Determinan Pemberian Konsumsi Buah Segar Pada Balita Di Posyandu (Kti Kebidanan)

6
Jangan buang waktu, tenaga dan biaya anda…. Solusi mencari KTI Kebidanan tercepat dan terlengkap di internet hanya di http://kti-skripsi.com/ BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan di Indonesia telah memasuki pembangunan jangka panjang kedua yang menitik beratkan pada bidang perekonomian, seiring dengan peningkatan kualitas sumber daya manusia dapat dilakukan melalui berbagai / cara. Salah satunya adalah melalui perbaikan pangan dan gizi. Terpenuhinya kebutuhan pangan dan gizi akan membentuk manusia yang mandiri, berkualitas dan akan lebih mampu berperan serta dalam pembangunan Repelita VI (GBHN, 1994). Latief dkk (1999) dalam analisis data konsumsi makanan rumah tangga hasil pemantauan konsumsi gizi tahun 1995, 1996, 1997 dan 1998 menunjukkan adanya perubahan pada konsumsi pada sebelum dan selama krisis ekonomi. Pada saat krisis konsumsi sumber protein hewani terutama telur, daging dan konsumsi buah – 1

Transcript of Determinan Pemberian Konsumsi Buah Segar Pada Balita Di Posyandu (Kti Kebidanan)

Page 1: Determinan Pemberian Konsumsi Buah Segar Pada Balita Di Posyandu (Kti Kebidanan)

Jangan buang waktu, tenaga dan biaya anda…. Solusi mencari KTI Kebidanan tercepat dan terlengkap di internet hanya di

http://kti-skripsi.com/

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pembangunan di Indonesia telah memasuki pembangunan jangka panjang

kedua yang menitik beratkan pada bidang perekonomian, seiring dengan

peningkatan kualitas sumber daya manusia dapat dilakukan melalui berbagai /

cara. Salah satunya adalah melalui perbaikan pangan dan gizi. Terpenuhinya

kebutuhan pangan dan gizi akan membentuk manusia yang mandiri, berkualitas

dan akan lebih mampu berperan serta dalam pembangunan Repelita VI (GBHN,

1994).

Latief dkk (1999) dalam analisis data konsumsi makanan rumah tangga

hasil pemantauan konsumsi gizi tahun 1995, 1996, 1997 dan 1998 menunjukkan

adanya perubahan pada konsumsi pada sebelum dan selama krisis ekonomi. Pada

saat krisis konsumsi sumber protein hewani terutama telur, daging dan konsumsi

buah – buahan menurun, sementara itu konsumsi konsumsi bahan makanan

sumber utama energi meningkat.

Kualitas konsumsi jenis pangan masyarakat Indonesia di tentukan oleh

komposisi jenis bahan pangan. Komposisi jenis pangan yang beraneka ragam

untuk menghasilkan Pola Pangan Harapan (PPH). Didalam PPH tersebut terdapat

kelompok pangan dan salah satunya adalah kelompok buah dan sayuran. Di dalam

petunjuk gizi pedoman pengembangan program penganekaragaman

menyempurnakan penyediaan konsumsi pangan pada tingkat nasional untuk

1

Page 2: Determinan Pemberian Konsumsi Buah Segar Pada Balita Di Posyandu (Kti Kebidanan)

konsumsi buah adalah 250 gram / kapita / hari dimana untuk balita hanya 60%

dari kebutuhan dewasa + 150 gr/kapita/hari.

Buah adalah komoditas pangan yang dibutuhkan oleh tubuh. Fungsi buah

adalah sebagai sumber zat pengatur, karena di dalam buah terdapat zat gizi yang

sangat diperlukan tubuh seperti vitamin, mineral dan serat. Konsumsi buah dan

sayuran diperkotaan dan pedesaan 50% dari kecukupan sehari untuk jenis sayur –

sayuran dan buah – buahan. Pada umumnya konsumsi sayuran yang dikonsumsi

tidak mengalami perubahan dari tahun 1995 sampai tahun 1998 (pedesaan) dan

dari 60 gram menjadi 40 gram perkapita perhari (pedesaan). Dan ini masih berada

di bawah anjuran Departemen Kesehatan RI yakni sebesar 200 gram / orang / hari

untuk orang dewasa. Sedangkan untuk anak balita sebesar + 120g/orang/hari

dengan cara menghitung 60% dari kebutuhan dewasa.

Pada survey pendahuluan yang dilakukan oleh peneliti pada tanggal 13

Mei 2004 di Posyandu kantil konsumsi buah pada balita masih kurang yaitu dalam

1 hari balita mengkonsumsi 100 gram / kapita / hari dan buah yang dikonsumsi

cukup beraneka ragam. Sedangkan anjuran menurut Pola Pangan Harapan (PPH)

jumlah buah yang harus dikonsumsi balita adalah 150 gram / kapita / hari

Posyandu Kantil merupakan Posyandu yang pesertanya paling banyak

dibandingkan Posyandu lain di wilayah Kelurahan Margodadi Metro Selatan.

Posyandu kantil berada di Wilayah Kota Metro namun sosial budayanya masih

seperti di pedesaan.

2

Page 3: Determinan Pemberian Konsumsi Buah Segar Pada Balita Di Posyandu (Kti Kebidanan)

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian di latar belakang penulis membuat rumusan masalah

sebagai berikut : “Apakah determinan pemberian konsumsi buah pada balita di

Posyandu Kantil Margodadi Metro Selatan ?”.

C. Ruang Lingkup

Dalam penelitian ini, ruang lingkup penelitian ini adalah :

1. Jenis Penelitian : Deskriptif

2. Subjek Penelitian : Ibu – ibu yang mempunyai anak balita

3. Objek Penelitian : Determinan pemberian buah segar pada balita

4. Lokasi Penelitian : Posyandu Kantil di Wilayah Kerja Puskesmas Bantul

5. Waktu Penelitian : Tanggal 12 Mei 2004 sampai dengan 7 Juli 2004.

D. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Ingin mengetahui determinan yang berhubungan dengan konsumsi buah

anak balita di Posyandu Kantil Kelurahan Margodadi Metro Selatan.

2. Tujuan Khusus

Tujuan khusus penelitian ini adalah :

a. Diketahuinya peranan pendidikan ibu terhadap pemberian konsumsi

buah pada balita.

b. Diketahuinya peranan ekonomi keluarga (pendapatan keluarga) terhadap

pemberian konsumsi buah pada balita.

3

Page 4: Determinan Pemberian Konsumsi Buah Segar Pada Balita Di Posyandu (Kti Kebidanan)

c. Diketahuinya peranan jumlah anggota keluarga terhadap pemberian

konsumsi buah pada balita.

d. Diketahuinya peranan sosial budaya terhadap pemberian konsumsi buah

pada balita.

E. Manfaat Penelitian

1. Manfaat bagi Puskesmas Bantul.

Sebagai bahan evaluasi bagi Puskesmas/bidan desa agar dapat mengetahui

kendala-kendala yang dihadapi dalam upaya peningkatan konsumsi buah.

2. Manfaat Bagi Penulis

Sebagai sarana untuk menerapkan ilmu yang telah didapatkan di bangku

kuliah, serta mengamalkan ilmu yang telah diperoleh selama pendidikan

3. Manfaat Bagi Institusi Pendidikan Prodi Kebidanan Metro.

Sebagai sumber bacaan perpustakaan di institusi pendidikan

4. Manfaat Bagi Peneliti Selanjutnya.

Sebagai bahan referensi untuk penelitian yang sejenis selanjutnya.

4