DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA ------------------...

1104
DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA --------------------------------- RISALAH RAPAT PANJA ASUMSI DASAR, PENDAPATAN, DEFISIT DAN PEMBIAYAAN DALAM RANGKA PEMBICARAAN TK.I/ PEMBAHASAN RANCANGAN UNDANG-UNDANG TENTANG ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA TA. 2010 Tahun Sidang : 2009 – 2010 Masa Persidangan : I Jenis Rapat : Panja Asumsi Dasar, Pendapatan, Defisit dan Pembiayaan Sifat Rapat : Tertutup Hari/Tanggal : Rabu, 19 Agustus 2009 Waktu : 14.55 s/d 17.40 WIB Dengan : Pemerintah ( Departemen Keuangan/Kepala BKF/Dirjen Pajak) beserta jajaran Tempat : Ruang Rapat Panitia Anggaran DPR-RI Lantai 1 Gedung Nusantara I DPR-RI Jakarta Ketua Rapat : Suharso Monoarfa Sekretaris : Dra. Nurul Faiziah. Acara : Pembahasan Asumsi Dasar Anggota Hadir : Panja Asumsi Dasar, Pendapatan, Defisit dan Pembiayaan Anggota Panja Asumsi Dasar, Pendapatan, Defisit dan Pembiayaan dalam rangka Pembicaraan Tk.I/ Pembahasan RUU tentang APBN TA. 2010 : PANITIA ANGGARAN DPR RI NO. NO. ANG N A M A JABATAN/ FRAKSI/ KOMISI 1 399 IR. I. EMIR MOEIS, M.Sc. KOR. PANJA / PDIP / XI 2 447 DR. HARRY AZHAR AZIS, MA KOR. PANJA / PG/ XI 3 70 SUHARSO MONOARFA KOR. PANJA / PPP/ VII 4 192 IR. H.A. HELMY FAISHAL ZAINI KOR. PANJA / KB/ X 5 130 DRH. JHONNY ALLEN MARBUN, MM KOR. PANJA / PD / VI 6 451 DR. H. HAPPY BONE ZULKARNAEN, M.Si ANGGOTA / PG/ I 7 520 DRS. MUKHTARUDDIN ANGGOTA / PG/ IV 8 536 H. MALKAN AMIN ANGGOTA / PG/ V 9 466 DRS. ENGGARTIASTO LUKITO ANGGOTA / PG/ V 10 521 H. GUSTI ISKANDAR SUKMA ANGGOTA / PG/ VII

Transcript of DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA ------------------...

  • DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA ---------------------------------

    RISALAH RAPAT

    PANJA ASUMSI DASAR, PENDAPATAN, DEFISIT DAN PEMBIAYAAN DALAM RANGKA PEMBICARAAN TK.I/ PEMBAHASAN RANCANGAN UNDANG-UNDANG

    TENTANG ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA TA. 2010

    Tahun Sidang : 2009 – 2010 Masa Persidangan : I

    Jenis Rapat : Panja Asumsi Dasar, Pendapatan, Defisit dan Pembiayaan

    Sifat Rapat : Tertutup Hari/Tanggal : Rabu, 19 Agustus 2009 Waktu : 14.55 s/d 17.40 WIB

    Dengan : Pemerintah ( Departemen Keuangan/Kepala BKF/Dirjen Pajak) beserta jajaran

    Tempat : Ruang Rapat Panitia Anggaran DPR-RI Lantai 1 Gedung Nusantara I DPR-RI Jakarta Ketua Rapat : Suharso Monoarfa Sekretaris : Dra. Nurul Faiziah. Acara : Pembahasan Asumsi Dasar

    Anggota Hadir : Panja Asumsi Dasar, Pendapatan, Defisit dan Pembiayaan

    Anggota Panja Asumsi Dasar, Pendapatan, Defisit dan Pembiayaan dalam rangka Pembicaraan Tk.I/ Pembahasan RUU tentang APBN TA. 2010 :

    PANITIA ANGGARAN DPR RI

    NO.

    NO. ANG

    N A M A JABATAN/ FRAKSI/ KOMISI

    1

    399

    IR. I. EMIR MOEIS, M.Sc.

    KOR. PANJA / PDIP / XI

    2 447 DR. HARRY AZHAR AZIS, MA KOR. PANJA / PG/ XI 3 70 SUHARSO MONOARFA KOR. PANJA / PPP/ VII 4 192 IR. H.A. HELMY FAISHAL ZAINI KOR. PANJA / KB/ X 5 130 DRH. JHONNY ALLEN MARBUN, MM KOR. PANJA / PD / VI 6 451 DR. H. HAPPY BONE ZULKARNAEN, M.Si ANGGOTA / PG/ I 7 520 DRS. MUKHTARUDDIN ANGGOTA / PG/ IV 8 536 H. MALKAN AMIN ANGGOTA / PG/ V 9 466 DRS. ENGGARTIASTO LUKITO ANGGOTA / PG/ V 10 521 H. GUSTI ISKANDAR SUKMA ANGGOTA / PG/ VII

  • ALAMSYAH,SE. 11 484 H. DITO GANINDUTO, MBA. ANGGOTA / PG/ VII 12 463 DRS. H. ZULKARNAEN DJABAR , MA. ANGGOTA / PG/ VIII 13 435 MUSFIHIN DAHLAN ANGGOTA / PG/ X 14 422 DRS. T.M. NURLIF ANGGOTA / PG/ XI 15 323 ANDREAS HUGO PAREIRA ANGGOTA / PDIP/ I 16 375 IR. HASTO KRISTIYANTO ANGGOTA / PDIP/ VI 17 373 IR. THEODORUS J. KOEKERITS ANGGOTA / PDIP/ VIII 18 316 EFFENDI M. S. SIMBOLON ANGGOTA / PDIP/ VII 19 389 DR. IR. WAYAN KOSTER, MM ANGGOTA / PDIP/ X 20 387 I GUSTI AGUNG RAI WIRAJAYA ANGGOTA / PDIP/ XI 21 332 MARUARAR SIRAIT ANGGOTA / PDIP/ XI 22 67 DR. H. ANDI JAMARO DULUNG, M.Si. ANGGOTA / PPP/ III 23 61 H. RUSNAIN YAHYA ANGGOTA / PPP/ IV 24 51 H.M. SYUMLI SYADLI, SH. ANGGOTA / PPP/ IX 25 33 H. SOFYAN USMAN ANGGOTA / PPP/ XI 26 102 SHIDKI WAHAB ANGGOTA / PD/ I 27 103 IGN. MULYONO ANGGOTA / PD/ II 28 75 TEUKU RIEFKY HARSYA ANGGOTA / PD/ VII 29 101 VERA FEBYANTHY, BBA ANGGOTA / PD/ XI 30 151 DRS. DEDDY DJAMALUDDIN MALIK, M.Si. ANGGOTA / PAN/ I 31 181 NURHADI M. MUSAWIR, SH, MM, MBA ANGGOTA / PAN/ IV 32 180 MOHAMMAD YASIN KARA, SE. ANGGOTA / PAN/ X 33 160 DR. MARWOTO MITROHARDJONO, SE.,MM. ANGGOTA / PAN/ XI 34 197 MARWAN JAKFAR, SH, SE. ANGGOTA / KB/ III 35 195 DRS. MUFID A. BUSYAIRI, M.PD. ANGGOTA / KB/ IV 36 233 H. AHMAD MUBASYIR MAHFUD, SH . ANGGOTA / KB/ IX 37 204 H. BAHRUDIN NASORI, SSi, MM. ANGGOTA / KB/ XI 38 281 TAMSIL LINRUNG ANGGOTA / PKS/ IV 39 276 DR. ZULKIEFLIMANSYAH, SE, M.Sc. ANGGOTA / PKS/ VII 40 253 RAMA PRATAMA, SE, Ak. ANGGOTA / PKS/ XI 41 10 IR. H. EDDY WAHYUDIN, MBA. ANGGOTA / BPD/ V 42 5 MUHAMMAD TONAS, SE ANGGOTA / BPD/ VI 43 295 H. RUSMAN H. M. ALI, SH ANGGOTA / PBR/ IV 44 413 CAROL DANIEL KADANG, SE, MM ANGGOTA / PDS/ VI

    PEMERINTAH :

    NO. N A M A INSTANSI 1. ANGGITO ABIMANYU KORD. PANJA/ BKF/ DEPKEU 2. MUHAMMAD TJIPTARDJO DJP/ DEPARTEMEN KEUANGAN 3. ANWAR SUPRIJADI DJBC/ DEPARTEMEN KEUANGAN 4. RAHMAT WALUYANTO DJPU/ DEPARTEMEN KEUANGAN 5. HARTADI A. SARWONO BANK INDONESIA 6. EVITA H. LEGOWO DIRJEN MIGAS/ DEP. ESDM 7. J. PURWONO DIRJEN LPE/ DEP. ESDM 8. R. PRIJONO KEPALA PB MIGAS 9. M. SAID DIDU SEKRETARIS / KEMEN EG BUMN 10. SAHALA L. GAOL DEPUTI KEMENEG BUMN 11. MADE SUKADA BANK INDONESIA

  • 12. TATA SUNTARA DJ Pbn DEPARTEMEN KEUANGAN 13. ANDIE MEGANTARA BKF/ DEPARTEMEN KEUANGAN 14. ASKOLANI BKF/ DEPARTEMEN KEUANGAN 15. BOEDIARSO TEGUH WIDODO DJA/ DEPARTEMEN KEUANGAN 16. MUDJO SUWARNO DJA/ DEPARTEMEN KEUANGAN 17. SUMIHAR PETRUS TAMBUNAN DJP/ DEPARTEMEN KEUANGAN 18. KUSHARI SUPRIANTO DJBC/ DEPARTEMEN KEUANGAN 19. AYU SUKORINI DJPU/ DEPARTEMEN KEUANGAN

    REKAMAN PEMBICARAAN

    ( Kaset – 1 ) 

    KETUA PANJA (SUHARSO MONOARFA/F-PPP/KOM VII) :

    Assalamu’alaikum Wr.Wb.

    Selamat siang menjelang sore dan salam sejahtera bagi kita semua. Bu Dirjen dan Bapak Sekjen / yang mewakili dari beberapa Kementerian/Lembaga dan Pak Dirjen Harry juga. Sifat rapat ini memang informal, tapi bukan berarti tak ada artinya, tapi ini merupakan address dari rapat terdahulu terkait dalam pembahasan pendahuluan dalam rangka APBN 2010, dimana ketika pembahasan dalam pembiayaan pemerintah ingin menggunakan SILPA untuk pembiayaan awal tahun Jan – Feb 2010, maka pada waktu itu sidang menghendaki agar pemerintah menjelaskan posisi/kondisi DIPA KL bagian regular saya kira mungkin sudah selesai semua terkait dengan stimulus 2009, dan karena itu disyaratkan, kami meminta pemerintah untuk dapat menjelaskan. Maka pada hari ini ijinkan saya membuka rapat dan telah mengundang Pemerintah dalam hal ini koordinatornya adalah Ibu Ani Ratnowati dari Dirjen Anggaran dan didampingi oleh Pak Heri Purnomo Dirjen Perbedaharaan untuk menjelaskan dan saya telah melihat juga beberapa dari Sekjen yang hadir pada rapat ini. Untuk mempersingkat waktu dan mudah- mudahan kita dapat menyelesaikannya pada pukul 16.00 dan kita punya target jam 4 sore sudah bisa diselesaikan. Kami persilahkan Bu Dirjen untuk memulai.

    PEMERINTAH (ANI RATNOWATI/DIRJEN ANGGARAN-DEPKEU) :

    Assalamu’alaikum Wr.Wb.

    Selamat sore salam sejahtera. Bapak/Ibu Pimpinan Panja dan Ibu Anggota yang saya hormati, mohon maaf terlambat, niat hati ingin memotong jalan lebih cepat tapi ada kesalahan di traficlight, sehingga tak bisa diurai 45menit jadi pas saya ditengah tengah. Terima kasih sesuai dengan undangan yang kami terima hari ini dimintakan untuk menjelaskan mengenai perkembangan dari program stimulus fiskal dan satu lagi dari Diknas kalau tidak salah dimintakan hadir untuk melihat beberapa hal. Kami sudah berkoordinasi dengan teman teman di Direktorat Jenderal Perbendaharaan dimohon nanti presentasinya dari saya saja, Pak Heri menambahkan apabila diperlukan. Jadi pada dasarnya kami ingin menjelaskan ada 4 hal penting. Pertama tahapan proses dari program stimulus fiskal, kemudian bagaimana realisasi/penyerapan program tersebut s/d Juli kegiatan program yang mana masih ada yang diblokir karena alasan apa dan apa yang sudah masuk usulan untuk membuka blokir dari kegiatan stimulus fiskal tsb. Jadi Bapak/Ibu sekalian, proses stimulus fiskal itu pada tgl 23 Feb 2009, saat itu Menteri Keuangan mewakili Pemerintah mengajukan usul penyesuaian APBN 2009

  • kepada Panitia Anggaran DPR, terkait dengan krisis keuangan global dan langkah langkah darurat yang diperlukan untuk mengatasi krisis keuangan global tersebut. Kemudian terkait dengan pasal 23 UU 41 th 2008 tentang APBN 2009 dinyatakan bahwa dalam keadaan darurat yang kriteriannya dicantumkan dalam bagian penjelasan, Pemerintah dalam persetujuan DPR dapat menempuh langkah langkah yang dipandang perlu untuk mengatasi keadaan darurat tsb. Dan dalam pasal 23 penjelasannya juga dikatakan bahwa persetujuaannya DPR adalah keputusan yang tertuang didalam kesimpulan rapat kerja Panitia Anggaran DPR RI dengan Pemerintah yang dilakukan 1x24 jam sejak diterimanya usulan pemerintah tersebut. Kemudian pada tanggal 24 Feb 2009 Panitia Anggaran DPR mendukung adanya penyesuaian dari APBN 2009 dan program stimulasi Fiskal tersebut, maka disepakati ada peningkatan tambahan belanja yang diusulkan Pemerintah dari sebesar 10,2 triliun menjadi 12,2 triliun sehingga stimulus fiskal total dari 71,3 triliun menjadi 73,3 triliun termasuk stimulus dibidang perpajakan dan belanja. Kesepakatan tersebut sesuai dengan penjelasan pasal 23 UU 41 thn 2008 dimuat di kesimpulan rapat kerja Panitia Anggaran DPR RI pada tgl 24 Feb 1x24 jam, kemudian pada saat itu sudah ditandatangani oleh Pimpinan Panggar dan Menteri Keuangan kecuali lampiran, lampiran belum dapat dilakukan pada hari itu karena penyusunan lampirannya belum tuntas. Kemudian pada tgl 27 Feb sambil menunggu penetapan, lampiran Menteri Keuangan menerbitkan surat edaran No. 812/MK 02/2009 kepada Kementerian Lembaga yang alokasi stimulus fiskal dalam surat edaran itu ada 2 hal penting.

