DESKRIPSI CAGAR BUDAYA TIDAK BERGERAK KABUPATEN PESISIR ... · deskripsi cagar budaya tidak...
Transcript of DESKRIPSI CAGAR BUDAYA TIDAK BERGERAK KABUPATEN PESISIR ... · deskripsi cagar budaya tidak...
DESKRIPSI CAGAR BUDAYA TIDAK BERGERAK
KABUPATEN PESISIR SELATAN
PROVINSI SUMATERA BARAT
BALAI PELESTARIAN CAGAR BUDAYA SUMATERA BARAT
WILAYAH KERJA PROVINSI SUMATERA BARAT, RIAU DAN KEPULAUAN RIAU
Data Cagar Budaya Tidak Bergerak Kabupaten Pesisir Selatan
Balai Pelestarian Cagar Budaya Sumatera Barat©2017
HASIL
DAFTAR PEMUTAKHIRAN DATA CAGAR BUDAYA KAB. PESISIR SELATAN
TAHUN 2018
Data Cagar Budaya Tidak Bergerak Kabupaten Pesisir Selatan
Balai Pelestarian Cagar Budaya Sumatera Barat©2017
DAFTAR ISI 1. Kompleks Makam Bundo Kanduang ............................................................................................. 6
2. Makam Cindua Mato .................................................................................................................... 9
3. Benteng Portugis Pulau Cingkuk ................................................................................................. 11
4. Kompleks Makam Sultan Perhimpunan Alam ............................................................................. 15
5. Bekas Istana Kerajaan Inderapura ............................................................................................... 18
6. Makam Raja-Raja Kerajaan Inderapura ....................................................................................... 22
7. Makam Tuanku Berdarah Putih .................................................................................................. 25
8. Masjid Al-Ima Kotobaru .............................................................................................................. 28
9. Makam Syech Muhammad Jamil ................................................................................................ 31
10. Kursi Rajo ................................................................................................................................ 34
11. Shipwreck MV.Nederland Boeloengan Mandeh ..................................................................... 37
12. Rumah Percetakan Uang ......................................................................................................... 40
Data Cagar Budaya Tidak Bergerak Kabupaten Pesisir Selatan
Balai Pelestarian Cagar Budaya Sumatera Barat©2017
Rumah Gadang Mande Rubiah
KOMPONEN DATA ISIAN DATA
Nama Objek Rumah Gadang Mande Rubiah
Nomor Inventaris 01/BCB-TB/A/14/2007
Alamat
Jalan Jl. Bundo Kanduang
Dusun Jorong Lubuk Sitepung
Desa/Kelurahan Nagari Lunang
Kecamatan Lunang Silaut
Kabupaten/kota Pesisir Selatan
Provinsi Sumatera Barat
Orbitrasi Situs (km)
Ibukota Kab. ±153 km
Ibukota Prov. ±230 km
Keletakan Geografis Rumah Gadang Madeh Rubiahterletak di dalam bentang alam dataran rendah
dengan elevasi ±27 mdpl
Aksesibilitas Situs Akses menuju lokasi Rumah Gadang Mandeh Rubiah cukup mudah, dapat
diakses dengan kendaraan roda dua atau empat melalui jalan Lintas Padang-
Painan, kemudian dilanjutkan dengan akses Jalan Bundo Kanduang, rumah
berada di pinggir jalan.
Letak Astronomis S 2° 15' 8.226" E 101° 7' 34.828"
Deskripsi Historis Menurut Mandeh Rubiah yang sekarang menempati rumah gadang Tersebut,
Rumah Gadang Mande Rubiah terletak di Nagari Lunang. Nagari Lunang sudah
merupakan daerah perbatasan antara Propinsi Sumatera Barat dan Bengkulu.
Lunang adalah sebuah nagari yang terletak di Kecamatan Pancung Soal,
Kabupaten Pesisir Selatan. Rumah Gadang Mandeh Rubiah dibangun oleh
Bundo Kandung pada sekitar abad 13-14 Masehi. Mandeh Rubiah sekarang
merupakan keturunan yang ke – 7. Sebelum tinggal di Lunang Pesisir Selatan,
Mandeh Rubiah atau Bundo Kanduang tinggal di Pagaruyung di Tanah Datar.
Perpindahan Bundo Kanduang ke Lunang ini disebabkan adanya konflik antara
Bundo Kanduang denganTiang Bungkuk. Bundo Kanduang Mande Rubiah yang
bernama kecil Rakinah. suami dia bernama Suhardi sutan Indera (suku Malayu
Gadang Rantau Kataka) dan 7 orang anak (6 Putera dan 1 Puteri) ; Mar
Alamsyah Sutan Daulat, Zulrahmansyah Daulat Rajo Mudo,SS, Noval
Nofriansyah, Marwansyah, Zaitulsyah,HeksaRasudarsyah, Naura Puti
kabbarasti.Sedangkan keturunan dari Dang Tuanku Remendung yang jejaknya
tak terekam oleh pagaruyung atas permintaan bundo kanduang sendiri dengan
mengatakan bahwa ia dan keturunannya sudah mengirap ke langit untuk
mengelabui raja Tiang bungkuk yang mengejarnya sampai ke pagaruyung,
setelah meninggalkan, bundo kanduang kembali ke lunang tempat asal nenek
moyangnya, adityawarman.
Data Cagar Budaya Tidak Bergerak Kabupaten Pesisir Selatan
Balai Pelestarian Cagar Budaya Sumatera Barat©2017
Deskripsi Arkeologis Rumah Gadang Mandeh Rubiah yang asli sebenarnya hanya bangunan di bagian
depan saja. Lantainya merupakan lantai panggung yang mempunyai ketinggian
1,6 meter dari permukaan tanah. Tiang utama terdiri dari 8 buah berbentuk
silinder dan masih asli.
Jumlah tiang melambangkan jumlah suku yang ada di Nagari Lunang. Rumah
Gadang Mandeh Rubiah tidak berbentuk gonjong seperti umumnya rumah
gadang di Sumatera Barat, tetapi berbentuk atap rumah kampung. Tata ruang
bangunan utama terdiri dari dua ruangan memanjang, yaitu ruangan depan dan
ruangan belakang. Pada ruangan ini terdapat 3 buah jendela di bagian muka
dan 1 buah jendela di bagian samping kiri. Keempat jendela tersebut
mempunyai daun jendela ganda. Ukuran jendela adalah tinggi 97 cm dan lebar
85 cm. Memiliki 2 buah pintu utama di bagian depan sebelah kiri dan kanan,
dengan ukuran tinggi 174 cm dan lebar 84 cm. Pada dinding ruangan depan ini
digantung papan-papan yang diberi kaca dan di dalamnya digantung berbagai
jenis artefak antara lain berupa berbagai jenis senjata dan peralatan rumah
tangga.
Bagian sisi kiri belakang ruang terdapat satu pintu yang menghubungkan antara
ruangan depan dengan ruangan belakang. Pintu ini berukuran tinggi 156 cm dan
lebar 80 cm. Ruangan belakang ini terdapat satu buah jendela yang berada di
dinding belakang. Sedangkan di sudut kiri belakang terdapat satu buah pintu
berukuran tingi 180 cm dan lebar 85 cm. Pintu ini menghubungkan antara
ruangan bangunan utama dan ruangan bangunan tambahan yang ada di bagian
belakang. Diruangan belakang ini terdapat lemari kayu yang bagian atasnya di
tutup dengan kaca di dalamnya terdapat berbagai jenis artefak, antara lain
berupa peralatan rumah tangga. Dinding atap rumah gadang di beri daun
kering.
Rangkiang Rumah Gadang Mande Rubih pada saat sekarang ini tidak bisa
digunakan lagi karena bangunannya tidak layak dipakai. Jupel Rumah Gadang
Mande Rubiah menginginkan rangkiangnya dipugar atau direnovasi.
Ukuran (luas) Situs Bangunan 13,4 x 5,4 m (72,36 m²)
Lahan 50 x 40 m (2000 m²)
Batas-batas
Utara Jalan Bundo Kanduang
Selatan Batang Lunang
Barat Masjid
Timur Tanah Rumah Gadang
Fungsi lama dan
sekarang
Fungsi lama: Hunian
Fungsi sekarang : Museum
Pemilik Keluarga/Keturunan Kaum Mandeh Rubiah
Pengelola Keluarga/Keturunan Kaum Mandeh Rubiah dan BPCB Sumatera Barat
Data Cagar Budaya Tidak Bergerak Kabupaten Pesisir Selatan
Balai Pelestarian Cagar Budaya Sumatera Barat©2017
Foto Bangunan
Rumah Gadang Mande Rubiah tampak depan
Tampak samping Rumah Gadang Mandeh Rubiah
Foto Lingkungan
Lingkungan sekitar Rumah Gadang Mandeh Rubiah
Denah Keletakan
Denah Lokasi Rumah Gadang Mandeh Rubiah
Pengentri Data Marjohan Syarif, SH; Dodi Chandra, S.Hum
Tanggal Oktober 2017
Data Cagar Budaya Tidak Bergerak Kabupaten Pesisir Selatan
Balai Pelestarian Cagar Budaya Sumatera Barat©2017
1. Kompleks Makam Bundo Kanduang
KOMPONEN DATA ISIAN DATA
Nama Objek Kompleks Makam Bundo Kanduang
Nomor Inventaris 02/BCB-TB/A/14/2007
Alamat
Jalan Jl. Bundo Kanduang
Dusun Jorong Lubuk Sitepung
Desa/Kelurahan Nagari Lunang
Kecamatan Lunang Silaut
Kabupaten/kota Pesisir Selatan
Provinsi Sumatera Barat
Orbitrasi Situs (km)
Ibukota Kab. ±150 km
Ibukota Prov. ±233 km
Keletakan Geografis Makam Bundo Kanduang terletak di dalam bentang alam dataran rendah
dengan elevasi 33 mdpl
Aksesibilitas Situs Akses menuju lokasi Makam cukup mudah, dapat diakses dengan
kendaraan roda dua atau empat melalui Jalan Bundo Kanduang, lokasi
makam tidak jauh dari Rumah Gadang Mandeh Rubiah.
