DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK · PDF file17. Bobby Adhityo Rizaldi, S.E., M ... salam...

27
DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA RISALAH RAPAT DENGAR PENDAPAT PANJA RUU INTERKONEKSI Tahun Sidang : 2016-2017 Masa Persidangan : III Rapat ke- : Jenis Rapat : Rapat Dengar Pendapat dengan Ketua BRTI Hari, Tanggal : Senin, 13 Februari 2017 Waktu : 10.45 WIB 12.47 WIB Tempat : Ruang Rapat Komisi I DPR RI Gedung Nusantara II Lt. 1, Jl. Jenderal Gatot Soebroto, Jakarta 10270 Ketua Rapat : H.A. Hanafi Rais, S.I.P., M.P.P. Sekretaris Rapat : Suprihartini, S.I.P./Kabagset. Komisi I DPR RI Acara : 1. Laporan Hasil Kerja BRTI terkait Perumusan Biaya Interkoneksi; 2. Masukan dan saran BRTI terhadap Pemerintah terkait Penetapan Biaya Interkoneksi. Hadir : PIMPINAN : 1. Dr. H. Abdul Kharis Almasyhari (F-PKS) 2. Dr. TB. Hasanuddin, SE., MM. (F-PDIP) 3. Meutya Viada Hafid (F-PG) 4. Mayjen TNI (PURN) Asril Hamzah Tanjung, S.IP. (F-P.GERINDRA) 5. H.A. Hanafi Rais, S.I.P, M.P.P. (F-PAN) ANGGOTA : FRAKSI PDI-Perjuangan : 6. Ir. Rudianto Tjen 7. Dr. Effendi MS. Simbolon, MIPol 8. Charles Honoris 9. Tuti N. Roosdiono 10. Evita Nursanty, M.Sc. 11. Ir. Bambang Wuryanto, MBA. 12. Marinus Gea, S.E., M.Ak. 13. Andreas Hugo Pareira 14. Djendri Alting Keintjem, S.H., M.H. FRAKSI PARTAI GOLKAR: 15. Tantowi Yahya 16. Dr. Fayakhun Andriadi 17. Bobby Adhityo Rizaldi, S.E., M.B.A., C.F.E. 18. Dave Akbarsyah Laksono 19. Bambang Atmanto Wiyogo

Transcript of DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK · PDF file17. Bobby Adhityo Rizaldi, S.E., M ... salam...

Page 1: DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK · PDF file17. Bobby Adhityo Rizaldi, S.E., M ... salam sejahtera untuk kita semuanya ... dinamika di antara para operator sehingga kemudian menjadi

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT

REPUBLIK INDONESIA

RISALAH

RAPAT DENGAR PENDAPAT PANJA RUU INTERKONEKSI

Tahun Sidang : 2016-2017

Masa Persidangan : III

Rapat ke- :

Jenis Rapat : Rapat Dengar Pendapat dengan Ketua BRTI

Hari, Tanggal : Senin, 13 Februari 2017

Waktu : 10.45 WIB – 12.47 WIB

Tempat :

Ruang Rapat Komisi I DPR RI

Gedung Nusantara II Lt. 1,

Jl. Jenderal Gatot Soebroto, Jakarta 10270

Ketua Rapat : H.A. Hanafi Rais, S.I.P., M.P.P.

Sekretaris Rapat : Suprihartini, S.I.P./Kabagset. Komisi I DPR RI

Acara : 1. Laporan Hasil Kerja BRTI terkait Perumusan Biaya Interkoneksi;

2. Masukan dan saran BRTI terhadap Pemerintah terkait

Penetapan Biaya Interkoneksi.

Hadir : PIMPINAN :

1. Dr. H. Abdul Kharis Almasyhari (F-PKS)

2. Dr. TB. Hasanuddin, SE., MM. (F-PDIP)

3. Meutya Viada Hafid (F-PG)

4. Mayjen TNI (PURN) Asril Hamzah Tanjung, S.IP.

(F-P.GERINDRA)

5. H.A. Hanafi Rais, S.I.P, M.P.P. (F-PAN)

ANGGOTA :

FRAKSI PDI-Perjuangan :

6. Ir. Rudianto Tjen

7. Dr. Effendi MS. Simbolon, MIPol

8. Charles Honoris

9. Tuti N. Roosdiono

10. Evita Nursanty, M.Sc.

11. Ir. Bambang Wuryanto, MBA.

12. Marinus Gea, S.E., M.Ak.

13. Andreas Hugo Pareira

14. Djendri Alting Keintjem, S.H., M.H.

FRAKSI PARTAI GOLKAR:

15. Tantowi Yahya

16. Dr. Fayakhun Andriadi

17. Bobby Adhityo Rizaldi, S.E., M.B.A., C.F.E.

18. Dave Akbarsyah Laksono

19. Bambang Atmanto Wiyogo

Page 2: DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK · PDF file17. Bobby Adhityo Rizaldi, S.E., M ... salam sejahtera untuk kita semuanya ... dinamika di antara para operator sehingga kemudian menjadi

2

20. Yayat Y. Biaro

21. Venny Devianti, S.Sos.

22. H. Andi Rio Idris Padjalangi, S.H., M.Kn.

FRAKSI PARTAI GERINDRA:

23. H. Ahmad Muzani

24. Martin Hutabarat

25. H. Biem Triani Benjamin, B.Sc., M.M.

26. Andika Pandu Puragabaya, S.Psi., M.Si., M.Sc.

FRAKSI PARTAI DEMOKRAT:

27. Dr. Sjarifuddin Hasan, S.E., M.M., M.B.A.

28. Dr. Nurhayati Ali Assegaf, M.Si.

29. Drs. H. Darizal Basir, M.B.A.

30. Dr. Ir. Djoko Udjianto, M.M.

31. Muhammad Afzal Mahfuz, S.H.

FRAKSI PARTAI AMANAT NASIONAL:

32. Ir. Alimin Abdullah

33. Budi Youyastri

FRAKSI PARTAI KEBANGKITAN BANGSA:

34. Dra. Hj. Ida Fauziyah, M.Si.

35. Drs. H.M. Syaiful Bahri Anshori, M.P.

36. Arvin Hakim Thoha

FRAKSI PARTAI KEADILAN SEJAHTERA:

37. Dr. H. Jazuli Juwaini, M.A.

38. Sukamta, Ph.D.

FRAKSI PARTAI PERSATUAN PEMBANGUNAN:

39. Dr. H.A. Dimyati Natakusumah, S.H., M.H., M.Si.

40. H. Moh. Arwani Thomafi

41. Hj. Kartika Yudhisti, B.Eng., M.Sc.

42. H. Syaifullah Tamliha, S.Pi., M.S.

FRAKSI PARTAI NASIONAL DEMOKRAT:

43. Prof. Dr. Bachtiar Aly, M.A.

44. Prananda Surya Paloh

45. Mayjen TNI (Purn) Supiadin Aries Saputra

46. Victor Bungtilu Laiskodat

FRAKSI PARTAI HANURA:

47. -

Anggota yang Izin/DL : 6 orang

Jalannya rapat:

KETUA RAPAT (H.A. HANAFI RAIS, S.I.P., M.P.P):

Assalamu'alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh,

Selamat pagi, salam sejahtera untuk kita semuanya.

Page 3: DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK · PDF file17. Bobby Adhityo Rizaldi, S.E., M ... salam sejahtera untuk kita semuanya ... dinamika di antara para operator sehingga kemudian menjadi

3

Selamat datang kami ucapkan kepada yang terhormat Ketua BRTI (Badan Regulasi Telekomunikasi

Indonesia) beserta jajarannya.

Bapak dan Ibu Anggota yang terhormat Komisi I DPR RI dalam Rapat Dengar Pendapat Panja

Interkoneksi Komisi I DPR RI pada hari ini Senin 13 Februari.

Berdasarkan informasi dari Sekretariat Bapak dan Ibu Rapat Dengar Pendapat kita ini sudah bisa

kita mulai, karena secara kuorum sudah memenuhi ada ada 5 dari 10 Fraksi yang sudah hadir dan tanda

tangan. Dan dari Demokrat ada, PDI, PAN yang lain nanti menyusul, karena ada kegiatan Pansus yang

bersamaan pula. Jadi sesuai dengan Tata Tertib kuorum telah terpenuhi.

Sebelum kita memulai Rapat Dengar Pendapat ini saya ingin meminta persetujuan dari Bapak dan

Ibu semua Rapat Dengar Pendapat kita ini akan kita adakan secara terbuka atau tertutup?

Terbuka ya.

Rapat Dengar Pendapat Panja Interkoneksi dengan BRTI kita nyatakan dimulai dan diadakan

secara terbuka.

(RAPAT DIBUKA PUKUL 10.45 WIB)

Bapak dan Ibu yang saya hormati,

Pak Ketua BRTI dan seluruh jajaran.

Rapat Dengar Pendapat Panja Interkoneksi ini dilaksanakan dalam rangka mengetahui, mendengarkan

laporan hasil kerja BRTI terkait perumusan biaya interkoneksi khususnya. Dan juga saran dan masukan

dari BRTI terhadap Pemerintah terkait penetapan biaya interkoneksi. Seperti kita ketahui tahun lalu pada

Rapat Kerja dengan Menteri Kominfo ada rencana untuk penurunan biaya interkoneksi, kemudian muncul

dinamika di antara para operator sehingga kemudian menjadi masalah publik yang perlu kita dudukan

secara bersama-sama, sehingga kemudian Rapat Kerja pada waktu itu memutuskan untuk Pemerintah

dalam hal ini Menteri untuk menunda surat edaran penurunan tarif interkoneksi tersebut.

Dan sampai sekarang masih meninggalkan problem karena salah satu yang kita dengar walaupun

SE itu keputusannya adalah untuk ditunda tidak juga dicabut antara operator kemudian juga

menafsirkannya beda-beda. Ada tetap memakai yang baru, ada yang memakai tetap yang berlaku adalah

yang lama. Nah, oleh karena itu pada kesempatan pagi hari ini Bapak dan Ibu semua, Panja Interkoneksi

ini menyelenggarakan rapat dengan BRTI kebetulan kalau rapat dengan Menteri, rapat dengan KPI yang

kaitannya dengan penyiaran TVRI dan RRI sudah sering, kalau BRTI ini setahu saya selama pendek saya

disini belum pernah baru ini Pak Ketua ya. Jadi mungkin juga nanti perlu dikenalkan pula BRTI ini apa dan

siapa saja orang-orangnya, komisionernya, laki-laki semua komisionernya, 9 orang ya oke.

Jadi Panja Interkoneksi ini Bapak dan Ibu sekalian, dibentuk pada Rapat Internal Komisi I DPR RI

pada tanggal 11 Januari yang lalu dan kita bentuk ini dalam rangka untuk:

1. Mengetahui kebijakan yang diterapkan Pemerintah dalam hal ini Menteri Kominfo dalam

menetapkan biaya interkoneksi berikut parameter dan proses penghitungannya.

2. Panja ini dibentuk untuk mengetahui sejauhmana kebijakan penetapan biaya interkoneksi yang

berpengaruh terhadap industri telekomunikasi.

3. Panja ini dibentuk untuk mengetahui tarif interkoneksi yang tepat sehingga memberikan

kenyamanan bagi masyarakat sebagai pengguna telekomunikasi.

Sehingga pada pagi hari ini Pak BRTI kami ingin mendengar secara langsung Pak Ketua dan

silakan Bapak punya waktu untuk menyampaikan presentasinya setelah itu kita akan mengadakan

pendalaman atau tanya jawab.

Saya persilakan Bapak Ketua dimulai dengan perkenalan dulu Pak, ada yang banyak yang belum

tahu ini Pak, siapa BRTI dana pa itu BRTI.

Silakan Pak.

KETUA BRTI (AHMAD M. RAMLI):

Bismillahirahmanirahim.

Page 4: DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK · PDF file17. Bobby Adhityo Rizaldi, S.E., M ... salam sejahtera untuk kita semuanya ... dinamika di antara para operator sehingga kemudian menjadi

4

Assalamu'alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.

Yang saya hormati Bapak Ketua Panja dan seluruh Anggota Panja yang kami hormati.

Sesuai dengan agenda undangan Panja Interkoneksi Komisi I DPR RI pada hari ini untuk

membahas beberapa hal yang terkait dengan laporan hasil kerja BRTI sebagai badan yang mendapatkan

pelimpahan fungsi dari Menteri untuk melakukan fungsi pengaturan, pengawasan dan pengendalian

berdasarkan peraturan perundang-undangan. Di mana kami boleh jelaskan bahwa unsur BRTI terdiri dari

Dirjen Penyelenggaraan Pos dan Informatika yang saat ini menjadi ketua ex officio, kemudian Dirjen

Sumber Daya dan Perangkat Pos dan Informatika. Dan kemudian Komite Regulasi Telekomunikasi dari

unsur Pemerintah dan masyarakat. Jadi ada 2 yang menjadi ex officio, yang pertama adalah Dirjen EPI

dan Dirjen SPPI, kemudian ada 7 lainnya yang dipilih dari masyarakat.

Kami akan perkenalkan dulu satu per satu, yang pertama adalah Bapak Dr. Rifanto Budianto ini

Anggota dari KRT sebagai unsur Pemerinta. Kemudian yang berikutnya adalah Pak Imam Nasiruddin, ini

juga yang dipilih dari unsur masyarakat, kemudian Pak Ketut Prihadi, ini dari unsur masyarakat. Berikutnya

adalah Pak Taufiq Hasan ini juga dari unsur masyarakat. Di sebelah kiri kami ada Prof. Dr. Agung Harsoyo

ini dari unsur akademisi beliau adalah guru besar di ITB. Dan kemudian ada Pak Roli Rohmat dari unsur

masyarakat juga dan ada Pak Roni Makmur Bisri dari unsur masyarakat. Yang paling ujung adalah Ibu Ayu

dari tim verifikator yang melakukan verifikasi terkait dengan pemilihan verifikator nanti.

Bapak Ketua dan Anggota Panja yang kami hormati.

Kementerian Komunikasi dan Informatika cq. BRTI telah menyelesaikan perhitungan biaya

interkoneksi untuk layanan telefoni dasar, suara, SMS dan MMS yang disalurkan melalui penyelenggara

jaringan bergerak seluler dan penyelenggara jaringan tetap lokal berbasis sirkuit atau PSTN tahun 2016.

Proses perhitungan biaya interkoneksi telah dimulai sejak tahun 2015 dengan melibatkan para

penyelenggara telekomunikasi yang berinterkoneksi. Perhitungan biaya interkoneksi tersebut dilakukan

sesuai dengan ketentuan dalam Peraturan Menteri Komunikasi dan Informatika Nomor 8 tahun 2006

tentang Interkoneksi, dengan memperhatikan masukan dari para steakholder atas konsultasi publik,

penyempurnaan regulasi tarif dan interkoneksi.

