Deteksi Dini Kanker Payudara
-
Upload
bertamariaal -
Category
Documents
-
view
12 -
download
0
description
Transcript of Deteksi Dini Kanker Payudara
Deteksi Dini Kanker PayudaraMaria Alberta
102012438/ E1Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana
Jalan Arjuna Utara No. 6 - Jakarta Barat [email protected]
Pendahuluan
Kanker payudara merupakan salah satu penyakit kanker yang tertua pada
manusia. Penyakit kanker payudara telah dikenali sejak jaman mesir kuno ± 1600 SM, walaupun
pada saat itu belum ada definisi mengenai kanker. Di Indonesia diperkirakan terdapat 100
penderita kanker baru untuk setiap 100.000 penduduk per tahunnya. Kanker payudara sering
ditemukan di seluruh dunia dengan insidens relatif tinggi, yaitu 20% dari seluruh keganasan.
Kanker payudara merupakan kanker terbanyak kedua sesudah kanker leher rahim di Indonesia.
Sejak 1988 sampai 1992, keganasan tersering di Indonesia tidak banyak berubah. Kanker
payudara adalah sekelompok sel tidak normal pada payudara yang terus tumbuh berupa ganda.
Pada akhirnya sel-sel ini menjadi bentuk benjolan di payudara. Jika benjolan itu tidak dibuang
atau terkontrol, sel-sel kanker bisa menyebar (metastase) pada bagian-bagian tubuh lain.
Metastase dapat terjadi pada kerlenjar getah bening (limfe) aksilla ataupun di atas tulang belikat
(clavicula).
Isi
Anamnesis
Seperti yang kita ketahui bahwa ananmnesis mempunyai peranan yang cukup besar dalam
menetapkan diagnosis. Anamnesis yang dilakukan dapat berupa autoanamnesis maupun
alloanamnesis. Pertanyaan mencakup identitas pasien, keluhan utama, keluhan penyerta, riwayat
penyakit sekarang, riwayat penyakit dahulu, riwayat penyakit keluarga, riwayat penggunaan
obat, dan riwayat sosial. Pertanyaan yang diajukan berkaitan dengan keluhan yang didapatkan.
Berikut keluhan yang biasanya dialami oleh penderita berupa:
Pembengkakan / massa Tanyakan kapan dan bagaimana massa itu terdeteksi, perubahan-
perubahan ukuran massa yang terjadi sehubungan dengan siklus haid.1,2 letaknya dimana?
bentuknya ? ukurannya ? batasnya? Permukaan? Konsistensi? Timbul sejak kapan? Adakah
Kelainan kulit seperti dimpling, peau d’orange, ulserasi, venektasi, serta perubahan warna kulit.
Adakah benjolan di ketiak atau edema lengan.
Nyeri Merupakan keluhan umum. Kanker biasanya tak menimbulkan nyeri, tetapi ada
beberapa kekecualian, dan tidak boleh dianggap sebagai patokan, bahwa lesi yang nyeri pada
payudara selalu jinak. Jenis nyeri pada umumnya adalah dikarenakan regangan payudara yang
terjadi pada masa pra-haid; biasanya terjadi bilateral dan difus. Nyeri hebat dapat menyebar
hingga tangan bagian dalam atau bagian lateral dada. Nyeri lokal memerlukan pemeriksaan
cermat, hal ini dapat menunjukkan adanya abses yang dalam, area dengan trauma, atau (jarang)
keganasan. Sangat jarang, nyeri radikuler servikal dapat beralih ke payudara. 1,2
Keluaran dari puting (nipple discharge) Biasanya keluaran dari putting bersifat jernih, tetapi
dapat pula berdarah, hijau atau coklat. Lebih dari 80% wanita, pada masa pra-haid mengalami
pengeluaran semacam itu, bila putingnya dimanipulasi. Sehingga harus dibedakan, keluaran itu
terjadi karena manipulasi, atau secara spontan. 80% penderita dengan pengeluaran yang
berdarah, ternyata menderita papiloma intraduktuli, ektasi duktuli, dan bahkan pada beberapa
kasus merupakan keganasan. Pemeriksaan sitologik sel pada keluaran puting, jarang
mendapatkan adanya keganasan, kecuali bila kanker berlokasi pada duktus yang dekat dengan
puting, sedangkan ini jarang terjadi. Tentukan pula, duktus mana yang menyebabkan
pengeluaran pada pemijitan sistematik disekitar areola. Pemijitan hendaknya dilakukan secara
sistematik disekitar areola, searah dengan jarum jam. 1,2
Faktor-faktor resiko. Satu dari 15 wanita di Amerika Serikat, menderita kanker payudara.