    1. Memberikan besaran alokasi yang memberitahukan kepada menteri/ lembaga bersangkutan. 2. Meminta kepada kementrian lembaga untuk menyiapkan RKAK/L terutama untuk kegiatan yang

    tidak mengalami perubahan dari yang semula telah diusulkan dari kementerian lembaga. Dalam surat edaran tersebut kami lampirkan daftar Kementerian/Lembaga yang mendapat alokasi stimulus fiskal tanpa perincian secara detail pada tanggal 27 Feb, karena memang lampirannya belum kami terima yang detil. Pada tanggal 3 April 2009 sore hari, Departemen Keuangan menerima lampiran yang dimaksud dalam butir 2 tadi yang sudah ditandatangani Pimpinan Panitia Anggaran ter tanggal 26 Feb, yang kemudian ditandatangani Menteri Keuangan dan sudah berisi detail kegiatan termasuk lokasi Propinsi, Kabupaten dan Kota berdasarkan lampiran tgl 3 Apr. Pada tgl 4 Apr 2009 kami menerbitkan kembali surat edaran Menteri Keuangan No 883 kepada Kementrian/Lembaga yang meralat SE No 812 sebelumnya, karena memang sebelumnya belum dirinci dan pada surat edaran tersebut kami lampirkan kesepakatan Panitia Anggaran Pemerintah yang ditandatangani oleh Pimpinan Panggar dan Menteri Keuangan, terkait surat edaran Panggar 4 April karena ada beberapa perubahan didalam alokasi, maka Menteri Keuangan mengajukan permohonan persetujuan untuk membahas alokasi stimulus fisksl kepada DPR RI dengan surat kami No. S-214/MK 02/2009 pada tgl 15 April 2010, sambil menunggu surat usulan Menteri Keuangan disetujui oleh Panitia Anggaran, maka bagi Kementerian/Lembaga yang tidak mengalami perubahan maka DIPA nya proses penyelesaian DIPA kami selesaikan. Sementara yang mengalami perubahan menunggu persetujuan Panitia Anggaran DPR RI. Oleh sebab itu DIPA I memang diterbitkan pada bulan April 2009, setelah surat edaran yang diisi dilengkapi dengan lampiran.

    Bapak bapak Ibu sekalian, terkait dengan hal tersebut, kami akan sampaikan nanti keseluruhan mengenai perkembangan dari DIPA dan juga dari penyerapan dari stimulus fiskal 2009 sampai dengan tgl 31 Juli 2009 realisasi/penyerapan program stimulus fiskal ini mencapai 9,24 % dari

  • Pagunya. Kalau kita tidak masukan Pagu Departemen Pertanian, karena Departemen Pertanian baru disetujui pada APBN-P kemarin maka realisasi penyerapan itu selesai 9,76%. Kami mencoba komunikasi dengan beberapa kementerian/ lembaga dan juga Bapenas karena monitori evaluasi untuk stimulus fiskal dilakukan oleh Deputi di Bapenas. Disampaikan bahwa keterlambatan proses penyerapan ini umumnya di sebabkan karena kegiatan tersebut dalam proses tender. Sehingga ada juga yang sudah dilaksanakan tapi belum melakukan permintaan pencairan dana di Direktorat Jenderal Perbendaharaan.

    Kemudian kegiatan yang dilakukan di Propinsi, Kabupaten dan Kota melalui SKPD itu, memang baru proses seluruhnya selesai karena itu harus dilakukan persetujuan satu satu perkabupaten atas usulan Bupati yang bersangkutan. Jadi memang inilah kerumitan didalam proses teknis penganggaran yang harus dokumennya kita pastikan lengkap termasuk dukungan mengenai TOR dan RAB nya karena memang itulah prasyarat Penerbitan DIPA. Berdasarkan pengalaman tahun sebelumnya biasanya lonjakan penyerapan itu terjadi pada bulan Agustus s/d Desember, kami sudah perkirakan Septembar biasanya ada kenaikan penyerapan kalau dari kementerian/lembaga itu bisa sampai 20 triliun pada 1 bulan dari rata rata normalnya, itu biasa terjadi pada bulan September dan Oktober dan ini selalu berulang dari waktu ke waktu karena memang yang terkait dengan usulan pencairan itu baru lakukan pada bulan bulan tersebut. Jadi kalau kita lihat realisasi penyerapan dana stimulus fiskal per kementerian/lembaga, kami sudah buat tabelnya. Pertama untuk Departemen Pertanian, Departemen Pertanian itu memperoleh Pagu 650 miliar, sampai hari ini memang belum ada penyerapan, karena sampai hari ini pun setelah diputuskan didalam APBNP. Jadi intinya adalah kami menunggu permintaan Deptan untuk menebitkan SAPSK nya dengan alokasi kegiatan yang sudah disetujui di dalam Panggar, tanpa permintaan dari Deptan kami tidak akan bisa memproses. Dan itu sudah kami sampaikan pada Deptan pada saat pemandangan umum 3 atau 4 hari yang lalu. Kami dapat info bahwa untuk alokasi Deptan sampai saat ini sebesar 650 miliar, kami mendapat informasi sementara bahwa 390 milyar akan dialokasikan ke belanja subsidi sehingga alokasi stimulus fiskalnya adalah 260 miliar, dan kami belum dapatkan dokumen dan lain sebagainya sehingga kami belum bisa proses. Kemudian ESDM dari 500 miliar Pagu itu terealisasi 106.349 milyar atau 21,27%, ini termasuk bagus untuk ESDM. Untuk Perhubungan dari 2,198 triliun itu baru direalisasikan 215 milyar,294 juta atau 9,79%, Departemen Kesehatan dari Pagu sebesar 150 miliar belum direalisasikan, Dipanya sudah ada di Bapak Heri Purnomo. Departemen Tenaga kerja dan Transmigrasi dari 300 milyar baru direalisasikan sekitar 9,176 milyar atau 3,06%, Departemen Kelautan dan Perikanan dari 100 miliar baru direalisasikan 2,894 miliar atau 2,89%, Departemen Pekerjaan Umum dari 6,6 triliun baru direalisasikan 708,9 miliar atau 10,74%. Perlu kami sampaikan untuk Departemen Pekerjaan Umum memang 2,9 triliunnya hampir 3 triliun ada dalam kewenangan Propinsi, Kabupaten dan Kota. Jadi memang SKPD adalah langsung disana. Jadi kita mesti meminta teman teman di Propinsi, Kabupaten dan Kota segera merealisasikan alokasi anggarannya. Kementerian Negara Koperasi dan UKM dari 100 miliar itu realisasinya 4,9 miliar atau 4,95% Departemen Perdagangan 335 milyar dari Pagu baru direalisasikan 7,18 milyar atau 2,14% dan Kementrian Negara Perumahan Rakyat itu dari 400 milyar baru terealisasi 72,964 milyar atau 18,24% dari Pagu baru direalisasikan 7,18 milyar atau 2,14% dan Kementerian Negara dan Lembaga yang terkait dengan subsidi itu ada BUN nilai total pagunya 865 miliar yang terdiri dari obat generic, 350 miliar DIPA sudah selesai tapi belum direalisasikan, subsidi bunga air bersih 15 miliar Perpresnya sudah selesai tapi kami menunggu dari PU permintaannya pun belum masuk pada kami, kemudian PMN kepada Jamkrindo dan askrindo atau yang dalam bentuk

  • KUR itu masih ada di Meneg BUMN untuk penyelesaian Perpresnya tapi DIPAnya sudah diterbitkan semua hanya posisinya adalah Bintang. Jadi itu adalah posisi seluruhnya. Jadi dari total 12,2 triliun realisasi 1,127 triliun atau 9,24%, kalau Pagu Departemen Pertanian kita hitung dalam Pagu total dari dana stimulus fiskal.

    Bapak/Ibu terkait dengan stimulus fiskal ada juga beberapa yang kami blokir, kami akan jelaskan kenapa diblokir. Jadi dalam proses penelahan di DJA ada yang diblokir, beberapa hal ini bisa kami jelaskan, ini adalah total blokir yang ada. Pertama untuk Deptan itu di blokir seluruhnya karena memang menunggu persetujuan dari Panitia Anggaran DPR sampai hari ini. Untuk Departemen Perhubungan ada efisiensi alokasi anggaran, ini tanpa mengurangi target dan sasaran, ada sisa hasil penelaahan sebesar 651 juta dari Departemen Perhubungan Ditjen Perkerataapian. Untuk peningkatan jalan dan jembatan serta pembangunan double trek dan pengembangan perkerataapian, dari alokasi setelah kami review ada efisiensi jadi sebesar 651 juta. Kemudian 1,7 juta efisiensi di Dirjen Perhubungan Laut dan 3 miliar efisiensi di Dirjen Perhubungan Udara. Kemudian di Dirjen Perhubungan Udara kami Bintang 15 miliar karena belum dilengkapi data pendukung dan di Dirjen Perhubungan Laut sebesar 5 miliar. Meski disetujui kami tetap minta data pendukung, karena itulah dasar menghitung dari alokasi beberapa sebetulnya yang sesungguhnya diperlukan untuk kegiatan tersebut. Kemudian di Dirjen Perhubungan Laut ada kegiatan non alokasi sebesar 25 miliar untuk pembangunan dermaga yang tempo hari mau dipindahkan ke Departemen Kelautan. Dan Dep Kelautan tidak sanggup melakukannya karena tidak ada dermaga disana sehingga memang posisinya adalah Bintang sebesar 25 milyar.

    Kemudian Bapak / Ibu di Pekerjaan Umum kami blokir, kami Bintang sebesar 1.210,2 miliar kepada Dirjen Bina Marga karena Bina Marga minta untuk eskalasi yang belum dilengkapi oleh dokumen pendukung karena setiap eskalasi harus ada dokumen pendukungnya, dari audit BPKP yang kami belum terima, kemudian 405.555.000 pada Dirjen Sumber Daya Air itu kami Bintang karena belum ada data kelengkapan data pendukung, dan ada blokir sebesar 4.161.000 pada Dirjen Cipta Karya, karena efisiensi dari hasil penelahaan. Kemudian Departemen Kesehatan ada blokir sebesar 70.669.000 dan Dep Perdagangan sebesar 173 juta karena sisa hasil penelahaan atau kita sebut sebagai efisiensi. Dep Tenaga Kerja dan Transmigrasi kami blokir 60 milyar karena duplikasi kegiatan BNP2TKI. Jadi kegiatan tersebut ada di BNP2TKI dan sudah dianggarkan melalui program regular. Sehingga ketika mendapat alokasi kembali dari Dep Tenaga Kerja dan Transmigrasi kami tidak lakukan persetujuan dan tadi kami dengar bahwa dikomisi terkait sudah ada pembicaraan untuk digunakan untuk BLK. Jadi kami tingal menunggu surat usulan berikutnya, masuk kepada Menteri Keuangan dan akan sampaikan permitaan persetujuan kepada Panggar dan kami laksanakan. Di Menteri Koperasi dan UKM ada 9,4 milyar karena permintaan oleh lokasi, jadi ada 8 DIPA yang dimintakan digeser dari 9 lokasi ke 10 alokasi baru. Nantinya suratnya sudah kami siapkan kepada Bapak, mungkin hari ini atau besok pagi. Kemudian blokir 15 milyar kepada subsidi air bersih dibagian Anggaran Bendahara Umum Negara ini kami menunggu surat dari PU untuk permintaan pembukaan blokir karena peraturan pemerintahnya sudah kami terima. Jadi Bapak / Ibu sekalian inilah matrix blokir alokasi anggaran stimulus fiskal yang saya sampaikan tadi berdasarkan alasan pemblokiran anggaran tersebut. Jadi total blokir terkait efisiensi kemudian karena ingin pindah lokasi, kemudian karena belum dilengkapi data pendukung totalnya itu sekitar 124 milyar dari 12 trilyun, 200 milyar Pagu alokasi dan terbesar blokir tersebut. Pada BLK 60 milyar tadi karena persoalan double untuk alokasi kegiatan. Hari ini kami

  • masih menerima usulan pencarian buka blokir tadi. Pertama dari DEPNAKER TRANS, kami sudah menunggu karena kemarin mereka masih buka blokir 60 milyar, tapi karena BNP2TKI kami tidak proses. Kami dengar tadi dikomisi dan kami sampaikan kami menunggu surat dari DEPNAKER TRANS dengan kamisi untuk kami sampaikan nanti dari persetujuan panggar melalui Mentri Keuangan. Kemudian usulan surat pencairan blokir sebesar 2,6 milyar untuk renovasi dan pembangunan BLK atau pengadaan pelatihan BLK sudah kami buka karena telah dilengkapi data pendukung, untuk Menteri Negara Koperasi dan UKM Pak Harso itu dari 9,4 milyar. Jadi semula ada 8 DIPA yaitu DIPA untuk Kabupaten Nganjuk 2 milyar, Bantul 1 milyar, Karimun 1 milyar, Majalengka dan Bandung 1 DIPA 1 milyar 1 milyar, Buleleng 1 milyar, Mamasa 1 milyar, Halmahera Utara 1 milyar, Demak 400 juta ingin dipindahkan kepada 10 Kabupaten baru 1. Ponorogo, 2. Pemekasan, 3. Musirawas, 4. Pidie Jaya, Kuningan, Garut, Bangli, Mamuju, Ternate, dan Sumenep. Ini sudah kami terima untuk diproses dalam minggu minggu ini surat kami kirim kepada Bapak, apabila disetujui, kita akan kami cairkan. Jadi ini seluruhnya Bapak Ibu sekalian posisi terakhir pada dasarnya semua dokumen sudah diselesaikan, kecuali yang dokumen tidak lengkap. Itu juga tidak signifikan sebetulnya, kenapa pencairannya rendah dan lain sebagainya, mungkin bisa ditanyakan kepada Kementrian/Lembaga yang bersangkutan, karena ini sudah dibawah kewenangan Kementerian Lembaga. Pak Heri mungkin akan memberikan sedikit informasi mengenai kapan DIPA DIPA tersebut diterbitkan dan ada beberapa yang mungkin terlambat bukan karena dikami. Sebetulnya usulan dari Bupati misalnya baru masuk pada bulan Mei atau Juni.

