desain pembelajaran

20
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemberlakuan peraturan dan perundangan-undangan yang berkaitan dengan pelaksanaan otonomi pendidikan menuntut adanya upaya pembagian kewenangan dalam berbagai bidang pemerintahan. Hal tersebut membawa implikasi terhadap sistem dan penyelenggaraan pendidikan termasuk pengembangan dan pelaksanaan kurikulum. Tiga hal penting yang perlu mendapat perhatian, yaitu: 1. Diversifikasi Kurikulum yang merupakan proses penyesuaian, perluasan, pendalaman materi pembelajaran agar dapat melayani keberagaman kebutuhan dan tingkat kemampuan peserta didik serta kebutuhan daerah/lokal dengan berbagai kompleksitasnya. 2. Penetapan Standar Kompetensi (SK), dimaksudkan untuk menetapkan ukuran minimal atau secukupnya, mencakup kemampuan pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang harus dicapai, diketahui, dilakukan, dan mahir dilakukan oleh peserta didik pada setiap tingkatan secara maju dan berkelanjutan sebagai upaya kendali dan jaminan mutu. 3. Pembagian kewenangan antara Pemerintah Pusat dan Provinsi/ Kabu-paten/Kota sebagai Daerah Otonomi merupakan pijakan utama untuk lebih memberdayakan daerah dalam penyelenggaraan pendidikan sesuai dengan

description

pendidikan matematika

Transcript of desain pembelajaran

Bab 9- Pembelajaran Berbasis Kompetensi

BAB IPENDAHULUAN

1.1 Latar BelakangPemberlakuan peraturan dan perundangan-undangan yang berkaitan dengan pelaksanaan otonomi pendidikan menuntut adanya upaya pembagian kewenangan dalam berbagai bidang pemerintahan. Hal tersebut membawa implikasi terhadap sistem dan penyelenggaraan pendidikan termasuk pengembangan dan pelaksanaan kurikulum. Tiga hal penting yang perlu mendapat perhatian, yaitu:1. Diversifikasi Kurikulum yang merupakan proses penyesuaian, perluasan, pendalaman materi pembelajaran agar dapat melayani keberagaman kebutuhan dan tingkat kemampuan peserta didik serta kebutuhan daerah/lokal dengan berbagai kompleksitasnya.2. Penetapan Standar Kompetensi (SK), dimaksudkan untuk menetapkan ukuran minimal atau secukupnya, mencakup kemampuan pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang harus dicapai, diketahui, dilakukan, dan mahir dilakukan oleh peserta didik pada setiap tingkatan secara maju dan berkelanjutan sebagai upaya kendali dan jaminan mutu.3. Pembagian kewenangan antara Pemerintah Pusat dan Provinsi/ Kabu-paten/Kota sebagai Daerah Otonomi merupakan pijakan utama untuk lebih memberdayakan daerah dalam penyelenggaraan pendidikan sesuai dengan potensi daerah yang bersangkutan.Untuk merespon ketiga hal tersebut di atas, Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP) telah melakukan penyusunan Standar Isi (SI), yang kemudian dituangkan kedalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional (Permendiknas) nomor 22 tahun 2006, yang mencakup komponen:1. Standar Kompetensi (SK), merupakan ukuran kemampuan minimal yang mencakup pengetahuan, keterampilan dan sikap yang harus dicapai, diketahui, dan mahir dilakukan oleh peserta didik pada setiap tingkatan dari suatu materi yang diajarkan.2. Kompetensi Dasar (KD), merupakan penjabaran SK peserta didik yang cakupan materinya lebih sempit dibanding dengan SK peserta didik.BAB IIPEMBAHASAN