Letak Astronomis S 2° 14' 2.101"E 101° 6' 39.301"
Deskripsi Historis Kompleks makam ini dinamai Makam Bundo Kanduang karena tokoh yang
dimakamkan diyakini bernama Bundo Kanduang yaitu tokoh legenda
Minangkabau yang melarikan diri dari pagaruyung ke Lunang Silaut karena
konflik. Tokoh-tokoh yang dimakamkan di dalam kompleks ini masih
memiliki kaitan dengan Rumah Gadang Mande Rubiah. Jirat tersusun dari
batu kali yang dibentuk berundak, dan nisan memiliki bentuk tipe Aceh.
Deskripsi Arkeologis Kompleks makam Bundo Kanduang terdiri dari dua bagian, yaitu bagian
dalam dan bagian luar. Antara dua bagian ini dibatasi dengan pagar.
Kompleks bagian dalam pada sisi timur, utara, dan barat dibatasi dengan
pagar kawat berduri. Sedangkan pada sisi selatan dibatasi dengan pagar
tembok andesit. Tembok andesit yang berada di sisi selatan berukuran
tinggi 90 cm dan lebar 60 cm. Pintu masuk ke kompleks bagian dalam
terdapat pada sisi selatan dan mempunyai ukuran lebar 1,5 m.
Pada bagian dalam makam ini terdapat 9 buah makam kuno. Makam-
makam tersebut umumnya dengan jirat berundak dari bahan pasir semen
dan nisan batu andesit berbentuk lonjong tanpa pengerjaan.
Pada bagian luar sisi baratlaut di sebelah selatan kompleks makam Bundo
kanduang terdapat makam-makam baru sebanyak 12 buah makam.
Sedangkan pada sisi ujung selatan terdapat sebidang tanah rata yang
berfungsi untuk tempat mendoa dan kenduri pada setiap bulan Dzhulhijah.
Kenduri ini diikuti oleh masyarakat sekitar Lunang. Menurut data yang
Data Cagar Budaya Tidak Bergerak Kabupaten Pesisir Selatan
Balai Pelestarian Cagar Budaya Sumatera Barat©2017
diperoleh yang dimakamkan di kompleks Makam Bundo Kanduang yaitu
Bundo Kanduang, Dang Tuangku, Puti Bungsu dan generasi penerus dari
Bundo Kanduang dengan Gelar Mandehh Rubiah.
Ukuran (luas) Situs Bangunan -
Lahan 35 x 18,40 m (644 m²)
Batas-batas
Utara Tanah Kaum Mandeh Rubiah
Selatan Tanah Kaum Mandeh Rubiah
Barat Tanah Kaum Mandeh Rubiah
Timur Tanah Kaum Mandeh Rubiah
Fungsi lama dan
sekarang
Dari awalnya sampai sekarang berfungsi sebagai tempat pemakaman
Pemilik Keluarga/Keturunan Kaum Mandeh Rubiah
Pengelola Keluarga/Keturunan Kaum Mandeh Rubiah
Foto Bangunan
Makam-Makam Kuna di Kompleks Makam Bundo Kanduang
Nisan tipe Aceh (berhias) di Kompleks Makam Bundo Kanduang
Data Cagar Budaya Tidak Bergerak Kabupaten Pesisir Selatan
Balai Pelestarian Cagar Budaya Sumatera Barat©2017
Foto Lingkungan
Lingkungan sekitar Kompleks Makam Bundo Kanduang
Denah Keletakan
Denah lokasi Kompleks Makam Bundo Kanduang
Pengentri Data Marjohan Syarif, SH; Dodi Chandra, S.Hum
Tanggal Oktober 2017
Data Cagar Budaya Tidak Bergerak Kabupaten Pesisir Selatan
Balai Pelestarian Cagar Budaya Sumatera Barat©2017
2. Makam Cindua Mato
KOMPONEN DATA ISIAN DATA
Nama Objek Makam Cindua Mato
Nomor Inventaris 03/BCB-TB/A/14/2007
Alamat
Jalan Jl. Lubuk Sitepung
Dusun Jorong Lubuk Sitepung
Desa/Kelurahan Nagari Lunang
Kecamatan Lunang Silaut
Kabupaten/kota Pesisir Selatan
Provinsi Sumatera Barat
Orbitrasi Situs (km)
Ibukota Kab. ±153 km
Ibukota Prov. ±237 km
Keletakan Geografis Makam Cindua Matoterletak di dalam bentang alam dataran rendah dengan
elevasi 30 mdpl
Aksesibilitas Situs Akses menuju lokasi makam cukup mudah, dapat dijangkau dengan
kendaraan roda dua ataupun empat hingga gerbang makam, kemudian
dilanjutkan dengan berjalan kaki sekitar 50 m.
Letak Astronomis S 2° 15' 8.700" E 101° 7' 30.300"
Deskripsi Historis Cindua Mato merupakan salah satu tokoh legenda di Minangkabau. Dia
merupakan pengawal dari Dang Tuangku anak dari Bundo Kanduang atau
anak dari Kambang Bandahari pembantu dari Bundo Kanduang.
Deskripsi Arkeologis Makam ini berada ± 250 meter di sebelah selatan Rumah Gadang Mandeh
Rubiah. Makam ini terletak di dalam sebuah cungkup perlindungan. Cungkup
ini berukuran panjang 3,21 meter, lebar 2,65 meter, dan tinggi 2,49 meter.
Cungkup ini berada di dalam sebidang tanah yang diberi pagar
besi.Disekeliling situs Makam Cindua Mato berada didalam cungkup yang
juga diberi pagar besi.Nisan makam batu berbentuk bulat sedikit menonjol.
Makam CinduaMato berbentuk dua tingkat. Dinding makam bagian tingkat
kedua diberi batu-batu yang berukuran ± 8 cm, tingkat pertama ± 12 cm
yang dicampur dengan pasir semen.
Ukuran (luas) Situs Bangunan 2,75 x 3,40 m (9,35 m²)
Lahan 14,60 x 17 m (248,2 m²)
Batas-batas
Utara Tanah Mandeh Rubiah
Selatan Tanah Irwan
Barat Tanah Mandeh Rubiah
Timur Tanah kasan
Fungsi lama dan
sekarang
Fungsi lama : Pemakaman
Fungsi sekarang : Pemakaman
Pemilik Keluarga/Keturunan Kaum Mandeh Rubiah
Pengelola Keluarga/Keturunan Kaum Mandeh Rubiah dan BPCB Sumatera Barat
Data Cagar Budaya Tidak Bergerak Kabupaten Pesisir Selatan
Balai Pelestarian Cagar Budaya Sumatera Barat©2017
Foto Bangunan
Makam Cindua Mato tampak depan, samping (Dok.BPCB Sumbar, 2017)
Foto Lingkungan
Lingkungan Makam Cindua Mato (Dok.BPCB Sumbar, 2017)
Denah Keletakan
Denah lokasi Kompleks Makam Cindua Mato
Pengentri Data Marjohan Syarif, SH; Dodi Chandra, S.Hum
Tanggal Oktober 2017
Data Cagar Budaya Tidak Bergerak Kabupaten Pesisir Selatan
Balai Pelestarian Cagar Budaya Sumatera Barat©2017
3. Benteng Portugis Pulau Cingkuk
KOMPONEN DATA ISIAN DATA
Nama Objek Benteng Portugis Pulau Cingkuk
Nomor Inventaris 04/BCB-TB/A/14/2007
Alamat
Jalan -
Dusun Jorong Pulau Cingkuk
Desa/Kelurahan Nagari Painan
Kecamatan IV Jurai
Kabupaten/kota Pesisir Selatan
Provinsi Sumatera Barat
Orbitrasi Situs (km)
Ibukota Kab. ±3 km
Ibukota Prov. ±77 km
Keletakan Geografis Benteng Portugis Pulau Cingkuk terletak di dalam bentang alam dataran
rendah , berada di Pantai Pulau Cingkukdengan elevasi 2 mdpl
Aksesibilitas Situs Akses menuju lokasi benteng sedikit sulit. Dari Pusat Kota Painan hingga
Pantai Carocok dapat dijangkau dengan kendaraan roda dua atau empat.
Kemudian dari Pantai Carocok, dilanjutkan dengan kendaraan laut dengan
speed boat sekitar 10 menit hingga ke Pantai Pulau Cingkuk.
