DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA … file2 FRAKSI PARTAI GERINDRA (F-GERINDRA) 18. H....

46
1 DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA RISALAH RAPAT KOMISI I DPR RI Tahun Sidang : 2018-2019 Masa Persidangan : III Jenis Rapat : Rapat Dengar Pendapat Komisi I DPR RI dengan Sekretariat Jenderal Kementerian Kesehatan RI, Direktorat Jenderal Kekuatan Pertahanan Kementerian Pertahanan RI, Kepala Pusat Kesehatan Mabes TNI, Direktur Utama PT. Asabri (Persero), dan Direktur Utama BPJS Kesehatan. Hari, Tanggal : Senin, 14 Januari 2019 Pukul : 13.18 WIB – 16.10 WIB Sifat Rapat : Terbuka Tempat : Ruang Rapat Komisi I DPR RI, Gedung Nusantara II Lt. 1, Jl. Jenderal Gatot Soebroto, Jakarta 10270 Ketua Rapat : Asril Hamzah Tanjung, S.IP. Sekretaris Rapat : Suprihartini, S.IP., M.SI., Kabag Sekretariat Komisi I DPR RI Acara : Pembahasan penyelesaian payung hokum terkait pelayanan kesehatan untuk prajurit TNI/PNS Kementerian Pertahanan dan keluarga serta purnawirawan dan pembentukan gugus tugasnya. Hadir : PIMPINAN: 1. Dr. H. Abdul Kharis Almasyhari (F-PKS) 2. Ir. H. Satya Widya Yudha, M.E., M.Sc. (F-PG) 3. Asril Hamzah Tanjung, S.IP. (F-Gerindra) 4. H.A. Hanafi Rais, S.IP., M.PP. (F-PAN) ANGGOTA: FRAKSI PDI-PERJUANGAN (F-PDIP) 5. Ir. Rudianto Tjen 6. Dr. Effendi MS Simbolon, MIPol. 7. Charles Honoris 8. Andreas Hugo Pareira 9. Yadi Srimulyadi 10. Drs. Ahmad Basarah, MH FRAKSI PARTAI GOLKAR (F-PG) 11. Meutya Viada Hafid 12. Bobby Adhityo Rizaldi, S.E., Ak., M.B.A., C.F.E. 13. Dave Akbarshah Fikarno, M.E. 14. Bambang Atmanto Wiyogo, S.E. 15. Venny Devianti, S. Sos. 16. H. Andi Rio Idris Padjalangi, S.H., M.Kn. 17. Dr. Jerry Sambuaga

Transcript of DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA … file2 FRAKSI PARTAI GERINDRA (F-GERINDRA) 18. H....

Page 1: DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA … file2 FRAKSI PARTAI GERINDRA (F-GERINDRA) 18. H. Ahmad Muzani 19. Martin Hutabarat 20. H. Biem Triani Benjamin, B.Sc., M.M. 21. Rachel

1

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA

RISALAH RAPAT KOMISI I DPR RI

Tahun Sidang : 2018-2019 Masa Persidangan : III

Jenis Rapat :

Rapat Dengar Pendapat Komisi I DPR RI dengan Sekretariat Jenderal Kementerian Kesehatan RI, Direktorat Jenderal Kekuatan Pertahanan Kementerian Pertahanan RI, Kepala Pusat Kesehatan Mabes TNI, Direktur Utama PT. Asabri (Persero), dan Direktur Utama BPJS Kesehatan.

Hari, Tanggal : Senin, 14 Januari 2019 Pukul : 13.18 WIB – 16.10 WIB Sifat Rapat : Terbuka

Tempat : Ruang Rapat Komisi I DPR RI, Gedung Nusantara II Lt. 1, Jl. Jenderal Gatot Soebroto, Jakarta 10270

Ketua Rapat : Asril Hamzah Tanjung, S.IP.

Sekretaris Rapat : Suprihartini, S.IP., M.SI., Kabag Sekretariat Komisi I DPR RI Acara : Pembahasan penyelesaian payung hokum terkait pelayanan

kesehatan untuk prajurit TNI/PNS Kementerian Pertahanan dan keluarga serta purnawirawan dan pembentukan gugus tugasnya.

Hadir : PIMPINAN: 1. Dr. H. Abdul Kharis Almasyhari (F-PKS) 2. Ir. H. Satya Widya Yudha, M.E., M.Sc. (F-PG) 3. Asril Hamzah Tanjung, S.IP. (F-Gerindra) 4. H.A. Hanafi Rais, S.IP., M.PP. (F-PAN) ANGGOTA:

FRAKSI PDI-PERJUANGAN (F-PDIP) 5. Ir. Rudianto Tjen 6. Dr. Effendi MS Simbolon, MIPol. 7. Charles Honoris 8. Andreas Hugo Pareira 9. Yadi Srimulyadi 10. Drs. Ahmad Basarah, MH

FRAKSI PARTAI GOLKAR (F-PG) 11. Meutya Viada Hafid 12. Bobby Adhityo Rizaldi, S.E., Ak., M.B.A., C.F.E. 13. Dave Akbarshah Fikarno, M.E. 14. Bambang Atmanto Wiyogo, S.E. 15. Venny Devianti, S. Sos. 16. H. Andi Rio Idris Padjalangi, S.H., M.Kn. 17. Dr. Jerry Sambuaga

Page 2: DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA … file2 FRAKSI PARTAI GERINDRA (F-GERINDRA) 18. H. Ahmad Muzani 19. Martin Hutabarat 20. H. Biem Triani Benjamin, B.Sc., M.M. 21. Rachel

2

FRAKSI PARTAI GERINDRA (F-GERINDRA) 18. H. Ahmad Muzani 19. Martin Hutabarat 20. H. Biem Triani Benjamin, B.Sc., M.M. 21. Rachel Maryam Sayidina 22. H. Fadli Zon, S.S., M.Sc. 23. Andika Pandu Puragabaya, S.Psi, M.Si, M.Sc.

FRAKSI PARTAI DEMOKRAT (F-PD) 24. Teuku Riefky Harsya, B.Sc., M.T. 25. Dr. Sjarifuddin Hasan, S.E., M.M., M.B.A. 26. H. Darizal Basir

FRAKSI PARTAI AMANAT NASIONAL (F-PAN) 27. Zulkifli Hasan, S.E., M.M. 28. Budi Youyastri

FRAKSI PARTAI KEBANGKITAN BANGSA (F-PKB) 29. Drs. H.A. Muhamin Iskandar, M.Si. 30. Drs. H.M. Syaiful Bahri Anshori, M.P. 31. Arvin Hakim Thoha

FRAKSI PARTAI KEADILAN SEJAHTERA (F-PKS) 32. Dr. H. M. Hidayat Nur Wahid, M.A. 33. Dr. H. Jazuli Juwaini, Lc., M.A. 34. H. Sukamta, Ph.D.

FRAKSI PARTAI PERSATUAN PEMBANGUNAN (F-PPP) 35. H. Syaifullah Tamliha, S.Pi., M.S. FRAKSI PARTAI NASIONAL DEMOKRAT (F-NASDEM)

FRAKSI PARTAI HATI NURANI RAKYAT (F-HANURA) 36. Drs. Timbul P. Manurung

Anggota yang Izin : 1. Ir. Bambang Wuryanto, M.BA. (F-PDI Perjuangan) 2. Dr. Evita Nursanty, M.Sc. (F-PDI Perjuangan) 3. Junico BP Siahaan (F-PDI Perjuangan) 4. Elnino M. Husein Mohi, S.T., M.Si. (F-GERINDRA) 5. Ir. Hari Kartana, M.M. (F-PD) 6. KRMT Roy Suryo Notodiprojo (F-PD) 7. Ir. Alimin Abdullah (F-PAN) 8. H.M. Syafrudin, S.T., M.M. (F-PAN) 9. Drs. H. Taufiq R. Abdullah (F-PKB) 10. Moh. Arwani Thomafi (F-PPP) 11. Dra. Hj. Lena Maryana (F-PPP) 12. Prof. Dr. Bachtiar Aly, M.A. (F-NASDEM) 13. Mayjen TNI (Purn) Supiadin Aries Saputra (F-

NASDEM) 14. Prananda Surya Paloh (F-NASDEM) 15. H. M. Ali Umri, S.H., M.Kn. (F-NASDEM)

Undangan

: 1. Direktur Jenderal Kekuatan Pertahanan Kementerian Pertahanan RI, Mayjen TNI Bambang Hartawan, M.Sc.

Page 3: DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA … file2 FRAKSI PARTAI GERINDRA (F-GERINDRA) 18. H. Ahmad Muzani 19. Martin Hutabarat 20. H. Biem Triani Benjamin, B.Sc., M.M. 21. Rachel

3

Jalannya Rapat: KETUA RAPAT (ASRIL HAMZAH TANJUNG, S.IP.):

Assalaamu'alaikum Warohmatulloohi Wabarokaatuh. Shalom, Om Swastiastu, Namo Budaya. Bapak/Ibu sekalian mitra kami yang kami hormati,

Pertama dari Bapak Dirjen Kuathan, Pak Bambang, selamat datang. Dengan Dirkes

Kemhan ya, Pak Ari Zakaria. Kemudian, Kapuskes oleh Pak Bambang lagi, Dwi. Kemudian mewakili Kemenkes, Sekjen, Ibu Kalsum Komariyani. Selamat datang Ibu Kalsum. Mungkin dengan dokter ahli ya. Kemudian dari Dirut BPJS, Ibu Maya, hadir terus ini. Dokter Bayu, hadir terus. Kemudian dari ASABRI, Pak Sonny sama Pak Adiyatma. Selamat datang.

Jadi sebelum kita mulai, saya minta pendapat, terutama dari Kemenhan dan Kemenkes, rapat ini terbuka atau tertutup. Karena seperti kemarin-kemarin terbuka. Sekarang mungkin ada perubahan? Silakan Pak Bambang, terbuka saja atau tertutup? Kenapa? Terbuka. Ibu Kemenkes, setuju?

Dengan demikian Rapat Dengar Pendapat Komisi I DPR RI pada hari ini, 14 Januari 2019, dengan Sekjen Kemenkes, Dirjen Kuathan Kemhan, Kepala Pusat Kesehatan Mabes TNI, Dirut PT ASABRI, dan Dirut BPJS Kesehatan, kita buka dan dinyatakan terbuka.

2. Direktur Kesehatan Ditjen Kuathan Kementerian Pertahanan RI, Laksamana Pertama TNI dr. Arie Zakaria, SpOT, FICS.

3. Kepala Pusat Kesehatan Mabes TNI, Mayjen TNI dr. Ben Yura Rimba, MARS.

4. Kepala Pusat Kesehatan Angkatan Darat, Mayjen TNI dr. Bambang Dwi HS, Sp.B.,FlnaCS.,M.Si.

5. Sekretaris Direktorat Jenderal Kesehatan Masyarakat Kementerian Kesehatan RI, dr. Kuwat Sri Hudoyo, MS.

6. Kapus PPJK Kementerian Kesehatan RI, dr. Kolsum Komaryani, MPPM.

7. Direktur Utama PT. ASABRI (Persero), Sonny Widjaja. 8. Direktur Operasi PT. ASABRI (Persero), Adiyatmika,

S.E. 9. Direktur Kepatuhan, Hukum, dan Hubungan Antar

Lembaga BPJS, Dr. dr. H. Bayu Wahyudi. Spog. MPHM. Mhkes. MM.

10. Direktur Jaminan Pelayanan Kesehatan BPJS, dr. Maya A. Rusady, M.Kes, AAK.

1. Beserta jajaran. 2.

Page 4: DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA … file2 FRAKSI PARTAI GERINDRA (F-GERINDRA) 18. H. Ahmad Muzani 19. Martin Hutabarat 20. H. Biem Triani Benjamin, B.Sc., M.M. 21. Rachel

4

KETOK PALU : 1 KALI

(Rapat di buka pukul: 13.18 WIB)

Bapak/Ibu sekalian, Pada RDP hari ini sebetulnya merupakan kelanjutan. Ada 2 (dua) kali RDP kita kemarin

itu: 1. 16 Oktober 2018; 2. 5 Desember 2018 Kita ingin sekali mendapat masukan saat ini, karena sudah terbentuknya gugus tugas

dan lain-lain. Kita minta nanti silakan paparan, mulai dari Dirjen Kuathan, kemudian nanti dari yang mewakili Kemenkes, dan selanjutnya nanti yang kita pandang perlu.

Kita sangat berharap mudah-mudahan ada titik temu. Karena perkembangan di luar kita lihat, entah beberapa rumah sakit memutuskan hubungan kerja dengan BPJS.

Betul, Ibu Maya, ya? Ini ada apa ini? Hampir semua rumah sakit memutuskan hubungan. Ini kalau tidak yang

banyak dosa ini BPJS, kalau tidak ya Kemenkes ini. Ini kita sangat perlu mendapat masukan ini. Mudah-mudahan dengan hasil koordinasi dengan Kemenhan, dengan Kemenkes, dengan BPJS, dengan Dirut ASABRI, mudah-mudahan ini akan menjadi contoh. Biar ada titik balik Mereka yang keluar-keluar BPJS kita bisa tarik lagi.

Mudah-mudahan hasil RDP kita hari ini bisa membuat satu keputusan atau solusi yang diharapkan oleh TNI. Terutama prajurit. Kalau ini sudah nanti baik, Insya Alloh saya yakin para rumah sakit kalau di tata BPJS nya dengan bagus akan kembali lagi Pak. Karena jaminan kesehatan nasional yang ditelurkan oleh Keppres itu, itu memang penting.

Tapi menurut saya ada hal yang kurang. Terutama, Ibu Kalsum, mungkin kurang teliti lah kepada TNI/Prajurit ini. Tugasnya agak lain, Ibu, dengan Satpam, dengan PNS, agak lain. Mereka punya tugas-tugas khusus yang tidak bisa dilimpahkan ke orang lain. Ini kalau saya ulang-ulang terus nanti bosan dengarnya kan. TNI itu begitu, 1 kali 24 jam siap di kirim perang kemana saja. Ini yang perlu kita hargai. Tidak bisa, mau anaknya sakit, mau istrinya ngleper-ngleper meregang nyawa, tidak ada, berangkat.

Kita juga menghindari nanti kejadian-kejadian buruk selama ini. Ada rumah sakit di dekat Asrama TNI, prajurit TNI tidak boleh berobat kesana, keluarga tidak boleh. Akhirnya rumah sakitnya di tendang, di kotori macam-macam. Kita jangan sampai seperti itu. Ini memang kadang-kadang tidak masuk akal.

Apalagi yang berjenjang-jenjang itu. TNI itu tidak mau sulit, Ibu. TNI itu yang mantap, cepat, tepat, itu yang dibutuhkan. Kalau perang lambat-lambat, kita kalah terus nanti. Ini mohon dimaafkan juga ini.

Jadi untuk BPJS, Ibu Kemenkes, tolong bantu kita semua ini. Kami di Komisi I DPR RI ini hanya memfasilitasi, dan hanya bagaimana mempertemukan para mitra ini. Karena kita wajib membantu mitra kerja kita. Entah Kesehatan, entah BPJS, entah tentara, entah apa, disini tempatnya kita bisa berkoordinasi. Mudah-mudahan tidak ada dari mitra-mitra kita ini yang salah menanggapi hal semacam ini.

Saya rasa Prajurit TNI, bukan karena saya dari TNI dulu, itu tidak minta macam-macam. Haknya ada, obatnya ada, rumah sakitnya ada, kita kembalikan biar ini lancar. Kan itu saja. Tidak ada macam-macam. Kenapa kok terjadi hal-hal yang begini yang kita semuanya mungkin kurang setuju juga.

Jadi ini pembukaan dari saya mungkin. Mudah-mudahan ini bisa lancar, bisa dapat solusi yang bagus, sehingga ini menjadi contoh pilot project nanti untuk rumah sakit-rumah sakit swasta atau yang di luar lain itu bisa bergabung kembali dan mendukung masalah program kesehatan nasional ini.

Ini dari kami Pak dari BPJS, Ibu, mudah-mudahan ini kita hari ini bisa membuat suatu sejarah yang bagus untuk kesehatan negeri kita. Terutama prajurit.

Silakan dari Dirjen Kuathan dulu lah. Silakan Pak Bambang, silakan Pak Farhan, apa yang perlu disampaikan lagi berturut-turut. Habis itu dari Kemenkes, Ibu Kalsum. Silakan.

Page 5: DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA … file2 FRAKSI PARTAI GERINDRA (F-GERINDRA) 18. H. Ahmad Muzani 19. Martin Hutabarat 20. H. Biem Triani Benjamin, B.Sc., M.M. 21. Rachel

5

DIREKTUR JENDERAL KEKUATAN PERTAHANAN KEMENTERIAN PERTAHANAN RI (MAYJEN TNI BAMBANG HARTAWAN, M.SC.): Assalaamu'alaikum Warohmatulloohi Wabarokaatuh. Salam sejahtera, selamat siang untuk kita semua. Shalom, Om Swastiastu. Yang terhormat, Pimpinan Rapat (Bapak Asril Tanjung); Yang terhormat, Anggota Komisi I DPR RI yang saya cintai, saya hormati, dan saya banggakan; Kemudian juga dari Kementerian Kesehatan, dari BPJS, dari Puskes TNI, juga dari ASABRI.

Pertama-tama tidak bosan saya mengucapkan/mengajak untuk senantiasa kita

bersyukur kehadlirat Alloh Subhaanahuata’aala Tuhan Yang Maha Besar, karena atas limpahan rahmat dan karunia serta ridho-Nya kita dapat berkumpul kembali di ruang yang sangat megah ini dalam keadaan sehat wal’afiat.

Yang kedua, kami dari Kementerian Pertahanan sekali lagi mengucapkan terima kasih dan apresiasi yang setinggi-tingginya kepada Komisi I DPR yang telah memfasilitasi kami untuk bisa melakukan mediasi ataupun berdiskusi dengan pihak BPJS dan Kementerian Kesehatan, juga dengan PT ASABRI, dalam rangka kami perbaiki sistem untuk masalah-masalah yang ada di kesehatan kami, khususnya yang berhubungan dengan masalah BPJS.

Untuk mempersingkat waktu, kami akan langsung pada paparan kami.

Bapak/Ibu sekalian, Sebagaimana kita ketahui bahwa hasil RDP dengan Komisi I DPR RI pada tanggal 5

Desember 2018 disimpulkan bahwa: 1. Komisi I DPR telah mendengarkan penjelasan Kementerian Pertahanan,

Kementerian Kesehatan, Puskes TNI, dan BPJS Kesehatan, terkait laporan tindak lanjut rapat dengar pendapat tanggal 16 Oktober 2018 yang meliputi:

2. Penyelesaian payung hukum terkait pelayanan kesehatan bagi prajurit TNI, PNS Kemhan dan keluarganya, serta purnawirawan;

3. Pembentukan gugus tugas/task force dengan leading sector dari Kementerian Kesehatan sebagai tahapan membentuk payung hukum sebagaimana tersebut pada huruf a di atas;

4. Sementara menunggu regulasi, sistem rujukan online berjenjang bagi Prajurit TNI, PNS Kemhan dan keluarganya, serta purnawirawan, diberlakukan secara khusus; Ini alhamdulillaah sudah berjalan.

5. Komisi I DPR RI akan menindaklanjuti dan menjadualkan dalam rapat Komisi I DPR pada masa sidang berikutnya;

6. Terkait dengan perkembangan pembentukan dan pelaksanaan gugus tugas, Komisi I DPR RI mendesak Kementerian Pertahanan, Kementerian Kesehatan, dan BPJS Kesehatan untuk melaporkan kepada Komisi I DPR RI secara berkala.

Bapak/Ibu sekalian,

Bahwa berdasarkan Surat Sekretariat Jenderal Kementerian Kesehatan Nomor JP0203/3/X4170/2018 tanggal 11 Desember 2018 tentang kendala sistem rujukan di lingkungan Kemhan dan TNI. Kita ketahui bahwa Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) merupakan bagian dari Sistem Jaminan Sosial Nasional yang diselenggarakan untuk memenuhi amanat Undang-Undang Dasar 1945 dengan menyelenggarakan sistem jaminan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.

Page 6: DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA … file2 FRAKSI PARTAI GERINDRA (F-GERINDRA) 18. H. Ahmad Muzani 19. Martin Hutabarat 20. H. Biem Triani Benjamin, B.Sc., M.M. 21. Rachel

6

Bahwa dalam Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2004 Tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional dijelaskan bahwa tujuan dari JKN adalah memberi perlindungan kepada masyarakat terhadap kebutuhan dasar kesehatan, dimana JKN dilaksanakan secara nasional dengan prinsip equitas atau disamakan. Ini yang perlu jelaskan untuk berikutnya.

Sesuai dengan Peraturan Presiden Nomor 82 Tahun 2018 tanggal 17 Desember 2018 tentang jaminan kesehatan, pelayanan kesehatan bagi peserta, termasuk peserta dari jajaran Kementerian Pertahanan dan TNI, dilaksanakan secara berjenjang sesuai dengan kebutuhan medis dan kompetensi fasilitas kesehatan.

Selanjutnya, terkait kekhususan pelayanan kesehatan di lingkungan Kementerian Pertahanan dan TNI yang belum di akomodir dalam sistem pelayanan JKN, saat ini Kementerian Pertahanan TNI, Kementerian Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan, Kementerian Kesehatan dan BPJS Kesehatan, dengan Komisi I DPR RI telah menyepakati membentuk task force untuk membahas secara teknis perihal permasalahan tersebut secara intensif.

Bahwa saat ini Kementerian Kesehatan memang tengah melaksanakan perumusan peraturan menteri yang merupakan delegasi atau turunan dari Peraturan Presiden Nomor 82 Tahun 2018 tentang Jaminan Kesehatan, dimana dalam pembahasannya kami dari Kementerian Pertahanan mengharapkan dapat memberikan masukan untuk pengembangan pelayanan kesehatan pada program JKN, termasuk salah satunya pelayanan rujukan.

Perlu Bapak dan Ibu ketahui bahwa, sampai dengan saat ini sesuai dengan keputusan sidang yang lalu dimana Kementerian Kesehatan menjadi leading sector untuk task force, namun sampai dengan saat ini mungkin karena kesibukan dan lain sebagainya sampai dengan saat ini kami belum ada kelanjutannya untuk task force tersebut. Karena kami belum di undang dan lain sebagainya untuk membicarakan masalah task force ini.

Sementara itu beberapa regulasi yang sudah di revisi, masuk daftar regulasi baru, revisi, dan penggabungan yang terkait dengan tindak lanjut Perpres Nomor 82 Tahun 2018. Ini ada beberapa yang kami catat, sekitar 8 (delapan), yaitu:

1. Tentang Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 28 Tahun 2018 tentang Pedoman Pelaksanaan Program JKN; Bahwa di dalam Permenkes sebagai tindak lanjut Perkes Nomor 82, itu adalah rancangan Permenkes tentang Pedoman Pelaksanaan Program JKN. Ini kami dilibatkan dalam hal ini. Ini proses sedang berlangsung. Kalau tidak salah sudah 3 (tiga) kali rapat kami ikuti.

2. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 856/menkes.sk/IX/2009 tentang standar instalasi gawat darurat rumah sakit. Ini menjadi PMK Nomor 47 Tahun 2018 tanggal 31 Desember 2018 tentang Pelayanan Kegawatdaruratan; Ini kami belum dilibatkan juga;

3. PMK Nomor 71 Tahun 2017 tanggal 12 Nopember 2011 tentang Pelayanan Kesehatan pada JKN, dan PMK Nomor 34 Tahun 2017 tanggal 7 Juni 2017 tentang Akreditasi Rumah Sakit; Ini selanjutnya menjadi surat Menkes Nomor AK0301/menkes768/2018 tanggal 31 Desember 2018;

4. Surat Menkes Nomor HK0301/menkes18/2019 tanggal 4 Januari 2019 tentang Perpanjangan Kerjasama RS dengan BPJS. Ini kalau saya tidak salah yang ramai kemarin pada bulan Desember banyak yang memutus. Kemudian keluar lagi surat perpanjangan kerjasama dengan BPJS pada 4 Januari yang lalu yang Bapak bicarakan sebelumnya.

