DESKRIPSI CAGAR BUDAYA TIDAK BERGERAK KABUPATEN PESISIR ... · deskripsi cagar budaya tidak...

43
DESKRIPSI CAGAR BUDAYA TIDAK BERGERAK KABUPATEN PESISIR SELATAN PROVINSI SUMATERA BARAT BALAI PELESTARIAN CAGAR BUDAYA SUMATERA BARAT WILAYAH KERJA PROVINSI SUMATERA BARAT, RIAU DAN KEPULAUAN RIAU

Transcript of DESKRIPSI CAGAR BUDAYA TIDAK BERGERAK KABUPATEN PESISIR ... · deskripsi cagar budaya tidak...

DESKRIPSI CAGAR BUDAYA TIDAK BERGERAK

KABUPATEN PESISIR SELATAN

PROVINSI SUMATERA BARAT

BALAI PELESTARIAN CAGAR BUDAYA SUMATERA BARAT

WILAYAH KERJA PROVINSI SUMATERA BARAT, RIAU DAN KEPULAUAN RIAU

Data Cagar Budaya Tidak Bergerak Kabupaten Pesisir Selatan

Balai Pelestarian Cagar Budaya Sumatera Barat©2017

HASIL

DAFTAR PEMUTAKHIRAN DATA CAGAR BUDAYA KAB. PESISIR SELATAN

TAHUN 2018

Data Cagar Budaya Tidak Bergerak Kabupaten Pesisir Selatan

Balai Pelestarian Cagar Budaya Sumatera Barat©2017

DAFTAR ISI 1. Kompleks Makam Bundo Kanduang ............................................................................................. 6

2. Makam Cindua Mato .................................................................................................................... 9

3. Benteng Portugis Pulau Cingkuk ................................................................................................. 11

4. Kompleks Makam Sultan Perhimpunan Alam ............................................................................. 15

5. Bekas Istana Kerajaan Inderapura ............................................................................................... 18

6. Makam Raja-Raja Kerajaan Inderapura ....................................................................................... 22

7. Makam Tuanku Berdarah Putih .................................................................................................. 25

8. Masjid Al-Ima Kotobaru .............................................................................................................. 28

9. Makam Syech Muhammad Jamil ................................................................................................ 31

10. Kursi Rajo ................................................................................................................................ 34

11. Shipwreck MV.Nederland Boeloengan Mandeh ..................................................................... 37

12. Rumah Percetakan Uang ......................................................................................................... 40

Data Cagar Budaya Tidak Bergerak Kabupaten Pesisir Selatan

Balai Pelestarian Cagar Budaya Sumatera Barat©2017

Rumah Gadang Mande Rubiah

KOMPONEN DATA ISIAN DATA

Nama Objek Rumah Gadang Mande Rubiah

Nomor Inventaris 01/BCB-TB/A/14/2007

Alamat

Jalan Jl. Bundo Kanduang

Dusun Jorong Lubuk Sitepung

Desa/Kelurahan Nagari Lunang

Kecamatan Lunang Silaut

Kabupaten/kota Pesisir Selatan

Provinsi Sumatera Barat

Orbitrasi Situs (km)

Ibukota Kab. ±153 km

Ibukota Prov. ±230 km

Keletakan Geografis Rumah Gadang Madeh Rubiahterletak di dalam bentang alam dataran rendah

dengan elevasi ±27 mdpl

Aksesibilitas Situs Akses menuju lokasi Rumah Gadang Mandeh Rubiah cukup mudah, dapat

diakses dengan kendaraan roda dua atau empat melalui jalan Lintas Padang-

Painan, kemudian dilanjutkan dengan akses Jalan Bundo Kanduang, rumah

berada di pinggir jalan.

Letak Astronomis S 2° 15' 8.226" E 101° 7' 34.828"

Deskripsi Historis Menurut Mandeh Rubiah yang sekarang menempati rumah gadang Tersebut,

Rumah Gadang Mande Rubiah terletak di Nagari Lunang. Nagari Lunang sudah

merupakan daerah perbatasan antara Propinsi Sumatera Barat dan Bengkulu.

Lunang adalah sebuah nagari yang terletak di Kecamatan Pancung Soal,

Kabupaten Pesisir Selatan. Rumah Gadang Mandeh Rubiah dibangun oleh

Bundo Kandung pada sekitar abad 13-14 Masehi. Mandeh Rubiah sekarang

merupakan keturunan yang ke – 7. Sebelum tinggal di Lunang Pesisir Selatan,

Mandeh Rubiah atau Bundo Kanduang tinggal di Pagaruyung di Tanah Datar.

Perpindahan Bundo Kanduang ke Lunang ini disebabkan adanya konflik antara

Bundo Kanduang denganTiang Bungkuk. Bundo Kanduang Mande Rubiah yang

bernama kecil Rakinah. suami dia bernama Suhardi sutan Indera (suku Malayu

Gadang Rantau Kataka) dan 7 orang anak (6 Putera dan 1 Puteri) ; Mar

Alamsyah Sutan Daulat, Zulrahmansyah Daulat Rajo Mudo,SS, Noval

Nofriansyah, Marwansyah, Zaitulsyah,HeksaRasudarsyah, Naura Puti

kabbarasti.Sedangkan keturunan dari Dang Tuanku Remendung yang jejaknya

tak terekam oleh pagaruyung atas permintaan bundo kanduang sendiri dengan

mengatakan bahwa ia dan keturunannya sudah mengirap ke langit untuk

mengelabui raja Tiang bungkuk yang mengejarnya sampai ke pagaruyung,

setelah meninggalkan, bundo kanduang kembali ke lunang tempat asal nenek

moyangnya, adityawarman.

Data Cagar Budaya Tidak Bergerak Kabupaten Pesisir Selatan

Balai Pelestarian Cagar Budaya Sumatera Barat©2017

Deskripsi Arkeologis Rumah Gadang Mandeh Rubiah yang asli sebenarnya hanya bangunan di bagian

depan saja. Lantainya merupakan lantai panggung yang mempunyai ketinggian

1,6 meter dari permukaan tanah. Tiang utama terdiri dari 8 buah berbentuk

silinder dan masih asli.

Jumlah tiang melambangkan jumlah suku yang ada di Nagari Lunang. Rumah

Gadang Mandeh Rubiah tidak berbentuk gonjong seperti umumnya rumah

gadang di Sumatera Barat, tetapi berbentuk atap rumah kampung. Tata ruang

bangunan utama terdiri dari dua ruangan memanjang, yaitu ruangan depan dan

ruangan belakang. Pada ruangan ini terdapat 3 buah jendela di bagian muka

dan 1 buah jendela di bagian samping kiri. Keempat jendela tersebut

mempunyai daun jendela ganda. Ukuran jendela adalah tinggi 97 cm dan lebar

85 cm. Memiliki 2 buah pintu utama di bagian depan sebelah kiri dan kanan,

dengan ukuran tinggi 174 cm dan lebar 84 cm. Pada dinding ruangan depan ini

digantung papan-papan yang diberi kaca dan di dalamnya digantung berbagai

jenis artefak antara lain berupa berbagai jenis senjata dan peralatan rumah

tangga.

Bagian sisi kiri belakang ruang terdapat satu pintu yang menghubungkan antara

ruangan depan dengan ruangan belakang. Pintu ini berukuran tinggi 156 cm dan

lebar 80 cm. Ruangan belakang ini terdapat satu buah jendela yang berada di

dinding belakang. Sedangkan di sudut kiri belakang terdapat satu buah pintu

berukuran tingi 180 cm dan lebar 85 cm. Pintu ini menghubungkan antara

ruangan bangunan utama dan ruangan bangunan tambahan yang ada di bagian

belakang. Diruangan belakang ini terdapat lemari kayu yang bagian atasnya di

tutup dengan kaca di dalamnya terdapat berbagai jenis artefak, antara lain

berupa peralatan rumah tangga. Dinding atap rumah gadang di beri daun

kering.

Rangkiang Rumah Gadang Mande Rubih pada saat sekarang ini tidak bisa

digunakan lagi karena bangunannya tidak layak dipakai. Jupel Rumah Gadang

Mande Rubiah menginginkan rangkiangnya dipugar atau direnovasi.

Ukuran (luas) Situs Bangunan 13,4 x 5,4 m (72,36 m²)

Lahan 50 x 40 m (2000 m²)

Batas-batas

Utara Jalan Bundo Kanduang

Selatan Batang Lunang

Barat Masjid

Timur Tanah Rumah Gadang

Fungsi lama dan

sekarang

Fungsi lama: Hunian

Fungsi sekarang : Museum

Pemilik Keluarga/Keturunan Kaum Mandeh Rubiah

Pengelola Keluarga/Keturunan Kaum Mandeh Rubiah dan BPCB Sumatera Barat

Data Cagar Budaya Tidak Bergerak Kabupaten Pesisir Selatan

Balai Pelestarian Cagar Budaya Sumatera Barat©2017

Foto Bangunan

Rumah Gadang Mande Rubiah tampak depan

Tampak samping Rumah Gadang Mandeh Rubiah

Foto Lingkungan

Lingkungan sekitar Rumah Gadang Mandeh Rubiah

Denah Keletakan

Denah Lokasi Rumah Gadang Mandeh Rubiah

Pengentri Data Marjohan Syarif, SH; Dodi Chandra, S.Hum

Tanggal Oktober 2017

Data Cagar Budaya Tidak Bergerak Kabupaten Pesisir Selatan

Balai Pelestarian Cagar Budaya Sumatera Barat©2017

1. Kompleks Makam Bundo Kanduang

KOMPONEN DATA ISIAN DATA

Nama Objek Kompleks Makam Bundo Kanduang

Nomor Inventaris 02/BCB-TB/A/14/2007

Alamat

Jalan Jl. Bundo Kanduang

Dusun Jorong Lubuk Sitepung

Desa/Kelurahan Nagari Lunang

Kecamatan Lunang Silaut

Kabupaten/kota Pesisir Selatan

Provinsi Sumatera Barat

Orbitrasi Situs (km)

Ibukota Kab. ±150 km

Ibukota Prov. ±233 km

Keletakan Geografis Makam Bundo Kanduang terletak di dalam bentang alam dataran rendah

dengan elevasi 33 mdpl

Aksesibilitas Situs Akses menuju lokasi Makam cukup mudah, dapat diakses dengan

kendaraan roda dua atau empat melalui Jalan Bundo Kanduang, lokasi

makam tidak jauh dari Rumah Gadang Mandeh Rubiah.