Letak Astronomis S 1° 21' 13.010" E 100° 33' 32.846"
Deskripsi Historis Cingkuk adalah sebuah pulau kecil memanjang utara selatan, di Dusun
Cerocok, Desa Painan Selatan, Kecamatan IV Jurai, Kabupaten Pesisir
Selatan. Bagian selatan dan barat pulau merupakan bukit karang yang
melandai ke arah utara. Di bagian utara itulah terdapat sisa bangunan yang
disebut masyarakat Benteng Portugis Pulau Cingkuk. Adapun data yang
diperoleh belum mengindikasikan hubungan peninggalan tersebut dengan
orang Portugis. Sebaliknya, sumber Belanda menyebutkan bahwa setelah
diadakannya Painansch Traktaat pada tahun 1663, VOC mendirikan loji di
Pulau Cingkuk (Mansoer et al,1970:94).
Deskripsi Arkeologis Peninggalan-peninggalan arkeologi yang terdapat di Pulau Cingkuk berupa
sisa-sisa benteng yang yang tidak utuh hanya berupa tembok pagar sebelah
timur, pintu utama di bagian barat, dan dermaga di sebelah timur. Selain itu
juga terdapat nisan makam dari bahan batu marmer bertuliskan bahasa
Portugis dan sebuah lubang (sumuran).
selatan sepanjang 37,50 meter dilengkapi pintu berukuran 2,90 meter
(berjarak 9,50 meter dari ujung selatan tembok, disebut Gerbang I). Tebal
tembok 0,90 meter dengan tinggi 3,60 meter. Pada jarak 7,30 meter dari
ujung utara tembok itu ada tembok lain ke arah barat sepanjang 6,5 meter,
termasuk pintu 1,50 meter (Gerbang II). Permukaan tanah di bagian barat
(dalam) tembok lebih tinggi sekitar 35 cm dibanding permukaan tanah di
bagian timur (luar) Gerbang I berhiaskan pelipit yang menegaskan
Data Cagar Budaya Tidak Bergerak Kabupaten Pesisir Selatan
Balai Pelestarian Cagar Budaya Sumatera Barat©2017
keberadaannya sebagai gerbang.
Selanjutnya di bagian utara pulau. Berjarak 35 meter disebelah barat
Gerbang I adalah Gerbang III, pintu masuk ke areal lain Benteng Portugis
Pulau Cingkuk. Menempati lereng timur bukit yang memanjang di bagian
barat pulau, permukaan tanahnya lebih tinggi dibanding permukaan tanah
tempat struktur bangunan di sebelah timurnya. Gerbang III tampil lebih raya.
Strukturnya berupa susunan bata berspesi. Batanya putih kecoklatan dan
merah. Bata putih untuk bagian kaki sampai badan gerbang, sedangkan bata
merah pada bagian kaki, kepala, dan bagian pelipit. Gerbang setinggi 3,45
meter itu berpuncak undakan persegi panjang berambang lengkung setinggi
2,75 meter. Kedua sisi bagian akhir lengkungan dibatasi pelipit. Lebar
gerbang 1,60 meter. Ini pintu masuk ke bagian pertapakan berisi reruntuhan
bangunan yang dibatasi tembok keliling dan talud/dinding penahan tanah.
Tembok batu dan bata berspesi membentang barattimur sepanjang 23,50
meter, menempel di sisi selatan Gerbang III. Di ujung barat tembok
membentang talud setinggi 2,50 meter hingga 3,30 meter ke arah utara.
Talud itu adalah susunan/tumpukan batu alam berukuran besar (boulder),
yang berbelok ke arah utara sepanjang 15 meter. Keseluruhan talud dan
tembok yang berawal pada Gerbang III lebih berperan sebagai sarana
mendapatkan permukaan datar yang lebih tinggi dari lahan sekitarnya,
terlebih bila dibandingkan dengan bagian utara dan timurnya. Dataran itu
membentuk denah dua empat persegi panjang yang digabungkan. Denah
pertama di selatan berukuran 30 meter x 23,50 meter, dan denah kedua di
utara berukuran 15 meter x 12,50 meter. Di bagian lahan yang berdenah
empat persegi panjang di utara dijumpai dua lapis talud lain. Masingmasing
talud yang berukuran lebih rendah dari talud utama menempati bagian
permukaan tanah yang lebih tinggi. Adanya taludtalud rendah itu
membentuk semacam undakan yang keseluruhannya menjadikan bagian
lahan itu lebih tinggi daripada lahan empat persegi panjang yang lebih luas di
sebelah selatannya. Dari bagian selatan ke bagian utara dihubungkan dengan
anak tangga yang dipahatkan langsung pada batuan dasar pembentuk
gundukan itu.
Selain itu, di sekitar Benteng juga terdapat nisan makam. Nisan makam
berada di sisi sebelah barat dekat pintu gerbang. Nisan makam tersebut
terbuat dari bahan batu marmer putih, berukuran panjang 162 cm, lebar 85
cm, tinggi 45 cm, membujur kearah utara. Pada bagian atas tengah terdapat
lambang Bangsa Portugis (?). Di bawah lambang ini terdapat tulisan huruf
latin berbahasa Portugis .Pada sebelah timur keberadaan nisan marmer ini
kira-kira 50 meter terdapat bekas lubang yang sudah terbuka. Berdasarkan
sisa-sisanya, lubang tersebut pada bagian atas ditutup dengan bata merah
yang disusun secara melengkung ke atas. Lubang tersebut berukuran
panjang 1,8 meter, lebar 50 cm, dan kedalaman lubang 78 cm. Bekas
dermaga berada di sebelah timur Pulau Cingkuk. Dermaga ini berupa
susunan dari batu andesit. Kondisinya sudah rusak parah karena terkikis oleh
air laut. Sisa-sisa yang masih dapat dilihat berukuran panjang ±20 meter
Data Cagar Budaya Tidak Bergerak Kabupaten Pesisir Selatan
Balai Pelestarian Cagar Budaya Sumatera Barat©2017
dengan lebar 3 meter
Ukuran (luas) Situs Bangunan -
Lahan 2 Ha
Batas-batas
Utara Laut
Selatan Laut
Barat Laut
Timur Laut
Fungsi lama dan
sekarang
Fungsi lama: Benteng, Loji (Gudang Penyimpanan)
Fungsi sekarang : Pariwisata, Pendidikan
Pemilik Pemerintahan Kabupaten Pesisir Selatan
Pengelola Pemerintahan Kabupaten Pesisir Selatan dan BPCB Sumatera Barat
Foto Bangunan
Benteng Pulau Cingkuk Tampak depan (Dok. BPCB Sumbar, 2017)
Benteng Pulau Cingkuk Tampak samping, belakang (Dok. BPCB Sumbar, 2017)
Foto Lingkungan
Pulau Cingkuk ; lingkungan sekitar Benteng Pulau Cingkuk (Dok. BPCB Sumbar, 2017)
Data Cagar Budaya Tidak Bergerak Kabupaten Pesisir Selatan
Balai Pelestarian Cagar Budaya Sumatera Barat©2017
Denah Keletakan
Denah lokasi Benteng Pulau Cingkuk
Pengentri Data Marjohan Syarif, SH; Dodi Chandra, S.Hum
Tanggal Oktober 2017
Data Cagar Budaya Tidak Bergerak Kabupaten Pesisir Selatan
Balai Pelestarian Cagar Budaya Sumatera Barat©2017
4. Kompleks Makam Sultan Perhimpunan Alam
KOMPONEN DATA ISIAN DATA
Nama Objek Kompleks Makam Sultan Perhimpunan Alam
Nomor Inventaris 06/BCB-TB/A/14/2007
Alamat
Jalan Jl. Bukit Manda
Dusun Jorong Duku Selatan
Desa/Kelurahan Nagari Duku
Kecamatan Koto XI Tarusan
Kabupaten/kota Pesisir Selatan
Provinsi Sumatera Barat
Orbitrasi Situs (km)
Ibukota Kab. ±28 km
Ibukota Prov. ± 69 km
Keletakan Geografis Kompleks Makam Sultan Perhimpunan Alamterletak di dalam bentang alam
dataran rendah dengan elevasi 365 mdpl
Aksesibilitas Situs Akses menuju lokasi makam relatif sulit, karena lokasi objek berada di
sebuah bukit Bukit yang dikelilingi oleh persawahan. Dari jalan Lintas
Padang-Painan, Masjid Nurul Huda dapat dilanjutkan dengan kendaraan
roda dua atau empat. Untuk sampai ke lokasi makam harus berjalan,
menapaki pematang sawah dan mendaki bukit sekitar 200 m dari tempat
pemberhentian kendaraan.
Letak Astronomis S 1° 12' 44.726"E 100° 29' 40.913"
Deskripsi Historis Sultan ini merupakan salah satu Raja Kerajaan Salido yang berada di bawah
kekuasaan dan beafiliasi ke Kerajaan Sungai Pagu yang ada di Kabupaten
Solok Selatan sekarang. Kompleks Makam Ini sekarang berada di bawah
kepemilikan dari Suku Caniago, dan yang diberi tanggung jawab untuk
merawatnya adalah Sultan Baharuddin Perhimpunan Alam yang merupakan
Keturunan Ke - 14 dari Keluarga Raja Kerajaan Salido. Menurut pendapat dari
Wali Nagari Duku Selatan Makam Sultan Baharudin Perhimpunan Alam ini
berada dibelakang Masjid Huda Jorong Duku Selatan, sedangkan Makam
yang berada didaerah perbukitan adalah makam perhimpunannya.1 Sultan
Perhimpunan Alam ini memiliki 5 orang anak yang bernama, Maradiye,
Imam Tantu, Sari Bungo, Bungo Sari dan Sari Suto, dan istri yang bernama
Anak Duku.2
Deskripsi Arkeologis Dari hasil oberservasi yang dilakukan, pada bagian atas bukit terdapat
makam-makam yang sudah bercampur dengan makam baru. Namun,
makam Kuna (Makam Perhimpunan Alam) jelas terlihat pada nisan yang
dipasangkan pada makam. Dari hasi observasi setidaknya terdapat 8 makam
1Wawancara dengan pihak Wali Nagari Duku selatan 2Wawancara dengan pemuka masyarakat yang ada di sekitar lokasi makam
Data Cagar Budaya Tidak Bergerak Kabupaten Pesisir Selatan
Balai Pelestarian Cagar Budaya Sumatera Barat©2017
kuna dengan bahan dan jenis nisan yang sama. Jumlah tersebut mungkin
lebih dari 8 makam, karena hanya 8 makam yang berhasil terobservasi.