Sejak tahun 2006 perhitungan biaya interkoneksi telah dilakukan dengan mengedepankan prinsip

berbasis biaya atau cost base yang dipandang adil bagi para penyelenggara telekomunikasi untuk

menjamin pelaksanaan secara transparan, nondiskriminatif dan mencegah terjadinya penyalahgunaan

kekuasaan atau kekuatan pasar dari penyelenggara dominan. Perhitungan biaya interkoneksi tersebut

menggunakan metode buttom up forward looking long run, ….cost, yang dilakukan dengan

mengembangkan model konfigurasi jaringan yang efisien.

Pemerintah mendorong penurunan biaya interkoneksi untuk menuju efisiensi dan keberlanjutan

industri penyelenggaraan telekomunikasi termasuk pengembangan wilayah layanan secara optimal dengan

tetap mempertimbangkan ketersediaan infrastruktur. Sedangkan dari sisi pelanggan jasa telekomunikasi,

penurunan biaya interkoneksi diharapkan dapat menurunkan tarif pungut atau retail untuk layanan antar

penyelenggara offnet dengan tidak mengesampingkan kualitas layanan. Upaya penurunan inilah yang

kemudian menjadi polemik dan kemudian terangkat kepermukaan sehingga pada titik terakhir Pemerintah

mengambil putusan-putusan yang akan kami sampaikan setelah ini.

Bahwa di industri telekomunikasi khususnya untuk penyelenggaraan layanan telefoni dasar melalui

penyelenggaraan jaringan bergerak selular dan penyelenggara jaringan tetap lokal berbasis sirkuit switch.

Pemerintah perlu mengevaluasi dokumen penawaran interkoneksi atau DPI milik penyelenggara jaringan

telekomunikasi dengan pendapatan usaha operating revenue 25% atau lebih dari total pendapatan usaha

seluruh penyelenggara jaringan telekomunikasi. Dalam segmentasi layanannya atau yang disebut sebagai

penyelenggara dominan. Jadi penyelenggara dominan itu menurut ukuran ITU adalah kalau dia 25% atau

lebih.

Dalam rangka menjaga persaingan usaha yang sehat maka kami melakukan hal-hal yang terkait

dengan revenue 25% keatas ini. Hasil perhitungan biaya interkoneksi yang dilakukan Kementerian

Komunikasi dan Informatika menjadi referensi bagi Pemerintah di dalam evaluasi DPI milik penyelenggara

dominan. Serta dapat menjadi referensi jika terjadi perselisihan antar penyelenggara di dalam

Page 5: DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK · PDF file17. Bobby Adhityo Rizaldi, S.E., M ... salam sejahtera untuk kita semuanya ... dinamika di antara para operator sehingga kemudian menjadi

5

implementasinya. Hasil perhitungan biaya interkoneksi dari Kementerian Komunikasi dan Informatika yang

menjadi referensi tersebut belum dapat diterima oleh penyelenggara dominan. Ini yang kemudian menjadi

perdebatan sampai dengan melibatkan seluruh penyelenggara operator. Karena terdapat perbedaan

pendekatan yang digunakan, di mana Kementerian Komunikasi dan Informatika menggunakan pendekatan

berdasarkan pendudukan jaringan yang efisien, terminasi lokal mobile to mobile Rp204 permenit.

Sedangkan penyelenggara dominan berdasarkan perencanaan bisnis atau terminasi lokal mobile to mobile

di mana keluar harga Rp. 280/menit.

Hasil perhitungan telah disampaikan kepada Komisi I DPR RI pada kesempatan pertama setelah

RDP pada tanggal 24 Agustus 2016. Melalui surat Sekretaris Jenderal Kementerian Komunikasi dan

Informatika Nomor S1223/M-Kominfo/PI020408/2016 tertanggal 25 Agustus 2016 perihal penyampaian

ringkasan hasil perhitungan biaya interkoneksi tahun 2016.

Jadi Bapak dan Ibu sekalian, terdapat perbedaan angka yang memang signifikan di mana rujukan

Pemerintah itu berkisar pada Rp204 sementara penyelenggara dominan dalam hal ini Telkomsel itu

menginginkan Rp280. Oleh karena biaya intekoneksi yang menjadi referensi bagi Kementerian Komunikasi

dan Informatika belum dapat diterima oleh penyelenggara dominan maka Kementerian Komunikasi dan

Informatika memerlukan adanya verifikator independen. Untuk melakukan verifikasi biaya interkoneksi dan

sekaligus memberikan rekomendasi implementasi biaya interkoneksi dimaksud. Maka untuk sementara

melalui surat Menteri Nomor S1668/M.Kominfo/PI.0204/XI/2016 disampaikan bahwa besaran biaya

interkoneksi yang telah disepakati pada TKS masing-masing atau berdasarkan besaran biaya interkoneksi

yang telah diimplementasikan sejak tahun 2014. Berdasarkan surat Kemkominfo Nomor

118/Kominfo/DJPPI/PI.0204/01/2014 tanggal 30 Januari 2014 perihal implementasi biaya interkoneksi

tahun 2014 tetap diberlakukan sampai dengan ditetapkannya besaran biaya interkoneksi berdasarkan hasil

verifikasi yang dilakukan oleh verifikator independen paling lambat 3 bulan sejak tanggal 2 November

2016.

Namun dalam perjalanannya kemudian mengingat proses pengadaan jasa pekerjaan verifikator

hasil perhitungan biaya interkoneksi penyelenggara telekomunikasi sampai dengan diselesaikannya

pelaksanaan pekerjaan verifikasi membutuhkan waktu beberapa bulan, Kementerian Komunikasi dan

Informatika telah mengundang dan mengadakan rapat dengan seluruh penyelenggara Telekomunikasi

pada tanggal 11 Januari 2017. Dan didapatkan kesepakatan oleh seluruh operator dan juga dengan

kementerian Kominfo dan BRTI untuk perpanjangan waktu pemberlakuan besaran biaya interkoneksi yang

telah disepakati pada PKS masing-masing atau berdasarkan besaran biaya interkoneksi yang telah

diimplementasikan tahun 2014.

Sampai dengan diselesaikannya pekerjaan verifikator independen yang selanjutnya akan

ditetapkan oleh menteri. Perpanjangan waktu implementasi tersebut telah ditetapkan oleh surat menteri

Nomor 135/M.Kominfo/PI.0204/01/2017 tanggal 24 Januari 2017.

Bapak Ketua dan Anggota yang kami hormati.

Karena kami menggunakan sistem kehati-hatian maka untuk pelelangan verifikator independen ini

kami berkonsultasi tidak hanya dengan Dirjen Anggaran tetapi juga dengan LKPP dan juga dengan pihak-

pihak terkait yang terkait dengan pelelangan. Dan akhirnya disimpulkan dan kemudian pelelangan sudah

dilakukan. Dan hari ini adalah hari terakhir untuk penawaran.

Memperhatikan prinsip goog governance proses pengadaan jasa pekerjaan sertifikasi hasil

perhitungan biaya interkoneksi, penyelenggara telekomunikasi sebagaimana telah diumumkan di website

Kominfo diharapkan dengan keterbukaan proses kini Kominfo mengundang seluruh pihak yang memenuhi

persyaratan dapat berpartisipasi demi mendukung kompetisi-kompetisi industri telekomunikasi yang sehat.

Hari ini sudah ada 35 calon verifikator independen. Dan semua calon itu nanti akan diproses sesuai

dengan ketentuan perundang-undangan untuk dipilih sebagai satu verifikator. Hasil dari kegiatan verifikasi

oleh verifikator independen nantinya diharapkan dapat diterima dan diimplementasikan oleh seluruh

industri.

Selanjutnya untuk hal-hal yang barangkali ini terkait dengan angka dan data bisa kita lakukan pada

saat tanya jawab dan pada prinsipnya Pemerintah saat ini ingin menyampaikan bahwa penundaan yang

terakhir terkait dengan biaya interkoneksi adalah kesepakatan seluruh operator dan ini dilakukan dalam

rangka kita masih menunggu hasil verifikasi independen.

Page 6: DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK · PDF file17. Bobby Adhityo Rizaldi, S.E., M ... salam sejahtera untuk kita semuanya ... dinamika di antara para operator sehingga kemudian menjadi

6

Terima kasih Bapak Pimpinan.

Wassalamu'alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.

KETUA RAPAT:

Jadi Pak Ketua, karena kita bersepakat untuk memakai aturan tahun 2014 ya itu artinya berarti

yang berlaku kepada seluruh operator sekarang ini kita adalah tarif yang sebelumnya ya belum yang

perubahan yang baru ini ya.

Terima kasih atas paparannya. Saya persilakan kepada Bapak dan Ibu Anggota Komisi I DPR RI

yang terhormat untuk menyampaikan pertanyaan atau pendalamanya.

Saya persilakan Bu Evita.

F-PDIP (Dr. EVITA NURSANTY, M.Sc.):

Baik terima kasih Bapak Pimpinan.

Bapak para komisioner BRTI yang saya hormati.

Saya sudah baca-baca BRTI memang kita enggak pernah sepertinya kita tidak ada hubungannya

mitra dengan BRTI karena tidak pernah dipanggil ke Komisi I DPR RI. Kalau kita lihat kan keberadaan

BRTI ini tidak beda dengan KPI, kalai KPI itu mengawasi industri industri penyiaran, BRTI ini mengawasi

industri Telkom, kan begitu. Cuma perbedaannya adalah kalau KPI itu tidak Menteri yang nunjuk dia fit and

proper di DPR RI, karena KPI itu adalah independen. Hanya saya juga tidak ngerti mungkin kita tanya

sama Pak Menteri, kalau saya baca keberadaan BRTI ini adalah sebenarnya organisasi atau kelembagaan

yang independen, tetapi kok ditunjuk oleh Menteri ini juga saya baru lihat. Mungkin ini menjadi PR buat kita

Bapak Pimpinan, untuk kedepan keberadaan dari BRTI ini.

Saya apresiate tadi apa yang disampaikan cukup komprehensif namun demikian perlu diketahui

bahwa Komisi I DPR RI itu juga pernah sudah melakukan pertemuan dengan para para operator terkait.

Panjang lebar pertemuannya kemudian dilanjutkan dengan pertemuan dengan Pak Menteri. Tentunya

masing-masing punya argumentasi, bahwa industri mempunyai pandangan tertentu juga BRTI mempunyai

pandangan tertentu dalam hal ini mewakili Pemerintah yang tadi disampaikan.

Ada beberapa hal yang perlu saya sampaikan, saya punya catatan hasil pertemuan kami dengan

para operator. Saya juga ini Pak, yang tim verifikator independen. Ini kan sepertinya Bapak membuka

seluas-luasnya kepada tender ini Pak, sementara inikan spesifik ya, inikan hal khusus dan inikan sudah

ada seharusnya kayak di perusahaan saya ini Pak, itu kan di kantor saya itukan sudah ada perusahaan-

perusahaan khusus yang bisa ikut. Ini sepertinya dibuka seluas-luasnya apa memang konsultan yang

kredibel apa memang seluas itu. Saya takutnya satu, karena tender sekarang inikan sistemnya biaya

terendah, penawaran terendah, penawaran terendah tidak ada kualitas nanti bagaimana. Itu menjadi

pertanyaan saya, saya juga sudah tanya-tanya sebenarnya konsultan yang mumpuni gitu untuk ini berapa

banyak sih, tidak lebih dari 5 kata mereka sebenarnya. Saya hanya menginikan saja kepada teman-teman

dari BRTI ini, ini sudah 35 siapa saja, kalau sudah bisa masuk semua berarti kriterianya yang tidak jelas

ketika mengeluarkan tender. Ini yang juga kita pantau Komisi I DPR RI siapa itu yang akan menjadi

pemenang tender, karena ini adalah ke depannya putusan yang diambil itu, itu akan menjadi memang

putusan yang adil bagi semua industri tidak ada keterberpihakan kepada A, tidak ada keberpihakan kepada

Bukan, kan begitu. Jadi ini saya untuk tim verifikator Pak, pertanyaan bagi saya, saya tahu yang

mempunyai kemampuan konsultan ini tidak banyak, tapi ini yang masuk sudah 35, bagaimana BRTI di

dalam menanggapi ini.

Kemudian ada beberapa hal Pak, waktu kita rapat mungkin karena tidak banyak saya agak cukup

panjang untuk kita menginformasikan kita rapat dulu Bapak Pimpinan kalau diizinkan. Jadi waktu itu

memang kalau Pemerintah kan mengatakan BRTI bahwa besaran yang dilakukan itu sudah sesuai, kan

begitu, tetap waktu itu seperti itu. Tapi kan kalau bagi industri yang hadir pada waktu itu memang pra

kontra tentunya yang industri yang merasa diuntungkan mengatakan bahwa ini sudah tepat, kan begitu.

Bagi industri yang merasa dirugikan ini melanggar peraturan perundang-undangan yang ada, itu memang

Page 7: DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK · PDF file17. Bobby Adhityo Rizaldi, S.E., M ... salam sejahtera untuk kita semuanya ... dinamika di antara para operator sehingga kemudian menjadi

7

ya sudah pasti akan ada hal seperti itu. Tapi informasi yang kami terima Pak, bahwa ini bertentangan

dengan Peraturan Pemerintah Nomor 52 Tahun 2000. Dan juga mengenai penyelenggaraan

telekomunikasi dan Peraturan Menteri Nomor 8 Tahun 2006. Itu catatan-catatan yang ini Pak, bahwa itu

tidak benar karena di Peraturan-Peraturan tersebut yang 52 itukan dikatakan bahwa penyelenggaraan

telekomunikasi interkoneksi dilaksanakan berdasarkan kesepakatan, transparan, adil, tidak ada yang

dirugikan serta dibayarkan oleh operator asal kepada operator tujuan berbasis biaya, itukan bla-blanya

Pasal 1 sampai Pasal yang banyak.

Nah, kalau itu berapa operator mengatakan itu melanggar dari pada apa yang disampaikan begitu.

Dan juga terus terang kalau saya lihat ini ada 2 kelompok operator, ini kita buka-bukaan saja. Ada

kelompok operator yang merasa dirugikan, ada kelompok operator yang merasa diuntungkan. Tetapi

tentunya jalan tengah apa ini yang diinikan oleh BRTI.

Sebenarnya waktu itu kita mengatakan di ITU sendiri tidak tahu Undang-Undang apa namanya.

Kalau ITU Pak, itukan sebenarnya kalau yang namanya pemberlakuan tarif interkoneksi simetris ini itukan

apabila pembangunan infrastruktur itu sudah merata, itukan ITU sudah punya guide line Pak. Nah, kita

tahu bahwa pembangunan infrastruktur ini belum merata oleh para operator ini, tidak usah yang panjang-

panjang. Kalau saya bacakan hasil rapat yang sebelumnya ini banyak sekali. Prinsip satu itu saja mengacu

kepada ITU bahwa tarif interkoneksi itu ada 2, simetris dan asimetris. Simetris itu kalau sudah merata

pembangunan infrastruktur oleh operator. Ini menjadi ini juga guide line dari ITU ini Pak.

