“DESAIN SISTEM PEMBAYARAN PAJAK SECARA ONLINE
Transcript of “DESAIN SISTEM PEMBAYARAN PAJAK SECARA ONLINE
1
“DESAIN SISTEM PEMBAYARAN PAJAK SECARA ONLINE
PADA BADAN LAYANAN UMUM”
(Studi Kasus: Universitas Brawijaya Malang)
Disusun Oleh:
Asri Indika Sari
NIM. 105020300111006
JURUSAN AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2014
2
ABSTRAK
Desain Sistem Pembayaran Pajak Secara Online
pada Badan Layanan Umum
(Studi Kasus: Universitas Brawijaya Malang)
Oleh:
Asri Indika Sari
Dosen Pembimbing
Helmy Adam, SE., MSA., Ak.
Penelitian ini bertujuan untuk mengimplementasikan pelayanan e-Tax yang dapat
diintegrasi langsung dengan melaporkan Surat Pemberitahuan Elektronik (e-SPT)
dalam prosedur pelayanan secara internal pada Universitas Brawijaya Malang.
Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif. Dalam penelitian ini
teknik pengumpulan data dilakukan dengan melakukan wawancara dan
pengamatan langsung di kantor Biro Administrasi Keuangan dan Perencanaan
(BAKP) Universitas Brawijaya Malang. Selain itu teknik pengumpulan data juga
dilakukan dengan teknik dokumentasi dan penggunaan literatur yang berhubungan
dengan prosedur e-Tax.
Hasil penelitian ini membuktikan bahwa kelebihan pelayanan e-Tax yang dapat
diintegrasi langsung dengan melaporkan Surat Pemberitahuan Elektronik (e-SPT)
dalam prosedur pelayanan secara internal pada Universitas Brawijaya Malang
antara lain Bendahara Pengeluaran Universitas Brawijaya dapat mengakses
transaksi setor pajak yang dilakukan oleh Bendahara Pengeluaran Pembantu
Fakultas/Lembaga/Unit secara mudah dan transparan. Selain itu juga dapat
mengurangi pencatatan ulang (retyping) Surat Setoran Pajak (SSP) yang
dilakukan oleh Kepala Urusan Pajak dan Hutang untuk melaporkan Surat
Pemberitahuan (SPT) Masa. Tetapi, terdapat pula beberapa kelemahan dalam
rekomendasi prosedur implementasi e-Tax yang dapat diintegrasi langsung
dengan melaporkan Surat Pemberitahuan Elektronik (e-SPT) dalam prosedur
pelayanan secara internal pada Universitas Brawijaya Malang, antara lain adanya
payment point dari pihak Bank BNI dan fleksibilitas pembayaran uang pajak
belum terjamin karena mesin ATM tidak dapat mendeteksi rekening
penampungan yang disediakan oleh Bank BNI.
Kata Kunci: Sistem, administrasi perpajakan, e-Tax, pengendalian internal,
prosedur e-Tax
3
ABSTRACT
Tax Online System Payment Design
on Board of The General Service
(Case study: Brawijaya Univeristy, Malang)
Author:
Asri Indika Sari
Advisory Lecturer:
Helmy Adam, SE., MSA., Ak
This study aims to implement the e-Tax service that can be directly intergated by
reporting e-SPT on internal service procedure at Brawijaya University, Malang.
This research uses qualitative descriptive method. In this research, the data was
collected by doing interview and direct observation tehcniques at Bureau of
Finance and Planning Office of Brawijaya University. Additionally, the data was
also collected by documenting and using literatures which related to e-Tax
procedure.
The results of this study demonstrate the advantages of e-Tax service that can be
directly intergated by reporting e-SPT on internal service procedure at Brawijaya
University include Treasurer Spending of Brawijaya University can access tax
deposit transaction made by the Second Spending Treasurer of University /
Institute / Unit easily and transparently. It also can reduce the retyping of the SSP
which conducted by the Head of the Tax and Debt for reporting periodic SPT.
However, there are also some weaknesses in the implementation of the e-Tax
procedures recommendation that can be directly integrated with e-SPT on
internal service procedure at Brawijaya University such as the existence of
payment point of the BNI and also the flexibility of tax payment is still can’t be
guaranteed because the ATM machine can’t detect the escrow account provided
by the BNI .
Keywords: system, tax administration, e-Tax, internal controls, e-Tax
procedure
4
1. Latar Belakang
Peranan pajak terhadap penerimaan Negara sangat dominan pada masa
sekarang ini. Ini terjadi karena pajak adalah sumber penerimaan Negara yang pasti
dalam memberikan kontribusi dana kepada negara yang merupakan cerminan dari
kegotongroyongan masyarakat dalam pembiayaan negara yang diatur oleh
perundang-undangan.Direktorat Jendral Pajak sebagai salah satu instansi
pemerintah melakukan upaya tambahan terhadap kebijakan perpajakan dan
perbaikan kualitas sistem administrasi perpajakan.
Kepatuhan Wajib Pajak dapat diidentifikasi dari kepatuhan Wajib Pajak
dalam mendaftarkan diri, kepatuhan untuk menyetorkan kembali Surat
Pemberitahuan (SPT), kepatuhan dalam penghitungan dan pembayaran
tunggakan. Pada hakikatnya kepatuhan Wajib Pajak dipengaruhi oleh kondisi
sistem administrasi perpajakan yang meliputi tax service dan tax enforcement.
Faktor penyebab rendahnya tingkat kepatuhan WP adalah proses
administrasi pajak yang terlalu rumit dan membutuhkan waktu yang lama,
sehingga berdampak pada kepatuhan wajib pajak dalam menunaikan
kewajibannya. Faktor lain yang menyebabkan rendahnya tingkat kepatuhan wajib
pajak adalah biaya administrasi. Kriteria fisibilitas administrasi menuntut sistem
pajak yang baru untuk meminimalisir biaya administrasi (administrative cost) dan
biaya kepatuhan (compliance cost) yang menjadikan administrasi pajak sebagai
perubahan dari kebijakan perpajakan. Perubahan kebijakan perpajakan tidak akan
memuaskan jika tidak diikuti dengan reformasi administrasi perpajakan, yang
secara singkat biasa disebut dengan Modernisasi.
Modernisasi pajak ini ditandai dengan penerapan teknologi informasi yang
handal dan terkini dalam pelayanan perpajakan, seperti sistem pembayaran pajak
secara online yakni e-Tax.
E-Tax adalah layanan cash management yang memudahkan pengguna
dalam melakukan pembayaran dan pengiriman data setoran pajak melalui media
online ke sistem pajak (Kas Negara). Dengan demikian menggunakan e-Tax maka
lebih mudah dalam membayar setoran pajak tanpa harus mengantri di Bank
ataupun Kantor Pos setempat. E-Tax memudahkan dalam pembayaran setoran
pajak secara cepat, praktis, dan akurat dengan meminimalisir batasan biaya, ruang
dan waktu melalui jaringan internet secara online. Pembayaran pajak secara cepat
karena Wajib Pajak tidak perlu membuat SSP (Surat Setoran Pajak) secara
manual, yaitu dengan menginput data secara online.Layanan/ jasa e-Tax ini
disediakan oleh Bank-bank nasional yang telah bekerjasama dengan Direktorat
Jendral Pajak.
E-Tax telah banyak dimanfaatkan oleh Wajib Pajak Badan BUMN, hotel,
dan restoran seperti PT.Garuda Indonesia dan Hotel Arista Palembang.Namun
untuk Wajib Pajak Badan yang telah menjadi Badan Layanan Umum seperti
Universitas Brawijaya, sistem pembayaran pajak online ini masih belum
digunakan.
Berdasarkan karakteristik UB sebagai BLU, salah satu kebutuhan utama
dalam sistem pembayaran pajak haruslah efektif dan efisien. Contohnya, apabila
bendahara pengeluaran pembantu fakultas/unit bisnis (sub akun) melakukan
proses transaksi pembayaran pajak, Kaur Pajak dan Hutang (akun induk) sebagai
koordinator pelaporan pajak dapat mengakses transaksi pembayaran pajak yang
telah dilakukan sub akun, sehingga dapat meminimalisir tugas mengetik ulang
5
Surat Setoran Pajak (SSP) sebagai pelaporan SPT ke KPP dan pelaporan
keuangan. Oleh karena itu, pelaksanaan pelaporan pembayaran pajak diharapkan
dapat lebih efektif dan efisien.
Kelebihan-kelebihan tersebut ternyata masih ada kendala dalam
menerapkan pelayanan e-Tax pada Universitas Brawijaya. Mungkin, dari
beberapa fakultas/unit masih menganggap bahwa prosedur penggunaan e-Tax
secara online dalam pembayaran pajak sangat membingungkan dan menyulitkan.