1. Pembelajaran Berbasis KompetensiPengertian kompetensi (competency) acapkali diartikan secara kurang tepat sebagai kewenangan formal (authority), sehingga setiap orang yang mempunyai kompertensi.Seseorang yang diangkat menjadi pejabat seperti presiden, menteri, gubernur, atau bupati, dan pejabat fungsional seperti guru, dosen, widyaiswara, dan peneliti otomatis mempunyai kewenangan atau otoitas formal. Kewenangan, Kekuasaan , atau otoritas ,melekat pada kekuasaan, tugas pokok dan fungsi dari suatu jabatan.Pejabat yang tidak cakap sekalipun tetap mempunyai kewenangan atau otoritas.Kompetensi didefinisikan sebagai kemampuan dari seorag individual yang di tunjukkan dengan kinerja baik dalam jabatan atau pekerjaanya. Definisi itu menunjuk jelas bahawa kompeteni itu melekat pada individual, bukan pada jabatanDefinsi lain di bawah ini menunjukkan apa saja unsur dalam kompetensi itu. Competence as a combination of knowledge,skills and behavior used to improve performance; or as the states or quality of being adequately or well qualifield, having the ability to perform a specific role.Kompetensi itu kombinasi dari pengetahuan, ketrampilan, dan prilaku yang digunakan untuk meningkatkan kinerja; atau keaadaan atau kualitas yang memadai atau sangat berkualitas, mempunyai kempuan untuk menampilkan peran tertentu.Kedua definisi tersebut menjelaskan dua hal penting untuk disebut kompetensi. Pertama , Kompetensi itu merupakan kombinasi dari tiga kawasan kemampuan manusia secara terkombinasi, yaitu pengetahuan, ketrampilan, dan prilaku untuk meningkatkan kinerja.Kedua, Indikator kuat tentang kompetensi disini adalah peningkatan kinerja sampai tigkat baik atau sangat baik.Ketiga, kombinasi pengetahua,ketrampilan dan prilaku adalah modal dasar untuk menghasilkan kinerja.Dua definisi terdahulu mungkin masih belum cukup memantapkan pengertian kita tentang kompetensi.Berikut ini ada beberapa definisi lain Pearson (1984) menyatakan bahwa:...as a continuous path (continuum) which starts at the knowledge of how to do something well ends at the knowledge of how to do something very well.So, the capability to accomplish task competently would be placed somewhere in the mid of the path.Seperti halnya definisi Pearson,Ivanovic menunjukkan cirri kempetensinya yang berbentuk produktivitas atau kemampuan dalam memecahkan masalah penting dan actual dalam pekerjaan.Ciri dari kompetensi itu adalah kinerja dalam pekerjaan,kapabilitas menyelesaikan masalah yang aktual.Definisi lain menyatakan: Capability is the basic of competences... The capability may be naturally inherited (part of personal capabilities) and gained (most of professional capabilities)Kompetensi adalah kemampuan mengerjakan apa yang perlu dilakukan ada saat berhubungan kerja secara produktif dengan orang lain dan lingkungan mereka.Kata kunci berhubungan kerja secara produtif menunjukkan ada unsure hasil kerja .Jadi , kompetensi itu mempunyai in dikator produktivitas kerja.Definisi itu menunjukkan bahwa pengetahua,keterampilan dan sikap perilaku adalah bagian penting dari kompetensi. Definisi itu juga secara jelas menyatakan bahwa kompetensi itu lebih dari sekedar pengetahua ketrampilan dan sikap prilaku.2Tujuan Pembelajaran Berbasis Kompetensi Uraian tentang pengertian kompetensi memberikan inspirasi bagi penyelenggara pendidikan untuk merumuskan tujuan pembelajaran berbasis kompetensi. Isi dari tujuan pembelajaran adalah kompetensi yang diharapkan dicapai peserta didik setelah menyelesaikan proses pembelajaran.Kompetensi itu sendiri seperti disampaikan berbagai definisi sebelum uraian ini berbentuk kinerja atau unjuk kerja yang baik dalam bidang kehidupan atau pekerjaan.Kinerja yang baik itu dicapai berkat kemampuan menerapkan pengetahuan, keterampilan dan sikap perilaku.Bila digambarkan dalam bentuk bagan hubungan antara kompetensi kemampuan, dan pengetahuan itu tampak sebagai berikut:

Kompetensi dicapai sebagai hasil penggunaan kapabilitas atau kemampuan dalam pemecahan masalah aktualKapabilitas atau kemapuan disebut kompetensi dasar yang diperoleh sebagai hasil perpaduan bakat, pemgalaman dan pendidikan.Ia menjadi dasar untuk mencapai kompetensiDiperoleh sebagai hasil belajar dari pengalaman dan pendidikan serta menjai dasar untuk mencapai kapabilitas dan kompetensi; disebut pula kompetensi dasarKapabilitas atau kemampuan sebagai hasil penerapan kombinasi dari penerapan pengetahuan,keterampilan dan sikap prilakuPerubahan pengetahuan keterampilan dan sikap prilakuKompetensi ditunjukkan dengankinerja yang minimal baik

Gambar 1: Hubungan antara Kompetensi, Kemampuan atau Kapabilitas dengan Perubahan Pengetahuan, Keterampilan, dan Sikap Perilaku

Penggunaan konsep tujuan pembelajaran berbasis kompetensi lahir karena fenomena lulusan pendidikan yang tidak siap bekerja. Lulusan tersebut hanya mempunyai pengalaman, keterampilan, dan sikap perilaku, tetapi belum dapat menggunakannya sampai tingkat mempunyai kinerja yang baik bila sudah bekerja. Penyelenggara pendidikan mendapatkan masukan tersebut dari berbagai pihak, terutama pengguna lulusan.Bila dianalisis kebelakang, ditemukan masalah pada titik pangkal pembelajaran,yaitu rumusan tujuan pembelajran yang berhenti pada tahap perolehan pengetahuan, keterampilan, dan sikap perilaku. Rumusan tujuan program studi dan pembelajran tidak sampai pada pencapaian kompetensi yang diperlukan dalam dunia kerja. Melihat fenomena tersebut para pengambil kepututsan pendidikan menetapkan perlunya penggunaan kurikulum pendidikan berbasis kompetensi pada semua jenjang dan jenis pendidikan. Siregar dan Nara (2010,p.67) mengartikan kurikulum berbasis kompetensi sebagai suatu kurikulum yang ditunjukkan untuk menciptakan tamatan yang kompeten dan cerdas dalam membangun identitas budaya dan bangsanya. Kompetensi yang dikembangkan berupa keterampilan dan keahlian bertahan hidup dalam perubahan, pertentangan, ketidakmenentuan,ketidakpastian, dan kerumitan kerumitan dalam kehidupanKebijakan yang memerlukan bahwa semua kurikulum diarahkan pada pencapaian kompetensi dapat dipandang agak berlebihan bila ternyata tidak semua jenis dan jenjang pendidikan dimaksudkan untuk memenuhi kebutuhan tenaga kerja . Contoh konkretnya dapat disimak pada jenjang pendidikan taman kanak- kanak, sekolah dasar, sekolah lanjutan pertama, dan sekolah menengah atas.Jenjang pendidikan tersebut memang tidak dimaksudkan mempersiapkan lulusan untuk bekerja, tetapi belajar lebih lanjut ke jenjang pendidikan di atasnya. Namun, demikian rumusan tujuan interuksional pada semua mata pelajaran di sekolah sekolah itu pun tidak boleh berhenti pada pengetahuan kogitif tingkatan rendah saja, tetapi setidaknya sampai pada pencapaian kapabilitas atau kompetnsi dasar agar lebih mudah ditingkatkan menjadi kompetnsi bila meneruskan ke jenjang perguruan tinggi. Bahkan sebagaian mata pelajaran harus menghasilkan produk yang berbentuk hasil karya teknologis, sastra, keterampilan psikomotor , dan sikap perilaku yang semuanya menunjukkan kinerja.Pada jenjang Pendidikan sekolah menengah kejuruan, politeknik, dan program studi yang diarahkan untuk bekerja, sebagian besar atau seluruh mata pelajaran atau mata kuliah diarahkan pada pencapaian kompetensi. Desain dan pengembangan system pembelajran dengan seluruh komponen didalamnya harus di fokuskan pada tujuan pembelajaran yang berisi kompetensi.Ahli lain Sullivan dan Higgins (1983,p.1) memamndang bahwa pembejaran berbasis kompetensi tidak hanya di fokuskan pada pencapaian peserta didik, tetapi juga pda pencapaian pengajar.Ia menyatakan bahwa ... Competncy-based instruction, it is based on the idea of teaching specific skills or competencies.. enables both teacher and students to accomplish something the something that is very essence of their roles as teachers and learners.

