Desain Kapal Khusus Pengangkut Daging Sapi Rute Nusa ... · Tugas Akhir ini direncanakan sebuah...

7
1 JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. -, (2014) ISSN: - Desain Kapal Khusus Pengangkut Daging Sapi Rute Nusa Tenggara Timur (NTT) Jakarta Angger Bagas Prakoso dan Hesty Anita Kurniawati Jurusan Teknik Perkapalan, Fakultas Teknologi Kelautan, Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Jl. Arief Rahman Hakim, Surabaya 60111 Indonesia e-mail: [email protected] Abstrak - Pemenuhan kebutuhan sarana transportasi laut untuk komoditi daging sapi yang menghubungkan Nusa Tenggara Timur (NTT) Jakarta masih kurang memadai, sedangkan kebutuhan masyarakat Jakarta akan daging sapi semakin tinggi. Kapal pengangkut daging sapi diharapkan dapat menggantikan kapal ternak pengangkut sapi, karena kapal ini dapat mengangkut daging dengan jumlah lebih banyak untuk bobot yang sama, dengan tetap menjaga pengawetan daging dengan sistem pendinginan. Pada Tugas Akhir ini direncanakan sebuah kapal khusus pengangkut daging sapi dengan kapasitas muatan kapal yang didapat dengan menggunakan data dari kebutuhan daging sapi di Jakarta, kemudian mencari payload, rute pelayaran, kecepatan dinas dan ukuran utama yang optimal dari kapal. Dengan ukuran utama yang didapat kemudian dilakukan proses desain dari Rencana Garis dan Rencana Umum. Kata Kunci Kapal Khusus Pengangkut Daging Sapi, Palet, Rute NTT - Jakarta I. PENDAHULUAN Mengingat lebih dari 60% penduduk Indonesia berada di Pulau Jawa dan jumlahnya terus bertambah, tentunya di hal ini tidak memungkinkan untuk membangun lahan peternakan dalam jumlah besar demi mengatasi kebutuhan daging, terutama daging sapi, khususnya di Provinsi DKI Jakarta dan sekitarnya. Maka dari itu pemerintah berupaya untuk mendatangkan hewan potong dari luar pulau, salah satunya dengan menggunakan sarana pengangkutan melalui jalur laut. Kebutuhan masyarakat di DKI Jakarta dan sekitarnya akan daging sapi masih tergolong tinggi, sedangkan di Indonesia, Nusa Tenggara Timur (NTT) merupakan provinsi penghasil sapi potong terbaik dan terbesar keempat di Indonesia, setelah Jawa Timur, Jawa Tengah dan Sulawesi Selatan. Namun kelangkaan daging sapi di DKI Jakarta dan sekitarnya masih terjadi karena kurangnya sarana transportasi laut yang dapat menghubungkan antara NTT dengan DKI Jakarta dan sekitarnya secara efisien. Kapal ternak yang mengangkut sapi hidup saat ini tergolong kurang efisien dan tidak ekonomis, karena selain harus mengkarantina sapi-sapi terlebih dahulu untuk memastikan kesehatan dari sapi yang akan dikirim untuk sebelum dimuat di dalam kapal, juga perlu disediakan beberapa ratus ton rumput selama perjalanan. Perlu dipertimbangkan juga sapi-sapi yang kondisi kesehatannya menurun atau bahkan mati karena stress ketika dalam perjalanan laut dan kurangnya kebersihan kapal, yang pada akhirnya berdampak pada kualitas sapi itu sendiri. Pada dasarnya berat dari satu ekor sapi sangatlah lebih besar disbanding berat dagingnya sendiri. Hal ini menunjukkan bahwa kapal pengangkut daging sapi dapat menghemat ruang lebih banyak dan lebih efisien daripada kapal ternak pengangkut sapi. Secara teknis, tingkat kerusakan yang intensif pada penyimpanan muatan dapat diminimalisir dengan menjaga temperatur dan tingkat kelembaban yang sesuai dengan sifat muatan, yaitu daging sapi. Hal ini bisa didapatkan dengan menggunakan sistem pendingin dan ventilasi dalam ruang muat yang sesuai. II. TINJAUAN PUSTAKA A. Muatan Daging Sapi Daging sapi adalah merupakan muatan yang tergolong sangat sensitif terhadap temperatur, karena dengan penanganan yang keliru maka daging akan cepat membusuk dan timbul bakteri di dalamnya. Daging sapi mempunyai masa jenis 1.557 ton/m 3 . Dan pada dasarnya berat sapi itu sendiri lebih besar dari berat dagingnya, yang lebih dikenal dengan istilah karkas (carcass). Karkas yaitu merupakan daging sapi yang telah dipisahkan dari bagian-bagian yang tidak diperlukan dari sapi seperti: kaki, kepala, ekor, jeroan, dan kulit. Daging yang dapat dikonsumsi oleh manusia seperti terlihat pada gambar berikut. Gambar 1. Jenis-Jenis Daging pada Sapi (culinaryarts.about.com) Seperti yang telah diketahui bahwa berat setiap ekor sapi berbeda tergantung dari kondisi kesehatan, penanganan makanan, dan siklus hidupnya. Namun pada umumnya berat seekor sapi layak potong adalah sekitar 400 500 kg. Berat karkas dari seekor sapi adalah sekitar 47 57% dari berat sapi itu sendiri. Selanjutnya, berat daging yang dapat dikonsumsi oleh manusia adalah