Dan, apabila menggunakan layanan e-Tax ini, UB membuka rekening untuk 15
fakultas, 2 lembaga, dan 32 unit bisnis. Di satu sisi dalam Peraturan Menteri
Keuangan No. 58 / PMK.05 /2007 tentang Penertiban Rekening Pemerintah pada
Kementrian Negara/Lembaga, Satuan Kerja BLU hanya diperbolehkan memiliki 3
pengelompokan rekening, yaitu untuk pengelolaan kas, operasional, dan dana
kelolaan. Dari pihak Bank juga, apakah telah menyediakan pelaporan SPT yang
terintegrasi langsung dalam pembayaran pajak secara online dengan Kantor
Pelayanan Pajak Madya. Dengan demikian, kendala UB sebagai BLU
mengadaptasi penggunaan e-Tax dalam membayar pajak dan melaporkan SPT
secara tertib dan tepat waktu.
Dari uraian di atas mendorong peneliti melakukan penelitian di
Universitas Brawijaya Malang untuk mengimplementasikan usulan prosedur e-
Tax yang dapat terintegrasi langsung dengan pelaporan pajak Masa (e-SPT).
2.Landasan Teori
2.1 Perpajakan
2.1.1 Definisi Pajak
Dari sudut pandang yang berbeda-beda, masing-masing ahli yang telah
melakukan pengkajian dalam bidang perpajakan memberikan batasan definisi atau
pengertian yang berbeda pula mengenai pajak.Definisi tentang “pajak”menurut
para ahli diantaranya adalah :
a. Menurut Soemitro (2007), pajak adalah peralihan kekayaan dari pihak
rakyat kepada kas Negara untuk membiayai pengeluaran-pengeluaran
Negara.
b. Sedangkan menurut Andriani (2005), memberikan batasan pengertian
dimana pajak adalahiuran kepada Negara (yang dapat dipaksakan) yang
terhutang oleh yang wajib membayarnya menurut peraturan-peraturan
dengan tidak mendapat prestasi kembali, yang langsung dapat ditunjuk,
dan yang gunanya adalah untuk membiayai pengeluaran-pengeluaran
umum yang berhubungan dengan tugas Negara untuk menyelenggarakan
pemerintahan.
2.1.2 Fungsi Pajak
Berikut ini adalah fungsi-fungsi yang dimaksud:
1. Fungsi anggaran (budgetair)
Sebagai sumber pendapatan negara, pajak berfungsi untuk membiayai
pengeluaran-pengeluaran Negara.
2. Fungsi mengatur (regulered)
Pemerintah bisa mengatur pertumbuhan ekonomi melalui kebijaksanaan
pajak.
3. Fungsi stabilitas
6
Dengan adanya pajak, pemerintah memiliki dana untuk menjalankan
kebijakan yang berhubungan dengan stabilitas harga sehingga inflasi dapat
dikendalikan.
4. Fungsi redistribusi pendapatan
Pajak yang sudah dipungut oleh Negara akan digunakan untuk membiayai
semua kepentingan umum
2.1.3 Asas Pemungutan Pajak
Dalam proses pemungutan pajak baik yang dikelola pemerintah pusat
maupun pemerintah daerah selalu berpedoman pada asas-asas pemungutan pajak
(Resmi, 2011:10), yaitu asas domisili (asas tempat tinggal), asas sumber dan asas
kebangsaan.
2.1.4 Syarat Pemungutan Pajak
Adam Smith, pencetus teori The Four Maxims dalam bukunya Wealth of
Nations dengan ajaran yang terkenal "The Four Maxims", asas pemungutan pajak
adalah sebagai berikut:
1. Asas Equality (asas keseimbangan dengan kemampuan atau asas keadilan):
pemungutan pajak yang dilakukan oleh negara harus sesuai dengan
kemampuan dan penghasilan wajib pajak. Negara tidak boleh bertindak
diskriminatif terhadap wajib pajak.
2. Asas Certainty (asas kepastian hukum): semua pungutan pajak harus
berdasarkan UU, sehingga bagi yang melanggar akan dapat dikenai sanksi
hukum.
3. Asas Convinience of Payment (asas pemungutan pajak yang tepat waktu
atau asas kesenangan): pajak harus dipungut pada saat yang tepat bagi wajib
pajak (saat yang paling baik), misalnya disaat wajib pajak baru menerima
penghasilannya atau disaat wajib pajak menerima hadiah.
4. Asas Efficiency (asas efisien atau asas ekonomis): biaya pemungutan pajak
diusahakan sehemat mungkin, jangan sampai terjadi biaya pemungutan
pajak lebih besar dari hasil pemungutan pajak.
2.1.5 Jenis Pajak
Jenis-jenis pajak digolongkan menjadi 3 (tiga) macam (Waluyo dan
Wirawan, 2002 : 13-14), yaitu menurut sifat, golongan, dan lembaga
pemungutannya yaitu :
1. Menurut Golongan
a. Pajak Langsung (Direct Tax) :adalah pajak yang dipungut secara berkala
dimana pembebanannya tidak dapat dilimpahkan kepada pihak lain,
b. Pajak Tidak Langsung (Indirect Tax):adalah pajak yang dipungut tidak
secara berkala dan tidak langsung dimana pembebanannya dapat
dilimpahkan kepada pihak lain
2. Menurut Sifat
a. Pajak Subyektif, adalah pajak yang berpangkal atau berdasarkan pada
subyeknya yang selanjutnya dicari syarat obyektifnya
b. Pajak Obyektif, adalah pajak yang berpangkal atau berdasarkan pada
obyeknya
3. Menurut Pemungut dan Pengelolanya
a) Pajak Pusat, adalah pajak yang dipungut oleh pemerintah pusat dan
digunakan untuk membiayai rumah tangga negara
7
b) Pajak Daerah, adalah pajak yang dipungut oleh Pemerintah Daerah
Tingkat I dan Tingkat II dan digunakan untuk membiayai rumah tangga
Daerah Otonom Tingkat I dan Tingkat II.
2.1.6 Wajib Pajak
2.1.6.1 Definisi Wajib Pajak
“ Wajib Pajak adalah orang pribadi atau badan, meliputi pembayar pajak,
pemotong pajak, dan pemungut pajak, yang mempunyai hak dan
kewajiban perpajakan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan perpajakan”.
2.1.6.2 Kewajiban Wajib Pajak
Kewajiban Wajib Pajak menurut Undang-Undang Nomor 28 tahun 2007
adalah sebagai berikut:
1. Mendaftarkan diri pada kantor Direktorat Jenderal Pajak
2. Melaporkan usahanya pada kantor Direktorat Jenderal Pajak
3. Mengisi Surat Pemberitahuan dengan benar, lengkap, dan jelas, dalam
bahasa Indonesia
4. Menyampaikan Surat Pemberitahuan dalam bahasa Indonesia
5. Membayar atau menyetor pajak
6. Membayar pajak yang terutang
7. Menyelenggarakan pembukuan
8. Memperlihatkan dan/ atau meminjamkan buku atau catatan, dokumen
yang menjadi dasarnya
9. Memberikan kesempatan untuk memasuki tempat atau ruangan yang
dipandang perlu
10. Memberikan keterangan lain yang diperlukan apabila diperiksa.
2.1.6.3 Hak-Hak Wajib Pajak
Hak-Hak Wajib Pajak menurut Undang-Undang Nomor 28 tahun 2007
adalah sebagai berikut:
5. Melaporkan beberapa Masa Pajak
6. Mengajukan surat keberatan dan banding
7. Memperpanjang jangka waktu penyampaian Surat Pemberitahuan
Tahunan Pajak Penghasilan
8. Membetulkan Surat Pemberitahuan yang telah disampaikan dengan
menyampaikan pernyataan tertulis
9. Mengajukan permohonan pengembalian kelebihan pembayaran pajak.
10. Mengajukan keberatan kepada Direktur Jenderal Pajak atas suatu:
a. Surat Ketetapan Kurang Bayar
b. Surat Ketetapan Kurang Bayar Tambahan
c. Surat Ketetapan Pajak Nihil
d. Surat Ketetapan Pajak Lebih Bayar, atau
e. Pemotongan atau pemungutan pajak oleh pihak ketiga
11. Mengajukan permohonan banding kepada badan peradilan pajak atas Surat
Keputusan Keberatan.
2.2 Kepatuhan dalam Pajak
2.2.1 Pengertian Kepatuhan Pajak
Menurut Nurmantu (2009:40), pengertian kepatuhan perpajakan adalah :
“suatu keadaan dimana wajib pajak memenuhi semua kewajiban
perpajakan dan melaksanakan hak perpajakannya”.
