Kementerian PPN/Bappenas,

52

Silakan Ibu. DIREKTUR PNBP DIREKTORAT JENDERAL ANGGARAN KEMENTERIAN KEUANGAN (MARIATUL AINI): Terima kasih Bapak. Mohon maaf tadi kebelakang. Terkait untuk nomor tiga ini, kami mengusulkan kata-kata Rp17 triliun tidak diperlukan, karena memang kita dalam mengalokasikan anggaran itukan sesuai dengan kebutuhan. Kemudian kedua juga tidak perlu ada dari PNBP, karena kalau dari PNBP tadikan ketentuan mengatakan tidak bisa pakai Rupiah Murni. Jadi kami mengusulkan kalimatnya menjadi “untuk mengalokasikan anggaran untuk pembangunan infrastruktur….” dan seterusnya yang dibawah itu. Jadi kata-kata frasa mengenai Rp17 triliun dari PNBP itu tidak usah ditulis. Kami juga informasikan Bapak, dari PNBP setiap PNBP yang kita terima itu 26% itu menjadi hak daerah dari DAU, kemudian 20% untuk anggaran Pendidikan, 5% anggaran kesehatan, itu yang sudah jelas dalam Undang-Undang menyebutkan demikian dan kita harus memenuhi. Jadi setiap 100% yang di dapat dari PNBP tidak semuanya tidak bisa dikembalikan, karena tadi ke DAU, anggaran kesehatan, anggaran Pendidikan. Jadi yang maksimal hanya bisa 49%, 49% pun nanti ada untuk pengawasan, peningkatan capacity building bagi pengelola PNBP. Jadi buat hemat kami Rp17 triliun dihapus saja sesuai kebutuhan. KETUA RAPAT (ASRIL HAMZAH TANJUNG, S.IP.): Jadi masalah PNBP tidak usah disebut disini. DIREKTUR PNBP DIREKTORAT JENDERAL ANGGARAN KEMENTERIAN KEUANGAN (MARIATUL AINI): Tidak usah Bapak. KETUA RAPAT (ASRIL HAMZAH TANJUNG, S.IP.): Karena memang PNBP itu semua dikumpul diatas, kalau maunya KL PNBP dipakai langsung kan, kan tidak bisa. rupanya diatas itu pembagian sudah ada, sekian untuk Pendidikan, sekian untuk kesehatan, sekian untuk apa lagi. DIREKTUR PNBP DIREKTORAT JENDERAL ANGGARAN KEMENTERIAN KEUANGAN (MARIATUL AINI): Alokasi umum 26% Pak. KETUA RAPAT (ASRIL HAMZAH TANJUNG, S.IP.): Alokasi daerah, makanya tidak bisa kita menyebut PNBP langsung seperti itu. Jadi beliau menyarankan supaya disini Kementerian Keuangan mengalokasikan anggaran, tidak tahu anggaran apa itu nanti bukan dari PNBP. Ini nomenklaturnya seperti itu memang. Nah, coba Ibu Farida sama Bapak Anang, nomenklaturnya seperti itu aturan keuangannya, di dalam Kementerian Dalam Negeri juga begitu. Coba Ibu Farida silakan. SEKRETARIS JENDERAL KEMENTERIAN KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA (Dra. FARIDA DWI CAHYARINI, M.M.): Terima kasih Bapak Pimpinan. Yang penting ada anggaran yang untuk pembangunan telekomunikasi itu. Dan

Page 53: DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA … · Kementerian Komunikasi dan Informatika, Dirjen Anggaran Kementerian Keuangan, Deputi Pengembangan Regional Kementerian PPN/Bappenas,

53

Kementerian Keuangan sudah menyanggupi istilahnya berapa pun yang akan dipakai untuk anggaran pembangunan infrastruktur maupun lainnya itu akan disediakan oleh Kementerian Keuangan, itu harus dari PNBP. KETUA RAPAT (ASRIL HAMZAH TANJUNG, S.IP.): Terima kasih. Kalau begitu sudah setuju ya.

3. Komisi I DPR RI mendorong Kementerian Keuangan untuk mengalokasikan anggaran untuk pembangunan infrastruktur telekomunikasi mencakup voice maupun data sehingga industry sektor telekomunikasi di Indonesia dapat tumbuh dan berkembang dengan baik. Setuju?