5. Selanjutnya adalah turunan dari Permenkes, ini tindak lanjut Perpres Nomor 82, yaitu PMK Nomor 51/2018 tanggal 14 Desember 2018. Ini tentang pengenaan urun biaya dan selisih biaya dalam program JKN; Ini kami juga belum dilibatkan.

6. Selanjutnya adalah tentang PMK Nomor 76/2016, ini tentang pedoman Indonesian Case Base Group (Ina-CBG) dalam program JKN; Ini masih dalam proses pembahasan, dan kami juga belum dilibatkan.

7. Termasuk juga yang berikut PMK Nomor 001 Tahun 2018, ini tentang sistem rujukan pelayanan kesehatan perorangan;

Page 7: DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA … file2 FRAKSI PARTAI GERINDRA (F-GERINDRA) 18. H. Ahmad Muzani 19. Martin Hutabarat 20. H. Biem Triani Benjamin, B.Sc., M.M. 21. Rachel

7

Belum di bahas sekali. 8. Yang selanjutnya yang terakhir adalah PMK Nomor 47/2016 tanggal 31 Oktober

2016 tentang fasilitas kesehatan; Ini masih dalam pembahasan, kami juga belum dilibatkan.

Hadirin atau Bapak/Ibu dalam sidang sekalian yang saya hormati dan saya banggakan,

Kami dari Kementerian Kesehatan dan TNI menghendaki bahwa dalam proses pembicaraan atau pembahasan aturan-aturan ini untuk bisa dimintai masukan atau dilibatkan. Karena apa, karena rumah sakit TNI dan Kemhan, ini baik secara maupun tidak langsung ini kami langsung juga melayani masyarakat, dan juga mengikuti di aturan-aturan yang ada di Kemenkes. Sehingga bila ada hal-hal yang kiranya nanti tidak cocok dengan undang-undang yang ada di dalam Undang-Undang TNI tentang Rumah Sakit ini tentunya ini bisa diselaraskan, dengan harapan seperti itu. Namun apabila kami tidak dilibatkan dalam pembahasan-pembahasan ini tentunya nanti apabila terjadi di lapangan ini akan menjadi hal yang kurang baik antara hubungan dengan Kemenkes dengan Kementerian Pertahanan maupun TNI.

Kami sebagai operator, sementara Kementerian Kesehatan ini sebagai regulator, paling tidak kami di ajak bicara dalam rangka menggunakan fasilitas kesehatan yang ada di Kemenhan maupun di TNI. Ini berkaitan dengan kerjasama kita dengan BPJS maupun dengan asuransi-asuransi yang lainnya.

Saya rasa demikian perkembangan yang dapat kami laporkan sampai dengan saat ini setelah sidang kita yang terakhir. Selanjutnya kami mohon mungkin nanti bisa didiskusikan, dan mungkin masukan-masukan yang konstruktif, supaya ada perkembangan yang lebih baik dalam rangka pelayanan kesehatan untuk prajurit TNI, keluarga, dan para purnawirawan.

Demikian. Lebih kurangnya kami mohon maaf.

Billaahitaufiq Wal Hidaayah. Wassalaamu'alaikum Warohmatulloohi Wabarokaatuh. Om Santi-santi Om. KETUA RAPAT (ASRIL HAMZAH TANJUNG, S.IP.):

Wa’alaikumsalaam.

Alhamdulillaah, terima kasih Pak Bambang Hartawan/Dirjen Kuathan. Kita tidak

mengharapkan jangan sampai nanti rumah sakit TNI di luar 60 persen sekarang rumah sakit itu melayani umum/masyarakat. Saya berkali-kali meninjau ke seluruh rumah sakit TNI yang ada di Indonesia, 60 masyarakat, 40 persen prajurit. Kalau sampai nanti ini kesulitan, masyarakat tidak di terima, alangkah buruknya nanti nama TNI. Karena TNI anaknya rakyat, rakyatnya datang tidak bisa di obat, kita tidak mengharapkan seperti itu. Saya harap Pak Bambang tolong sampaikan ke Menkes dan Panglima TNI, melayani masyarakat umum rumah sakit TNI tetap. Permintaan dari kami, ini teman-teman dari Komisi I juga demikian. Jangan sampai nanti pupus, tidak ada. Malah di rumah sakit tentara yang ada di Kalimantan Timur itu menjadi rujukan rumah sakit pemda Provinsi Kalimantan Timur untuk berobat ke rumah sakit TNI yang ada di Kalimantan Timur itu. Saya lupa, di Samarinda atau di Balikpapan, begitu dominannya rumah sakit tentara membantu TNI. Kita berharap, Pak Bambang, mudah-mudahan Menkes kita sudah mengetahui hal ini, mungkin bisa memberikan solusi yang lebih baik. Kita harapkanlah.

Jadi, Ibu Kalsum, tidak usah menunggu Dokter Muhammad Subuh itu. Muhammad Subuh mungkin datangnya subuh itu. Namanya Dokter Muhammad Subuh, saya khawatir ini. Ibu Komaria saja dulu paparan. Nanti kalau memang Beliau datang Insya Alloh kita bisa tambah kurangnya dari Beliau.

Silakan, Ibu Komaria. Terima kasih.

KAPUS PPJK KEMENTERIAN KESEHATAN RI (dr. KOLSUM KOMARYANI, MPPM.): Terima kasih Pak Pimpinan.

Page 8: DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA … file2 FRAKSI PARTAI GERINDRA (F-GERINDRA) 18. H. Ahmad Muzani 19. Martin Hutabarat 20. H. Biem Triani Benjamin, B.Sc., M.M. 21. Rachel

8

Yang kami hormati, Bapak Pimpinan dan para Anggota Komisi I DPR RI; Yang kami hormati, Bapak/Ibu dari Kementerian Pertahanan dan juga Mabes TNI; Yang kami hormati, Bapak/Ibu dari Direksi BPJS Kesehatan dan Direksi PT ASABRI.

Pertama-tama kami menyampaikan permohonan maaf karena Pak Subuh/Staf Ahli

Bidang Ekonomi Kesehatan dari Kementerian Kesehatan saat ini memang masih berlangsung rapat antara Menkes dengan jajaran eselon satu, jadi untuk itu Beliau masih berusaha juga untuk hadir kesini.

Namun demikian, kami dari pusat pembiayaan dan jaminan kesehatan kami juga sudah mengikuti proses-proses di Komisi I ini. Saya ingat sudah ada 4 (empat) kali rapat yang sebelumnya memang dihadiri oleh Sekretariat Jenderal yang pertama, lalu ada Direktur Jenderal Pelayanan Kesehatan, dan berikutnya ada Staf Ahli Menteri Bidang Ekonomi Kesehatan, dan terakhir dengan Staf Ahli Menteri Bidang Hukum dan Kesehatan.

Tentang topik bahasan yang sudah disampaikan tadi dari Bapak Dirjen Kuathan dari Kementerian Pertahanan, tentunya ini kita melihat pada RDP-RDP sebelumnya yang menjadi fokus adalah mengenai sistem pelayanan rujukan di TNI. Dan pada rapat-rapat sebelumnya memang sudah disepakati rujukan online dari program JKN yang dikelola oleh BPJS Kesehatan ini sudah di akomodir khusus untuk anggota TNI dan keluarganya, sehingga kelompok peserta JKN dari TNI ini sudah bisa berobat di luar sistem yang ada.

Dan yang menjadi persoalan yang berikutnya adalah tentang regulasi yang memayungi sistem rujukan pada TNI tersebut. Perlu diketahui bahwa Kementerian Kesehatan ini melaksanakan tugas untuk menyelesaikan peraturan-peraturan Menteri Kesehatan sebagai amanat dari Perpres Nomor 82 Tahun 2018 tentang Jaminan Kesehatan.

Dan memang cukup banyak Permenkes yang di proses, baik itu permenkes yang benar-benar baru, lalu permenkes yang merupakan perbaikan-perbaikan dari permenkes yang ada. Jadi prosesnya pun memang ada urutan-urutannya, karena ada yang harus segera terbit, yaitu tentang pelayanan kegawatdaruratan dan mekanisme urun biaya. Ini dibatasi harus terbit 3 (tiga) bulan setelah perpresnya terbit. Perpresnya sendiri terbit bulan September 2018.

Lalu yang lainnya memang sekarang masih fokus untuk penyusunan Permenkes tentang Pedoman Pelaksanaan Jaminan Kesehatan, dimana memang kami sudah bekerjasama/sudah melibatkan semua stake holders, termasuk TNI. Tadi sudah disampaikan oleh Pak Dirjen, kita sudah beberapakali rapat. Dan inipun belum tuntas, karena sangat luasnya pengaturan dalam pedoman pelaksanaan JKN.

Sementara untuk sistem rujukan ini memang akan diarahkan/diatur dalam perubahan Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 001 Tahun 2012, yaitu tentang sistem rujukan. Ini memang di proses di Kemenkes, meskipun masih tahap awal. Yang menjadi leading-nya adalah dari Dirjen Pelayanan Kesehatan di Kementerian Kesehatan. Kebetulan bukan di kesekjenan. Kami di bawah kesekjenan.

Jadi kurang lebih memang belum semua di proses. Dan tentunya juga kami belum mengundang pihak TNI, karena ini memang belum. Terutama untuk yang tarif yang tadi disampaikan Permenkes 76, Permenkes 52, dan sebagainya. Ini memang kami pun sedikit menunda, karena kebijakan untuk meningkatkan iuran atau premi ini masih belum di ambil oleh Pemerintah.

Yang terakhir barangkali tentang pemutusan kerjasama dengan rumah sakit. Sebetulnya ini sudah clear, sudah selesai. Dimana minggu lalu juga sudah ada RDP dengan mitra kerja Kementerian Kesehatan, Komisi IX, juga dengan BPJS Kesehatan. Sebenarnya ini adalah penerapan dari Undang-Undang Tentang Kesehatan juga dan Undang-Undang Rumah Sakit bahwa rumah sakit dalam pelaksanaannya harus menempuh akreditasi. Dan ini memang sudah diberi kesempatan 5 (lima) tahun, tapi ternyata ada beberapa hal dari rumah sakit yang memang belum siap. Jadi intinya memang akreditasi ini adalah melindungi pertama pasien agar pasien ini mendapatkan pelayanan bermutu. Lalu juga tenaga kesehatannya dan rumah sakitnya dalam rangka pemenuhan standar dan pemberian pelayanan bermutu.

Page 9: DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA … file2 FRAKSI PARTAI GERINDRA (F-GERINDRA) 18. H. Ahmad Muzani 19. Martin Hutabarat 20. H. Biem Triani Benjamin, B.Sc., M.M. 21. Rachel

9

Dengan adanya surat rekomendasi dari Menteri Kesehatan memang sudah selesai. Rumah sakit yang tadinya akan dihentikan kerjasamanya dengan BPJS kembali sudah berjalan, dan ini artinya tidak mengganggu pelayanan lagi.

Mungkin itu yang bisa saya sampaikan, terima kasih.

KETUA RAPAT (ASRIL HAMZAH TANJUNG, S.IP.): Terima kasih Ibu Kalsum Komariyani mewakili Menkes, karena Pak Dokter Muhammad

Subuh belum datang. Jadi memang demikian, dari Kemhan juga, Pak Dirjen Kuathan, memang sampai sekarang belum terlihat adanya payung hukum yang jelas ini, masih dalam proses kalau kita lihat dari Ibu.

Ini memang perlu kesabaran. Karena tentara maunya cepat. Kenapa cepat, inikan sudah pengalaman, begitu terlambat kita habis sama musuh. Jadi mudah-mudahan ini bisa agak cepat nanti.

Jadi itu gunanya Permen kan itu. Di Keppres, di Perpres, tidak bisa nampung, Permen. Permen mau bikin 1.000 (seribu) juga tidak apa-apa. Yang penting bisa dijabarkan Keppres atau Perpres yang ada. Saya rasa Ibu Menteri Kesehatan paham sekali ini.

Mudah-mudahan, Pak Bambang, kita mengharapkan ini. Dan lebih kita harapkan lagi apabila antara Kemenhan/TNI ini bisa juga tetap langsung berkoordinasi dengan Kemenkes, BPJS. Bila perlu juga ASABRI. ASABRI itu juga diam-diam banyak duitnya itu. Saya belum cek itu ya. Yang banyak duit itu diam-diam, tidak tahu kemana uang itu ya. Tapi mudah-mudahan nanti bisa di bantu oleh ASABRI kita.

Kita minta mungkin tambahan dari Kapuskes Mabes TNI yang diwakili oleh Pak Kapuskes Angkatan Darat, Pak Bambang Dwi. Kalau ada tambahan silakan Pak.

KEPALA PUSAT KESEHATAN ANGKATAN DARAT (MAYJEN TNI dr. BAMBANG DWI HS, SP.B.,FLNACS.,M.SI.):

Terima kasih. Jadi dari kami jajaran Rumah Sakit TNI prinsipnya bahwa setelah RDP yang terakhir

begitu diputuskan bahwa rujukan berjenjang untuk sementara ditangguhkan. Pelayanan bisa berjalan Pak, cuma sampai sekarang memang yang kami pertanyakan adalah payung hukumnya saja.

Terima kasih.

KETUA RAPAT (ASRIL HAMZAH TANJUNG, S.IP.): Jadi oke Pak Anu ya, bantu Kemhan bagaimana ini. Jangan Pak Bambang ini biar

sendiri dia luntang-lantung. Pak Mizar teman saya itu tidak bisa ikuti terus ini. Jadi saya rasa dari Kapuskes siap ya, AD, AL, AU. Ini kita bersama, prajurit kita kok ini.

Baik, kita lanjutkan ya. Sekarang kita minta Dirut PT ASABRI. Ada tidak PT ASABRI? Ngomong sedikit Pak, nanti baru kita lanjut sama BPJS kalau masih ada.

Silakan.

DIREKTUR UTAMA PT. ASABRI (PERSERO) (SONNY WIDJAJA.):

Terima kasih.

Assalaamu'alaikum Warohmatulloohi Wabarokaatuh. Salam sejahtera bagi kita semua.

Page 10: DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA … file2 FRAKSI PARTAI GERINDRA (F-GERINDRA) 18. H. Ahmad Muzani 19. Martin Hutabarat 20. H. Biem Triani Benjamin, B.Sc., M.M. 21. Rachel

10

Yang terhormat, Pimpinan Rapat Komisi I DPR RI; dan Bapak/Ibu yang terhormat seluruh Anggota Komisi I DPR RI.

Dari ASABRI belum ada perkembangan. Justru kami itu mengharapkan agenda yang

dua ini sudah bisa di bahas sehingga kami berikan masukan. Kami kan operator juga terhadap pelayanan.

Kami tidak menyelenggarakan pelayanan kesehatan seperti yang saya paparkan semula. Kami menyelenggarakan perawatan kesehatan pada kecelakaan kerja saja. Oleh karena itu sejak 5 Desember, sudah satu bulan lebih, tidak ada progress-nya.

Saran saya kepada Dirjen Kuathan untuk lebih menyongsong/mengajak rapat koordinasi dengan Kementerian Kesehatan, duduk bareng begini. Langsung dijadualkan saja kapan kita bisa duduk bareng bisa meluruskan. Kalau tidak begitu tidak cepat Pak. Saling tunggu-menunggu sampai tanggal 32 tidak selesai ini. Sehingga harus saling menyambut satu sama lainnya seperti apa. Kalau sibuk semuanya juga sibuk, banyak kegiatan. Tapi inikan seperti Bapak Pimpinan Rapat tadi, tidak bisa di tunda. Kalau kita terlambat maka kita akan tertembak dulu, mati kita sudah. Oleh karena itu harus ada upaya bersama untuk duduk bareng di forum terpisah antara Kementerian Pertahanan dengan Kesehatan untuk mulai menyusun draft payung hukum, termasuk task force yang kita sepakati pada 5 Desember yang lalu.

Itu saran kami Pak. Secara umum ASABRI sebagai operator siap menjalankan, tetapi siap diskusi juga.

Terima kasih Pak.

Billaahitaufiq Wal Hidaayah. Wassalaamu'alaikum Warohmatulloohi Wabarokaatuh.

KETUA RAPAT (ASRIL HAMZAH TANJUNG, S.IP.):

Terima kasih Pak Sonny. Ini ada harapan kita. Ibu, kalau kurang-kurang, Kemenkes nanti koordinasi sama PT

ASABRI. Tapi bukan untuk itu sebetulnya, ada lagi ya. Tidak apa-apa, kita sudah mendengar mereka siap membantu di bidang apa yang bisa, dan menyarankan supaya jemput bola lah, Mas Bambang. Jangan tunggu-tunggu, serang terus itu Kemenkes itu bagaimana untuk bisa dapat cepat kepastiannya dan payung hukumnya. Kita tahu Kemenkes juga sangat sibuk. Apalagi akhir-akhir ini terjadi bencana alam yang sangat banyak itu, saya pasti tahu pontang-panting Kemenkes itu. Tapi kalau Ibu lihat di TV yang kelihatan baju loreng sama polisi. Tentaranya dulu turun. Bayangkan itu, tentara turun dulu. Ibu belum datang dia sudah kesana. Prajurit kita seperti itu. Jadi sangat disayangkan kalau ini tidak dapat jaminan kesehatan. Kasihan Presiden yang bikin JKN-JKN tapi malah bermasalah begini. Kita lah dengan Permen itu mudah-mudahan ini bisa menjabarkan program dari Keppres/Perpres ini dengan baik.

Silakan sekarang dari BPJS, Ibu Maya atau Pak Bayu, monggo. Pak Dokter Bayu Wahyudi, silakan Pak.

DIREKTUR KEPATUHAN, HUKUM, DAN HUBUNGAN ANTAR LEMBAGA BPJS (DR. dr. H. BAYU WAHYUDI. SPOG. MPHM. MHKES. MM.):

Ijin, Pimpinan.

Yang kami hormati, Pimpinan beserta seluruh Anggota Komisi I DPR RI; Bapak/Ibu mitra Komisi I yang hadir pada kesempatan ini. Assalaamu'alaikum Warohmatulloohi Wabarokaatuh.

Kami menyampaikan perkembangan, dan juga tadi disinggung oleh Pimpinan tentang

permasalahan yang dihadapi dalam dua minggu terakhir ini tentang masalah Jaminan Kesehatan Nasional.

Page 11: DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA … file2 FRAKSI PARTAI GERINDRA (F-GERINDRA) 18. H. Ahmad Muzani 19. Martin Hutabarat 20. H. Biem Triani Benjamin, B.Sc., M.M. 21. Rachel

11

Kalau kita melihat dari kesimpulan rapat yang lalu dimana telah disepakati bahwa di ambil diskresi tentang sistem rujukan, dan sifatnya diskresi tentang membuka sistem rujukan pada fasilitas kesehatan TNI/Polri.

Tentu tadi saran dari Pimpinan dan seluruh Anggota yang men-support, tentu harus di buat satu aturan yang memang legal dan memayungi kita semua, sehingga di kemudian hari tidak menemui masalah hukum. Dan di beri kewenangan dan tugas, dalam hal ini hasil kesimpulan juga diberikan kewenangan kepada Kementerian Kesehatan untuk mengatur hal tersebut.

Dan tadi sudah disampaikan akan melakukan revisi tentang Permenkes 001 Tahun 2012 tentang Sistem Rujukan Layanan Perseorangan. Dalam hal ini tentu BPJS Kesehatan sebagai penyelenggara Jaminan Kesehatan Nasional, dalam hal ini penyelenggara, yang ingin agar pesertanya mendapatkan kpastian akses jaminan kesehatan bila dibutuhkan, sehingga dirasakan kehadiran negara sewaktu peserta membutuhkan. Baik itu peserta TNI maupun Polri ataupun masyarakat umum.

Sesuai dengan fungsi, tugas, wewenang, dan hak yang ada pada BPJS Kesehatan, sesuai dengan Undang-Undang BPJS Nomor 24 Tahun 2011, dan terbaru adanya Perpres 82 Tahun 2018, dimana disebutkan bahwa wewenang BPJS, dalam hal ini ada Pasal 11 yang mengatur sebagai berikut:

Pasal 11 ayat (d) ‘membuat kesepakatan fasilitas kesehatan mengenai besar pembayaran fasilitas kesehatan yang mampu mengacu pada standar tarif yang ditetapkan oleh pemerintah; e. membuat atau menghentikan kontrak kerja dengan fasilitas kesehatan’.

Tadi disinggung bahwa adanya penghentian fasilitas kesehatan. Hal ini adalah mengacu pada undang-undang yang ada, yaitu baik Undang-Undang Nomor 44 tentang Rumah Sakit, syarat-syarat rumah sakit, operasional rumah sakit, dan juga beberapa hal yang telah ditetapkan.

Dan perlu kami sampaikan bahwa, sesuai ayat yang ada di Perpres tersebut juga mengatur tentang kewe3nangan dari BPJS Kesehatan itu sendiri, sehingga pada Pasal 82, Perpres 82 Tahun 2018 pada Pasal 82, disebutkan ‘dalam rangka kendali mutu dan kendali biaya penyelenggaraan program jaminan kesehatan menteri menetapkan kebijakan penyelenggaraan: a. penilaian teknologi kesehatan; b. pertimbangan klinis; c. perhitungan standar tarif; d. monitoring dan evaluasi penyelenggaraan pelayanan jaminan kesehatan’.

Kemudian, bila melihat Pasal 86 ayat (1) ‘dalam rangka kendali mutu dan kendali biaya penyelenggaraan program jaminan kesehatan BPJS Kesehatan mengembangkan teknis operasional, sistem pelayanan kesehatan, sistem kendali mutu pelayanan, dan sistem pembayaran pelayanan kesehatan untuk meningkatkan efisiensi dan efektifitas dalam meningkatkan program jaminan kesehatan’.

Jadi dalam hal ini tentu diperlukan regulasi-regulasi untuk memayungi pelaksanaan sistem jaminan kesehatan ini agar lebih optimal, sehingga diharapkan mempunyai sesuatu yang jelas, dalam hal ini tidak perlu di ambil diskresi sementara bila ada hal-hal yang diperlukan. Seperti diskresi yang beberapa waktu yang lalu sistem rujukan layanan perorangan. Dan ini tentu kami mengharapkan adanya kepastian hukum sehingga regulasi-regulasi yang ada itu bisa berjalan.

Termasuk juga kemarin di ambil suatu diskresi dari Menteri Kesehatan tentang sistem akreditasi rumah sakit yang ada Permenkes nya, kemudian dilakukank surat edaran. Dalam hal ini tentu secara payung hukum memang diperlukan hal yang kira-kira sesuai. Karena sesuai dengan regulasi hukum yang ada, hukum positif, bahwa undang-undang ada istilahnya superior derogat inferior, jadi yang lebih tinggi itu akan menganulir yang lebih rendah. Tetapi yang lebih rendah tidak bisa menganulir yang lebih tinggi. Jadi Undang-Undang Dasar, undang-undang, peraturan pemerintah, kemudian perpres, peraturan menteri, dan sebagainya.

Dan ini ada Peraturan Menteri Kesehatan tentang akreditasi. Tetapi mungkin karena situasi dinamis di masyarakat sehingga heboh, seolah-olah pemutusan hubungan itu karena BPJS, padahal adalah akreditasi yang belum terakreditasi rumah sakit yang nanti secara teknis akan dijelaskan oleh Ibu Maya.