Letak Astronomis S 2° 14' 2.101"E 101° 6' 39.301"

Deskripsi Historis Kompleks makam ini dinamai Makam Bundo Kanduang karena tokoh yang

dimakamkan diyakini bernama Bundo Kanduang yaitu tokoh legenda

Minangkabau yang melarikan diri dari pagaruyung ke Lunang Silaut karena

konflik. Tokoh-tokoh yang dimakamkan di dalam kompleks ini masih

memiliki kaitan dengan Rumah Gadang Mande Rubiah. Jirat tersusun dari

batu kali yang dibentuk berundak, dan nisan memiliki bentuk tipe Aceh.

Deskripsi Arkeologis Kompleks makam Bundo Kanduang terdiri dari dua bagian, yaitu bagian

dalam dan bagian luar. Antara dua bagian ini dibatasi dengan pagar.

Kompleks bagian dalam pada sisi timur, utara, dan barat dibatasi dengan

pagar kawat berduri. Sedangkan pada sisi selatan dibatasi dengan pagar

tembok andesit. Tembok andesit yang berada di sisi selatan berukuran

tinggi 90 cm dan lebar 60 cm. Pintu masuk ke kompleks bagian dalam

terdapat pada sisi selatan dan mempunyai ukuran lebar 1,5 m.

Pada bagian dalam makam ini terdapat 9 buah makam kuno. Makam-

makam tersebut umumnya dengan jirat berundak dari bahan pasir semen

dan nisan batu andesit berbentuk lonjong tanpa pengerjaan.

Pada bagian luar sisi baratlaut di sebelah selatan kompleks makam Bundo

kanduang terdapat makam-makam baru sebanyak 12 buah makam.

Sedangkan pada sisi ujung selatan terdapat sebidang tanah rata yang

berfungsi untuk tempat mendoa dan kenduri pada setiap bulan Dzhulhijah.

Kenduri ini diikuti oleh masyarakat sekitar Lunang. Menurut data yang

Data Cagar Budaya Tidak Bergerak Kabupaten Pesisir Selatan

Balai Pelestarian Cagar Budaya Sumatera Barat©2017

diperoleh yang dimakamkan di kompleks Makam Bundo Kanduang yaitu

Bundo Kanduang, Dang Tuangku, Puti Bungsu dan generasi penerus dari

Bundo Kanduang dengan Gelar Mandehh Rubiah.

Ukuran (luas) Situs Bangunan -

Lahan 35 x 18,40 m (644 m²)

Batas-batas

Utara Tanah Kaum Mandeh Rubiah

Selatan Tanah Kaum Mandeh Rubiah

Barat Tanah Kaum Mandeh Rubiah

Timur Tanah Kaum Mandeh Rubiah

Fungsi lama dan

sekarang

Dari awalnya sampai sekarang berfungsi sebagai tempat pemakaman

Pemilik Keluarga/Keturunan Kaum Mandeh Rubiah

Pengelola Keluarga/Keturunan Kaum Mandeh Rubiah

Foto Bangunan

Makam-Makam Kuna di Kompleks Makam Bundo Kanduang

Nisan tipe Aceh (berhias) di Kompleks Makam Bundo Kanduang

Data Cagar Budaya Tidak Bergerak Kabupaten Pesisir Selatan

Balai Pelestarian Cagar Budaya Sumatera Barat©2017

Foto Lingkungan

Lingkungan sekitar Kompleks Makam Bundo Kanduang

Denah Keletakan

Denah lokasi Kompleks Makam Bundo Kanduang

Pengentri Data Marjohan Syarif, SH; Dodi Chandra, S.Hum

Tanggal Oktober 2017

Data Cagar Budaya Tidak Bergerak Kabupaten Pesisir Selatan

Balai Pelestarian Cagar Budaya Sumatera Barat©2017

2. Makam Cindua Mato

KOMPONEN DATA ISIAN DATA

Nama Objek Makam Cindua Mato

Nomor Inventaris 03/BCB-TB/A/14/2007

Alamat

Jalan Jl. Lubuk Sitepung

Dusun Jorong Lubuk Sitepung

Desa/Kelurahan Nagari Lunang

Kecamatan Lunang Silaut

Kabupaten/kota Pesisir Selatan

Provinsi Sumatera Barat

Orbitrasi Situs (km)

Ibukota Kab. ±153 km

Ibukota Prov. ±237 km

Keletakan Geografis Makam Cindua Matoterletak di dalam bentang alam dataran rendah dengan

elevasi 30 mdpl

Aksesibilitas Situs Akses menuju lokasi makam cukup mudah, dapat dijangkau dengan

kendaraan roda dua ataupun empat hingga gerbang makam, kemudian

dilanjutkan dengan berjalan kaki sekitar 50 m.

Letak Astronomis S 2° 15' 8.700" E 101° 7' 30.300"

Deskripsi Historis Cindua Mato merupakan salah satu tokoh legenda di Minangkabau. Dia

merupakan pengawal dari Dang Tuangku anak dari Bundo Kanduang atau

anak dari Kambang Bandahari pembantu dari Bundo Kanduang.

Deskripsi Arkeologis Makam ini berada ± 250 meter di sebelah selatan Rumah Gadang Mandeh

Rubiah. Makam ini terletak di dalam sebuah cungkup perlindungan. Cungkup

ini berukuran panjang 3,21 meter, lebar 2,65 meter, dan tinggi 2,49 meter.

Cungkup ini berada di dalam sebidang tanah yang diberi pagar

besi.Disekeliling situs Makam Cindua Mato berada didalam cungkup yang

juga diberi pagar besi.Nisan makam batu berbentuk bulat sedikit menonjol.

Makam CinduaMato berbentuk dua tingkat. Dinding makam bagian tingkat

kedua diberi batu-batu yang berukuran ± 8 cm, tingkat pertama ± 12 cm

yang dicampur dengan pasir semen.

Ukuran (luas) Situs Bangunan 2,75 x 3,40 m (9,35 m²)

Lahan 14,60 x 17 m (248,2 m²)

Batas-batas

Utara Tanah Mandeh Rubiah

Selatan Tanah Irwan

Barat Tanah Mandeh Rubiah

Timur Tanah kasan

Fungsi lama dan

sekarang

Fungsi lama : Pemakaman

Fungsi sekarang : Pemakaman

Pemilik Keluarga/Keturunan Kaum Mandeh Rubiah

Pengelola Keluarga/Keturunan Kaum Mandeh Rubiah dan BPCB Sumatera Barat

Data Cagar Budaya Tidak Bergerak Kabupaten Pesisir Selatan

Balai Pelestarian Cagar Budaya Sumatera Barat©2017

Foto Bangunan

Makam Cindua Mato tampak depan, samping (Dok.BPCB Sumbar, 2017)

Foto Lingkungan

Lingkungan Makam Cindua Mato (Dok.BPCB Sumbar, 2017)

Denah Keletakan

Denah lokasi Kompleks Makam Cindua Mato

Pengentri Data Marjohan Syarif, SH; Dodi Chandra, S.Hum

Tanggal Oktober 2017

Data Cagar Budaya Tidak Bergerak Kabupaten Pesisir Selatan

Balai Pelestarian Cagar Budaya Sumatera Barat©2017

3. Benteng Portugis Pulau Cingkuk

KOMPONEN DATA ISIAN DATA

Nama Objek Benteng Portugis Pulau Cingkuk

Nomor Inventaris 04/BCB-TB/A/14/2007

Alamat

Jalan -

Dusun Jorong Pulau Cingkuk

Desa/Kelurahan Nagari Painan

Kecamatan IV Jurai

Kabupaten/kota Pesisir Selatan

Provinsi Sumatera Barat

Orbitrasi Situs (km)

Ibukota Kab. ±3 km

Ibukota Prov. ±77 km

Keletakan Geografis Benteng Portugis Pulau Cingkuk terletak di dalam bentang alam dataran

rendah , berada di Pantai Pulau Cingkukdengan elevasi 2 mdpl

Aksesibilitas Situs Akses menuju lokasi benteng sedikit sulit. Dari Pusat Kota Painan hingga

Pantai Carocok dapat dijangkau dengan kendaraan roda dua atau empat.

Kemudian dari Pantai Carocok, dilanjutkan dengan kendaraan laut dengan

speed boat sekitar 10 menit hingga ke Pantai Pulau Cingkuk.