Resiko ini sedikit meningkat bila salah satu anggota keluarganya ada yang menderita kanker, dan
peningkatan resiko baru jelas terlihat, bila dua atau lebih anggota keluarga yang dekat dari pihak
ibu, mempunyai kanker payudara, atau kanker familial premenopause dan atau bilateral. Resiko
mendapatkan kanker payudara pula meningkat dengan adanya menarkhe pada sebelum usia 11
tahun dan setelah 14tahun, kehamilan pertama setelah berusia 30tahun, menopause yang
terlambat, dan mungkin obesitas. Pil KB, tak berhubungan dengan kenaikan resiko mendapatkan
kanker payudara, demikian pula halnya dengan pemberian estrogen eksogen sebagai hormon
pengganti pada saat menopause. Penderita yang pernah mengalami pengangkatan ovarium secara
bedah pun tak mengalami kenaikan resiko, bila padanya diberikan estrogen pengganti. 1,2
Faktor-faktor lain yang harus diperhatikan adalah Usia penderita, Usia melahirkan anak
pertama, Punya anak atau tidak, Riwayat menyusukan, Riwayat menstruasi, menstruasi pertama
pada usia berapa, keteraturan siklus menstruasi, menopause pada usia berapa, Riwayat
pemakaian obat hormonal, Riwayat pernah operasi tumor payudara atau tumor ginekologik,
Riwayat radiasi dinding dada
Riwayat lain. Apakah penderita sedang hamil atau tidak, adalah penting untuk diketahui
karena kehamilan dapat mengacaukan interpretasi terhadap adanya massa. Haid terakhir harus
dicatat, perubahan siklus haid mengesankan perubahan hormonal pada umumnya, dengan
dampak sekundernya pada payudara. Apakah massa itu sudah ada sebelumnya? Apakah
diagnosis patologik pada biopsy sebelumnya? Bila ada, apakah terapi yang diberikan sebelum
ini? Apakah ada gejala sistemik ? (nyeri tulang, berat badan makin menurun dan lain-lain). 1,2
Keluhan ditempat lain berhubungan dengan metastasis, antara lain; nyeri tulang (vertebra,
femur), rasa penuh di ulu hati, batuk, sesak, sakit kepala hebat, dll.
Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan optimum didapatkan pada sekitar 7-14 hari setelah awal siklus haid, karena
retensi cairan disni minimal. Pemeriksaan payudara pada saat kehamilan menjadi sangat sukar,
karena adanya retensi cairan dan hipertrofi jaringan kelenjar karena efek progesteron yang lama,
ini menyulitkan penemuan massa.
Penderita harus diperiksa dalam posisi duduk dan telentang. Pada posisi duduk, dilakukan
inspeksi untuk melihat apakah payudara simetris atau tidak, inilah keadaan kulitnya, apakah ada
lekukan (dimpling) bila penderita bersandar. Bila penderita mengangkat lengannya keatas kepala
atau bila ia mengketulkan otot-otot pectorales dengan menekan tangan nya diatas pinggul.
Perhatikan putingnya, adakah inversi; bila ada, sejauh mana. Karena inversi puting dapat
dikarenakan keganasan pada tempat yang dalam. Periksa dan catat pula keadaan nodus-nodus
aksiler dan supraklavikuler. Pada keadaan penyakit keganasan atau penyakit jinak, kedua nodus
ini digunakan sebagai pijakan bagi pemeriksaan ulang dikemudian hari. Puting dan areola yang
langsung dibelakang areola, sangat mudah dipalpasi pada penderita yang dalam posisi duduk.