Saya rasa ini saja yang perlu kami sampaikan, terima kasih.

KETUA RAPAT (ASRIL HAMZAH TANJUNG, S.IP.):

Page 12: DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA … file2 FRAKSI PARTAI GERINDRA (F-GERINDRA) 18. H. Ahmad Muzani 19. Martin Hutabarat 20. H. Biem Triani Benjamin, B.Sc., M.M. 21. Rachel

12

Terima kasih. Tolong dilanjutkan nanti dari Pak Wahyu tadi, Ibu Maya ya. Tapi yang kerjasama dengan

rumah sakit sudah balik lagi? Alhamdulillaah. Kenapa saya tanya Pak, anak saya punya rumah sakit. Ini kalau tidak di bayar terus ya kacau juga.

Silakan Ibu Maya Amiarny Rusady.

DIREKTUR JAMINAN PELAYANAN KESEHATAN BPJS (dr. MAYA A. RUSADY, M.KES, AAK.):

Bismillaahirrohmaanirrohiim. Assalaamu'alaikum Warohmatulloohi Wabarokaatuh. Yang kami hormati, Pimpinan Rapat Komisi I DPR RI dan seluruh Anggota, serta seluruh Bapak/Ibu yang hadir.

Pertama ijinkan kami menambahkan informasi yang disampaikan oleh Pak Bayu.

Pertama terkait dengan tindak lanjut RDP. Bapak, ijinkan kami laporkan bahwa sudah ditindaklanjut. Sesuai tadi juga disampaikan dari Bapak dari TNI Puskes bahwa pelayanan rujukan atau sistem rujukan berjenjang bagi lingkungan Kemhan dan TNI sudah diberlakukan perlakuan khusus. Tentu kami sangat menunggu nanti bagaimana payung hukum ini bisa segera kita selesaikan bersama demi keamanan kita bersama.

Kemudian tindak lanjut juga dari rapat sebelumnya. Bapak, ijin kami laporkan bahwa kami sudah mengusulkan nama-nama anggota kami yang bisa menjadi tim task force untuk membantu dalam pembahasan kira-kira pembentukan payung hukum seperti apa. Kami sudah mengirimkan 9 (sembilan) nama dan siap untuk mendukung.

Kemudian juga kami dalam rapat-rapat sebelumnya mengusulkan. Mungkin apa yang kami usulkan ini bisa menjadi bahan untuk pembahasan regulasi/payung hukum ke depan tentang konsep sistem rujukan untuk lingkungan Kemhan dan TNI. Jadi konsep diskresi yang saat ini diberlakukan, itu yang kami usulkan untuk ada payung hukumnya, yaitu bahwa peraturan yang akan di buat ini nanti berlaku untuk seluruh prajurit TNI, PNS Kemhan dan keluarganya, serta purnawirawan yang saat ini masih belum ada payung hukumnya.

Kemudian bahwa, peserta apabila terdaftar di faskes milik TNI, maka kalau dia anggota TNI, prajurit, PNS Kemhan dan keluarga, serta purnawirawan ini bisa langsung di rujuk ke faskes tingkat dua milik TNI atau Kemhan. Kemudian kalau dia terdaftar di faskes non TNI maka tentu mengikuti rujukan berjenjang yang berlaku untuk seluruh peserta JKN. Ini konsep-konsep yang kami usulkan untuk dapat di bahas sebagai materi untuk payung hukum regulasi.

Kemudian menanggapi yang Bapak Pimpinan sampaikan terhadap pemutusan kerjasama rumah sakit. Pertama kami sampaikan, ingin meluruskan berita bahwa tidak ada rumah sakit yang memutuskan kerjasama dengan BPJS Kesehatan karena keterlambatan pembayaran BPJS Kesehatan. Ini yang pertama perlu kami luruskan. Dan kedua bahwa, tidak ada kaitannya dengan defisit JKN yang selama ini di bahas di media. Itu yang pertama.

Kemudian kami ingin menyampaikan bahwa, dalam melakukan kerjasama dengan fasilitas kesehatan tentu BPJS menjalankan amanah yang diembankan kepada BPJS, yaitu bahwa BPJS mempunyai kewenangan untuk melakukan/ membuat kontrak atau memutuskakn kontrak dengan fasilitas kesehatan sesuai ketentuan peraturan perundangan yang ada. Ini di atur dalam Undang-Undang 24 Pasal 11 huruf e, itu jelas sekali.

Kemudian tentu untuk melakukan ini BPJS tidak sendiri. Kami dalam melakukan kerjasama dengan fasilitas kesehatan, kami berkoordinasi dengan dinas kesehatan, asosiasi fasilitas kesehatan, yang kemudian akan memberikan rekomendasi apakah fasilitas kesehatan tersebut bisa di terima untuk kerjasama atau kemudian tidak di terima untuk kerjasama. Demikian juga apabila ada fasilitas kesehatan yang sudah bekerjasama ternyata tidak mengikuti aturan-aturan yang ada, atau tidak memenuhi persyaratan-persyaratan yang ada, maka tim tadi (dinas kesehatan, asosiasi fasilitas kesehatan) bisa memberikan rekomendasi ini diputuskan atau diperpanjang kerjasamanya. Jadi tidak dilakukan sendiri semata oleh BPJS Kesehatan.

Page 13: DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA … file2 FRAKSI PARTAI GERINDRA (F-GERINDRA) 18. H. Ahmad Muzani 19. Martin Hutabarat 20. H. Biem Triani Benjamin, B.Sc., M.M. 21. Rachel

13

Kemudian jelas sekali terkait dengan kontrak kerjasama ini di PP 87 Tahun 2018, khususnya Pasal 67, menyatakan bahwa ‘semua faskes milik pemerintah, baik pusat maupun daerah, wajib kerjasama untuk melayani peserta BPJS Kesehatan’. Yang Pemerintah ya.

Kemudian untuk fasilitas kesehatan swasta ini yang memenuhi persyaratan dapat bekerjasama. Jadi kalimatnya ‘dapat bekerjasama’, bukan ‘wajib’. Kalau yang sebelumnya untuk fasilitas kesehatan pemerintah yang memenuhi persyaratan ‘wajib bekerjasama’. Tentu peraturan memenuhi persyaratan atau tidaknya ini ditentukan oleh peraturan menteri, dalam hal ini Menteri Kesehatan. Itu tertuang dalam peraturan.

Dan dalam menjalankan kerjasama dengan fasilitas kesehatan untuk memastikan mutu dan layanan diberikan oleh fasilitas kesehatan adalah baik, kemudian memenuhi standar-standar pelayanan, maka kami mengikuti peraturan menteri yang menyatakan persyaratan tersebut. Antara lain, Permenkes 71 Tahun 2013, disitu sudah menyatakan persyaratan-persyaratan yang harus dipenuhi oleh sebuah fasilitas kesehatan. Antara lain, harus ada ijin operasional, harus ada surat ijin praktek dokternya. Dan salah satunya adalah akreditasi/sertifikat akreditasi.

Kemudian dilanjutkan perbaikan di Permenkes 99 Tahun 2015 yang menyatakan menindaklanjuti Permenkes 71/2013 yang di revisi dengan Permenkes 99/2015, ditambahkan jangka waktunya bahwa semua persyaratan tersebut harus dipenuhi paling lambat 5 (lima) tahun. Jadi sebetulnya persyaratan rumah sakit untuk bekerjasama dengan BPJS Kesehatan sudah digaungkan sejak tahun 2013. Dan pada tahun 2015 dibatasi 5 (lima) tahun, maka berakhir tentu di 2018. Maka pada 31 Desember 2018 fasilitas kesehatan yang tidak mempunyai persyaratan, salah satu yang tidak memiliki akreditasi itu tidak bisa melanjutkan. Jadi bukan BPJS juga tidak mau kerjasama atau rumah sakit memutuskan, tapi karena persyaratan tersebut.

Untuk ini kami kemudian sudah melakukan himbauan kepada semua fasilitas kesehatan yang ada di wilayah yang bekerjasama sejak bulan Agustus. Kami sudah menghimbau apakah sudah memenuhi semua persyaratan sesuai Permenkes 99/2015.

Kemudian kami melaporkan kondisi setiap akhir tahun, 3 (tiga) bulan sebelum akhir kerjasama berakhir, kami/BPJS melakukan recredentialling. Jadi kalau di awal kerjasama kami melakukan credentialing atau seleksi fasilitas kesehatan, maka setiap akhir tahun kerjasama, sebelum berakhir kerjasama, kami melakukan recredentialling. Dan disitulah kami mendapatkan gambaran bahwa belum semua rumah sakit memiliki persyaratan sesuai yang ditetapkan. Dan ini kami laporkan kepada Kementerian Kesehatan pada bulan Nopember. Kemudian kami lanjutkan juga laporan pada bulan Desember.

Kenapa kami laporkan sebulan kemudian, karena memang angka bergerak terus. Ada rumah sakit-rumah sakit baru yang bertambah, sebanyak 33 rumah sakit di bulan Desember. Dan ternyata rumah sakit ini belum memiliki akreditasi. Tentu kondisi ini wajib kami laporkan kepada Kementerian Kesehatan yang membuat regulasi.

Atas apa yang kami sampaikan kemudian Pak Dirjen Kementerian Kesehatan juga membuat surat edaran menghimbau seluruh rumah sakit agar mengikuti semua persyaratan, khususnya akreditasi. Dan di beri waktu apabila yang belum terakreditasi agar memenuhi persyaratan akreditasi dalam waktu 6 (enam) bulan, yaitu 1 Januari 2019 sampai 30 Juni 2019. Artinya diberi toleransi lagi waktu. Atas dasar ini kemudian ada surat menteri pada 31 Desember menyatakan kepada BPJS, rumah sakit yang walaupun belum memenuhi credentialling, kemudian belum mempunyai sertifikat akreditasi, tapi bisa di kontrak kembali. Itu direkomendasikan, maka kami kemudian kontrak.

Kemudian ada tambahan lagi surat menteri bulan Januari tanggal 4 menyatakan ada tambahan rumah sakit belum terakreditasi tapi kemudian bisa di kontrak. Maka setelah kami tindak lanjut bisa dikatakan seluruh rumah sakit yang bekerjasama dengan BPJS Kesehatan yang belum terakreditasi sudah kami tindak lanjut perpanjang kontraknya. Jadi tidak ada lagi isu bahwa tidak ada rumah sakit yang tidak bekerjasama karena masalah akreditasi.

Itu yang dapat kami laporkan, Bapak. Tentu ada rumah sakit yang tidak dapat kami perpanjang, karena yang sangat prinsip yaitu ijin operasional rumah sakit sudah tidak ada, sudah habis, dan belum di urus. Tentu untuk hal-hal ini kami tidak dapat melanjutkan kerjasama. Namun kami tentu memikirkan akses pelayanan bagi peserta. Kami tetap melihat/berkoordinasi dengan dinas kesehatan setempat, dengan asosiasi fasilitas kesehatan, dimana kira-kira pelayanan bisa dialihkan kepada yang terdekat.

Page 14: DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA … file2 FRAKSI PARTAI GERINDRA (F-GERINDRA) 18. H. Ahmad Muzani 19. Martin Hutabarat 20. H. Biem Triani Benjamin, B.Sc., M.M. 21. Rachel

14

Mungkin itu yang dapat kami laporkan, Bapak, terima kasih.

Assalaamu'alaikum Warohmatulloohi Wabarokaatuh. KETUA RAPAT (ASRIL HAMZAH TANJUNG, S.IP.):

Wa’alaikumsalaam.

Jadi terima kasih, Pak Bayu, Ibu Maya. Di luar itu orang tidak tahu ini rumah sakit pemerintah, rumah sakit swasta, ini wajib atau

tidak wajib untuk BPJS tidak tahu. Mereka semuanya ‘harusnya bisa’, ini yang juga kita waspadai. Hampir semua, dia tidak tahu itu rumah sakitnya sudah ada belum kerjasama. Yang penting ada BPJS dia ikut.

Malah ada lagi, Pemda Bekasi, bikin kartu sehat sendiri lagi kalau tidak salah. Bekasi mana saya tidak tahu itu bikin itu. Jadi bingung ini bagaimana ini. Apa memang ini pembayaran setor ke rumah sakit itu lewat pemda? Untuk BPJS nya lewat pemda tidak, Pak Bayu, tidak? Apa lewat mana itu? Saya tidak tahu itu lewat mana itu uang di terima itu.

DIREKTUR KEPATUHAN, HUKUM, DAN HUBUNGAN ANTAR LEMBAGA BPJS (DR. dr. H. BAYU WAHYUDI. SPOG. MPHM. MHKES. MM.):

Ijin Pak. Ada beberapa jenis peserta JKN. Pertama adalah PBI (Penerima Bantuan Iuran) yang

ditetapkan oleh pemerintah pusat, dalam hal ini Kementerian Sosial, yang anggarannya dimasukkan dalam anggaran. KPA nya kebetulan ada disini, Ibu Kalsum Komariyani. Itu dibiayai oleh pemerintah pusat.

Kemudian ada yang dibiayai oleh APBD. Dalam hal ini tentu yang APBD-APBD ini yang mungkin yang menjadi permasalahan.

Kemudian peserta yang sifatnya non PBI, atau Peserta Penerima Upah. Seperti TNI/Polri itu dibiayai oleh Pemerintah. Tapi ada yang mandiri atau yang swasta, ini yang langsung ke BPJS.

KETUA RAPAT (ASRIL HAMZAH TANJUNG, S.IP.):

Jadi memang ada yang lewat pemda ya pembayarannya? Ini saya belum tahu. Baik, Bapak/Ibu, terima kasih para mitra. Ini, silakan ini teman-teman saya dari Komisi I,

karena masih ada waktu untuk kita mungkin pendalaman sedikit. Nanti kurang-kurang kita tambah lagi.

Pertama, silakan Pak Doktor Sukamta. Nanti berikutnya Pak Budi Youyastri, kemudian nanti yang ketiga Pak Hidayat Nurwahid.

Silakan, Pak Sukamta. F-PKS (H. SUKAMTA, Ph.D.):

Terima kasih Pimpinan.

Anggota dan tim dari Pemerintah, Dirjen Kuathan, Kepala Pusat Kesehatan TNI, dari Kementerian Kesehatan, PT ASABRI, BPJS Kesehatan, dan semua staf yang terhormat semuanya.

Saya kira hari-hari ini BPJS baru menjadi lakon di republik ini. Dan kita berdo’a mudah-mudahan segera selesai persoalan yang ditangani. Dan tanggung jawab yang saya kira sangat mulia walaupun berat, karena ini mengurusi kesehatan seluruh, atau tepatnya jaminan kesehatan bagi seluruh rakyat Indonesia.

Saya ingin fokus pada TNI, tadi disampaikan dari Kemenkes payung hukum soal pelayanan khusus bagi TNI dan PNS di lingkungan TNI dan keluarganya. Ini sekarang ada di

Page 15: DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA … file2 FRAKSI PARTAI GERINDRA (F-GERINDRA) 18. H. Ahmad Muzani 19. Martin Hutabarat 20. H. Biem Triani Benjamin, B.Sc., M.M. 21. Rachel

15

Kemenkes ya. Dan tadi dari semua pihak yang terkait ini menyampaikan bahwa tidak bisa melangkah secara teknis sebelum ada payung hukumnya. Dan saya kira temuan kita di lapangan juga sama, teman-teman kita di mitra Komisi I di rumah sakit TNI mereka belum bisa melaksanakan pelayanan khusus kepada anggota TNI walaupun di rumah sakitnya sendiri sebelum ada pedoman kerja yang teknis, dan belum ada payung hukum yang memayungi semuanya ini.

Saya kira kalau kita lihat sejarah, mungkin mengulang sedikit, karena TNI ini tugas khususnya adalah untuk menjadi prajurit yang siap perang setiap saat, maka TNI merasa perlu membuat rumah sakit sendiri, supaya seluruh ketugasan itu tidak terganggu oleh adanya kondisi TNI/prajurit TNI yang tidak siap tempur. Walaupun di masa damai, TNI harus menyiapkan diri terus untuk tempur. Latihan tiap hari, ada di barak, yang sakit juga harus segera diobati. Itu sebabnya TNI perlu membuat rumah sakit sendiri.

Dan dalam perkembangannya setelah ada sistem Jaminan Kesehatan Nasional, teman-teman TNI ini dengan sangat legowo menuruti undang-undang memperlebar pelayanannya, tidak hanya untuk TNI tapi juga untuk seluruh rakyat Indonesia sebagaimana ketentuan undang-undang. Saya kira ini harus kita hormati apa yang diputuskan oleh TNI sebagai institusi yang terus tunduk pada undang-undang. Walaupun sebetulnya kita tahu ini ‘merugikan’ bagi pelayanan prajurit TNI itu sendiri. Disinilah saya kira pentingnya kita agak simpati terhadap teman-teman TNI ini.

Untung sekali kita ini sekarang kondisinya damai. Coba kalau kita ini agak berperang sedikit dengan negara lain, ada trouble, ada problem keamanan, terus TNI kita ini ada hambatan-hambatan yang kita ciptakan sendiri. Prajuritnya saya yakin mayoritas sehat. Tapi kalau ada yang tidak sehat, atau terkena masalah-masalah di peperangan, kemudian harus pakai kondisi-kondisi aturan-aturan prosedur normal, nanti prajurit pulang dari medan perang harus di rujuk dulu ke puskesmas, harus ke tingkat berikutnya-tingkat berikutnya, saya khawatir republik ini bisa hancur gara-gara sistem yang kita buat sendiri yang tidak efektif, tidak efisien. Itu dari sisi efisiensi.

Yang kedua juga saya kira kebutuhan TNI ini menjaga rahasia akan kualitas sumber daya manusianya. Salah satunya dari sisi kesehatan prajuritnya. Saya tidak bisa membayangkan kalau prajurit TNI ini medical record-nya itu ketahuan oleh musuh. Saya kira intelijen musuh sangat mudah sekarang dengan sistem online ini mencari medical record dimana-mana. Sekarang ini yang ter-record kan baru alat-alat perangnya. Kapal perangnya yang punya sekian puluh, yang bisa layak operasional sekian. Kapal selamnya bisa nyelam, tapi belum tentu bisa balik lagi yang ada kan.

Kalau begini ini gampang. Tapi kalau sampai prajuritnya juga ketahuan, TNI punya 400 ribu prajurit, yang sakit ginjal sekian puluh ribu, yang sakit gula sekian puluh ribu, ini lawan langsung ngincer, “Wah TNI yang dulu ditakuti karena SDM nya, bukan peralatannya, tiba-tiba ini sakit semua TNI nya, tenang saja, ayo kita kilik-kilik saja, tidak usah di kasih perang yang serius begitu. Yang kena-kena gula sudah tidak bisa lari, yang kena ginjal tidak bisa bertahan di hutan”. Mau berapa lama negara ini akan bertahan kalau TNI nya sudah tidak punya rahasia SDM nya. Ini ada di dalam sistem kesehatannya.

Saya ini terus terang agak prihatin dan terkejut sekali Kementerian Kesehatan ini tidak melihat ini sebagai prioritas. Inikan kondisinya menurut saya memang tidak darurat perang. Tapi kalau itu terjadi, jangan sampai terlambat. Saya tidak tahu, mungkin sesibuk-sibuknya birokrasi di Kemenkes, kan ada bagian hukum yang mengurusi. Berapa banyak peraturan yang diurusi oleh bagian hukum sehingga memprioritaskan rancangan permenkes saja itu sudah sekian minggu tidak selesai. Dan saya tidak mendapatkan jawaban tadi kapan akan selesai. Ini hanya nunggu antrian. Jadi yang antri bukan hanya rakyat di BPJS saja rupanya, peraturan di Kementerian Kesehatan juga nunggu antrian yang terlalu lama. Menurut saya yang begini ini agak susah kalau dibiarkan.

Saya mengharapkan, kalau dari kementerian ini memang antri, harus prosedurnya begitu, tidak ada sense of daruratnya, sense of emergency-nya tidak di anggap ini business as usual normal begini, tolong kami diberitahu kapan antrinya. Setahu saya dokter saja bisa kasih jadual antrian kita akan selesai kapan pasien akan di periksa janjiannya. Jamnya juga sampai ketahuan kan, karena dokter ini padat banget. Dan saya kira dokter biasa sekali punya jadual

Page 16: DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA … file2 FRAKSI PARTAI GERINDRA (F-GERINDRA) 18. H. Ahmad Muzani 19. Martin Hutabarat 20. H. Biem Triani Benjamin, B.Sc., M.M. 21. Rachel

16

yang super-super padat, sehingga untuk urusan antrian peraturan/membahas peraturan ini harapan kami bisa lah ditetapkah kapan ini tanggal akan di bahas dan kapan akan selesai. Sehingga paling tidak teman-teman TNI ini punya kepastian. Kalau mau perang nunggu dulu peraturannya ini selesaikan dulu, jangan sampai ini nanti mau perang panglima angkatan perangnya bilang dulu ke musuh “tunggu dulu dong kalau mau nyerang, tunggu peraturan menteri selesai dulu”.

Jadi saya kira ini perlu diseriusi, Pak Ketua, bagaimana caranya supaya urusan yang sebetulnya menurut saya tidak njlimet. Karena urusannya kan urusan antrian ini. Bukan urusan konten, bukan urusan anggaran yang tidak ada. Kalau urusan antrian itu urusan kinerja. Bagaimana kita ini mau lembur, mau menyelesaikan, membuat prioritas. Ini babnya bab manajemen, bukan bab urusan-urusan yang sangat serius.

Tolong, Pimpinan, cari cara. Kalau bisa diputuskan hari ini, kapan kepastiannya, tanggalnya, tanggal dibahasnya, tanggal selesainya. Kalau hari ini tidak bisa diputuskan juga, saya minta kepada Pimpinan mohon supaya koordinasi dengan Pimpinan DPR supaya koordinasi dengan bosnya menteri, supaya bosnya menteri lah yang menyuruh supaya bisa diprioritaskan. Kalau yang demikian tidak bisa diatasi, nanti setelah sampai selesai pemilu tdiak selesai juga. Selesai ganti pemerintahan tidak selesai juga itu. Khawatir nanti kalau situasi tidak stabil, di kawasan ada masalah, ada persoalan, prajurit kita. Jangankan dengan negara lain, dengan urusan dalam negeri juga kalau prajuritnya tidak bisa ditugaskan karena urusan-urusan kesehatan tidak selesai ini, ini akan mengganggu ketahanan nasional kita.

Terima kasih Pimpinan. KETUA RAPAT (ASRIL HAMZAH TANJUNG, S.IP.):

Terima kasih Pak Doktor Sukamta. Intinya sebetulnya ini, Ibu Kalsum, ini mengenai waktunya yang di kejar, yang di tunggu.

Kalau berlama-lama nanti habis pemilu sudah lain lagi menterinya, tidak jadi lagi. Apalagi saya di tunjuk sebagai Menteri Kesehatan, tambah amburadul, tidak bisa. Jadi ini yang penekannya seperti itu. Memang kemajuan ini sekarang tidak bisa kita cegah, kemajuan teknologi tidak bisa. Apalagi online-online ini. Ini intinya.

Kita lanjut yang kedua, tadi Pak Budi Youyastri. Silakan, Pak Budi.

F-PAN (BUDI YOUYASTRI): Pimpinan, terima kasih.

Anggota Komisi I yang terhormat; Bapak/Ibu dari jajaran Pemerintah, Pak Dirjen Kuathan.

Saya mengapresiasi bahwa untuk pengenaan dengan cara online itu di pending

sehingga pelayanan kepada prajurit kita bisa berjalan, saya mengucapkan terima kasih kepada Kementerian Kesehatan dan BPJS. Tapi ternyata regulasinya tidak di buat. Jadi selama 2 (dua) bulan lebih Menteri Kesehatan kerjanya tidur. Katanya suruh kerja-kerja malah tidur.