Selain itu, terdapat pula beberapa makam-makam baru yang disekelilingi
makam kuna. Makam-makam baru tersebut merupakan makam masyarakat
dari 3 suku/kaum yaitu Suku Tanjung, Suku Jambak, Suku Caniago.
Makam yang berada di atas bukit ini merupakan kerabat (perhimpunan) dari
Raja Kerajaan Salido. Salah satu diantaranya yang bermakam di lokasi ini
adalah makam Sultan Sidinarno Gurnam yang meninggal tahun 1590.
Makam-makam kuna yang berada di kompleks makam ini tidak memiliki
jirat, orientasi makam BL-Tenggara, dengan panjang makam mulai dari 1 m,
1,3 m, 1,5 m , 1,75 m. Nisan pada kompleks makam ini terbuat dari batu
andesit menyerupai balok, dengan tinggi, lebar dan tebal yang bervariasi.
Tinggi nisan bervariasi mulia dari 40 cm, 50 cm, 55 cm, 65 cm hingga 90 cm,
lebar nisan juga bervariasi mulai dari 10 cm, 11 cm, 12 cm, 14 cm, 16 cm
hingga 20 cm, sedangkan tebal nisan mulai dari 10 cm, 12 cm, 14 cm, hingga
16 cm.Tinggi nisan-nisan makam pada kompleks makam ini berkisar antara
0,5 s.d 1,5 meter. Salah satu makam ada yang nisannya berpasangan,
berukuran tinggi 158 cm (nisan sisi utara) dan tinggi 148 cm (nisan sisi
selatan). Makam-makam pada kompleks makam ini berorientasi utara-
selatan.
Ukuran (luas) Situs Bangunan -
Lahan 50 meter x 40 meter (2000 meter2)
Batas-batas
Utara Sawah Isit/ Suku Tanjung
Selatan Sawah Rasyidin/ Suku Caniago
Barat Sawah Isit/ Suku Tanjung
Timur Sawah Kuman/ Suku Caniago
Fungsi lama dan
sekarang
Fungsi lama : Pemakaman
Fungsi sekarang :pemakaman
Pemilik Milik keluarga Sultan baharuddin Perhimpunan Alam.
Pengelola Milik keluarga Sultan baharuddin Perhimpunan Alam.
Foto Bangunan
Data Cagar Budaya Tidak Bergerak Kabupaten Pesisir Selatan
Balai Pelestarian Cagar Budaya Sumatera Barat©2017
Makam Kuna di Komplek Makam Sultan Perhimpunan Alam
Foto Lingkungan
Lingkungan sekitar makam yang berada di atas bukit kecil yang dikelilingi persawahan
Denah Keletakan
Denah Makam Sultan Perhimpunan Alam
Pengentri Data Marjohan Syarif, SH; Dodi Chandra, S.Hum
Tanggal Oktober 2017
Data Cagar Budaya Tidak Bergerak Kabupaten Pesisir Selatan
Balai Pelestarian Cagar Budaya Sumatera Barat©2017
5. Bekas Istana Kerajaan Inderapura
KOMPONEN DATA ISIAN DATA
Nama Objek Bekas Istana Kerajaan Inderapura
Nomor Inventaris 07/BCB-TB/A/14/2007
Alamat
Jalan Jl. Muaro Sakai
Dusun Jorong Muaro Sakai
Desa/Kelurahan Nagari Inderapura
Kecamatan Airpura
Kabupaten/kota Pesisir Selatan
Provinsi Sumatera Barat
Orbitrasi Situs (km)
Ibukota Kab. ±198 km
Ibukota Prov. ±287 km
Keletakan Geografis Bekas Istana Kerajaan Inderapura ini berada dalam bentang alam dataran
rendah dengan elevasi 13 mdpl
Aksesibilitas Situs Untuk sampai ke lokasi Bekas Istana Inderapura cukup mudah, karena tidak
jauh dari jalan raya, berada di pemukiman padat penduduk, dapat ditempuh
kendaraan roda dua atau roda empat.
Letak Astronomis S 2° 5' 17.498" E 101° 9' 33.001"
Deskripsi Historis Kerajaan Inderapura merupakan salah satu kerajaan di Ranah Pesisir
Minangkabau. Secara historis kerajaan ini masih memiliki hubungan dengan
Kaum Rumah Gadang Mandeh Rubiah di Lunang serta dengan Kerajaan
Pagaruyung di Tanah Datar. Dalam beberapa cerita di masyarakat ada yang
mengatakan kalau kerajaan Inderapura berada dibawah kekuasaan
pagaruyung, tetapi sampai saat ini tidak satupun bukti yang dapat
membuktikan Kerajaan Inderapura ini tunduk kepada Kerajaan Pagaruyung.
Situs Kesultanan Inderapura terletak di wilayah pesisir barat Sumatera,
tepatnya di perbatasan Sumatera Barat dan Bengkulu sekarang. Pusat
kekuasaannya berada pada wilayah muara sungai yang sekarang juga
bernama Inderapura, Kecamatan Pancung Soal, Kabupaten Pesisir Selatan. Di
ujung sungai ini mengarah ke laut dengan muara yang lebih lebar dan
merupakan pertemuan dua buah muara sungai, yaitu Muara Sakai dan
Muara Bantaian yang mengalir dari Air Haji. Dalam beberapa penulisan
disebutkan bahwa pada abad ke-9 Masehi, kerajaan Inderapura didirikan
oleh Sultan Muhammad Syah, anak bungsu dari Sultan Maharaja Diraja yang
merupakan putra Iskandar Zulkarnaini, dan berkedudukan di Air Pura
sebagaimana yang disebutkan terdahulu. Keberadaan Inderapura sebagai
kerajaan Islam sejak abad ke-16 terutama sejak perubahan kerajaan menjadi
kesultanan, agaknya sulit untuk diragukan. Beberapa naskah dan sumber
Data Cagar Budaya Tidak Bergerak Kabupaten Pesisir Selatan
Balai Pelestarian Cagar Budaya Sumatera Barat©2017
lokal lainnya menjelaskan bahwa perubahan sebutan kerajaan Air Pura
menjadi kesultanan Inderapura dapat menjadi bukti untuk itu. Perubahan
kerajaan menjadi kesultanan itu terjadi pada awal abad ke-16, yaitu pada
masa pemerintahan Sultan ke-11 kerajaan Air Pura, bersama Sultan Sakelab
Dunia dengan gelar Sultan Iskandar Johan Berdaulatsyah. Berdasarkan
penelitian yang dilaksanakan oleh Tim peneliti Balai Kajian Sejarah dan Nilai
Tradisional Sumbar pada tahun 2004. Dalam laporan penelitian ini
disebutkan bahwa kerajaan Air Pura sudah berdiri semenjak abad ke-9 SM.
Sedangkan perubahan nama menjadi Kerajaan Melayu Air Pura terjadi pada
abad ke-12, yaitu di masa pemerintahan Sultan Zatullah. Selain itu, dalam
Naskah Inderapuradisebutkan bahwa penggantian nama Air Pura menjadi
Inderapura terjadi pada masa pemerintahan Sultan Inayat Syah (1357 M),
tanpa menjelaskan apakah pada waktu ini sekaligus dilakukan penggantian
sebutan kerajaan menjadi kesultanan atau tidak. Jika dilihat secara umum
sistem birokrasi pemerintahan di Kesultanan Inderapura, maka dapat
dikelompokkan menjadi tiga fase. Fase pertama adalah sistem pemerintahan
kerajaan lama. Jika sumber-sumber yang dijadikan rujukan dapat
dipertanggungjawabkan kebenarannya, maka masa pemerintahan kerajaan
lama ini berlangsung dari abad IX SM hingga abad XVI M. Fase kedua, masa
pemerintahan kesultanan, yaitu dari abad XVI M hingga abad XIX M.
Sedangkan Fase ketiga adalah masa pemerintahan keregenan yang
berangsung dari abad XIX M hingga awal abad XX M. Kesultanan Inderapura
sejak dipimpin oleh Sultan Sekelab Dunia yang bergelar Sultan Iskandar
Johan Berdaulat Syah, pada awal abad ke-16 M resmi berbentuk kesultanan.
Sebagai kerajaan Islam, terdapat 2 (dua) raja yang terkenal dengan alimnya.
Di Kesultanan Inderapura dua orang sultan yang sangat dikenal alim, taat
beribadah, penuh kharisma, dan adil dalam mengayomi rakyat yaitu yaitu
Sulthan Mohammad Arifin syah Gelar Sulthan Mohammadsyah (1840-l860),
dan Sulthan Mohammad Bakhi, Gelar Sulthan Firmansyah Raja Terakhir di
Inderapura (1860-1891)3.