3. Kompetensi Awal dan Karakteristik Awal Peserta DidikKompetnsi awal peserta didik diperoleh dari sumber internal yang berupa bakat dan dua sumber eksternal, yaitu pendidikan dan pengalaman.Kombinasi kedua sumber tersebut diperoleh peserta didik sebelum mengikuti proses pembelajrana.Kompetensi awala ini merupakan faktor yang akan dibandingkan dengan kompetensi yang dicaai peserta didik setelah menyelesaikan proses pembelajran.Siapa yang menentukan kompetesi akhir ini?Kompetensi akhir dirumuskan oleh tiga pihak yang paling berkepentingan dalam proses pembelajran, yaitu peserta didik, penyelenggara pendidikan termasuk pengajr dan pengelola satuan pendiikan, dan masyarakat pengguna lulusan. Peserta didik, terutama yang sudah dewasa, perlu diikutsertakan dalam menentukan kompetensi yang ingin dicapai pada akhir pembelajran. Mengapa? Mereka adalah pihak yang paling berkepentingan terhadap hasil pembelajran, karena memanfaatkan hasil pembelajaran dalam kehidupan pada masa yang akan datang . Mereka adalah pihak yang perlu dibantu oleh penyelenggara pendidikan membangun cita citanya.Untuk mencapai cita cita itu, mereka perlu mempunyai kompetnesi yang relevan. Dengan demikian, salah satu tugas utma dari penyelenggara pendidikan adalah mendesain pembelajran yang sesuai untuk mencapai kompetensi tersebut.Pihak kedua yang ikut menentukan tujuan pembelajran adalah penyelenggara pendidikan di dalamnya termasuk pengajar, dan pengelola satuan pendidikan. Pengalaman, pandangan, dan pengetahuan mereka dalam bidang pembelajaran, baik untuk sautu mata pelajaran atau mata kuliah, maupun suatu program studi akan menjadi modal yang sangat oenting untuk membantu oseta didik dalam mencapai cita citanya.Pihak ketiga yang ikut menciptakan tujuan pembelajran adalah pengguna lulusan.Mereka adalah pihak yang sangat berkepentiga untuk mendapatkan lulusan yang sesuai dengan kebutuhan lapangan kerja.Mereka paling tahu tentang kompetensi yang perlu dicapai lulusan karena mereka adalah pihak yang akan merekrut lulusan untuk bidang oekerjaan yang mereka butuhkan.Termasuk pihak ketiga adalah penyelenggara pendidikan di tingkat yang lebih tinggi.Mereka ini adalah pihak yang paling tahu tentang kompetensi yang seharusnya dikuasi oleh calon peserta didik pada saaat memulai rogram pembelajran di tingkat selanjutnya.Program pembelajran mereka akan lebih lancer dan dapat diharpkan akan berhasil dengan baik bila peserta didik baru telah menguasai kompetensi dasar sebagai hasil pembelajaran sebelumnya.Penyelengara pendidikan berkeajiban mendesain dan mengembangkan system oembelajran yang dapat memenuhi cita cita peserta didik dan dapat memenuhi harapan pengguna lulusan. Pembelejaran seperti itu menjadi salah satu kunci jawaban terhadap isu relevansi pendidikan.Kesenjangan antara kompetensi awaln da kompetensi akhri peserta didik harus menjadi fokus dari desain, pengembangan dan pelaknsaan pembelajran.Proses pembelajran dinyatakan efekif bila dapat mengubah komoetnsi awal menjadi kompetnsi akhir.Agar proses pembelajaran berlangsung dengan baik , perlu diperhatikan karakteristik awal dan peserta didik. Yang dimaksud karakteristik awal,Sperti yang dkuraikan dalam bagian awal Bab 2, adalh segala cirri peserta didik yang berkaitan erat dengan kerpluan penyusuanan strategi pembelajaran.Karakteristik ini tidak boleh diabaikan dalam menyusun strategi oembelajran agar peserta didik dapat mengikuti proses pembelajaran itu sesuai benar dengan dirinya dan memang untuk dirinya.Karakteristik awal itu antara lain menyangkut motivasi belajar, akses terhdap sumber belajar, kebiasaan belajar, domisili tempat tinggal diukur dengan jarak dari pusat penyelenggara pen didikan, saluran komunikasi dan media yang tersedia, disiplin dakam mengatur waktu, kebiasaan belajar secara sistematik, dan kebiasaan belajar dalam berpikir tentang penerapan materi yang dipelajari.Penialain tentang kesesuaian suatu pembelajaran dengan menggunakan analaisis logis.