Pimpinan, ini yang datang katanya Sekjen, tapi tidak datang Sekjen nya. Diwakilkan. Saya tidak tahu eselon satu atau eselon dua ini yang datang, Pimpinan.

Ibu, eselon satu atau eselon dari Kementerian Kesehatan? Eselon dua. Pimpinan, buat saya omongannya Ibu barusan diabaikan. Kita mengadakan lagi rapat

gabungan dengan Komisi IX, panggil menterinya di dalam ruangan ini, Pimpinan. Paksa menterinya. Karena buat saya ini penghinaan kepada lembaga negara. Eselon satu tidak datang, diwakili eselon dua. Dan Ibu itu sifatnya cuma narasumber, tidak ada gunanya buat saya. Apapun yang Ibu omongkan saya abaikan, dan minta di notulen semuanya diabaikan sebagai bagian dari kesepakatan rapat kita. Karena dia tidak punya kewenangan secara tupoksinya.

Yang kedua, saya mau tanya kepada Pak Bambang, kepada Dirjen Kuathan. Pak Dirjen, semua prajurit kita, semua keluarga prajurit kita itu mendapatkan gaji dari

negara. Dan kemudian mereka ikut membayar BPJS bulanan yang di pungut oleh Bapak, oleh

Page 17: DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA … file2 FRAKSI PARTAI GERINDRA (F-GERINDRA) 18. H. Ahmad Muzani 19. Martin Hutabarat 20. H. Biem Triani Benjamin, B.Sc., M.M. 21. Rachel

17

Kuasa Pemegang Anggaran langsung di p;otong di KPPN mustinya. Pertanyaan saya adalah, berapa jumlah prajurit TNI dan keluarganya dan purnawirawan yang di potong untuk iuran BPJS, jumlahnya berapa dalam sebulan atau setahun. Saya minta jumlahnya yang pasti. Tolong datanya diberikan kepada kami.

Lalu yang kedua pertanyaan saya adalah, berapa uang yang dikeluarkan oleh rumah sakit TNI yang di bawah koordinasi Mabes TNI di semua UO, dan di Kementerian Pertahanan, yang berhubungan langsung dengan prajurit, keluarga, dan purnawirawannya. Saya ingin tahu duitnya berapa yang kita kumpulkan untuk BPJS, dan berapa uang yang sudah dikeluarkan oleh semua rumah sakit untuk pelayanan kesehatan prajurit, keluarga, dan purnawirawannya. Saya ingin melihat kecocokkannya.

Yang ketiga pertanyaan saya kepada Pak Bambang. Pak Bambang tetap punya dua peraturan perundang-undangan mengenai kesehatan. Satu Undang-Undang Jaminan Kesehatan, yang kedua Undang-Undang Pertahanan kita. Dua-dua undang-undang itu mengatur tentang regulasi kesehatan prajurit kita. Jadi tidak ada yang menyatakan bahwa Bapak harus tunduk kepada Undang-Undang JKN. Bapak wajib tunduk kepada Undang-Undang Pertahanan, buat saya begitu esensinya. Kenapa, Bapak adalah alat negara, sedangkan JKN itu adalah fungsi sosial dari negara, berbeda filosofinya, berbeda maksud dan tujuannya. Jika ada perbedaan tafsir terhadap undang-undang, terhada regulasi, saya sebagai wakil rakyat mendesak Pak Bambang, Kementerian Pertahanan, gunakan Undang-Undang Pertahanan kita.

Sehingga pertanyaan saya, misalnya tadi, saya tidak mengerti regulasi di internal, Pak Bambang, di Kementerian Pertahanan. Misalnya tadi tentang kerahasiaan medical record, itu statusnya apa? Dia rahasia negara, dia adalah milik data private-nya prajurit, atau dia data publik? Misalnya itu Pak, saya butuh regulasi dari Bapak mengenai status medical record, kemudian status kesiapsiagaan kesehatan prajurit kita dan seterusnya yang saya tidak paham. Kalau Bapak punya regulasinya tolong disampaikan kepada saya.

Kemudian tolong disampaikan juga mana yang comply dan mana yang tidak dengan Kementerian Kesehatan. Kalau tidak comply dengan Kementerian Kesehatan, maka saya akan menyatakan gunakan punya Bapak, abaikan yang Menteri Kesehatan.

Terima kasih.

KETUA RAPAT (ASRIL HAMZAH TANJUNG, S.IP.): Terima kasih Pak Budi Youyastri. Jadi benar ini, kalau di undang ini jarang-jarang datang/tidak datang ya percuma kita

tidak bisa mengambil keputusan. Memang kita ada rencana nanti ada rapat langsung gabungan dengan Komisi IX dan badan terkait lainnya, biar ini cepat selesai. Jadi tolong ini untuk Pak Budi ya.

Yang ketiga, silakan Pak Hidayat Nurwahid.

F-PKS (DR. H.M. HIDAYAT NUR WAHID, M.A): Terima kasih Pak Ketua.

Yang mewakili Ibu Menkes, rekan-rekan dari Kemenhan, dari ASABRI, dari BPJS, dan mitra kerja kita semuanya; Rekan-rekan Komisi I yang semuanya saya hormati. Assalaamu'alaikum Warohmatulloohi Wabarokaatuh. Selamat siang dan salam sejahtera untuk kita semuanya.

Saya melanjutkan yang disampaikan rekan-rekan tadi. Secara prinsip memang

seharusnya rapat-rapat kita ini efektif dihadiri oleh pihak-pihak yang memang berkewenangan sesuai dengan undangannya untuk bisa mengambil keputusan. Karena kita semuanya pastilah sangat sibuk, tapi menjadi akan sangat sibuk kalau kita tidak efektif di dalam penyelenggaraan rapat-rapat kita.

Page 18: DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA … file2 FRAKSI PARTAI GERINDRA (F-GERINDRA) 18. H. Ahmad Muzani 19. Martin Hutabarat 20. H. Biem Triani Benjamin, B.Sc., M.M. 21. Rachel

18

Jadi karenanya apapun juga, karena ini sudah terlanjur ada rapat ini ya saya berharap nanti dari yang mewakili Kemenkes untuk secara amanah menyampaikan apapun keputusan yang ada disini untuk segera ditindaklanjuti.

Nomor dua, ini kayaknya rapat yang ketiga terkait dengan masalah pelayanan kesehatan untuk rekan-rekan dari TNI, atau melibatkan dari unsur Kementerian Kesehatan dan juga Komisi I. Tapi apa yang kemudian disepakati secara prinsip, yaitu adanya semacam terobosan untuk sementara melakukan semacam diskresi untuk pelayanan/untuk rujukan online berjenjang bagi prajurit TNI, PNS Kemenhan dan keluarganya, serta purnawirawan yang diperlakukan secara khusus, ternyata sampai detik ini inti yang diharapkannya belum bisa diwujudkan, yaitu adanya payung hukum. Padahal ketiadaan payung hukum ini sesungguhnya serius. Apalagi di era dimana, mohon maaf, KPK begitu sangat gencar, dan semua orang menyoroti tentang masalah korupsi. Kita tidak ingin, apalagi TNI kita, prajurit-prajurit kita, kemudian dipermasalahkan hanya karena keterlambatan atau ketiadaan payung hukum akibat keterlambatan pembuatan daripada payung hukum ini. Jadi jangan sampai mereka-mereka, dan juga BPJS saya yakin juga tidak ingin terlibat dalam masalah hanya karena adanya keterlambatan payung hukum. Dan tadi dari BPJS sudah menyampaikan, terima kasih keterangannya, menyodorkan 9 (sembilan) nama untuk kemudian dilibatkan di dalam penggodokan payung hukum ini.

Inikan harusnya Kemenkes lebih sigap lagi ya. Karena pastilah Kemenkes juga tidak ingin mempunyai masalah dari sisi hukum terkait dengan masalah KPK. Dan pihak yang terkait pun sudah amat sangat mendorong untuk segera adanya payung hukum ini. Komisi I sangat mendorong, dari rekan-rekan TNI sangat mendorong, dari BPJS juga sangat mendorong. Maka mestinya memang harus ada prioritas untuk segera selesainya masalah ini, Diprioritaskan sesegera mungkin adalah satu hal yang amat sangat diharuskan.

Apalagi kita juga paham bahwa ini tidak hanya terkait dengan rekan-rekan dari TNI saja, tapi juga dengan keluarga mereka. Rekan-rekan TNI sekalipun mereka sehat wal afiat, dan mereka bisa melaksanakan tugas tempur sekalipun, tapi kalau mereka tahu mendapat informasi keluarganya sakit dan tidak mendapatkan pelayanan yang sebenarnya, dan/atau pelayanan yang masih sisi hukumnya bermasalah, saya yakin juga konsentrasinya bisa tidak penuh. Bisa jadi misalnya bisa menembak tepat sasaran, karena tidak konsentrasi bisa jadi malah menghambur-hamburkan banyak peluru, padahal peluru kita terbatas.

Jadi menurut saya ini amat sangat dipentingkan. Karena sekali lagi, ini tidak hanya terkait dengan rekan-rekan TNI, tapi juga dengan keluarga mereka yang keluarga itu pastilah akan sangat berpengaruh ke dalam kinerja dari rekan-rekan TNI kita, baik dalam posisi perang maupun dalam posisi yang damai. Jadi karenanya saya sangat mendukung agar payung ini segera dan diprioritaskan. Dan menurut saya bisa diputuskan agar kita disini menyepakati agar Kementerian Kesehatan memprioritaskan dalam tempo yang secepat-cepatnya dan sesingkat-singkatnya payung hukum ini bisa segera diselesaikan.

Terlepas dari apakah nanti akan ada presiden baru atau ada presiden yang lainnya, saya yakin kalau ini segera selesai akan menjadi warisan yang amat sangat bagus Kementerian Kesehatan memberikan rasa aman kepada seluruh pihak sehingga tidak terjadi masalah. Ini saya kira justru di bulan-bulan terakhir ini menjadi khusnul khotimah bagi Kementerian Kesehatan di bawah kepemimpinan Ibu Menteri. Kalaupun nanti akan dilanjutkan ya biarlah itu nanti. Tapi yang jelas bahwa masa akhir ini menjadi masa yang dipentingkan untuk menghadirkan sebuah kinerja yang unggulan untuk menyelamatkan semua pihak, termasuk TNI dan keluarganya, dan para prajuritnya, dan juga termasuk purnawirawannya.

Terakhir saya ingin sampaikan sebuah pertanyaan kepada BPJS khususnya. Ini ada informasi di meja kami temuan atau informasi bahwa rumah sakit di bawah naungan Kementerian Pertahanan sampai hari ini masih menanggung beban karena klaim BPJS yang belum dibayarkan hingga jumlahnya 500 miliar rupiah. Ini kami mohon konfirmasinya dan sekaligus penyelesaiannya. Supaya lagi-lagi rekan-rekan TNI kita tidak lagi dibebani dengan masalah-masalah semacam ini. Sebab kalau ini betul-betul ada dan kemudian berdampak kepada rumah sakit Kemenhan atau rumah sakit di bawah naungan Kemenhan yang kemudian 500 miliar pasti jumlah yang tidak sedikit. Banyak rumah sakit yang sudah mengeluhkan tentang keterlambatan pembayaran BPJS ini. Saya kira ini menjadi bagian dari yang juga penting untuk diprioritaskan untuk segera diselesaikan.

Page 19: DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA … file2 FRAKSI PARTAI GERINDRA (F-GERINDRA) 18. H. Ahmad Muzani 19. Martin Hutabarat 20. H. Biem Triani Benjamin, B.Sc., M.M. 21. Rachel

19

Karena alhamdulillaah, mohon maaf, kalau ukurannya adalah dari kertas penyampaian BPJS ini sangat mewah, ini mewah sekali. Kertasnya pun sangat-sangat mewah. Ini pasti anggarannya pun juga sangat banyak ini. Dibandingkan dengan yang dilaporkan dari Kemenhan maupun Kemenkes sederhana sekali itu. Maksud saya rupanya BPJS cukup longgar anggarannya. Kalau memang benar anggarannya sangat longgar, daripada di bikin untuk map-map yang sangat mewah kayak begini kenapa tidak diprioritaskan untuk segera melunasi tunggakan-tunggakan pembayaran kepada banyak rumah sakit yang mengeluhkan. Minggu yang lalu kita mendapatkan berita di salah satu koran bahwa rumah sakit di Kabupaten Bogor saja itu tunggakan dari BPJS tidak kurang dari 200 miliar rupiah. Maksud saya daripada kemudian dipakai untuk map yang ini juga tidak terlalu sangat berguna, dan anggarannya pasti juga ada, lebih bagus mapnya sederhana saja tapi anggarannya bisa maksimal dipergunakan untuk melunasi tanggungan-tanggungan BPJS terhadap rumah sakit-rumah sakit.

Terima kasih.

Wassalaamu'alaikum Warohmatulloohi Wabarokaatuh.

KETUA RAPAT (ASRIL HAMZAH TANJUNG, S.IP.):

Wa’alaikumsalaam. Terima kasih Pak Hidayat Nurwahid. Mungkin dari sektor kiri, Pak Charles, Pak Timbul, ada? Cukup ya. Jadi ada 3 (tiga) tadi tanggapan, pertanyaan, atau saran, silakan ditanggapi. Mulai dari

Pak Bambang nanti beserta jajarannya, kemudian nanti dari Kemenkes, yang terakhir dari BPJS. Ibu Maya ya, tolong nanti mungkin ada yang perlu dimasukkan. Karena sampai sekarang orang menganggap petugas BPJS itu gajinya besar-besar, dirutnya itu 500 juta, kenapa orang tidak bisa dilayani kesehatan.

Menghilangkan image itu tidak gampang itu. Mungkin tidak ada segitu, kita tahu. Itu anggapan masyarakat, “kenapa ini, ini BPJS gajinya ratusan juta, dirutnya saja 500, kok kita tidak ditangani kesehatan”. Namanya kan masyarakat banyak seperti itu.

Silakan Pak Bambang dengan grupnya menanggapi tiga yang hal tadi itu, dari Pak Doktor Sukamta, Pak Budi Youyastri, dan Pak Hidayat Nurwahid. Monggo, silakan.

DIREKTUR JENDERAL KEKUATAN PERTAHANAN KEMENTERIAN PERTAHANAN RI (MAYJEN TNI BAMBANG HARTAWAN, M.SC.):

Terima kasih Pimpinan. Saya akan mencoba mejawab satu persatu yang menjadi pertanyaan kepada kami. Pada prinsipnya sebagaimana tadi disampaikan oleh pihak BPJS bahwa memang sudah

ada diskresi untuk pelaksanaan program BPJS ini kepada pihak rumah sakit TNI dan Kemhan. Hanya masalahnya memang diskresi ini perlu di dukung oleh satu regulas. Memang dari kami pun tidak mau bergerak tanpa ada regulasi. Karena karena kalau diskresi itu sifatnya sementara, maka itu kami berharap sangat besar pada regulator, dalam hal ini adalah Kemenkes, untuk segera membuat regulasinya. Karena kami ini adalah sebagai operator sebagian rumah sakit.

Memang yang disampaikan oleh Pak Budi tadi, kami ada 2 (dua) undang-undang yang kami patuhi untuk masalah kesehatan ini. Satu adalah Undang-Undang Pertahanan TNI, dan juga undang-undang yang berlaku dari Kemenkes. Memang pada saat kami dalam kondisi kritis, yang kami kerjakan adalah undang-undang yang menyangkut Undang-Undang Pertahanan dan TNI. Apabila prajurit kami memang dalam kondisi yang kritis dan sebagainya ini yang kami abaikan adalah aturan yang dari regulator, yang kami utamakan adalah undang-undang dari TNI/Polri.

Hanya disini kami membentur satu lagi, yaitu yang dalam satu sistem yang sekarang sedang berjalan yaitu berlakunya BPJS. Hingga pada saat kami mengatasi sendiri tentunya kami mengeluarkan biaya untuk mengatasi permasalahan yang ada di dalam kami. Karena kami sudah bagian dari anggota BPJS, pada saat kami tagihkan ke BPJS ini yang mungkin di tolak

Page 20: DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA … file2 FRAKSI PARTAI GERINDRA (F-GERINDRA) 18. H. Ahmad Muzani 19. Martin Hutabarat 20. H. Biem Triani Benjamin, B.Sc., M.M. 21. Rachel

20

karena tidak sesuai prosedur sehingga BPJS tidak mau membayar karena kami tidak sesuai prosedur. Kira-kira seperti itu. Kalau kami jalankan proses ini sesuai dengan regulasi kami sendiri. Tentunya kami membutuhkan dengan adanya diskresi tadi yang disampaikan oleh pihak BPJS ini sudah smooth jalannya. Hanya diskresi inikan perlu ada regulasi yang memayunginya ini/perlindungan hukumnya ini.

Yang kita harapkan ke depan dari pihak regulator, dalam hal ini Kemenkes, di dalam keputusan sidang rapat kemarin adalah sebagai leading sector untuk melakukan pembahasan sebagai task force ini perlu segera direalisasikan.

Kami bukannya tidak mau menjemput bola dan sebagainya. Nanti kami malah salah lagi kalau kami menjemput bola, karena kami bukan pihak regulator untuk membuat itu. Memang kami bisa mengundang, tapi nanti hasilnya tidak optimal kalau kami yang mengundang dan lain sebagainya. Sehingga kami butuh keputusan sesuai dengan yang disampaikan oleh putusan rapat yang lalu bahwa leading sector adalah Kemenkes, karena memang mereka adalah regulator di bidang kesehatan.

Kemudian pertanyaan kedua masalah, tadi disampaikan oleh Pak Sukamta, juga disampaikan oleh Pak Budi, tentang kerahasiaan atau medical record untuk prajurit. Saya kira ini berlaku hampir di seluruh dunia untuk prajurit ini. Memang data kesehatannya bagian dari kerahasiaan negara. Karena apabila ada data kesehatan dari prajurit ini yang tentunya, apalagi unsur pimpinan dan sebagainya, ini bisa menjadi satu kelemahan bagi kita dalam rangka kita menghadapi lawan-lawan kita. Kira-kira seperti itu.

F-PAN (BUDI YOUYASTRI):

Pimpinan, pendalaman. Jika sudah menjadi regulasinya internal Kementerian Pertahanan, pertanyaan saya

adalah, di dalam proses penagihannya apakah BPJS meminta medical record dari prajurit kita selama ini dalam prakteknya?

KETUA RAPAT (ASRIL HAMZAH TANJUNG, S.IP.):

Itu memang bayar tidak prajurit kita? Seperti umum itukan bayar juga yang Pak Budi

tanya tadi. Di potong tidak prajurit kita?

DIREKTUR JENDERAL KEKUATAN PERTAHANAN KEMENTERIAN PERTAHANAN RI (MAYJEN TNI BAMBANG HARTAWAN, M.SC.):

Di potong Pak, di potong 2 persen. Tapi yang 3 persen dari APBN, subsidi. Jadi 5

persen. Tetap di potong Pak, kita di potong 2 persen dari 5 persen itu. Untuk prajurit TNI dengan PNS dan keluarga adalah sekitar 1 juta 523 ribu 460 orang. Kalau di tambah dengan purnawirawan itu menjadi sekitar 2 juta 565 ribu 193 orang.

F-PAN (BUDI YOUYASTRI):

Iuran BPJS nya berapa?

DIREKTUR JENDERAL KEKUATAN PERTAHANAN KEMENTERIAN PERTAHANAN RI (MAYJEN TNI BAMBANG HARTAWAN, M.SC.):

Variatif Pak.

F-PAN (BUDI YOUYASTRI):

Saya butuh jumlah totalnya, berapa total yang dibayarkan menjadi iuran ke BPJS?

Page 21: DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA … file2 FRAKSI PARTAI GERINDRA (F-GERINDRA) 18. H. Ahmad Muzani 19. Martin Hutabarat 20. H. Biem Triani Benjamin, B.Sc., M.M. 21. Rachel

21

DIREKTUR JENDERAL KEKUATAN PERTAHANAN KEMENTERIAN PERTAHANAN RI (MAYJEN TNI BAMBANG HARTAWAN, M.SC.):

Datanya mungkin ada di BPJS Pak. Nanti kami sampaikan setelah rapat ini.

F-PAN (BUDI YOUYASTRI): Bapak yang memotong dan Bapak yang menyetorkan. Kan Kementerian Pertahanan

yang motong dan menyetorkan diserahkan ke BPJS kan.

DIREKTUR JENDERAL KEKUATAN PERTAHANAN KEMENTERIAN PERTAHANAN RI (MAYJEN TNI BAMBANG HARTAWAN, M.SC.):

Bukan Kementerian Pertahanan yang memotong Pak, tapi Kementerian Keuangan

langsung. Bukan dari kami.

F-PAN (BUDI YOUYASTRI): Kan Kementerian Keuangan memotong, tetapi kan atas pengetahuan Bapak sebagai

KPA. Tidak bisa otomatis di potong kan? Kan karena dia sifatnya, saya tidak tahu regulasinya, kan sifatnya sukarela ketika membayar.

DIREKTUR JENDERAL KEKUATAN PERTAHANAN KEMENTERIAN PERTAHANAN RI (MAYJEN TNI BAMBANG HARTAWAN, M.SC.):

Wajib Pak. TNI, Polri, dan PNS wajib.

F-PAN (BUDI YOUYASTRI): Iya betul. Kan wajib itu adalah kewajibannya satu orang. Betul kan Pak, satu orang TNI

wajib membayar? Bukan TNI membayar wajib, tapi perorang kan. Perorang itukan artinya di kasih dulu gajinya, baru di potong dari gajinya. Bukan ujug-ujug negara bayarin orang itu.

Jadi pertanyaannya adalah, dia menjadi kewajiban si TNI kita membayar, karena dia sudah mendapatkan penghasilan dari negara. Pertanyaannya kan Bapak pasti punya datanya, Bapak pegang datanya berapa yang sudah di potong dari setiap anggota/setiap personil yang disetorkan ke BPJS melalui Menteri Keuangan. Tidak mungkin Bapak tidak punya datanya, pasti punya datanya. Jadi saya ingin tahu berapa jumlahnya. Kalau rata-rata 25 ribu kali 2 juta setengah berarti berapa? 6 triliun? 600 miliar?

KETUA RAPAT (ASRIL HAMZAH TANJUNG, S.IP.):

Coba di cek lagi, Pak Bambang. Dulu kita di potong itu langsung. Jadi gaji itu sudah

termasuk potong kesehatan.

F-PAN (BUDI YOUYASTRI): Saya tahu. Tapi kan di dalam selip gajinya pasti di tulis potongannya. Tidak? Tidak

mungkin tidak. Berarti tidak bagian dari gaji kalau di potong.

DIREKTUR JENDERAL KEKUATAN PERTAHANAN KEMENTERIAN PERTAHANAN RI (MAYJEN TNI BAMBANG HARTAWAN, M.SC.):

Page 22: DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA … file2 FRAKSI PARTAI GERINDRA (F-GERINDRA) 18. H. Ahmad Muzani 19. Martin Hutabarat 20. H. Biem Triani Benjamin, B.Sc., M.M. 21. Rachel

22

2 persen dari gaji Pak.

F-PAN (BUDI YOUYASTRI): 2 persen dari gaji pokok kan? Kan harus keluar dulu gaji pokoknya, kemudian baru ada

pengurang/dipotongnya oleh Kementerian Keuangan. Tapi kan gaji itu tidak melalui kesekjenan? DIREKTUR JENDERAL KEKUATAN PERTAHANAN KEMENTERIAN PERTAHANAN RI (MAYJEN TNI BAMBANG HARTAWAN, M.SC.):

Lewat UO masing-masing Pak.