Letak Astronomis S 1° 21' 13.010" E 100° 33' 32.846"

Deskripsi Historis Cingkuk adalah sebuah pulau kecil memanjang utara ­ selatan, di Dusun

Cerocok, Desa Painan Selatan, Kecamatan IV Jurai, Kabupaten Pesisir

Selatan. Bagian selatan dan barat pulau merupakan bukit karang yang

melandai ke arah utara. Di bagian utara itulah terdapat sisa bangunan yang

disebut masyarakat Benteng Portugis Pulau Cingkuk. Adapun data yang

diperoleh belum mengindikasikan hubungan peninggalan tersebut dengan

orang Portugis. Sebaliknya, sumber Belanda menyebutkan bahwa setelah

diadakannya Painansch Traktaat pada tahun 1663, VOC mendirikan loji di

Pulau Cingkuk (Mansoer et al,1970:94).

Deskripsi Arkeologis Peninggalan-peninggalan arkeologi yang terdapat di Pulau Cingkuk berupa

sisa-sisa benteng yang yang tidak utuh hanya berupa tembok pagar sebelah

timur, pintu utama di bagian barat, dan dermaga di sebelah timur. Selain itu

juga terdapat nisan makam dari bahan batu marmer bertuliskan bahasa

Portugis dan sebuah lubang (sumuran).

selatan sepanjang 37,50 meter dilengkapi pintu berukuran 2,90 meter

(berjarak 9,50 meter dari ujung selatan tembok, disebut Gerbang I). Tebal

tembok 0,90 meter dengan tinggi 3,60 meter. Pada jarak 7,30 meter dari

ujung utara tembok itu ada tembok lain ke arah barat sepanjang 6,5 meter,

termasuk pintu 1,50 meter (Gerbang II). Permukaan tanah di bagian barat

(dalam) tembok lebih tinggi sekitar 35 cm dibanding permukaan tanah di

bagian timur (luar) Gerbang I berhiaskan pelipit yang menegaskan

Data Cagar Budaya Tidak Bergerak Kabupaten Pesisir Selatan

Balai Pelestarian Cagar Budaya Sumatera Barat©2017

keberadaannya sebagai gerbang.

Selanjutnya di bagian utara pulau. Berjarak 35 meter disebelah barat

Gerbang I adalah Gerbang III, pintu masuk ke areal lain Benteng Portugis

Pulau Cingkuk. Menempati lereng timur bukit yang memanjang di bagian

barat pulau, permukaan tanahnya lebih tinggi dibanding permukaan tanah

tempat struktur bangunan di sebelah timurnya. Gerbang III tampil lebih raya.

Strukturnya berupa susunan bata berspesi. Batanya putih kecoklatan dan

merah. Bata putih untuk bagian kaki sampai badan gerbang, sedangkan bata

merah pada bagian kaki, kepala, dan bagian pelipit. Gerbang setinggi 3,45

meter itu berpuncak undakan persegi panjang berambang lengkung setinggi

2,75 meter. Kedua sisi bagian akhir lengkungan dibatasi pelipit. Lebar

gerbang 1,60 meter. Ini pintu masuk ke bagian pertapakan berisi reruntuhan

bangunan yang dibatasi tembok keliling dan talud/dinding penahan tanah.

Tembok batu dan bata berspesi membentang barat­timur sepanjang 23,50

meter, menempel di sisi selatan Gerbang III. Di ujung barat tembok

membentang talud setinggi 2,50 meter hingga 3,30 meter ke arah utara.

Talud itu adalah susunan/tumpukan batu alam berukuran besar (boulder),

yang berbelok ke arah utara sepanjang 15 meter. Keseluruhan talud dan

tembok yang berawal pada Gerbang III lebih berperan sebagai sarana

mendapatkan permukaan datar yang lebih tinggi dari lahan sekitarnya,

terlebih bila dibandingkan dengan bagian utara dan timurnya. Dataran itu

membentuk denah dua empat persegi panjang yang digabungkan. Denah

pertama di selatan berukuran 30 meter x 23,50 meter, dan denah kedua di

utara berukuran 15 meter x 12,50 meter. Di bagian lahan yang berdenah

empat persegi panjang di utara dijumpai dua lapis talud lain. Masing­masing

talud yang berukuran lebih rendah dari talud utama menempati bagian

permukaan tanah yang lebih tinggi. Adanya talud­talud rendah itu

membentuk semacam undakan yang keseluruhannya menjadikan bagian

lahan itu lebih tinggi daripada lahan empat persegi panjang yang lebih luas di

sebelah selatannya. Dari bagian selatan ke bagian utara dihubungkan dengan

anak tangga yang dipahatkan langsung pada batuan dasar pembentuk

gundukan itu.

Selain itu, di sekitar Benteng juga terdapat nisan makam. Nisan makam

berada di sisi sebelah barat dekat pintu gerbang. Nisan makam tersebut

terbuat dari bahan batu marmer putih, berukuran panjang 162 cm, lebar 85

cm, tinggi 45 cm, membujur kearah utara. Pada bagian atas tengah terdapat

lambang Bangsa Portugis (?). Di bawah lambang ini terdapat tulisan huruf

latin berbahasa Portugis .Pada sebelah timur keberadaan nisan marmer ini

kira-kira 50 meter terdapat bekas lubang yang sudah terbuka. Berdasarkan

sisa-sisanya, lubang tersebut pada bagian atas ditutup dengan bata merah

yang disusun secara melengkung ke atas. Lubang tersebut berukuran

panjang 1,8 meter, lebar 50 cm, dan kedalaman lubang 78 cm. Bekas

dermaga berada di sebelah timur Pulau Cingkuk. Dermaga ini berupa

susunan dari batu andesit. Kondisinya sudah rusak parah karena terkikis oleh

air laut. Sisa-sisa yang masih dapat dilihat berukuran panjang ±20 meter

Data Cagar Budaya Tidak Bergerak Kabupaten Pesisir Selatan

Balai Pelestarian Cagar Budaya Sumatera Barat©2017

dengan lebar 3 meter

Ukuran (luas) Situs Bangunan -

Lahan 2 Ha

Batas-batas

Utara Laut

Selatan Laut

Barat Laut

Timur Laut

Fungsi lama dan

sekarang

Fungsi lama: Benteng, Loji (Gudang Penyimpanan)

Fungsi sekarang : Pariwisata, Pendidikan

Pemilik Pemerintahan Kabupaten Pesisir Selatan

Pengelola Pemerintahan Kabupaten Pesisir Selatan dan BPCB Sumatera Barat

Foto Bangunan

Benteng Pulau Cingkuk Tampak depan (Dok. BPCB Sumbar, 2017)

Benteng Pulau Cingkuk Tampak samping, belakang (Dok. BPCB Sumbar, 2017)

Foto Lingkungan

Pulau Cingkuk ; lingkungan sekitar Benteng Pulau Cingkuk (Dok. BPCB Sumbar, 2017)

Data Cagar Budaya Tidak Bergerak Kabupaten Pesisir Selatan

Balai Pelestarian Cagar Budaya Sumatera Barat©2017

Denah Keletakan

Denah lokasi Benteng Pulau Cingkuk

Pengentri Data Marjohan Syarif, SH; Dodi Chandra, S.Hum

Tanggal Oktober 2017

Data Cagar Budaya Tidak Bergerak Kabupaten Pesisir Selatan

Balai Pelestarian Cagar Budaya Sumatera Barat©2017

4. Kompleks Makam Sultan Perhimpunan Alam

KOMPONEN DATA ISIAN DATA

Nama Objek Kompleks Makam Sultan Perhimpunan Alam

Nomor Inventaris 06/BCB-TB/A/14/2007

Alamat

Jalan Jl. Bukit Manda

Dusun Jorong Duku Selatan

Desa/Kelurahan Nagari Duku

Kecamatan Koto XI Tarusan

Kabupaten/kota Pesisir Selatan

Provinsi Sumatera Barat

Orbitrasi Situs (km)

Ibukota Kab. ±28 km

Ibukota Prov. ± 69 km

Keletakan Geografis Kompleks Makam Sultan Perhimpunan Alamterletak di dalam bentang alam

dataran rendah dengan elevasi 365 mdpl

Aksesibilitas Situs Akses menuju lokasi makam relatif sulit, karena lokasi objek berada di

sebuah bukit Bukit yang dikelilingi oleh persawahan. Dari jalan Lintas

Padang-Painan, Masjid Nurul Huda dapat dilanjutkan dengan kendaraan

roda dua atau empat. Untuk sampai ke lokasi makam harus berjalan,

menapaki pematang sawah dan mendaki bukit sekitar 200 m dari tempat

pemberhentian kendaraan.

Letak Astronomis S 1° 12' 44.726"E 100° 29' 40.913"

Deskripsi Historis Sultan ini merupakan salah satu Raja Kerajaan Salido yang berada di bawah

kekuasaan dan beafiliasi ke Kerajaan Sungai Pagu yang ada di Kabupaten

Solok Selatan sekarang. Kompleks Makam Ini sekarang berada di bawah

kepemilikan dari Suku Caniago, dan yang diberi tanggung jawab untuk

merawatnya adalah Sultan Baharuddin Perhimpunan Alam yang merupakan

Keturunan Ke - 14 dari Keluarga Raja Kerajaan Salido. Menurut pendapat dari

Wali Nagari Duku Selatan Makam Sultan Baharudin Perhimpunan Alam ini

berada dibelakang Masjid Huda Jorong Duku Selatan, sedangkan Makam

yang berada didaerah perbukitan adalah makam perhimpunannya.1 Sultan

Perhimpunan Alam ini memiliki 5 orang anak yang bernama, Maradiye,

Imam Tantu, Sari Bungo, Bungo Sari dan Sari Suto, dan istri yang bernama

Anak Duku.2

Deskripsi Arkeologis Dari hasil oberservasi yang dilakukan, pada bagian atas bukit terdapat

makam-makam yang sudah bercampur dengan makam baru. Namun,

makam Kuna (Makam Perhimpunan Alam) jelas terlihat pada nisan yang

dipasangkan pada makam. Dari hasi observasi setidaknya terdapat 8 makam

1Wawancara dengan pihak Wali Nagari Duku selatan 2Wawancara dengan pemuka masyarakat yang ada di sekitar lokasi makam

Data Cagar Budaya Tidak Bergerak Kabupaten Pesisir Selatan

Balai Pelestarian Cagar Budaya Sumatera Barat©2017

kuna dengan bahan dan jenis nisan yang sama. Jumlah tersebut mungkin

lebih dari 8 makam, karena hanya 8 makam yang berhasil terobservasi.