No Kemampuan dalam kawasan pengetahuan, keterampilan, da sikap yang disebut Kompetensi DasarNoKompetensi

1Kemampuan menjelaskan cara membuat proposal penelitian1Membuat proposal penenlitian yang baik

2Kemampuan cara menulis laporan penelitian2Membuat laporan penelitian yang baik

3Kemampuan membandingkan cara membuat rancang bangun gedung perkotaan dengan perdesaan yang baik3Membuat rancang bangun gedung perkotaan dan perdesaan yang baik

4Menguraikan cara penggunaan peralatan aboratorium isika dengan baik4Menggunakan peralatan laboratorium fisika dengan baik

5Menjelaskan cara menenang bola dengan teknik tandangan pisang yang baik5Menendang bola dengan teknik tendangan pisang dengan baik

6Menguraikan dengan jeas tentang cara bersopan santun dalam kehidupan bermasyarakat6Berprilaku sopan santun dalam kehidupan bermasyarakat

7Menguraikan bentuk perilaku gotong royong sesuai ajaran Pancasila dengan baik7Bergotong royog sesuai ajaran pancasila yang baik

Tabel 1 : Contoh perbandingan kemampuan dan kompetensiSemua hal yang menggunakan istilah cara atau menjelaskan tersebut di atas adalah kemampuan berteori tentang pengetahuan, keterampilan, dan sikap dan belum sampai pada kompetensi.Penjelasan ini bukan bermaksud menyatakan bahwa kemampuan yang ditunjukkan dengan menjelaskan teori tentang cara tersebut di atas tidak pentig.Kemampuan tentang penguasaan cara itu sangat penting sebagai dasar untuk diterapkan lebih lanjut sampai mewujudkan kinerja atau produk yang baik. Kemampuan dalam bidang pengetahuan, sikap dan sikap perilaku menjadi dasar untuk mencapai kompetensi dalam tujuan pemeblajaran .Tahapan pencapaian kemampuan tentang teoori itu harus dilalui sebelum peserta didik mencapai kompetensi di dalam tujuan.Mengapa pengajar membutuhkan dukunagn dari tenaga kependidikan dan pimpinan satuan pendidikan? Acap kali terjadi para pengajar yang mendapatkan pelatihan tentang tentang berbagai metode pembelajaran tidak dapat menerapkannya di tempat tugas karena pimpinan satuan pembelajran membatasi,kurang memberikan kebebasan, atau tidak mendukung munculnya kreativitas dan inovasi pembelajran dari pengajar. Bila pimpinan satuan pendidikan tidak mendukung, tenaga kependidikan pun tidak akan member pelayanan yang dibutuhkan.Di tingkat perguruan tinggi, kreativitas pengajar seperi itu mendapat tempat yang luas karena tonmi akademik di tingkat di bawahnya dimana pengajar tidak mempunyai otonomi akademik seluas di perguruan tinggi.pemelajran bersifat normative.Oleh karena itu, pengajar membutuhka n dukungan pimpinan satuan pendidik dan layanan dari tenaga kependidikan berupa dorongan dan fasilitas agar kreativitasnya dapat diekspresikan dengan efektif .