F-PAN (BUDI YOUYASTRI): Ke UO masing-masing kan?

DIREKTUR JENDERAL KEKUATAN PERTAHANAN KEMENTERIAN PERTAHANAN RI (MAYJEN TNI BAMBANG HARTAWAN, M.SC.):

Kebetulan kami datanya tidak bawa sekarang. Mungkin kami akan sampaikan nanti

setelah rapat ini. Terima kasih.

F-PAN (BUDI YOUYASTRI): Saya perlu tahu adalah berapa jumlah prajurit kita membayar iuran BPJS seluruhnya,

sehingga kita bisa mengevaluas apakah pengggunaan uang itu efektif dilakukan oleh BPJS. Itu pertanyaan saya. Saya tidak peduli dengan fungsi pelayanan masyarakatnya. Fungsi dari TNI kita. Begitu Pak maksudnya.

KETUA RAPAT (ASRIL HAMZAH TANJUNG, S.IP.):

Silakan dari Kemenhan kalau masih bisa ditanggapi. Memang potong-potong itu tetap

ada. Tapi yang di minta Pak Budi jumlahnya akhirnya di potong itu yang diserahkan berapa. Sesuai dengan jumlah itukan. Termasuk keluarga PNS dan lain-lain.

DIREKTUR JENDERAL KEKUATAN PERTAHANAN KEMENTERIAN PERTAHANAN RI (MAYJEN TNI BAMBANG HARTAWAN, M.SC.):

Siap. Dari kami sementara itu Bapak. Mungkin ada tambahan dari Kapuskes?

F-PAN (BUDI YOUYASTRI): Dan biaya rumah sakit kita yang menjadi biaya langsung untuk melayani prajurit,

keluarganya, dan purnawirawan berapa Pak?

DIREKTUR KESEHATAN DITJEN KUATHAN KEMENTERIAN PERTAHANAN RI (LAKSAMANA PERTAMA TNI dr. ARIE ZAKARIA, SPOT, FICS.):

Ijin, Bapak yang terhormat dari DPR, mohon kami jawab. Datanya tidak ada. Jadi yang

berlaku di rumah sakit TNI sekarang, kalau misalnya tidak masuk bayar BPJS, rumah sakit mensubsidi langsung dari yang masuknya. Tapi berapa besarannya di masing-masing rumah sakit kami tidak punya keseluruhan.

Jadi contoh, BPJS hanya membayar misalnya rawat jalan hanya satu dokter spesialis, tapi untuk anggota TNI kami tetap laksanakan kami subsidi. Jadi apa-apa yang tidak di tanggung

Page 23: DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA … file2 FRAKSI PARTAI GERINDRA (F-GERINDRA) 18. H. Ahmad Muzani 19. Martin Hutabarat 20. H. Biem Triani Benjamin, B.Sc., M.M. 21. Rachel

23

oleh BPJS di subsidi oleh rumah sakitnya. Obat kurang kami subsidi. Alat misalnya segala macam tidak dapat dari BPJS, kami subsidi. Tapi besar keseluruhannya mohon ijin kami tidak punya datanya. Karena itu rumah sakit sangat bervariasi.

F-PAN (BUDI YOUYASTRI):

Pimpinan, buat saya menjadi topik penting buat kita adalah ketika melakukan kunjungan

khusus ke masing-masing rumah sakit adalah meminta data itu, berapa uang yang dibayarkan rumah sakit TNI kita untuk melayani jasa kesehatan prajurit kita, berapa jumlahnya. Dipisahkan dengan yang melayani masyarakat.

Karena begini, saya ingin bertanya tadi, kalau 2 setengah kali 2 setengah, 600 miliar atau 6 triliun lebih, itu dipakai buat apa? Kok masih kita subsidi. Berarti kan double ini penggunaan anggarannya, Pimpinan. Padahal selama ini sebelum menggunakan BPJS baik-baik saja kan di TNI kita.

Begitu, Pimpinan, kita perlu tahu ini berapa jumlahnya. Sudah di potong, bayar premi asuransi, kemudian ketika pelaksanaan barusan dinyatakan keluar lagi duit. Berarti pakai duit APBN nya Kementerian Pertahanan?

DIREKTUR KESEHATAN DITJEN KUATHAN KEMENTERIAN PERTAHANAN RI (LAKSAMANA PERTAMA TNI dr. ARIE ZAKARIA, SPOT, FICS.):

Tidak. Yanmasum. Jadi rumah sakit TNI ada menerima pasien swasta. Dana hasil dari

pasien swasta itu kita pakai untuk subsidi TNI yang tidak di tanggung oleh BPJS. Jadi dananya Yanmasum pelayanan masyarakat umum kami subsidi. F-PAN (BUDI YOUYASTRI):

Sumbernya bukan dari APBN subsidinya?

DIREKTUR KESEHATAN DITJEN KUATHAN KEMENTERIAN PERTAHANAN RI (LAKSAMANA PERTAMA TNI dr. ARIE ZAKARIA, SPOT, FICS.):

Bukan, bukan dari APBN.

KETUA RAPAT (ASRIL HAMZAH TANJUNG, S.IP.): Jadi, Pak Ari, Pak Bambang, sejogjanya itu semua rumah sakit TNI itu ada laporan ke

atas, sehingga kita bisa mengambil semacam kesimpulan rata-rata bahwa pembayaran rumah sakit kita itu sekian. Itu yang diharapkan Pak Budi seperti itu. Karena kita juga meninjau kadang-kadang itu tidak kita pertanyakan itu, jarang kita pertanyakan itu. Seharusnya kita tanya. Tolong mungkin itu. Apakah Kapuskes TNI, apa tiap angkatan apakah langsung ke leading sector Kemenhan. Saya tidak tahu pengaturan seperti itu. Tapi minimal di bawah itu pasti ada laporan.

Tiap rumah sakit kan pasti ada laporan, kemana itu, Pak Ari, laporan rumah sakit? Kan harusnya di tampung itu. Coba bagaimana kira-kira.

DIREKTUR KESEHATAN DITJEN KUATHAN KEMENTERIAN PERTAHANAN RI (LAKSAMANA PERTAMA TNI dr. ARIE ZAKARIA, SPOT, FICS.):

Ijin, Bapak Ketua. Laporan yang ada rutin yang ditembuskan ke kami, ke Dirjen Kuathan, adalah laporan

penghasilan yang Yanmasum, dan penghasilan dari BPJS, artinya yang di bayar klaim BPJS. Dua laporan itu dari tiap rumah sakit TNI Darat, Laut, Udara, ada, tiap bulan dikirimkan ke kami ditembuskan. Jadi laporannya ditujukan kepada Menhan dan Kementerian Keuangan, kami dapat tembusan dari Srengat Angkatan.

Page 24: DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA … file2 FRAKSI PARTAI GERINDRA (F-GERINDRA) 18. H. Ahmad Muzani 19. Martin Hutabarat 20. H. Biem Triani Benjamin, B.Sc., M.M. 21. Rachel

24

Tetapi itu tidak di pisah. Apakah penghasilan rumah sakit BPJS Yanmasum itu untuk anggota TNI dan non TNI, jadi satu semua. Kalau data terpisah untuk keluarga TNI saja kami tidak ada.

Yang ada adalah penghasilan rumah sakit keseluruhan dalam satu bulan hanya di bagi dua. Yanmasum menjadi pelayanan masyarakat umum yang swasta, dan BPJS, itu saja.

KETUA RAPAT (ASRIL HAMZAH TANJUNG, S.IP.):

Bagaimana, Pak Budi? Memang ini masih diperbaiki sistemnya, ditelusuri ya. Jadi

pimpinan TNI itu tahu berapa uang dikeluarkan untuk kesehatan, itu harus seperti itu. Itu yang kerja nanti Puskes/Kapuskes dengan dokter di Kemhan.

Oke lah, Pak budi, itu jadi catatan. Mungkin nanti ada dari teman-teman lain yang menambahkan.

F-PAN (BUDI YOUYASTRI):

Pimpinan, pendalaman lagi sedikit. Berarti pertanyaannya adalah, ada berapa rumah sakit TNI kita semuanya?

DIREKTUR KESEHATAN DITJEN KUATHAN KEMENTERIAN PERTAHANAN RI (LAKSAMANA PERTAMA TNI dr. ARIE ZAKARIA, SPOT, FICS.):

107 (seratus tujuh)

F-PAN (BUDI YOUYASTRI): Dari 107 (seratus tujuh) itu berapa yang BPJS masih nunggak pembayarannya kepada

rumah sakit TNI kita?

DIREKTUR KESEHATAN DITJEN KUATHAN KEMENTERIAN PERTAHANAN RI (LAKSAMANA PERTAMA TNI dr. ARIE ZAKARIA, SPOT, FICS.):

Semua nunggak. Hanya ada yang 2 bulan, 3 bulan, 4 bulan, 5 bulan.

F-PAN (BUDI YOUYASTRI): Akumulasinya kira-kira berapa? 100 miliar? 1 triliun?

DIREKTUR KESEHATAN DITJEN KUATHAN KEMENTERIAN PERTAHANAN RI (LAKSAMANA PERTAMA TNI dr. ARIE ZAKARIA, SPOT, FICS.):

Kami tidak punya datanya. Yang punya datanya BPJS.

KETUA RAPAT (ASRIL HAMZAH TANJUNG, S.IP.): Mungkin yang 5 miliar itu mungkin BPJS tahu mungkin.

F-PAN (BUDI YOUYASTRI): Pertanyaan saya berikutnya adalah, dari tunggakan itu yang tidak dibayarkan BPJS

adalah pasien non TNI atau pasien TNI? Karena begini, pasien TNI tidak ada yang nunggak kan, semuanya di bayar. Pasien non TNI menjadi bebannya TNI, betul kan? Inikan namanya regulator Kementerian Kesehatan tidak benar kerjanya, numpang di fungsi lebih penting bagi negara kemudian membuat susah. Itu saya, saya butuh.

Pak Bambang, Pak Kapus, saya minta ini di perdalam. Karena buat saya penajaman ini penting, berapa biaya langsung kepada prajurit dan keluarga kita dan purnawirawan, berapa

Page 25: DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA … file2 FRAKSI PARTAI GERINDRA (F-GERINDRA) 18. H. Ahmad Muzani 19. Martin Hutabarat 20. H. Biem Triani Benjamin, B.Sc., M.M. 21. Rachel

25

jumlah premi yang sudah kita bayarkan kepada BPJS, dan BPJS memberikan tugas tambahan, negara dalam hal ini regulator memberikan tugas tambahan berlebih kepada rumah sakit TNI kita dengan status 2 bulan-3 bulan nunggak. Kalau 1 triliun kali 3 bulan bunganya berapa, Pimpinan, lumayan juga itu dikantongin. Pantesan gajinya Dirut BPJS 249 juta per bulan. Belum di koreksi. 250 juta salah, 249 belum di koreksi.

Terima kasih.

KETUA RAPAT (ASRIL HAMZAH TANJUNG, S.IP.): Mungkin Pak Doktor Sukamta bisa menambahkan mungkin.

F-PKS (H. SUKAMTA, Ph.D.): Ini jadi semakin penting, mendesak, untuk segera dilakukan perubahan regulasi. Jadi

yang terjadi inikan pembebanan ganda kepada TNI sebagai institusi. Satu, sebagai institusi rumah sakit dia dibebani pasien umum, dan itu sudah oke

dilakukan oleh TNI. Tapi kemudian lembaga yang diamanahi oleh negara itu nunggak bayar kepada rumah sakit TNI itu. Alasan nunggaknya mungkin karena negara belum kasih uang yang cukup kepada BPJS. Tapi inikan mestinya tidak boleh terjadi.

Yang kedua, prajurit TNI sendiri yang akan berobat yang seharusnya itu bisa mendapatkan prioritas dilayani di rumah sakit TNI sendiri di buat prosedur seperti orang umum yang harus muter-muter, sehingga ini menghambat di dalam proses kinerja prajurit TNI yang memang harus siap sedia untuk berperang setiap saat.

Jadi menurut saya ini regulasi tidak adil, negara tidak hadir pada TNI sebagai institusi maupun kepada prajuritnya. Kalau Kementerian Kesehatan tidak mau memprioritaskan ini, menurut saya ini ironi, negara ini ironi di kelola dengan cara-cara yang buruk oleh pejabat-pejabat kementerian yang tidak pas disitu.

Saya ingin rapat ini membuat kesimpulan yang firm, Pimpinan. Satu, terkait dengan peraturan ini segera diselesaikan. Yang kedua, urusan penjaminan ini. Kalau perlu Komisi I membuat satu usulan untuk perubahan undang-undang agar rumah sakit TNI dikeluarkan dari kewajiban untuk ikut BPJS. Karena ini hanya akan menjadi beban tambahan yang itu tidak perlu.

Jadi tolong Kementerian Kesehatan, Ibu, walaupun Ibu tidak bisa mengambil keputusan disini, sampaikan pesan ini kepada pimpinan Ibu bahwa Pimpinan dan Anggota Komisi I itu betul-betul kesal ini dengan situasi ini. Ini harus segera diakhiri. Kementerian Kesehatan harus bekerja lebih baik. Anda menyakiti TNI dua tahap, menyakiti lembaganya, rumah sakitnya sebagai lembaga dengan tunggakan-tunggakan itu yang tunggakan orang umum dibebankan. Yang kedua, menyakiti anggota TNI sebagai warganegara yang ditugasi untuk berperang di republik ini.

Saya kira ini serius, harus diseriusi. Kalau perlu dilakukan perubahan undang-undang. Kita buat usulan, Pimpinan. Tapi selesaikan dulu sebelum urusan undang-undang, selesaikan dulu ini. Tidak usah mengubah apa-apa. Mengubah kinerja sendiri. Mengubah kinerja ini tidak perlu peraturan-peraturan. Ini hanya soal bagaimana meningkatkan kemauan untuk bekerja sendiri, manajemen. Supaya ini tidak berlarut-larut.

Dan kepada BPJS tolong jangan matikan rumah sakit TNI Pak. Ini persoalan hidup matinya negara ini. Kalau TNI ini mati karena tidak sehat, rumah sakitnya mati, ini semua yang rugi seluruh Indonesia Pak. Anda buatlah prioritas dari BPJS ini, mana yang harus di bayar dulu. Kalau perlu yang di kasih prosedur ribet untuk berobat ke TNI itu jangan anggota TNI nya Pak, tapi masyarakatnya ini kasih prosedur. Kalau perlu kasih rumah sakit umum dulu di permudah, dilayani dengan sebaik-baiknya. Masuk rumah sakit TNI itu kalau kondisi sudah tidak bisa dilayani di rumah sakit umum. Jangan sampai mengganggu tugas utama TNI. Sudah anda ganggu, sudah anda kasih beban begini, anda sudah kasih ganggu dengan keuangannya di kasih tunggakan yang sampai 500 miliar. Anda juga bertanggungjawab ini. Bukan hanya Kementerian Kesehatan yang lelet membuat peraturan, anda juga punya tanggungjawab untuk kalau terjadi masalah serius dengan kesehatan TNI/runtuhnya rumah sakit TNI karena tunggakan BPJS, anda punya tanggungjawab juga. 500 miliar untuk TNI yang anggarannya untuk rumah

Page 26: DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA … file2 FRAKSI PARTAI GERINDRA (F-GERINDRA) 18. H. Ahmad Muzani 19. Martin Hutabarat 20. H. Biem Triani Benjamin, B.Sc., M.M. 21. Rachel

26

sakit itu tidak sampai 1 triliun, itu gede, gede sekali. Berarti kan rata-rata dari 107 rumah sakit itu 5 miliar tunggakannya rata-rata, jadi ini besar sekali.

Kalau rumah sakit-rumah sakit kecil kelas tiga nunggak 5 miliar per rumah sakit, bisa kukut. Ini TNI mau tidak mau harus. Jangan sampai anggaran TNI yang tidak di naik-naikkan juga, walaupun janjinya dulu 2 persen atau 1 setengah persen dari PDB tidak di naik-naikkan, anggaran untuk rumah sakit tidak dinaikkan, harus nomboki BPJS, menurut saya ini tidak manusiawi. Jadi rumah sakit TNI yang sudah di tekan-tekan begini diwajibkan oleh undang-undang, tapi kemudian kenyataannya di peras lagi oleh BPJS karena di kasih tunggakan/beban tunggakan yang itu bukan tunggakannya TNI, tunggakannya masyarakat umum yang anda tahun di rumah sakit TNI.

Jadi mohon perhatian BPJS, ini persoalan yang sangat serius untuk urusan negara ini. Untuk urusan masyarakat umum serius kita apresiasi. Tapi untuk TNI lebih lagi.

Kita ini kalau setiap kita kunjungan ke daerah, TNI kita ini dibandingkan dengan para pejabat BPJS kesejahteraannya jauh Pak. Kawan-kawan TNI ini pergi sekian bulan di kapal, mereka ini uang makannya itu hanya 50 ribu sehari. Untuk bisa naik 5 ribu kami berjuang, rapat berkali-kali disini tidak selesai. Sekarang urusan kesehatannya masih anda peras-peras lagi. Bagaimana ini negara mau menjadi baik.

Yang ketiga, terhadap teman-teman dari TNI urusan anggaran ini tolong dibenahi Pak. Berapa banyak anggaran untuk kesehatan, berapa yang bayar premi. Catatan-catatan keuangannya tadi itu Pak supaya bisa disampaikan kepada kita. Kalau pakai obat-obatan yang tidak di cover oleh BPJS saya kira masing-masing rumah sakit ada catatannya. Jangan sampai tidak ada catatannya. Dan itukan bisa di rekap, bisa dilaporkan kesini. Jadi jangan sampai jawabannya tidak ada datanya Pak. Ada, tapi kami belum dapat, sehingga kami bisa menunggu jawabannya kira-kira kapan Bapak dapatnya. Jadi kalau tidak ada datanya itu berarti tidak profesional juga pengelolaannya. Jadi tolong nanti jawabannya pasti bukan tidak ada data. Ada, tapi minta waktu barang dua minggu lagi kita serahkan disini atau bagaimana, supaya kita semuanya ini ingin melakukan kerja-kerja mengelola negara ini secara profesional.

Terima kasih Pimpinan.

KETUA RAPAT (ASRIL HAMZAH TANJUNG, S.IP.): Terima kasih Doktor Sukamta. Jadi, Bapak/Ibu sekalian, dikeluarkannya jaminan kesehatan nasional pasti bertujuan

bermaksud baik, bagus untuk seluruh rakyat Indonesia. Cuma karena ini masalahnya belum terlalu lama, masih di anggap agak baru, ini masih banyak hal-hal yang perlu kita benahi agar ini mulus, khususnya untuk TNI.

Saya minta juga Pak Bambang, kalau memang ada catatan itu, hanya 107 rumah sakit, di tambah poliklinik, 300 lah, saya rasa tidak terlalu sulit. Nanti tolong di bantu oleh Kapuskes ya, entah AD. Ini tidak susah itu. Bukan menyulitkan TNI, tidak. Justru kita mau meringankan TNI ini. Ada payung hukum, ada task force, ada apa dari Kemenkes ini biar ini bisa lancar. Kalau kita anukan BPJS, BPJS tidak tahu regulasi, payung hukum, pasti Kemenkes perginya.

Jadi silakan bisa kita juga dengar jawaban dari staf Kemenkes, silakan Ibu Kalsum, apa yang bisa Ibu tanggapi Ibu Jawab.

F-PAN (BUDI YOUYASTRI):

Pimpinan, maaf Pimpinan.

KETUA RAPAT (ASRIL HAMZAH TANJUNG, S.IP.): Ada lagi, silakan.

F-PAN (BUDI YOUYASTRI):

Page 27: DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA … file2 FRAKSI PARTAI GERINDRA (F-GERINDRA) 18. H. Ahmad Muzani 19. Martin Hutabarat 20. H. Biem Triani Benjamin, B.Sc., M.M. 21. Rachel

27

Saya keberatan eselon dua memberikan tanggapan disini. Biarkan saja dia terima apapun keputusan kita. Dia fungsinya sebagai pendengar hari ini.

KETUA RAPAT (ASRIL HAMZAH TANJUNG, S.IP.):

Tidak apa-apa, Pak Budi. Kita sementara menunggu. Kalau tidak datang juga ya apa

boleh buat. Silakan Ibu, tapi ini belum masuk catatan. Sudah menjamin itu jawaban dari Menkes

belum, kita minta tanggapan Ibu saja, silakan.

KAPUS PPJK KEMENTERIAN KESEHATAN RI (dr. KOLSUM KOMARYANI, MPPM.): Terima kasih. Mohon ijin, Pimpinan. Dan juga terima kasih untuk semua masukan dan tanggapan dari para Anggota Dewan

Komisi I. Jadi mungkin untuk Kementerian Kesehatan sebagai kementerian teknis di bidang

kesehatan, kami menjalankan amanat dari Undang-Undang 40 Tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sistem Nasional, dan juga Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2011 tentang Badan Penyelenggara Jaminan Sosial, yang tentunya juga di atur melalui peraturan pemerintah dan peraturan presiden. Dan khusus untuk Peraturan Presiden Nomor 82 Tahun 2018 ini mengatur berbagai aspek penyelenggaraan jaminan kesehatan.

Pada saat penyusunan peraturan presiden ini sebetulnya bukan Kementerian Kesehatan sendiri yang mengatur, artinya pemerintah dalam hal ini beberapa kementerian dan lembaga bersama-sama mengatur dan menyepakati substansi yang ada di dalam Perpres 82.

Dan Perpres 82 ini juga mengamanatkan ke beberapa kementerian, termasuk BPJS juga, untuk membuat peraturan-peraturan teknis. Jadi setelah terbitnya perpres ini nanti diikuti dengan Peraturan Menteri Keuangan, Peraturan Menteri Kesehatan, lalu ada Peraturan BPJS, dan Peraturan BKKBN.

Untuk penyusunan Peraturan Menteri Kesehatan ini juga dilibatkan berbagai kementerian dan lembaga sehingga memang harus betul-betul disepakati oleh pihak-pihak terlibat. Termasuk dengan organisasi profesi, dengan asosiasi rumah sakit, fasilitas kesehatan, dan lain-lainnya.

Dan berbagai masukan pada RDP ini tentunya akan kami tindaklanjuti, kami akan melaporkan pada Pimpinan, dan juga khususnya unit-unit yang berkaitan dengan pengaturan pelayanan kesehatan di Kementerian Kesehatan.

Itu saja Pak Pimpinan.

KETUA RAPAT (ASRIL HAMZAH TANJUNG, S.IP.): Jadi Ibu belum tahu pasti kira-kira kapan payung hukumnya jadi ya.

KAPUS PPJK KEMENTERIAN KESEHATAN RI (dr. KOLSUM KOMARYANI, MPPM.): Di Biro Hukum yang menyelesaikan peraturan menteri kesehatannya.

KETUA RAPAT (ASRIL HAMZAH TANJUNG, S.IP.): Mungkin ini catatan juga ke kita, Mbak Supri. Nanti undang berikutnya, Mbak Supri, ini

harus ditekankan. Ini sebetulnya eselon satunya ada, tapi tidak tahu di jalan kemana dia Pak Muhammad Subuh ini.

Page 28: DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA … file2 FRAKSI PARTAI GERINDRA (F-GERINDRA) 18. H. Ahmad Muzani 19. Martin Hutabarat 20. H. Biem Triani Benjamin, B.Sc., M.M. 21. Rachel

28

Kita berharap nanti, Ibu Supri, ini harus minimal eselon satu yang datang. Kalau tidak, tidak bisa. Ini betul Pak Budi tadi, jadi percuma saja RDP kita tidak ada keputusan, tidak ada apa. Bukan percuma, tapi sangat kurang lah. Jadi tolong nanti kalau bisa ini Ibu laporkan juga, kita kecewa sekali. Masa eselon satu pun tidak ada, kan tidak bagus itu. Ini marah Pak Sukamta ini. Jadi tolong ya, biar RDP kita ini lancar.