Waktu itu saya itu ada usulkan sebenarnya, kenapa sih kepada Bapak Menteri, “Pak Menteri

kenapa tidak per zona saja”. Jadi tidak ada yang dirugikan dan tidak ada yang diuntungkan. Sebenarnya

kayak sekarang kalau zona yang padat Jakarta, Surabaya yang lain-lain itu cost recovery-nya kecil itu pak.

Yang besar itukan cost recovery kalau Indonesia bagian Timur dan lain-lainnya. Ketika itu ditetapkan

perzona berarti apa namanya fairless itu ada, yang ngebangun infrastruktur kalau enggak kedepannya

dengan sistem seperti ini saya takutnya para operator itu tidak ngebangun lagi Pak, ngapain dia

ngebangun kalau dia diuntungkan dengan penetapan cara sistem penetapan tarif ini.

Juga kita minta bahwa BRTI ini juga meliha modern licensing daripada setiap operator ini Pak. Kita

sudah diberikan modern licensing kita lihat apakah para operator ini sudah memenuhi janji-janjinya dalam

pembangunan infastruktur ini kedepan. Jadi jangan sepenuhnya juga masukan dari konsultan itu menjadi

acuan nanti, apalagi 35 ini saya akan pantau secara pribagi juga siapa sih pemenang tender dari 35 ini.

Kalau memang itu konsultan yang tidak kredibel itu menjadi pertanyaan bagi kita Komisi I DPR RI.

Saya rasa itu banyak sekali dan saya rasa pertemuan itu terbuka BRTI juga tahu hasil pertemuan-

pertemuan yang ada. Jadi kita mau melihat saja jalan keluar seperti apa. Karena terus terang saja Pak,

kalau misalnya nantikan ini ada lagi Kominfo sharing infrastruktur dan lain-lain. Nah, ini kebijakan-kebijakan

ini tolong Pak, prinsipnya tidak menguntungkan satu kelompok, tidak merugikan kelompok lain. Sekali lagi

sharing infrastruktur sama saja, askhirnya operator itu tidak membangun. Jadi dia hanya membangun

didaerah padat, di daerah yang komersial saja, ada dampak komersialnya menguntungkan dia bangun, dia

tidak menguntungkan gue bayar saja interkoneksi kan begitu. Apalagi kalau dishare-shate ini Pak, ininya

saya tidak tahu Bapak-bapak inikan yang memberikan masukan kepada Bapak Menteri. Kita tahu sekarang

sudah mulai diangkat lagi mengenai revisi Peraturan Pemerintah 52, Peraturan Pemerintah 53 masukan

seperti apa yang Bapak berikan kepada Bapak Menteri kita untuk hal itu, menjadi pertanyaan saya itu.

Sekarang saya ini contohnya PDI Perjuangan Bapak Pimpinan, sudah punya grass road structural

sampai ranting, anak ranting, sudah punya kita semuanya. Tiba-tiba ada Peraturan dari Pemerintah KPI

atau siapa, ranting dan anak ranting kita bisa dishare dengan partai politik lain yang tidak membangunan

grass road mereka, pasti PDI Perjuangan juga tidak mau. Contoh saja kalau di partai politik, saya

mengambilnya, kita sudah bangun gressroad kita sampai ranting, sampai structural, partai baru yang

hanya sampai kabupaten, sampai DPC saja, PAC saja tiba-tiba diuntungkan dengan “itu yang namanya

ranting PDI Perjuangan bisa dishare sama seluruh partai politik”, tidak maulah kita.

Saya enggak ngerti masukkan seperti apa yang jadi pertanyaan saya sebenarnya sekarang ini.

Anda-anda kan yang memberikan masukan kepada Bapak Menteri, masukan seperti apa diberikan kepada

Pak Menteri gitu, sehingga Pak Menteri bisa membuat suatu kebijakan yang menurut saya apa namanya

pertimbangannya itu kurang matang. Nah, Pak Menteri membuat kebijakan saya narik kebelakang lagi ini

siapa di belakang kebijakan ini, ya tentunya BRTI. Ini yang menjadi pertanyaan saya pada pertemuan ini.

Demikian Bapak Pimpinan terima kasih.

Page 8: DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK · PDF file17. Bobby Adhityo Rizaldi, S.E., M ... salam sejahtera untuk kita semuanya ... dinamika di antara para operator sehingga kemudian menjadi

8

KETUA RAPAT:

Terima kasih Ibu Evita.

Cukup panjang dan lebar serta lengkap ya, karena yang disampaikan Ibu Evita ini ada bagusnya

Pak, karena kita juga melihat perubahan tarif interkoneksi ini dia tidak berdiri sendiri tapi juga ada

hubungan langsung maupun tidak dengan rencana Pemerintah sebelumnya yang mau maksud saya

Menteri Komin fo yang sekarang yang dulu pernah sebelumnya mengutarakan untuk tadi perubahan PP

mengenai Netto Sharing dan Spektrum Sharing ya. Tapi saya kira kita fokus ditarif interkoneksi ini dulu tapi

hanya sebagai sebuah pembacaan makro saja Pak, bahwa ini memang terkait juga dengan infrastruktur

telekomunikasi yang lain. Jadi dia tidak berdiri sendiri.

Yang berikutnya Bapak dan Ibu, Mas Budi silakan.

F-PAN (BUDI YOUYASTRI):

Terima kasih.

Pimpinan, Anggota Komisi I DPR RI yang terhormat,

Para Komisioner BRTI.

Sebagai Ketua BRTI ya Pak? Bukan sebagai Dirjen, Dirjen kan eks officio artinya hadir sebagai

Ketua, karena nanti kalau rapat lagi dengan Menteri, saya pasti mengulangi perrtanyaan yang sama

sebagai Bapak Dirjen.

Yang pertama Bapak Ketua dan teman-teman Komisioner BRTI, saya ingin bertanya dari mana

munculnya angka 204. Itu dulu yang harus dijelaskan kepada kami, karena konon kabarnya angka 204 ini

datangnya dari langit. Yang saya tahu yang punya kewenangan teknis merumuskan angka itu adalah

stafnya Bapak Dirjen sekarang yang duduk sebelah kanan Ibu Ayu. Saya minta penjelasan dari beliau

bagaimana kronologi penunjukan konsultan yang melakukan perhitungan. Kalau memang konsultan itu

menentukan angka 204 tolong dokumennya diberikan kepada kami sebagai, karena pasti ada summery

report-nya kanm bahwa dia bertanggungjawab mengeluarkan angka 204 itu, kalau tidak ada pernyataan

disitu mengatakan angka 204 itu dari langit. Jadi tidak bisa dijadikan landasan untuk diskusi berikutnya.

Yang kedua Pak Ketua, kan ini Ketua kita Profesor Hukum. Kalau boleh kita dibantu bagaimana

analisis dari Undang-Undang 1999 Undang-Undang Telekomunikasi, PP dan Permen yang dikeluarkan

oleh Menteri Kominfo terhadap penentuan besaran biaya interkoneksi. Normatifnya seperti apa, defikasi

yang terjadi sejak penetapan di 2006 seingat saya 2010, 2014 dan yang terakhir, karena buat saya semua

proses penentuan yang muncul itu terlalu banyak kompromi yang normatifnya tidak mengikuti. Itu tolong

diberikan penjelasan dulu kepada kami analisisnya, logika norma hukumnya, kemudian ruang yang

mungkin terjadi.

Saya pernah menyampaikan kepada Pak Menteri, “Pak Menteri kalau membuat suatu perubahan

kebijakan boleh-boleh saja, pertama Bapak harus rubah dulu Permen yang lama itu, itupun juga masih

lemah, Peraturan Pemerintah-nya juga dirubah”. Saya usulkan rubah dulu Undang-Undang Telko-nya

karena itu salah satu sumber kekacauan kita hari ini. Kalau tidak diselesaikan perubahan Undang-Undang

Telko tambal sulam bisa ke jeblos. Yang ke jeblos sudah pasti Pemerintah, eksekutif. Kami kan sebagai

DPR hanya mengawasi saja. Bapak melewati batas rambu-rambu ya tugas kami mengingatkan,

kalaukejeblos juga maksa ya silakan saja tanggung. Karena kebijakan maupun keputusan yang diambil

bisa 5 tahun, bisa 10 tahun menjadi masalah hukum. Jadi ini tolong menjadi confirm Pak Ramli untuk

melindungi Bapak Menteri dan kepada teman-teman semua.

Yang ketiga, saya enggak tahu tentang modern licensing ini menjadi bahan juga di BRTI atau

tidak, Tupoksinya atau tidak, tapi saya sudah meminta kepada semua operator menyerahkan modern

licensing kepada Komisi I DPR RI dan sudah diserahkan, hanya satu yang tidak menyertakan datanya

Indosat, bodong isinya kosong. Dan yang menyerahkan juga antara yang di komitkan di dalam modern

licensingnya itu dengan kenyataan hari ini banyak sekali yang tidak terjadi. Kok tahu Pak Budi? Di KomisiI

DPR RI akan merencanakan Kunker cek kelapangan. Ini misalnya si Tri akan bangun wilayah NTT di mana

saja kotanya, kita datang sana cek ke Dinas Kominfo benar tidak nyala. Tapi sebenarnya yang paling

Page 9: DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK · PDF file17. Bobby Adhityo Rizaldi, S.E., M ... salam sejahtera untuk kita semuanya ... dinamika di antara para operator sehingga kemudian menjadi

9

simple itu ada namanya aplikasi open sinyal, saya tinggal pakai HP saja bisa cek kok, dii mana saja di Tri

itu nyala dan saya sudah punya rekapnya.

Dan kebanyakan operator yang lain antara yang dia komitkan dengan yang dia kerjakan tidak

terpenuhi. Jadi ini catatan, kalau biaya nterkoneksinya diturunkan niscaya mereka tetap tidak akan

membangun, tidak akan mengeluarkan infestasi. Jadi ini kewenangannya di BRTI atau tidak saya enggak

tahu tapi Pak Dirjen menjadi tanggungjawab. Kalau mereka tidak mau melakukan investasi saya usul ya

mungkin siap-siap dibubarkan saja mereka atau dibuatkan modus baru di dalam Undang-Undang

bagaimana caranya mereka punya way out terhadap industri telekomunikasi.

Terakhir sementara tentang verifikator yang menjadi penentu ini kan karena kesepakatan antar

pemain telekomunikasi. Tolong di kasih argumennya dasar peraturan perundang-undangan apa Pak, kok

itu menjadi dasar untuk pengambilan keputusan bagi Pak Menteri.

Terima kasih.

KETUA RAPAT:

Yang lain?

Pak Alimin silakan.

F-PAN (Ir. ALIMIN ABDULLAH):

Terima kasih Pimpinan.

Bapak dari BRTI yang saya hormati dan seluruh jajarannya.

Yang pertama sebagai wakil rakyat saya terus terang mendukung Pak, penurunan ini kalau dia

cukup logis dan bisa diterima dan juga masih memberikan peluang untuk mengembangkan. Jadi mereka

akan meneruskan investasinya karena mereka melihat masih ada unsur yang menguntungkan mereka.

Jangan sebaliknya sepertinya kami sudah senang, masyarakat diturunkan terus, inikan kalau saya lihat

dari 2006 sama 2016 kan sudah lumayan ini dari 400-an sampai 204. Tapi apa juga akibatnya dengan

penurunan selama ini, anda harus dianalisa juga, apakah terus meningkat investasinya itu

mengembangkan jaringannya atau sekarang malah menurun. Sebab kalau dari segi menurunkan tarif saja

tentu kita dukung.

Nah, oleh sebab itu kita ingin tahu dasar menurunkan itu logis enggak, bisa diterima oleh semua

pihak. Pada dasarnya itu, kalau diturunkan kami senang cuma kami juga ingin tahu tentu tidak

serampangan saja menurunkan kemudian jadi berantakan. Karenanya kita jadi rugi apa sudah kita invest

kan sudah ada malah tidak terawatt, malah tidak terurus itu juga akan merugikan, jadi tidak akan senang

sementara. Inilah barangkali dari Komisi I DPR RI ingin kita tahu seperti kata teman saya dasarnya

menurunkan itu apa perhitungannya, modelnya apa sih dibandingkan dengan negara mana. Kita juga

harus ada pembandingnya Pak, bukan hanya besaran pikiran-pikiran yang akan melakukan perhitungan

ini. Karena semua hitungan manusia itu ini enggak ada bisa diikuti Pak, dia pakai model apa, metoda apa,

orang akan sanggah kalau tidak benar.

Kalau kami mewakili rakyat tentu kami ingin jangan sampai kita dirugikan. Tidak semestinya kita

bayar terlalu mahal misalnya karena kewenangan itu karena diberikan gambaran yang jelas, kami juga bisa

berikan pendapat Pak. Tak peduli dia mau independen dan tidak independen kalau dia tidak

menguntungkan rakyat ya kita akan sanggah. Karena kita ini terbuka semua bisa menilai hasil kerjanya

dasarnya apa, modelnya apa dibandingan dengan cara apa. Apalagi kita tahu operator kita kan tidak satu.

Apakah ini adil atau tidak karena kami juga mengawasi di sini. Jangan sampai ada satu pihak yang diberi

wewenang terus bertindak tidak adil. Jadi apa kata teman saya kami perlu tahu itu memang, tidak nanti

ujuk-ujuk ini sekarang turun 20 atau berapa, bukan itu yang kami atur.

Perkara bahwa kalau diturunkan itu kami mendukung iya, tapi tentu dengan suatu pertimbangan

yang menyeluruh. Buat masa depan kita, buat operator, juga buat sebab kalau operator pada koleps

semua kita juga yang bangkrut, kita juga yang susah, mau bayar murah barangnya tidak ada kan tidak

guna juga. Tidak terawat dan segala macam sehingga jadi banyak masalah. Ini yang kita harus clear betul

tidak nanti ujuk-ujuk karena itu sudah ditunjuk verifikator independen terus harus kita terima tidak. Karena

Page 10: DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK · PDF file17. Bobby Adhityo Rizaldi, S.E., M ... salam sejahtera untuk kita semuanya ... dinamika di antara para operator sehingga kemudian menjadi

10

tujuan kami ingin tahu jelas dasarnya apa, jadi tidak sekedar hasilnya saja kami lihat tapi dasar dia

mendapatkan hasil itu kita perlu tahu. Kita sama-sama bisa melihat, semua orang mengerti kok apa yang

dimaksud dengan modal investasi dan apa yang diharapkan orang investor. Apa juga yang diharapkan

oleh rakyat yang menggunakan layanan itu.

Nah ini tolong sangat menentukan apakah usulan dia itu kita anggap oke apa tidak. Jadi jangan

sampai dikira kalau nanti sudah ada hasilnya itu terus dikirim kepada BRTI atau entry langsung bisa oke

tidak dong, fungsi pengawasan kita dimana. Jadi menurut saya langkah-langkah sudah betul tapi mengenai

hasil dan metode dia mendatkan hasil itu kita perlu tahu, kita harus terbuka. Dan kita bisa

bertanggungjawab kepada pemilih kita, inilah dasar. Ini yang bisa cukup bisa kita terima sebagai suatu

harga atau rate yang sama-sama menguntungkan. Orang bisa gampang ngomong yang win, win gitu ya,

artinya dia bisa berkembang tapi kita juga mendapat layanan yang bagus dan tidak terlalu mahal.