    Terima kasih Bapak pimpinan Bapak / Ibu sekalian anggota Panja.

    KETUA PANJA (SUHARSO MONOARFA/F-PPP/KOM VII) :

    Silahkan Pak Herry

    PEMERINTAH (HERI PURNOMO/DIRJEN PERBENDAHARAAN-DEPKEU) :

    Terima kasih Pimpinan, mungkin bisa dibagikan bahannya dari bahan DIPA, ini sebagai satu progress report saja pak bahwa kami menyelesaikan DIPA sebagai mata rantai terakhir dari sambungan dari DJA. Didalam proses ini tentu kita menerbitkan DIPA itu berdasarkan SAPSK. Kemudian kedua dokumen DIPA sendiri terdiri dari 2 bagian. Yang pertama yang berwarna kuning.

    Kaset 2 :

    PEMERINTAH (HERI PURNOMO/DIRJEN PERBENDAHARAAN-DEPKEU) :

    Menerbitkan DIPA itu atas dasar SAPSK satu, kemudian yang kedua dokumen DIPA sendiri terdiri dari 2 bagian, yang pertama itu yang berwarna kuning, namanya surat pengesahan Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran ini warnanya kuning, kemudian yang lembar kedua itu yang menandatangani adalah Menteri Keuangan dalam hal ini Dirjen Perbendaharaan, kemudian dokumen yang kedua berwarna putih Ini yang menandatangani adalah Kementrian Lembaga ada sekjen ada dirjen. Jadi didalam proses penyelesaian DIPA ini tentu harus interaksi dari dua pihak Departemen Keuangan & Dirjen Perbendaharaan saja. Tapi Kementrian Lembaga yang menyelesaikan DIPA putihnya.

    Kemudian secara umum kalau kita melihat progress penyelesaian DIPA stimulus bisa dilihat dihalaman pertama yang dibagikan. Itu kita menyelesaikannya tidak sampai lebih dari delapan hari,

  • rata-rata tiga empat hari sudah kita selesaikan DIPAnya. Jadi Ini kerja sama dengan Kementrian Lembaga juga sangat bagus dengan kecepatannya. Hanya beberapa catatan disini, ini hanya memberikan penjelasan sedikit Bu Dirjen Anggaran adalah bahwa yang untuk Departemen PU itu dibagi dua, ada yang dilaksanakan di pusat ada yang di daerah. Di daerah ini didalam penerbitan DIPA itu Kita mendelegasikan kewenangan kepada Kanwil Perbendaharaan . Kemudian yang kedua karena DIPA didaerah, APBN ini kemudian juga dalam sistematika proses nantinya pencairan dananya ini juga tidak bisa dilepaskan dari sistem Komputer. Komputer ini juga harus mengenal kode-kode. Ketika itu Kita ada proses, sambil menunggu proses di DPR, Kita duduk bersama dengan Dep. PU & DJA untuk menetapkan kodenya yang bagaimana ini, karena selama ini Kita ada kode daerah, kode pusat, kode dekonsentrasi dan ada kode tugas pembantuan. Ini Kita terima SAPSK dari DJA sekitar bulan enam. Kemudian Kita menyelesaikan masalah kode ini. Karena ini sangat mempengaruhi proses pencairan dana pembukuan dan pertanggung jawaban, bisa Kita selesaikan pada bulan Juli. Kemudian Kita serahkan semua ke Kanwil Dirjen Pembendaharaan untuk diselesaikan didaerah. Ini kalau Kita lihat progress menyelesaian terdapat dihalaman berikutnya. Disini juga kita menjaga kecepatan rata –rata 2, 3,4 hari sudah selesai, tapi ada dua daerah Pak Nurlif Nanggroe Aceh Darusalam itu baru selesai 12 hari kerja karena kita menunggu penandatangan DIPA putih itu dari Bupati, karena ini didaerah-daerah, jadi baru selesai 12 hari kerja dan baru selesai tgl. 24 Juli, tapi sudah selesai dan dan diserahkan , itu yang pertama. Kemudian yang ke dua untuk Jambi disini, Jambi juga membutuhkan 15 hari kerja karna Kita menunggu tanda tangan DIPA Putih dari Bupati dan ini kita sudah selesaikan pada tanggal 29 juli selesai seluruhnya. Sedangkan yang lain-lain itu rata-rata selesai itu di minggu pertama dan kedua sudah selesai untuk Departemen PU kemudian bahwa di koperasi ini ada 88 DIPA, 80 sudah selesai kita serahkan ke Kementrian Lembaganya, yang 8 masih menunggu proses realokasi. Jadi disini memang tidak di proses bersama-sama dengan Kementrian Lembaga juga mengatakan ini dari realokasi. Kemudian kita menunggu, kemudian yang terkait masalah subsidi bunga air bersih, sebetulnya SAPSK sudah di terbitkan oleh DJA namun ketika itu Kita dengan Kementrian Lembaga mengadakan pertemuan, Kementrian Lembaga berpendapat karena ini masih di Bintang ketika itu masih menunggu peraturan Presidennya, sehingga tidak melanjutkan proses DIPA putihnya. Jadi oleh karena itu di sini kita sudah bicara dengan Sekjen Departemen PU akan segera di sampaikan surat untuk pencairan Bintang karena kemarin menunggu peraturan Presiden untuk pemberian subsidi bunga kepada PDAM. Sedangkan yang lain-lain disini mengenai masalah untuk PMN itu Kita menunggu dari DJA, SAPSK yang belum ada juga termasuk Departemen Pertanian Kami menunggu. Kalo semua prosedur sudah selesai kami jamin dan disini sudah ada Sekjen komitmen bersama-sama untuk menyelesaikan esponsible, demikian tambahan.

    KETUA PANJA (SUHARSO MONOARFA/F-PPP/KOM VII) :

    Apa ada tambahan dari sekjen yang lain, bu Dirjen silahkan.

    PEMERINTAH (ANI RATNOWATI/DIRJEN ANGGARAN-DEPKEU) :

    Mohon ijin sedikit pak, karena Sekjen PU akan ke Suramadu segera, kemudian dari Perhubungan akan ke Bandung bertemu dengan Bupati dan lain sebagainya mohon untuk di dahulukan untuk proses tanya jawab/proses penjelasan.

  • PEMERINTAH (WIDJARNAKO/SEKJEN DEP. PU)

    Jadi menambahkan sedikit saja dari keterangan Ibu Dirjen dan Bapak Dirjen Kebendaharaan tadi, pertama mengenai proses DIP memang sudah selesai semua kecuali subsidi bunga untuk air minum sebesar 15 milyar, ini memang menunggu PerPres baru saja keluar, nanti akan kami sampaikan perincian pencairannya. Yang kedua bahwa penyerapan (yang dikaitkan Ibu Dirjen tadi perJuli ) kami mempunyai per 19 Agustus itu memang datanya lebih bagus sedikit. Jadi total penyerapannya kalau untuk yang menjadi kewenangan pusat itu sudah 18,8 mendekati 19% memang yang untuk teman-teman di daerah ini, karena baru mulai tapi semua sudah kontrak itu baru 1%, untuk yang alokasi tadi yang di sampaikan sebesar 2,98 trilyun itu baru 1%, yang terakhir saya sampaikan pada Forum yang terhormat ini Bapak Ibu sekalian, dari teman-teman terutama dari Kabupaten, Provinsi, WaliKota ada sisa hasil tender yang ingin kami sampaikan di sini mereka mengusulkan apakah sisa hasil tender ini bisa 2 alternatif : yang pertama dimanfaatkan didaerah itu pada pekerjaan yang sama sehingga menambah volume kegiatan, yang kedua kalo memang tidak boleh dimanfaatkan dimohonkan ini tidak menjadi faktor pengurangan untuk anggaran 2010 karena kesepakatannya kalau tidak terserap menjadi faktor pengurang anggaran 2010, mengingat ini sebetulnya bukan tidak mampu menyerap tapi hasil tendernya adalah segitu. Jadi semacam ada optimasi, kalau di perkenankan akan di usulkan alternatif pertama, saya kira 3 ini hal yang perlu saya sampaikan. Terimakasih Assalamualaikum wr.wb.

    KETUA PANJA (SUHARSO MONOARFA/F-PPP/KOM VII) :

    Terakhir ini saya jawab saja karena ini keputusan sudah di sampaikan dalam RAPBNP kemarin kalimat adalah Pemerintah dan Dewan sepakat penghematan yang merupakan sisa tender pada Kementrian Lembaga dapat digunakan untuk program kegiatan yang telah ada, pada Kementrian Lembaga yang bersangkutan dengan persetujuan Menteri Keuangan. Selanjutnya dari Perhubungan.

    PEMERINTAH (ANI RATNOWATI/DIRJEN ANGGARAN-DEPKEU) :

    Saya mengirakan kepada Kementrian Lembaga mungkin Dephan tadi mungkin karena ada terkait dengan Dephan atau perhubungan, mohon maaf pak salah lihat, mungkin karena terlalu banyak kementerian lembaga.

    ANGGOTA (T.M. NURLIF/F-PG/KOM XI) :

    Interupsi Pak Ketua, supaya jangan begini, saya hanya memberitahukan saja kenapa hari ini ada rapat meskipun ketua mengatakan ini informal. Salah satu sebab rapat adalah kita mendapatkan informasi dari Kementerian/Lembaga bahwa APBN 2009 masih ada DIPA yang belum keluar, oleh karena itulah hari ini mengundang Sekjen-Sekjen dari Kementrian Lembaga untuk Kita dengarkan, apa betul masih ada DIPA yang sudah menjadi APBN 2009 tapi itu belum keluar, jika belum keluar itu apa masalahnya, lalu jalan keluarnya bagaimana dan kesimpulan rapat Kita dengan Pemerintah tidak ada kelanjutan pembahasan RAPBN 2010 sebelum DIPA 2009 selesai. Ini soal disiplin anggaran. Belum lagi bicara cash budget Pemerintah. Itu ketua, trimakasih.

    KETUA PANJA (SUHARSO MONOARFA/F-PPP/KOM VII) :

    Jadi silahkan bu.

  • PEMERINTAH (ANI RATNOWATI/DIRJEN ANGGARAN-DEPKEU) :

    Kami pada dasarnya untuk semua Kementrian Lembaga persoalan DIPA kan Pak Heri Purnomo yang lebih menguasai dan untuk semua Kementrian Lembaga sebetulnya sudah di terbitkan pada awal Januari kecuali mungkin ada 1, 2 yang blokir, blokir itu umumnya terjadi karena dokumen belum lengkap atau tadi di relokasi sehingga ini mereka minta untuk blokir dan itu biasanya Kami menunggu permintaan buka blokir berdasarkan dokumen pendukung, itu saja kalau DIPA akan di klarifikasi untuk Bapak Heri setahu saya itu seluruh Kementrian Lembaga sudah di terbitkan DIPAnya.

    PEMERINTAH (MARTA H.S./DEP. PERHUBUNGAN) :

    Assalamualaikum wr.wb, selamat sore Anggota dari Panitia Anggaran saya ingin menambahkan apa yang sudah di sampaikan tadi oleh Dirjen anggaran berkaitan dengan Proggres Stimulus fiskal Tahun 2009 khususnya di Departemen Perhubungan, Departemen Perhubungan mendapat alokasi dana 2,198 triliun dan 88 DIPA sudah keluar semua dan masalah stimulus ini mendapat pengawasan yang sangat ketat setiap bulan ada pertemuan koordinasi di Bapenas dan Kami sudah mengintruksikan kepada seluruh UPT yang mendapatkan alokasi DIPA stimulus untuk menyampaikan laporannya setiap minggu dan pada kesempatan ini kami ingin melaporkan perkembangan posisi 19 Agustus 2009 sebagai melengkapi apa yang sudah di sampaikan oleh Dirjen anggaran, untuk posisi 19 Agustus 2009 realisasi fisik 15,82%, realisasi keuangan 13,74% atau Rp302.045.474.380,- dari 88 DIPA terbagi menjadi 232 kontrak dan rencana kontrak sampai saat ini sudah diselesaikan 210 kontrak masih dalam proses 22 yang dijadwalkan pada akhir Agustus ini seluruh kontrak sudah ditandatangani seperti disampaikan oleh Dirjen anggaran tadi ada dana anggaran yang di blokir itu pada dasarnya adalah setelah ada kontrak-kontrak yang di laksanakan yang terjadi ada sisa anggaran yang dikumpulkan dan sisa anggaran tersebut yang diblokir oleh dirjen anggaran. Sebagai contoh di Direktorat Perhubungan Darat ada senilai 201 juta sebagai sisa pembahasan di Dirjen Anggaran, kemudian di Dirjen Perhubungan Laut tadi sudah disampaikan totalnya 26,730 milyar, 25 milyar sendiri adalah dana non alokasi yang dulu ada sedikit permasalahan penempatan di Departemen Kelautan, kemudian yang 1,730 milyar merupakan sebaran sisa dari 18 unit kerja. Sisa pembahasan Direktorat Jendral Anggaran juga, kemudian di Direktorat Jenderal Perhubungan udara ada 149,5 juta sebaran sisa pembahasan di 7 unit kerja dan untuk Kereta Api betul yang di sampaikan Dirjen Anggaran nilainya 651,5 juta dari sisa pembahasan, itu mungkin tambahan yang dapat kami sampaikan. Sebagai efisiensi itu mungkin yang dapat kami sampaikan pada posisi terakhir pada tanggal 19 agustus 2009. Wassalamu’alikum Wr. Wb.