E.Hubungan Kompetensi dan Manajemen Satuan Pendidikan

Dinujung uraian tersebut diatas dikemukaan bahwa pengajar membutuhkan dukungan dan fasilitas dari pimpinan satuan pendidikan serta layanan dari tenaga kependidikan agar ia mampu membantu peseta didik mencapai kompetensi yang diharapkan.Manajemen satuan pendidikan sesungguhnya telah mendapat lampu hijau dari kebijakan pendidikan nasional dengan pemberlakuan kurikulum tigkat satuan pendidikan (KTSP). Kebijakan tersebut bermaksud memberikan kewenangan dan kesempatan berkreasi bagi setiap satuan pendidikan untuk menciptkanan kurikulum dan pembelajran yang sesuai dengan kondidsi masing- masing. Disamping itu, Manajemen satuan pendidikan sesungguhnya diberi peluang utuk kreatif dengan pemberlakuan kebijakan nasional melalui desentralisasi dan otonomi daerah.Otonomi tersebut memberikan keterluasaan bagi daerah, kabupaten dan kota madya untuk melakukan berbagai inovasi dalam penyelenggaraan pendidika.Dengan pendidikan dan kebijakan KTSP melalui kepala seolah secara bersama mendapt kesempatan untuk menampilkan kreativitas dan daya inovatifnya untuk melakukan pembaharuan dalam dunia penidikan termasuk pembaharuan dalam pembelajaran.Namun, Kedua kebijakan tersebut tampaknya belum cukup efektif. Mengapa? Salah satu kemungkinan penyebabnya adalah pengalaman masa alu yang sangat panjag dimana hampir semua hal yang seharusnya diciptakan sendiri oleh pengajar telah ditentukan oleh Pemerintah (Pusat).Garis garis besar program pembelajaran (GBPP) yang berfungsi sebagai cetak biru pembelajaran dan buku yang digunakan selalu ditentukan oleh Pemerintah.Bahkan ada suatu masa yang cukup panjang dimana GBPP itu diperkuat dengan satuan acara pembelajran (SAP), buku wajib dan kisi-kisis tes hasil belajar, seluruhnya dibuatkan oleh Pemerintah Pusat.Ruang berkreasi dan berinovasi bagi pengajar seolah ditutup karena kekhawatiran ketidakseragaman dan ketidakmampuan sebagian besar oengajr untuk menciptkan pembeljaran hasil kreasinya sendiri.masa masa seperti itu setiap pelatihan tentang metode pembelajran dipandang oleh pengajar, kepala sekolah , dan dinas pendidikan secara keliru, yaitu sebagai instruksi bahwa metode itu yang boleh digunakan.Pada gilirannya mana kala dikenalkan metode baru seolah olah metode yang kama sudah ketinggalan jaman, dan mereka hanya boleh menggunakan metode terbaruPada akhir proses pembelajaran hampir selalu digunakan tes obyektif . Kebiasaan ini seakan-akan memberi petunjuk lebih jelas bahan dalam setiap kegiatan pembelajaran dikelas sebaiknya digunakan tes obyektif. Pada hal ujian nasional yang menggunakan tes obyektif itu karena tidak memungkinkan penggunaan tes karangan (essay) apalagi penilaian kinerja atau kompetnsi. Pengguna tes obyektif itu karena alasan praktis ( practicality) dan eisiensi waktu dalam penggunaannya.tes karangan membutuhkan waktu terlalu panjang untuk memeriksa dan menentukan nilai peserta tes, apalagi jumlah peserta test sangat besar, ribuan bahkan jutaan orang. Penggunaan tes karangan, tugas tugas pembuatan makalah, dan penilaian kinerja praktek, misalnya kompetensi merancang gagasan, menyusun rencana, menyususn laporan tertulis, membuat desain bangunan, membuat model dalam kelas karena jumlah pesettanya sedikit, hanya puluhan, demikian pula dalam ujian ujian dan ulangan umum tingkat sekolah.System pembelajaran memang membutuhkan dukungan setiap komponen yang ada di dalamnya karena hanya melalui keterkaitanfungsi seluruh komponen pembelajaranlah dapat diwujudkan kompetensi peserta didik seperti yang diharapkan.