Yang dari TNI datang berbintang saja tiga orang. Sudah bintang sepuluh tiga orang ini. Di pundaknya dua-dua, bintang sepuluh. Ini eselon satu tidak ada, eselon dua. Oke, tidak apa-apa, ini pelajaran bagi kita. Mungkin nanti akan kita tambahkan.

Jadi jawaban dari Kemenkes baru seperti itu. Mereka baru bisa melaporkan, nanti kesimpulannya akan segera di ini. Kita minta juga jemput bola, betul Pak Bambang, nanti salah lagi, seolah-olah nanti TNI pula yang utak-utik terus kan. Cuma data di TNI saya harap itu lengkap, Pak Hari. Jangan kasihkan Dirjen Kuathan terus dia, tambah putih rambutnya. Bagaimana itu, masa laporan rumah sakit-rumah sakit itu tidak ada. Ada kalau itu, cuma belum di anu saja. Nanti di bantu, Pak Dwi, bagaimana.

Silakan Pak Bayu. Sama Ibu Maya masih ada menanggapi silakan Mbak.

DIREKTUR KEPATUHAN, HUKUM, DAN HUBUNGAN ANTAR LEMBAGA BPJS (DR. dr. H. BAYU WAHYUDI. SPOG. MPHM. MHKES. MM.):

Terima kasih Pimpinan. Saya menanggapi mengenai masalah hutang rumah sakit yang ada bekerjasama

dengan BPJS dalam hal ini. Tentu selain rumah sakit TNI/Polri, rumah sakit-rumah sakit lain yang ada ini juga sudah bukan isu yang harus kita sembunyikan, tapi memang sudah keadaan yang menjadi rahasia umum. Bahwa pembiayaan yang ada yang waktu itu sudah mencuat tentang defisit dan missed match terjadi di BPJS yang sudah bukan merupakan rahasia umum.

Dan perlu kami ketahui bahwa, sampai dengan saat ini hutang yang jatuh tempo di BPJS untuk sarana TNI/Polri itu ada 360 miliar. Dan perlu kami sampaikan bahwa, sampai dengan pembiayaan yang kami keluarkan terhadap fasilitas kesehatan TNI/Polri sampai dengan Oktober 2018 untuk rawat jalan tingkat pertama itu 4,2 triliun, kemudian rawat inap tingkat lanjut itu 9,6 triliun, kemudian rawat jalan tingkat pertama ada 181 triliun, berarti jumlahnya lebih kurang ada hampir 14 triliun yang kami keluarkan.

Kemudian saat ini memang sampai dengan yang jatuh tempo itu 360 miliar pada semua fasilitas kesehatan TNI/Polri yang ada di seluruh Indonesia. Dan ini tentu karena pelayanan tidak stop, tentu juga bergerak terus sampai dengan nanti waktu yang akan ditentukan pembayarannya.

Untuk diketahui bahwa, sesuai dengan fungsi.

KETUA RAPAT (ASRIL HAMZAH TANJUNG, S.IP.): Berapa tadi Pak?

DIREKTUR KEPATUHAN, HUKUM, DAN HUBUNGAN ANTAR LEMBAGA BPJS (DR. dr. H. BAYU WAHYUDI. SPOG. MPHM. MHKES. MM.):

360 miliar. Perlu kami sampaikan bahwa, ini bergerak, jadi bergerak nanti, biasanya dilakukan

penagihan setiap sebelum tanggal 10. Karena kalau 15 hari kami telat itu mendapat denda sekitar 1 persen.

Dan kami mempunyai suatu kebijakan, sudah bekerjasama dengan beberapa bank ataupun pihak ketiga dalam hal ini, yaitu dengan supply chain financing. Jadi bisa meminjam, nanti pembayarannya itu bunganya diberikan terhadap bunga dengan yang dikenakan pada BPJS setiap bulannya 1 persen. Jadi sedangkan kalau menggunakan fasilitas bank ataupun financial pihak ketiga, itu biasanya kurang dari 1 persen per bulan. Jadi kami pun sesuai amanat undang-undang kami laksanakan.

Untuk diketahui bahwa, fungsi kami itu ada 3 (tiga) fungsi sebenarnya:

Page 29: DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA … file2 FRAKSI PARTAI GERINDRA (F-GERINDRA) 18. H. Ahmad Muzani 19. Martin Hutabarat 20. H. Biem Triani Benjamin, B.Sc., M.M. 21. Rachel

29

1. Respooling, mengumpulkan kepesertaan atau mendaftarkan kepesertaannya; 2. Revenue collecting atau menagih iuran; 3. Strategic purchasing, artinya membeli layanan kesehatan.

KETUA RAPAT (ASRIL HAMZAH TANJUNG, S.IP.): Fungsinya jangan cepat-cepat, biar di catat. Pertama apa fungsinya?

DIREKTUR KEPATUHAN, HUKUM, DAN HUBUNGAN ANTAR LEMBAGA BPJS (DR. dr. H. BAYU WAHYUDI. SPOG. MPHM. MHKES. MM.):

Pertama adalah respooling. Sesuai Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2011 fungsi kita

adalah tugas, dalam hal ini tugasnya adalah menerima pendaftaran yang di kenal dengan respooling. Kemudian mengumpulkan tagihan atau iuran yang di kenal dengan revenue collecting. Kemudian ada strategic purchasing, artinya membeli layanan pada fasilitas kesehatan yang memberikan layanan kesehatan peserta JKN KIS atau kepesertaan BPJS dalam hal ini. Tentu ada lainnya adalah tugas dan fungsinya adalah menerima bantuan iuran dari pemerintah dalam hal ini.

Untuk tunggakan ataupun hutang jatuh tempo yang belum terbayar, saat ini sudah dilakukan review, boleh dikatakan ‘audit’, oleh BPKP yang nanti atas rekomendasi Kementerian Keuangan untuk mengetahui berapa hutang sesungguhnya yang harus di bayar oleh BPJS sebagai penyelenggara. Tentu nanti akan mendapat bantuan keuangan dari Kementerian Keuangan dalam hal ini.

Jadi tanggal 28 Januari akan selesai untuk memastikan berapa biaya yang diperlukan untuk membayar hutang yang ada. Jadi ini yang perlu kami sampaikan tentang hutang.

Kemudian kami sampaikan juga mengenai masalah rumah sakit TNI/POLRI apakah membebani dan ataupun bagaimana, ini nanti secara tertulis akan ada tentang berapa iuran yang kami terima dari peserta, yaitu dari TNI/Polri. Karena 5 persen dari gaji dimana 3 persen itu di bayar oleh pemerintah, 2 persen di bayar oleh peserta, dalam hal ini prajurit. Prajurit 2 persen ini dari gaji itu untuk kepesertaan dirinya, istri, kemudian anak. Anak dibatasi sampai dengan 3 (tiga). Jadi 5 (lima), biar sat keluarga, 5 persen dari gajinya itu. Jadi tidak di hitung seperti yang umum atau yang bukan peserta penerima upah. Ibaratnya kelas 1 (satu) 25 persen, kelas 2 (dua) 51 ribu, kelas 3 (tiga) 80 ribu, tidak seperti itu, tapi 5 persen dari gaji. Dimana dibatasi gaji itu tidak lebih dari 8 juta rupiah. Jadi kalau gaji lebih 8 juta tetap di hitung 8 juta dari 5 persennya itu. Itu perhitungan sesuai dengan Permenkes yang ada.

Kemudian kami sampaikan bahwa, sesuai dengan Perpres 87/2018 pada Pasal 67 disebutkan bahwa ‘fasilitas kesehatan milik pemerintah pusat dan pemerintah daerah yang memenuhi persyaratan wajib bekerjasama dengan BPJS Kesehatan’. Jadi faskes TNI/Polri diwajibkan sesuai dengan regulasi yang ada sebagai fasilitas kesehatan untuk memberikan layanan pada peserta JKN KIS. Dan ini mungkin kalau ada suatu hal di luar dari ini itu adalah kewenangan Bapak-bapak/Ibu-ibu di DPR untuk membuat suatu regulasi, ataukah mau di bentuk suatu hal lain, kami hanya melaksanakan tugas/fungsi kewenangan sesuai amanat undang-undang yang diberikan kepada kami.

Tentang hal-hal lain tadi secara teknis nanti akan dilaporkkan secara tertulis. Terima kasih.

KETUA RAPAT (ASRIL HAMZAH TANJUNG, S.IP.): Mau ditambahkan, Ibu Maya? Cukup?

Bapak/Ibu sekalian, Ini RDP kita sore ini. Silakan, Pak Sukamta, belum selesai.

Page 30: DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA … file2 FRAKSI PARTAI GERINDRA (F-GERINDRA) 18. H. Ahmad Muzani 19. Martin Hutabarat 20. H. Biem Triani Benjamin, B.Sc., M.M. 21. Rachel

30

F-PKS (H. SUKAMTA, Ph.D.): Iuran 80 ribu per bulan kan Pak, berapa?

DIREKTUR KEPATUHAN, HUKUM, DAN HUBUNGAN ANTAR LEMBAGA BPJS (DR. dr. H. BAYU WAHYUDI. SPOG. MPHM. MHKES. MM.):

5 persen kalau maksimal 8 juta.

F-PKS (H. SUKAMTA, Ph.D.): BPJS itu iurannya perbulannya berapa, 80 ribu?

DIREKTUR KEPATUHAN, HUKUM, DAN HUBUNGAN ANTAR LEMBAGA BPJS (DR. dr. H. BAYU WAHYUDI. SPOG. MPHM. MHKES. MM.):

Kalau kelas satu untuk umum 80 ribu, kelas dua 51 ribu.

F-PKS (H. SUKAMTA, Ph.D.): 80 ribu itu kalau 5 persen supaya dapat 80 ribu itu cuma 1,6 juta, UMR. Artinya, kalau

iuran TNI ini 5 persen yang gajinya di atas 2 juta, itu sudah melampaui 80 ribu. Berarti 400 ribu ya, 400 ribu untuk 5 (lima), 80 ribu kali 5 (lima) kan?

DIREKTUR KEPATUHAN, HUKUM, DAN HUBUNGAN ANTAR LEMBAGA BPJS (DR. dr. H. BAYU WAHYUDI. SPOG. MPHM. MHKES. MM.):

Jadi kalau 5 persen itu 3 persen dibiayai pemerintah, 2 persen diambil dari gajinya. Maksimal gaji itu 8 juta.

F-PKS (H. SUKAMTA, Ph.D.):

Saya tahu. Komponennya apakah di bayar gaji sendiri, gaji pemerintah, artinya kan yang dibayarkan

pemerintah itukan bukan tanggungan BPJS kan, pemerintah tidak hutang sama BPJS kan? Kementerian Keuangan tetap mengambil 3 persen, iuran itu dibayarkan ke BPJS kan Pak? Dibayarkan kan, bukan di hutang oleh pemerintah, terus kemudian BPJS ini punya beban dari prajurit TNI, bukan begitu kan? Itu poin saya.

F-PAN (BUDI YOUYASTRI):

Boleh penegasan? Apakah Menteri Keuangan hutang sama BPJS soal iurannya TNI

kita?

F-PKS (H. SUKAMTA, Ph.D.): Bayar di depan kan?

F-PAN (BUDI YOUYASTRI): Pakai mic jawabnya, biar di catat.

DIREKTUR KEPATUHAN, HUKUM, DAN HUBUNGAN ANTAR LEMBAGA BPJS (DR. dr. H. BAYU WAHYUDI. SPOG. MPHM. MHKES. MM.):

Page 31: DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA … file2 FRAKSI PARTAI GERINDRA (F-GERINDRA) 18. H. Ahmad Muzani 19. Martin Hutabarat 20. H. Biem Triani Benjamin, B.Sc., M.M. 21. Rachel

31

Tidak ada. Langsung di potong, diserahkan. F-PKS (H. SUKAMTA, Ph.D.):

Itu poinnya. Jadi saya lihat sebetulnya tidak ada persoalan dengan 5 persen gaji TNI itu

iuran dari gaji untuk membayar BPJS itu, karena jumlahnya cukup, walaupun untuk seluruh anggota keluarga. Karena anggota keluarga kan yang di tanggung kan anak yang dengan usia tertentu juga kan. Jadi kalau orang gajinya itu 3 juta, anggota TNI gajinya 3 juta atau 2 juta setengah, itu sudah 5 persen dari 2 juta setengah itu sudah cukup besar, bahkan mungkin melampaui dari 80 ribu itu, sudah melampaui kelas satu sebetulnya. Coba kalau dari TNI ada datanya, berapa iuran TNI ini kepada BPJS, tolong kita diberikan.

Jadi aku cuma penasaran saja, di presentasi ini Bapak menulis ‘Kartu Indonesia Sehat dengan gotong royong semua tertolong’. Benar semua tertolong, kecuali TNI. Jadi mungkin TNI perlu di kasih Kartu Indonesia Sehat juga ini. Mungkin karena tidak di kasih kartu tidak di anggap sebagai relawan presiden sekarang, anda mendapat kesulitan. Jadi ini persoalan yang sebetulnya tidak susah, tapi di buat susah karena kinerja dari teman-teman yang membuat peraturan.

Memang BPJS ini tidak meminta supaya rumah sakit TNI dimasukkan dalam proses, ini amanat undang-undang. Tapi yang tadi poin saya, bisa tidak anda membuat peraturan supaya masyarakat umum yang mau berobat ke rumah sakit TNI itu ada prosedur yang dibedakan dengan ke rumah sakit umum, begitu maksud saya, sehingga prajurit TNI yang anda atur supaya ikut prosedur umum itu bisa mestinya yang masyarakat juga bisa. Kita ini ingin supaya prajurit itu tidak terganggu pelayanannya, itu saja.

Awalnya kan sebetulnya TNI ini supaya prajuritnya bisa dilayani dimana saja. Bayangkan, Angkatan Laut sedang keliling Indonesia, di Ambon 2 minggu, di Papua 2 minggu, sakit disitu, mudah-mudahan tidak, terus mau berobat ke rumah sakit harus ikut prosedur umum, balik lagi daftar ke puskesmas dia terdaftar, bagaimana ini pelayanan? Inikan asalnya dari situ sebetulnya. Kita tidak ingin TNI ini diperlakukan sangat istimewa begitu juga tidak juga sebetulnya. Ini make sense saja begitu, hanya mengikuti nalar orang sehat supaya prajurit TNI yang sedang ditugaskan di luar wilayah kerjanya itu kalau jatuh sakit bisa di obati. Se simple itu sebetulnya kemauannya itu. Lah kok Menteri Kesehatan tidak bisa mengatur dengan alasan terlalu sibuk rapatnya, tidak bisa menemukan jadual. Ini aneh negara ini.

Makin dipikirkan ini makin membuat yang berpikir itu gila sebetulnya. Seorang prajurit ditugasi negara dengan gaji kecil kalau sakit tidak bisa diobatkan di tempat dia sakit. Harus di bawa pulang, kemudian diikuti prosedur-prosedur normal. Ketika akan dilakukan prosedur tidak normal takut ini di anggap menyalahi aturan. Inikan yang tidak normal ini yang membuat aturan kita-kita ini atau teman-teman yang di lapangan.

Inikan persoalannya begitu Pak. Jadi maksud saya ini ayolah kita gunakan nalar sehat. Jangan sampai ini urusan nalar sehat begini ini dikalahkan oleh. Kita inikan mengikuti aturan prosedur begini, rapat antri ini-itu, tidak make sense sama sekali.

Terima kasih Pimpinan.

KETUA RAPAT (ASRIL HAMZAH TANJUNG, S.IP.): Terima kasih Pak Kamta.

Pak Bambang dan teman-teman, Jumlah prajurit TNI itu keseluruhannya tidak sampai 1 juta sekarang, masih kurang.

Angkatan daratnya 400 sekian cuma, yang lain-lain tambah kecil. Belum punya 6 juta kita kayak China itu. Kenapa susah sekali, memang ternyata susah.

Kemudian janji pemerintah mengalokasikan anggaran 1 setengah persen PDB, berarti sekitar 300 triliun harusnya. Sekarang hanya sepertiga. Ini mungkin tidak salah juga TNI itu, karena kecil banget. Itu Pak Kamta marah-marah tadi, sudah kecil di potong lagi oleh BPJS, oleh Kemenkes. Untuk tidak 5 persen di potong. Kalau 5 persen, waduh, saya takut prajurit kita balik

Page 32: DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA … file2 FRAKSI PARTAI GERINDRA (F-GERINDRA) 18. H. Ahmad Muzani 19. Martin Hutabarat 20. H. Biem Triani Benjamin, B.Sc., M.M. 21. Rachel

32

ke kita nyerangnya nanti. Untung hanya 2 persen, dan pemerintah yang nanggung 3 persen. Kan begitu, Pak Bambang, kalau tidak salah.

Jadi, Bapak/Ibu sekalian, saya terima kasih. Pertemuan kita/RDP ini tidak akan pernah sia-sia, pasti ada kelebihannya, pasti ada untungnya. Apakah nanti akhirnya seperti ini. Kalau tidak begini kita, tidak cawe-cawe begini, kapan keputusannya keluar. Mau nanti rapat dengan menteri kah, dengan apa kah, tapi kank ada kesimpulan terakhir. Cuma yang kita harap, Ibu Kalsum, tolong jangan terlalu lama. Kesimpulan seperti apa tolong sampaikan kita. Ini sudah dekat pemilu, kita khawatir nanti begitu pemilu selesai ya sudah, entah presidennya Jokowi, entah Prabowo, kita tidak tahu, nanti menterinya ganti, Dirut BPJS nya ganti, Menhan nya ganti, Panglima TNI ganti. Itu prajurit kita sengsara terus ini, karena prajuritnya tidak ganti, ya begitu-begitu saja. Tanya Pak Sonny, senior, dia tahu. Prajuritnya begitu-begitu saja, yang ganti-ganti kan yang bintang-bintang ini. Jadi ini memang, Ibu Kalsum, tolonglah bagaimana dipercepat. Kalau tidak, ini akan kacau lagi ini.

Belum lagi seperti tadi Pak Ari bilang, memang tidak sama. Kadang-kadang hari ini orang berobat hanya 3 orang, hari besok 200, jadi memang susah dikalkulasikan cepat itu. Tapi itu tugas, Pak Ari, apa boleh buat, tetap harus di tampung laporan Kemenkes itu.

Mungkin ada lagi yang nambahkan? Staf silakanlah biar agak puas kita. Ini sebetulnya kita sudah selesai ini ya. Tapi tidak apa-apa. Mungkin Pak Bambang masih ada? Yang lain masih ada? Silakan, Pak Bambang, sebelum kita tutup.

DIREKTUR JENDERAL KEKUATAN PERTAHANAN KEMENTERIAN PERTAHANAN RI (MAYJEN TNI BAMBANG HARTAWAN, M.SC.):

Sedikit saja dari kami. Terima kasih atas masukan-masukan dan sebagainya. Perlu kami sampaikan bahwa,

data itu semuanya ada, nanti akan segera kami sampaikan. Kebetulan kami tidak menyiapkan untuk hari ini. Nanti kami serahkan. Termasuk jumlah uang dan lain sebagainya. Termasuk tagihan yang sampai dengan saat ini ada. Tadi sudah disampaikan BPJS, tapi kan tagihan beda Pak masukan ini. Termasuk data lainnya, jumlah prajurit termasuk ikut dalam program BPJS yang ada di TNI.

Karena setiap bulan kami dilaporkan masalah itu. Hanya memang sifatnya masih gabungan dan sebagainya. Sehingga nanti akan kami pisahkan, kami serahkan kepada Pimpinan dalam waktu dekat.

Terima kasih.

Wassalaamu'alaikum Warohmatulloohi Wabarokaatuh.

KETUA RAPAT (ASRIL HAMZAH TANJUNG, S.IP.): Terima kasih Pak Bambang, Ibu Kalsum, Pak Yudi, Pak Sonny. Kita berharap makin ke depan nanti ini makin smooth. Ini karena memang baru-baru ya,

nanti mungkin sudah agak lancar. Dengan adanya BPJS kita juga tertolong prajuritnya, dengan adanya BPJS ini keluarga tertolong, kan begitu maksudnya. Jangan kita bolak-balik, nanti sudah masuk BPJS nanti keluar lagi, jangan begitu.

Karena ini JKN (Jaminan Kesehatan Nasional), semuanya. Ini baru keppres, masih mungkin ada perubahan. Kalau keppres atau perpres ini kalau misalnya DPR tidak setuju ini kacau juga ini. Sementara kita pasti setuju. Ini bagaimana modal pemerintah untuk memberi kecepatan suatu payung hukum agar bisa dilaksanakan. Sementara ini kita coba ambil satu kesimpulan RDP kita. Nanti kalau ini kurang pas kita sama-sama cari pasnya. Coba dipaparkan.

Rancangan Kesimpulan RDP Komisi I DPR RI Dengan Kementerian Pertahanan, Kementerian Kesehatan, Puskes TNI, PT ASABRI, dan BPJS

Kesehatan 14 Januari 2019.

Page 33: DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA … file2 FRAKSI PARTAI GERINDRA (F-GERINDRA) 18. H. Ahmad Muzani 19. Martin Hutabarat 20. H. Biem Triani Benjamin, B.Sc., M.M. 21. Rachel

33

Komisi I DPR RI telah mendengarkan penjelasan Kementerian Pertahanan, Kementerian Kesehatan, Puskes TNI, dan BPJS, terkait laporan tindak lanjut hasil rapat dengar pendapat tanggal 5 Desember 2018. Mengingat belum adanya perkembangan yang signifikan dari tindak lanjut hasil rapat sebelumnya, Komisi I DPR RI mendesak Kementerian Kesehatan sebagai leading sector bersama-sama dengan Kementerian Pertahanan dan BPJS Kesehatan untuk segera... Ini pasti leading sector kesehatan, menyangkut keamanan pertahanan pasti leading sector-nya Menhan. Sekarang kan menyangkut kesehatan ini, leading sector-nya Menkes... untuk segera: a. Memprioritaskan penyelesaian payung hukum terkait pelayanan rujukan

berjenjang di lingkungan Kementerian Pertahanan dan TNI; Saya ulangi, mungkin kurang pas ya. ‘Memprioritaskan penyelesaian payung hukum terkait pelayanan rujukan berjenjang’. ‘Rujukan berjenjang’ ini tentang kesehatan atau tentang apa ini? Mungkin lupa ya? Tentang pelayanan apa ini? Tentang pelayanan kesehatannya mana? ‘Tentang pelayanan berjenjang’, pelayanan jangan dua. Terkait dengan tujukan berjenjang pelayanan kesehatan lingkungan Kementerian Pertahanan dan TNI, itu maksudnya ya. Kita ulangi lagi.

DIREKTUR JENDERAL KEKUATAN PERTAHANAN KEMENTERIAN PERTAHANAN RI (MAYJEN TNI BAMBANG HARTAWAN, M.SC.):

Ketua, ditambahkan ‘kekhususan’, jadi ‘payung hukum terkait kekhususan rujukan

berjenjang pelayanan kesehatan di lingkungan Kemhan dan TNI’.

KETUA RAPAT (ASRIL HAMZAH TANJUNG, S.IP.): Saya setuju itu, jadi di tambah ya. Karena tugas TNI lain dengan yang teman-teman kita

di sipil. ‘memprioritaskan penyelesaian payung hukum terkait kekhususan rujukan berjenjang

pelayanan kesehatan di lingkungan Kementerian Pertahanan’ Betul? Pak Bambang Dwi, betul?

b. Mengaktifkan dan mengoptimalkan sesegera mungkin kinerja gugus tugas/task force sebagai tahapan membentuk payung hukum tersebut;

Bagaimana, Ibu Kalsum? Saya tidak bisa, memang harus ini yang bekerja, task force ini.