Transcript of Desain Kapal Khusus Pengangkut Daging Sapi Rute Nusa ... · Tugas Akhir ini direncanakan sebuah...

Page 1: Desain Kapal Khusus Pengangkut Daging Sapi Rute Nusa ... · Tugas Akhir ini direncanakan sebuah kapal khusus ... Nusa Tenggara Timur (NTT) merupakan provinsi penghasil sapi potong

1

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. -, (2014) ISSN: -

Desain Kapal Khusus Pengangkut Daging Sapi Rute Nusa

Tenggara Timur (NTT) – Jakarta Angger Bagas Prakoso dan Hesty Anita Kurniawati

Jurusan Teknik Perkapalan, Fakultas Teknologi Kelautan, Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS)

Jl. Arief Rahman Hakim, Surabaya 60111 Indonesia

e-mail: [email protected]

Abstrak - Pemenuhan kebutuhan sarana

transportasi laut untuk komoditi daging sapi yang

menghubungkan Nusa Tenggara Timur (NTT) – Jakarta

masih kurang memadai, sedangkan kebutuhan

masyarakat Jakarta akan daging sapi semakin tinggi.

Kapal pengangkut daging sapi diharapkan dapat

menggantikan kapal ternak pengangkut sapi, karena

kapal ini dapat mengangkut daging dengan jumlah lebih

banyak untuk bobot yang sama, dengan tetap menjaga

pengawetan daging dengan sistem pendinginan. Pada

Tugas Akhir ini direncanakan sebuah kapal khusus

pengangkut daging sapi dengan kapasitas muatan kapal

yang didapat dengan menggunakan data dari kebutuhan

daging sapi di Jakarta, kemudian mencari payload, rute

pelayaran, kecepatan dinas dan ukuran utama yang

optimal dari kapal. Dengan ukuran utama yang didapat

kemudian dilakukan proses desain dari Rencana Garis

dan Rencana Umum.

Kata Kunci – Kapal Khusus Pengangkut Daging Sapi,

Palet, Rute NTT - Jakarta

I. PENDAHULUAN

Mengingat lebih dari 60% penduduk Indonesia

berada di Pulau Jawa dan jumlahnya terus bertambah,

tentunya di hal ini tidak memungkinkan untuk membangun

lahan peternakan dalam jumlah besar demi mengatasi

kebutuhan daging, terutama daging sapi, khususnya di

Provinsi DKI Jakarta dan sekitarnya. Maka dari itu

pemerintah berupaya untuk mendatangkan hewan potong

dari luar pulau, salah satunya dengan menggunakan sarana

pengangkutan melalui jalur laut.