BAB IIIPENUTUPKESIMPULAN

Pembelajaran berbasis kompetensi bukan konsep baru. Konsep itu sudah cukup lama namun kurang mendapat perhatian pengelola pendidikan. Beberapa tahm nelakana di Indonesia konsep itu diangkat kembali seakan-akan konsep baru.Dalam konsep inovasi, peristiwa seperti itu (pembelajran berbasis kompetensi) disebut sebagai decremental innovation, yaitu suatu ide dan praktik lama yang sempat menghilang kemudian muncul lagi dan dipandang sebagai inovasi.Pembelajaran berbasis kompetensi mempunyai beberapa pengertian.Pertama, proses pembelajaran didesain dan dilaksanakan sesuai dengan kompetensi yang ditentukan dalam tujuan pembelajaran. Pelaksaaan pembelajran selama ini pada umumnya diarahkan pada penguasaan, pengetahuan, keterampilan, dan sikap peserta didik degan fokus pada kemampuan teoritis, sehingga penguasaaannya pun baru sampai pada penguasaan teori belum sampai pada tingkat kompetensi.Kompetensi diindikasikan oleh tingkatan pencapaian kinerja dengan baik yang diperoleh dari hasil penerapan kemampuan dalam bidang pengetahuan, ketrampilan, dan sikap peserta didik.Kedua, proses pembelajaran dirancang dan dilaksanakan mulai dari kompetensi yang telah dikuasi peserta didik sebelum mengikuti proses pembelajaran.Selanjutnya tahapan pembelajaran dilakukan secara sistematik.Ketiga, semua komponen yang berada dalam system pembelajaran dirancang dan dilaksanakan untuk menciptakan proses pembelajran yang mengarah pada satu hal, yaitu pencapaian kompetensi yang telah dirumuskan dalam tujuan pembelajaran.Untuk itu , pengajar perlu terampil menggunakan konsep desain pembelajaran dan pengelolaan kegiatan pembelajaran.Keempat, pengukuran keberhasilan pembelajran dilakukan untuk menentukan tingkat pencapaian kompetnsi peserta didik. Untuk itu, pengajar yang relevan dengan tujuan pembelajaranKeempat hal tersebut merupakan fokus perhatian dalam mengimpelementasikan pembelajaran berbasis kompetensi.DAFTAR PUSTAKA

1. Abdul Gafur (1986). Disain Instruksional: Langkah Sistematis Penyusunan Pola Dasar Kegiatan Belajar Mengajar. Sala: Tiga Serangkai.2. Abdul Gafur (1987). Pengaruh Strategi Urutan Penyampaian, Umpan Balik, dan Keterampilan Intelektual Terhadap Hasil Belajar Konsep. Jakarta: PAU - UT.3. Abdul Gafur (1985). Media Besar Media Kecil: Alat dan Teknologi Pengajaran. Semarang: IKIP Press.4.Departemen Pendidikan dan Kebudayaan (1992). Himpunan Peraturan Perundang-Undangan Republik Indonesia Bidang Pendidikan dan Kebudayaan. Jakarta: Sekjen Debdikbud.5. Suparman,A. 2012. Desain Instruksional Modern.Jakarta: Erlangga

12