Kan kita bentuk task force itu gunanya untuk itu, untuk segera payung hukum. Atau bagaimana, Ibu? Apa mungkin Ibu Kalsum ini di anggap task force ini tidak berguna. Ini kita bentuk task force untuk itu kan? Sudah setuju, Ibu, ya? Apa ada tidak setuju, tidak mungkin ya. Saya ulangi:

‘mengaktifkan dan mengoptimalkan sesegera mungkin kinerja gugus tugas/task force sebagai tahapan membentuk payung hukum tersebut’.

Untuk membentuk payung hukum, karena sudah ada tadi 9 anggota untuk task force sudah masuk kalau tidak salah itu.

Bagaimana, Ibu Kalsum, setuju ini? Ada tanggapan? Coba bicara saja.

KAPUS PPJK KEMENTERIAN KESEHATAN RI (dr. KOLSUM KOMARYANI, MPPM.): Sebenarnya ini sudah dicantumkan juga dalam kesepakatan atau kesimpulan rapat RDP

yang sebelumnya ya. Hanya memang ini belum dilaksanakan barangkali.

KETUA RAPAT (ASRIL HAMZAH TANJUNG, S.IP.): Bagaimana melaksanakannya ya. Apa disini di rubah, bagaimana menurut Ibu? Jadi

mungkin sebaiknya begitu ya. Kan segera bekerja ini, Ibu, ‘sesegera mungkin kinerja gugus

Page 34: DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA … file2 FRAKSI PARTAI GERINDRA (F-GERINDRA) 18. H. Ahmad Muzani 19. Martin Hutabarat 20. H. Biem Triani Benjamin, B.Sc., M.M. 21. Rachel

34

tugas/task force sebagai tahapan pembentuk payung hukum’. Apa, segera bekerja atau bagaimana? Kan TNI ini menunggu waktu ini, bagaimana? KAPUS PPJK KEMENTERIAN KESEHATAN RI (dr. KOLSUM KOMARYANI, MPPM.):

Karena gugus tugasnya belum di bentuk, sebetulnya segera membentuk, setelah itu

bekerja. Kalau mengaktifkan kan sekarang belum terbentuk.

KETUA RAPAT (ASRIL HAMZAH TANJUNG, S.IP.): Sekarang belum terbentuk?

KAPUS PPJK KEMENTERIAN KESEHATAN RI (dr. KOLSUM KOMARYANI, MPPM.): Belum.

KETUA RAPAT (ASRIL HAMZAH TANJUNG, S.IP.): Belum itu, coba bagaimana? Jadi mengaktifkan, membentuk ya, ‘mengaktifkan dan

mengoptimalka sesegera mungkin pembentukan tugas/pembentukan task force’, mungkin begitu. Coba di rubah. Ini kita kurang-kurang terus ini.

‘Sesegera mungkin membentuk gugus tugas/task force sebagai tahapan pembentuk payung hukum tersebut’

Begitu, Ibu, betul? Katanya belum terbentuk, bagaimana?

KAPUS PPJK KEMENTERIAN KESEHATAN RI (dr. KOLSUM KOMARYANI, MPPM.): ‘membentuk gugus tugas dan selanjutnya menyusun payung hukum tersebut’.

KETUA RAPAT (ASRIL HAMZAH TANJUNG, S.IP.): Sama itukan, ‘sesegera mungkin membentuk gugus tugas/task force sebagai tahapan

membentuk payung hukum tersebut’. Saya minta ini Menkes nanti ini. Mungkin Pak Ari.

DIREKTUR KESEHATAN DITJEN KUATHAN KEMENTERIAN PERTAHANAN RI (LAKSAMANA PERTAMA TNI dr. ARIE ZAKARIA, SPOT, FICS.):

Saran, Pak Ketua. Jadi, ‘membentuk dan mengaktifkan’. Jadi karena dari rapat yang

dahulu kan Kemhan, TNI, dan BPJS sudah ada namanya. Yang belum ada nama dari Kemkes. Sehingga saat itu di RDP yang lama leading sector-nya dipindahkan ke Menkes. Tetapi setelah dipindahkan ke Kemenkes pun tetap nama-nama itu belum ada. Jadi memang belum terbentuk. Jadi ‘membentuk dan mengaktifkan gugus tugas’.

KETUA RAPAT (ASRIL HAMZAH TANJUNG, S.IP.):

Benar saya rasa ya, ‘sesegera mungkin membentuk dan mengaktifkan gugus tugas/task

force sebagai tahapan membentuk payung hukum tersebut’. Tapi batas waktu kapannya ini belum ada, bagaimana ini?

Page 35: DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA … file2 FRAKSI PARTAI GERINDRA (F-GERINDRA) 18. H. Ahmad Muzani 19. Martin Hutabarat 20. H. Biem Triani Benjamin, B.Sc., M.M. 21. Rachel

35

F-PAN (BUDI YOUYASTRI): Pimpinan, menurut saya kita saja yang menentukan batas waktunya. Karena sudah 2

(dua) bulan lebih sejak rapat artinya Menteri Kesehatan tidak punya niat baik. Lebih baik DPR yang membuat sikap.

Saya usul 2 (dua): 1. Meminta Komisi IX untuk membuat rapat gabungan. Panggil Menteri Kesehatan nya

ke DPR; 2. Kita berikan report-nya kepada Pimpinan DPR, panggil presidennya, biar Pimpinan

DPR yang ngomong ke presiden bahwa Menteri Kesehatan tidak mau mengurusi prajurit kita.

Begitu, Pimpinan, terima kasih.

KETUA RAPAT (ASRIL HAMZAH TANJUNG, S.IP.): Ini keras banget. Tapi disini kita minta Menkes ini kapan memberi waktu, kan itu yang di minta ini.

F-PAN (BUDI YOUYASTRI): Pimpinan, kan hari ini dia bukan siapa-siapa, tidak bisa ngomong apa-apa. Berarti kan

mubazir waktunya. Jadi kalau nanti kita undang rapat gabungan, karena yang berhak memanggil Menteri Kesehatan Pimpinan Komisi IX. Kalau tidak mau juga Menteri Kesehatan, maka kita bawa kepada paripurna.

Terima kasih Pimpinan. Berarti kan menurut saya sampai hari ini tidak ada niat baik dari Menteri Kesehatan untuk memberi penyelesaian regulasi untuk teman-teman kita di TNI.

KETUA RAPAT (ASRIL HAMZAH TANJUNG, S.IP.):

Terima kasih Pak Budi Yastri. Disini sudah ada 32 orang nama-nama untuk task force. Ada dari BPJS, ada dari apa

lagi ini, cukup banyak ini. Ada Pabandia TNI, ada Kemenkes. Kemenkes masih kosong, nanti bisa di minta.

Sarannya Pak Budi ini apa yang perlu di tulis ini agar mendesak Menkes ini bisa memberikan ruang waktu minimal kapan selesainya. Ini sudah 3 kali atau 4 kali pertemuan. Kita memang susah ya, karena antara pemerintah dengan pemerintah, Menhan pemerintah, Menkes pemerintah, yang repot justru DPR ini bagaimana ini. Ini coba kita cari kata-kata apa yang bijaksana untuk mendorong Menkes ini bisa segera menyelesaikan payung hukum ini. Kita takut ini nanti ganti Menkes ini belum jadi. Pak Budi Youyastri itu maksudnya, saya sudah tangkap itu. Bagaimana kita membentuk ini, apa yang kita bentuk. Segera mungkin membentuk dan mengaktifkan gugus tugas/task force sebagai tahapan pembentukan payung hukum dan diharapkan bisa selesai kapan. Itu harusnya itu.

Bagaimana Pak Bambang? Dan segera mungkin kapan selesainya. Dalam kuartal ini atau kapan? Kalau kita minta ke Kemenkes sekarang, ke Ibu Kalsum, dia tidak bisa apa-apa. Cuma kita harapkan disini ada di dalam rapat kita ini kita minta selambat-lambatnya kapan, sesegera mungkin membentuk gugus tugas/task force sebagai tahapan pembentukan payung hukum tersebut selambat-lambatnya kapan. Itu, ‘selambat-lambatnya’. Apa dalam kuartal ini, apa dalam masa sidang berikut. Kita tetap akan laporkan ke Ketua DPR ini. Kalau itu jadi nanti tambah tidak enak, lebih baik kita selesaikan. Ibu Kalsum kita marah-marahin tidak ada guna juga, dia tidak pegang wewenang. Teman-teman dari Menkes, kapan ‘selambat-lambatnya’.

Sekarang bulan Januari, kira-kira Maret bisa tidak ya, selambat-lambatnya pada akhir Maret ini sudah selesai. Mungkin begitu kalau saran saya.

Bagaimana, Mas Sonny, bisa tidak? Ini tidak ada waktu ini, coba bagaimana.

Page 36: DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA … file2 FRAKSI PARTAI GERINDRA (F-GERINDRA) 18. H. Ahmad Muzani 19. Martin Hutabarat 20. H. Biem Triani Benjamin, B.Sc., M.M. 21. Rachel

36

KEPALA PUSAT KESEHATAN ANGKATAN DARAT (MAYJEN TNI dr. BAMBANG DWI HS, SP.B.,FLNACS.,M.SI.):

Terima kasih Pak. Saya pikir sependapat kita atur waktunya. Batas waktu maksimal kapan kita tentukan

saja disini, sehingga masing-masing bisa bergerak dengan rencana waktu yang ada. Mungkin kalau 2 (dua) bulan, Pebruari-Maret, akhir Maret lah mungkin.

KETUA RAPAT (ASRIL HAMZAH TANJUNG, S.IP.): Karena jangan sampai pemilu dulu ini belum selesai. Ini bahaya ini, nanti tentara bisa

ngamuk. Menkes tidak karu-karuan kerjanya. Bagaimana, Mas Bambang, akhir Maret sudah selesai? Jadi sebelum pemilu ini sudah selesai. Jadi BPJS tenang, Menkes tenang, ASABRI tentang, apalagi prajuritnya tenang.

Ada saran, silakan?

KEPALA PUSAT KESEHATAN ANGKATAN DARAT (MAYJEN TNI dr. BAMBANG DWI HS, SP.B.,FLNACS.,M.SI.):

Saya sependapat Bapak. Kami malah tadinya ingin maunya satu bulan. Tapi karena

mungkin ada ini ya silakan triwulan ini, akhir Maret.

KETUA RAPAT (ASRIL HAMZAH TANJUNG, S.IP.): Jadi cocok akhir Maret ya. Coba tulis dulu.

F-PAN (BUDI YOUYASTRI): Pimpinan, dengan tidak ada regulasi maka yang melanggar regulasi namanya BPJS.

BPJS sekarang melanggar regulasi yang di buat oleh Kementerian Kesehatan, setiap hari dia melakukan kesalahan, mall praktek, mall administrasi. Kalau mau dibiarkan maka saya mengatakan itu tanggungjawabnya pemerintah sekarang, berarti memang presidennya tidak punya keinginan untuk melakukan perubahan.

Saya adalah anggota DPR di pilih oleh rakyat sebagai fungsi politik. Kalau Presiden tidak punya keinginan untuk memperbaiki maka artinya BPJS dibiarkan melakukan kesalahan dan diabaikan oleh Presiden.

Saya berpikir, karena mungkin TNI nya tidak bersifat netral hari ini diabaikan saja, biarin saja, nanti saja habis selesai pilihan Presiden di atur lagi. Inikan cara berpikirnya begitu saya sebagai orang politik membacanya begitu. Dan saya mengatakan, “Bapak, begitu selesai pemerintahan ini Bapak bisa di penjara karena melakukan kesalahan administrasi yang bisa berlanjut kepada pidana”. Silakan kalau mau di buat 2-3 bulan. Kalau TNI tidak melakukan kesalahan dalam soal ini. Yang melakukan kesalahan, yang melakukan pelanggaran regulasi, BPJS. Tapi saya/anggota DPR mendesak untuk dilaksanakan, dan itu Kementerian Kesehatan tidak melakukan regulasi.

Komplit sudah, Pimpinan, Menteri Kesehatan mengabaikan, presidennya mendiamkan, maka Bapak/Ibu dari BPJS silakan siap-siap masuk penjara.

Terima kasih.

KETUA RAPAT (ASRIL HAMZAH TANJUNG, S.IP.): Itu BPJS ya. Saya tahu kekecewaan kita semua, termasuk Pak Budi. Jadi kita kembali ke

laptop lagi.

Page 37: DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA … file2 FRAKSI PARTAI GERINDRA (F-GERINDRA) 18. H. Ahmad Muzani 19. Martin Hutabarat 20. H. Biem Triani Benjamin, B.Sc., M.M. 21. Rachel

37

‘Sesegera mungkin membentuk dan mengaktifkan gugus tugas/task force sebagai tahapan pembentukan payung hukum tersebut selambat-lambatnya hingga akhir bulan Maret 2019’

Setuju? Ibu, setuju? Pak Ari, ada tambahan?

DIREKTUR KESEHATAN DITJEN KUATHAN KEMENTERIAN PERTAHANAN RI (LAKSAMANA PERTAMA TNI dr. ARIE ZAKARIA, SPOT, FICS.):

Ijin, Pak Ketua. Kata yang diatasnya ‘untuk segera’, ‘segera’ nya saya rasa di hapus supaya tidak di

ulang di b nya ‘sesegera’, jadi ‘untuk’ titik dua saja. Selanjutnya saya setuju. Terima kasih Bapak Ketua.

KETUA RAPAT (ASRIL HAMZAH TANJUNG, S.IP.): Bapak guru bahasa Indonesia dulu ya. Jadi nomor 1 (satu) oke, kita setuju.

(RAPAT : SETUJU)

F-PAN (BUDI YOUYASTRI): Kenapa harus ‘Maret’, Pimpinan. Kalau saya minta waktunya besok sudah langsung

bikin. Tidak ada waktunya, karena dia sudah siap masuk penjara. Itu pernyataan saya. Menunggu sampai Maret artinya Bapak semua siap-siap berdo’a tiap hari bahwa Presiden Jokowi terpilih lagi, mudah-mudahan Bapak diamankan. Kalau ganti presiden, Bapak masuk penjara.

KETUA RAPAT (ASRIL HAMZAH TANJUNG, S.IP.):

Jadi begitu, Bapak, kita semua netral ya. Termasuk BPJS netral, TNI netral. Tidak ada

berpihak-berpihak ya. Sementara yang dapat kita simpulkan itu. Kalau besok tidak mungkin Pak, tidak bisa, tidak mungkin.

Ini Ibu segera laporan, ini sudah sangat mendesak. Mudah-mudahan sebelum Maret ini sudah ada, kita salut kepada Ibu Kalsum Komariyani. Kalau kita tidak ada keputusan sekarang, bukan RDP namanya. Ini bukan keputusan, tapi kesimpulan

DIREKTUR KEPATUHAN, HUKUM, DAN HUBUNGAN ANTAR LEMBAGA BPJS (DR. dr. H. BAYU WAHYUDI. SPOG. MPHM. MHKES. MM.):

Ijin, Pimpinan, nomor 1 (satu) tadi, dari BPJS. Saya hanya konsisten terhadap komitmen kesimpulan yang di buat pada tanggal 5

Desember 2018. Disini di 1.b ‘pembentukan gugus tugas/task force dengan leading sector dari Kementerian Kesehatan’. Bila dimungkinkan, disini juga disebutkan ‘sesegera mungkin membentuk gugus tugas/task force dengan leading sector adalah Kementerian Kesehatan’. Mungkin lebih tegas dengan waktu sekian. Jadi mungkin yang mewakili Menkes nanti bisa menyampaikan kembali bahwa ini loh yang hasil kesimpulan sesuai dengan konsensus dan komitmen pada tanggal 5 Desember 2018 lalu.

KETUA RAPAT (ASRIL HAMZAH TANJUNG, S.IP.):

Pak Ari, setuju?

Page 38: DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA … file2 FRAKSI PARTAI GERINDRA (F-GERINDRA) 18. H. Ahmad Muzani 19. Martin Hutabarat 20. H. Biem Triani Benjamin, B.Sc., M.M. 21. Rachel

38

DIREKTUR KESEHATAN DITJEN KUATHAN KEMENTERIAN PERTAHANAN RI (LAKSAMANA PERTAMA TNI dr. ARIE ZAKARIA, SPOT, FICS.):

Sudah di atas disebutkan itu ‘mendesak Kementerian Kesehatan sebagai leading sector,

bersama-sama dengan’. Jadi tidak usah di ulang.

KETUA RAPAT (ASRIL HAMZAH TANJUNG, S.IP.): Oke, sudah ada. Tadi mungkin sudah di tambah barusan. Jadi, Pak Bayu, takut masuk penjara sama-sama. Tapi tidak lah, ini untuk kita bersama

ya. Sekarang yang kedua mana tadi? Lanjut. ‘Komisi I DPR RI mendesak BPJS Kesehatan untuk memprioritaskan pembayaran

tunggakan klaim terhadap rumah sakit TNI dalam rangka peningkatan pelayanan kesehatan pasien BPJS non TNI yang dititipkan di rumah sakit TNI’.

Ada, Ibu Kalsum? BPJS ada keberatan? Silakan ngomong dulu.

DIREKTUR KEPATUHAN, HUKUM, DAN HUBUNGAN ANTAR LEMBAGA BPJS (DR. dr. H. BAYU WAHYUDI. SPOG. MPHM. MHKES. MM.):

Mungkin ijin, Pimpinan. Sesuai dengan asas Undang-Undang Nomor 24 dan Undang-Undang 40, yaitu Undang-

Undang SJSN dan Undang-Undang BPJS, bahwa ada 3 (tiga asas, manfaat, kemudian kemanusiaan, dan keadilan sosial. Tentu kami tidak bisa melakukan sesuatu yang sifatnya khusus, baik itu untuk TNI/Polri. Karena asas daripada undang-undang tersebut sedemikian. Sehingga yang masuk pertamakali mengklaim itu tentu akan kami proses lebih dulu. Untuk itu pada rumah sakit TNI/Polri untuk melakukan klaimnya untuk segera mungkin, jadi tidak menunda.

Walaupun memang ada batasan sampai dengan 2 (dua) tahun sesuai dengan Perpres, tapi segera mungkin. Kalau dia tagihannya ada bulan ini langsung masukkan, sehingga kami bisa memprioritaskan. Belum nagih tapi nunggu, ini tidak boleh untuk rumah faskes TNI/Polri, tidak. Jadi yang mana masuk dulu, itu yang kami bayarkan. First come first pay, jadi begitu istilahnya.

Terima kasih.

KETUA RAPAT (ASRIL HAMZAH TANJUNG, S.IP.): Ini bagaimana TNI? Biasanya TNI ini disiplin, karena di potong langsung 3 persen dari

Pemerintah langsung 2 persen dari gaji. Kan paling duluan ini. Mungkin ada jawatan lain yang lebih duluan dari TNI?

DIREKTUR KEPATUHAN, HUKUM, DAN HUBUNGAN ANTAR LEMBAGA BPJS (DR. dr. H. BAYU WAHYUDI. SPOG. MPHM. MHKES. MM.):

Kalau pembayaran semuanya sama, di ambil oleh Dirjen Anggaran di potong dari gaji.

Tetapi kalau untuk pengklaiman, dalam hal ini pengklaiman itu dibatasi. Kalau klaim masuk kita proses 15 hari sehingga kita bayarkan. Kalau kami membayarkan saat klaim lebih dari satu bulan di denda 1 persen dari jumlah klaim. Jadi tidak boleh memprioritaskan “oh ini belakangan, tapi karena TNI sifatnya”, kami tidak bisa. Jadi sesuai dengan amanat undang-undang yang ada.

Terima kasih.

KETUA RAPAT (ASRIL HAMZAH TANJUNG, S.IP.): Kita patuh undang-undang. Coba di rubah susunan kata-katanya.

Page 39: DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA … file2 FRAKSI PARTAI GERINDRA (F-GERINDRA) 18. H. Ahmad Muzani 19. Martin Hutabarat 20. H. Biem Triani Benjamin, B.Sc., M.M. 21. Rachel

39

DIREKTUR KEPATUHAN, HUKUM, DAN HUBUNGAN ANTAR LEMBAGA BPJS (DR. dr. H. BAYU WAHYUDI. SPOG. MPHM. MHKES. MM.):

Ijin, Pimpinan. Mungkin pembayaran dan klaim sesuai dengan ketentuan yang berlaku, atau regulasi

yang berlaku.

KETUA RAPAT (ASRIL HAMZAH TANJUNG, S.IP.): Itu betul, itu pasti itu. Tapi bagaimana menyangkut TNI, itu yang kita maksud tadi bagaimana kita membantu

TNI disini biar ada keluar muncul untuk membantu TNI. Bagaimana bagusnya, ‘Komisi I DPR RI mendesak BPJS Kesehatan untuk’. Kalau

memprioritaskan tidak boleh, apa kira-kira, Pak Ari? Apa untuk membantu atau untuk bagaimana coba.

DIREKTUR KESEHATAN DITJEN KUATHAN KEMENTERIAN PERTAHANAN RI (LAKSAMANA PERTAMA TNI dr. ARIE ZAKARIA, SPOT, FICS.):

Ijin, Pak Ketua. Yang pertama saya mohon rumah sakit Kemhan dan TNI. Karena ada rumah sakit yang

di bawah Kemhan tidak di bawah TNI. Jadi Kemhan TNI dan BPJS non Kemhan TNI. Yang kedua saya tetap diprioritaskan. Contoh 2018, rumah sakit tingkat 3 Jember 8

bulan tidak di bayar. Memang kami melakukan pendekatan, itu bisa didahulukan. Karena kalau rumah sakit yang tingkat 3, tingkat 4 TNI, sampai 8 bulan tertunggak itu kami tutup. Kami tidak bisa seperti swasta terus tutup, TNI nya di tutup, tidak bisa. Jadi memang kami minta diprioritaskan.

Mungkin secara hukum, tadi disampaikan oleh Pak Bayu, tidak bisa. Tapi selama ini kami melakukan pendekatan personal dan pendekatan ke BPJS daerah maupun Dinkes, kami bisa meminta diprioritaskan. Jadi kalau menurut saya, saya tetap meminta memprioritaskan.

Rumah sakit Kemenhan TNI memang tidak banyak. Begitu ada saya langsung laporkan, koordinasi dengan Direksi BPJS. Karena tidak bisa rumah sakit TNI tutup dulu. TNI tetap harus jalan, tidak bisa seperti rumah sakit swasta maupun rumah sakit yang lain.

KETUA RAPAT (ASRIL HAMZAH TANJUNG, S.IP.):

Kalau kata-kata tidak ‘memprioritaskan’, tapi ‘mengutamakan’ bagaimana? Biar BPJS ini

tidak kena juga dia, dia takut kita kena undang-undang juga. Untuk ‘mengutamakan’. Sebetulnya ‘memprioritaskan’ tidak apa-apa, Ibu. Prioritas keberapa? Ibu punya tiga

orang pacar dulu kan, yang dua ini prioritas berapa, satu, kan begitu. Kalau ‘mengutamakan’ bagaimana, kelihatan tidak terlalu keras.

Saya ulangi nomor 2, ‘Komisi I DPR RI mendesak BPJS Kesehatan untuk mengutamakan’. ‘mengutamakan’ macam-macam artinya, ‘mengutamakan pembayaran tunggakan klaim terhadap Rumah Sakit Kemhan TNI dalam rangka peningkatan pelayanan kesehatan pasien BPJS non Kemhan TNI yang dititipkan di rumah sakit Kemhan’.

Setuju, Pak Bayu? Ada yang di belakang, Pak Dwi silakan.