Selain itu, terdapat pula beberapa makam-makam baru yang disekelilingi

makam kuna. Makam-makam baru tersebut merupakan makam masyarakat

dari 3 suku/kaum yaitu Suku Tanjung, Suku Jambak, Suku Caniago.

Makam yang berada di atas bukit ini merupakan kerabat (perhimpunan) dari

Raja Kerajaan Salido. Salah satu diantaranya yang bermakam di lokasi ini

adalah makam Sultan Sidinarno Gurnam yang meninggal tahun 1590.

Makam-makam kuna yang berada di kompleks makam ini tidak memiliki

jirat, orientasi makam BL-Tenggara, dengan panjang makam mulai dari 1 m,

1,3 m, 1,5 m , 1,75 m. Nisan pada kompleks makam ini terbuat dari batu

andesit menyerupai balok, dengan tinggi, lebar dan tebal yang bervariasi.

Tinggi nisan bervariasi mulia dari 40 cm, 50 cm, 55 cm, 65 cm hingga 90 cm,

lebar nisan juga bervariasi mulai dari 10 cm, 11 cm, 12 cm, 14 cm, 16 cm

hingga 20 cm, sedangkan tebal nisan mulai dari 10 cm, 12 cm, 14 cm, hingga

16 cm.Tinggi nisan-nisan makam pada kompleks makam ini berkisar antara

0,5 s.d 1,5 meter. Salah satu makam ada yang nisannya berpasangan,

berukuran tinggi 158 cm (nisan sisi utara) dan tinggi 148 cm (nisan sisi

selatan). Makam-makam pada kompleks makam ini berorientasi utara-

selatan.

Ukuran (luas) Situs Bangunan -

Lahan 50 meter x 40 meter (2000 meter2)

Batas-batas

Utara Sawah Isit/ Suku Tanjung

Selatan Sawah Rasyidin/ Suku Caniago

Barat Sawah Isit/ Suku Tanjung

Timur Sawah Kuman/ Suku Caniago

Fungsi lama dan

sekarang

Fungsi lama : Pemakaman

Fungsi sekarang :pemakaman

Pemilik Milik keluarga Sultan baharuddin Perhimpunan Alam.

Pengelola Milik keluarga Sultan baharuddin Perhimpunan Alam.

Foto Bangunan

Data Cagar Budaya Tidak Bergerak Kabupaten Pesisir Selatan

Balai Pelestarian Cagar Budaya Sumatera Barat©2017

Makam Kuna di Komplek Makam Sultan Perhimpunan Alam

Foto Lingkungan

Lingkungan sekitar makam yang berada di atas bukit kecil yang dikelilingi persawahan

Denah Keletakan

Denah Makam Sultan Perhimpunan Alam

Pengentri Data Marjohan Syarif, SH; Dodi Chandra, S.Hum

Tanggal Oktober 2017

Data Cagar Budaya Tidak Bergerak Kabupaten Pesisir Selatan

Balai Pelestarian Cagar Budaya Sumatera Barat©2017

5. Bekas Istana Kerajaan Inderapura

KOMPONEN DATA ISIAN DATA

Nama Objek Bekas Istana Kerajaan Inderapura

Nomor Inventaris 07/BCB-TB/A/14/2007

Alamat

Jalan Jl. Muaro Sakai

Dusun Jorong Muaro Sakai

Desa/Kelurahan Nagari Inderapura

Kecamatan Airpura

Kabupaten/kota Pesisir Selatan

Provinsi Sumatera Barat

Orbitrasi Situs (km)

Ibukota Kab. ±198 km

Ibukota Prov. ±287 km

Keletakan Geografis Bekas Istana Kerajaan Inderapura ini berada dalam bentang alam dataran

rendah dengan elevasi 13 mdpl

Aksesibilitas Situs Untuk sampai ke lokasi Bekas Istana Inderapura cukup mudah, karena tidak

jauh dari jalan raya, berada di pemukiman padat penduduk, dapat ditempuh

kendaraan roda dua atau roda empat.

Letak Astronomis S 2° 5' 17.498" E 101° 9' 33.001"

Deskripsi Historis Kerajaan Inderapura merupakan salah satu kerajaan di Ranah Pesisir

Minangkabau. Secara historis kerajaan ini masih memiliki hubungan dengan

Kaum Rumah Gadang Mandeh Rubiah di Lunang serta dengan Kerajaan

Pagaruyung di Tanah Datar. Dalam beberapa cerita di masyarakat ada yang

mengatakan kalau kerajaan Inderapura berada dibawah kekuasaan

pagaruyung, tetapi sampai saat ini tidak satupun bukti yang dapat

membuktikan Kerajaan Inderapura ini tunduk kepada Kerajaan Pagaruyung.

Situs Kesultanan Inderapura terletak di wilayah pesisir barat Sumatera,

tepatnya di perbatasan Sumatera Barat dan Bengkulu sekarang. Pusat

kekuasaannya berada pada wilayah muara sungai yang sekarang juga

bernama Inderapura, Kecamatan Pancung Soal, Kabupaten Pesisir Selatan. Di

ujung sungai ini mengarah ke laut dengan muara yang lebih lebar dan

merupakan pertemuan dua buah muara sungai, yaitu Muara Sakai dan

Muara Bantaian yang mengalir dari Air Haji. Dalam beberapa penulisan

disebutkan bahwa pada abad ke-9 Masehi, kerajaan Inderapura didirikan

oleh Sultan Muhammad Syah, anak bungsu dari Sultan Maharaja Diraja yang

merupakan putra Iskandar Zulkarnaini, dan berkedudukan di Air Pura

sebagaimana yang disebutkan terdahulu. Keberadaan Inderapura sebagai

kerajaan Islam sejak abad ke-16 terutama sejak perubahan kerajaan menjadi

kesultanan, agaknya sulit untuk diragukan. Beberapa naskah dan sumber

Data Cagar Budaya Tidak Bergerak Kabupaten Pesisir Selatan

Balai Pelestarian Cagar Budaya Sumatera Barat©2017

lokal lainnya menjelaskan bahwa perubahan sebutan kerajaan Air Pura

menjadi kesultanan Inderapura dapat menjadi bukti untuk itu. Perubahan

kerajaan menjadi kesultanan itu terjadi pada awal abad ke-16, yaitu pada

masa pemerintahan Sultan ke-11 kerajaan Air Pura, bersama Sultan Sakelab

Dunia dengan gelar Sultan Iskandar Johan Berdaulatsyah. Berdasarkan

penelitian yang dilaksanakan oleh Tim peneliti Balai Kajian Sejarah dan Nilai

Tradisional Sumbar pada tahun 2004. Dalam laporan penelitian ini

disebutkan bahwa kerajaan Air Pura sudah berdiri semenjak abad ke-9 SM.

Sedangkan perubahan nama menjadi Kerajaan Melayu Air Pura terjadi pada

abad ke-12, yaitu di masa pemerintahan Sultan Zatullah. Selain itu, dalam

Naskah Inderapuradisebutkan bahwa penggantian nama Air Pura menjadi

Inderapura terjadi pada masa pemerintahan Sultan Inayat Syah (1357 M),

tanpa menjelaskan apakah pada waktu ini sekaligus dilakukan penggantian

sebutan kerajaan menjadi kesultanan atau tidak. Jika dilihat secara umum

sistem birokrasi pemerintahan di Kesultanan Inderapura, maka dapat

dikelompokkan menjadi tiga fase. Fase pertama adalah sistem pemerintahan

kerajaan lama. Jika sumber-sumber yang dijadikan rujukan dapat

dipertanggungjawabkan kebenarannya, maka masa pemerintahan kerajaan

lama ini berlangsung dari abad IX SM hingga abad XVI M. Fase kedua, masa

pemerintahan kesultanan, yaitu dari abad XVI M hingga abad XIX M.

Sedangkan Fase ketiga adalah masa pemerintahan keregenan yang

berangsung dari abad XIX M hingga awal abad XX M. Kesultanan Inderapura

sejak dipimpin oleh Sultan Sekelab Dunia yang bergelar Sultan Iskandar

Johan Berdaulat Syah, pada awal abad ke-16 M resmi berbentuk kesultanan.

Sebagai kerajaan Islam, terdapat 2 (dua) raja yang terkenal dengan alimnya.

Di Kesultanan Inderapura dua orang sultan yang sangat dikenal alim, taat

beribadah, penuh kharisma, dan adil dalam mengayomi rakyat yaitu yaitu

Sulthan Mohammad Arifin syah Gelar Sulthan Mohammadsyah (1840-l860),

dan Sulthan Mohammad Bakhi, Gelar Sulthan Firmansyah Raja Terakhir di

Inderapura (1860-1891)3.