    KETUA PANJA (SUHARSO MONOARFA/F-PPP/KOM VII) :

    Terakhir mungkin dari pertanian.

    ANGGOTA (DRS. ENGGARTIASTO LUKITO/F-PG/KOM VII) :

    Tadi ada permintaan tadi ada dua PU dengan Perhubungan ini mau pergi, apa tidak diselesaikan dulu yang PU dan Perhubungan ini.

  • KETUA PANJA (SUHARSO MONOARFA/F-PPP/KOM VII) :

    Iya, tapi dari pertanian sama sekali belum disampaikan dan juga pendidikan. Silahkan dari pertanian soal yang 650.

    PEMERINTAH (MADE SUKARWO-DEPARTEMEN PERTANIAN) :

    Sebagaimana dimaklumi bahwa Departmen Pertanian telah diputuskan untuk merancang ulang anggarannya untuk APBN-P stimulus lebih tepatnya 2009 ini menjadi seperti yang ditanyakan itu. Kemudian bagaimana yang sudah disampaikan Bu Dirjen tadi bahwa benar minggu lalu Bu dirjen sudah berikan. Jadi bahan itu RKKL & TOR RAB nya sudah disampaikan ke Departemen Keuangan, sebenarnya saya sudah tanda tangani bahkan hari jumat yang lalu, tapi rupanya di level staf ada perbaikan-perbaikan sehingga lampirannya itu maju mundur-maju mundur. Terakhir 6 eselon 1 tadi sudah masuk tadi pagi. Jadi ini mohon maaf sulit juga dengan Kita bergantung pada pekerjaan orang lain, tapi sudah 6 eselon 1 sebanyak 260 milyar. Jadi posisi RKKL dan TOR sudah disampaikan ke Departemen Keuangan menunggu proses tahapan berikutnya. Insya Allah bisa selesai.

    KETUA PANJA (SUHARSO MONOARFA/F-PPP/KOM VII) :

    Silahkan pak Dodi Diknas.

    PEMERINTAH (Prof. DR. IR. DODI NANDIKA/SEKJEN-DEPDIKNAS)

    Ass wr.wb. yang terhormat Pimpinan dan para Anggota Panja, Kami di diknas tidak ada anggaran stimulus fiskal, laporan yang lain sudah Kami siapkan. Trimakasih.

    KETUA PANJA (SUHARSO MONOARFA/F-PPP/KOM VII) :

    Bu Dirjen silahkan untuk diknas inikan terkait dengan.

    PEMERINTAH (ANI RATNOWATI/DIRJEN ANGGARAN-DEPKEU) :

    Diknas ini kan sebetulnya kalau kami lihat dari undangannya terkait dengan penyelesaian stimulus fiskal. Jadi Kami sampai hari ini belum menerima keluhan dari Diknas mengenai prosesnya. Jadi realisasi Diknas sendiri sampai dengan hari ini menurut catatan Kami. Engga ada stimulus, memang tidak ada stimulus fiskal, jadi kami juga bingung kenapa diknas diminta hadir pada hari ini tapi Kami dapat info katanya Diknas atau bapak-bapak di sini ingin menanyakan mengenai realisasi belanja K/L diknas karena besar 20% jadi itu saja, itu sebabnya kami hadirkan diknas tapi Pak Sekjen mengatakan semuanya dalam proses dan semuanya tidak ada sesuatu terkait dengan DIPA.

    KETUA PANJA (SUHARSO MONOARFA/F-PPP/KOM VII) :

    Jadi diknas tidak ada masalah. Lancar kata Komisi X, ngga ada masalah, tidak ada dibintang-bintang.

    PEMERINTAH (ANI RATNOWATI/DIRJEN ANGGARAN-DEPKEU) :

    Kami pada dasarnya tidak pernah membintang kecuali dokumennya tidak lengkap, blokir itu saja, kalau yang lain-lain tidak kami lakukan karena prinsipnya kami hanya boleh memblokir kalau ada sesuau alasan yang jelas.

  • PEMERINTAH (DIDI DWI SUTRINOHADI/ESDM) :

    Assalamualaikum wr.wb izinkan Kami melaporkan bahwa untuk sektor Dep. ESDM Dep.Energi dan Mineral Kita menerima DIPA regular tanggal 2 Januari sudah kita terima kemudian yang stimulus tanggal 25 Maret, jadi ini trimakasih untuk Pak Dirjen dan Ibu Dirjen sangat cepat untuk kita untu DIPAnya sangat cepat. Dan cut off laporan per hari ini realisasi sebelum kami datang kesini adalah posisinya sudah 27,85% jadi ini Proggresnya memang Kita pantau memang berdasarkan filosofi dari stimulus bahwa proyek-proyek untuk Indonesia Timur khususnya adalah Kita alokasikan untuk pengadaan material yang segera di apso dan segera menyerap tenaga kerja yang banyak karena itu transmisi lain kita anjurkan untuk dihindari karena prinsipnya adalah begitu material datang kemudian diadakan program Stringing yaitu material untuk Tower kemudian juga ada Isolator kemudian juga Trafestra ada Atika Jesika progress ini di harapkan 2 bulan lagi kira- kira Indonesia Timur bisa mencapai hampir 100%. Kemudian ada yang untuk Jawa-Bali dan Nusa Tenggara ini memang ada beberapa sifat dari proyek- proyek Kita memang sifatnya adalah ada yang fabrikasi kemudian juga ada Delivery sehingga ini nanti kukurva escurvenya itu adalah datar sampai dengan TW3, kemudian TW4 itu baru ada lompatan-lompatan, sehingga Kami jamin pada bulan- bulan November sudah mencapai 100%. Trimakasih.

    KETUA PANJA (SUHARSO MONOARFA/F-PPP/KOM VII) :

    Baiklah dari Pemerintah saya kira sudah semua, silahkan.

    PEMERINTAH (ISKANDAR SALEH-SESMENPERA) :

    Trimakasih Bapak pimpinan dan anggota Panja Anggaran yang kami hormati. Dari kementerian Negara Perumahan Rakyat, sebagaimana tadi yang disampaikan Ibu Dirjen Anggaran, alhamdulilah DIPA turun dengan cepat tanggal per 25 Maret sama dengan ESDM lalu semua sudah kontrak dan sudah di sampaikan Bu Dirjen mencapai 18,6 Kami koreksi sedikit Ibu. Kami harapkan semua berjalan dengan baik sehingga sampai dengan awal Desember sudah selesai semua. Demikian trimakasih wassalamualaikum wr.wb.

    PEMERINTAH (ANI RATNOWATI/DIRJEN ANGGARAN-DEPKEU) :

    Kami dari Dep. Kes dana stimulusnya Kami menerima dari Departemen 500, 350 untuk subsidi obat kemudian 150 untuk pembangunan Rumah Sakit Cipto, sedangkan untuk yang Cipto sekarang tereleasiasi sekitar 20% yaitu 29,300 milyar. Insya Allah akan terserap, sedangkan untuk subsidi itu Insya Allah juga karena ini Kita berproses untuk penyiapan administrasinya. Jadi kelengkapan itu karena pada dasarnya untuk obat itu mengganti bahan subsidi dan mereka sudah berlangsung dan Insya Allah akan terserap kemudian untuk dana DIPA, kalau Dep.Kes sudah, kondisinya saat ini yang di blokir hanya 2,4%, karena memang kelengkapannya dari TOR terutama dari DP tugas perbantuan belum terpenuhi dan Insya Allah Kami bisa, Trimakasih.

    KETUA PANJA (SUHARSO MONOARFA/F-PPP/KOM VII) :

    Baiklah itulah tadi gambaran yang telah disampaikan oleh Pemerintah dan sebagaimana yang disampaikan oleh Pak.Nurlif bahwa kehadiran Pemerintah dalam rapat ini adalah untuk menyampaikan

  • hal-hal yang terkait dengan informasi DIPA dan oleh sebab itu mudah-mudahan klarifikasi ini bisa melanjutkan pembahasan kita untuk APBN 2010. Silahkan pak Ara.

    ANGGOTA (MARUARAR SIRAIT/F-PDIP/KOM XI) :

    Trimakasih ketua, sedikit saja bu dirjen. Tadi saya baca di halaman 10 Laporan Perkembangan Pelaksanaan Program Stimulus Fiskal tahun anggaran 2009 di halaman 10 poin 2 Menteri Negara Koperasi UKM, kalau tidak salah kemarin tetap ujungnya di Panitia Anggaran Ketua kesepakatan kita, saya juga simpatik Pak Nurlif menjadinya dapat nomor 4 tapi yang digesernya Kabupaten Majalengka daerah pilian saya jadi kalau boleh jangan saling geser menggeser, jadi Pidie harus dibangun tapi majalengka juga kalau boleh dituntaskan juga. Ini Cuma 1 milyar saja tapi orang di majalengka sudah mau dibangun pasarnya. Jadi tolong dipertimbangkan dalam rapat ini. Jadi kalau tidak salah kemarin Kita sepakat bahwa keputusannya ada di panitia anggaran. jadi itulah peraturan catatan, terimakasih.

    KETUA PANJA (SUHARSO MONOARFA/F-PPP/KOM VII) :

    Silahkan Pak Nusyirwan.

    ANGGOTA (NUSYIRWAN SOEJONO/F-PDIP/KOM V) :

    Terimakasih Pak Ketua selamat sore karena judulnya tadi sudah ditegaskan Pak Nurlif ini adalah klarifikasi soal fiskal, maaf-maaf soal stimulus. Awal-awal dahulu pemahaman/makna stimulus itu dahulu. Yang tadinya Bu Dirjen anggaran selalu menyebut kata-kata darurat saya hitung 4 x kalau tidak salah sehingga pemahaman stimulus dan kedaruratan, pemahaman saya tentunya ada sedikit signifikansi atau ada bedanya dengan regular budget ini kalau saya salah ibu koreksi, tapi tampak-tampaknya dengan perjalanan panjang administrasi keuangan itu makna itu saya lihat menjadi gak jelas, ini sebuah catatan kita saja bersama. Bahwa bukan berarti Kita akan menerobos berbagai hal menjadi menjadi tidak karu-karuan. Tapi tentunya target sebuah stimulus itu pada waktu awal adalah untuk menggerakkan perekonomian karena krisis global, begitu ya bu dirjen. Saya hanya sampai pada bagaimana dengan implementasi setelah perjalanan administrasi itu memang tadi sudah diuraikan pada 2 bulan terakhir penyerapan itu akan biasanya memang demikianlah ini karakter….

    Kaset 3 :

    ANGGOTA (NUSYIRWAN SOEJONO/F-PDIP/KOM V) :

    Implementasi setelah perjalanan administrasi itu memang tadi sudah di uraikan 2 bulan terakhir penyerapan itu akan dan biasanya memang demikianlah ini karakter program pembiayaan dan sumber pembiayaan. Kita memang begitu ujung-ujung bisa begitu, tapi jika di kaitkan dengan stimulus itu sendiri perlu menjadi catatan Kita Bu Dirjen, nanti suatu ketika kelak meski Kita tidak menginginkan terjadinya krisis global, mungkin perlu menjadi catatan Kita . Perlu atau tidak sebuah program yang seperti ini apabila bentuknya seperti yang Kita lihat ini. Kita masih menanti sebuah keputusan – keputusan administrasi keuangan yang sisa implementasi sekitar 2 atau 3 bulan saja, nah ini hanya memberikan masukan bahwa apakah tidak dilakukan sebuah review terhadap beberapa ketentuan- ketentuan tanpa adanya sebuah pelanggaran terhadap aturan – aturan main audit dan sebagainya, sehingga ini perlu menjadi perhatian kita bu dirjen, saya melihat itu. Jawaban saya singkat bahwa sebetulnya :

  • 1- Stimulus ini tidak ada bedanya dengan program regular seperti biasa, tidak ada bedanya. Untuk menstimulasi itu saya tidak melihat mampu menstimulasi kalau evaluasinya seperti ini. Ini artinya supaya kalau ada usulan sah – sah saja, jika saya mempertanyakan pengajuan sebuah stimulus.

    2- Bahwa kaitannya dengan program daerah, tadi seperti di Departemen Pekerjaan Umum hampir 2 trilyun lebih menanti adanya sebuah proses didaerah. Ini juga menjadi catatan Kita bahwa program itu untuk menstimulasi dan kaitannya dengan pertanggungjawaban, mungkin akan mengalami beberapa kendala - kendala yang harus Kita lalui, ini yang namanya klarifikasi. Saya juga mengungkapkannya adalah sifatnya klarifikasi dan catatan itu saja dan ini juga boleh dijawab atau tidak juga tidak apa-apa.

    KETUA PANJA (SUHARSO MONOARFA/F-PPP/KOM VII) :

    Silahkan pak Mulyono.

    ANGGOTA (IGN. MULYONO/F-PD/KOM II) :

    Terima kasih bapak Pimpinan, Ibu Dirjen dan Bapak , Ibu sekalian dari Pemerintah yang Kami hormati dan rekan-rekan dari Panitia Anggaran. Kami hanya laporkan 1 saja pada Ibu Dirjen bahwa sesuai yang disampaikan oleh Pak Nurif tadi. Untuk di Komisi II masih ada anggaran yang masih dibintangi yaitu untuk BPN. Jadi untuk anggaran 2009 Komisi II masih membintangi anggaran untuk BPN belum Kita cairkan karena Kita melihat kinerja terhadap arah itu belum mencapai seperti yang dihapapkan. Jadi itulah kecuali jika sudah mencapai barangkali Kita juga memberikan sporting untuk bisa dicabut bintang itu, tapi sampai saat ini belum dari hasil pengecekan Kita dilapangan belum bisa Kita memberikan pencabutan terhadap apa yang sudah dilaporkan. Terima kasih.