Deskripsi Arkeologis Bangunan istana kerajaan Indrapura tersebut sekarang sudah tidak ada lagi.
Kerajaan ini dirobohkan karena tidak layak lagi untuk dipakai. Sisa-sisa
bangunan yang masih ada tinggal berupa satu buah meriam, fondasi, bekas
tangga. Dan dapur Sisa-sisa fondasi istana membentuk denah empat persegi
panjang berukuran 28 x 18 meter. Bekas tangga pintu masuk berada
dibagian muka sebanyak dua buah (sepasang). Tangga ini terbuat dari dari
batu berlepa semen, berukuran lebar 1,6 meter, tinggi 95 cm, tebal dinding
15 cm. Pada bagian atas terdapat 5 dan pada bagian bawah terdapat dua
undak. Kerajaan ini memiliki delapan kamar, empat kiri dan empat kanan.4
Pada sebelah barat bekas tangga pintu masuk sebelah barat terdapat sebuah
meriam yang dahulu milik kerajaan. Meriam tersebut berada dalam cungkup
perlindungan.
3 Dirangkum dalam buku Kerajaan Inderapura yang ditulis oleh Prof. Gusti Asnan (dkk), 2013
4Menurut Sanita Dewi dan Erlina, Cucuang asli ahli waris
Data Cagar Budaya Tidak Bergerak Kabupaten Pesisir Selatan
Balai Pelestarian Cagar Budaya Sumatera Barat©2017
Ukuran (luas) Situs Bangunan 28 m x 18 meter
Lahan 200 m x 60 m (12000 m²)
Batas-batas
Utara Jl. Muaro Sakai
Selatan Sawah
Barat Tanah
Timur Sawah
Fungsi lama dan
sekarang
Fungsi awal: istana/hunian
Fungsi sekarang : Pariwisata, Pendidikan
Pemilik Warning
Pengelola Warning
Foto Bangunan
Bekas tangga bangunan istana, meriam Istana Inderapura yang masih tersisa
Foto Lingkungan
Lingkungan sekitar Bekas Istana Inderapura
Data Cagar Budaya Tidak Bergerak Kabupaten Pesisir Selatan
Balai Pelestarian Cagar Budaya Sumatera Barat©2017
Denah Keletakan
Denah lokasi Bekas Istana Kerajaan Inderapura
Pengentri Data Marjohan Syarif, SH; Dodi Chandra, S.Hum
Tanggal Oktober 2017
Data Cagar Budaya Tidak Bergerak Kabupaten Pesisir Selatan
Balai Pelestarian Cagar Budaya Sumatera Barat©2017
6. Makam Raja-Raja Kerajaan Inderapura
KOMPONEN DATA ISIAN DATA
Nama Objek Makam Raja-Raja Kerajaan Inderapura
Nomor Inventaris 08/BCB-TB/A/14/2007
Alamat
Jalan
Dusun Jorong Kampung Hulu
Desa/Kelurahan Nagari Inderapura
Kecamatan Airpura
Kabupaten/kota Pesisir Selatan
Provinsi Sumatera Barat
Orbitrasi Situs (km)
Ibukota Kab. ±116 km
Ibukota Prov. ±199 km
Keletakan Geografis Makam terletak di dalam bentang alam dataran rendah dengan elevasi 13
mdpl
Aksesibilitas Situs Mudah, karena situs tidak jauh dari jalan raya dan dekat dengan pasar. Bisa
menggunakan kendaraan roda dua atau roda empat.
Letak Astronomis S 2° 5' 19.500"E 101° 2' 33.000"
Deskripsi Historis Kerajaan Inderapura terletak di wilayah kabupaten pesisir selatan provinsi
sumatera barat dan berbatasan dengan provinsi Bengkulu dan Jambi.
Kerajaan ini adalah salah satu kerajaan islam yang ada di pulau sumatera dan
pernah menjadi bawahan (vazal) Kerajaan Pagaruyung. Namun dalam
pemerintahaannya kerajaan ini berdiri sendiri dan bebas mengatur urusan
pemerintahannya.Pemakaman Raja-Raja Indrapura ini terkait dengan
perkembangan Kerajaan Indrapura pada dahulunya yang berkembang
sekitar abad 15 masehi. Salah satu tokoh yang dimakamkan disini adalah
Sultan Firmansyah.5. dengan nisan makam terbuat dari susunan bata yang
diberi lepa.
Deskripsi Arkeologis Kompleks makam ini telah bercungkup berukuran panjang 2,82 meter dan
lebar 1,88 meter. Dalam cungkup terdapat 3 buah makam, makam Sultan
Firmansyah berada di tengah, disisi kiri-kanannya merupakan istri-istri
beliau. Makam Sultan Firmansyah sekelilingnya diberi pagar besi setinggi ±
70 cm. Nisan makam terbuat dari batu dengan pengerjaan sederhana, yang
5Wawancara dengan Bahari (70 thn) tanggal 9 Mei 2012, beliau adalah juru kunci kompleks makam Raja-raja Inderapura. Dalam literatur disebutkan bahwa Sultan Firmansyah adalah Raja keenam dari susunan raja-raja yang pernah memerintah di Kerajaan Inderapura. “.... susunan Raja-raja di Inderapura terdapat 37 raja yang memerintah di Kerajaan Inderapura, terdiri dari 33 orang laki-laki dan 4 orang raja perempuan. ....Terdapat 3 orang raja yang bergelar Sultan Firmansyah, yaitu Sultan Firmansyah I dan Sultan Firmansyah II. Sultan Firmansyah I merupakan raja ke-6 yang memerintah di Kerajaan Inderapura sekitar tahun 1534-1556 M. Sultan Firmansyah I digantikan oleh Sultan Firmansyah II, kemudian Sultan Firmasyah II digantikan oleh Sultan Firmansyah II (Usmansyah) yang terkenal dengan nama Tuanku Berdarah Putih. Pada masa beliau Kerajaan Inderapura mencapak puncak kejayaannya, pemerintahan beliau berakhir sampai pertengahan tahun 1600-an. Iim Imadudin, dkk. “Inderapura Kerajaan Maritim dan Kota Pantai Di Pesisir Selatan Pantai Barat Sumatera”. Balai Kajian Sejarah dan Nilai Tradisional Padang, Proyek Pengkajian dan Pemanfaatan Sejarah dan Tradisi Padang. Padang, 2004. Hlm. 13-14.
Data Cagar Budaya Tidak Bergerak Kabupaten Pesisir Selatan
Balai Pelestarian Cagar Budaya Sumatera Barat©2017
menarik masing-masing sisi terdapat 2 buah nisan, Nisan kecil dibagian
dalam dan nisan besar dibagian luar. Lingkungannya berupa pemakaman
umum, jumlah makam yang terdapat di kompleks makam ini ± 30 buah
makam. Pagar untuk memasuki situs dari pagar yang hanya menggunakan
kayu sudah diganti dengan pagar besi.
Ukuran (luas) Situs Bangunan 2,82 m x 1,88 m
Lahan 8 m x 16 m
Batas-batas
Utara Pemakaman umum
Selatan Pemakaman umum
Barat Pemakaman umum
Timur Pemakaman umum
Fungsi lama dan
sekarang
Fungsi awal: Pemakaman
Fungsi sekarang : Pemakaman, Pendidikan, Pariwisata
Pemilik Keluarga Keturunan Kerajaan Inderapura
Pengelola Keluarga Keturunan Kerajaan Inderapura dan BPCB Sumatera Barat
Foto Bangunan
Bangunan cungkup makam tampak depan, samping
Makam Raja Inderapura
Foto Lingkungan
Lingkungan sekitar Makam Raja Inderapura yang berada di area pemakaman
Data Cagar Budaya Tidak Bergerak Kabupaten Pesisir Selatan
Balai Pelestarian Cagar Budaya Sumatera Barat©2017
Denah Keletakan
Denah Lokasi Makam Raja-Raja Inderapura
Pengentri Data Marjohan Syarif, SH; Dodi Chandra, S.Hum
Tanggal Oktober 2017
Data Cagar Budaya Tidak Bergerak Kabupaten Pesisir Selatan
Balai Pelestarian Cagar Budaya Sumatera Barat©2017
7. Makam Tuanku Berdarah Putih
KOMPONEN DATA ISIAN DATA
Nama Objek Makam Tuanku Berdarah Putih
Nomor Inventaris 07/BCB-TB/A/14/2007
Alamat
Jalan Jl. Cagar Budaya Tuanku Berdarah Putih
Dusun Jorong Medan Baik
Desa/Kelurahan Nagari Tluk Kualo
Kecamatan Airpura
Kabupaten/kota Pesisir Selatan
Provinsi Sumatera Barat
Orbitrasi Situs (km)
Ibukota Kab. ±117 km
Ibukota Prov. ±199 km
Keletakan Geografis Makam ini terletak di dalam bentang alam dataran rendah dengan elevasi 8
mdpl
Aksesibilitas Situs Akses menuju lokasi makam cukup mudah, karena situs tidak jauh dari jalan,
berada di area perkebunan masyarakat, ke lokasi bisa menggunakan
kendaraan roda dua atau roda empat.