Deskripsi Arkeologis Bangunan istana kerajaan Indrapura tersebut sekarang sudah tidak ada lagi.

Kerajaan ini dirobohkan karena tidak layak lagi untuk dipakai. Sisa-sisa

bangunan yang masih ada tinggal berupa satu buah meriam, fondasi, bekas

tangga. Dan dapur Sisa-sisa fondasi istana membentuk denah empat persegi

panjang berukuran 28 x 18 meter. Bekas tangga pintu masuk berada

dibagian muka sebanyak dua buah (sepasang). Tangga ini terbuat dari dari

batu berlepa semen, berukuran lebar 1,6 meter, tinggi 95 cm, tebal dinding

15 cm. Pada bagian atas terdapat 5 dan pada bagian bawah terdapat dua

undak. Kerajaan ini memiliki delapan kamar, empat kiri dan empat kanan.4

Pada sebelah barat bekas tangga pintu masuk sebelah barat terdapat sebuah

meriam yang dahulu milik kerajaan. Meriam tersebut berada dalam cungkup

perlindungan.

3 Dirangkum dalam buku Kerajaan Inderapura yang ditulis oleh Prof. Gusti Asnan (dkk), 2013

4Menurut Sanita Dewi dan Erlina, Cucuang asli ahli waris

Data Cagar Budaya Tidak Bergerak Kabupaten Pesisir Selatan

Balai Pelestarian Cagar Budaya Sumatera Barat©2017

Ukuran (luas) Situs Bangunan 28 m x 18 meter

Lahan 200 m x 60 m (12000 m²)

Batas-batas

Utara Jl. Muaro Sakai

Selatan Sawah

Barat Tanah

Timur Sawah

Fungsi lama dan

sekarang

Fungsi awal: istana/hunian

Fungsi sekarang : Pariwisata, Pendidikan

Pemilik Warning

Pengelola Warning

Foto Bangunan

Bekas tangga bangunan istana, meriam Istana Inderapura yang masih tersisa

Foto Lingkungan

Lingkungan sekitar Bekas Istana Inderapura

Data Cagar Budaya Tidak Bergerak Kabupaten Pesisir Selatan

Balai Pelestarian Cagar Budaya Sumatera Barat©2017

Denah Keletakan

Denah lokasi Bekas Istana Kerajaan Inderapura

Pengentri Data Marjohan Syarif, SH; Dodi Chandra, S.Hum

Tanggal Oktober 2017

Data Cagar Budaya Tidak Bergerak Kabupaten Pesisir Selatan

Balai Pelestarian Cagar Budaya Sumatera Barat©2017

6. Makam Raja-Raja Kerajaan Inderapura

KOMPONEN DATA ISIAN DATA

Nama Objek Makam Raja-Raja Kerajaan Inderapura

Nomor Inventaris 08/BCB-TB/A/14/2007

Alamat

Jalan

Dusun Jorong Kampung Hulu

Desa/Kelurahan Nagari Inderapura

Kecamatan Airpura

Kabupaten/kota Pesisir Selatan

Provinsi Sumatera Barat

Orbitrasi Situs (km)

Ibukota Kab. ±116 km

Ibukota Prov. ±199 km

Keletakan Geografis Makam terletak di dalam bentang alam dataran rendah dengan elevasi 13

mdpl

Aksesibilitas Situs Mudah, karena situs tidak jauh dari jalan raya dan dekat dengan pasar. Bisa

menggunakan kendaraan roda dua atau roda empat.

Letak Astronomis S 2° 5' 19.500"E 101° 2' 33.000"

Deskripsi Historis Kerajaan Inderapura terletak di wilayah kabupaten pesisir selatan provinsi

sumatera barat dan berbatasan dengan provinsi Bengkulu dan Jambi.

Kerajaan ini adalah salah satu kerajaan islam yang ada di pulau sumatera dan

pernah menjadi bawahan (vazal) Kerajaan Pagaruyung. Namun dalam

pemerintahaannya kerajaan ini berdiri sendiri dan bebas mengatur urusan

pemerintahannya.Pemakaman Raja-Raja Indrapura ini terkait dengan

perkembangan Kerajaan Indrapura pada dahulunya yang berkembang

sekitar abad 15 masehi. Salah satu tokoh yang dimakamkan disini adalah

Sultan Firmansyah.5. dengan nisan makam terbuat dari susunan bata yang

diberi lepa.

Deskripsi Arkeologis Kompleks makam ini telah bercungkup berukuran panjang 2,82 meter dan

lebar 1,88 meter. Dalam cungkup terdapat 3 buah makam, makam Sultan

Firmansyah berada di tengah, disisi kiri-kanannya merupakan istri-istri

beliau. Makam Sultan Firmansyah sekelilingnya diberi pagar besi setinggi ±

70 cm. Nisan makam terbuat dari batu dengan pengerjaan sederhana, yang

5Wawancara dengan Bahari (70 thn) tanggal 9 Mei 2012, beliau adalah juru kunci kompleks makam Raja-raja Inderapura. Dalam literatur disebutkan bahwa Sultan Firmansyah adalah Raja keenam dari susunan raja-raja yang pernah memerintah di Kerajaan Inderapura. “.... susunan Raja-raja di Inderapura terdapat 37 raja yang memerintah di Kerajaan Inderapura, terdiri dari 33 orang laki-laki dan 4 orang raja perempuan. ....Terdapat 3 orang raja yang bergelar Sultan Firmansyah, yaitu Sultan Firmansyah I dan Sultan Firmansyah II. Sultan Firmansyah I merupakan raja ke-6 yang memerintah di Kerajaan Inderapura sekitar tahun 1534-1556 M. Sultan Firmansyah I digantikan oleh Sultan Firmansyah II, kemudian Sultan Firmasyah II digantikan oleh Sultan Firmansyah II (Usmansyah) yang terkenal dengan nama Tuanku Berdarah Putih. Pada masa beliau Kerajaan Inderapura mencapak puncak kejayaannya, pemerintahan beliau berakhir sampai pertengahan tahun 1600-an. Iim Imadudin, dkk. “Inderapura Kerajaan Maritim dan Kota Pantai Di Pesisir Selatan Pantai Barat Sumatera”. Balai Kajian Sejarah dan Nilai Tradisional Padang, Proyek Pengkajian dan Pemanfaatan Sejarah dan Tradisi Padang. Padang, 2004. Hlm. 13-14.

Data Cagar Budaya Tidak Bergerak Kabupaten Pesisir Selatan

Balai Pelestarian Cagar Budaya Sumatera Barat©2017

menarik masing-masing sisi terdapat 2 buah nisan, Nisan kecil dibagian

dalam dan nisan besar dibagian luar. Lingkungannya berupa pemakaman

umum, jumlah makam yang terdapat di kompleks makam ini ± 30 buah

makam. Pagar untuk memasuki situs dari pagar yang hanya menggunakan

kayu sudah diganti dengan pagar besi.

Ukuran (luas) Situs Bangunan 2,82 m x 1,88 m

Lahan 8 m x 16 m

Batas-batas

Utara Pemakaman umum

Selatan Pemakaman umum

Barat Pemakaman umum

Timur Pemakaman umum

Fungsi lama dan

sekarang

Fungsi awal: Pemakaman

Fungsi sekarang : Pemakaman, Pendidikan, Pariwisata

Pemilik Keluarga Keturunan Kerajaan Inderapura

Pengelola Keluarga Keturunan Kerajaan Inderapura dan BPCB Sumatera Barat

Foto Bangunan

Bangunan cungkup makam tampak depan, samping

Makam Raja Inderapura

Foto Lingkungan

Lingkungan sekitar Makam Raja Inderapura yang berada di area pemakaman

Data Cagar Budaya Tidak Bergerak Kabupaten Pesisir Selatan

Balai Pelestarian Cagar Budaya Sumatera Barat©2017

Denah Keletakan

Denah Lokasi Makam Raja-Raja Inderapura

Pengentri Data Marjohan Syarif, SH; Dodi Chandra, S.Hum

Tanggal Oktober 2017

Data Cagar Budaya Tidak Bergerak Kabupaten Pesisir Selatan

Balai Pelestarian Cagar Budaya Sumatera Barat©2017

7. Makam Tuanku Berdarah Putih

KOMPONEN DATA ISIAN DATA

Nama Objek Makam Tuanku Berdarah Putih

Nomor Inventaris 07/BCB-TB/A/14/2007

Alamat

Jalan Jl. Cagar Budaya Tuanku Berdarah Putih

Dusun Jorong Medan Baik

Desa/Kelurahan Nagari Tluk Kualo

Kecamatan Airpura

Kabupaten/kota Pesisir Selatan

Provinsi Sumatera Barat

Orbitrasi Situs (km)

Ibukota Kab. ±117 km

Ibukota Prov. ±199 km

Keletakan Geografis Makam ini terletak di dalam bentang alam dataran rendah dengan elevasi 8

mdpl

Aksesibilitas Situs Akses menuju lokasi makam cukup mudah, karena situs tidak jauh dari jalan,

berada di area perkebunan masyarakat, ke lokasi bisa menggunakan

kendaraan roda dua atau roda empat.

Letak Astronomis S 2° 2' 52.400E 100° 54' 47.700"

Deskripsi Historis Tuanku Berdarah Putih merupakan salah satu raja yang memerintah di

Kerajaan Inderapura sekitar tahun 1560-1640-an. Beliau adalah Raja ke -8

yang memerintah di Kerajaan Inderapura yang bernama Usmansyah dan

bergelar Sultan Firmansyah. Pada masa Sultan inilah Kerajaan Inderapura

mencapai puncak Kejayaannya.Tuanku Berdarah Putih bergelar Gagar

Alamsyah adalah tokoh pertama di Inderapura.