8
2.2.2 Jenis-Jenis Kepatuhan Pajak
Menurut Nurmantu (2009 :40) dikenal dua macam kepatuhan, yaitu:
1. Kepatuhan formal
2. Kepatuhan material
2.2.3 Faktor yang Menentukan Kepatuhan
Nurmantu (2009:42) mengatakan bahwa ada beberapa faktor yang
menentukan tinggi rendahnya kepatuhan perpajakan adalah sebagai berikut :
1. Kejelasan (clatiry)
2. Biaya kepatuhan (compliance cost)
3. Panutan
Menurut Surjoputro dan Widodo (2004:41), pada hakekatnyakepatuhan
wajib pajak dipengaruhi oleh kondisi sistem administrasi perpajakan yang
meliputi tax service dan tax enforcement. Langkah-langkah perbaikan
administrasi diharapkan dapat mendorong kepatuhan wajib pajak melalui dua cara
yaitu pertama, wajib pajak patuh karena mendapatkan pelayanan yang baik, cepat,
dan menyenangkan serta pajak yang mereka bayar akan bermanfaat bagi
pembangunan bangsa.
2.2.4 Kriteria Wajib Pajak Patuh
Menurut Peraturan Menteri Keuangan RI No. 192/PMK.03/2007 tentang tata
cara penetapan Wajib Pajak dengan kriteria tertentu dalam rangka pengembalian
pendahuluan kelebihan pembayaran pajak, Wajib Pajak patuh adalah mereka yang
memenuhi empat kriteria dibawah ini, yakni :
1. Wajib Pajak tepat waktu dalam menyampaikan Surat Pemberitahuan untuk
semua jenis pajak
2. Wajib Pajak tidak mempunyai tunggakan pajak untuk semua jenis pajak
3. Laporan Keuangan Wajib Pajak yang diaudit oleh Akuntan Publik atau
lembaga pengawasan keuangan pemerintah dengan pendapat Wajar Tanpa
Pengecualian
4. Wajib Pajak tidak pernah dipidana karena melakukan tindak pidana di
bidang perpajakan
2.3 Sistem Administrasi Perpajakan
2.3.1 Istilah Administrasi Perpajakan
Menurut Gunadi, dalam menilai seberapa baik kemampuan administrasi
perpajakan dalam mengumpulkan penerimaan, perlu diingat sasaran administrasi
pajak yakni meningkatkan kepatuhan pembayar pajak dan melaksanakan
ketentuan perpajakan secara seragam untuk mendapatkan penerimaan maksimal
dengan biaya optimal.Setelah memperoleh kepercayaan masyarakat serta
pengertian dan dukungan rakyat banyak, administrasi pajak baru dapat dianggap
sehat.
2.3.2 Sistem Administrasi Perpajakan Modern
Sasaran penerapan sistem administrasi pajak modern menurut Pandiangan
(2004) adalahpertama, maksimalisasi penerimaan pajak; kedua, kualitas pelayanan
yang mendukung kepatuhan wajib pajak; ketiga, memberikan jaminan kepada
publik bahwa Direktorat Jenderal Pajak mempunyai tingkat integritas dan
keadilan yang tinggi, keempat, menjaga rasa keadilan dan persamaan perlakuan
dalam proses pemungutan pajak; kelima, Pegawai Pajak dianggap sebagai
karyawan yang bermotivasi tinggi, kompeten, dan profesional, keenam,
peningkatan produktivitas yang berkesinambungan; ketujuh, Wajib Pajak
9
mempunyai alat dan mekanisme untuk mengakses informasi yang diperlukan; dan
kedelapan, optimalisasi pencegahan penggelapan pajak.
2.4 Pengelolaan Perpajakan di Badan Layanan Umum
Berkaitan dengan PP No. 23 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan
BLU, apabila suatu badan pemerintah sudah mendapat penetapan sebagai BLU,
karena seluruh penerimaan dan pembelanjaan masuk APBN/APD, maka BLU
tersebut bukan merupakan subyek pajak sehingga tidak memiliki kewajiban
membayar PPh Badan (pasal 25 dan PPh 29). Sesuai dengan ketentuan di bidang
perpajakan, BLU atau biasa disebut dengan Bendahara Pemerintah adalah pihak
yang melakukan pemotongan dan pemungutan pajak atas pengeluaran yang
berasal dari APBN/APBD. Jenis-jenis pemotongan/pemungutan pajak oleh
Bendahara Pemerintah :
1. PPH PASAL 21/26
2. PPH PASAL 22
3. PPH PASAL 23
4. PPH PASAL 4(2)/FINAL
5. PPN
A. PPh Pasal 21/26
PPh pasal 21 adalah pajak atas penghasilan berupa gaji, upah, honorarium,
tunjangan, dan pembayaran lain yang diterima atau diperoleh Wajib Pajak Orang
Pribadi dalam negeri sehubungan dengan pekerjaan atau jabatan, jasa, dan
kegiatan.
PPh Pasal 26 adalah Pajak Penghasilan atas deviden, bunga termasuk
premium, diskonto, premi swap dan imbalan sehubungan dengan jaminan
pengembalian utang, royalti, sewa, dan penghasilan lain sehubungan dengan
penggunaan harta, imbalan sehubungan dengan jasa, pekerjaan dan
kegiatan,hadiah dan penghargaan, pensiun dan pembayaran berkala lainnya, yang
diterima atau diperoleh Wajib Pajak luar negeri selain bentuk usaha tetap di
Indonesia.
B. PPh Pasal 22
PPh Pasal 22 adalah Pajak Penghasilan yang dipungut Pemungut Pajak
Penghasilan Pasal 22 berkenaan dengan pembayaran atas penyerahan barang.
C. PPh 23/26
Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 23 adalah pajak atas penghasilan dengan
nama dan dalam bentuk apa pun yang berasal dari modal, penyerahan jasa, atau
penyelenggaraan kegiatan selain yang telah dipotong PPh Pasal 21
D. PPh Pasal 4 ayat (2)
Bendahara pemerintah memungut PPh Pasal 4 ayat (2) atau yang biasa
disebut Pajak Penghasilan dengan tarif khusus yang bersifat final dan tidak final,
antara lain :
a) Penghasilan dari pengalihan hak atas tanah dan/atau bangunan dan
persewaan tanah dan/atau bangunan
b) Penghasilan atas penghasilan dari jasa konstruksi dan hadiah undian
E. Pajak Pertambahan Nilai
Berdasarkan Undang-undang Nomor 42 Tahun 2009, Pajak Pertambahan
Nilai (PPN)adalah pajak yang dikenakan atas konsumsi Barang Kena Pajak dan
Jasa Kena Pajak di dalam daerah Pabean.
2.5 Kewajiban Perpajakan Badan Layanan Umum
10
Berdasarkan Pengumuman Dirjen Pajak Nomor Peng-05/PJ.09/2010 tentang
Kewajiban Bendahara Pemerintah Pusat Dan Daerah Untuk Melakukan
Pemotongan/Pemungutan Pajak. Dalam pengumuman tersebut diingatkan kembali
kepada setiap Bendahara Pemerintah Pusat dan Daerah di
lingkunganKementerian/Lembaga/Instansi Pemerintah untuk melakukan
kewajibannya, yaitu :
1. Melakukan pemotongan/pemungutan pajak
2. Melakukan penyetoran pajak ke Bank Persepsi atau Kantor Pos dan
3. Melakukan pelaporan ke Kantor Pelayanan Pajak sesuai batas waktu yang
ditentukan.
2.5.1 Memungut/ Memotong
2.5.1.1 Tata Cara Pemungutan PPh Pasal 21
Tata cara pemotongan dan pengenaan PPh pasal 21 telah diatur dalam
ketentuan yang ditetapkan khusus berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 80
tahun 2010 tentang Tarif Pemotongan Dan Pengenaan Pajak Penghasilan Yang
Menjadi Beban Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Atau Anggaran
Pendapatan dan Belanja Daerah:
a) Bersifat Final
b) Tarif Pasal 17 ayat (1) huruf a Undang-Undang PajakPenghasilan atas
jumlah penghasilan bruto berupapenghasilan tetap dan teratur
c) Dalam hal PNS dan pensiunannya diangkat sebagai pimpinan
dan/atauanggota pada lembaga yang tidak termasuk sebagai Pejabat Negara,
dikenai pemotongan Pajak Penghasilan Pasal 21
2.5.1.2 Tata Cara Pemungutan PPh Pasal 22
Berdasarkan Peraturan Peraturan Direktur Jenderal Pajak No. PER-15/PJ/
2011 Tata Cara dan Prosedur Pemungutan Pajak Penghasilan Pasal 22
Sehubungan Dengan Pembayaran Atas Penyerahan Barang dan Kegiatan di
Bidang Impor Atau Kegiatan Usaha si Bidang Lain, tata cara pemungutan PPh
pasal 22 adalah :
a) PPh Pasal 22 dipungut pada setiap pelaksanaan pembayaran langsung (LS)
oleh KPPN atau Bendahara atas penyerahan barang oleh Wajib Pajak
(rekanan)
b) PPh Pasal 22 yang pemungutannya dilakukan oleh Bendahara harus
disetor pada hari yang sama dengan pelaksanaan pembayaranatas
penyerahan barang yang dibiayai dari belanja negara.