    KETUA PANJA (SUHARSO MONOARFA/F-PPP/KOM VII) :

    Pak Andi Jamaro.

    ANGGOTA (DR.H. ANDI JAMARO DULUNG, MS.i/F-PPP/KOM III) :

    Assalamu’alaikum Wr.Wb.

    Saya ingin kita kembali membaca hasil kesimpulan rapat kerja panggar dengan menteri Keuangan tanggal 23 – 24 Feb 2009, khususnya poin 4 dan 5. poin 4 itu memberi keputusan ini menjadi luar biasa, karena kesimpulan raker, panggar dan Pemerintah bersifat final dan tidak memerlukan pembahasan lebih lanjut, karena memang yang Kita bicarakan ini faktor darurat yang harus diselesaikan dalam bentuk pemberian stimulan. Poin 5 Kementrian /Lembaga termasuk Propinsi dan Kabupaten yang melaksanakan tugas perbantuan / dekonsentrasi yang tidak sepenuhnya melaksanakan belanja stimulus fiskal sebagaimana yang telah ditetapkan akan menjadi faktor pengurang dalam penetapan alokasi anggaran pada tahun anggaran berikutnya setelah melalui evaluasi dan kriterianya ditetapkan bersama Pemerintah dan DPR. Pertanyaannya adalah apakah kriteria Pemerintah dan DPR mengenai hal ini telah ditetapkan? itu yang pertama sehingga menjadi formula bagi kita bahwa Kementerian A daerah A itu mendapat funishment. Dan funishmentnya harus terukur berdasarkan daya serap yang terjadi yang dilaporkan oleh saudara Dirjen pada hari ini. Kalau tidak maka itu menjadi PR bagi Kita, Sebelum Kita membahas anggaran 2010 karena jangan – jangan

  • Kita hanya menemukan angka yang dilaporkan oleh Ibu bahwa penyerapan baru 9,95% tapi siapa yang melakukan itu dan apa funishmentnya, bagaimana mengukurnya itu Kita belum memiliki formula sehingga apa yang Kita putuskan pada 24 Feb 2009 itu tidak memiliki makna yang bisa diukur pada hari ini. Untuk menentukan pengalokasian anggaran ke Kementrian Lembaga pada 2010 yang akan datang, saya berharap ini mendapat jawaban. Yang kedua saya setuju bahwa saya tidak melihat makna kedaruratan dari daya serap yang terjadi. Informasi yang dilaporkan atau yang disampaikan oleh Presiden di Pengantar Nota Keuangan lalu kemudian Pidato Kenegaraan beliau, itu juga menyampaikan bahwa kita sudah lepas dari krisis ekonomi akibat krisis global yang berlaku secara intetnasional, krisisnya sudah lewat sementara treatment Kita belum dilaksanakan, hebat betul itu. Kita belum melakukan apa – apa, kita sudah keluar dari masalah. Jadi Indonesia sebetulnya tidak perlu melakukan apa-apa sudah keluar sendiri dari masalahnya. Saya teringat ketika Gus Dur mengatakan bahwa dinegeri ini ada 2 masalah, yang pertama adalah masalah yang dipecahkan dan yang kedua masalah yang pecah sendiri. Rupanya dari sisi ekonomi ini bisa pecah sendiri, karena Kita belum melakukan apa – apa DIPAnya baru keluar bulan Juni & Juli, tapi belum dilakukan apa – apa krisisnya sudah lewat yang harus distimulus itu. Saya ingin menegaskan formula yang harus Kita jadikan acuan untuk memberikan funishment dan memberikan reward kepada siapa yang berprestasi dan tidak berprestasi dalm hal penyerapan. Terima kasih.

    KETUA PANJA (SUHARSO MONOARFA/F-PPP/KOM VII) :

    Silahkan Pak Enggar.

    ANGGOTA (DRS. ENGGARTIASTO LUKITO/F-PG/KOM V) :

    Justru kalo ngga diapa-apain ngga keluar dari krisis,trimakasih ketua. Bu Dirjen Pak Dirjen dan bapak-bapak sekjen Pemerintah.

    Ada dua hal ini diluar dari stimulus yaitu yang BA 999 yang laporan dari Perhubungan per tanggal 29 Juli kepada Komisi V, DIPA Perhubungan Udara belum terbit tetapi terakhir, dari awal Agustus sudah terbit kecuali ada 100 dari 375 ada 142 milyar akibat surat Dirjen yang menyampaikan ini bahwa diminta untuk tidak dikeluarkan karena waktu Perhubungan Udara, saya berpendapat bahwa surat ini pun tidak melalui pembicaraan terlebih dahulu dan kalau masalah konstruksinya karena ini pengadaan konstruksinya ditunda tetapi jaminan dari supliyer dan ini bisa dilalukan, jadi tetap bisa berjalan hanya dipotong beaya konstruksi saja dan ini baru di Agustus sebagian DIPAnya bisa dikeluarkan. Yang kedua Diklat Perhubungan dari 750 milyar baru 24 milyar yang keluar per 29 Juli dari BA 999, yang mungkin saya ingin tanya kalau dilihat dari Dirjen Perbendaharaan urusannya 3 hari 4 hari DIPA sudah keluar dan ini masalah administrasi tetapi yang lama di Dirjen Anggaran, karena ada review penelahaan, itu sejauh mana kemampuan staf yang Ibu ganti baru menguasai teknis karena apakah teknis ini bukan kewenangan dari Departemen Teknis tetapi hasil dari Departemen Teknis satuan 3 dibahas lagi di Dirjen Anggaran. Dan apakah Ibu memiliki data beberapa harga aspal di Manokwari, berapa harga aspal di Buton, berapa harga aspal di Puncak Jaya, artinya itu tidak bisa dijadikan pegangan, dilihat dari harga satuan direview kembali. Satu item tidak bisa sama dengan harga yang sama tidak bisa dibuat harga banchmark yang sama karena berbagai hal dan terpaksa mereka menjelaskan kepada staf ibu kalau yang lama mungkin tau, tetapi ini baru ganti staf menjelaskan lagi dan mereka bilang nanti dulu lagi, mundur lagi dan satu minggu lagi. Kemudian datang lagi dan berlarut, tapi mungkin beruntung keluar dari krisis ekonomi. Saya berpendapat rasanya Dirjen

  • Anggaran bukan superbody yang kemudian mereview semua, seandainya terjadi penyimpangan biarlah terjadi di KL mereka yang menguasai dan mereka yang bertanggung jawab untuk kesalahan itu. Jadi ini administrative sebagai Perbendaharaan, ada yang disampaikan dikeluarkan saja dan tidak ada kewenangan apapun kemudian membintang, memblokir, apakah kewenangan Dirjen Anggaran atau apakah kewenangan bersama dengan panggar. Ini urusan bintang-membintang tiba-tiba ada dibintang dari sekian banyak ini dan ini ada datanya. Sekian paket ada yang beberapa yang dibintang, dasar apa dibintang, apakah sekarang hasil penghematan ini, kemudian namanya diblokir itu dibintang secara keseluruhan atau 650 juta yang dibintang. Kalau 650 juta ini dikeluarkan silahkan saja itu pun Kementerian Lembaga terpaksa menerima harga itu supaya cepat, terjadi tawar- menawar seperti dipasar. Karena tidak ada lagi pilihan karena terlalu lama. Akhirnya terima angka itu dengan segala konsekuensi termasuk didalamnya berbagai hal penyerapan yang kalau tadi dinyatakan September yang rata-rata penyerapan anggaran, ini akibat prosedur yang paling lama di Departemen Keuangan. Apakah Kita bisa sepakati permintaan kalau sekarang ada begitu masuk Dirjen Anggaran ada stempel kemudian dikeluarkan beberapa bulan, beberapa memang atau beberapa hari. Dirjen Perbendaharaan ini menyatakan 3 hari 4 hari atau 1 Minggu tapi Dirjen Anggaran itu bisa-bisa tidak diterima dulu karena masih harus dibahas dulu eselon 4, Ibu atau Bapak bayangkan yang datang dari eselon 1, eselon 2 dari Kementrian Lembaga ketemu eselon 4 itulah yang terjadi dan harus menghadap kalau tidak itu tidak akan keluar. Yang berikutnya adalah kapan PMK 88 bisa dicabut dulu kalau tidak ini tidak akan bisa revisi sisa lelang bisa jalan Surat edaran dan ini apakah sama halnya dengan prosesnya membuat Perpres & PP. KETUA PANJA (SUHARSO MONOARFA/F-PPP/KOM VII) :

    Pak Nurlif, silahkan. ANGGOTA (T.M. NURLIF/F-PG/KOM XI) : Terima kasih Ketua, Kalau SAL pada akhir tahun atau awal tahun yang akan datang tinggi, oleh karena penyerapan anggaran yang rendah dan karena pelelangan tidak ada, bagi saya bukan prestasi, tapi kalau SAL pada akhir tahun tinggi sementara peyerapan anggaran tinggi dan semua yang sudah Kita sepakati ini berjalan dengan baik, itu prestasi karena penerimaannya tinggi. Maksudnya adalah jangan sampai mengamankan SAL pada akhir tahun. Kemudian ada yang harus dilelang, tidak dilelang tepat pada waktunya apalagi ada proses birokrasi yang memang seperti kata Pak Enggar tadi. Saya kira kalau rapat ini informal saya kira harus ada kesimpulan rapat Kita itu apa. Antara lain misalnya, Panitia Anggaran DPR RI bersama dengan Pemerintah atau Dep. Keuangan dan semua yang hadir sepakat paling lambat tanggal 4 September semua DIPA berkaitan APBN 2009 harus selesai. Untuk menjamin jangan sampai ada birokrasi lain yang lebih tinggi dari pada ketentuan ini. Ini undang-undang termasuk peraturan Menteri Keuangan kalau itu dianggap menghambat kelancaran APBN ini, yang Kita juga dicabut jangan itu dijadikan strategi mengamankan SAL pada yang lebih tinggi. Kita sepakat saja, Pemerintah memiliki SAL yang tinggi pada awal tahun depan atau akhir tahun ini memiliki cashflownya, tapi bukan dengan cara tidak melelang atau menghambat pelelangan pekerjaan. Yang kedua saya barangkali ingin mendapat gambaran nanti, ini baru bicara DIPA yang berkaitan Kementerian Lembaga. Kita juga berharap transfer ke daerah apakah DAU, DAK, Dana Otonomi Khusus atau dana-dana yang lain. Jangan sampai itu ada soal, karena tidak mungkin semua Sekda Kita undang kemari cukup sekjen-sekjenlah. Saya juga minta ke Sekjen PU ini ada pekerjaan rehab rekon di Nias dan di

  • NAD yang tadinya ditangani oleh BRR dibubarkan karena sudah habis periodenya, sekarang dialihkan Kementrian lembaga termasuk PU, tolong pak, kalau untuk tim likuidasi dibawah Dep. Keuangan itu sudah disediakan dana untuk mereka kerja melanjutkan inventarisasi asset. Sementara untuk menyelesaikan pekerjaan rehab rekon yang belum selesai itu dilimpahkan kepada PU sebagian BLU. kalau memang dananya untuk kerja tidak ada, untuk over head tidak ada bagaimana cara kerjanya. Saya khawatir nanti pekerjaan dilimpahkan ke PU tapi dananya tidak disediakan untuk kerja itu. Tolong dalam forum seperti ini Kita clearkan, jangan menerima pekerjaan tapi dananya tidak disediakan untuk itu. Sebenarnya ini sudah masuk ke dalam kesimpulan rapat Kita sebelumnya, mungkin ada hal lain dapat disampaikan forum-forum seperti ini. Saya tidak mengharapkan SAL yang tinggi pada akhir tahun atau pada awal tahun oleh karena pelelangan pekerjaan tidak ada, tapi kalau itu karena penerimaan melebihi target peyererapan sesuai dengan anggaran itu prestasi. KETUA PANJA (SUHARSO MONOARFA/F-PPP/KOM VII) :

    Silahkan Pak Koster. ANGGOTA (DR.IR. WAYAN KOSTER, MM/F-PDIP/KOM X) : Terima Kasih Pak Ketua, Yang pertama kaitannya dengan penerbitan DIPA yang menurut laporan yang Kami terima dari Kementerian Lembaga itu mungkin sering mengalami keterlambatan. Satu sebab yang Kami terima itu adalah RKAKL yang sudah disetujui di Komisi. Kemudian dari Dirjen Anggaran itu ada program-program yang dibintangi, tanpa ada pengetahuan dari Komisi terkait dan juga menghilangkan bintang ini rupanya pembahasannya alot juga jadi panjang ini sampai berkali-kali rapat, ini baru bisa hilang di bintang itu termasuk juga pemblokiran, kalau memang evaluasi dari Dirjen Anggaran itu sangat prinsip diluar dari kontrol Komisi sehingga itu harus di bintangi, Kita masih diterima dengan cacatan Komisi terkait juga harus tahu, bagaimana mungkin sesuatu yang Kita putuskan di DPR ini diKomisi terkait di Kementrian Lembaga itu kemudian tidak jalan programnya. Saya juga dapat laporan belanja Anggaran 999 di Departemen Pariwisata sampai sekarang DIPAnya ada yang belum keluar, ada yang masih di bintang apa diblokir itu, ini kalau dibiarkan banyak Kementerian Lembaga yang mengalami keterlambatan daya serapnya karena faktor di Dirjen Anggaran ini dan bintang ini. Jadi karena itu saya setuju ada kesepakatan diforum Kita ini bagaimana proses DIPA kedepan untuk tahun 2010 ini jangan terulang kembali proses ini. Yang kedua, kaitannya dengan stimulus tidak mulus ini, itu kebetulan pembangunan pasar tradisional di Buleleng yang no.6 kok dihapus. Kebetulan saya dari Buleleng. Ini kecelakaan ini. Jadi mohon diklarifikasi kalau bisa jangan dihilangkan, nanti dikira saya yang menghilangkan dari Buleleng. Ini dari mana ini dari Menteri Negara Koperasi dan UKM, apa pertimbangan ini kok bisa dihapus. Jangan sampai bisa dihilangin tiba-tiba begini bu dirjen. Apalagi Cuma 1 milyar ini kok hilang. Terima kasih. ANGGOTA (T.M. NURLIF/F-PG/KOM XI) : Ketua saya Cuma tambah sedikit, soal pasar tradisionil saya mendengar informasi teman-teman di Komisi VI minta itu di batalkan, sebab ada sebuah Propinsi itu hampir 70% Kabupaten Kotanya dapat, pasar tradisional bahkan angkanya diatas yang 7 milyar sampai 12 milyar. Sementara di Propinsi yang lain atau Kabupaten Kota lain untuk mendapat 1 milyar aja susah, tolong dicermati betul bu dirjen. Saya sama dengan Pak Ara tersinggung betul, kenapa untuk daerah Kita yang jauh yang pasar tradisionalnya belum ada dapatnya hanya 1 milyar, sementara daerah lain yang pasarnya sudah ada