Deskripsi Arkeologis Makam Tuanku Badarah Putih terletak satu kompleks dengan makam para

pengawalnya. Dalam kompleks makam ini terdapat 12 buah makam yang

ditempatkan berjajar pada satu deretan. Makam pada kompleks ini tidak

memakai jirat tetapi memakai nisan yang saling berhadapan. Orientasi nisan

di Kompleks ini sudah U-S yang artinya sudah menghadap Kiblat (Masa Islam).

Pada makam Tuanku Badarah Putih terdapat dua buah nisan yang saling

berhadapan. Makam Tuanku Badarah Putih sendiri terdiri dari dua buah nisan

tipe Aceh, tanpa jirat. Pada kompleks makam ini juga terdapat makam lain

dengan nisan tipe Aceh.Bentuk nisan berupa balok yang terbuat dari batu tufa

dan batu pasiran berawaran coklat muda. Sekarang gerbang untuk memasuki

situs juga sudah diganti dengan tembok, yang dulu hanya menggunakan kayu.

Namun dilokasi tidak ditemukan lambang nama situs dan papan petunjuk

arah.

Ukuran (luas) Situs Bangunan 8 m x 10 m

Lahan ± 1 Ha

Data Cagar Budaya Tidak Bergerak Kabupaten Pesisir Selatan

Balai Pelestarian Cagar Budaya Sumatera Barat©2017

Batas-batas

Utara Tanah milik Kaum Rangkayo Rajo Melayu

Selatan Tanah milik Kaum Rangkayo Rajo Melayu

Barat Sawah milik Malin Muhamad

Timur Sawah milik Dt. Gindom Ratu

Fungsi lama dan

sekarang

Dari awalnya sampai sekarang berfungsi sebagai tempat pemakaman

Pemilik Tanah milik Kaum Rangkayo Rajo Melayu

Pengelola Tanah milik Kaum Rangkayo Rajo Melayu

Foto Bangunan

Makam tampak depan dan samping

Nisan makam di Makam Tuanku Badarah Putih

Foto Lingkungan

Lingkungan sekitar Makam Tuanku Badarah Putih

Data Cagar Budaya Tidak Bergerak Kabupaten Pesisir Selatan

Balai Pelestarian Cagar Budaya Sumatera Barat©2017

Denah Keletakan

Denah lokasi Makam Tuanku Berdarah Putih

Pengentri Data Marjohan Syarif, SH; Dodi Chandra, S.Hum

Tanggal Oktober 2017

Data Cagar Budaya Tidak Bergerak Kabupaten Pesisir Selatan

Balai Pelestarian Cagar Budaya Sumatera Barat©2017

8. Masjid Al-Ima Kotobaru

KOMPONEN DATA ISIAN DATA

Nama Objek Masjid Al Imam Kotobaru

Nomor Inventaris 10/BCB-TB/A/14/2007

Alamat

Jalan Tuanku Umar Kambang

Dusun Jorong Kotobaru

Desa/Kelurahan Nagari Kambang

Kecamatan Lengayang

Kabupaten/kota Pesisir Selatan

Provinsi Sumatera Barat

Orbitrasi Situs (km)

Ibukota Kab. ±45 km

Ibukota Prov. ±130 km

Keletakan Geografis Masjid initerletak di dalam bentang alam dataran rendah dengan elevasi 15

mdpl

Aksesibilitas Situs Untuk mencapai lokasi masjid cukup mudah, karena situs tidak jauh dari

jalan raya, ke lokasi dapat menggunakan kendaraan roda dua atau roda

empat.

Letak Astronomis S 1° 40' 14.639" E 100° 45' 26.474"

Deskripsi Historis Menurut informasi masyarkat, Masjid ini dibangun pada tahun

19246bersamaan dengan lahir dan berkembangnya Nagari Kambang.7

Elemen pada bangunan masjid ini memiliki nilai falsafah bagi masyarakat

Kambang

Deskripsi Arkeologis Denah bangunan masjid berbentuk bujur sangkar. Ruang utama di bagian

tengah tidak terdapat dinding pembatas, sehingga merupakan ruangan yang

terbuka. Di sisi barat terdapat mihrab, sedangkan di bagian kanan dan kiri

bangunan terdapat ruangan samping yang membentuk selasar. Selasar di

bagian timur seolah-olah menjadi lorong karena tertutup oleh bangunan

tambahan berupa bangunan tempat berwudhu.

Dinding terbuat dari bata lepas berukuran relatif tebal, sekitar 30 cm.

Dinding masih asli belum pernah diganti sejak semula dengan cat berwarna

putih. Perubahan pada bagian dinding terutama pada sisi dalam yang diberi

tambahan keramik pada bagian bawah setinggi 1 meter. Tiang utama pada

ruang utama terdapat 9 buah yang melambangkan jumlah Koto (Kampung)

yang ada pada waktu itu di Nagari Kambang. Tiang yang berderet di depan

dekat mihrab sebanyak 14 buah yang melambangkan jumlah penghulu yang

berjumlah 14 orang yang berasal dari 4 suku, yaitu suku Kampai Tangah,

suku Panai, suku Tigolareh, dan suku Malayu. Adapun jumlah tiang yang ada

6Menurut Kameang (52 tahun), seorang Juru Pelihara dan Garin Masjid Al Imam Kotobaru. 7 Menurut Juru Pelihara Masjid Al Imam Kotobaru

Data Cagar Budaya Tidak Bergerak Kabupaten Pesisir Selatan

Balai Pelestarian Cagar Budaya Sumatera Barat©2017

di sisi luar sebelah timur, utara, dan selatan berjumlah 50 buah yang

melambangkan jumlah gelar ninik mamak atau mamak kaum yang ada di

Nagari Kambang pada waktu itu. Lantai ruangan utama menggunakan

keramik Belanda. Terdapat tiga motif keramik, yaitu warna hitam, biru, dan

coklat. Pada bagian tengah umumnya menggunakan keramik warna biru,

bagian belakang warna hitam, dan bagian belakang mihrab menggunakan

warna coklat. Pintu dan jendela sudah mengalami pergantian. Hanya jendela

di samping kanan dan kiri bagian mihrab yang agaknya masih merupakan

jendela yang asli dengan daun jendela berbentuk jalusi dari kayu. Atap

berupa atap seng tumpang lima yang melambangkan bahwa Nagari

Kambang memiliki lima buah masjid adat.

Ukuran (luas) Situs Bangunan 18 m x 18 m (324 m²)

Lahan 30 m x 30 m (900 m²)

Batas-batas

Utara Pasar Kotobaru Kambang

Selatan Rumah Penduduk dan SDN 07 Kotabaru

Barat Pasar Kotobaru Kambang

Timur Batang/Sungai Kotobaru Kambang

Fungsi lama dan

sekarang

Funsi Masjid ini dari dulu sampai sekarang sebagai tempat beribadah

Pemilik Masyarakat Nagari Kambang

Pengelola Pengurus Masjid dan BPCB Sumatera Barat

Foto Bangunan

Masjid Al-Imam Koto Baru tampak depan, samping

Foto Lingkungan

Lingkungan sekitar Masjid Al-Imam Koto Baru

Data Cagar Budaya Tidak Bergerak Kabupaten Pesisir Selatan

Balai Pelestarian Cagar Budaya Sumatera Barat©2017

Denah Keletakan

Denah lokasi Masjid Al-Imam Koto Baru

Pengentri Data Marjohan Syarif, SH, Dodi Chandra, S.Hum

Tanggal Oktober 2017

Data Cagar Budaya Tidak Bergerak Kabupaten Pesisir Selatan

Balai Pelestarian Cagar Budaya Sumatera Barat©2017

9. Makam Syech Muhammad Jamil

KOMPONEN DATA ISIAN DATA

Nama Objek Makam Syekh Muhammad Jamil

Nomor Inventaris 11/BCB-TB/A/14/2007

Alamat

Jalan Kotobaru–Asam Kumbang

Dusun Jorong Kotobaru

Desa/Kelurahan Nagari Kotobaru

Kecamatan Bayang

Kabupaten/kota Pesisir Selatan

Provinsi Sumatera Barat

Orbitrasi Situs (km)

Ibukota Kab. ± 17 km

Ibukota Prov. ±77 km

Keletakan Geografis Makam berada dalam bentang alam dataran rendah dengan elevasi 75 mdpl,

makam berada dilereng bukit yang berdekatan pula dengan Sungai.

Aksesibilitas Situs Akses ke lokasi makam sedikit sulit, dapat dijangkau dengan kendaraan roda

dua atau empat sebelum gerbang masjid Jamik yang lama, kemudian

dilanjutkan dengan berjalan kaki sejauh 300 m melewati Masjid Jamik lama,

dan saluran irigasi.

Letak Astronomis S 1° 13' 10.499"E 100° 33' 43.999"

Deskripsi Historis Syech Mohammad Jamil yang lebih dikenal dengan sebutan Pakiah Jamiak.

Muhammad Jamil selaku dari anak seorang Tuanku, sedari kecil sudah diasuh

mengaji Al-Quran dan mengkaji kitab.Muhammad Jamil mula-mula

mendapat kepercayaan sebagai asisten dari gurunya. Hal ini disebabkan

karena kecerdasan dan kepribadiannya yang begitu memikat.Kepribadian

beliau yang peramah dan suka bergaul, menambah keyakinan gurunya

bahwa Muhammad Jamil mempunyai sifat kepemimpinan, karena itu sering

beliau dibawa berdakwah keliling Luhak Limo Puluah Koto.