2.5.1.3 Tata Cara Pemungutan PPh Pasal 23/26
Berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan No.80 PMK.03/2010 tentang
Penentuan Tanggal Jatuh tempo Pembayaran dan Penyetoran Pajak, Penentuan
Tempat Pembayaran Pajak, dan Tata Cara Pembayaran, Penyetoran dan Pelaporan
Pajak, Serta Tata Cara Pengangsuran dan Penundaan Pembayaran Pajak, tata cara
pemotongan PPh Pasal 23 sebagai berikut :
a) Pemotongan PPh Pasal 23 atau PPh Pasal 26 dilakukan dengan memberikan
bukti pemotongan yang telah diisi lengkap.
c) Pemotongan PPh Pasal 23 atau PPh Pasal 26 dilakukan pada saat
pembayaran dilakukan atau saat disediakan ataupun ketika pembayaran telah
jatuh tempo.
d) Lembar ke-1 Bukti Pemotongan diserahkan kepada WP rekanan sebagai
Bukti Pemotongan.
11
2.5.1.4 Tata Cara Pemungutan PPh Pasal 4 (2)
Tata cara pemungutan PPh atas penghasilan dari persewaan tanah dan/atau
bangunan.
1) KPPN atau Bendahara sebagai penyewa wajib memotong PPh pada saat
pembayaran atau terutangnya sewa, tergantung peristiwa mana yang terjadi
lebih dahulu
2) KPPN atau Bendahara memberikan Bukti Pemotongan PPhFinal kepada
orang atau badan yang menyewakan pada saatdilakukannya pemotongan
PPh.
2.5.1.5 Tata Cara Pemungutan PPN
PKP rekanan wajib menerbitkan Faktur Pajak dan SSP padasaat
menyampaikan tagihan kepada Bendahara Pemerintahbaik untuk sebagian
maupun seluruh pembayaran. Dalam hal pembayaran diterima sebelum penagihan
atau sebelum penyerahan BKP dan atau JKP, Faktur Pajak wajib diterbitkanpada
saat pembayaran diterima.
2.5.2 Menyetor
2.5.2.1 Tata Cara Penyetoran PPh Pasal 21/26 Tata cara penyetoran PPh 21/26 :
a) Bendahara menyetor PPh Pasal 21 yang tidak ditanggung Pemerintah
dengan menggunakan Surat Setoran Pajak (SSP) ke Bank Persepsi atau
Kantor Pos paling lama tanggal 10 bulantakwim berikutnya. Apabila tangal
10 jatuh pada hari libur makapenyetoran dilakukan pada hari kerja
berikutnya.
b) Atas PPh Pasal 21 yang terutang bagi pejabat negara, PNS yang PPh-nya
ditanggung Pemerintah, tidak ada penyetoran. Jadibendahara langsung
melaporkan penghitungan PPh pasal 21 yang terutang dalamdaftar gaji
kepada KPPN.
2.5.2.2 Tata Cara Penyetoran PPh Pasal 22
Penyetoran dilakukan ke Bank Persepsi atau Kantor Pos atau pemungutan
langsung (LS) oleh KPPN dengan menggunakan SSP yang telah diisi oleh dan
atas nama rekanan serta ditandatangani oleh Pemungut.
2.5.2.3 Tata Cara Penyetoran PPh Pasal 23/26
Tata cara penyetoran PPh Pasal 23/26 :
a. PPh Pasal 23 atau PPh Pasal 26 yang tercantum dalam Bukti Pemotongan
selama satu bulan takwim dijumlahkan.
b. Jumlah PPh pasal 23 atau PPh Pasal 26 yang telah dipotong selama satu
bulan takwin disetor ke Bank persepsi atau Kantor Pos dengan
menggunakan SSP paling lambat tanggal 10 bulan takwim berikutnya
setelah bulan saat terutangnya pajak oleh Bendahara.
2.5.2.4 Tata Cara Penyetoran PPh Pasal 4 (2)
Tata Cara Penyetoran PPh Pasal 4 (2) telah diatur dalam Keputusan
Direktur Jenderal pajak Nomor KEP-227/PJ/2002tentang Tata Cara Pemotongan
dan Pembayaran, serta Pelaporan Pajak Penghasilan dari Persewaan Tanah dan
atau Bangunanyakni Bendahara menyetorkan PPh yang telah dipotong dengan
menggunakan SSP pada Bank Persepsi atau Kantor Pos, selambat-lambatnya
tanggal 10 bulan berikutnya setelah bulan pembayaran atau terutangnya sewa.
2.5.2.5 Tata Cara Penyetoran PPN
12
PPN/ yang dipungut Bendahara selaku Pemungut Pajak wajib disetorkan
ke Bank Persepsi atau Kantor Pos paling lambat 7 (tujuh) hari setelah berakhirnya
bulan terjadinya pembayaran tagihan.
2.5.3 Melaporkan
2.5.3.1 Tata Cara Pelaporan PPh Pasal 21/26
Tatacara pelaporan PPh 21/26 :
a) Atas PPh Pasal 21/26 yang terutang bagi pejabat negara, PNS, anggota
TNI, yang PPh-nya ditanggung Pemerintah, Bendahara melaporkan
penghitungan PPh pasal 21 yang terutang dalam daftar gaji kepada KPPN.
b) Atas PPh Pasal 21/26 yang tidak ditanggung pemerintah, Bendahara
melaporkan PPh Pasal 21 yang terutang sekalipun nihil dengan
menggunakan SPT Masa paling lama tanggal 20 bulan takwim berikutnya.
Apabila tanggal 20 jatuh pada hari libur, pelaporan dilakukan pada hari
kerja berikutnya.
2.5.3.2 Tata Cara Pelaporan PPh Pasal 22
Pemungut PPh Pasal 22 wajib menyampaikan SPT Masa PPh Pasal22
Belanja Negara dan disampaikan paling lama 14 (empat belas)hari setelah bulan
takwim berakhir. Apabila hari ke-14 jatuh padahari libur, maka pelaporan
dilakukan pada hari kerja berikutnya.
2.5.3.3 Tata Cara Pelaporan PPh Pasal 23/26
SPT Masa PPh Pasal 23 dan/atau PPh Pasal 26 lengkap bersama
lampirannya harus dilaporkan ke KPP selambat-lambatnya tanggal 20 bulan
berikutnya dan disampaikan langsung ataudikirim melalui pos tercatat.
2.5.3.4 Tata Cara Pelaporan PPh Pasal 4 (2)
Bendahara atau pejabat yang melakukan pembayaran ataupejabat yang
menyetujui tukar-menukar wajib menyampaikan lporan mengenai transaksi
pengalihan hak atas tanah dan/atau bangunan kepada Kantor Pelayanan Pajak
Pratama/Kantor Pelayanan Pajak, tempat Bendahara atau pejabatyang
bersangkutan terdaftar sebagai WP.
2.5.3.5 Tata Cara Pelaporan PPN
Bentuk pelaporan bagi Bendahara dilakukan dengan menggunakan
formulir ” Surat Pemberitahuan Masa Bagi Pemungut Pajak Pertambahan Nilai
(Formulir 1107 PUT)”.
2.6 Sistem Informasi Perpajakan
Sistem Informasi Perpajakan (SIP) dikembangkan menjadi Sistem
Administrasi Perpajakan Terpadu (SAPT) yang dikendalikan oleh manajemen
kasus (casemanagement system) dalam sistem pemantauan proses administrasi
perpajakan (workflowsystem) mengacu pada otomasi kantor mencakup pelayanan,
pengawasan pembayaran dan pemeriksaan dengan pengendalian proses, otorisasi,
pengawasan pelaksanaan tugas serta pelaporan yang dirancang sesuai ketentuan
perundang-undangan yang berlaku.