(RAPAT: SETUJU)

Ini memang kalau kita tidak ketemu kita susah juga, ini tambah pengetahuan juga ini. Terima kasih Ibu dan Bapak sekalian, dengan demikian kita sudah menyelesaikan Rapat Dengar Pendapat ini. Mudah-mudahan lebih bermanfaat, tapi sebelumnya memang saya berikan kesempatan kepada Bapak Rudi. DEPUTI MENTERI PPN/KEPALA BAPPENAS BIDANG PENGEMBANGAN REGIONAL (Ir. RUDY SOEPRIHADI PRAWIRADINATA, MCRP, Ph.D ): Ini menambahkan saja Pak, tadi yang yang diminta Bapak Biem itu yang supaya konsisten antara kecamatan sama kabupaten. Mungkin yang kecamatan bisa dirubah ke 270 kabupaten kota. KETUA RAPAT (ASRIL HAMZAH TANJUNG, S.IP.): Dirubah dengan apa? DEPUTI MENTERI PPN/KEPALA BAPPENAS BIDANG PENGEMBANGAN REGIONAL (Ir. RUDY SOEPRIHADI PRAWIRADINATA, MCRP, Ph.D ): Tadi data kecamatan menjadi kabupaten kota. KETUA RAPAT (ASRIL HAMZAH TANJUNG, S.IP.): Tadi sudah kita ketok nomor berapa itu? Nomor satu ya. Mana tadi yang dirubah. DEPUTI MENTERI PPN/KEPALA BAPPENAS BIDANG PENGEMBANGAN REGIONAL (Ir. RUDY SOEPRIHADI PRAWIRADINATA, MCRP, Ph.D ): Yang 1.475 kecamatan dirubah menjadi 270 kabupaten kota. KETUA RAPAT (ASRIL HAMZAH TANJUNG, S.IP.): Itu ya.

Page 54: DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA … · Kementerian Komunikasi dan Informatika, Dirjen Anggaran Kementerian Keuangan, Deputi Pengembangan Regional Kementerian PPN/Bappenas,

54

DEPUTI MENTERI PPN/KEPALA BAPPENAS BIDANG PENGEMBANGAN REGIONAL (Ir. RUDY SOEPRIHADI PRAWIRADINATA, MCRP, Ph.D ): Iya Pak, supaya konsisten saja. KETUA RAPAT (ASRIL HAMZAH TANJUNG, S.IP.): Menjadi 270 kabupaten kota, jadi 1.475 dihapus. DEPUTI MENTERI PPN/KEPALA BAPPENAS BIDANG PENGEMBANGAN REGIONAL (Ir. RUDY SOEPRIHADI PRAWIRADINATA, MCRP, Ph.D ): Prioritasnya jangan. KETUA RAPAT (ASRIL HAMZAH TANJUNG, S.IP.): Prioritasnya tetap ada kan, prioritasnya ada tidak? DEPUTI MENTERI PPN/KEPALA BAPPENAS BIDANG PENGEMBANGAN REGIONAL (Ir. RUDY SOEPRIHADI PRAWIRADINATA, MCRP, Ph.D ): Ada tetap. KETUA RAPAT (ASRIL HAMZAH TANJUNG, S.IP.): 270 kabupaten kota prioritas, kecamatan tidak ada. Oke, kalau masih bisa menahan lapar saya bacakan sekali lagi, habis ini kita makan ya.

1. Komisi I DPR RI menerima penjelasan dari Kementerian PPN/Bappenas terkait penentuan lokasi prioritas 3T (Tertinggal, Terdepan dan Terluar) yang mencakup 28.196 desa di 385 kabupaten kota dan kebutuhan akses bergerak seluler yang mencakup 7.666 desa di 270 kabupaten kota prioritas. Sehubungan dengan hal tersebut Komisi I DPR RI mendesak Kementerian PPN/Bappenas untuk melakukan redefinisi lokasi 3T dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2020-2024 dengan memasukkan akses data dalam kriteria IPD, sehingga setiap negara Indonesia mendapatkan keadilan akses telekomunikasi data dan pelayanan publik.

Jadi lengkap ya sudah. Oke, dengan demikian Bapak dan Ibu sekalian, mitra kami Kominfo dari Bappenas, dari

Kementerian Keuangan, dari Kementerian Dalam Negeri kami ucapkan terima kasih. Mudah-mudahan apa yang kita bicarakan ini memang untuk kepentingan negeri kita, rakyat kita sekalian dan mendapatkan ridho Allah SWT.

Terima kasih kami ucapkan, rapat ini kita tutup. Wabillahi Taufik Walhidayah, Wassalamu'alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.

(RAPAT DITUTUP PUKUL 14.06 WIB)

Page 55: DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA … · Kementerian Komunikasi dan Informatika, Dirjen Anggaran Kementerian Keuangan, Deputi Pengembangan Regional Kementerian PPN/Bappenas,

55

Jakarta, 16 Juli 2018 a.n. KETUA RAPAT

SEKRETARIS RAPAT,

TTD.

SUPRIHARTINI, S.IP., M.Si. NIP. 19710106 199003 2 001