Letak Astronomis S 2° 2' 52.400E 100° 54' 47.700"
Deskripsi Historis Tuanku Berdarah Putih merupakan salah satu raja yang memerintah di
Kerajaan Inderapura sekitar tahun 1560-1640-an. Beliau adalah Raja ke -8
yang memerintah di Kerajaan Inderapura yang bernama Usmansyah dan
bergelar Sultan Firmansyah. Pada masa Sultan inilah Kerajaan Inderapura
mencapai puncak Kejayaannya.Tuanku Berdarah Putih bergelar Gagar
Alamsyah adalah tokoh pertama di Inderapura.
Deskripsi Arkeologis Makam Tuanku Badarah Putih terletak satu kompleks dengan makam para
pengawalnya. Dalam kompleks makam ini terdapat 12 buah makam yang
ditempatkan berjajar pada satu deretan. Makam pada kompleks ini tidak
memakai jirat tetapi memakai nisan yang saling berhadapan. Orientasi nisan
di Kompleks ini sudah U-S yang artinya sudah menghadap Kiblat (Masa Islam).
Pada makam Tuanku Badarah Putih terdapat dua buah nisan yang saling
berhadapan. Makam Tuanku Badarah Putih sendiri terdiri dari dua buah nisan
tipe Aceh, tanpa jirat. Pada kompleks makam ini juga terdapat makam lain
dengan nisan tipe Aceh.Bentuk nisan berupa balok yang terbuat dari batu tufa
dan batu pasiran berawaran coklat muda. Sekarang gerbang untuk memasuki
situs juga sudah diganti dengan tembok, yang dulu hanya menggunakan kayu.
Namun dilokasi tidak ditemukan lambang nama situs dan papan petunjuk
arah.
Ukuran (luas) Situs Bangunan 8 m x 10 m
Lahan ± 1 Ha
Data Cagar Budaya Tidak Bergerak Kabupaten Pesisir Selatan
Balai Pelestarian Cagar Budaya Sumatera Barat©2017
Batas-batas
Utara Tanah milik Kaum Rangkayo Rajo Melayu
Selatan Tanah milik Kaum Rangkayo Rajo Melayu
Barat Sawah milik Malin Muhamad
Timur Sawah milik Dt. Gindom Ratu
Fungsi lama dan
sekarang
Dari awalnya sampai sekarang berfungsi sebagai tempat pemakaman
Pemilik Tanah milik Kaum Rangkayo Rajo Melayu
Pengelola Tanah milik Kaum Rangkayo Rajo Melayu
Foto Bangunan
Makam tampak depan dan samping
Nisan makam di Makam Tuanku Badarah Putih
Foto Lingkungan
Lingkungan sekitar Makam Tuanku Badarah Putih
Data Cagar Budaya Tidak Bergerak Kabupaten Pesisir Selatan
Balai Pelestarian Cagar Budaya Sumatera Barat©2017
Denah Keletakan
Denah lokasi Makam Tuanku Berdarah Putih
Pengentri Data Marjohan Syarif, SH; Dodi Chandra, S.Hum
Tanggal Oktober 2017
Data Cagar Budaya Tidak Bergerak Kabupaten Pesisir Selatan
Balai Pelestarian Cagar Budaya Sumatera Barat©2017
8. Masjid Al-Ima Kotobaru
KOMPONEN DATA ISIAN DATA
Nama Objek Masjid Al Imam Kotobaru
Nomor Inventaris 10/BCB-TB/A/14/2007
Alamat
Jalan Tuanku Umar Kambang
Dusun Jorong Kotobaru
Desa/Kelurahan Nagari Kambang
Kecamatan Lengayang
Kabupaten/kota Pesisir Selatan
Provinsi Sumatera Barat
Orbitrasi Situs (km)
Ibukota Kab. ±45 km
Ibukota Prov. ±130 km
Keletakan Geografis Masjid initerletak di dalam bentang alam dataran rendah dengan elevasi 15
mdpl
Aksesibilitas Situs Untuk mencapai lokasi masjid cukup mudah, karena situs tidak jauh dari
jalan raya, ke lokasi dapat menggunakan kendaraan roda dua atau roda
empat.
Letak Astronomis S 1° 40' 14.639" E 100° 45' 26.474"
Deskripsi Historis Menurut informasi masyarkat, Masjid ini dibangun pada tahun
19246bersamaan dengan lahir dan berkembangnya Nagari Kambang.7
Elemen pada bangunan masjid ini memiliki nilai falsafah bagi masyarakat
Kambang
Deskripsi Arkeologis Denah bangunan masjid berbentuk bujur sangkar. Ruang utama di bagian
tengah tidak terdapat dinding pembatas, sehingga merupakan ruangan yang
terbuka. Di sisi barat terdapat mihrab, sedangkan di bagian kanan dan kiri
bangunan terdapat ruangan samping yang membentuk selasar. Selasar di
bagian timur seolah-olah menjadi lorong karena tertutup oleh bangunan
tambahan berupa bangunan tempat berwudhu.
Dinding terbuat dari bata lepas berukuran relatif tebal, sekitar 30 cm.
Dinding masih asli belum pernah diganti sejak semula dengan cat berwarna
putih. Perubahan pada bagian dinding terutama pada sisi dalam yang diberi
tambahan keramik pada bagian bawah setinggi 1 meter. Tiang utama pada
ruang utama terdapat 9 buah yang melambangkan jumlah Koto (Kampung)
yang ada pada waktu itu di Nagari Kambang. Tiang yang berderet di depan
dekat mihrab sebanyak 14 buah yang melambangkan jumlah penghulu yang
berjumlah 14 orang yang berasal dari 4 suku, yaitu suku Kampai Tangah,
suku Panai, suku Tigolareh, dan suku Malayu. Adapun jumlah tiang yang ada
6Menurut Kameang (52 tahun), seorang Juru Pelihara dan Garin Masjid Al Imam Kotobaru. 7 Menurut Juru Pelihara Masjid Al Imam Kotobaru
Data Cagar Budaya Tidak Bergerak Kabupaten Pesisir Selatan
Balai Pelestarian Cagar Budaya Sumatera Barat©2017
di sisi luar sebelah timur, utara, dan selatan berjumlah 50 buah yang
melambangkan jumlah gelar ninik mamak atau mamak kaum yang ada di
Nagari Kambang pada waktu itu. Lantai ruangan utama menggunakan
keramik Belanda. Terdapat tiga motif keramik, yaitu warna hitam, biru, dan
coklat. Pada bagian tengah umumnya menggunakan keramik warna biru,
bagian belakang warna hitam, dan bagian belakang mihrab menggunakan
warna coklat. Pintu dan jendela sudah mengalami pergantian. Hanya jendela
di samping kanan dan kiri bagian mihrab yang agaknya masih merupakan
jendela yang asli dengan daun jendela berbentuk jalusi dari kayu. Atap
berupa atap seng tumpang lima yang melambangkan bahwa Nagari
Kambang memiliki lima buah masjid adat.
Ukuran (luas) Situs Bangunan 18 m x 18 m (324 m²)
Lahan 30 m x 30 m (900 m²)
Batas-batas
Utara Pasar Kotobaru Kambang
Selatan Rumah Penduduk dan SDN 07 Kotabaru
Barat Pasar Kotobaru Kambang
Timur Batang/Sungai Kotobaru Kambang
Fungsi lama dan
sekarang
Funsi Masjid ini dari dulu sampai sekarang sebagai tempat beribadah
Pemilik Masyarakat Nagari Kambang
Pengelola Pengurus Masjid dan BPCB Sumatera Barat
Foto Bangunan
Masjid Al-Imam Koto Baru tampak depan, samping
Foto Lingkungan
Lingkungan sekitar Masjid Al-Imam Koto Baru
Data Cagar Budaya Tidak Bergerak Kabupaten Pesisir Selatan
Balai Pelestarian Cagar Budaya Sumatera Barat©2017
Denah Keletakan
Denah lokasi Masjid Al-Imam Koto Baru
Pengentri Data Marjohan Syarif, SH, Dodi Chandra, S.Hum
Tanggal Oktober 2017
Data Cagar Budaya Tidak Bergerak Kabupaten Pesisir Selatan
Balai Pelestarian Cagar Budaya Sumatera Barat©2017
9. Makam Syech Muhammad Jamil
KOMPONEN DATA ISIAN DATA
Nama Objek Makam Syekh Muhammad Jamil
Nomor Inventaris 11/BCB-TB/A/14/2007
Alamat
Jalan Kotobaru–Asam Kumbang
Dusun Jorong Kotobaru
Desa/Kelurahan Nagari Kotobaru
Kecamatan Bayang
Kabupaten/kota Pesisir Selatan
Provinsi Sumatera Barat
Orbitrasi Situs (km)
Ibukota Kab. ± 17 km
Ibukota Prov. ±77 km
Keletakan Geografis Makam berada dalam bentang alam dataran rendah dengan elevasi 75 mdpl,
makam berada dilereng bukit yang berdekatan pula dengan Sungai.
Aksesibilitas Situs Akses ke lokasi makam sedikit sulit, dapat dijangkau dengan kendaraan roda
dua atau empat sebelum gerbang masjid Jamik yang lama, kemudian
dilanjutkan dengan berjalan kaki sejauh 300 m melewati Masjid Jamik lama,
dan saluran irigasi.
Letak Astronomis S 1° 13' 10.499"E 100° 33' 43.999"
Deskripsi Historis Syech Mohammad Jamil yang lebih dikenal dengan sebutan Pakiah Jamiak.