2.7 E-Tax (sistem pembayaran pajak online)
2.7.1 Pengertian E-Tax
E-Tax adalah layanan cash management yang memudahkan pengguna
dalam melakukan pembayaran dan pengiriman data setoran pajak melalui media
online ke sistem pajak (Kas Negara).Dengan demikian menggunakan e-Tax maka
lebih mudah dalam membayar setoran pajak tanpa harus mengantri di Bank
ataupun Kantor Pos setempat.
13
“Elektronik tax” dimaksudkan untuk meningkatkan secara tajam efisiensi
administrasi pajak baik dari manajemen pencatatan pajak di belakang dan
konsultasi pajak di depan dan untuk mengurangi secara signifikan biaya
kepatuhan pajak masyarakat, yakni dua keuntungan baik internal maupun
eksternal.
2.7.2 Manfaat E-Tax
1. Memudahkan mekanisme pelaporan dan pembayaran pajak (Wajib Pajak
tidak perlu ke Bank dengan membawa uang tunai dan seluruh dokumen
pendukung karena dapat melalui ATM, tidak perlu melakukan rekapitulasi
transaksi, dan bisa mencetak langsung bukti pembayaran pajak).
2. Mengurangi biaya administrasi pajak.
3. Mengurangi pemenuhan biaya dari Wajib Pajak.
4. Meminimalisir keluhan dari wajib pajak atas pengenaan pajak yang selama
ini dianggap tidak tepat perhitungan.
5. Menginformasikan transaksi dan besaran kewajiban pajak secara
transparan, akurat dan fair.
6. Perubahan paradigma pelayanan dari pola by person ke by sistem, efektif
untuk meminimalisir dan bahkan menghapus potensi terjadinya manipulasi
pelaporan serta pembayaran pajak.
7. Terwujudnya efektifitas dan efisiensi pelayanan pajak.
8. Wajib Pajak akan lebih patuh dalam pemenuhan kewajiban pajak yang
terutang.
9. Pelaporan dan pembayaran pajak yang transparan, akuntabel dan akurat
dengan berbasis teknologi informasi dan komunikasi.
10. Kepastian dan kenyamanan wajib pajak dalam membayar pajak.
11. Mendorong terwujudnya good corporate governance (Tata Kelola
Pemerintahan yang Baik).
12. Memungkinkan peningkatan pendapatan pajak.
2.8 E-SPT (Surat Pemberitahuan Elektronik)
2.8.1 Pengertian e-SPT (Surat Pemberitahuan Elektronik)
Surat Pemberitahuan Elektronik (e-SPT) adalah Surat Pemberitahuan
Masa atau Surat Pemberitahuan Tahunan yang berbentuk formulir elektronik
(CD/flashdisc) yang merupakan pengganti lembar manual SPT.
2.8.2 Kelebihan e-SPT
Dibuatnya e-SPT Penyampaian SPT dapat dilakukan secara cepat dan
aman, karena lampiran dalam bentuk media CD/flashdisc.
3.Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif-kualitatif, Bogdan dan
Taylor (Moeleong, 2007:4) mendefinisikan metodologi kualitatif sebagai prosedur
penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan
dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati.Langkah penelitian yang
dilakukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1) Memperoleh dan mempelajari literatur-literatur yang berhubungan dengan
prosedur e-Tax(sistem pembayaran pajak secara online).
2) Mendapatkan informasi gambaran umum mengenai objek yang diteliti
dengan teknik observasi, wawancara, dan dokumentasi.
14
3) Melakukan analisis dalam mendesain sistem prosedur beserta kelebihan dan
kekurangan dalam penerapane-Taxdengan membandingkan prosedur
pembayaran pajak secara manual pada Universitas Brawijaya Malang.
4) Mendeskripsikan desain implementasi penerapan e-Taxpada Universitas
Brawijaya Malang.
5) Mengevaluasi sistem prosedure-Tax pada Universitas Brawijaya Malang
sebagai Badan Layanan Umum mengingat terdapat kendala, yakni
peraturan penertiban rekening pemerintah yang telah diatur oleh
Kementrian Keuangan.
6) Mendesain implementasi penerapan e-Tax yang dapat diintegrasi langsung
dengan melaporkan SPT (e-SPT) guna meningkatkan efektif dan
efisienprosedur pelayanan internal pada Universitas Brawijaya Malang.
7) Merekomendasi desain mengenai prosedur implementasi penerapan e-
Taxpada Universitas Brawijaya Malang.
4. Pembahasan
4.1 Gambaran Umum Obyek
4.1.1 Sejarah Berdirinya UB
Universitas Brawijaya (UB) merupakan lembaga Pendidikan Tinggi
Negeri yang berdiri pada tahun 1963 melalui Ketetapan Menteri Pendidikan dan
Ilmu Pengetahuan No. 1 tanggal 5 Januari 1963, kemudian disahkan oleh
Keputusan Presiden no. 196 tahun 1963 yang kemudian tanggal 5 Januari
ditetapkan sebagai hari lahir Universitas Brawijaya. Saat ini UB merupakan salah
satu perguruan tinggi negeri yang terkemuka di Indonesia yang mempunyai
jumlah mahasiswa lebih dari 60 ribu orang dari berbagai strata mulai program
Diploma, program Sarjana, program Magister, dan program Doktor selain
program Spesialis tersebar dalam 12 Fakultas dan 3 Program pendidikan setara
fakultas.
4.1.2 Status UB sebagai BLU
Sangat penting bagi Universitas Brawijaya memiliki wewenang untuk
melakukan pengelolaan keuangan yang mandiri dan fleksibel yang menonjolkan
produktivitas, efisiensi dan efektivitas. Pengelolaan keuangan demikian dapat
diperoleh melalui pola Badan Layanan Umum (BLU).
4.2 Pelaksanaan Perbendahraan di UB
Paksanaan perbendaharaan di UB terbagi menjadi 2, yaitu pelaksanaan
perbendaharaan APBN dan PNBP.erdapat dua jenis pendapatan yang digunakan
oleh UB sebagai Badan Layanan Umum, yaitu dari Anggaran Pendapatan dan
Belanja Negara (APBN) dan dari PNBP (Penerimanaan Negara Bukan Pajak).
Pendapatan yang didapatkan melalui APBN merupakan pendapatan yang didapat
dari pendapatan negara di mana sebagian besar pendapatan negara bersumber dari
pajak. Untuk pendapatan Universitas Brawijaya yang bersumber dari APBN
4.3 Standar Operasional Prosedur Manual
4.3.1 Pencairan Dana DIPA dari APBN
Untuk pencairan dana dari APBN, langsung dikelola oleh KPPN Malang
selaku Kuasa BUN. KPA mengajukan dana APBN kepada KPPN sebesar
kebutuhan operasional Satuan Kerja dalam 1 bulan yang direncanakan. Pencairan
dana APBN merupakan tanggung jawab dari Bendahara Pengeluaran UB. Dana
APBN digunakan untuk kebutuhan Kantor Pusat dan F/L/U.
15
4.3.2 Pencairan Dana DIPA dari PNBP Untuk pencairan dana PNBP, langsung dikelola oleh Rektorat selaku pusat
pengelolaan dana PNBP. Pada awal tahun, setiap Fakultas/Lembaga/Unit
diberikan pagu Uang Persediaan yang merupakan saldo awal kas Daftar Isian
Pelaksana Anggaran (DIPA) BLU Universitas Brawijaya, dimana pencairan dana
dilakukan tiap bulan. Besarnya pencairan dana PNBP secara keseluruhan tidak
boleh melampaui pagu PNBP dalam DIPA BLU UB. Dalam rangka
pertanggungjawaban pendapatan dan/atau belanja yang bersumber dari PNBP
BLU UB yang dapat digunakan langsung, UB mengajukan Surat Perintah
Pengesahan Pendapatan dan Belanja BLU (SP3B BLU) kepada KPPN satu kali
dalam satu triwulan. Persetujuan perubahan besaran dana PNBP dilaksanakan
oleh Kepala Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Perbendaharaan Provinsi Jawa
Timur.
4.3.3 Pemungutan Pajak
Pmungutan Pajak dalam pencairan dana DIPA dari APBN khususnya
untuk mekanisme pencairan dana LS, pajak sudah ditanggung pemerintah.
Artinya, pemungutan pajak telah dilakukan oleh KPPN selaku Kuasa BUN, yang
dimana pajak telah disetor ke Kas Negara. Untuk mekanisme pencairan dana
UP/GUP dari APBN maupun PNBP dan pencairan dana LS dari PNBP,
pemungutan pajak dilakukan oleh Bendahara Pengeluaran Pembantu F/L/U.