Saya kira itu yang paling penting prinsipnya.

Terima kasih.

KETUA RAPAT:

Terima kasih Pak Alimin.

Dari Anggota yang lain atau biar dijawab dulu ya.

Pak Ketua saya persilakan untuk menjawab 3 pertanyaan. Tapi sebelum menjawab begini Prof,

jadi kalau yang dikejar itu efisiensi maka mungkin menggunakan perhitungan matematika, tidak ada

pertimbangan nilai-nilai yang lain mungkin akan dapat angka yang dianggap paling murah-semurah

murahnya. Tapi karena kita ini juga urusannya dengan para industri pelaku juga untuk masyarakat dan

juga semangat yang berlaku di Undang-Undang maupun PP yang terkait. Maka ada pertimbangan nilai

soal misalnya keadilan yang disampaikan oleh Pak Alimin itu.

Jadi artinya kita tidak bisa mengejar matematisnya saja, tapi mau tidak mau memang harus

melekatkan nilai-nilai soal adil, soal bisa diterima sebagai sebuah consensus dan itu biasanya terkait

dengan political will pemerintah ya. Kalau verifikator mungkin bebas nilai dia kerjanya, ya point ngitungnya

seefisien mungkin gitu, tapi saya kira pada akhirnya keputusan ada di pemerintah dan putusan ini dihitung

berdasarkan political will itu, seberapa jauh unsur keadilan, unsur sustainabilitas-nya industri itu sendiri itu

bisa dimasukkan dalam penghitungan yang baru nanti itu.

Saya persilakan Bapak Ketua.

KETUA BRTI (Prof. AHMAD M. RAMLI):

Bapak ketua dan Anggota yang kami hormati.

Kami akan menjawab beberapa pertanyaan yang disampaikan. Yang pertama bahwa kenapa

kemudian terjadi dispute sebetulnya karena metode perhitungan yang berbeda, ada variabel dan formula

yang berbeda yang dihitung oleh Telkomsel dan yang dihitung oleh teman-teman di BRTI. Nanti Ibu Ayu

seperti permintaan Pak Budi akan menjelaskan metode-metodenya.

Kemudian yang kedua terkait dengan tender memang Peraturan Presiden terkait dengan

pengadaan barang jasa tidak boleh membatasi itu. Sehingga karena kami menggunakan dana APBN Bu,

maka kami akan membuka semua ini dan yang dipersyaratkan adalah mereka yang mempunyai sudah

menjadi list di BPK. Akuntan publiknya dan kemudian yang kedua adalah yang menguasai di bidang

telekomunikasi. Saya kira nanti Ibu Ayu juga akan menjelaskan persyaratan-persyaratan apa yang terkait

dengan verifikator tadi.

Kami memang sangat memahami betul ketika verifikator ini tidak mempunyai kapasitas yang

cukup terhadap soal-soal yang dia verifikasi maka akan keluar soal-soal yang mungkin akan tidak adil,

tidak baik, tidak menguntungkan. Oleh karena itu, pada proses verifikator ini kami juga meminta verifikator

untuk mendengar seluruh operator. Jadi mereka tidak bekerja sendiri mereka akan memverifikasi para

operator itu, memverifikasi ke teman-teman di BRTI sendiri dan kemudian mungkin boleh kami jelaskan

juga Pak Ketua, karena sebelumnya ada laporan ke KPK terkait dengan seperti mungkin kita tahu sendiri di

publik, di pers kan ada laporan dari komite apapun yang namanya ke KPK, maka KPK sudah turun juga ke

Page 11: DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK · PDF file17. Bobby Adhityo Rizaldi, S.E., M ... salam sejahtera untuk kita semuanya ... dinamika di antara para operator sehingga kemudian menjadi

11

tempat kami. Dan kami waktu itu menerima timnya KPK dan akhirnya antara KPK dengan tim BRTI juga

melakukan rapat dan dari hasil rapat itu kemudian dikeluarkan beberapa variabel yang harus dilakukan

pada saat verifikasi. Jadi beberapa variabel yang akan digunakan adalah juga antara lain masukan-

masukan pada saat pertemuan kami dengan KPK.

Saya kira kalau kami senang dengan cara ini karena kami juga dipantau, dimonitor dengan

demikian kami bisa mengeluarkan putusan-putusan yang paling adil untuk semua. Kami juga tadi melihat

bahwa apakah bertentangan dengan PP 52 dan PM Nomor 8, ini bisa ditayangkan di sini ada ketentuan

regulasinya, yang halaman 1.

Jadi ada Undang-Undang Nomor 36, PP 52 dan PM Nomor 8 yang terkait dengan regulasi

interkoneksi. Seperti yang juga ditanyakan oleh Pak Budi tadi, jadi yang pertama interkoneksi ini adalah

keterhubungan antar jaringan telekomunikasi dari penyelenggara jaringan telekomunikasi yang berbeda.

Pasal 22 dari PP 52 mengatakan “kesepakatan interkoneksi antar penyelenggara jaringan telekomunikasi

harus tidak saling merugikan dan dituangkan dalam perjanjian tertulis”.

Nah, di Ayat (2) dikatakan “dalam hal tidak tercapai kesepakatan atau terjadi perselisihan antar

penyelenggara jaringan telekomunikasi dalam pelaksanaan interkoneksi para pihak dapat meminta

penyelesaiannya kepada Menteri”. Ayat (3) “upaya penyelesaian oleh menteri sebagaimana dimaksud

dalam Ayat (2) tidak mengurangi hak para pihak untuk melakukan upaya hukum sesuai dengan peraturan

perundang-undangan”. Jadi verifikasi yang kami lakukan berdasarkan verifikator independen itu adalah

berdasarkan Ayat (2) Pak, karena mereka tidak ada kesepakatan sehingga menteri mengambil alih itu

tetapi menteri juga tidak mau mengambil sendiri. Karena dengan pikiran bahwa seperti yang disampaikan

Pak Alimin tadi harus betul-betul melihat kepentingan ekonomi dari setiap operator, keadilan. Oleh karena

itu lah, sesuai peraturan perundangan yang berlaku.

Kemudian Pasal 23 “dalam penyelenggaraan jasa telekomunikasi melalui 2 penyelenggara

jaringan atau lebih dikenakan biaya interkoneksi, biaya interkoneksi sebagaimana dimaksud dalam Ayat (1)

ditetapkan berdasarkan perhitungan yang transparan disepakati bersama dan adil. Biaya interkoneksi

dikenakan kepada penyelenggara jaringan telekomunikasi asal dan apabila terjadi perbedaan

penghitungan besarnya biaya penggunaan interkoneksi sebagaimana dimaksud dalam Ayat (3) para

penyelenggara jaringan telekomunikasi dapat melakukan penyelesaian upaya hukum melalui pengadilan

atau di luar pengadilan”.

Pasal 13 di PM Nomor 8, “perhitungan biaya interkoneksi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9

dilakukan secara transparan dan berdasarkan formula perhitungan. Sebagaimana di tetapkan dalam

lampiran Peraturan Menteri ini”. Kemudian BPI milik penyelenggara jaringan telekomunikasi dengan

pendapatan usaha operating revenue 25% atau lebih, misalnya Telkomsel dari total pendapatan usaha

seluruh penyelenggara telekomunikasi dalam segmentasi layanannya wajib mendapatkan persetujuan

BRTI.

Kemudian yang terkait dengan pembangunan infrastruktur yang belum merata, kami sangat

sepakat dengan Bapak Pimpinan dan juga para Anggota yang tadi menyampaikan. Sebetulnya semua

operator diberi kewenangan, diberikan hak untuk membangun di manapun. Tapi memang saat ini yang

paling getol membangun adalah Telkomsel, seperti kita ketahui.

F-PDIP (Dr. EVITA NURSANTY, M.Sc.):

Kalau bapak katakan setiap operator mempunyai hak untuk membangun, justru kewajiban untuk

membangun Pak. Jadi jangan-jangan dibalik-balik ini Pak, ketika dia menandatangani yang namanya apa

tadi itu Mas Budi, modern licensing itu, itu ada kewajiban-kewajiban yang harus dipenuhi oleh operator, jadi

tidak bisa bapak katakan punya keinginan, mempunyai hak, mereka punya kewajiban untuk membangun

tidak hanya diperkotaan tetapi juga di daerah-daerah terpencil dan perbatasan.

Terima kasih.

KETUA BRTI (Prof. AHMAD M. RAMLI):

Ya Ibu betul sekali.

Jadi memang nanti kami akan tayangkan juga bagaimana komitmen, misalnya setiap operator

yang akan membangun itu harus tandatangani yang namanya modern licensing atau kita bilang molly. Dan

Page 12: DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK · PDF file17. Bobby Adhityo Rizaldi, S.E., M ... salam sejahtera untuk kita semuanya ... dinamika di antara para operator sehingga kemudian menjadi

12

di dalamnya itu sebetulnya izin bentuknya, tetapi di dalamnya mereka harus menyebut komitmen-komitmen

yang akan dibangun itu di mana saja. Kemudian pembangunan ini memang akan sangat berdampak ketika

daerah-daerah yang akan dibangun itu yang secara ekonomi kurang potensial. Misalnya daerah-daerah

pinggiran, daerah 3T itu memang kurang menarik untuk operator tertentu. Tapi ada operator yang memang

punya komitmen terus membangun. Nah oleh karena itu, dalam rangka ini pemerintah sebetulnya punya

program yang lain yang dengan USO itu saya kira ada Panja-nya sendiri Bapak Pimpinan, dimana

Pemerintah akan membangun itu, membangun daerah-daerah 3T tadi.

Kemudian yang kedua, yang juga menjadi soal interkoneksi ini adalah ketika kita akan

menggunakan prinsip simetris atau asimetris. Kalau prinsip simetris artinya satu angka akan berlaku sama

untuk seluruh. Misalnya 250 seperti yang lama, mau XL, mau Indosat, mau Telkomsel itu semua

interkoneksi harganya adalah Rp. 250 per menit. Tapi kalau asimetris nanti mereka akan punya hitung-

hitungan sendiri. Misalnya kalau Telkomsel itu hitungannya Rp 250 maka dia akan mendapat Rp. 250, tapi

kalau operator lain misalnya menurut hitungan hanya Rp.100 maka dia hanya mendapat Rp. 100. Nah oleh

karena itu, soal simetris dan asimetris ini juga nanti akan kami dorong untuk dipikirkan oleh verifikator. KPK

juga menyarankan agar simetris dan asimetris ini menjadi salah satu putusan yang harus ditetapkan.

F-PAN (Ir. ALMIN ABDULLAH):

Pimpinan, saya kira dalam menentukan simetris dan asimetris bukan hanya berdasarkan pikiran

tapikan kewajaran juga. Bagaimana dia mau simetris padahal dia menjalankan tugas dan haknya enggak

sama. Jadi kita bukan hanya suruh milih simetris atau asimetris bukan begitu, yang lebih pantas di tempat

kita sekarang yang mana. Apakah mereka sekarang sama menjalankan tugas dan haknya. Kalau yang

hanya mau tempat yang empuk yang dia bangun terus dia memikirkan rakyat kita di tempat yang ekonomi

mesti apa. Ini gunanya Pemerintah ini, gunanya DPR RI, bukan suruh milih-milih cap guci begitu atau ada

menyarankan asimetri saja biar gampang hitung jangan. Ini faktanya kenapa di negara kita beda

barangkali, karena semua yang diberi licen tadi itu ternyata tidak diawasi dengan benar. Mengikutinya yang

satu betul bekerja di seluruh Indonesia yang ada hanya di tempat empuk saja dibiarkan, inikan pembiaran

namanya.

Ini yang kita maksud itu dalam hal ini kita waktu menata ini kita tegaskan. Di dalam juga memilih

simetris dan asimetris itu juga ada dasarnya itu yang kita ingin tahu, bukan sekedar supaya lebih gampang

ngitungnya satu angka saja tidak usah pakai konsultan kalau gitu saya juga bisa. Rakyat senang saja kalau

saya tutup dengan 100 itu, hanya jadi bubar semua yang lain. Ini yang kita maksud inilah dasar yang kita

ingin tahu termasuk yang menentukan Bapak sebut tadi itu seperti enteng saja simetris atau asimetris itu

tidak sesederhana itu menurut saya.

Terima kasih.

KETUA BRTI (Prof. AHMAD M. RAMLI):

Terima kasih Pak, ini menjadi catatan kami dan akan menjadi perhatian ketika kami berhadapan

dengan verifikator. Oleh karena itu, ketika verifikator akan bekerja kami juga memberikan syarat kepada

mereka bahwa mereka harus mendengar seluruh operator, agar penetapan asimetrik asimetrik ini betul-

betul sesuai dengan prinsip keadilan dan tidak saling merugikan.

F-PDIP (Dr. EVITA NURSANTY, M.Sc.):

Jadi apa yang disampaikan oleh Bapak Ketua BRTI ini sebenarnya semuanya sudah benar, diakan

hanya membacakan regulasi-regulasi ini kepada kita, kita sudah punya semua regulasinya ya kan, kita

sudah dengar. Yang saya pertanyakan itu adalah kenapa BRTI memberi masukkan kepada Menteri,

sehingga keluarlah yang namanya peraturan dari Kominfo itu untuk menurunkan tarif interkoneksi ini, apa

dasarnya, dasarnya itu apa gitu. Dan juga apa dasar BRTI ini memberi pertimbangan kepada menteri untuk

merevisi PP 52 dan Peraturan Pemerintah 53, karena you yang dibelakang ini loh. Badan regulasinya

itukan ada di BRTI, saya tahu mungkin ini BRTI lama bukan BRTI baru, saya tidak tahu ini sudah berapa

lama ini BRTI yang sekarang bertugas, 2 tahun berarti masih terlibat di dalam hal ini. Pertanyaan saya itu,

sebagai badan regulasi telekomunikasi Indonesia Peraturan Pemerintah 52 dan 53 itu regulasi. Apa dasar

Page 13: DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK · PDF file17. Bobby Adhityo Rizaldi, S.E., M ... salam sejahtera untuk kita semuanya ... dinamika di antara para operator sehingga kemudian menjadi

13

dari BRTI memberi rekomendasi bahwa itu harus direvisi. Apa yang memberi dasar dari BRTI memberi

rekomendasi bahwa interkoneksi itu harus diturunkan, itu yang menjadi pertanyaan saya. Jadi jangan

dibaca peraturan-peraturan, ini sudah sebendel semua peraturan di tempat saya semua peraturan Pak,

kita sudah baca semua, alasan BRTI yang saya pertanyakan.

Terima kasih.

KETUA RAPAT:

Silakan Prof dijawab dulu tadi peran BRTI kepada Menteri untuk konteks penurunanya apa.