  • dapatnya 12 milyar, kalau memang ini forum Panitia Anggaran bisa memutuskan itu Kita bicara. Ini tidak sehat, ada apa ini? Kenapa untuk sebuah Kabupaten lain bisa dapat 9 milyar dan 12 milyar yang pasarnya sudah ada sebelumnya. Kenapa untuk daerah Kabupaten tertentu yang pasarnya belum ada Cuma dapat 1 milyar, ada apa ini! dan kemudian DIPA yang Kita bicarakan hari ini bukan terhadap stimulus tapi terhadap APBN regular juga Kita bicara. ANGGOTA (MUHAMMAD TONAS, SE/F-BPD/KOM VI) : Masalah Komisi VI ini memang benar pernyataannya, maksudnya memang ada di Jawa Tengah itu suatu daerah yang luar biasa dapatnya. Namun ini mengakibatkan kawan-kawan melihat kondisi seperti itu berkeinginan. Jadi saya pikir pembagian pasar itu memang tidak objektif bahkan didaerah saya 1 rupiah pun tidak ada, padahal permintaan banyak. Konsentrasi ada di jawa ini, terutama di Jawa Tengah, oleh karena itu kedepannya Kita tidak lagi bicara difaktor Jawa Tengah diberikan untuk APBN untuk pasar di DAK khusus untuk di Jawa, sehingga pedagang nya tidak ada, jadi bukan factor yang dominan. Jadi persoalan ini tidak bisa lagi di Jawa Tengah konsentrasi dan harus didaerah di luar Jawa. Masa di daerah seperti Riau yang begitu terbengkalai banyak transmigrannya satupun tidak ada pasar yang diberikan. Jangankan 1 milyar. Saya juga luar biasa juga dapat lebih jauh dari Riau, seperti Riau, Sumatera Barat, Jambi pun tidak dapat. Saya pikir ke depan pak Ketua untuk DAK ke depan. Trima kasih Pak Ketua. KETUA PANJA (SUHARSO MONOARFA/F-PPP/KOM VII) :

    Silahkan Pak Ara. ANGGOTA (MARUARAR/F-PDIP/KOM XI) : Ibu Dirjen ini reformasi birokrasi di Departemen Keuangan, jadi Kita sangat mendukung reformasi di Komisi XI tadi yang disampaikan Pak Enggar kalau itu benar mungkin Kita perlu konsolidasi sedikit, apabila reformasi akan diteruskan ke yang lain harus ini awal harus berhasil. Jadi kalau sampai tidak berhasil ini Kita juga ada beban sedikit soal karena teman-teman apa yang terjadi 2 tahun yang lalu disini kan harus berhasil reformasi di Departemen Keuangan, saya kalau persoalan ini kalu di eselon 1 di tempat Dirjen yakin tidak ada masalah, selalu persoalan itu ada di eselon 3 eselon 4 itu selalu Kita tahu, bukan berarti tidak boleh diganti tapi mungkin itu belum tentu baik, meski perubahan itu lebih lamban lebih sulit. Saya pikir Kita sudah bahas itu panjang dan saya pikir di tempat Ibu Dirjen banyak persoalan di eselon 3 & eselon 4, mudah-mudahan ada waktu untuk konsulidasi. Buat Dirjen Perbendaharaan saya juga ngomong jujur, saya menduga dari pertanyaan teman-teman, saya juga bermaksud yang bertanya soal SAL yang besar & pekerjaan yang tidak banyak dilakukan, ini bukan negative thinking tapi apakah harus disampaikan apakah memang kita tidak punya uang. Bekas SUN yang tinggi menjadi beban bagi Kita, saya tidak mengerti bagaimana bahwa bagaimana cash flow negara hari ini tidak terlalu mudah. Tapi Saya terpaksa saya harus ngomong karena saya juga patut menduga itu satu ukuran bisa terjadi hari ini, ini rapat tertutup mungkin harus dibicarakan secara terbuka, dirapat tertutup ini tidak untuk konsumsi luar, kalau itu terjadi mungkin apa yang bisa Kita bantu. Saya pasti akan bantu jika memang tidak bisa juga mencari solusi yang patut dan wajar. Kembali ke pasar tradisional, kalau tidak salah ini kewenangan akhir dari panggar saya minta ini menjadi komitmen Kita bersama jangan Kita merusak kesepakatan yang sudah Kita buat sendiri.

  • Kaset 4 :

    ANGGOTA (MARUARAR/F-PDIP/KOM XI) : Jadi forum ini adalah forum terhormat, forum final untuk mengevaluasi apa yang terjadi di forum-forum sebelumnya. Saya kasih contoh dari teman-teman saya dari Bali yang sama-sama dari PDI, 2 dari Bali misalnya dari Buleleng terus ke Bangli, di Jawa Barat dari majalengka dan Bandung pindah ke Kuningan dan Garut. Ini forum bukannya forum administrative dan tidak ada penjelasan, saya juga bisa menerima kalau ada penjelasan yang seperti ini. Kenapa dari Jawa Barat padahal saya sudah terbuka, saya sudah perjuangkan menterinya. Dan kenapa ada pergeseran seperti ini dan terus terang saya pertanyakan kepada beliau kenapa bisa terjadi seperti begitu, kok 2 dari Jawa Barat pindah lagi dari rencana awal, apakah ada kegiatan yang sangat extraodinary yang melakukan itu, kalau tidak ada yang terjadi. Kalau boleh tuntas disini dan kalau bisa tdk ada jawabannya saya minta ini kembali kepada posisi semula, karena kesepakatan Kita seperti itu, kalau tidak ada dijelaskan tentu tidak ada alasan berubah. Kita juga mau berubah kalau alas an itu bisa diterima dan untuk kepentingan rakyat. Saya pikir minta dengan hormat kepada Bapak Herry Purnomo tentang penjelasannya karena Bapak sudah teruji dan kelihatannya sedikit repot pengeluaran anggaran Kita akhir- akhir ini. Terima kasih.

    KETUA PANJA (SUHARSO MONOARFA/F-PPP/KOM VII) :

    Silahkan pak.

    ANGGOTA (H. AHMAD MUBASYIR MAHFUD, SH/F-PKB/KOM IX) :

    Assalamu’alaikum Wr.Wb.

    Terima kasih Bapak / Ibu Dirjen, para Sekjen DAN rekan-rekan, seputar tadi Menteri Koperasi dan UKM terkait dengan 2 tabel ini dari semula menjadi ada persoalan sebenarnya tidak tertarik bicara tapi karena dari dapil saya ini ada 2 Kabupaten masuk, saya jadi tertarik bicara. Kalau dikembalikan kabarnya semula dengan mempertunjukan alasan-alasan kenapa harus dari semula menjadi dan 2 Kabupaten juga melakukan reaksi, maka ketika Kabupaten dari dapil saya masuk dua-duanya, pertimbangannya. Itu Kabupaten Pamekasan dan Kabupaten Sumenep yang merupakan kabupaten tertinggal. Trima kasih.

    ANGGOTA (IR. HASTO KRISTIYANTO/F-PDIP/KOM VI) :

    Kalau Kita melihat pada saat awal kita membahas program stimulasi ini, saya pikir DPR, Panitia Anggaran terprovof oleh Pemerintah berkaitan dengan dampak – dampak krisis ekonomi global, bahkan saat itu dikatakan ini krisis yang kedua, sehingga diperlukan tesis yang diberikan pemerintah adalah bagaimana campur tangan fiskal. Kemudian Kita tingkatkan daya beli, dan juga kita tingkatkan belanja Kita gunamendorong serta mengatasi dampak-dampak krisis global. Secara financial Kita sudah memberikan program-program stimulus itu juga sudah membahas secara detail bahkan Kita menyediakan diri Panitia Anggaran untuk berhadapan dengan Komisi ketika ada batas waktu 1 x 24 jam. Tapi Kita sepakat melihat kepentingan negara yang lebih besar saat itu. Ketentuan Undang-undang Kita patuhi dan disitu kami juga mengingatkan penting terhadap perbaikan dari sisi menejemen fiskal, apa yang disampaikan Pak Nurlif tadi dengan memberikan batasan-batasan 4 September bagi

  • saya itu batasan yang terlalu longgar untuk diberikan kepada Pemerintah dengan signal yang telah Kita berikan untuk stimulus fiskal ini cukup memberikan multiplayer yang cukup besar terhadap upaya-upaya didalam, ikut melalui campur tangan negara melalui politk APBN Kita disitu, namun fakta yang ada Kita melihat progress disini sangat lambat, apapun alasannya keputusan politik telah Kita ambil saat itu. Kalau tidak salah pada tanggal 24 Februari melalui jalan bypass disitu, sehingga karena ada keputusan politik yang diambil memang ada proses – proses selanjutnya untuk diinternal Komisi untuk melakukan pembahasan yang lebih mendetail karena Kita dibatasi oleh UU 1 x 24 jam, karena itu saya mengusulkan yang konkrit saja yaitu yang pertama agar tidak molor lagi dari batas 4 September, maka kami meminta dari Pemerintah semacam diskusus agar berbagai persoalan-persoalan DIPA yang belum selesai berkaitan juga dengan perubahan – perubahan tanpa rasionalisasi yang jelas, tadi itu segera diatasi, kemudian yang kedua, ini Kita juga menggunakan fungsi anggaran yang Kita miliki terhadap aspirasi yang sebelumnya sudah disampaikan oleh anggota Panitia Anggaran, beberapa hal yang dijadikan ini sebagai satu prasyarat untuk pembahasan lebih lanjut dari pembahasan APBN 2010, ini saya pikir harus menjadi bagian dari kesepakatan Kita harusnya pemerintah juga bersyukur karena dalam waktu yang cepat Kita mengambil keputusan ini. Persoalan kemudian lagi ada proses komunikasi di Komisi itukan kementerian masing-masing departemen. Itu juga sudah punya mekanisme yang seharusnya jauh lebih baik, dengan demikian kami mohon itu menjadi catatan Kita, karena ini rapat informal supaya ketika Kita ketemu lagi tidak ada lagi keberatan-keberatan karena persoalan ini, sekali lagi apapun proses yang terjadi didalam membahas ini sudah diambil dan menjadi bagian dari UU yang harus Kita taati bersama. Terima kasih.

    KETUA PANJA (SUHARSO MONOARFA/F-PPP/KOM VII) :

    Saya mohon ijin untuk dilanjutkan sampai pukul 5 ya, tadikan kesepakatan pukul 4. Silahkan bu Dirjen untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan tadi.

    PEMERINTAH (ANI RATNOWATI/DIRJEN ANGGARAN-DEPKEU) :

    Terima kasih Bapak-bapak Ibu-ibu sekalian. Mungkin yang umum saja kemudian baru masuk kedetail satu persatu. Tadi saya menangkap banyak pembahasan mengenai pembahasan blokir, bintang terkait dengan perlakuan Lembaga.

    Bapak Ibu sekalian prosedur didalam penganggaran Kita harus tetap menjaga mengenal Pruden, Kontideliti dan transparansi. Kami harus diperiksa oleh BPK dan BPKP, terkait dengan seluruh prosedur penganggaran, apakah penerbitannya itu SAPSK telah memenuhi dokumen-dokumen yang dimintakan dalam SOP. Jadi harus tetap kami jaga, jadi kalau diminta 4 September harus selesai sementara Kementrian Lembaga belum memberikan kepada kami dokumen yang lengkap. Itu juga tidak dapat kami lakukan Kami mohon ada keseimbangan informasi antara yang Bapak terima dari Komisi dari Kementrian Lembaga kepada Komisi dengan informasi dari kami. Kami pada dasarnya selalu terbuka untuk melihat sesuatunya. Kami sampaikan data blokir terakhir posisinya itu 3,3% dari total Pagu, itupun 2% adalah blokir PHLN. Utang luar negeri dan blokir PNBP karena PHLN tidak akan dicairkan kalau prosedur pinjamannya tidak dipenuhi oleh Kementrian Lembaga yang bersangkutan. Misalnya ada nomor registrasi dan lain sebagainya. PNBP pun tidak bisa kami cairkan kalau realisasi penyerapannya tidak sesuai karena dia hanya boleh memakai berdasarkan usulan dari target yang dia mau kumpulkan. Jadi yang dari rupiah murni itu mungkin tinggal 1,3% itupun sebagian besar adalah terdiri ketidak lengkapan dokumen yang selalu kami komunikasikan.

