Dewan Dakwah Sumbar
-
Upload
rizal-firdaus -
Category
Documents
-
view
44 -
download
2
description
Transcript of Dewan Dakwah Sumbar
Dewan Dakwah yang baru berumur lima belas bulan (27 Februari 1967-15 Juni 1968) pada saat
itu, merupakan satu lembaga dakwah yang sangat dihar¬apkan sebagai tumpuan
pembentengan aqidah umat.
Bapak DR. Mohamad Natsir dalam pertemuan dengan ahlul qurba yang merupakan inner circle
perjuangan Islam dan dalam upaya mengangkat harga diri umat di daerah selalu mendengar
keluhan tentang pesatnya gerakan misionaris.
Lebih-lebih sejak masa orde lama telah terkondisi seakan dibuka peluang kepada gerakan
missionaris atas dukungan orang-orang komunis (PKI).
Bahkan setelah PKI dihapuskan sebagai satu-saatunya tuntutan hati nurani rakyat ditahun 1966,
orang-orang Komunis yang lari ketakutan mencoba berlindung di balik dinding lonceng-lonceng
gereja, setidak-tidaknya inilah yang terjadi di Pasaman Barat.
Kondisi Masyarakat yang runyam ini, menurut Bapak DR. Mohamad Natsir hanya mungkin
diperbaiki dengan amal nyata.
Bukan hanya dengan semboyan-semboyan yang kadang kala bisa memancing sikap apatime
masyarakat atau perlawanan terhadap kebijakan penguasa di daerah.
Karenanya Bapak DR. Mohamad Natsir selalu me-nasehatkan supaya kaedah yang selama ini
telah dimiliki oleh umat Islam yaitu ukhuwah dan persatuan mesti dihidupkan kembali.
Di antaranya, Dewan Dakwah Islamiyah Indonesia (DEWAN DAKWAH) Perwakilan di daerah
Tk.I propinsi Sumatera Barat, yang diresmikan sendiri oleh Bapak DR. Mohamad Natsir di
Gedung Nasional Bukittinggi, pada tanggal 15 Juli 1968.
Pertemuan bersejarah ini dihadiri oleh hampir seluruh ulama Sumatera Barat, yang sejak dari
awal memang telah tergabung di dalam Majelis Ulama Sumatera Barat.
Bahkan juga dihadiri oleh para ninik mamak, pemangku adat.
Diikuti pula oleh seluruh pemuka masyarakat, dari berbagai lapisan, bahkan dari desa-desa
terpencil.
Para undangan, sengaja datang berduyun-duyun menyambut kehadiran pemimpin pulang.
Antusias hadirin waktu itu terlihat secara spontan.
Tidak ada satu kursi pun yang kosong.
Tidak ada tempat yang lowong yang tak diisi.
Malahan banyak para hadirin yang hanya bias berdiri, atau hanya dapat duduk di lantai.
Resminya Dewan Dakwah Islamiyah Indonesia (DEWAN DAKWAH) Perwakilan Sumatera Barat,
sebagai perwakilan pertama di daerah di luar DKI Jakarta.
Programnya adalah mewujudkan lima program pokok dakwah komprehensif di Sumatera Barat.
Di antaranya, membangun Rumah Sakit Islam, sebagai antisipasi terhadap gerakan pemurtadan
yang dilakukan oleh pihak Salibiyah.
Kepengurusan pertama dari Dewan Dakwah Islamiyah Indonesia (DEWAN DAKWAH) di
Sumatera Barat, dinakhodai oleh ulama-ulama kharismatik seperti Buya H. Mansur Daud Dt.
Palimo Kayo bekas Duta besar RI di Irak.
Buya Datuk adalah bekas Ketua Umum Masyumi Sumatera Tengah.
Pada tahun 1968 Buya Datuk Palimo Kayo telah menduduki jabatan sebagai Ketua Umum
Majelis Ulama Sumatera Barat.
Kepengurusan Dewan Dakwah Sumatera Barat ini diperkuat oleh Buya Haji Nurman, Buya Haji
Anwar, Buya Haji Marzuki Bakri Datuk Rajo Sampono, Buya Fachruddin Hs. Datuk Majo Indo.
Dari kalangan muda seperti Mazni Salam Datuk Paduko Intan, Djoefry Sulthany, Muhammad
Sa’id Tuanku Sulaiman (kemudian menyandang gelar sako Datuk Tan Kabasaran), Chazanatul
Israr, Ibu Ratnasari, dan Asma Malim dan lain-lain.
Kenyataannya, memang penggerak pertama Dewan Dakwah Islamiyah Indonesia (DEWAN
DAKWAH) di Sumatera Barat adalah Keluarga Besar Bulan Bintang.