KETUA BRTI (Prof. AHMAD M. RAMLI):

BRTI memang badan yang memberikan masukan-masukan kepada Menteri. Untuk hitungan-

hitungan ini saya kira Ibu Ayu akan menjelaskan sesuai dengan permintaan Pak Budi juga tadi silakan Ibu

Ayu.

DITTEL PPI (AYU WIDYA SARI):

Assalamu'alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.

Yang saya hormati Bapak Ketua dan Bapak, Ibu Anggota Dewan.

Perkenankan saya menjelaskan persoalan teknis angka atau biaya interkoneksi hasil perhitungan

yang telah dilakukan oleh Pemerintah dalam hal ini pada tahun 2015 untuk implementasi tahun 2016. Pada

prinsipnya adalah kami Pemerintah tetap menggunakan dasar hukum Undang-Undang dan PP 52 untuk

menjalankan proses perhitungan. Karena di dalam Undang-Undang 36 Tahun 1999 yang diamanahkan

kepada menteri adalah menetapkan formula untuk perhitungan biaya interkoneksi. Selebihnya pada saat

implementasi biaya interkoneksi adalah berdasarkan kesepakatan antar operator.

Nah, dalam rangka kita melihat atau menetapkan formula tersebut maka dilakukan revieu atas

model perhitungan beserta perhitungan untuk penyelenggara dominan, karena BRTI memiliki kewajiban

untuk mengevaluasi dokumen penawaran interkoneksi yang disampaikan oleh penyelenggara dominan

dalam hal ini adalah penyelenggara yang memiliki angka share revenue lebih dari 25%.

Nah, di dalam proses perhitungan biaya interkoneksi ini tidak lepas dari pengembangan model

perhitungan biaya yang sudah dilakukan sejak tahun 2006 hingga 2014. Kenapa kami perlu melakukan

review terhadap model perhitungan? Namun tidak lepas dari dasar perhitungan biaya interkoneksi yang

menggunakan metode bottom up. Metode ini metode yang secara global sudah dipergunakan yang

nantinya diterapkan pada setiap negara sesuai dengan pengelaran jaringan dari pada para penyelenggara.

Nah, di dalam review model perhitungan perlu dilakukan beberapa pertimbangan, yaitu kita

memperhatikan perkembangan layanan telekomunikasi yang sudah semakin tumbuh seperti

perkembangan layanan data otity serta masuknya teknologi seperti 4G dan sebagainya. Nah, hal-hal

seperti ini perlu dipertimbangkan dalam model karena pada model sebelumnya untuk mempertimbangkan

trafik data itu belum dimasukkan di dalam model, sehingga kami harus mereview semuanya, pertama.

Kemudian yang kedua kami juga melihat sebaran jaringan secara wilayah atau region, seperti

yang tadi Ibu Evita sampaikan bahwa sebaran jaringan peregion atau per wilayah juga kami pertimbangan

karena hak kita harus melihat bagaimana sebaran jaringan dari setiap operator pada saat dia memberikan

layanan atau traffic yang melewati jaringan mereka.

Kemudiannya ketiga adalah kami perlu menghitung semua penyelenggara telekomunikasi dalam

hal ini penyelenggara seluler, karena apa? Karena pada saat kita menentukan biaya interkoneksi harus

mempertimbangkan kondisi dari semua penyelenggara agar kebijakan ini tidak atau agar kebijakan ini

tepat sasaran.

Kemudian review model kami lakukan bersamaan dengan konsultasi publik mengenai review

regulasi interkoneksi. Review model juga kami kami lakukan bersama-sama dengan para penyelenggara,

sehingga para penyelenggara tahu persis pada saat mereka menyampaikan data input untuk perhitungan,

data input ini digunakan untuk apa. Sampai dengan proses perhitungan, mereka terus memantau proses

Page 14: DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK · PDF file17. Bobby Adhityo Rizaldi, S.E., M ... salam sejahtera untuk kita semuanya ... dinamika di antara para operator sehingga kemudian menjadi

14

yang dilakukan oleh Pemerintah, karena di sini ada kontribusi data input yang sampai kepada pemerintah

dan kami pun punya kewajiban untuk menyampaikan kembali model beserta hasil perhitungan pada

mereka.

Nah, mengenai perbedan pendekatan yang disampaikan oleh para penyelenggara dominan dalam

hal ini Telkomsel dan dengan hasil perhitungan oleh Pemerintah. Pada dasarnya ada hal yang

membedakan, yaitu pertama kami menghitung dengan menggunakan pendekatan sebaran traffic. Karena

pada saat ini trafik data sungguh lebih tumbuh daripada trafik voice, dimana jaringan lebih banyak

digunakan oleh pendudukan trafik data. Sedangkan pada penyelenggara dominan melihat pendekatannya

pada perencanaan bisnis penyelangara.

Nah kedua hal ini menyebabkan adanya perbedaan hasil perhitungan biaya interkoneksi yang

sampai saat ini belum bisa diterima. Parameter yang mungkin sering disampaikan oleh penyelenggara

kepada Bapak dan Ibu sekalian, mengenai ada 2 parameter yang signifikan memberikan angka penurunan,

yaitu parameter yutirisasi jaringan dan parameter konversi atau perubahan unit dari satuan data ke satuan

unit, karena secara teknis jaringan itu pada saat kita membagi beban jaringan untuk layanan-layanan

tersebut harus menggunakan unit yang sama. Pembagian beban jaringan pada unit yang sama ini

tentunya berdampak pada pembagian mana yang besar untuk layanan voice atau untuk layanan data.

Karena interkoneksi itu tidak semata-mata menghitung voice tapi berapa besarnya jaringan yang

digunakan oleh data.

F-PAN (BUDI YOUYASTRI):

Pimpinan boleh interupsi Pimpinan.

KETUA RAPAT:

Pak Budi silakan.

F-PAN (BUDI YOUYASTRI):

Maaf ini Pak Ramli, Ibu Ayu, penetapan bahwa data menjadi konfiden perhitungan biaya

interkoneksi datanya ada dimana. Undang-Undang 99 itu belum mengenal istilah data, semuanya

dikonversi dalam bentuk voice. Jadi ketika sekarang di-convert pada data itu titik lemah yang critical dan

saya menolak itu. Yang benar itu data di-convert kepada voice dulu, benar enggak? Salah memang ya

undang-undangnya diganti. Jadi dasarnya apa, itu pertanyaan saya data didalam perhitungan

telekomunikasi, undang-undangnya tidak memfasilitasi itu, terus anda jadikan dasar sudah pasti lemah.

Terima kasih, ini interupsi nanti mau tanya lagi.

Terima kasih Pimpinan.

KETUA RAPAT:

Biar dijawab dulu interupsi dari Pak Budi, silakan Ibu Ayu.

DITTEL PPI (AYU WIDYA SARI):

Baik Pak, mungkin interupsi dari Pak Budi saya mencoba menjawab. Undang-Undang mengatur

secara normatif bagaimana membina penyelenggaraan industri komunikasi Pak. Terkait biaya interkoneksi

Menteri dalam hal ini memiliki kewenangan untuk menetapkan formula perhitungan biaya interkoneksi.

Mengapa kami harus mempertimbangkan layanan data di dalam perhitungan biaya interkoneksi ini?

Karena layanan voice, layanan data, SMS dan segala macam itu semua melewati jaringan yang sama.

Sementara interkoneksi adalah menghitung berapa beban voice atau layanan voice di dalam jaringan

tersebut. Karenanya pada saat itu kita menghitung layanan voice di dalam satu jaringan yang sama

digunakan oleh beberapa layanan kita harus mempertimbangkan layanan lain yang melewati jaringan

tersebut, sehingga layanan data sangat perlu untuk dipertimbangan dalam perhitungan biaya interkoneksi.

Kemudian nanti kami akan menjelaskan lagi mengenai tarif data yang….

Page 15: DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK · PDF file17. Bobby Adhityo Rizaldi, S.E., M ... salam sejahtera untuk kita semuanya ... dinamika di antara para operator sehingga kemudian menjadi

15

F-PAN (BUDI YOUYASTRI):

Pimpinan, saya tetap berargumentasi argumennya Ibu Ayu salah. Kalau kekeh harus pakai data

sebagai hal yang dominan bahwa itu sesuatu yang terjadi saya sepakat betul. Tetapi regulasinya enggak

ada diundang-undang mengakomodir, normatif ada kan itu suka-suka tafsirnya anda, Peraturan

Pemerintah-nya mana, Permen-nya mana, enggak ada dinyatakan. Kemudian ditafsirkan sepihak oleh

Pemerintah hari ini, bahaya.

Yang kedua, yang banyak pakai data itu dimana sih? Kan di kota besar. Dapil saya yang ada di

Mangun Jaya di Pangandaran pake voice, pakai TM, enggak pakai data. Oke sekarang makin besar data-

nya, berarti sama saja mengabaikan saudara-saudara kita yang ada di daerah pinggiran. Itu yang saya

tolak cara berpikirnya, bahwa itu bisa dipakai fine tapi tolong dibuat diperkuat legislasi dan regulasinya.

Saya serius ini, anda berdiri di dalam di atas waktu pondasi yang goyah.

Terima kasih Pimpinan.

KETUA RAPAT:

Jadi selama ini interkoneksi dipahami khusus voice antar operator, kemudian ketika dimasukan

layanan data maka kemudian pertimbangannya menjadi mestinya berubah karena dasarnya juga harus

jelas dulu Ibu Ayu. Pertanyaan saya mungkin melanjutkan tadi ini, berarti ketika BRTI mengusulkan atau

ada angka 204 itu, itu juga memasukkan data.

Sekalian dijawab Ibu sekalian dengan Bapak Budi tadi.

DITTEL PPI (AYU WIDYA SARI):

Baik, terima kasih Pak.

Kami coba menjawab mengenai peran trafik data di dalam perhitungan biaya interkoneksi ini.

Sesungguhnya mengapa kami harus memperhatikan trafik data? Karena ini tidak merubah berapa besar

layanan yang disampaikan pada masyarakat, namun yang kami lakukan adalah melakukan penyamaan

unit pada saat membagi beban alokasi jaringan, mana untuk data, mana untuk voice, mana untuk SMS dan

sebagainya Pak. Karena dengan tujuan satu adalah kita menghitung beban biaya interkoneksi untuk voice,

hasil akhirnya adalah itu.

Jadi jaringan itu katakanlah 10 ya Pak, data porsinya 70, voice porsinya 20, SMS porsinya 10. Hal-

hal tersebut kita lakukan karena penyamaan unit ini yang kami lakukan untuk menggunakan jaringan yang

sama.

F-PAN (BUDI YOUYASTRI):

Boleh diulang lagi kompsosisinya menurut pertungan Ibu Ayu data berapa persen, voice berapa,

SMS berapa, MMS berapa, tolong disajikan ini berdasarkan keputusan menteri berdasarkan kajiannya ibu

atau atas kajiannya konsultan, tolong dibedakan 3. Yang membedakan itu adalah data cuma 10%

pengaruhnya dengan data pengaruhnya 50%, itu berbeda sekali dan itu adalah pandangan politik kami.

Rakyat Indonesia itu tetap paling banyak sebarannya di daerah pinggiran, itu harus mendapatkan

perlindungan. Enggak bisa disamakan dengan orang Jakarta semua yang pakai data. Itu perbedaannya

berapa persen diletakkannya.

Terima kasih.

DITTEL PPI (AYU WIDYA SARI):

Baik Pak, mengenai porsi untuk data ke dalam satuan yang sama dengan voice. Mengingat

seluruh penyelenggara masih berbasiskan teknologi switchingnya dengan basis TDMA, ini persoalan teknis

ya Pak. Karena dengan menggunakan jaringan yang ada sekarang termasuk Telkomsel sendiri jaringan

mereka menggunakan basis TDMA yang dalam hal ini basisnya adalah menit. Karenanya kami perlu

mengkonversikan satuan megabyte dalam data ke dalam satuan menit, sehingga pada saat kita membagi

alokasi beban biaya jaringan menggunakan unit yang sama.

Page 16: DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK · PDF file17. Bobby Adhityo Rizaldi, S.E., M ... salam sejahtera untuk kita semuanya ... dinamika di antara para operator sehingga kemudian menjadi

16

Nah, tadi kekawatiran Pak Budi mengenai hanya di kota-kota besar yang banyak menggunakan

data dibandingkan wilayah-wilayah di pinggir, itu memang benar Pak. Secara region kami bisa melihat

bahwa diluar wilayah perkotaan masih mereka menggunakan voice. Nah, perhitungan biaya interkoneksi

kami lakukan secara nasional, itu juga bukan dengan alasan karena menjawab juga pertanyaan Bu Evita

apabila kita menghitung biaya interkoneksi berbasis region maka daerah Timur akan lebih sangat lebih

tinggi dibandingkan dari di Jawa, sehingga kita perlu melakukan satu angka nilai yang mewakili secara

nasional. Kalau kita lihat layanan untuk voice di Timur pun masih perbedaan antara offnet dan onet itu

masih cukup tinggi Ibu, di atas ratio 4. Sehingga kalau kita membelakukan interkoneksi secara region pun

dikhawatirkan akan berdampak pada tarif ritel di daerah Timur Ibu. Nah, ini yang menjadi pertimbangan

mengapa kita harus mengeluarkan satu nilai untuk mewakili nilai nasional.

F-PDIP (Dr. EVITA NURSANTY, M.Sc.):

Mungkin tidak region zona, kalau region memang agak ini, tapi bisa per zona kan sebenarnya.

Terima kasih.

DITTEL PPI (AYU WIDYA SARI):

Baik, Ibu terima kasih masukan dari Ibu.

Region dan zona memang bisa dikombinasikan ya Ibu untuk persoalan itu. Tapi memang PR yang

pekerjaan rumah yang akan yang menunggu lagi yang ebih berat adalah persoalan tarif retail, ini salah

satu yang perlu diperhatikan karena biaya interkoneksi itu sendiri membebani sekitar sampai 30% daripada

tarif ritel.

Kemudian untuk profit margin dari tarif ritel itu membebani hingga sampai 50%-60%.

F-PDIP (Dr. EVITA NURSANTY, M.Sc.):

Apa yang Mbak sampaikan ini berbeda dengan apa yang kita terima ketika kita bertemu dengan

para operator. Tadi Mbak mengatakan bahwa sebenarnya interkoneksi ini tidak ada hubungannya dengan

tarif pelanggan sekarang ini. Mau naik turun interkoneksi tarif pelanggannya tidak beda, lain halnya kalau

itu memang berbeda, ini kita persoalkan kan begitu. Ini tidak beda kok dan dikatakan 30% dari hasil yang

kita terima saya masih punya catatan disini mereka katakan 15 sampai 20% tidak sampai 30% seperti yang

anda katakan. Jadi perbedaannya di mana nih, disini saja sudah ada perbedaan pandangan dari para

operator dan Pemerintah sendiri.

Terima kasih.