Muhammad Jamil selaku dari anak seorang Tuanku, sedari kecil sudah diasuh
mengaji Al-Quran dan mengkaji kitab.Muhammad Jamil mula-mula
mendapat kepercayaan sebagai asisten dari gurunya. Hal ini disebabkan
karena kecerdasan dan kepribadiannya yang begitu memikat.Kepribadian
beliau yang peramah dan suka bergaul, menambah keyakinan gurunya
bahwa Muhammad Jamil mempunyai sifat kepemimpinan, karena itu sering
beliau dibawa berdakwah keliling Luhak Limo Puluah Koto.
Deskripsi Arkeologis Makam ini Syekh Muhammad Jamil berada di area pemakaman umum, yang
berada di area perkebunan dan berdekatan dengan saluran irigasi dan
sungai. Makam berada dalam bangunan cungkup yang berbentuk bangunan
segi empat pada bagian bawah dan badan cungkup, cungkup beratap kubah
yang terbuat dari bata bercampur kapur dan berplester. Pintu masuk makam
menghadap kea rah timur dengan tinggi 165 cm, lebar 80 cm, dan tebal
tembok 32 cm. Pada bagian depan pintu masuk cungkup terdapat
pelataran/teras dengan panjang 3,5 m dan lebar 2,75 m. Didalam cungkup
terdapat 2 buah makam, yaitu makam Syech Mohammad Jamil dan makam
istrinya. Makam tersebut tanpa jirat dengan nisannya terdiri dari dua buah
yang terbuat dari batu andesit yang dikerjakan secara halus. Nisan sebelah
utara dibentuk dengan dua tingkat persegi delapan, sedangkan nisan di
Data Cagar Budaya Tidak Bergerak Kabupaten Pesisir Selatan
Balai Pelestarian Cagar Budaya Sumatera Barat©2017
sebelah selatan berbentuk segi delapan yang meruncing pada bagian
atasnya. Ukuran masing-masing nisan dari permukaan tanah, di sebelah
utara panjang 15 cm, lebar 24 cm, sedangkan di sebelah selatan panjang 28
cm, lebar 28 cm.Cungkup makam mempunyai bentuk yang cukup indah
dengan tampilan-tampilan geometris pada dinding-dinding pembatasnya.
Ukuran (luas) Situs Bangunan 3.6 m x 2.7 m (9,72 m²)
Lahan 15 m x 10 m ( 150 m²)
Batas-batas
Utara Pemakaman umum
Selatan Pemakaman umum dan Masjid
Barat Irigasi, Sungai Batang Bayang
Timur Pemakaman umum
Fungsi lama dan
sekarang
Fungsi lama : Makam
Fungsi sekarang : Makam
Pemilik Kaum Syamsani
Pengelola Kaum Syamsani, BPCB Sumatera Barat
Foto Bangunan
Bangunan Cungkup Makam
Nisan Makam dengan 3 variasi bentuk
Foto Lingkungan
Lingkungan sekitar makam
Data Cagar Budaya Tidak Bergerak Kabupaten Pesisir Selatan
Balai Pelestarian Cagar Budaya Sumatera Barat©2017
Denah Keletakan
Denah Lokasi Makam Syekh Muhammad Jamil
Pengentri Data Marjohan Syarif, SH, Dodi Chandra, S.Hum
Tanggal Oktober 2017
Data Cagar Budaya Tidak Bergerak Kabupaten Pesisir Selatan
Balai Pelestarian Cagar Budaya Sumatera Barat©2017
10. Kursi Rajo
KOMPONEN DATA ISIAN DATA
Nama Objek Kursi Rajo (Medan nan Bapaneh Bukik Batuang)
Nomor Inventaris 13/BCB-TB/A/14/2007
Alamat
Jalan Jalan rabat beton
Dusun Jorong Puluik-Puluik-(Batuang)
Desa/Kelurahan Nagari Puluik-Puluik
Kecamatan Bayang Utara
Kabupaten/kota Pesisir Selatan
Provinsi Sumatera Barat
Orbitrasi Situs (km)
Ibukota Kab. ±20 km
Ibukota Prov. ± 179 km
Keletakan Geografis Lokasi berada di atas bukit dengan ketinggian sekitar 500 mdpl
Aksesibilitas Situs Cukup sulit dengan berjalan kaki mendaki bukit, menurut masyakat kesana
Pulang-Pergi 1 hari (naik pagi sampai tengah hari dan siang turun sampai di
perkampungan sore)
Letak Astronomis S 3° 1' 34.715" E96° 50' 30.890"
Deskripsi Historis Situs ini berada pada sebuah bukit yang disebut Bukit Batuang, pada
ketinggian sekitar 500 meter dari permukaan laut. Lokasi situs ini merupakan
kebun rakyat. Menurut masyarakat setempat menyebut dengan naman “Kursi
Rajo” ini dipergunakan sebagai tempat sidang penghulu nan Selapan (
penghulu yang berjumlah delapan). Menurut masyarakat setempat di lokasi
ini dahulu dipakai sebagai tempat persidangan penghulu guna membahas dan
memutuskan berbagai hal yang berkaitan dengan adat dan
pemerintahan.Selain itu menurut informasi dari masyarakat sekitar situs kursi
rajo ini pada awalnya merupakan perkampungan masyarakat sebelum pndah
ke lokasi lainnya tepatnya di Nagari Puluk-Puluk.
Deskripsi Arkeologis Di lokasi situs ini sekarang terdapat tinggal tujuh tahta batu yang masing-
masing membentuk dua deretan memanjang baratdaya-timurlaut. Pada
deret pertama berada di sebelah baratlaut terdiri atas dua buah tahta batu.
Deret kedua , di sebelah tenggara, terdiri atas lima buah tahta batu. Tahta
batu yang berada di bagian paling baratdaya pada deret pertama berhadapan
letaknya dengan tahta batu di bagian paling baratdaya pada deret kedua,
dengan jarak sekitar tiga meter. Tahta batu paling timurlaut pada deret
pertama berhadapan letaknya dengan tahta batu paling timurlaut dari deret
kedua. Jarak antara keduanya juga sekitar tiga meter.Seluruh kursi batu
berderet dan berhadapan letaknya ini berada pada sebidang lahan datar
berdenah empat persegi panjang. Kursi atau tahta batu ini sebetulnya hanya
Data Cagar Budaya Tidak Bergerak Kabupaten Pesisir Selatan
Balai Pelestarian Cagar Budaya Sumatera Barat©2017
pasangan dari sebuah batu yang diletakkan mendatar di bagian depan serta
sebuah batu lain yang ditegakkan di bagian belakangnya.
Ukuran (luas) Situs Bangunan -
Lahan 18 x 9 m
Batas-batas
Utara kebun rakyat
Selatan kebun rakyat
Barat kebun rakyat
Timur kebun rakyat
Fungsi lama dan
sekarang
Fungsi lama :tempat pertemuan adat (penghulu)
Fungsi sekarang: tidak difungsikan
Pemilik Nagari Puluik-Puluik
Pengelola Nagari Puluik-Puluik
Foto Bangunan
Medan nan Bapaneh Bukik Batuang
Foto Lingkungan
Lingkungan Medan nan Bapaneh Bukik Batuang
Denah Keletakan
Denah lokasi Medan nan Bapaneh Bukik Batuang
Data Cagar Budaya Tidak Bergerak Kabupaten Pesisir Selatan
Balai Pelestarian Cagar Budaya Sumatera Barat©2017
Pengentri Data Marjohan Syarif, SH, Dodi Chandra, S.Hum
Tanggal Oktober 2017
Data Cagar Budaya Tidak Bergerak Kabupaten Pesisir Selatan
Balai Pelestarian Cagar Budaya Sumatera Barat©2017
11. Shipwreck MV.Nederland Boeloengan Mandeh
KOMPONEN DATA ISIAN DATA
Nomor Inventaris 14/BCB-TB/A/14/2007
Nama Objek Shipwreck MV.Nederland Boeloengan Mandeh
Alamat
Jalan
Dusun
Desa/Kelurahan Nanggalo
Kecamatan Koto XI Tarusan
Kabupaten/kota Pesisir Selatan
Provinsi Sumatera Barat
Orbitrasi Situs (km)
Ibukota Kab. ± 67
Ibukota Prov. ± 67
Keletakan Geografis Objek berada di bawah permukaan laut , kedalaman 20 s.d 24 m dari
pemukaan air laut.
Aksesibilitas Situs Sangat sulit karena untuk sampai ke objek tersebut harus melalui penyelaman
dengan menggunakan alat selam lengkap.
Letak Astronomis S -01.232774, E100.433314
Deskripsi Historis Situs Kawasan Mandeh ini merupakan kawasan tinggalan arkeologi bawah air
yang berada di daerah Kawasan Wisata Maritim Mandeh. Tinggalan
arkeoologi Bawah Air yang dimaksud adalah tinggalan berupa kapal karam
(Ship Wreck) dari bangsa Asing yang dahulunya memanfaatkan jalur Pantai
Barat sebagai jalur strategis untuk perdagangan. Survei bawah air terhadap
tinggalan Ship Wreck di Mandeh tersebut telah dilakukan sejak tahun 2002
hingga tahun 2007. Pada survei tahun 2007 dilakukan survei pemetaan
tinggalan arkeologi bawah air yang dilakukan oleh Tim Penyelam (Underwater
Archaeology) dari BPCB Sumatera Barat pada tanggal 27 s.d 31 Juli 2007 di
Ship Wreck Mandeh di Nagari Nanggalo, Nagari Ampang Pulai, Nagari Sungai
Nyalo dan pelabuhan perikanan Cerocok Tarusan. Survei pemetaan dilakukan
oleh gabung tim penyelam Direktorat PBA, BP3 Batusangkar dan Dinas
Persenibud Pesisir Selatan. Hasil survei/penyelaman bawah air tersebut
menemukan shipwreck (kapal karam) di perairan Mandeh dengan kedalaman
20-24 m dari permukaan air laut. Kapal karam ini merupakan bagian dari
Kapal Dagang milik Belanda yang tenggelam di Perairan Mandeh.