  • Jadi SOP di kami adalah 5 hari kerja setelah dokumen lengkap itu harus semua prosedurnya keluar dan terus terang saya selalu mencermati semua surat yang masuk itu ada list. Jadi surat yang masuk 1 tanggal berapa kemudian pembahasan tanggal berapa itu coba kami ikuti bahwa memang melakukan mutasi kemrin di lingkungan Direktorat Jendral Anggaran terutama untuk yang sudah masuk lebih 2 tahun. Jadi yang sudah 4 tahun misalnya disatu posisi itu kami coba putar dan waktu memutarnya kami hitung pada saat load pekerjaan itu memang tidak tinggi, karena itu ada proses kembali memahami. Ini lebih dikarenakan kami ingin menjaga sesuatunya lebih baik karena ada beberapa juga yang terlalu lama disatu tempat itu kami khawatir kemudian kemampuan untuk berkembang, kemampuan untuk melihat itu menjadi berkurang dan ini menjadi hal sudah kami komunikasikan dengan Menteri Keuangan mengenai hal tersebut. Jadi mungkin saja memang ada beberapa hal / kasus yang ditemui. Untuk itu kami terbuka sekali untuk disampaikan informasinya oleh Kementrian Lembaga yang bersangkutan kepada kami. Pada dasarnya kami tindak lanjuti dengan segera karena ada hal-hal tersebut tapi untuk selalu untuk membuka blokir tanpa dokumen kami tidak bisa lakukan karena BPK dan BPKP pada beberapa hal telah mereview kami. Sebagai contoh saja RKKL yang kami bahas didalam pembahasan Panitia Anggaran itu sebetulnya peraturannya sudah dibahas dengan Komisi. Sebagai contoh ada satu Kementerian Lembaga yang persetujuan Komisinya untuk 2009 itu baru pada bulan April. April tahun ini persetujuan Kominya dan kami dianggap membahas ini illegal. Oleh BPK dan BPKP oleh sebab itu kalau kami blokir, memang ini sepantasnya kami blokir karena belum ada pembahasannya. Jadi hal-hal seperti ini mungkin komunikasi yang balance antara yang Bapak terima dari Kementerian Lembaga dan kami bisa diseimbangkan, dalam hal ini saya bukan dalam posisi membela diri atau apapun karena mungkin saja di kami juga ada hal-hal yang harus diperbaiki, karena SOP dan lain sebagainya Kita coba perbaiki. Kemudian mengenai stimulus fiskal tadi Kita diskusikan ada usulan perubahan, jadi mekanismenya setelah lampiran kami terima dari panitia anggaran yang terakhir kami terima sampai pada tgl 4 April itu sebabnya beberapa DIPA baru terbit April karena memang detail rincian, walaupun sudah disepakati pada tgl 24 Pebruari baru kami terima pada bulan April dan ada perubahan. Dan perubahan ini harus dikembalikan kembali karena mekanismenya adalah didalam aturan. Memang didalam aturan UU keuangan Negara. Usulan dari Kementerian Lembaga mengenai perubahan harus masuk kedalam Menteri Keuangan, dari Menteri Keuangan dikirimkan kepada panitia anggaran untuk dimintakan persetujuan. Jadi yang kami sampaikan tadi mengenai UMKM ini adalah yang dimintakan Kementerian Lembaga untuk berubah, ini akan kami sampaikan kepanitia anggaran untuk disepakati atau tidak disepakati. Kami akan menertibkan SAPSK dan DIPA berdasarkan itu, karena proses kerja Dirjen Anggaran pegangannya adalah 2 : Satu adalah segala sesuatu undang-undang nya ada di APBN. Kedua adalah dia bekerja dengan melihat hasil kesimpulan rapat kerja Pemerintah dan Panggar yang telah disepakati. Dan yang ketiga adalah seluruh prosedurnya terpenuhi. Misalnya sudah dibahas dengan Komisi ada kelengkapandokumen RAB dan lain sebagainya. Kemudian Bapak Ibu kami harus tetap membahas karena memang ada kalanya. Kemudian terkait juga persetujuan Komisi, misalnya sejak awal Komisi mengatakan tidak ada. ANGGOTA (MARUARAR/F-PDIP/KOM XI) : Interupsi, interupsi sedikit bu. Biar jelas nih pak. Itu tadi basicnya 3, Undang-undang, Komisi Teknis dan Panitia Anggaran dengan Pemerintah, sekarang yang final itu disinikan. Bisa saja belum tentu itu bisa samakan. Jadi kita juga bicara soal mana yang akhirnya menentukan kalau tidak akhirnya jadi

  • repot,kalau semuanya selaras tidak masalah. Yang terjadi hari ini itu karena tidak sama. Jadi ibu juga harus punya design menurut saya dan kesepakatan kita bersama pada untuk kondisi yang memang dan yang tidak sesuai harapan. Terima Kasih. KETUA PANJA (SUHARSO MONOARFA/F-PPP/KOM VII) :

    Silahkan PEMERINTAH (ANI RATNOWATI/DIRJEN ANGGARAN-DEPKEU) :

    Menjelaskan sedikit Pak Ara, Jadi memang yang sudah disepakati kami jaga , kecuali usulan memindah antar kegiatan, antar program, atau antar lokasi kami harus kembalikan kepada panitia anggaran melalui surat dari Menteri keuangan kepada panitia anggaran dan bahwa prosedurnya akan dibahas panggar dan Komisi itu adalah kewenangan dari panggar dan Komisi, kami akan menunggu jawaban tersebut. Oleh karena itu yang KUKM ini kami sampaikan karena memang mengubah lokasi, kalau itu merealokasi dalam kegiatan yang sama memang itu berada didalam kewenangan pemerintah dan itu hanya ada dalam undang-undang Keuangan nomor 17. Jadi rambu-rambu selalu kami pakai. Bahwa TOR dan RAB memang standar operating prosedurnya seperti itu harus ada dan itulah yang selalu diminta dan dicek oleh BPK termasuk BPKP terkait dengan prosedur penganggaran. Kalau tidak kami pasti suatu saat nanti tidak hari ini, 2 tahun atau 3 tahun dicari-cari sesuatu yang tentunya tidak kami inginkan. Saya juga harus menjaga tidak semua Menteri Keuangan juga staf-stafnya tentunya dalam proses pembahasan ini juga harus dicek. Jadi blokir itu ada alasannya, kalaupun ada satu atau dua hal yang mungkin ada kelambatan dan lain sebagainya. Ini disampaikan saja karena kami akan menindak lanjuti segera karena ini sudah sangat terbuka dan SOP nya sangat jelas mengenai hal tersebut. Jadi mengenai usulan UMKM tadi mengapa pindah dll nanti bisa ditanyakan Kementerian lembaga yang pada dasarnya mereka yang mengusulkan, kami yang menyampaikan keputusan terakhir yang berada dipanitia anggaran. Terkait tadi mengenai ada reward dan funishment faktor pengurang, kami juga sangat hati-hati mengenai faktor pengurang. Kenapa? Karena ada 2 hal yang bisa terjadi, dia tidak menyerap karena ada efiensi, harusnya dapat reward, tidak mungkin di funish. Kemudian mungkin tidak di efiensi karena tidak bisa dipakai. Misalnya sebesar X, tapi pertanyaan berikutnya adalah apakah dia di funish sebesar X, belum tentu karena mungkin dari X 90% memang belum bisa dikerjakan karena faktor external yang diluar kemampuan atau forcemacher dan sebagainya. Itu yang harus kami pertimbangkan dengan maximum sebesar yang tidak terserap itupun berdasarkan penjelasan dari Kementrian Lembaga atau SKPD atau daerah. ANGGOTA (DR.H. ANDI JAMARO DULUNG, MS.i/F-PPP/KOM III) :

    Saya setuju bahwa memang perlu kehati-hatian didalam memberikan funishment terhadap Kementrian Lembaga dan daya serapnya pada tertentu yang menjadi factor pengurang tetapi kehati-hatian itu harus terukur, artinya bahwa silahkan membuat indikator yang Kita sepakati.

  • PEMERINTAH (ANI RATNOWATI/DIRJEN ANGGARAN-DEPKEU) :

    Jadi didalam pasal di UU APBNP dikatakan bahwa peraturan lebih lanjut diatur oleh pemerintah. Kami sedang menyiapkan PMK nya. Jadi kami bekerja dengan aturan karena kalau saya juga mereward tanpa aturan, suatu saat pasti dicari siapapun. Jadi ada PMK nya sudah kami siapkan draftingnya, saya juga lihat dengan hati-hati, saya juga paham semangatnya, saya juga paham daerah yang tidak semua dan dan ini stimulus fiskal baru pertama kali terjadi Kita lakukan dengan proses yang sangat cepat walaupun lampiran yang kami terima April. Jadi jangan juga disalahkan kami ada beberapa DIVAnya baru selesai bulan Juni. Agustus Dephan belum selesai karena dimasukan ke APBNP, kemudian kedua mengenai stimulus fiskal ini sebagian besar memang project-project infrastruktur. Infrastruktur yang prosesnya melalui tender, mungkin kedepan Kita bicara mengenai ini. Saya berharap stimulus fiskal tidak didesain seperti yang kemarin karena hanya membuat proses anggaran, realisasi dan prosedur itu meski terima. Ini memang tidak ada kedepan. Kemudian mengenai kecepatan stimulus, jadi teman-teman di Bapenas ini melakukan monitoring dan evaluasi review bulan Juni yang dilakukan Bapenas untuk mengejar sesegera mungkin proses-proses tersebut. Juga mungkin yang unik didalam stimulus fiskal adalah dia sebetulnya bukan dekon / PP langsung SKPD daerah. Jadi diberikan kewenangan kepada Gubernur, Propinsi dan Bupati. Jadi itu tidak pernah ada didalam prosedur penganggaran selama ini, sehingga akhirnya kami coba jalan keluarnya dan kami bicarakan dengan Perbendaharaan sehingga DIPA nya bisa dikeluarkan pada level Bupati di SKPD. Ini sebetulnya pelajaran baru buat Kita kedepan pada masa-masa tertentu mungkin bisa Kita pakai pada pola seperti ini walaupun tidak lazim. Ini Cuma mengingatkan karena BPK tidak memberikan opini karena dia menyerahkan kepada Kita panitia anggaran dan juga pemberita. Oleh sebab stimulus fiskal memang kami buat laporannya yang terpisah. Saya berharap yang Kita lakukan itu yang umum dilakukan. Kemudian tadi juga permintaan misalnya ini contoh : Blokir itu kadang-kadang diminta oleh Komisi yang bersangkutan, misalnya tadi dimintakan untuk blokir DPR sejimlah tertentu dimintakan untuk memblokir di Dep Dagri kalau tidak salah dengan jumlah tertentu, yang menurut saya jadi kami putskan terakhir sebetulnya di panggar, kalau panggar tidak diblokir kemudian permintaan Komisi diblokir, akhirnya jalan keluarnya adalah kami minta Kementrian Lembaga dari Komisi menyatakan harus diblokir sebesar X, mana yang diusulkan diblokir dari Kementrian lembaga, karena kami tidak mungkin memblokir sembarangan, karena kami tidak tahu ini yang penting yang mana. Jadi sampai hari ini contohnya Pak Mulyono, BPN belum memberikan kepada kami daftar kegiatan yang akan diblokir sebesar permintaan BPN tersebut. Jadi mengenai optimallisasi memang betul ada surat edaran Menteri Keuangan untuk segera menahan tidak dicairkan proses optimallisasi dan itu bukan harga mati karena optimallisasi yang diusulkan kemudian kami review dan itu urgent bisa dikrjakan karena tidak terkait dengan tender / masalah tanah dll, pasti kami usulkan kepada Menteri Keuangan.

    Kaset 4 :

    PEMERINTAH (ANI RATNOWATI/DIRJEN ANGGARAN-DEPKEU) :

    Untuk diberikan keleluasaan menggunakan hasil sisa tender tersebut, memang kami tidak buka semuanya karena pengalaman yang lalu pun dari yang dilakukan tidak seluruhnya juga terserap. Jadi Kita gunakan prinsip selektif didalam membuka blokir hasil dari optimalisasi, sudah beberapa yang sudah Kita realisasikan dari Kementrian Lembaga. Ini juga ada yang naik, kalau tidak salah ini dari PU,

  • itu juga mengusulkan untuk dibuka dari hasil optimalisasi tender dan kalau kami lihat itu sangat penting kami lakukan untuk buka blokirnya atas persetujuan dari Menteri Keuangan. Mungkin itu Bapak / Ibu sekalian mengenai penyerapan yang rendah, tidak ada niat kami sama sekali untuk merendahkan penyerapan untuk sisa anggaran Pak Nurlif, karena jelas itu bertentangan. Mengapa bertentangan? Pertama untuk menyiapkan anggaran Kita pakai finansi, kemudian tak diserap. Jadi menurut kami juga tak ada tempatnya. Bahwa ini keterlambatan masing-masing Kementrian Lembaga terkait lelang dan lain sebagainya. Kami mohon Bapak / Ibu untuk juga bisa mengingatkan Kementrian lembaganya. Ini saya mohon sekali Dirjen Anggaran itu dipuji sedikit, dibela tidak terlalu selalu menjadi bagian dari kesalahan Kementrian Lembaga, rasanya kalau sudah disampaikan kepada kami, selalu kami yang menjadi penghambat, rasanya di era reformasi birokrasi seperti ini masih kami lakukan itu salah besar.

    KETUA PANJA (SUHARSO MONOARFA/F-PPP/KOM VII) :

    Silahkan pak.

    ANGGOTA (NUSYIRWAN SOEJONO/F-PDIP/KOM V) :

    Ibu tentunya masih ingat pada waktu Kita membahas RKP, setiap mengawali pembahasan APBN regular Kita pernah menyampaikan aspek kualitas program dan kegiatan. Sedikit-sedikit agak terkuak dimana sebetulnya jawaban tidak kualitas nya program dan kegiatan tersebut. Salah satunya adalah pada penyerapan yang berada pada posisi ujung-ujung itu dan juga soal blokir-memblokir ini tadi. Tentu nya program dan kegiatan itu atas dasar RKP dan masuk kepada sektor masing-masing mereka sudah memiliki rencana strategi di masing-masing sektor. Tapi pada saat mungkin kebijakan-kebijakan finansial, sumber pembiayaan dan administrasi keuangan disitu muncul pemecahan-pemecahan yang lain, artinya saya ingin menyampaikan Pak Ketua dan Ibu Dirjen ini perlu menjadi perhatian berkaitan, saya melihat ini ada korelasi dengan tuntutan kami soal kualitas program maupun kegiatan, karena ini berpengaruh dengan peningkatan APBN yang sering disampaikan dipublik selama periode RPJM 2004-2009 itu 3x kenaikannya, tapi kenapa mengatasi pengangguran , kemiskinan itu tidak mencapai pada kelipatan yang sama, tentunya kembali kepada kualitas program kegiatan. Ini saja menjadi perhatian bahwa hambatan itupun mempengaruhi kualitas program dan kegiatan itu saja yang ingin saya sampaikan, Terima kasih.