4.3.4 SOP Penyetoran Pajak
Prosedur Penyetoran Pajak dalam pencairan dana DIPA dari APBN untuk
mekanisme pencairan dana LS, pajak telah disetor ke Kas Negara oleh KPPN
melalui sistem Modul Penerimaan Negara (MPN). Pembayaran belanja LS
merupakan tanggungan pemerintah yang dibiayai dari belanja negara. Untuk
mekanisme pencairan dana UP/GUP dari APBN maupun PNBP dan pencairan
dana LS dari PNBP, penyetoran pajak dilakukan oleh BPP UB atau Pengusaha
Kena Pajak (PKP)/rekanan. Prosedur penyetoran pajak adalah sebagai berikut:
1. Atas dasar bukti pungutan pajak, BPP UB mengisi SSP dengan nama WP
dan alamat WP sesuai dengan ketentuan jenis pajak.
2. BPP UB mengisi kode NPWP atas nama BPP UB atau Pengusaha Kena
Pajak rekanan yang ditandatangani oleh BPP UB selaku pemungut pajak.
3. BPP UB menandatangani SSP tersebut.
4. BPP UB menyetorkan pajak dengan nilai nominal sesuai dengan SSP yang
dibuat ke Bank/Kantor Pos (maksimal sampai dengan pukul 11 siang pada
hari kerja).
5. Pihak Bank/Kantor Pos memvalidasi SSP berupa Nomor Transaksi
Penerimaan Pajak (NTPN) yang diterbitkan melalui sistem Modul
Penerimaan Negara (MPN).
6. Pihak Bank/Kantor Pos menandatangani SSP yang telah tervalidasi.
7. BPP F/L/U menerima SSP yang telah tervalidasi berupa cetak NTPN yang
ditandatangani Bank/ Kantor Pos.
4.3.5 SOP Pelaporan Pajak
1. Bendahara Pengeluaran UB menerima dokumen berupa Surat
Pertanggungjawaban Belanja (SPTB) dan SSP dari BPP F/L/U atas
transaksi-transaksi melalui pengajuan Surat Perintah Membayar (SPM)
baik dari sumber dana APBN maupun PNBP.
16
2. Kaur Pajak dan Hutang mengkompilasi SSP Pajak pasal 21,22,23, PPh
pasal 4 (2), dan PPN untuk kelengkapan pendukung laporan dana Daftar
Isian Pelaksanaan Anggaran (DIPA).
3. Kaur Pajak dan Hutang membuat rekapitulasi penyetoran pajak
berdasarkan jenis pajak dari F/L/U sebagai data dukung laporan SPT
Masa.
4. Kaur Pajak dan Hutang melakukancross check ke petugas pembukuan
dana PNBP atas pajak yang telah dipungut dan disetor serta jumlah saldo
pajak yang belum disetor.
5. Kaur Pajak dan Hutang mencetak laporan penerimaan dan penyetoran
pajak PPh pasal 21,22,23, PPh pasal 4 (2), dan PPN masing-masing BPP
F/L/U.
6. Kasubbag Akuntansi & Manajemen menerima dan memverifikasi
rekapitulasi Laporan Penerimaan dan Penyetoran Pajak dari Kaur Pajak
dan Hutang.
7. Kaur Pajak dan Hutang membuat SPT Masa Pajak pasal 21,22,23, PPh
pasal 4 (2), dan PPN setiap awal bulan berikutnya sesuai ketentuan
perpajakan ke KPP Malang Utara.
8. Kabag Akuntansi memeriksa dan memvalidasi SPT Masa yang akan
disahkan oleh KPP Malang Utara dengan batas akhir penyampaian paling
lambat tanggal 20 setelah akhir masa pajak.
9. Bendahara Pengeluaran UB menandatangani SPT Masa atas nama dan
NPWP Bendahara Pengeluaran UB selaku pemungut pajak.
10. KPP Malang Utara menerima bukti laporan SPT Masa dari Kaur Pajak dan
Hutang.
11. KPP Malang Utara menerbitkan pengesahan SPT Masa sesuai yang
diajukan oleh UB.
4.4 Rekomendasi Prosedur
4.4.1 Layanan E-Tax
Penerapan e-Tax ini telah disosialisasikan secara internal di tingkat rektorat
UB yang bekerjasama dengan BNI. Sesuai dengan landasan hukum yang
memperbolehkan bayar pajak dilakukan melalui e-Tax tertuang dalam Surat
Keputusan RI Direktorat Jenderal Pajak Peraturan Perpajakan 1 Nomor:
S-625/PJ.02/2012 tanggal 27 Juli 2012 perihal jawaban atas Surat wakil
pemimpin Divisi BUMN PT BNI, TBK Nomor BIN/3.1/1391 tanggal 12 April
2012. Selanjutnya berdasarkan Surat Kemenkeu Nomor S-7/PJ.02/2013 tanggal 8
Januari 2013 perihal konfirmasi formulir e-SSP dalam rangka penerimaan pajak
melalui internet banking. Jadi pemilihan layanan e-Tax dari BNI telah
direkomendasi langsung oleh Kementerian Keuangan. Penggunaan e-TaxBNI
DIRECT ini telah diimplementasikan Perguruan Tinggi Negeri lainnya seperti
Universitas Gajahmada dan Institut Teknologi Surabaya.
Berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan No. 58/PMK.05/2007 tentang
Penertiban Rekening Pemerintah pada Kementrian Negara/Lembaga, Satuan
Kerja BLU hanya diperbolehkan memiliki 3 pengelompokan rekening, yaitu
untuk pengelolaan kas, operasional, dan dana kelolaan. Sebenarnya UB bisa saja
membuka rekening untuk penyetoran pajak, akan tetapi pembukaan rekening
tersebut harus mendapat ijin dari Menteri Keuangan. Sesuai dengan Memo Divisi
TBS Nomor TBS/3/254 tanggal 30 Desember 2009 Surat Nomor JAL/4.1/3965
17
tanggal 21 Desember 2009 yang berisi tentang membukakan rekening escrow
(penampungan) untuk Bank. Oleh karena itu, UB dalam menyetorkan pajak
dengan e-Tax menggunakan rekening penampungan yang mengatasnamakan
pihak BNI. Rekening penampungan BNI tidak menyediakan nasabah buku
tabungan khusus untuk penyetoran pajak.
Untuk memudahkan BPP F/L/U menyetorkan uang pajak, UB menghendaki
adanya payment point dari pihak BNI. BPP F/L/U tidak dapat menyetor pajak
melalui ATM BNI karena mesin ATM tidak bisa mendeteksi nomor rekening
penampungan. Jadi rekening penampungan BNI hanya untuk operasional input
data setor pajak.
4.4.2 Pengendalian Aplikasi E-Tax
Pengendalian aplikasi e-Tax memiliki tujuan menjaga kecermatan input, file,
program, dan output yang bersifat spesifik dan bukan merupakan pengendalian
sistem komputer secara umum. Prosedur penyetoran pajak melalui e-Tax dapat
dilihat pada gambar sebagai berikut:
1. Pengendalian data e-Tax
Fungsi pengendalian data e-Tax dilakukan oleh Approver dan Releaser
untuk mengecek input data yang dilakukan Maker. Pada UB, yang ditunjuk
oleh Rektor sebagai user dalam proses pembayaran pajak melalui e-Tax,
adalah:
a. BPP UB sebagai maker
b. Kasubbag. Akuntansi Keuangan sebagai approver
c. Bendahara Pengeluaran UB sebagai releaser
2. Validasi input
Program untuk mengecek dan memverifikasi atas kecermatan input data
pajak setelah dimasukkan dan dicatat ke dalam file.
a. Kegiatan yang dilakukan approver yaitu menyetujui transaksi yang
dilakukan maker dengan cara mengecek Nama, NPWP, Alamat WP,
kode akun pajak, kode jenis setoran telah sesuai.
b. Setelah transaksi disetujui approver, transaksi dijalankan oleh releaser.
Dalam memvalidasi input data yang dilakukan maker, dikendalikan oleh
2 orang. Hal ini bertujuan untuk menghindari adanya penyelewengan
input data yang tidak sesuai.
3. Pengendalian terhadap perekaman data
a. Nama user, password dan company ID, dibatasi hanya user yakni BPP
UB, Bendahara Pengeluaran UB, dan Kasubbag. Akuntansi Keuangan
yang dapat menginputdata dan memvalidasi transaksi.
b. Compatibility Test, menjaga agar pegawai yang berwenang saja yang
dapat mengakses data.
4. Pengendalian pemeliharaan file, dengan dokumentasi file baik hardcopy
SSP maupun softcopy SSP yang terkomputerisasi.