Deskripsi Arkeologis Makam ini Syekh Muhammad Jamil berada di area pemakaman umum, yang

berada di area perkebunan dan berdekatan dengan saluran irigasi dan

sungai. Makam berada dalam bangunan cungkup yang berbentuk bangunan

segi empat pada bagian bawah dan badan cungkup, cungkup beratap kubah

yang terbuat dari bata bercampur kapur dan berplester. Pintu masuk makam

menghadap kea rah timur dengan tinggi 165 cm, lebar 80 cm, dan tebal

tembok 32 cm. Pada bagian depan pintu masuk cungkup terdapat

pelataran/teras dengan panjang 3,5 m dan lebar 2,75 m. Didalam cungkup

terdapat 2 buah makam, yaitu makam Syech Mohammad Jamil dan makam

istrinya. Makam tersebut tanpa jirat dengan nisannya terdiri dari dua buah

yang terbuat dari batu andesit yang dikerjakan secara halus. Nisan sebelah

utara dibentuk dengan dua tingkat persegi delapan, sedangkan nisan di

Data Cagar Budaya Tidak Bergerak Kabupaten Pesisir Selatan

Balai Pelestarian Cagar Budaya Sumatera Barat©2017

sebelah selatan berbentuk segi delapan yang meruncing pada bagian

atasnya. Ukuran masing-masing nisan dari permukaan tanah, di sebelah

utara panjang 15 cm, lebar 24 cm, sedangkan di sebelah selatan panjang 28

cm, lebar 28 cm.Cungkup makam mempunyai bentuk yang cukup indah

dengan tampilan-tampilan geometris pada dinding-dinding pembatasnya.

Ukuran (luas) Situs Bangunan 3.6 m x 2.7 m (9,72 m²)

Lahan 15 m x 10 m ( 150 m²)

Batas-batas

Utara Pemakaman umum

Selatan Pemakaman umum dan Masjid

Barat Irigasi, Sungai Batang Bayang

Timur Pemakaman umum

Fungsi lama dan

sekarang

Fungsi lama : Makam

Fungsi sekarang : Makam

Pemilik Kaum Syamsani

Pengelola Kaum Syamsani, BPCB Sumatera Barat

Foto Bangunan

Bangunan Cungkup Makam

Nisan Makam dengan 3 variasi bentuk

Foto Lingkungan

Lingkungan sekitar makam

Data Cagar Budaya Tidak Bergerak Kabupaten Pesisir Selatan

Balai Pelestarian Cagar Budaya Sumatera Barat©2017

Denah Keletakan

Denah Lokasi Makam Syekh Muhammad Jamil

Pengentri Data Marjohan Syarif, SH, Dodi Chandra, S.Hum

Tanggal Oktober 2017

Data Cagar Budaya Tidak Bergerak Kabupaten Pesisir Selatan

Balai Pelestarian Cagar Budaya Sumatera Barat©2017

10. Kursi Rajo

KOMPONEN DATA ISIAN DATA

Nama Objek Kursi Rajo (Medan nan Bapaneh Bukik Batuang)

Nomor Inventaris 13/BCB-TB/A/14/2007

Alamat

Jalan Jalan rabat beton

Dusun Jorong Puluik-Puluik-(Batuang)

Desa/Kelurahan Nagari Puluik-Puluik

Kecamatan Bayang Utara

Kabupaten/kota Pesisir Selatan

Provinsi Sumatera Barat

Orbitrasi Situs (km)

Ibukota Kab. ±20 km

Ibukota Prov. ± 179 km

Keletakan Geografis Lokasi berada di atas bukit dengan ketinggian sekitar 500 mdpl

Aksesibilitas Situs Cukup sulit dengan berjalan kaki mendaki bukit, menurut masyakat kesana

Pulang-Pergi 1 hari (naik pagi sampai tengah hari dan siang turun sampai di

perkampungan sore)

Letak Astronomis S 3° 1' 34.715" E96° 50' 30.890"

Deskripsi Historis Situs ini berada pada sebuah bukit yang disebut Bukit Batuang, pada

ketinggian sekitar 500 meter dari permukaan laut. Lokasi situs ini merupakan

kebun rakyat. Menurut masyarakat setempat menyebut dengan naman “Kursi

Rajo” ini dipergunakan sebagai tempat sidang penghulu nan Selapan (

penghulu yang berjumlah delapan). Menurut masyarakat setempat di lokasi

ini dahulu dipakai sebagai tempat persidangan penghulu guna membahas dan

memutuskan berbagai hal yang berkaitan dengan adat dan

pemerintahan.Selain itu menurut informasi dari masyarakat sekitar situs kursi

rajo ini pada awalnya merupakan perkampungan masyarakat sebelum pndah

ke lokasi lainnya tepatnya di Nagari Puluk-Puluk.

Deskripsi Arkeologis Di lokasi situs ini sekarang terdapat tinggal tujuh tahta batu yang masing-

masing membentuk dua deretan memanjang baratdaya-timurlaut. Pada

deret pertama berada di sebelah baratlaut terdiri atas dua buah tahta batu.

Deret kedua , di sebelah tenggara, terdiri atas lima buah tahta batu. Tahta

batu yang berada di bagian paling baratdaya pada deret pertama berhadapan

letaknya dengan tahta batu di bagian paling baratdaya pada deret kedua,

dengan jarak sekitar tiga meter. Tahta batu paling timurlaut pada deret

pertama berhadapan letaknya dengan tahta batu paling timurlaut dari deret

kedua. Jarak antara keduanya juga sekitar tiga meter.Seluruh kursi batu

berderet dan berhadapan letaknya ini berada pada sebidang lahan datar

berdenah empat persegi panjang. Kursi atau tahta batu ini sebetulnya hanya

Data Cagar Budaya Tidak Bergerak Kabupaten Pesisir Selatan

Balai Pelestarian Cagar Budaya Sumatera Barat©2017

pasangan dari sebuah batu yang diletakkan mendatar di bagian depan serta

sebuah batu lain yang ditegakkan di bagian belakangnya.

Ukuran (luas) Situs Bangunan -

Lahan 18 x 9 m

Batas-batas

Utara kebun rakyat

Selatan kebun rakyat

Barat kebun rakyat

Timur kebun rakyat

Fungsi lama dan

sekarang

Fungsi lama :tempat pertemuan adat (penghulu)

Fungsi sekarang: tidak difungsikan

Pemilik Nagari Puluik-Puluik

Pengelola Nagari Puluik-Puluik

Foto Bangunan

Medan nan Bapaneh Bukik Batuang

Foto Lingkungan

Lingkungan Medan nan Bapaneh Bukik Batuang

Denah Keletakan

Denah lokasi Medan nan Bapaneh Bukik Batuang

Data Cagar Budaya Tidak Bergerak Kabupaten Pesisir Selatan

Balai Pelestarian Cagar Budaya Sumatera Barat©2017

Pengentri Data Marjohan Syarif, SH, Dodi Chandra, S.Hum

Tanggal Oktober 2017

Data Cagar Budaya Tidak Bergerak Kabupaten Pesisir Selatan

Balai Pelestarian Cagar Budaya Sumatera Barat©2017

11. Shipwreck MV.Nederland Boeloengan Mandeh

KOMPONEN DATA ISIAN DATA

Nomor Inventaris 14/BCB-TB/A/14/2007

Nama Objek Shipwreck MV.Nederland Boeloengan Mandeh

Alamat

Jalan

Dusun

Desa/Kelurahan Nanggalo

Kecamatan Koto XI Tarusan

Kabupaten/kota Pesisir Selatan

Provinsi Sumatera Barat

Orbitrasi Situs (km)

Ibukota Kab. ± 67

Ibukota Prov. ± 67

Keletakan Geografis Objek berada di bawah permukaan laut , kedalaman 20 s.d 24 m dari

pemukaan air laut.

Aksesibilitas Situs Sangat sulit karena untuk sampai ke objek tersebut harus melalui penyelaman

dengan menggunakan alat selam lengkap.

Letak Astronomis S -01.232774, E100.433314

Deskripsi Historis Situs Kawasan Mandeh ini merupakan kawasan tinggalan arkeologi bawah air

yang berada di daerah Kawasan Wisata Maritim Mandeh. Tinggalan

arkeoologi Bawah Air yang dimaksud adalah tinggalan berupa kapal karam

(Ship Wreck) dari bangsa Asing yang dahulunya memanfaatkan jalur Pantai

Barat sebagai jalur strategis untuk perdagangan. Survei bawah air terhadap

tinggalan Ship Wreck di Mandeh tersebut telah dilakukan sejak tahun 2002

hingga tahun 2007. Pada survei tahun 2007 dilakukan survei pemetaan

tinggalan arkeologi bawah air yang dilakukan oleh Tim Penyelam (Underwater

Archaeology) dari BPCB Sumatera Barat pada tanggal 27 s.d 31 Juli 2007 di

Ship Wreck Mandeh di Nagari Nanggalo, Nagari Ampang Pulai, Nagari Sungai

Nyalo dan pelabuhan perikanan Cerocok Tarusan. Survei pemetaan dilakukan

oleh gabung tim penyelam Direktorat PBA, BP3 Batusangkar dan Dinas

Persenibud Pesisir Selatan. Hasil survei/penyelaman bawah air tersebut

menemukan shipwreck (kapal karam) di perairan Mandeh dengan kedalaman

20-24 m dari permukaan air laut. Kapal karam ini merupakan bagian dari

Kapal Dagang milik Belanda yang tenggelam di Perairan Mandeh.