Deskripsi Arkeologis Ship Wreck berupa kapal besi dengan kondisi yang sudah rusak. Ship wreck
yang tersisa berukuran panjang 67 m, lebar kapal 11,10 m. Arah hadap kapal
menghadap ke timur ke barat bergeser ke selatan 15˚. Kapal terdiri dari dua
lantai, antara lantai pertama dengan lantai kedua mulai dari bagian tengah ke
belakang dipisahkan dengan jendela-jendela. Kapal ini mempunyai dua buah
tiang yang semuanya dari besi dan sudah patah ke belakang membujur ke
Data Cagar Budaya Tidak Bergerak Kabupaten Pesisir Selatan
Balai Pelestarian Cagar Budaya Sumatera Barat©2017
arah timur barat. Tiang bangkai kapal ini cukup tinggi dengan ukuran 16,30 m.
Kapal ini memiliki panjang buritan dari depan hingga ke belakang dengan
ukuran 24,6 m. Pada bagian buritan patah ke belakang dengan tinggi bagian
buritan 4 meter. Dinding – dinding kapal yang masih tersisa kerangka-
kerangka yang semua dari besi, bagian kanan –kiri di tengah-tengah kapal
terdapat tiang-tiang besi yang diperkirakansebagai tempat sikoci dan bagian
palka masih menyisakan kerangka besi berbentuk segi empat.
Informasi dan wawancara dari masyarakat lingkungan kawasan Mandeh
kebanyakan keberadan ship wreck menurut masyarakat lokal bahwa bahwa
kapal tersebut sebelum tenggelam terlebih dahulu ditembaki oleh pesawat-
pesawat tentara Jepang. Kisahnya terjadi sekitar tahun 1942, yakni pada
masa perang dunia kedua berkecamuk. Bukti fisik menunjukkan bahwa
bangkai kapal tersebut terbagi menjadi dua bagian yaitu antara yaitu antara
bagian haluan sampai dengan buritan patah menjadi dua. Beberapa lubang
dinding kapal dinding kapal menunjukkanadanya suatu peristiwa bisa
diakibatkan oleh terjadinya pertempuran atau bisa jadi oleh karena menabrak
gugusan karang. Cerita yang menunjukkan masa tenggelamnya kapal
sebagaimana dikisahkan terjadi pada tahun 1942, apabila dikaitkan dengan
temuan artefak berupa botol-botol minuman memang analisanya
menunjukkan bahwa botol tersebut berasal dari masa kolonial tahun 1940-
an. Hal ini dapat dilihat baik dari bentuk botolnya, terutama pada bagian
kepala botol dengan guratan-guratan lingkaran yang umumnya banyak
dijumpai pada masa-masa tahun tersebut juga dari tulisan yang tercetak pada
botolnya: Malaya Breweries Ltd. Kalimat tersebut menunjukkan asal produk
miniman itu berasal. Kata Malaya menunjukkan tempat semenanjung
Malaisiya yang ada pada masa jajahan Inggris lebih dikenal sebagai Malaya.
Ukuran (luas) Situs Bangunan 67 m x 11,10 m
Lahan 8.632 ha
Batas-batas
Utara Laut
Selatan Laut
Barat Laut
Timur Laut
Fungsi lama dan
sekarang
Fungsi lama: Kapal dagang
Fungsi sekarang : Penelitian, Pariwisata
Pemilik Pemkab Pesisir Selatan
Pengelola Pemkab Pesisir Selatan , BPCB Sumatera Barat, (BPSPL) Padang
Foto
Data Cagar Budaya Tidak Bergerak Kabupaten Pesisir Selatan
Balai Pelestarian Cagar Budaya Sumatera Barat©2017
Kondisi Ship wreck Mandeh yang tertutup oleh karang (Dok. BP3 Bsk 2007)
Foto Lingkungan
Lingkungan temuan ship wreck
Denah Keletakan
Denah lokasi temuan kapal karam di Mandeh
Pengentri Data Marjohan Syarif, SH, Dodi Chandra, S.Hum
Tanggal Oktober 2017
Data Cagar Budaya Tidak Bergerak Kabupaten Pesisir Selatan
Balai Pelestarian Cagar Budaya Sumatera Barat©2017
12. Rumah Percetakan Uang
KOMPONEN DATA ISIAN DATA
Nama Objek Rumah Percetakan Uang
Nomor Inventaris 15/BCB-TB/A/14/2007
Alamat
Jalan Jl. Umar Tuanku Kambang
Dusun Dusun Tengah Koto Pulai
Desa/Kelurahan Nagari Kambang
Kecamatan Lengayang
Kabupaten/kota Pesisir Selatan
Provinsi Sumatera Barat
Orbitrasi Situs (km)
Ibukota Kab. ±138 km
Ibukota Prov. ±53 km
Keletakan Geografis Rumah berada dalam bentang alam dataran rendah dengan evelasi 17 mdpl
Aksesibilitas Situs Akses ke lokasi Rumah Percetakan Uang sangat mudah, karena berada di
dekat jalan Raya Painan Padang, bisa menggunakan roda dua atau empat
Letak Astronomis S 1° 39' 7.394"E 100° 48' 17.255"
Deskripsi Historis Rumah bekas percetakan uang ini merupakan bangunan perumahan untuk
tempat tinggal yang dihuni sejak zaman belanda dan jepang. Bangunan ini
didirikan sekitar tahun 1800-an. Waktu Belanda kalah melawan Jepang
bangunan ini diambil alih oleh Jepang. Sewaktu perjuangan Kemerdekaan
Indonesia Tahun 1945-1950, bangunan ini dijadikan sebagai tempat
mencetak uang. Uang yang dicetak hanya berlaku untuk Kabupaten Pesisir
Kerinci (Kabupaten Pesisir Selatan dan Kabupaten Kerinci). Semenjak tahun
2004 rumah ini dijadikan tempat mengaji TPA/TPSA jorong Dusun Tengah
Koto Pulai. rumah percetakan uang ini dapat bantuan pemugaran dari
Pemda setempat dengan dana sekitar 100 juta rupiah, semanjak tahun
2011 kementrian agama memberikan dana sebesar 10 juta/tahun untuk
operasional dan gaji guru mangaji.8
Deskripsi Arkeologis Bentuk bangunan ini memanjang dari arah utara selatan dengan bahan dari
kayu. Bangunan ini berukuran 12,80 m, lebar 10,6 m dan tinggi 7,5 m.
Lantai dari bangunan ini ditinggikan setinggi 1,4 m dari permukan tanah
dengan tiang-tiang penyanggga sebanyak 22 buah.
Ruang bangunan ini terdiri dari ruang rapat/pencetak uang dengan ukuran
12,8 m x 3,2 m, kamar dengan ukuran 3,2 x 3,2 m, ruang tempat pengungsi
dengan ukuran 9,6 m x 3, 2 m, dan bagian dapur dengan ukuran 3,2 x 2,2 m.
Jendela pada bangunan ini terbuat dari kayu dengan bentuk jendela papan
biasa. Atap, dinding dan lantai bagunan ini tidak asli lagi karena sudah di
pugar oleh pemda setempat, hanya pintu masuk bangunan ini yg masih
8 Wawancara dengan kKepal KUA Dusun Tengah Koto Pulai
Data Cagar Budaya Tidak Bergerak Kabupaten Pesisir Selatan
Balai Pelestarian Cagar Budaya Sumatera Barat©2017
bangunan lama. Pintu terbuat dari pintu panil yang diberi ukiran pada
bagian pintu dengan ukuran pintu 0,75 m c 1,85 m.
Sebagian dari ventilasai bangunan ini terbuat dari ukiran kayu yang
berbentuk lingkaran dengan diameter 37 cm. Sedangkan ventilasi yang lain
tidak terdapat ukiran kayu yang berbentuk lingkaran, karena hilang saat
pemugaran bangunan ini. Pemasangan dinding bagian luar dari bangunan
ini berbentuk zigzag yang diberi les, sedangkan dinding bagian dalam
bangunan tidak berbentuk zigzag. Pada bagian teras terdapat pagar yang
terbuat dari papan. Pemasangan pagar teras mempergunakan les yang
mempunyai nilai seni yang cukup tinggi.
Ukuran (luas) Situs Bangunan 9 m x 8.1 m (72,9 m²)
Lahan 14 m x 12 m
Batas-batas
Utara Rumah Nur Cahya
Selatan Rumah Rusli Noer
Barat Rumah Dodot
Timur Rumah Hj. Djarmanis
Fungsi lama dan
sekarang
Awalnya berdirinya fungsinya hunian dan pada tahun 1945-1950 dijadikan
tempat pencetakan Uang dan fungsi sekarang sebagai TPA/TPSA.
Pemilik Syahrial (Siah Sikumbang)
Pengelola Pemda
Foto Bangunan
Tampak samping rumah percetakan Uang, bagian beranda rumah
Dinding rumah, bagian dalam Rumah Percetakan Uang