DIREKTUR KEPATUHAN, HUKUM, DAN HUBUNGAN ANTAR LEMBAGA BPJS (DR. dr. H. BAYU WAHYUDI. SPOG. MPHM. MHKES. MM.):

Mungkin ada sedikit, Pimpinan. Ditambahkan saja, Pimpinan, ‘sesuai ketentuan’. Jadi ‘mengutamakan sesuai ketentuan’

Page 40: DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA … file2 FRAKSI PARTAI GERINDRA (F-GERINDRA) 18. H. Ahmad Muzani 19. Martin Hutabarat 20. H. Biem Triani Benjamin, B.Sc., M.M. 21. Rachel

40

KETUA RAPAT (ASRIL HAMZAH TANJUNG, S.IP.):

‘untuk mengutamakan pembayaran dan tunggakan klaim terhadap Rumah Sakit Kemhan

TNI sesuai ketentuan’, itu, ‘dalam rangka’. Silakan, Pak Bambang Dwi.

KEPALA PUSAT KESEHATAN ANGKATAN DARAT (MAYJEN TNI dr. BAMBANG DWI HS, SP.B.,FLNACS.,M.SI.):

Ijin, Pimpinan Rapat. Di bawah kata-kata ‘tunggakan klaim’ mohon ditambahkan ‘tidak lebih dari 1 (satu)

bulan’, karena faktanya sekarang pun bulan Oktober ada yang belum di bayar, Nopember belum, Desember juga belum.

KETUA RAPAT (ASRIL HAMZAH TANJUNG, S.IP.):

Bagaimana, Ibu Menkes, setuju tidak ini? Maksudnya kita ada batasan waktu. Silakan, Ibu Kalsum.

KAPUS PPJK KEMENTERIAN KESEHATAN RI (dr. KOLSUM KOMARYANI, MPPM.): Kalau soal pembayaran mungkin ini memang ada di BPJS Kesehatan. Tapi saya ingin bertanya, kenapa yang ditingkatkan pelayanan kesehatannya ini adalah

pasien BPJS yang non Kemhan TNI? Apakah yang TNI dan Kemhan nya tidak ditingkatkan pelayanannya.

KETUA RAPAT (ASRIL HAMZAH TANJUNG, S.IP.):

Itu, Pak Ari. Mungkin kalau TNI gampang di atur di gaji. Kalau yang non TNI ini,

purnawirawan sama keluarga bagaimana? Silakan Pak Ari.

DIREKTUR KESEHATAN DITJEN KUATHAN KEMENTERIAN PERTAHANAN RI (LAKSAMANA PERTAMA TNI dr. ARIE ZAKARIA, SPOT, FICS.):

Saran, Pak Ketua. Saran saya ‘Kemhan’ tidak pakai garis miring TNI (Kemhan/TNI). Kemudian itu ‘dalam

rangka peningkatan pelayanan kesehatan pasien’ tidak usah di tulis ‘BPJS dan Kemhan TNI’, di hapus saja. Jadi ‘mengutamakan pelayanan pasien di rumah sakit Kemhan TNI’. Jadi sekaluran saja.

Jadi ‘Kemhan TNI’ tidak pakai garis miring. ‘Dalam rangka peningkatan pelayanan kesehatan di rumah sakit Kemhan TNI’. Kemhan tidak pakai garis miring, ‘Kemhan TNI’. Jadi Kemhan atau TNI, kan tidak ini.

KETUA RAPAT (ASRIL HAMZAH TANJUNG, S.IP.):

Rumah sakit TNI kan, bukan non TNI. Yang mana coba?

DIREKTUR KESEHATAN DITJEN KUATHAN KEMENTERIAN PERTAHANAN RI (LAKSAMANA PERTAMA TNI dr. ARIE ZAKARIA, SPOT, FICS.):

‘meningkatkan pelayanan kesehatan di rumah sakit Kemhan TNI’, titik. Lebih sederhana

seperti ini, simple.

Page 41: DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA … file2 FRAKSI PARTAI GERINDRA (F-GERINDRA) 18. H. Ahmad Muzani 19. Martin Hutabarat 20. H. Biem Triani Benjamin, B.Sc., M.M. 21. Rachel

41

KETUA RAPAT (ASRIL HAMZAH TANJUNG, S.IP.):

Baca lagi, Ibu Kalsum ya, ‘Komisi I DPR RI mendesak BPJS Kesehatan untuk

mengutamakan pembayaran tunggakan klaim terhadap rumah sakit Kemhan TNI sesuai ketentuan yang berlaku dalam rangka peningkatan pelayanan kesehatan di rumah sakit Kemhan TNI’.

Itu bagaimana Pak Bambang tadi minta satu bulan itu, sanggup tidak BPJS itu? Tidak sanggup? Mungkin secepatnya bagaimana? Secepatnya ada satu tahun, cepat juga itu.

DIREKTUR KEPATUHAN, HUKUM, DAN HUBUNGAN ANTAR LEMBAGA BPJS (DR. dr. H. BAYU WAHYUDI. SPOG. MPHM. MHKES. MM.):

Ijin, Pimpinan. Kalau ada istilah hukum mengatakan bahwa superior derogat legi inverior, jadi kami

mengatur itu tidak boleh melangkahi aturan yang lebih tinggi. Disini ada perpres dan undang-undang, jadi tidak boleh. Jadi kalau kami membuat berarti tadi Pak Budi Youyastri mengatakan bahwa gantung diri itu, siap-siap di hukum lagi.

Terima kasih Pimpinan.

KETUA RAPAT (ASRIL HAMZAH TANJUNG, S.IP.): Oke, terima kasih. Ada mungkin kata-kata lain, karena di berbulan itu tidak boleh ketentuannya.

KEPALA PUSAT KESEHATAN ANGKATAN DARAT (MAYJEN TNI dr. BAMBANG DWI HS, SP.B.,FLNACS.,M.SI.):

Siap, Pimpinan Rapat. Faktanya di lapangan masih Agustus pun mereka belum terbayar.

KETUA RAPAT (ASRIL HAMZAH TANJUNG, S.IP.): Sekarang membuat kata-kata seperti apa. Ini kata-kata jadi dasar hukum nanti rapat kita

ini. Atau dipercepat atau bagaimana?

F-PAN (BUDI YOUYASTRI): Pimpinan, tadi saya minta data, sekarang diomongin ada pembayaran yang belum

selesai. Saya minta nanti sekretariat tolong tagih status pembayaran BPJS di 107 rumah sakit kita. Tolong datanya dikomplitin Pak, sehingga saya tahu. Mustinya kita bahas dulu tadi. Sekarang menjadi kesimpulan baru diomongin. Jadi saya tidak tahu ini. Masih banyak, ada yang 8 bulan.

Terima kasih Pimpinan.

KETUA RAPAT (ASRIL HAMZAH TANJUNG, S.IP.): Pak Budi itu sudah disepakati tadi, mereka akan segera mengirim laporan, mudah-

mudahan jadi. Cuma sekarang ini Pak Bambang Dwi ini Kapuskes TNI AD ini minta ini ada disebutkan mempercepatnya seperti apa. Karena kalau dia membuat jangka waktu tidak sesuai dengan undang-undang. Ini perlu kita rubah lagi undang-undang. Bikin undang-undang itu satu periode itu 5 tahun Pak.

Apa disini saja cukup, Pak Bambang? Atau ada kata-kata lain ‘terhadap rumah sakit Kemhan TNI sesuai ketentuan yang berlaku’ atau ada percepatan atau bagaimana? Kan tadi di atas sudah, itu baru sesegera mungkin untuk task force. Kalau untuk pembayaran ini memang

Page 42: DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA … file2 FRAKSI PARTAI GERINDRA (F-GERINDRA) 18. H. Ahmad Muzani 19. Martin Hutabarat 20. H. Biem Triani Benjamin, B.Sc., M.M. 21. Rachel

42

belum ada, supaya kita mendesak supaya lebih cepat. Bagaimana itu, mungkin ada kata-kata lain dari Pak Bambang, Pak Ari.

Karena ‘Komisi I DPR RI mendesak BPJS Kesehatan untuk mengutamakan pembayaran tunggakan klaim terhadap’, tapi sudah, Pak Bambang Dwi, ‘mengutamakan pembayaran tunggakan’. Maksudnya tadi kita minta prioritas itu di ganti, sama dengan itu maksudnya.

Oke, Pak Ari, Pak Bambang, cocok? Ibu Kalsum, setuju?

(RAPAT : SETUJU) Oke, nomor 2 (dua) setuju. Nomor 3, ‘Komisi I DPR RI mendorong dilakukannya kajian untuk merevisi perundang-

undangan yang mengatur pelayanan kesehatan di lingkungan Kementerian Pertahanan dan TNI agar dalam pelaksanaannya dapat selaras dengan semangat dan filosofi Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2002 Tentang Pertahanan Negara’.

Ada yang bantah? Ini tentara yang tahu ini.

DIREKTUR KEPATUHAN, HUKUM, DAN HUBUNGAN ANTAR LEMBAGA BPJS (DR. dr. H. BAYU WAHYUDI. SPOG. MPHM. MHKES. MM.):

Ijin, Pimpinan. Mungkin perlu di tunjuk leading sector untuk ini. Jadi apakah nanti leading sector untuk

merevisi ini siapa. Apakah memang langsung DPR Komisi I, ataupun apa. Atau ada task force tertentu. Sehingga ada sasarannya jelas.

KETUA RAPAT (ASRIL HAMZAH TANJUNG, S.IP.):

Jadi, Pak Bayu, masalah undang-undang ini ada 2 (dua). Satu, inisiatif DPR; dua,

Pemerintah. Jadi kita belum tentu menentukan leading sector. Tapi biasanya kalau undang-undang namanya Pertahanan leading sector-nya pasti Menhan. Jangan DPR jadi leading sector, tidak. Tapi kalau disebutkan Undang-Undang Pertahanan ini otomatis Menhan lah leading sector-nya.

Ada komentar dari Ibu, silakan Ibu. Ini Ibu sudah tahu Menhan ini, silakan.

KAPUS PPJK KEMENTERIAN KESEHATAN RI (dr. KOLSUM KOMARYANI, MPPM.): Mohon ijin, Pimpinan. Untuk yang nomor 3 (tiga) ini mungkin karena berbeda dengan yang nomor 1, 2. Kalau

untuk yang nomor 1, 2 itu memang dalam preambule-nya Kementerian Kesehatan sebagai leading sector, tapi untuk yang nomor 3 ini mungkin karena mungkin tidak diletakkan ke Kementerian Kesehatan barangkali ini harus dipertimbangkan untuk yang nomor 3 ini.

F-PAN (BUDI YOUYASTRI):

Setuju, Pimpinan. Lebih baik kita memberikan tugas kepada Kementerian Pertahanan.

Kalau perlu di suruh mengajukan revisi Undang-Undang Pertahanan 2002 khusus untuk kesehatan. Kita menugaskan kementerian Pertahanan.

KETUA RAPAT (ASRIL HAMZAH TANJUNG, S.IP.):

Pak Budi setuju ini/tidak setuju?

F-PAN (BUDI YOUYASTRI):

Page 43: DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA … file2 FRAKSI PARTAI GERINDRA (F-GERINDRA) 18. H. Ahmad Muzani 19. Martin Hutabarat 20. H. Biem Triani Benjamin, B.Sc., M.M. 21. Rachel

43

Setuju, tapi kita sudah spesifik menunjuk kepada Kementerian Pertahanan untuk melakukan kajiannya.

KETUA RAPAT (ASRIL HAMZAH TANJUNG, S.IP.): Begitu, Ibu ya, hanya kajian saja. Karena ada menyangkut kesehatannya, pasti ada

konteksnya. Kalau hanya bilang pertahanannya tidak ada konteks. Tapi ada itu kajian untuk merevisi undang-undang yang mengatur tentang pelayanan kesehatan, ada kesehatannya. Ini kalau ada nanti Menkes juga senang, “coba kamu lihat itu Undang-Undang Kesehatan nomor sekian”, kan begitu nanti. Kalau tidak ada, rujukannya tidak ada, tidak ada reviisnya, tidak ada pelayanan kesehatannya, kan babak belur lagi ini namanya Pak Bambang ini nanti. Termasuk Menkes. Tapi kalau sudah ada ini nanti agak enak. Mungkin tidak langsung konteksnya langsung, tidak, tapi berawal dari kegiatan di atas tadi maka timbul gagasan bagaimana ini, harus di revisi ini masalah kesehatan ini.

Saya ulangi bacaannya, ‘Komisi I DPR RI mendorong Kementerian Pertahanan untuk melakukan kajian terhadap revisi peraturan perundang-undangan yang mengatur pelayanan kesehatan di lingkungan Kementerian Pertahanan dan TNI agar dapat selaras dengan semangat dan filosofi Undang-Undang Nomor 3/2002 terhadap Pertahanan Negara’.

Jadi seperti itu. Apa tidak sekaligus kita revisi Undang-Undang Nomor 3 saja, Pertahanan Negara. Tapi ini yang kita maksud adalah sub dari Undang-Undang Nomor 3 ini masalah kesehatannya. Ini ada konteksnya, jangan di bilang nanti tidak ada konteksnya. Ada. justru lahirnya dari kacau balau awal tadi kita merujuk kepada ini biar sama-sama enak, Kemenhan enak, Kemenkes juga enak ini “oh Kemenhan juga ada undang-undangnya”.

Bagaimana, ada alasan Ibu sama teman-teman, Ibu Kalsum?

F-PAN (BUDI YOUYASTRI): Pimpinan, kita punya pengalaman merevisi Undang-Undang ITE, 3 bulan selesai hanya

untuk mengubah satu pasal saja tentang pidana yang 6 tahun jadi 4 tahun. Kalau perlu kita bikin khusus pasal baru tentang kesehatan bahwa dari 5 persen APBN itu setengah persennya dialokasikan untuk prajurit kita, misalnya. Tolong Pak Bambang yang menyiapkan revisi terbatas Undang-Undang Pertahanan kita.

Terima kasih. KETUA RAPAT (ASRIL HAMZAH TANJUNG, S.IP.):

Saya setuju Pak. Bagaimana, Ibu Kalsum. Ini jangan di kira tidak ada kaitannya, itu ada itu ‘kesehatan’.

Kesehatan kan sektornya Ibu. Ayo, bagaimana coba. Jangan di bilang tidak ada kaitannya, pasti ada. Coba mungkin teman-teman dari Kesehatan yang lain/staf yang lain, silakan.

Ini sebetulnya TNI itu ke badannya sendiri mengatakan “ayo coba atur itu masalah pelayanan kesehatan, jangan tabrak yang lain-lain”, kan begitu. Sekarang kan tabrak-tabrakan dengan yang lain-lain ini. Maksudnya merevisi ini supaya nanti cocok dengan undang-undang dikeluarkan Menkes, Undang-Undang tentang BPJS, ini klop maksudnya.

Bagaimana, Ibu. Silakan jawab, Ibu, tidak apa-apa. Kalau setuju, setuju. Kalau tidak, tidak. Tidak apa-apa.

KAPUS PPJK KEMENTERIAN KESEHATAN RI (dr. KOLSUM KOMARYANI, MPPM.):

Pada prinsipnya kami setuju untuk Kementerian Pertahanan ini untuk melakukan revisi.

Tapi kalau melihat tadi di atas dalam preambule dijelaskan ‘Kementerian Kesehatan sebagai leading sector’, ini mungkin apakah sebaiknya yang nomor 1 dan 2 itu dicantumkan dipindahkan leading sector dari Kementerian Kesehatan. Karena yang nomor 3 sudah konteksnya lain, yaitu Kementerian Pertahanan yang sebagai leading sector.

Page 44: DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA … file2 FRAKSI PARTAI GERINDRA (F-GERINDRA) 18. H. Ahmad Muzani 19. Martin Hutabarat 20. H. Biem Triani Benjamin, B.Sc., M.M. 21. Rachel

44

KETUA RAPAT (ASRIL HAMZAH TANJUNG, S.IP.):

Kalau begitu kita cantumkan saja leading sector-nya Menhan itu, kan begitu maksud Ibu

kan? Biar jelas itukan, biar nanti tidak kena Menkes lagi ini. Boleh, tidak apa-apa itu. Coba di buat ya. Betul juga Ibu ini, nanti tidak di tuntut pula Menkes ini.

Silakan.

DIREKTUR KESEHATAN DITJEN KUATHAN KEMENTERIAN PERTAHANAN RI (LAKSAMANA PERTAMA TNI dr. ARIE ZAKARIA, SPOT, FICS.):

Ijin, Pak Ketua. Kesulitan kami selama ini, kami mengambil inisiasi segala macam, semua undang-

undang yang mengatur pelayanan kesehatan leading sector-nya Kemenkes. Jadi kalau Kemenkes diam saja, kami minta, kami segala macam, tetap saja tidak bergeming. Jadi kalau dikatakan mendorong Kementerian Pertahanan mengkaji tapi Kemenkes nya tidak ada inisiatif segala macam, dia diam saja, sulit. Karena ini undang-undang yang mengatur tentang pelayanan kesehatan, baik itu SJSN segala macam, dari awal tidak melibatkan Kementerian Pertahanan. Semua yang leading sector-nya adalah Kementerian Kesehatan dan bidang di PMK, Menko PMK. Jadi kalau di minta Kementerian Pertahanan leading sector, bagaimana kami bisa memaksa misalnya mengajak Kemenkes yang di undang-undang yang mau di revisi itu jelas-jelas leading sector-nya yang dimaksud pengertiannya adalah Kementerian Kesehatan.

F-PAN (BUDI YOUYASTRI):

Maaf Pak, bukan merevisi Undang-Undang Kesehatan. Merevisi Undang-Undang

Pertahanan kita memasukkan unsur kesehatan, sehingga kita bisa meng-override Undang-Undang Kesehatan apa yang menjadi kebutuhan TNI. Karena dia belakangan kita bisa mengabaikan mana yang menjadi hal umum dan kita mendefinisikan yang khususnya. Jadi bukan merubah Undang-Undang Kesehatan. Mengubah Undang-Undang TNI kita, Undang-Undang Pertahanan kita.

KETUA RAPAT (ASRIL HAMZAH TANJUNG, S.IP.):

Mungkin apa di angkat Undang-Undang Nomor 3 ini ke atas dulu, baru yang

kesehatannya di bawah itu, bisa juga. Ini maksud Pak Budi betul, kita minta merevisi, Pak Ari, itu Undang-Undang Tentang Pertahanan. Bukan tentang Kesehatan. Tapi di Undang-Undang Pertahanan itu ada sub poinnya yang menyebutkan tentang kesehatan. Jadi tidak berbelit-belit.

Coba, silakan.

DIREKTUR KESEHATAN DITJEN KUATHAN KEMENTERIAN PERTAHANAN RI (LAKSAMANA PERTAMA TNI dr. ARIE ZAKARIA, SPOT, FICS.):

Ijin. Kebetulan saat ini sedang dilakukan revisi Undang-Undang TNI. Mungkin dari Biro

Hukum bisa langsung saja memberikan comment.

KETUA RAPAT (ASRIL HAMZAH TANJUNG, S.IP.): Ini kita coba. Mana tadi yang betul? ‘Komisi I DPR RI mendorong Kementerian Pertahanan untuk melakukan kajian terhadap

revisi Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2002 Tentang Pertahanan Negara dengan memasukkan substansi yang mengatur pelayanan kesehatan di lingkungan Kementerian Pertahanan TNI’

Page 45: DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA … file2 FRAKSI PARTAI GERINDRA (F-GERINDRA) 18. H. Ahmad Muzani 19. Martin Hutabarat 20. H. Biem Triani Benjamin, B.Sc., M.M. 21. Rachel

45

Ini sudah lengkap banget. Coba Pak Bambang baca itu. Silakan, Pak Bambang.

KEPALA PUSAT KESEHATAN ANGKATAN DARAT (MAYJEN TNI dr. BAMBANG DWI HS, SP.B.,FLNACS.,M.SI.):

Ijin, Bapak. Kalau kebetulan kami inikan sedang merevisi Undang-Undang Nomor 34 TNI. Kebetulan

masalah kesehatan ini ada di Undang-Undang TNI.

KETUA RAPAT (ASRIL HAMZAH TANJUNG, S.IP.): Ada masalah kesehatan?

KEPALA PUSAT KESEHATAN ANGKATAN DARAT (MAYJEN TNI dr. BAMBANG DWI HS, SP.B.,FLNACS.,M.SI.):

Ada, di Undang-Undang 34.

KETUA RAPAT (ASRIL HAMZAH TANJUNG, S.IP.): Lanjut, coba sebutkan.

KEPALA PUSAT KESEHATAN ANGKATAN DARAT (MAYJEN TNI dr. BAMBANG DWI HS, SP.B.,FLNACS.,M.SI.):

Di Pasal 50 ayat (2) tentang rawatan kesehatan. Jadi saran kami di Undang-Undang 34

nanti kami bicarakan lagi tentang masalah ini. KETUA RAPAT (ASRIL HAMZAH TANJUNG, S.IP.):

Berarti ada tentang kesehatan. Oke, kita rubah seperti ini saja: ‘Komisi I DPR RI mendorong Kementerian Pertahanan untuk melakukan kajian terhadap

revisi Undang-Undang Nomor 34 Tahun 2004 Tentang TNI dengan memasukkan substansi yang mengatur pelayanan kesehatan di lingkungan Kementerian Pertahanan dan TNI’

Setuju? Coba di lihat. Bagaimana, staf, setuju ya? Ibu Kalsum, ini bukan merubah Undang-Undang Kesehatan ya. Undang-Undang

Masalah TNI. Ada, setuju Pak Bambang, sebelum saya ketok? Oke, dengan demikian nomor 3 kita setujui.

(RAPAT : SETUJU)

Bapak/Ibu sekalian mitra kita, Demikian, kita sudah menyelesaikan RDP kita pada hari ini dengan ada 3 (tiga)

kesimpulan utama. Mudah-mudahan, kita sangat berharap, terutama Kemenkes, tolong dilaporkan sedalam-dalamnya, setajam-tajamnya, agar ini segera bisa kita selesaikan. Dan memang kalau bisa sebelum pemilu sudah selesai. Ini tidak sulit, kalau Menkes saya rasa tidak sulit itu. Bagaimana Ibu merayu atau bagaimana supaya ini. Termasuk BPJS ya.

Saya terima kasih kehadiran Saudara-saudara semua. Kita satu tujuan bagaimana Jaminan Kesehatan Nasional untuk negara kita/untuk rakyat kita ini baik, terutama khususnya juga kepada prajurit TNI dan keluarga serta PNS dan purnawirawannya. Dengan demikian saya rasa kita akan ketemu lagi.

Page 46: DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA … file2 FRAKSI PARTAI GERINDRA (F-GERINDRA) 18. H. Ahmad Muzani 19. Martin Hutabarat 20. H. Biem Triani Benjamin, B.Sc., M.M. 21. Rachel

46

Terima kasih juga, Pak Sonny, dari ASABRI. Saya belum sempat lagi kesana Pak. Kalau dulu saya rajin waktu 72 itu, Bang siapa namanya itu yang gemuk-gemuk itu, Pak Adam Damiri, CS saya itu. Sekarang tidak ada. Mudah-mudahan pertemuan kita mendapat ridho Alloh Subhaanahuata’aala biar kita berhasil semua.

Wabillaahitaufiq Wal Hidaayah Wassalaamu'alaikum Warohmatulloohi Wabarokaatuh.

Tutup. KETOK PALU : 3 KALI

(Rapat di tutup pukul: 16.10 WIB)

Jakarta, 14 Januari 2019

a.n. KETUA RAPAT SEKRETARIS RAPAT,

SUPRIHARTINI, S.I.P., M.Si. NIP. 19710106 199003 2 001