DITTEL PPI (AYU WIDYA SARI):

Baik Ibu, sebetulnya tarif ritel tidak berdampak langsung pada tarif ritel karena memang Peraturan

Menteri saat ini mengenai tarif titel hanya mengatur mengenai formula tarif pungut atau tarif ritel tidak

mengatur batas atas maupun batas bawah, sehingga kalau penyelenggara menyampaikan tidak ada

kaitannya secara langsung pada tarif ritel itu juga benar, karena pemerintah sama sekali tidak membatasi

secara batas atas maupun bawah. Tapi kalau secara formula Ibu, kami mengambil data dari harga dasar

atau harga normal penyelenggara pada saat kami melakukan monitoring di lapangan. Disana kami coba

membuat satu rata-rata di setiap wilayah dan kami larikan itu ke dalam formula dan rata-rata semua

operator itu kisaran untuk pengaruh interkoneksi sekitar maksimum 30% Ibu, kemudian untuk profit

marginnya dari harga dasarnya maksimum 60% itu yang kami yang coba lakukan perhitungan kemarin dari

hasil monitoring.

Nah, mungkin itu dari kami Ibu, mengenai tarif ritel kemudian kami coba menjawab pertanyaan dari

Pak Budi mengenai beban berapa sih prosentase alokasi maupun untuk data. Secara teknis perhitungan

traffic pendudukan jaringan Pak, untuk voice saat ini mereka membebani sekitar 30% dari pada jaringan.

Sementara sisanya itu diduduki oleh data, SMS hanya sedikit sekitar 20%, tapi 20% pun itu sangat

menopang revenue dari operator karena operator hidup dari revenue data dan voice.

Page 17: DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK · PDF file17. Bobby Adhityo Rizaldi, S.E., M ... salam sejahtera untuk kita semuanya ... dinamika di antara para operator sehingga kemudian menjadi

17

F-PAN (BUDI YOUYASTRI):

Pimpinan, Tolong jangan ngomong yang generic sebutkan saja. Telkomsel menentukan sekian

persen. Indosat menentukan sekian persen jangan asumsi yang anda sebutkan, kita bicara data sekarang.

Kami butuh anda itu untuk bicara data bukan untuk beretorika.

DITTEL PPI (AYU WIDYA SARI):

Baik Pak, kalau dari data secara jelas Telkomsel secara revenue voice itu mereka memiliki

persentase 71% sedangkan data 28%, itu berdasarkan revenue mereka. Kalau kita berbicara revenue kita

akan lebih dalam lagi berapa sih mereka menetapkan harga voice maupun harga data. Nah, secara

pembebanan jaringan secara teknis yang kami tadi sampaikan, Telkomsel trafik data menempati sekitar

70,5% dari jaringan mereka sementara voice hanya 29% dari jaringan mereka. Itulah kenapa ada

perbedaan pandangan pada saat menentukan pembagian beban jaringan antara pemerintah dengan

Telkomsel, karena Telkomsel melihatnya dari sisi revenue yang mereka dapatkan sementara Pemerintah

melihat dari pendudukan jaringan terhadap pendudukan trafic terhadap jaringan tersebut.

Demikian Pak.

KETUA RAPAT:

Yang lain?

DITTEL PPI (AYU WIDYA SARI):

Untuk operator yang lain untuk XL data sekitar 66%. Maaf, untuk revenue voice sekitar 66%

sementara data 33%. Untuk Indosat voice 72%, untuk data 27%. Secara pendudukan jaringan untuk XL,

voice 40%, data 59%. Indosat voice 19%, data 80%.

Demikian Pak.

F-PDIP (Dr. EVITA NURSANTY, M.Sc.):

Saya ini data, voice, bukan orang teknis jadi tidak ngerti. Saya hanya ingin tahu saja sebenarnya

dasar perhitungan interkoneksi ini dari cost recovery kan? Itu yang jadi basic, cost recovery daripada

operator inikan berbeda-beda. Tentunya cost recovery di daerah yang padat penduduk, yang di daerah

perkotaan itu kecil. Cost recovery yang besar itu kan di daerah yang saya katakan zona-zona yang

berbeda itu bukan di daerah ramai dan lain-lain. Ini kan yang menjadi perhitungannya yang dianggab

jadinya kan berbeda, yang kerugian daripada operator itukan di situ. Mereka membangun tentu ada cost,

cost-nya tentu berbeda dengan mereka yang tidak membangun, zero cross tetapi mereka dikenakan sama.

Satu fairless tidak adalah, kita jujur-jujur saja tidak ada fairless tidak ada di situ. Sekarang saya ingin dapat

laporan dari BRTI sebenarnya dari model licensing setiap operator ini yang komitmen mereka kita belum

pernah tahu sebenarnya Telkom itu Telkomsel itu memenuhi komitmennya berapa persen, XL itu berapa

persen, Indosat itu berapa persen, seharusnya BRTI melakukan audit untuk itu.

Kalau ada Pak, tolong dibuka saja data itu sebenarnya operator yang sudah mempunyai komitmen

dan telah melakukan komitmennya itu setiap mereka itu dibuka datanya Pak, jadi kita juga terang

benderang. Ada operator janji bangun disini tapi tidak membangun, tapi meminta hak yang sama,

kewajiban yang sama, tentu tidak bisa kan begitu. Tolong Pak, dijelaskan kepada kita prosentase daripada

delivery komitmen yang sudah ditandatangani oleh para operator itu berdasarkan modern licensing yang

ada.

Terima kasih.

KETUA RAPAT:

Pak Ketua, dijawab pertanyaan tadi.

Page 18: DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK · PDF file17. Bobby Adhityo Rizaldi, S.E., M ... salam sejahtera untuk kita semuanya ... dinamika di antara para operator sehingga kemudian menjadi

18

KETUA BRTI (Prof. AHMAD M. RAMLI):

Terima kasih.

Terkait dengan pencapaian pembangunan sesuai dengan modern licensing dapat kami

kemukakan. Untuk Telkomsel itu di 2014 dan 2015 itu telah menyelesaikan 99,17% dari kewajibannya. PT.

Indosat dari 2012 sampai dengan 2015 itu 98,57%. PT. XL Axiata itu 86,42%. Kemudian PT. H3I itu 100%.

Smart Friend Telkom 93,98 dan Sampurna 91,17.

F-PDIP (Dr. EVITA NURSANTY, M.Sc.):

Jadi kalau kita lihat dari data yang Bapak berikan ini, sebenarnya kan semua operator itu

memenuhi komitmennya yang ada di model licensing. Pertanyaan saya yang audit ini siapa, mungkin bisa

dijawab.

KETUA BRTI (Prof. AHMAD M. RAMLI):

Yang melakukan monitoring ini adalah Direktur Pengendalian di Ditjen PPI. Jadi kami mempunyai

salah satu eselon II namanya Direktorat Pengendalian dan secara rutin mereka mengecek ini semua.

F-PAN (BUDI YOUYASTRI):

Pimpinan, Boleh saya Pak Dirjen. Saya punya contoh XL Axiata punya komitmen modern licensing

di Kabupaten Aceh Barat Daya. Mereka berkomitmen membangun setiap tahun ada 7, 8, 10, 13, 13, 13

BTS. Saya sudah cek dengan open sinyal satu pun tidak ada yang nyala. Ini baru satu kabupaten. Datanya

dari mana tuh datanya Pak, yang mereka serahkan, kan bodong kalau dibilang berapa XL 86, menurut

saya bodong itu angkanya. Pimpinan, menurut saya data yang diberikan sama Pak Ditjen kita minta

detailnya, kita cocokkan nanti di lapangan kebenarannya.

Terima kasih Pimpinan.

KETUA RAPAT:

Ini data ini data sepihak yang diminta oleh Pemerintah dari para operator atau yang dicari sendiri

oleh tadi PPI Pak. Ini seperti halnya kalau televise itu laporan revenue iklan tapi ya KPI-nya cuma terima

saja gitu, tapi enggak punya audit sendiri, tidak punya metodologi sendiri. Nah, ini kita kan tidak bisa

menerima ini cuma sepihak Pak.

KETUA BRTI (Prof. AHMAD M. RAMLI):

Pak Pimpinan, semua data ini memang kita lakukan cross check dengan operatornya. Dan akan

ada berita acaranya yang ditandatangani bersama. Jadi semua data yang ada ini adalah data yang telah

diverifikasi. Kalau boleh izinkan saya kira Direktur Pengendalian akan menyampaikan bagaimana mereka

memonitoring ini.

F-PAN (BUDI YOUYASTRI):

Pimpinan, enggak perlu dijelaskan tolong diserahkan saja datanya, seperti yang Bapak sampaikan

nanti sebagai bahan kita untuk cek langsung di lapangan.

Terima kasih.

KETUA RAPAT:

Serahkan saja hasil dari audit atau monitoring pengendalian itu.

Page 19: DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK · PDF file17. Bobby Adhityo Rizaldi, S.E., M ... salam sejahtera untuk kita semuanya ... dinamika di antara para operator sehingga kemudian menjadi

19

F-PDIP (Dr. EVITA NURSANTY, M.Sc.):

Ini menarik bagi saya ini, bahwa kalau dari data ini kita anggap data ini valid, Kominfo sudah kerja

ini untuk data ini. Jadi si operator ini sebenarnya sudah menjalankan tugasnya. Nah, yang saya

pertanyakan sekarang ini bentuk dari modern licensinya. Misalnya diberikan kepada satu operator ini

diberikan dia membangun disini, dikasih bisnis komitmennya apa. Nah, ini yang mungkin memang Bapak

Pimpinan, audit ini perlu kita lihat juga modern licensingnya. Jangan sampai dikasih 10 komitmennya

hanya 1, ada operator dikasih 10 komitmennya 5, sudah pasti hasilnya tidak sama, hasil daripada ini.

Jadi memang tadi data detail yang dikatakan itu Mas Budi itu memang kita perlukan Pak, kalau ini

prosentasi dianggap valid sekarang kita mesti lihat kedalamnya lagi modern licensingnya lagi setiap

operator itu, ada fairlessnya tidak disitu dipenugasan daripada modern licensing itu.

Terima kasih.

KETUA BRTI (Prof. AHMAD M. RAMLI):

Terima kasih Ibu Evita.

Kami sebetulnay ada slide lengkapnya Ibu, tapi karena tadi diminta untuk dikirimkan saya pikir

nanti kami kirim saja.

Kemudian memang presontase ini tidak juga bisa kita bandingkansecara seperti itu saja, karena

yang dibangun satu dengan yang lainnya dengan kuantitas yang pasti berbeda-beda. Ada satu operator

yang mempunyai kapasitas komitmennya sangat besar, ada juga yang sedikit, tetapi kan ini adalah angka

dari yang mereka komitmenkan dengan yang mereka lakukan.

Berikutnya barangkali untuk perbandingan negara dan lain-lain. Kalau diizinkan Bapak Pimpinan,

Pak Agung akan menyampaikan.

KRT BRTI (AGUNG HARSOJO):

Terima kasih Pak Ketua.

Yang terhormat Bapak-bapak Anggota Dewan.

Seperti dijelaskan oleh Ketua kami bahwa sebetulnya didalam interkoneksi ini kita berupaya

mempertimbangkan seperti dikatakan Ibu Ayu tadi bahwa Indonesia ini unik, artinya di dalam perhitungan

Ibu Ayu sudah membedakan mana itu yang …mana yang supportem, mana yang mortem dan seterusnya.

Kemudian nantinya sebetulnya ada pilihan 5 metoda implementasinya nantinya. Akan tetapi sekali lagi

kelima-limanya ini nanti ada plus dan minusnya, yaitu misalnya nanti kalau simetris yang paling bawah

misalnya. Nanti ada yang kedua, yaitu simetris dominan operator seperti yang dijelaskan oleh Ibu Ayu,

yaitu diambil yang 25% ke atas dalam hal ini Telkomsel.

Kemudian nanti ada asimetris dominan operator….cost itu pilihan ketiga nanti ada pilihan keempat

itu asimetris SS, jadi kalau tadi dikatakan oleh Bapak Ketua misalnya nanti Telkomsel 280, operator yang

lain 100 itu SS saja. Kemudian yang terakhir adalah seperti yang dikatakan oleh Ibu Evita adalah asimetrik

region, itu masing-masing by zona. Jadi nanti itulah dari kelima hal itu yang akan menjadi pertimbangan

dari verifikator independen.

KETUA RAPAT:

Yang disampaikan Bapak Agung tadi ada dokumennya, inikan berarti beberapa skenario, ada 5

skenario untuk kemudian mencari jalan tengah ya kan. Jadi artinya yang jelas tidak itu adalah tadi berarti

selama ini kan usulan Pemerintah adalah dipotong sampai dengan 204 simetris, itu artinya berarti tidak lagi

jadi pilihan tapi atas 5 pria yang lain yang kemudian ditawarkan ya. Dan verifikator nanti fungsinya adalah

untuk memutuskan salah satu ini atau ada keputusan ada di kementerian atau di BRTI.

Page 20: DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK · PDF file17. Bobby Adhityo Rizaldi, S.E., M ... salam sejahtera untuk kita semuanya ... dinamika di antara para operator sehingga kemudian menjadi

20

KETUA BRTI (Prof. AHMAD M. RAMLI):

Sifatnya rekomendasi menteri yang memutuskan.

F-PDIP (Dr. EVITA NURSANTY, M.Sc.):

Saya mungkin diberikan penjelasan, saya punya catatan lalu waktu saya yang bertanya soalnya

jadi saya punya catatan. Waktu saya tanya sebenarnya recovery cost itu berapa sih sama XL, sama

Indosat ya kan. Mereka jawab recovery cost-nya itu XL waktu itu 86 dan 65. Tetapi kan yang sekarang

berlaku itu 204 Pak, bukan yang 280, sementara angka yang dia kasih kepada ini berapa, waktu itu terbuka

loh rapatnya, mereka katakan cost recovery-nya 86 yang satu mengatakan 65. Tapi angka yang diberikan

ke BRTI kan berbeda.

Itu mesti diperhatikan juga sama BRTI itu loh, itu pertanyaan yang kita tanya yang mereka wajib

untuk menjawab. Begitu juga Telkomsel pokoknya kan Pemerintah melakukan verifikasi, berarti kan

Pemerintah punya niat baik, kan itu yang penting dulu bagi saya. Pemerintah punya biat baik untuk

mengevaluasi kembali kebijakan yang sudah dikeluarkan. Agar ini prosesnya transparan makanya

diundang konsultan tidak Pemerintah yang memutuskan. Bagi saya itu sudah suatu yang positif Pak. Nah,

bagaimana kita mengawal kedepannya bahwa ini berjalan dengan baik tidak ada operator yang

diuntungkan dan tidak ada operator yang dirugikan. Itu prinsipnya saja Pak, karena juga dipercepat

konsultan ini kerjanya, janjinya sebenarnya komitmen konsultan inikan dari bulan November lalu, harusnya

kan 3 bulan sudah jalan, janjinya kan begitu waktu itu, inikan sudah lewat enggak jalan-jalan gitu. Jadi

tolong itu segera Pak, jadi isu ini, kasus ini juga bisa apa namanya bisa selesai.