Puting biasanya keras, tetapi jaringan dibelakang areola lunak dan halus. Penderita kemudian
diperiksa dalam keadaan berbaring telentang, karena sebagian besar payudara menjadi terletak
pada kuadran lateral atas. Pemeriksaan akan menjadi lebih mudah dilakukan bila penderita
mengangkat lengannya keatas, dan meletakkan tangannya dibelakang kepala. Cara ini akan
mendatarkan payudara dan menggesernya ke arah medial. Walaupun payudara dapat diperiksa
dari salah satu sisi, beberapa pemeriksa melakukan pemeriksaannya pada sisi yang berlawanan
dari payudara yang diperiksa. Hal ini memungkinkan tangan pemeriksa untuk memeriksa dalam
posisi yang lebih alamiah.
Lesi jinak condong lebih lunak, berbatas tegas, dan mobile diantara jaringan sekitarnya.
Sangat sering ia mempunyai bentuk elips atau bundar yang reguler. Tanda-tanda klasik kanker
payudara seperti pembesaran, massa tak reguler, udema pada kulit diatasnya, fiksasi pada kulit
atau pada bangun-bangun dibawahnya, pelebaran vena-vena superfisial, atau ulserasi, secara
ekstrim mencerminkan penyakit yang telah lanjut.
Inspeksi
Inspkesi bentuk, ukuran, dan simetris dari kedua payudara, apakah terdapat edema (peau
d’orange), retraksi kulit atau puting susu, dan eritema.3
Gambar 1. Inspeksi payudara3
2. Palpasi
Dilakukan palpasi pada payudara apakah terdapat massa, termasuk palpasi kelenjar limfe
di aksila, supraklavikula, dan parasternal. Setiap massa yang teraba atau suatu
lymphadenopathy, harus dinilai lokasinya, ukurannya, konsistensinya, bentuk, mobilitas atau
fiksasinya.3
Gambar 2. Palpasi payudara3
SADARI (Pemeriksaan Payudara Sendiri)
Berdiri di depan cermin, perhatikan payudara. Dalam keadaan normal, ukuran payudara
kiri dan kanan sedikit berbeda. Perhatikan perubahan perbedaan ukuran antara payudara kiri dan
kanan dan perubahan pada puting susu (misalnya tertarik ke dalam) atau keluarnya cairan dari
puting susu. Perhatikan apakah kulit pada puting susu berkerut.
Masih berdiri di depan cermin, kedua telapak tangan diletakkan di belakang kepala dan
kedua tangan ditarik ke belakang. Dengan posisi seperti ini maka akan lebih mudah untuk
menemukan perubahan kecil akibat kanker. Perhatikan perubahan bentuk dan kontur payudara,
terutama pada payudara bagian bawah.
Kedua tangan di letakkan di pinggang dan badan agak condong ke arah cermin, tekan
bahu dan sikut ke arah depan. Perhatikan perubahan ukuran dan kontur payudara.
Angkat lengan kiri. Dengan menggunakan 3 atau 4 jari tangan kanan, telusuri payudara
kiri. Gerakkan jari-jari tangan secara memutar (membentuk lingkaran kecil) di sekeliling
payudara, mulai dari tepi luar payudara lalu bergerak ke arah dalam sampai ke puting susu.
Tekan secara perlahan, rasakan setiap benjolan atau massa di bawah kulit.
Lakukan hal yang sama terhadap payudara kanan dengan cara mengangkat lengan kanan dan
memeriksanya dengan tangan kiri. Perhatikan juga daerah antara kedua payudara dan ketiak.
Tekan puting susu secara perlahan dan perhatikan apakah keluar cairan dari puting susu.
Lakukan hal ini secara bergantian pada payudara kiri dan kanan. Pemeriksaan ini akan lebih
mudah dilakukan ketika mandi karena dalam keadaan basah tangan lebih mudah digerakkan dan
kulit lebih licin.3
Berbaring terlentang dengan bantal yang diletakkan di bawah bahu kiri dan lengan kiri
ditarik ke atas. Telusuri payudara kiri dengan menggunakan jari-jari tangan kanan. Dengan posisi
seperti ini, payudara akan mendatar dan memudahkan pemeriksaan.