Deskripsi Arkeologis Ship Wreck berupa kapal besi dengan kondisi yang sudah rusak. Ship wreck

yang tersisa berukuran panjang 67 m, lebar kapal 11,10 m. Arah hadap kapal

menghadap ke timur ke barat bergeser ke selatan 15˚. Kapal terdiri dari dua

lantai, antara lantai pertama dengan lantai kedua mulai dari bagian tengah ke

belakang dipisahkan dengan jendela-jendela. Kapal ini mempunyai dua buah

tiang yang semuanya dari besi dan sudah patah ke belakang membujur ke

Data Cagar Budaya Tidak Bergerak Kabupaten Pesisir Selatan

Balai Pelestarian Cagar Budaya Sumatera Barat©2017

arah timur barat. Tiang bangkai kapal ini cukup tinggi dengan ukuran 16,30 m.

Kapal ini memiliki panjang buritan dari depan hingga ke belakang dengan

ukuran 24,6 m. Pada bagian buritan patah ke belakang dengan tinggi bagian

buritan 4 meter. Dinding – dinding kapal yang masih tersisa kerangka-

kerangka yang semua dari besi, bagian kanan –kiri di tengah-tengah kapal

terdapat tiang-tiang besi yang diperkirakansebagai tempat sikoci dan bagian

palka masih menyisakan kerangka besi berbentuk segi empat.

Informasi dan wawancara dari masyarakat lingkungan kawasan Mandeh

kebanyakan keberadan ship wreck menurut masyarakat lokal bahwa bahwa

kapal tersebut sebelum tenggelam terlebih dahulu ditembaki oleh pesawat-

pesawat tentara Jepang. Kisahnya terjadi sekitar tahun 1942, yakni pada

masa perang dunia kedua berkecamuk. Bukti fisik menunjukkan bahwa

bangkai kapal tersebut terbagi menjadi dua bagian yaitu antara yaitu antara

bagian haluan sampai dengan buritan patah menjadi dua. Beberapa lubang

dinding kapal dinding kapal menunjukkanadanya suatu peristiwa bisa

diakibatkan oleh terjadinya pertempuran atau bisa jadi oleh karena menabrak

gugusan karang. Cerita yang menunjukkan masa tenggelamnya kapal

sebagaimana dikisahkan terjadi pada tahun 1942, apabila dikaitkan dengan

temuan artefak berupa botol-botol minuman memang analisanya

menunjukkan bahwa botol tersebut berasal dari masa kolonial tahun 1940-

an. Hal ini dapat dilihat baik dari bentuk botolnya, terutama pada bagian

kepala botol dengan guratan-guratan lingkaran yang umumnya banyak

dijumpai pada masa-masa tahun tersebut juga dari tulisan yang tercetak pada

botolnya: Malaya Breweries Ltd. Kalimat tersebut menunjukkan asal produk

miniman itu berasal. Kata Malaya menunjukkan tempat semenanjung

Malaisiya yang ada pada masa jajahan Inggris lebih dikenal sebagai Malaya.

Ukuran (luas) Situs Bangunan 67 m x 11,10 m

Lahan 8.632 ha

Batas-batas

Utara Laut

Selatan Laut

Barat Laut

Timur Laut

Fungsi lama dan

sekarang

Fungsi lama: Kapal dagang

Fungsi sekarang : Penelitian, Pariwisata

Pemilik Pemkab Pesisir Selatan

Pengelola Pemkab Pesisir Selatan , BPCB Sumatera Barat, (BPSPL) Padang

Foto

Data Cagar Budaya Tidak Bergerak Kabupaten Pesisir Selatan

Balai Pelestarian Cagar Budaya Sumatera Barat©2017

Kondisi Ship wreck Mandeh yang tertutup oleh karang (Dok. BP3 Bsk 2007)

Foto Lingkungan

Lingkungan temuan ship wreck

Denah Keletakan

Denah lokasi temuan kapal karam di Mandeh

Pengentri Data Marjohan Syarif, SH, Dodi Chandra, S.Hum

Tanggal Oktober 2017

Data Cagar Budaya Tidak Bergerak Kabupaten Pesisir Selatan

Balai Pelestarian Cagar Budaya Sumatera Barat©2017

12. Rumah Percetakan Uang

KOMPONEN DATA ISIAN DATA

Nama Objek Rumah Percetakan Uang

Nomor Inventaris 15/BCB-TB/A/14/2007

Alamat

Jalan Jl. Umar Tuanku Kambang

Dusun Dusun Tengah Koto Pulai

Desa/Kelurahan Nagari Kambang

Kecamatan Lengayang

Kabupaten/kota Pesisir Selatan

Provinsi Sumatera Barat

Orbitrasi Situs (km)

Ibukota Kab. ±138 km

Ibukota Prov. ±53 km

Keletakan Geografis Rumah berada dalam bentang alam dataran rendah dengan evelasi 17 mdpl

Aksesibilitas Situs Akses ke lokasi Rumah Percetakan Uang sangat mudah, karena berada di

dekat jalan Raya Painan Padang, bisa menggunakan roda dua atau empat

Letak Astronomis S 1° 39' 7.394"E 100° 48' 17.255"

Deskripsi Historis Rumah bekas percetakan uang ini merupakan bangunan perumahan untuk

tempat tinggal yang dihuni sejak zaman belanda dan jepang. Bangunan ini

didirikan sekitar tahun 1800-an. Waktu Belanda kalah melawan Jepang

bangunan ini diambil alih oleh Jepang. Sewaktu perjuangan Kemerdekaan

Indonesia Tahun 1945-1950, bangunan ini dijadikan sebagai tempat

mencetak uang. Uang yang dicetak hanya berlaku untuk Kabupaten Pesisir

Kerinci (Kabupaten Pesisir Selatan dan Kabupaten Kerinci). Semenjak tahun

2004 rumah ini dijadikan tempat mengaji TPA/TPSA jorong Dusun Tengah

Koto Pulai. rumah percetakan uang ini dapat bantuan pemugaran dari

Pemda setempat dengan dana sekitar 100 juta rupiah, semanjak tahun

2011 kementrian agama memberikan dana sebesar 10 juta/tahun untuk

operasional dan gaji guru mangaji.8

Deskripsi Arkeologis Bentuk bangunan ini memanjang dari arah utara selatan dengan bahan dari

kayu. Bangunan ini berukuran 12,80 m, lebar 10,6 m dan tinggi 7,5 m.

Lantai dari bangunan ini ditinggikan setinggi 1,4 m dari permukan tanah

dengan tiang-tiang penyanggga sebanyak 22 buah.

Ruang bangunan ini terdiri dari ruang rapat/pencetak uang dengan ukuran

12,8 m x 3,2 m, kamar dengan ukuran 3,2 x 3,2 m, ruang tempat pengungsi

dengan ukuran 9,6 m x 3, 2 m, dan bagian dapur dengan ukuran 3,2 x 2,2 m.

Jendela pada bangunan ini terbuat dari kayu dengan bentuk jendela papan

biasa. Atap, dinding dan lantai bagunan ini tidak asli lagi karena sudah di

pugar oleh pemda setempat, hanya pintu masuk bangunan ini yg masih

8 Wawancara dengan kKepal KUA Dusun Tengah Koto Pulai

Data Cagar Budaya Tidak Bergerak Kabupaten Pesisir Selatan

Balai Pelestarian Cagar Budaya Sumatera Barat©2017

bangunan lama. Pintu terbuat dari pintu panil yang diberi ukiran pada

bagian pintu dengan ukuran pintu 0,75 m c 1,85 m.

Sebagian dari ventilasai bangunan ini terbuat dari ukiran kayu yang

berbentuk lingkaran dengan diameter 37 cm. Sedangkan ventilasi yang lain

tidak terdapat ukiran kayu yang berbentuk lingkaran, karena hilang saat

pemugaran bangunan ini. Pemasangan dinding bagian luar dari bangunan

ini berbentuk zigzag yang diberi les, sedangkan dinding bagian dalam

bangunan tidak berbentuk zigzag. Pada bagian teras terdapat pagar yang

terbuat dari papan. Pemasangan pagar teras mempergunakan les yang

mempunyai nilai seni yang cukup tinggi.

Ukuran (luas) Situs Bangunan 9 m x 8.1 m (72,9 m²)

Lahan 14 m x 12 m

Batas-batas

Utara Rumah Nur Cahya

Selatan Rumah Rusli Noer

Barat Rumah Dodot

Timur Rumah Hj. Djarmanis

Fungsi lama dan

sekarang

Awalnya berdirinya fungsinya hunian dan pada tahun 1945-1950 dijadikan

tempat pencetakan Uang dan fungsi sekarang sebagai TPA/TPSA.

Pemilik Syahrial (Siah Sikumbang)

Pengelola Pemda

Foto Bangunan

Tampak samping rumah percetakan Uang, bagian beranda rumah

Dinding rumah, bagian dalam Rumah Percetakan Uang

Data Cagar Budaya Tidak Bergerak Kabupaten Pesisir Selatan

Balai Pelestarian Cagar Budaya Sumatera Barat©2017

Foto Lingkungan

Lingkungan sekitar Rumah Percetakan Uang

Denah Keletakan

Denah lokasi rumah percetakan uang

Pengentri Data Marjohan Syarif, SH, Dodi Chandra, S.Hum

Tanggal Oktober 2017