Tidak pula dapat dibantah bahwa mereka adalah orang-orang yang aktif dalam setiap gerak
perjuangan Agama dan Bangsa.
Sejak masa yang jauh.
Dalam jalan panjang yang telah ditempuh sejarah daerah ini, sebelum Republik Indonesia
diproklamirkan, mereka telah dikenal sebagai pejuang gigih.
Malah, di antaranya ada yang berada pada barisan Perintis Kemerdekaan.
Akan tetapi masih ada saja kalangan yang berpandangan sinis.
Membandingkan, bahwa diantara pengurus-pengurus pertama Dewan Dakwah Islamiyah
Indonesia Sumatera Barat yang diresmikan oleh Bapak DR. Mohammad Natsir tersebut oleh
sebagian kalangan dicap sebagai bekas pemberontak PRRI. Atau setidak-tidaknya simpatisan
PRRI.
Keberadaan Keluarga Bulan Bintang dan bekas PRRI di Sumatera Barat waktu itu sebagai
jawaban dan konsekwensi logis dari anti Komunis.
Keluarga Bulan Bintang dan PRRI jelas-jelas merupakan satu kelompok yang memiliki ciri-ciri
khas (mumayizat) sebagai kelompok anti Komunis.
Jauh sebelum adanya angkatan ’66 atau bangkitnya orde baru.
Selama 41 tahun Dewan Dakwah berkiprah dengan langkah yang pasti dan sangat konsistern.
Kiprah dakwahnya terlihat dalam semboyan dan gerakan Risalah Memulai Dakwah Melanjutkan.
Dalam tausiahnya ustadz Mas’adi mengatakan bahwa Dewan Da’wah memiliki visi
yaitu ”Terwujudnya tatanan kehidupan masyarakat Indonesia yang islami”. Sebagai
agama “rahmatan lil alamin” dengan ajaran-ajarannya yang bersifat universal,
Islam sangat konsern terhadap pembangunan kemanusiaan yang meliputi jiwa dan
raga, jasmani dan rohani, yang menjadi dasar utama bagi terbentuknya manusia
yang berkarakter dan berakhlak mulia dalam melaksanakan fungsi dan tugas-
tugasnya baik sebagai hamba maupun sebagai khalifah di muka bumi ini. Maka
pembangunan umat adalah bagian yang tak terpisahkan dari pembangunan bangsa
secara keseluruhan.
Ustadz Mas’adi juga menjelaskan bahwa berdasarkan visi tersebut, Dewan Da’wah
mempunyai misi, selain melaksanakan khittah dakwah, Anggaran Dasar dan
Anggaran Rumah Tangga Oragnisasi juga menanamkan aqidah dan menyebarkan
pemikiran Islam yang brsumber dari Al-Qur`an dan Sunnah; menyiapkan du’at
(tenaga da’i) untuk berbagai tingkat dan lapisan sosial kemasyarkatan;
membendung pemurtadan, Ghazwul Fikri (invasi pemikiran) dan harakah
haddamah (gerakan-gerekan perusak dan penghancur Islam); mengembangkan
jaringan kerjasama serta koordinasi kearah realisasi amal jama’i (amal sosial);
memberdayakan hubungan dengan berbagai pihak, baik pemerintah maupun
lembaga lain bagi kemaslahatan umat dan bangsa. Sedangkan ditingkat nasional,
membangun solidaritas Islam Internasional dan turut serta mendukung terciptanya
perdamaian dunia. Ini semua merupakan penjabaran dari “trademark” dakwahnya
Dewan Dakwah yakni “binaan wa difa’an” (membina dan mempertahankan).
Sementara itu Gubernur Sumatera Barat Irwan Prayitno dalam sambutannya
mengatakan bahwa Pemerintah Daerah berharap kepada Dewan Da’wah bersama
ormas-ormas Islam lain dapat menjadi mitra bagi pemerintah untuk membimbing
dan memberikan pencerahan kepada masyarakat terutama dalam pembinaan
mental dan rohani, membebaskan mereka dari kemiskinan, kebodohan serta
keterbelakangan, baik kemiskinan ilmu maupun iman. Sebab, kemiskinan tanpa
dibarengi iman berpotensi membawa kepada kekufuran.
“Untuk dapat mewujudkan masyarakat yang memiliki mental rohani yang baik
Lembaga Islam merupakan mitra pemerintah untuk dapat merealisasikannya”, ujar
Irwan Prayitno.
Gubernur juga menyatakan dukungannya kepada Dewan Da’wah, baik moril
maupun material dan berjanji memberikan bantuan dana sesuai dengan aturan
yang berlaku.
Selain Gubernur, acara ini juga dihadiri oleh Ketua DPRD Sumbar, Ir. Yul Teknil
dan Pimpinan ormas Islam, tokoh-tokoh masyarakat, Majlis Ta’lim serta undangan
lainnya.