Lakukan hal yang sama terhadap payudara kanan dengan meletakkan bantal di bawah bahu
kanan dan mengangkat lengan kanan, dan penelusuran payudara dilakukan oleh jari-jari tangan
kiri.
Pemeriksaan penunjang
1. Mammografi
Mammografi merupakan pemeriksaan yang paling dapat diandalkan untuk mendeteksi
kanker payudara sebelum benjolan atau massa dapat dipalpasi. Karsinoma yang tumbuh
lambat dapat diidentifikasi dengan mammografi setidaknya 2 tahun sebelum mencapai
ukuran yang dapat dideteksi melalui palpasi.4
Mammografi telah digunakan di Amerika Utara sejak tahun 1960 dan teknik ini terus
dimodifikasi dan diimprovisasi untuk meningkatkan kualitas gambarnya. Mammografi
konvensional menyalurkan dosis radiasi sebesar 0,1 sentigray (cGy) setiap penggunaannya.
Sebagai perbandingan, Foto X-ray thoraks menyalurkan 25% dari dosis radiasi mammografi.
Mammografi dapat digunakan baik sebagai skrining maupun diagnostik. Mammografi
mempunyai 2 jenis gambaran, yaitu kraniokaudal (CC) dan oblik mediolateral (MLO). MLO
memberikan gambaran jaringan mammae yang lebih luas, termasuk kuadran lateral atas dan
axillary tail of Spence. Dibandingkan dengan MLO, CC memberikan visualisasi yang lebih
baik pada aspek medial dan memungkinkan kompresi payudara yang lebih besar.
Radiologis yang berpengalaman dapat mendeteksi karsinoma payudara dengan tingkat
false-positive sebesar 10% dan false-negative sebesar 7%. Gambaran mammografi yang
spesifik untuk karsinoma mammae antara lain massa padat dengan atau tanpa gambaran
seperti bintang (stellate), penebalan asimetris jaringan mammae dan kumpulan
mikrokalsifikasi. Gambaran mikrokalsifikasi ini merupakan tanda penting karsinoma pada
wanita muda, yang mungkin merupakan satu-satunya kelainan mammografi yang ada.
Mammografi lebih akurat daripada pemeriksaan klinis untuk deteksi karsinoma mammae
stadium awal, dengan tingkat akurasi sebesar 90%. Protokol saat ini berdasarkan National
Cancer Center Network (NCCN) menyarankan bahwa setiap wanita diatas 20 tahun harus
dilakukan pemeriksaan payudara setiap 3 tahun. Pada usia di atas 40 tahun, pemeriksaan
payudara dilakukan setiap tahun disertai dengan pemeriksaan mammografi. Pada suatu
penelitian atas screening mammography, menunjukkan reduksi sebesar 40% terhadap
karsinoma mammae stadium II, III dan IV pada populasi yang dilakukan skrining dengan
mammografi.4
2. Ultrasonografi (USG)
Penggunaan USG merupakan pemeriksaan penunjang yang penting untuk membantu
hasil mammografi yang tidak jelas atau meragukan, baik digunakan untuk menentukan massa
yang kistik atau massa yang padat. Pada pemeriksaan dengan USG, kista mammae
mempunyai gambaran dengan batas yang tegas dengan batas yang halus dan daerah bebas
echo di bagian tengahnya. Massa payudara jinak biasanya menunjukkan kontur yang halus,
berbentuk oval atau bulat, echo yang lemah di bagian sentral dengan batas yang tegas.