4.4.3 Mekanisme Pembayaran melalui E-Tax
1. BPP F/L/U memungut obyek pajak atas pengeluaran yang telah
dibelanjakan dan menginput transaksi melalui aplikasi Pajak Online E-Tax
sesuai jenis obyek pajak. Dalam penginputan transaksi, BPP F/L/U
menginput rekening penampungan yang telah disediakan BNI. Rekening
ini tidak menyediakan paperless/buku tabungan untuk user.
18
2. BPP F/L/U menyetorkan uang pajak kepada petugas Payment Point BNI
yang standby di gedung Rektorat UB.
3. BPP F/L/U menerima struck pembayaran pajak dari BNI.
4. BPP F/L/U meminta validasi ke Kasubbag Akuntansi Keuangan atas jenis
pajak yang telah diinput dalam aplikasi Pajak Online E-Tax dengan
membawa struck pembayaran pajak.
5. Kasubbag Akuntansi Keuangan mengecek dan memverifikasi dari BPP
F/L/U atas bukti pungutan penerimaan dan bukti input penyetoran pajak
online sesuai jenis pajak.
6. Kasubbag Akuntansi Keuangan memberikan validasi terhadap input data
pajak online E-Tax sesuai jenis pajak yang telah diinput oleh BPP F/L/U.
7. Pihak Bank menerima setoran pembayaran pajak dari BPP F/L/U melalui
Payment Point. Akan tetapi eksekusi bank belum dijalankan, artinya uang
setor pajak tersebut belum disetor ke Kas Negara.
8. Bendahara Pengeluaran UB melakukan cross check data pembayaran
pajak dengan laporan yang dibuat BPP F/L/U melalui aplikasi e-Tax,
setelah itu menyetujui transaksi. Hal ini dilakukan, agar eksekusi bank
berjalan dan uang pajak disetor ke Kas Negara.
9. BPP F/L/U mencetak SSP yang telah diberi cetak NTPN melalui aplikasi
e-Tax lembar ke-1 diberikan kepada rekanan/WP, lembar ke-3 diberikan
untuk KPP sebagai lampiran SPT Masa Bendahara, dan lembar ke-5 untuk
WP Pemungut yakni Bendahara Pengeluaran UB.
4.4.4 Mekanisme Pelaporan Pajak melalui E-SPT
Dalam pelaporan pajak, penulis merekomendasi penyampaian Surat
Pemberitahuan (SPT) Masa dalam bentuk elektronik melalui e-SPT untuk
mengadministrasikan dan melaporkan data SPT Masa/Tahunan dengan
menggunakan aplikasi e-SPT yang disediakan oleh Dirjen Pajak. Penyampaian e-
SPT oleh UB ke KPP Malang Utara dapat dilakukan secara langsung atau melalui
pos/kurir dan secara elektronik yaitu melalui e-Filing yang tata cara
penyampaiannya diatur sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan
perpajakan. Namun, layanan e-Filling berbasis online hanya terbatas pada
pelaporan SPT Tahunan Orang Pribadi.
Prosedur untuk pelaporan pajak SPT Masa UB, adalah sebagai berikut :
1. Bendahara Pengeluaran UB mempersiapkan bukti pungut pajak yang telah
diverifikasi oleh Kasubbag Akuntansi Keuangan melalui aplikasi e-Tax.
BP UB menerima SSP dari BPP F/L/U lembar ke-3 untuk KPP dan lembar
ke-5 untuk arsip. BP UB menerima SSP atas transaksi melalui pengajuan
SPM baik dari APBN maupun PNBP.
2. Kaur Pajak dan Hutang mencetak laporan penerimaan dan penyetoran
pajak PPh pasal 21,22,23, PPh pasal 4 (2), dan PPN masing-masing BPP
F/L/U berdasarkan SSP yang telah terbayar.
3. Kaur Pajak dan Hutang menginput data pajak untuk laporan SPT Masa
sesuai jenis pajak melalui e-SPT. Lampiran SSP dapat diinput melalui
form PDF/excel yang tersimpan dalam e-Tax.
4. Kaur Pajak dan Hutang menyimpan data Laporan SPT Masa (softcopy) di
CD/flashdisc.
5. Kaur Pajak dan Hutang mencetak Laporan SPT Masa sesuai jenis pajak.
19
6. Kabag Akuntansi memeriksa dan memaraf SPT Masa yang akan disahkan
oleh Kaur Pajak dan Hutang ke KPP Malang Utara.
7. Bendahara Pengeluaran UB menandatangani SPT Masa atas nama dan
NPWP Bendahara Pengeluaran UB selaku pemungut pajak.
8. KPP Malang Utara menerima bukti laporan SPT Masa dan CD/flashdisc
dari Kaur Pajak dan Hutang.
9. KPP Malang Utara menerbitkan pengesahan SPT Masa sesuai yang
diajukan oleh UB.
4.5 Evaluasi
Saat ini, mayoritas pelaksanaan administrasi penyetoran pajak masih
menggunakan secara manual yaitu menyetorkan uang pajak masing-masing F/L/U
ke Bank. Hal ini membawa dampak kepada masing-masing BPP F/L/U masih
menyetor uang pajak setiap transaksi belanja. Namun, beberapa BPP F/L/U di
tingkat Rektorat UB telah menerapkan e-Tax. Penerapan e-Tax ini telah
disosialisasikan secara internal di tingkat rektorat UB yang bekerjasama dengan
BNI. Pemilihan layanan e-Tax dari BNI ditunjuk langsung oleh Kementerian
Keuangan. Penggunaan e-Tax dari BNI ini telah diimplementasikan Perguruan
Tinggi Negeri lainnya seperti Universitas Gajahmada dan Institut Teknologi
Surabaya.
Dalam pelaporan SPT Masa, Kaur Pajak & Hutang masih merekap SSP
setiap F/L/U. Sehingga, BLU UB memiliki volume arsip-arsip SSP yang banyak
yang menyebabkan penempatan di lemari arsip tidak mencukupi.
Berdasarkan paparan mengenai usulan prosedur pelayanan e-Tax, terdapat
kelebihan dan kekurangan. Adapun kelebihan dan kekuragan tersebut, adalah
sebagai berikut:
4.5.1 Kelebihan Usulan Prosedur E-Tax
1. Bendahara pengeluaran UB dapat mengakses transaksi yang telah
dilakukan BPP F/L/U melalui e-Tax.
2. BPP F/L/U dapat membayar pajak melalui payment point tanpa harus
mengantri di Bank Persepsi/Kantor Pos setempat.
3. BPP F/L/U tidak perlu menghitung sendiri ketetapan pajaknya, yang akan
secara otomatis terhitung di aplikasi e-Tax.
4. BPP F/L/U dapat menginput data setor pajak kapanpun melalui aplikasi e-
Tax secara online.
5. SSP dapat tersimpan dengan format PDF/excel (softcopy).
6. Mengurangi pencatatan ulang SSP (retyping) yang dilakukan oleh Kaur
Pajak & Hutang untuk melaporkan SPT Masa.
7. UB dapat membuka rekening penampungan dalam transaksi setor pajak.
Rekening ini hanya digunakan untuk operasional penginputan data yang
dilakukan BPP F/L/U. Jadi, rekening penampungan ini tidak
disediakannya paperless/buku tabungan.
8. Aplikasi eSPT dapat diinput secara offline oleh UB setelah mendownload
aplikasi e-SPT.
9. Penyampaian e-SPT mengurangi volume arsip SSP lembar ke-3 setiap
transaksi dengan lampiran dalam bentuk CD/flashdisc.
10. Penyampaian e-SPT mengurangi volume arsip SSP lembar ke-3 setiap
transaksi dengan lampiran dalam bentuk CD/flashdisc.
20
4.5.2 Kekurangan usulan Prosedur E-Tax
1. Adanya penambahan SDM yakni payment point dari pihak BNI.
2. BPP F/L/U dapat mencetak SSP apabila telah divalidasi dan direlease oleh
Kasubbag Akuntansi dan Bendahara Pengeluaran UB.
3. Proses validasi dan release hanya terbatas sampai pukul 12 siang saat jam
kerja, sehingga SSP bisa dicetak keesokan harinya.
4. BPP F/L/U tidak dapat membayar uang setor pajak melalui ATM/e-
Banking, karena dalam mesin ATM tidak dapat mendeteksi nomor
rekening penampungan e-Tax UB.
5. Penyampaian e-SPT oleh UB masih dilakukan secara langsung ke KPP
Malang Utara.
6. Mencetak lampiran SPT Masa setiap jenis pajak untuk penandatanganan
basah oleh Bendahara Pengeluaran UB.