Acara pelantikan juga dilanjutkan dengan diaolog Dakwah Kontemporer dengan
Narasumber Dr.H.Rifyal Ka’bah, M.A, seorang Hakim Agung RI yang juga
merupakan aktifis Dewan Da’wah. Audien yang terdiri dari kalangan ormas Islam,
birokrat dan unsur-unsur pengurus Dewan Da’wah yang berjumlah sekitar 250
orang itu sangat antusias mendengarkan orasi dari narasumber. Hal itu tercermin
dalam dialog interaktif dengan penuh dinamika saat itu.
Dalam orasinya, Rifyal Ka’bah menyebutkan bawa di dalam dakwah hnya ada dua
partai, yaitu partai Allah dan partai setan. Partai Allah mengajak kepada surga,
perdamaian dan ampunan. Sedangkan partai setan mengajak kepada neraka,
kekacauan dan kutukan. Karena itu, tidak ada partai ketiga seperti partai kelabu
yang mengajak kepada Allah sekaligus mengajak kepada setan, sambil mengutip
firman Allah dalam (Q.S. Al-Maidah:56 dan Al-Mujadalah:19).
Pada sisi lain Rifyal Ka’bah juga mengatakan bahwa ada dua tantangan dakwah
kontemporer yakni tantangan dari luar Islam seperti kalangan Yahudi dan Nasrani
seperti gerakan pemurtadan, dan dari kalangan umat Islam sendiri, yakni
pemahaman dakwah yang tidak paripurna, pengecilan makna dakwah kepada hal-
hal yang khusus saja seperti ceramah, pengajian, majlis ta’lim, buletin dakwah dan
sejenisnya. Sedangkan urusan birokrasi pemerintahan seperti kabinet, parlemen,
lembaga pendidikan, perusahaan, pasar dan partai politik oleh sementara orang
tidak lagi dilihat sebagai lapangan dakwah. Mekipun zaman sudah berubah, inti
dari dakwah tetap sama seperti yang dilakukan oleh Rasulullah SAW dan para
sahabatnya. Yang mungkin berubah hanya skala prioritasnya, karenanya kita harus
dapat menetapkan skala prioritas itu sesuai dengan problem yang dihadapi,
kemampuan serta ruang yang tersedia bagi oraganisasi dan juru dakwah.
Sementara itu, Ahmad Kosasih, Ketua Dewan Da’wah Sumatera Barat dalam Pidato
Sambutannya menegaskan bahwa Dewan Da’wah memiliki fungsi yang lebih
sepesifik yakni sebagai Pengawal Akidah, Penegak Syari’ah, Perekat Ukhuwah,
Pendukung NKRI (Negara Kesatuan Republik Indonesia) dan Pendukung
terwujudnya solidaritas umat Islam, baik lokal, regional maupun internasional.
Karena itu, ujar Ahmad, Dewan Da’wah di dalam melaksanakan tugas-tugasnya
tidak pernah beroposisi terhadap pemerintah, namun tetap bersikap kritis dalam
bingkai tugas-tugas “amar ma’ruf nahi munkar”. Dewan Da’wah di dalam
melakasanakan dakwahnya berupaya berjalan dengan lurus, dalam artian tidak
membelok ke kanan mengikuti faham-faham asketik yakni gaya hidup pertapaan
yang mengabaikan urusan-urusan duniawi. Namun juga tidak membelok ke kiri,
terseret kepada faham Sekularisme, Pluralisme dan Liberalisme yang telah
menggoncangkan sendi-sendi ajaran Islam yang sudah mapan. Dalam menjaga
kemandiriannya, Dewan Da’wah secara kelembagaan tidak terlibat secara langsung
kedalam kegiatan politik praktis melalui partai politik. Dewan Da’wah tidak
memihak kepada aliran, dan ormas apapun, tapi berusaha merangkul semua
potensi umat Islam yang ada, merekat ukhuwah, merajut persatuan dan kesatuan
untuk mencapai cita-cita “izzul islam wal muslimin”. Karena itu tidak heran kalau
orang-orang yang berhimpun di Dewan Da’wah saat ini, datang dari berbagai latar
belakang organisasi keislaman.
Kepengurusan Dewan Da’wah Sumatera Barat perioe 2012 hingga 2016 diketuai
oleh Ahmad Kosasih. Terpilih sebagai wakil ketua antara lain Anisral, Efrinaldi,
Mazwar Mas’ud dan Meliyarti Syarif. Sekretaris diamanahkan kepada Muhammad
Ridha Ruslam dan bendahara dijabat oleh H. Tahrir Norman. ***
(anisral/dewandakwah.com)