Kemudian kalau tadi apa namanya usulan kita itu ya tentunya dasarnya itu cost recovery. Ketika

kita katakan cost recovery impossible dia untuk simetris, ya kan kecuali sudah merata cost recovery semua

operator itu sama, boleh simetris itu juga mesti menjadi pertimbangan Bapak ya Pak ya. Kemudian juga

penurunan naikkan bagi saya kalau tidak berdampak terhadap pelanggan yang menguntungkan ini saja lah

Pak, menguntungkan negara inilah kalau bagi saya prinsipnya. Kalau itu menguntungkan pelanggan ayo

kita dukduk, menguntungkan masyarakat kita duduk, buktinya kagak ada tuh mau 204, 280 ya tarif

komunikasi ini tetap saja tinggi tidak diuntungkan rakyat yang ada. Kalau mau alasan Pemerintah

menguntungkan pelanggan masyarakat jangan dari sini tapi dari margin operator itu dong yang dikurangi,

kan begitu Pak.

Itu saja beberapa masukan dari saya, karena kita kalau berpanjang-panjang Mbak Ayu

ngomongnya lain, ini yang kita terima ngomongnya lain tidak bakal ketemu titik temu tidak ada. Sekarang

tim verifikasi sudah ada yakan, kita sudah mendapat masukan dari Pemerintah, BRTI sudah mendapat

masukan dari operator itu langsung bahwa ada kejanggalan dari penetapan penurunan tarif. Yang satu

mengatakan dengan ini mereka dirugikan Rp130 per menit, inikan hasil-hasil daripada ini kemarin. Nah, ini

yang saya minta BRRI serius di dalam menangani isu ini kedepan dan tentunya Bapak Pimpinan kita

berharap apapun kebijakan Pemerintah nanti yang keluar itu tidak menguntungkan salah satu operator,

kelompok-kelompok operator. Jadi semuanya mempunyai perlakuan yang sama.

Demikian Bapak Pimpinan, terima kasih.

F-PAN (BUDI YOUYASTRI):

Pimpinan, pertanyaan saya terhadap Bapak Ketua khususnya Ibu Ayu belum dijawab sampai

sekarang. Ada surat edaran Agustus akhir yang ditandatangani oleh Plt. Dirjen PPI atas nama menteri.

Saya enggak tahu dia sebagai Ketua BRTI atau sebagai Plt Dirjen. Ini status hukumnya juga jadi dicek saja

lagi Pak Ramli. Tetapi disitu surat edarannya menyatakan angkanya 204. Simetri. Bayu yang harus

bertanggung jawab munculnya angka 204 simetris. Mbak Ayu yang harus bertanggungjawab munculnya

angka 204. Dari tadi belum bertanggungjawab kenapa keluar angka 204. Satu, konsultan yang

menentukan angka 204 itu eksekutif summary-nya kapan bisa diserahkan kepada Komisi I DPR RI,

sehingga dia bisa mneyatakan angkanya 204. Semua metodologi, semuanya data yang dia masukkan,

tolong disampaikan kepada kami. Jika memang dari konsultan itu yang menyebut angka 204. Kalau bukan

dari konsultan maka pertanyaan saya, Ibu Ayu memberikan angka kepada menteri dari mana itu angkanya.

Dari tadi belum disebutkan, belum dijelaskan dan dipertanggung jawabkan. Angka 204 ini buat saya angka

Page 21: DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK · PDF file17. Bobby Adhityo Rizaldi, S.E., M ... salam sejahtera untuk kita semuanya ... dinamika di antara para operator sehingga kemudian menjadi

21

dari langit enggak ada itu dasarnya. Mbak Ayu kan mau memindahkan beban bobot datanya diperbesar.

Inikan main-main asumsi, akal-akalan, main geser kanan dan geser kiri. Reasoningnya apa,

argumentasinya apa.

Nah, ada konsultan yang sudah membuat perhitungan kita dengarkan. Kemudian ada ajust dari

Pimpinan, Pimpinan yang mana. Pertanggungjawabannya bagaimana, ini yang saya pertanyakan angka

204 dari mana. Sama sebenarnya angka 250 itu juga angka dari langit, betul kan Pak Ramli. Angka dari

langit yang sekarang ini, itukan maunya Menteri yang lama saja, tapi disepakati oleh semua operator.

Celakanya 204 ini angka dari langit tidak disepakati operator, jadi ribet kebawa-bawa DPR-nya. Kalau

diselesaikan by eksekutif dan kita juga enggak ribut-ribut. Jadi 204 ini adalah angka ajaib dari langit yang

Ibu Ayu harus bertanggungjawab menjelaskan dan memberikan semua datanya kepada kami. Kalau Ibu

Ayu enggak bisa mempertanggungjawabkan berarti angka ini adalah angka bodong. Catatan Pak Ramli,

dasarna tidak punya 204 bahaya.

Terima kasih.

KETUA RAPAT:

Silakan Pak Ramli memberikan tanggapan khusus dari Mas Budi tadi.

KETUA BRTI (Prof. AHMAD M. RAMLI):

Kami mungkin bisa menjelaskan di awal bahwa memang pernah ada surat edaran yang

dikeluarkan oleh Plt. Dirjen yang waktu itu menyampaikan rujukan angka 204. Nanti detailnya akan

ditayangkan juga oleh Ibu Ayu yang terkait dengan ini. Tetap kami juga ingin menyampaikan kepada Bapak

dan Ibu sekalian, bahwa terkait angka-angka yang dihitung itu ada agreement dengan operator yang

namanya nondiscloser agreement. Jadi ada angka-angka yang tidak boleh di ungkap. Tetapi kalau nanti

para operator itu sepakat untuk mengungkapkan ini kepada Komisi I DPR RI, ya artinya kami setujui untuk

diungkapkan.

Kemudian angka 204 ini tidak lagi menjadi rujukan saat ini, Ketika BRTI waktu itu mengusulkan

kepada menteri untuk menunjuk verifikator. Jadi ketika kami melihat bahwa angka 204 ini menjadi dispute,

maka BRTI langsung mengusulkan untuk tidak lagi menggunakan rujukan 204, tetapi menunggu hasil

verifikator. Jadi dengan demikian angka-angka ini sampai sekarang belum ada yang kita bisa jadikan

rujukan sampai dengan verifikator nanti akan menetapkan langkah.

Kemudian kami juga sepakat dengan Ibu Evita yang mengatakan bahwa cost recovery itulah yang

menjadi dasar, karena beberapa infrastruktur yang dibangun oleh operator itulah yang menjadi dasar

hitungan dia berapa biaya interkoneksinya. Makin banyak yang membangun makin tinggi biayanya. Oleh

karena itu, ketika tadi disampaikan bahwa operator yang membangun sedikit itu harus berdasarkan cost

base, maka ini adalah yang juga menjadi komitmen kita semua. Jadi nanti pada prinsipnya verifikator akan

memverifikasi berapa operator ini membangun dan berapa recovery-nya, berapa cost base-nya dan pada

saat itulah kita akan bisa mengeluarkan angka berapa layaknya. Dan disitu juga yang akan kita bicarakan

apakah simetrik atau asimetrik. Ini adalah nanti hasil yang akan dilakukan oleh operator.

Kami membuka pintu tentunya Pak Budi dan juga Bapak Pimpinan dan seluruh Anggota yang kami

hormati. Jika Komisi I DPR RI juga memantau proses ini, karena ini adalah merah putih ujungnya pasti

bahwa kita ingin yang terbaik untuk Negara ini. Ibu Ayu mungkin bisa menjelaskan.

F-PD (MUHAMMAD AFDAL MAHFUZ, S.H.):

Pimpinan, sebentar saya interupsi.

Saya tertarik dengan nondiscloseer agreement, kan perjanjian itu perjanjian kerahasian Pak.

Sedangkan kalau kita bicara tarif tadi Bapak-bapak tanya, Ibu tanya, semua tanya indikatornya apa itukan

seharusnya tidak boleh disembunyikan. Jadi untuk kedepannya mungkin ramuannay saja, formulanya saja

diganti, karena Bapak bukan private company Pak, kalau private company perusahaan pribadi, PT biasa

atau PT Tbk masih bisa buat no discloser, kalau publik company tidak boleh Pak, harus dibuka semuanya

apalagi kalau yang minta Komisi I DPR RI sebagai lintas lembaga. Mungkin itu masukan saya.

Page 22: DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK · PDF file17. Bobby Adhityo Rizaldi, S.E., M ... salam sejahtera untuk kita semuanya ... dinamika di antara para operator sehingga kemudian menjadi

22

KETUA RAPAT:

Sebelum kepada Ibu Ayu Pak, jadi kalau memang keyakinannya itu adalah untuk menghitung cost

recovery itu berarti jaringan yang sudah dibangun oleh operator itu yang jadi ukuran, maka mau dipaksa 1

tarif tapi tetap simetris itukan tidak akan pernah memenuhi keadilan Pak, kan logikanya begitu. Jadi opsi-

opsi yang disampaikan oleh Prof. Agung tadi itu, itu akan lebih realistis kalau pilihan simetris itu memang

ditiadakan. Tinggal bagaimana apakah mau asimetris yang tadi itu macam-macam tadi itu, mau pakai by

zona itu yang harusnya ditawarkan. Jadi kita membuat latar belakang untuk nanti verifikator itu

membuat keputusan rekomendasi dari BRTI kepada Kominfo itu lebih masuk akal gitu Pak. Karena kalau

tadi Pak, mau dipaksa juga 1 tarif, seragam dan simetris pasti nanti dispute Pak. Jadi saya pikir kalau mau

apa mau lebih mempersempit masalah ya opsinya juga tentu harus dipersempit tidak dibuka dari awal ini

mau simetris atau tidak simetris, karena kenyataannya juga memang sudah timpang itu. Mau dipaksakan

100 simetris juga sudah tidak masuk nanti jadinya.

Saya kira itu masukan Pak.

Silakan tadi Ibu Ayu.

DITTEL PPI (AYU WIDYA SARI):

Baik Pak, saya mencoba menjawab pertanyaan dari Pak Budi mengenai angka 204 itu datang dari

mana. Bisa kami sampaikan bahwa angka 204 itu dari perhitungan Pak. Mengapa tadi kami menjelaskan

harus ada proporsi penggunaan antara data dan voice. Itu bisa dilihat di grafik di slide Pak, bahwa yang

dilihat oleh Pemerintah dalam hal ini adalah pendudukan traffic data di dalam jaringan. Di mana yang biru

ini adalah formal trafik data dari tahun 2013 sehinga 2015 akhir. Sementara dari operator melihat bahwa

pendekatannya adalah revenue yang warna orange ini Pak. Kalau kita sandingkan antara keduanya yang

menjadi pokok perbedaan antara Pemerintah dan operator adalah kami melihat dari pendudukan jaringan

dari grafik yang warna biru. Yang ini voice yang makin lama dia melandai, yang ini data yang makin lama

dia akan tumbuh. Sementara operator melihat dari pendudukan revenue, ini revenue voice yang makin

lama yang warna merah yang makin lama makin dia tumbuh walaupun tidak sedrastis data, sementara

revenue dari data turun.

Dari dasar pertimbangan inilah yang dilihat oleh pemerintah untuk menentukan pada saat

pembagian beban jaringan adalah pada pendudukan trafficking, yaitu kami melihat dari biru, sementara

operator melihat dari yang warna merah. Karena nanti yang perlu dipikirkan oleh verifikator bagaimana

mereka melihat kondisi pembagian-pembagian beban jaringan dari layanan tersebut.

Mengenai executive summary kami perlu melapor ke Pak Menteri untuk dapat disampaikan.

Intinya kami minta izin beliau untuk dapat disampaikan kepada forum ini atau seperti apa nanti Pak.

Terima kasih.

F-PDIP (Dr. EVITA NURSANTY, M.Sc.):

Mau tahu saja, mbak ini konsultan atau apa.

DITTEL PPI (AYU WIDYA SARI):

Dari Kominfo Ibu.

F-PDIP (Dr. EVITA NURSANTY, M.Sc.):

Dirjen PPI, oke berarti disini penetapan daripada penurunan tarif interkoneksi yang kemarin ini

dibahas hanya internal tidak konsultan dipakai dalam hal ini. Internal yang memutuskan kan begitu, dengan

perhitungan-perhitungan dari Mbak Ayu yang ada tadi ini. Makanya ada beberapa yang terima, ada

beberapa yang tidak terima kan begitu. Kalau sebelumnya saya juga tanya dengan salah satu operator

kenapa sekarang keberatan, kenapa waktu dulu ditetapkan 250, simetris kenapa terima, kita sebenarnya

juga tidak terima kata mereka, tetapi dibikin ribut terus ya enggak jalan-jalan kerjaan kan begitu. Makanya

Page 23: DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK · PDF file17. Bobby Adhityo Rizaldi, S.E., M ... salam sejahtera untuk kita semuanya ... dinamika di antara para operator sehingga kemudian menjadi

23

saya katakan tolonglah jadi dalam hal ini pakai professional yang ini, netap-netapin sendiri ya seperti ini

jadinya punya pandangan yang berbeda, tadikan cara perhitungan yang berbeda. Kalau konsultan yang

ngitung kan ininya tidak mungkin ada perbedaan pandangan begitu, mereka kerja sesuai dengan

peraturan-peraturan yang ada gitu pak. Makanya dikawal enar-benar konsultan ini nanti ke depan bekerja

apapun keputusannya itu yang benar-benar memang dibutuhkan oleh industri, yaitu keadilan dan

transparansi yang ada.

Terima kasih.

KETUA RAPAT:

Angka 204 kemarin itu muncul kan dari Kominfo kan ya Pak, dari BRTI. BRTI memberi

rekomendasi enggak? Enggak.

F-PAN (BUDI YOUYASTRI):

Pimpinan, yang saya tahu Ibu Ayu menunjuk konsultan dulu, betul kan? Ada laporannya kan.

Pertanyaannya konsultan menyebutkan angka 204 atau tidak itu yang saya mau tanya. Menyebutkan

angka 204 atau tidak konsultan itu? Menyebutkan. Benar ya? Karena dicatat ini. Ibu Ayu menyatakan

bahwa konsutan menyebutkan angka 204 sebagai, ini tolong dicatat berarti harus ada dalam laporannya.

Yang kedua, laporannya tadi executive summary-nya tetap kami minta Pak Dirjen, izin menteri

nanti saya tetap akan minta kepada Pak Menteri, agar konsultannya bertanggungjawab. Kemudian kalau

memang yang mengeluarkan konsultan ya bertanggungjawabnya gampang kan, ini dasarnya konsultan

yang menyebutkan angka. Ada dasarnya oke fine.

Terus Pimpinan, satu lagi. Saya mengulangi lagi pernyataan dari Pak Ramli, yang menyatakan

bahwa angka 204 itu yang saya pahami tidak dipakai lagi. Itu buat saya artinya surat edaran yang Agustus

2016 dicabut. Apakah ada surat pencabutanya.

Terima kasih.