5. Kesimpulan dan Saran
5.1 Kesimpulan
Sebagai hasil akhir dari penelitian ini, penulis membuat beberapa
kesimpulan berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan secara langsung dan
wawancara mengenai implementasi e-Tax pada BLU UB, sebagai berikut :
1. Dalam pengajuan pencairan dana UP, GUP, LS dari APBN maupun PNBP
kecuali LS dari APBN, wajib melampirkan dokumen pendukung berupa
SSP yang telah terbayar. Dengan demikian, untuk mempercepat proses
administrasi setor pajak perlu adanya sistem yang dapat menjawab dan
menyikapi kebutuhan dari BLU UB, yaitu e-Tax.
2. Implementasi pelayanan e-Tax dapat terintegrasi langsung dengan
melaporkan SPT Masa (e-SPT) dalam prosedur pelayanan secara internal
pada satuan kerja BLU UB.
3. Implementasi pelayanan e-Tax akan mengurangi pencatatan ulang SSP
(retyping) yang dilakukan oleh Kaur Pajak dan Hutang untuk melaporkan
SPT Masa. Kemudian untuk proses penginputan data transaksi penyetoran
pajak dapat dilakukan kapan saja secara online.
4. Bank yang ditunjuk oleh Menteri Keuangan sebagai pelaksana e-Tax BLU
UB adalah BNI 1946.
5. Progress dalam penerapan layanan e-Tax dari BNI ini telah digunakan
oleh beberapa Bendahara Pengeluaran Pembantu F/L/U selaku pemungut
pajak di tingkat Rektorat UB.
5.2 Keterbatasan Penelitian
Terdapat beberapa keterbatasan dalam penelitian ini, yaitu:
1. Penggunaan layanan e-Tax baru diimplementasikan oleh beberapa BPP
F/L/U di tingkat Rektorat Universitas Brawijaya.
2. Jawaban informan bersifat luas atau umum, sehingga ada jawaban yang
kurang mendetail mengenai hal-hal yang ditanyakan.
3. Untuk proses mendapatkan data dan kapasitas bertemu untuk menggali
informasi masih terbatas, karena volume kerja di Biro Administrasi
Keuangan dan Perencanaan UB sangat sibuk.
5.3 Saran
Dalam upaya meningkatkan efektivitas implementasi pelayanan e-Tax pada
BLU Universitas Brawijaya, beberapa saran yang penulis usulkan kepada
21
Universitas Brawijaya dan pihak yang bermaksud untuk melakukan penelitian
lebih lanjut atau sejenis, yaitu:
5.3.1 Saran bagi Pihak Universitas Brawijaya
Berdasarkan keterbatasan penelitian, penulis memberikan saran adalah
sebagai berikut:
1. Melakukan sosialisasi layanan e-Tax untuk seluruh
Fakultas/Lembaga/Unit di seluruh Universitas Brawijaya yang fokusnya
pada implementasi e-Tax.
2. Menyediakan fasilitas tempat khusus bagi payment point BNI untuk
penyetoran pajak secara langsung agar tidak mengantri di Bank Umum
lain.
3. Melaporkan SPT Masa dengan menggunakan e-SPT, yang dimaksudkan
agar penyampaian SPT Masa lebih efektif lagi dan dapat diakses
menggunakan softcopy dengan mengurangi volume arsip SSP.
5.3.2 Saran bagi Peneliti Selanjutnya
Melalui penelitian ini penulis yang bermaksud untuk meneruskan penelitian
atau melakukan penelitian sejenis dapat memperbaiki keterbatasan masalah,
sehingga hasil yang didapat lebih sempurna dan komprehensif.Penulis selanjutnya
dapat melakukan wawancara dengan lebih terperinci, sehingga seluruh data yang
diperlukan benar-benar diperoleh dan bahkan bila memungkinkan dapat
menggunakan tambahan data melalui kuisioner terkait pokok pembahasan
penelitian agar jawaban yang diutarakan informan lebih lengkap dan meyakinkan.
Daftar Pustaka
Nasucha, Chaizi, Dr., Reformasi Administrasi Publik: Teori dan Praktik. Jakarta:
Penerbit PT Gramedia Widiasarana Indonesia. 2003
Purnomo, Hadi. Reformasi Administrasi Perpajakan, Dalam Heru Subyantoro
dan
Singgih Riphat, Penyusutan, Kebijakan Fiskal: Pemikiran, Konsep, dan
Implementasi. Jakarta: Penerbit Buku Kompas, Februari 2004. hal. 218-233
Pemerintah RI. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 91 Tahun 2007 tentang
Bagan Akun Standar. 2007. Jakarta. Republik Indonesia
Pemerintah RI. Undang- Undang nomor 36 tahun 2008 tentang Pajak
Penghasilan. 2008. Jakarta. Republik Indonesia.
_____. 2014. Target Pajak Tembus Diatas Seribu Triliun, Ini Strategi
Pencapaiannya. www.pajak.go.id/content/target-pajak-2014-tembus-diatas-
seribu-triliun-ini-strategi-pencapaiannya diakses 20 Januari 2014
Setiyaji, G., dan Amir, H. 2005. Evaluasi Kinerja Sistem Perpajakan di
Indonesia. Jurnal Ekonomi Universitas Indonusa Esa Tunggal
Sofyan, Taufan Marcus. 2005. Pengaruh Penerapan Sistem Administrasi
Perpajakan Modern terhadap Kepatuhan Wajib Pajak pada Kantor
Pelayanan Pajak di Lingkungan Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Pajak
Wajib Pajak Besar. Skripsi Sarjana Sekolah Tinggi Akuntansi Negara
Mustikasari, Elia. 2007. Kajian Empriris Tentang Kepatuhan Wajib pajak Badan
di Perusahaan Industri Pengolahan di Surabaya. Simposium Nasional
Akuntansi X, Universitas Hasanudin Makassar
22
Ratnawati, Ike. 2008. Persepsi Wajib Pajak mengenai Efektifitas Penggunaan
Teknologi Informasi (e-System) dalam Pelayanan Perpajakan. Skripsi.
Fakultas Ekonomi UB
Pemerintah RI. Peratuan Menteri Keuangan Nomor 58 Tahun 2007 tentang
Penertiban Rekening Pemerintah pada Kementrian Negara/Lembaga. 2007.
Jakarta. Republik Indonesia
Edvandini, Levinda. 2010. Pengaruh Pelaksanaan e-System terhadap Kepatuhan
Wajib Pajak Badan. Skripsi. Fakultas Ekonomi UB
Pemerintah RI. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2007 TentangKetentuan Umum
dan Tata Cara Perpajakan. 2007.Jakarta. Republik Indonesia
Resmi, Siti. 2011. Perpajakan : Teori dan Kasus, buku 1 edisi 6. Jakarta: Salemba
Empat
Nurmantu, Safri. 2009. Pengantar Perpajakan. Jakarta: Kelompok Yayasan Obor
Pemerintah RI. Peraturan Dirjen Pajak Nomor Peng-05 Tahun 2010 tentang
Kewajiban Bendahara Pemerintah Pusat Dan Daerah Untuk Melakukan
Pemotongan/Pemungutan Pajak. 2010. Jakarta. Republik Indonesia
Pemerintah RI. Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-15 Tahun 2011
tentang Tentang Tata Cara dan Prosedur Pemungutan Pajak Penghasilan
Pasal 22 Sehubungan Dengan Pembayaran Atas Penyerahan Barang dan
Kegiatan di Bidang Impor Atau Kegiatan Usaha di Bidang Lain. 2011.
Jakarta. Republik Indonesia
Pemerintah RI. Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-38 Tahun 2009
tentang Bentuk formulir Surat Setoran Pajak. 2009. Jakarta. Republik
Indonesia
Presiden RI. Peraturan Presiden RI Nomor 54 Tahun 2010 tentang Pengadaan
Barang/Jasa Pemerintah. 2010.Jakarta. Republik Indonesia
Presiden RI. Keputusan Menteri Keuangan RI Nomor 120 Tahun 2002 tentang
Pelaksanaan Pembayaran Dan Pemotongan Pajak Penghasilan Atas
Penghasilan Dari Persewaan Tanah Dan/ Atau Bangunan. 2002.Jakarta.
Republik Indonesia
Presiden RI. Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2008 tentang Pembayaran
Pajak Penghasilan Dari Pengalihan Hak Atas Tanah Dan/Atau Bangunan,
Objek dan Tarif untuk Pengalihan Hak atas Tanah dan/atau Bangunan dan
Persewaan Tanah dan/atau Bangunan. 2008.Jakarta. Republik Indonesia