Karsinoma mammae disertai dengan dinding yang tidak beraturan, tetapi dapat juga berbatas
tegas dengan peningkatan akustik. USG juga digunakan untuk mengarahkan fine-needle
aspiration biopsy (FNAB), core-needle biopsy dan lokalisasi jarum pada lesi payudara. USG
merupakan pemeriksaan yang praktis dan sangat dapat diterima oleh pasien tetapi tidak dapat
mendeteksi lesi dengan diameter ≤ 1 cm.5
3. Magnetic Resonance Imaging (MRI)
Sebagai alat diagnostik tambahan atas kelainan yang didapatkan pada mammografi, lesi
payudara lain dapat dideteksi. Akan tetapi, jika pada pemeriksaan klinis dan mammografi
tidak didapat kelainan, maka kemungkinan untuk mendiagnosis karsinoma mammae sangat
kecil.4
MRI sangat sensitif tetapi tidak spesifik dan tidak seharusnya digunakan untuk skrining.
Sebagai contoh, MRI berguna dalam membedakan karsinoma mammae yang rekuren atau
jaringan parut. MRI juga bermanfaat dalam memeriksa mammae kontralateral pada wanita
dengan karsinoma payudara, menentukan penyebaran dari karsinoma terutama karsinoma
lobuler atau menentukan respon terhadap kemoterapi neoadjuvan.5
4. Biopsi
Fine-needle aspiration biopsy (FNAB) dilanjutkan dengan pemeriksaan sitologi
merupakan cara praktis dan lebih murah daripada biopsi eksisional dengan resiko yang
rendah. Teknik ini memerlukan patologis yang ahli dalam diagnosis sitologi dari karsinoma
mammae dan juga dalam masalah pengambilan sampel, karena lesi yang dalam mungkin
terlewatkan. Insidensi false-positive dalam diagnosis adalah sangat rendah, sekitar 1-2% dan
tingkat false-negative sebesar 10%. Kebanyakan klinisi yang berpengalaman tidak akan
menghiraukan massa dominan yang mencurigakan jika hasil sitologi FNA adalah negatif,
kecuali secara klinis, pencitraan dan pemeriksaan sitologi semuanya menunjukkan hasil
negatif.
Large-needle (core-needle) biopsy mengambil bagian sentral atau inti jaringan dengan
jarum yang besar. Alat biopsi genggam menbuat large-core needle biopsy dari massa yang
dapat dipalpasi menjadi mudah dilakukan di klinik dan cost-effective dengan anestesi lokal.4
Open biopsy dengan lokal anestesi sebagai prosedur awal sebelum memutuskan tindakan
defintif merupakan cara diagnosis yang paling dapat dipercaya. FNAB atau core-needle
biopsy, ketika hasilnya positif, memberikan hasil yang cepat dengan biaya dan resiko yang
rendah, tetapi ketika hasilnya negatif maka harus dilanjutkan dengan open biopsy. Open
biopsy dapat berupa biopsy insisional atau biopsi eksisional. Pada biopsi insisional
mengambil sebagian massa payudara yang dicurigai, dilakukan bila tidak tersedianya core-
needle biopsy atau massa tersebut hanya menunjukkan gambaran DCIS saja atau klinis curiga
suatu inflammatory carcinoma tetapi tidak tersedia core-needle biopsy. Pada biopsi
eksisional, seluruh massa payudara diambil.5
5. Biomarker
Biomarker karsinoma mammae terdiri dari beberapa jenis. Biomarker sebagai salah satu
faktor yang meningkatkan resiko karsinoma mammae. Biomarker ini mewakili gangguan
biologik pada jaringan yang terjadi antara inisiasi dan perkembangan karsinoma. Biomarker ini
digunakan sebagai hasil akhir dalam penelitian kemopreventif jangka pendek dan termasuk
perubahan histologis, indeks dari proliferasi dan gangguan genetik yang mengarah pada
karsinoma.
Working diagnosis
Kanker payudara adalah penyakit di mana sel-sel (kanker) yang ganas terdeteksi dalam
jaringan payudara. Sel-sel kanker ini dapat menyebar di dalam jaringan atau organ tubuh dan
kebagian tubuh yang lain. Kanker payudara adalah suatu penyakit neoplasma ganas yang berasal
parenchyma. Kanker payudara merupakan kanker terbanyak kedua sesudah kanker leher rahim
diIndonesia.6
Diagnosis banding