    KETUA PANJA (SUHARSO MONOARFA/F-PPP/KOM VII) :

    Baik Pak Kahar Silahkan. ANGGOTA (DRS. H. KAHAR MUZAKIR/F-PG/KOM VIII) :

    Terima kasih Pak Ketua dan rekan-rekan panggar yang terhormat, Ibu Dirjen beserta seluruh jajarannya yang hadir.

    Assalamu’alaikum Wr.Wb. Yang menarik saya cuma sedikit, tadi jawabnya itu seperti tidak mess, blokir itu yang minta siapa, lantas membukanya yang itu kewenangan siapa. Kalau tidak salah blokir permintaan dari Komisi dan Kementerian lembaga, tapi waktu membukanya. Ini menjadi menjadi kewenangan Menteri Keuangan, seharusnya kalau blokir atas permintaan Kementerian Lembaga dan Komisi, membukanya adalah kewenangan Kementerian Lembaga dan Komisi tidak menjadi kewenangan Menteri Keuangan, karena dibicarakan sampai satuan tiga, itu satu bu.

  • Kedua, Masalah reward dan funishment, tadi seolah-olah belum ada standar jangan sampai memfunish karena keseksian, ini jarang diusulkan oleh DPR, Komisi / pun Panitia Anggaran. Kalau dia memang itu kompeten, itu tidak mungkin ada tanah yang belum selesai factor-faktor eksternal. Karena membuat program itu sudah ilmunya sendiri demi kebijakan publik. Kalau dia tidak memenuhi persyaratan itu, banyak sekali masalahnya dan tidak akan terselesaikan. Intinya adalah jika membuat program tidak bagus, program yang diusulkan dan tidak bisa dilaksanakan tidak kompeten. Jadi tak ada alasan kalau menambah program di Kementrian Lembaga. Jadi Kita anggap Kementrian Lembaga cukup kompeten. Kalau tidak bisa melaksanakan, itu kesalahan dia, paling tidak ada warning diantara mereka. Orang meminta anggaran itu tidak boleh, itu tidak pidana,memindahkan seenaknya. Jadi saya kira jika ada aturan Kita laksanakan. Ass. Wr. Wb.

    KETUA PANJA (SUHARSO MONOARFA/F-PPP/KOM VII) :

    Sebelumnya tadi ada pertanyaan yang belum dijawab mengenai apakah Pemerintah Punya Dana pertanyaan dari Pak Ara tadi, mungkin Pakk Herry bisa menjawab.

    PEMERINTAH (HERI PURNOMO/DIRJEN PERBENDAHARAAN-DEPKEU) :

    Terima kasih, Bapak Pimpinan dan Bapak / Ibu yang lain. Kalau Kita lihat APBN secara keseluruhan artinya kan Kita membiayai secara keseluruhan itu jelas kurang sehingga ada pembiayaan datangnya dari penerbitan obligasi. Kemudian kalau ditanya sekarang ini punya uang atau tidak. Itu punya Pak. Jadi uang yang untuk pembiayaan-pembiayaan Kita simpan di rekening Kas Negara Indonesia. Posisi tanggal 18 Agustus kemarin Kita punya 107 triliun, tapi ini fluktuatif, bisa turun 60 bisa turun ke 90. Jadi tergantung pada pengeluaran yang Kita lakukan. Itu bisa juga membiayai belanja dan utang luar negeri dan sebagainya dan juga tergantung pada penerimaan, pajak PNBP dan penerbit langsung, dengan demikian sebetulnya dilihat dari perjalanan pengelolaan cash menejemen ini, pemerintah tidak dalam posisi kekurangan duit atau kehabisan uang. Kemudian uang sebesar itu diapakan ? Nah ini tentu karena Kita juga diamanatkan oleh Bapak-Bapak di DPR bahwa Pemerintah harus bisa mengoptimalkan uang, sehingga ditarget sebesar 3 triliun setahun. Oleh karena itu Kita berbicara pada Bank Indonesia, Bank Indonesia memberikan reumenerasi, Jadi 107 trilyun itu Kita jadikan 6 trilyun itu Kita berikan semacam Bank bufferstok, yang 100 trilyun, Kita taruh di Bank Indonesia, karena memang Bank Indonesia yang sementara ini Kita sepakati dengan bank Indonesia disana yaitu remunerasi. Jadi dengan demikian sebetulnya Kita sudah mengikuti apa yang diminta Dewan bahwa dioptimalkan, mudah-mudahan 3 triliun itu bisa dicapai dari dana-dana yang dibebankan. Sebagai satu informasi bahwa setiap bulan, paling tidak semacam ironstok semacam fix cost yang harus Kita sediakan pertama untuk gaji dan pensiun, rata-rata 10 trilyun sebulan, Kita harus menyelesaikan itu. Kemudian kedua, Dana Alokasi Umum, itu Kita terbitkan satu hari sebelum tanggal 1 Kita cairkan. Pemerintah Daerah sebesar sekitar 15,3 triliun, kemudian satu lagi unsur yang cukup besar dan dominan tercermin dari APBN sendiri yaitu pembayaran hutang. Jadi sekitar 10 – 12 trilyun Kita mesti sediakan untuk pembayaran hutang itu perbulan dan ini juga sangat terganyung pada jatuh tempo dari hutang-hutang yang ada itu, bisa saja melebihi itu, bisa saja kurang dari itu tapi pukul rata sekitar 10 – 12 trilyun belum kemudian nanti untuk pengeluaran belanja barang, belanja modal, subsidi dan sebagainya. Jadi itulah gambaran yang Kita lakukan dan didalam jumlah 100 trilyun itu Kita juga punya dana dalam valuta asing. Jadi valuta asing Kita itu berasal dari penerimaan pajak

  • dalam valuta asing, khususnya berasal dari migas. Itu penerima-penerima dalam valuta asing dalam US Dollar Kita sekarang punya sekitar 4,7 miyar dollar. Jadi itu penerimaan dari itu Kita pergunakan dalam rangka pembayaran hutang luar negeri dalam US Dollar. Sebelum ada ketentuan BI harus dirupiahkan, sehingga Kita rugi 2x. Tapi kalau Kita punya dollar harus dirupiahkan, kalau Kita perlu Kita harus konversi. Sejak 2007 kemarin Kita diperkenankan membuka rekening valas sehingga Kita bisa optimalkan untuk pembayaran-pembayaran cash menejemen. Kemudian satu lagi sebagai informasi Kita kemarin menerbitkan obligasi samurai, diterima dalam bentuk yen sehingga Kita simpan dalam bentuk yen, ini karena ada pembayaran luar negeri dalam bentuk yen, sehingga Kita amankan , Kita simpan dalam bentuk yen di BI, itu kira-kira gambaran yang bisa saya berikan sementara.

    ANGGOTA (MARUARAR SIRAIT/F-PDIP/KOM XI) :

    Menurut Pak Dirjen ukuran akuntansi adalah itu posisi hari ini itu aman atau tidak. Kenapa ? Kita juga perlu masukan, jadi kalau itu sertifikan itu bisa juga membantu dari segi itu, meskipun tidak sehat. Itu secara otomatis membantu, tapi tidak sehat dan baik menurut saya, tapi apabila itu aman dengan posisi seperti itu. Saya juga perlu mendapatkan posisi yang jelas hari ini dengan kondisi begitu, kalau dugaaan saya kayaknya tidak aman aman banget. PEMERINTAH (HERI PURNOMO/DIRJEN PERBENDAHARAAN-DEPKEU) :

    Memang ini harus dilihat dulu dari proyeksi Kas kedepan, karena Kita masih punya beberapa bulan. Kita harus melihat penerimaan pajak yang bisa masuk karena akhir-akhir ini juga ada penurunan pajak, disamping itu memang kalau yang suitanable itu adalah dari pembayaran. Ini juga suatu buffer. Kalau Kita bisa membuat suatu forcasting, kira-kira berapa harga yang dikeluarkan lagi, karena yang susah diprediksi tahun itu kira-kira belanja barang , belanja modal dari DIPA itu akan keluar bulan apa, Biasanya Nopember sampai Desember menajam seperti itu. Ini kadang-kadang menyulitkan apakah Kita perlu menarik lagi dana dari penerbitan obligasi kebelakang disana mungkin Kita tidak perlu inikan, tapi kemudian juga ada kepastian tidak untuk bisa sustand terhadap penerimaan. Sebagai satu gambaran saya katakan, tapi berfluktuasi pada 6 lalu sampai Kita mencapai titik terendah itu bulan kemarin kalau tidak salah sekitar 80 s/d 90 trilyun selama 1 bulan, kemudian recovery dari penerimaan migas itu bisa masuk juga mengangkat kembali, kemudian kalau ada penerbitan obligasi juga Kita mengangkat kembali. Jadi untuk sementara ini mungkin tidak berani mengatakan cukup atau tidak, tapi kalau Kita melihat tren, apa yang ditargetkan di APBN, kemudian pajak juga mungkin bisa naik sedikit, mungkin juga aman, mungkin ini sementara. KETUA PANJA (SUHARSO MONOARFA/F-PPP/KOM VII) :

    Silahkan, terakhir ya. ANGGOTA (DR.H. ANDI JAMARO DULUNG, MS.i/F-PPP/KOM III) :

    Pertama bahwa bagaimana Kita jadikan DIPA 2009 itu penyelesaian DIPA 2009 sebagai faktor penentu untuk Kita menyelesaikan pembahasan anggaran APBN 2010. Seperti yang diusulkan oleh Pak Nurlif yang diperkuat oleh Pak Hasto tadi dan memiliki limit waktu tanggal 4 September bisa tidak itu dijadikan kesimpulan.

  • Yang kedua kalau Ibu Dirjen tadi sudah mempersiapkan PMK nya itu sebagai dasar untuk penentuan funishment dan reward terhadap daya serap Kementrian lembaga maka tentu harus disiapkan sebelum Kita menetukan anggaran Kementrian Lembaga 2010 dan saya melihat flowcat Kita, itu sebetulnya paling lambat harus diselesaikan 27 Agustus ini karena tgl 27 Agustus itu, Komisi akan melakukan rapat dengan mitra Kementrian Lembaga nya, kalau itu dijadikan sebagai dasar bahwa ada funishment atau hukuman yang harus diberlakukan disitu, kalau itu tidak berarti Kita tidak melaksanakan amanat dari keputusan dari kesimpulan rapat kerja khususnya poin 5 itu. Jadi memang ini menjadi PR bagi Pemerintah untuk segera menyiapkan PMK nya, paling lambat 27 Agustus ini karena sudah menjadin acuan bagi Komisi untuk rapat dengan mitra kerjanya. Saya kira itu yang perlu disampaikan, kalau hari ini tidak bisa mengambil keputusan, maka kesimpulan itu Kita titip pada rapat kerja tanggal 20 besok, karena berdasar flowchat ini setelah jawaban Pemerintah rapat kerja mencue pada tgl yang sama. ANGGOTA (DRS. ENGGARTIASTO LUKITO/F-PG/KOM V) :

    Kita barangakali meminta kepada Pemerintah untuk mengeluarkan DIPA yang belum keluar dan termasuk kepada Dirjen Perdagangan kepada Dep Hub untuk tidak begitu saja, mereka barangkali memperhatikan pada waktu yang lalu adalah karena waktu. Tetapi Kita bisa bagi dengan pengadaan dengan cacatan seperti itu maka surat ini bisa minta Perhubunganmencabut pengadaannya untuk mencabut kembali surat itu Dirjen Anggaran untuk segera mengeluarkannya. Jadi minta Sekjen untuk segera diselesaikan dengan cacatan kalau tidak karena kami akan mentaati pasal 5. Trimakasih.

    KETUA PANJA (SUHARSO MONOARFA/F-PPP/KOM VII) :

    Ada yang mau kasih komentar silahkan.

    PEMERINTAH (ANI RATNOWATI/DIRJEN ANGGARAN-DEPKEU) :

    Bapak Ibu sekalian mohon dipahami betul, Kita tidak bisa menyandera itu. Jadi jika nanti Pak Enggar katakan, Kita akan lakukan ketika ada dokumen nanti kami akan memproses. Kemudian mungkin nanti aka nada blokir, misalnya PHLN yang tidak bisa direalisasikan itu ada rupiah murninya, itu pasti ada. Jika Kita terbitkan DIPA pasti kami salah, itu tidak bisa kami lakukan. Jadi PHLN dengan rupiah murni mendampingi yang belum ada. Kemudian mengenai PNPB yang juga terkait dengan kemampuan yang memenuhi target dan pemamfaatannya. Jadi tidak bisa Kita samakan semua, persoalan mengenai blokir tersebut. Kita harus lihat cash by cash ini prudent. Jadi boleh saya mengusulkan mengenai itu, kalau Kita lihat prosentasenya juga sudah kecil sekali. Rupiah murnipun terkait dengan PHLN. Jadi mungkin tinggal satu dua kasus itupun permintaan dari Komisi membintang BPN ada di Depdagri. Jadi saya mohon untuk didudukkan pada posisi yang baik, karena juga kami yang repot, pasti tidak bisa ekskusi, karena pertaruhannya bukan persoalan jabatan dan sebagainya, persoalan bahwa Kita menjaga keuangan negara dengan prudent, transparan dan akutable itu menjadi penting buat saya dan ini menjadi barometer Kita untuk kedepan. Kemudian reward and funishment mungkin ini juga perlu bicara baik-baik. Stimulus fiskal kan baru selesai pada akhir Desember. Kita belum tahu penyerapan ini sebetulnya berapa, jadi penyerapan yang benar-benar terealisasi kan mungkin ada sudah tarik tanggal 30, tapi proses transaksi lewat bank. Kita harus review kementerian lembaga yang