F-PDIP (Dr. EVITA NURSANTY, M.Sc.):

Jadi karena inikan Panja ya bukan rapat Komisi, kalau Panja itukan memang istilahnya itu

melakukan detail dalam, kalau perlu kita panggil konsultanya. Kita panggil dan kita tanya juga dasarnya

apa ini sampai ke 204 ini biar semua terang benderang, kan begitu.

Terima kasih.

KETUA BRTI (Prof. AHMAD M. RAMLI):

Sebetulnya Pak Budi dengan dikeluarkannya surat menteri yang terakhir yang mengatakan tarif

dikembalikan ke yang lama itu otomatis sebagai pencabutan yang 204 itu.

Terima kasih.

KETUA RAPAT:

Ibu Ayu mau memberikan tanggapan silakan.

DITTEL PPI (AYU WIDYA SARI):

Mohon izin Pak, menambahkan mengenai pekerjaan konsultan dan pemerintah. Dalam hal ini

penunjukan konsultan adalah pekerjaan mereka untuk menyusun model perhitungan interkoneksi.

Bersama-sama dengan pemerintah kami menghitung biaya interkoneksi. Kemudian perhitungan biaya

interkoneksi dilakukan kepada seluruh penyelenggara tidak hanya Telkomsel dari hasil model yang

dibangun oleh konsultan bersama-sama dengan pemerintah dalam hal ini sebagai user. Kenapa

Pemerintah sebagai user karena punya yang diberikan kewenangan untuk menetapkan sebuah formula

biaya interkoneksi.

Page 24: DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK · PDF file17. Bobby Adhityo Rizaldi, S.E., M ... salam sejahtera untuk kita semuanya ... dinamika di antara para operator sehingga kemudian menjadi

24

Mengenai kebijakan untuk penurunan biaya interkoneksi ini tidak lepas dari kebijakan efisiensi

industri dan konotasi broadband itu yang menjadi dasar penurunan biaya interkoneksi sampai dengan 204.

Kebijakan 2 hal ini tentunya sudah dalam Indonesian Broad…. di Perpres itu menjadi pijakan pada saat

menghitung penurunan biaya interkoneksi. Jadi tidak hanya semata-mata konsultan, tapi konsultan

bersama-sama pemerintah untuk bersama-sama membangun model dan melakukan perhitungan.

KETUA RAPAT:

Ada yang mau dilengkapi Pak Ketua silakan.

Bapak dan Ibu semua masih ada pendalaman.

Ibu Evita silakan.

F-PDIP (Dr. EVITA NURSANTY, M.Sc.):

Saya jadi clear ini, jadi modelnya yang konsultan lakukan. Pertanyaan saya interkoneksi inikan

tidak tahun ini saja, tidak tahun kemarin saja. Kenapa model itu bisa berbeda-beda tiap tahun.

Terima kasih.

DITTEL PPI (AYU WIDYA SARI):

Baik Ibu, model pertama dibangun tahun 2006, kemudian selama hampir 10 tahun kami perlu

mereview model, supaya sesuai dengan kekinian penggelaran jaringan dari operator beserta trend traffic

layanan dari penyelenggara seluler itu sendiri. Sehingga dalam 10 tahun review model adalah wajib

dilakukan, karena setiap 3 tahun kami harus melakukan perhitungan ulang untuk biaya interkoneksi.

Sehingga pekerjaan rumah pemerintah adalah meriview kembali model dengan metode yang sama, yaitu

metode bottom up tadi. Hanya di dalam parameter-parameter maupun perencanaan jaringannya kita harus

melihat apa yang sudah diimplementasikan oleh penyelenggara agar sesuai dengan teknologi dan kekinian

dari pengelola jaringan.

Demikian.

F-PAN (BUDI YOUYASTRI):

Pimpinan boleh Pimpinan. Kan saya tanya tadi yang menetapkan atau yang menghitung angka

204 siapa? Konsultan. Terus diralat konsultan dengan pemerintah. Nanti ketemu berikut lagi diganti lagi itu

jawabannya. Pak Dirjen, ini catatan untuk anak buahnya anda ya, kalau bicara Komisi I DPR RI ya

sampaikan saja yang benar, jangan bersilat lidah kepada kami. Disini mah jago-jago untuk itu, jadi anda

sebagai birokrat itu menurut saya tidak punya profesionalitas. Kasih saja data apa adanya, angka 204 ini

dari ini, hitungannya begini. Yang tadi itukan hanya perkiraan saja tidak ada muncul anka 204, dari mana

angka itu dari langit tetap buat saya itu dari langit. Anda yang mengusulkan kepada Bapak Menteri tidak

bisa bertanggungjawab. Dan angka 204 ini bikin rusuh semua satu negara.

Terima kasih.

KETUA RAPAT:

Kalau melanjutkan permintaan Mas Budi itu yang diaudit tidak cuma penawaran dari masing-

masing operator. Yang diaudit juga asumsi pemerintah sendiri Pak. Jadi verifikator itu nanti, itu juga harus

mengaudit asumsi yang dipakai oleh Kominfo atau mungkin BRTI kalau punya peranan untuk memberikan

rekomendasi itu seperti apa. Jadi memang betul-betul memperlakukan verifikator ini independen. Jadi kita

anggap semuanya ini pihak, ya semua pihak ini kemudian harus diaudit itu saja.

Jadi keputusan nanti mau diambil oleh Kominfo, mau berapa ya itu kemudian menjadi fair,

semuanya bisa diterima. Jadi terkait dengan munculnya 204 dari langit tadi itu Pak Ketua, nanti mohon

dokumen juga diserahkan kepada kami berikut regulasi yang mendasari itu Ibu Ayu, Bapak Ketua,

sehingga nanti itu juga tadi permintaan Bapak Ketua, kalau kita mau mengawasi nanti proses verifikasi

sampai dengan selesai itu juga akan jadi dasar buat kita.

Page 25: DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK · PDF file17. Bobby Adhityo Rizaldi, S.E., M ... salam sejahtera untuk kita semuanya ... dinamika di antara para operator sehingga kemudian menjadi

25

Saya kira semua sudah ditanyakan ya dan sudah di jawab, walaupun mungkin masih belum

memuaskan Pak, tapi kita akan berusaha untuk membuat hal-hal yang bisa kita simpulkan untuk

pendalaman di Panja untuk pertemuan-pertemuan berikutnya.

F-PDIP (Dr. EVITA NURSANTY, M.Sc.):

Saya ingin tahu saja Pak, ini verifikasi ini ada kita kalau kerja itukan ada time line-nya. Ini

diharapkan ini sampai kapan selesainya kapan ini Pak?

Terima kasih.

KETUA BRTI (Prof. AHMAD M. RAMLI):

Saat inikan peserta sudah daftar dan kita tutup pada 15 Februari jam 23.00 WIB, kemudian proses

evaluasinya 16 sampai 17 Februari. Kemudian penetapan pengumuman dan masa sanggah itu tanggal 6

sampai 13 Maret. Penandatanganan kontraknya itu 14 Maret. Jadi diperkirakan bulan Juni itu sudah akan

ada hasil verifikasi.

KETUA RAPAT:

Maret, April, Mei, Juni melakukan verifikasi ke semua operator.

KETUA BRTI (Prof. AHMAD M. RAMLI):

Iya, ke semua operator dan termasuk BRTI sendiri.

F-PDIP (Dr. EVITA NURSANTY, M.Sc.):

Cuma ini saja pesan saya Pak, tolong diambil konsultan yang kredibel. Saya tidak tahu RKS-nya

Bapak masalahnya, kita tidak tahu RKS-nya seperti apa tendernya. Kalau misalnya itu penawaran

terendah sudah kacau, terendah kacau kita, kalau di RKS-nya penawaran terendah. Jadi saya tidak tahu

bagaimana, saya rasa BRTI tahulah apa yang what to do-nya dan kita kawal benar-benar.

Terima kasih.

KETUA RAPAT:

Kita masuk kepada draft kesimpulan bisa ditayangkan. Beberapa hal perlu kiat sepekati ini Pak.

1. Komisi I DPR RI telah mendengarkan penjelasan BRTI mengenai penghitungan biaya interkoneksi.

Sehubungan dengan hal tersebut Komisi I DPR RI, mendesak BRTI untuk memberikan masukan

secara tepat dan komprehensif kepada Pemerintah dalam hal ini Menkominfo sehingga dapat

ditetapkan biaya biaya interkoneksi yang dapat diterima semua operator telekomunikasi dan

memberikan manfaat bagi masyarakat.

Setuju ya Pak, semua?

(RAPAT: SETUJU)

2. Komisi I DPR RI mendesak BRTI agar dalam pelaksanan tender verifikator independen untuk

memperhatikan kompetensi dan kredibilitas verifikator sehingga peran sertanya mampu

menghasilkan dokumen verifikasi biaya interkoneksi, besaran biaya interkoneksi dan rekomendasi

implementasi biaya interkoneksi dengan tepat.

Setuju ya?

(RAPAT: SETUJU)

Page 26: DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK · PDF file17. Bobby Adhityo Rizaldi, S.E., M ... salam sejahtera untuk kita semuanya ... dinamika di antara para operator sehingga kemudian menjadi

26

3. Komisi I DPR RI mendesak BRTI untuk melakukan audit modern licensing setiap operator

telekomunikasi di Indonesia dan menyerahkan hasil laporan audit tersebut kepada Komisi I DPR

RI.

KETUA BRTI (Prof. AHMAD M. RAMLI):

Usul sedikit, mungkin yang Nomor 3 mungkin ditambahkan “melakukan audit pelaksanaan

komitmen modern licensing”.

KETUA RAPAT:

Ya, lebih detail.

F-PDIP (Dr. EVITA NURSANTY, M.Sc.):

Pimpinan, saya setuju ditambah audit pelaksanaan komitmen, tapi yang diaudit bukan

pelaksanaan komitmennay saja, modern licensingnya juga bisa dilihat. Jadi tidak hanay pelaksanaannya

saja, bentuk dari modern licensing itu juga kita ingin tahu, ada keadilan tidak. Yang saya katakan tadi, yang

satu bangun 10 komitmennya 1, yang 1 bangun 10 komitmennya 4 gitu. Itukan adanya tidak dalam

pelaksanaan, adanya di dalam bentuk modern licensing itu sendiri.

Terima kasih.

KETUA RAPAT:

Maksudnya itu Pak.

KETUA BRTI (Prof. AHMAD M. RAMLI):

Ditambahkan saja “pelaksanaan komitmen dan evaluasi modern licensing”.

KETUA RAPAT:

Ini diluar kepentingan interkoneksi ini Pak, ini lebih umum dan jadi evaluasi itu, ya ada kaitannya.

Jadi 3 kesimpulan itu Bapak-bapak dan Ibu-ibu untuk Rapat Panja Interkoneksi pada hari ini.

F-PAN (BUDI YOUYASTRI):

Pimpinan semua bahan yang tadi saya minta apakah dijadikan kesimpulan atau komitmen

bersama dengan Bapak Ketua untuk diserahkan kepada KomisiI DPR RI. Jadi yang sudah pernah

dilakukan audit sebelumnya minta diserahkan dokumennya. Yang kedua eksekutif summary dari apa

namanya dari munculnya angka 204 oleh konsultan sebelumnya menjadi komitmen atau dijadikan

kesimpulan rapat.

KETUA RAPAT:

Boleh jadi kesimpulan rapat saya kira, bisa diterima Pak. Jadi kami meminta kepada BRTI untuk

menyerahkan dokumen terkait dengan audit dan rekomendasi yang menghasilkan biaya interkoneksi 204

kemarin itu. Walaupun Pak Ketua tadi mengatakan itu sudah tidak berlaku lagi, tapi bahwa pernah muncul

angka 204 yang sampai sekarang masih menjadi pertanyaan itu, itu tolong tetap diserahkan kepada kami.

Ditulis saja tidak apa-apa, “kepada Komisi I DPR RI.” titik itu saja, itu “kepada” dihilangkan lagi.

Jadi “Komisi I DPR RI meminta BRTI untuk menyerahkan dokumen terkait dengan dasar

pertimbangan penetapan biaya interkoneksi 204 berikut rujukan regulasi yang digunakan kepada Komisi I

DPR RI”.

Page 27: DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK · PDF file17. Bobby Adhityo Rizaldi, S.E., M ... salam sejahtera untuk kita semuanya ... dinamika di antara para operator sehingga kemudian menjadi

27

Bisa ya Pak, jadi kita tidak memberikan waktu tetapi kita meminta segera mungkin. Karena ini

Panja sifatnya untuk mengawasan setelah ini kita akan mengundang juga stake holder yang lain dan ini

akan jadi dokumen kita.

Bapak-bapak dan Ibu-ibu,

Jadi terkait dengan tarif interkoneksi ini kita meminta kepada Pemerintah dalam hal ini BRTI

menjadi bagian dari Pemerintah untuk betul-betul menghitung asas keadilan dan asas sustanibilitas industri

telko itu sendiri. Jadi tadi sudah banyak dipaparkan secara substantive bahakn secara teknis, tapi yang kita

pegang adalah kembali lagi karena di DPR RI di Panja ini juga yang kita pegang teguh itu adalah komitmen

politik menjalankan Undang-Undang, menjalankan Peraturan Pemerintah, maka asas keadilan dan

sustainabilitas industri telko dan juga tentu kepuasan masyarakat itu yang harus ditemukan titik tengahnya

Pak.

Kalau kita sudah menunjuk verifikator, Kementerian juga sudah mengerem untuk tidak lagi

memaksakan yang 204 tapi tentu kita berharap hasilnya ini pasti akan lebih lain, lebih berbeda dan bisa

diterima. Kalau sampai ternyata peraturan yang lain juga masih belum sepakat atau masih ada protes ya

tentu berarti ada yang salah dengan proses yang selama ini atau yang akan dilakukan melalui verifikasi ini.

Sehingga kami mendorong betul Pak, kalau mau hitungannya itu menguntungkan sustainabilitas industri

telko maupun juga untuk kepuasan masyarakat ya nanti bisa dipertanggungjawabkan hitung-hitungannya

itu. Karena kalau ternyata dibalik itu ini maunya satu, dua operator yang selama ini mungkin kalau melihat

paparan jaringan tadi itu merasa sudah tidak siap bersaing dalam industri telko ya lantas mengambil

keuntungan dengan cara mengintervensi regulasi Pemerintah melalui tarif interkoneksi atau revisi-revisi

Peraturan Pemerintah yang lain, maka itu yang tidak kami inginkan Pak.

Jadi kami ingin betul ini kita laksanakan secara ketat dan hitungan angka tadi itu tanggungjawab

sosial yang harus disampaikan nanti. Saya kira begitu untuk Rapat Panja Interkoneksi pada hari ini.

Terima kasih banyak, rapat saya tutup.

Wassalamu'alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.

(RAPAT DITUTUP PUKUL 12.47 WIB)

Jakarta, 13 Februari 2017 a.n Ketua Rapat

SEKRETARIS RAPAT,

TTD

SUPRIHARTINI, S.I.P., M.Si. NIP. 19710106 199003 2