Kebutuhan masyarakat di DKI Jakarta dan

sekitarnya akan daging sapi masih tergolong tinggi,

sedangkan di Indonesia, Nusa Tenggara Timur (NTT)

merupakan provinsi penghasil sapi potong terbaik dan

terbesar keempat di Indonesia, setelah Jawa Timur, Jawa

Tengah dan Sulawesi Selatan. Namun kelangkaan daging

sapi di DKI Jakarta dan sekitarnya masih terjadi karena

kurangnya sarana transportasi laut yang dapat

menghubungkan antara NTT dengan DKI Jakarta dan

sekitarnya secara efisien. Kapal ternak yang mengangkut

sapi hidup saat ini tergolong kurang efisien dan tidak

ekonomis, karena selain harus mengkarantina sapi-sapi

terlebih dahulu untuk memastikan kesehatan dari sapi

yang akan dikirim untuk sebelum dimuat di dalam kapal,

juga perlu disediakan beberapa ratus ton rumput selama

perjalanan. Perlu dipertimbangkan juga sapi-sapi yang

kondisi kesehatannya menurun atau bahkan mati karena

stress ketika dalam perjalanan laut dan kurangnya

kebersihan kapal, yang pada akhirnya berdampak pada

kualitas sapi itu sendiri.

Pada dasarnya berat dari satu ekor sapi sangatlah

lebih besar disbanding berat dagingnya sendiri. Hal ini

menunjukkan bahwa kapal pengangkut daging sapi dapat

menghemat ruang lebih banyak dan lebih efisien

daripada kapal ternak pengangkut sapi. Secara teknis,

tingkat kerusakan yang intensif pada penyimpanan

muatan dapat diminimalisir dengan menjaga temperatur

dan tingkat kelembaban yang sesuai dengan sifat muatan,

yaitu daging sapi. Hal ini bisa didapatkan dengan

menggunakan sistem pendingin dan ventilasi dalam

ruang muat yang sesuai.

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Muatan Daging Sapi

Daging sapi adalah merupakan muatan yang

tergolong sangat sensitif terhadap temperatur, karena

dengan penanganan yang keliru maka daging akan cepat

membusuk dan timbul bakteri di dalamnya. Daging sapi

mempunyai masa jenis 1.557 ton/m3. Dan pada dasarnya

berat sapi itu sendiri lebih besar dari berat dagingnya,

yang lebih dikenal dengan istilah karkas (carcass).

Karkas yaitu merupakan daging sapi yang telah

dipisahkan dari bagian-bagian yang tidak diperlukan dari

sapi seperti: kaki, kepala, ekor, jeroan, dan kulit. Daging

yang dapat dikonsumsi oleh manusia seperti terlihat pada

gambar berikut.

Gambar 1. Jenis-Jenis Daging pada Sapi

(culinaryarts.about.com)

Seperti yang telah diketahui bahwa berat setiap ekor

sapi berbeda tergantung dari kondisi kesehatan,

penanganan makanan, dan siklus hidupnya. Namun pada

umumnya berat seekor sapi layak potong adalah sekitar

400 – 500 kg. Berat karkas dari seekor sapi adalah sekitar

47 – 57% dari berat sapi itu sendiri. Selanjutnya, berat

daging yang dapat dikonsumsi oleh manusia adalah

Page 2: Desain Kapal Khusus Pengangkut Daging Sapi Rute Nusa ... · Tugas Akhir ini direncanakan sebuah kapal khusus ... Nusa Tenggara Timur (NTT) merupakan provinsi penghasil sapi potong

2

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. -, (2014) ISSN: -

sekitar 75% dari berat karkas. Daging yang dapat

dikonsumsi tersebut kemudian dapat dipotong untuk

menyesuaikan keadaan penataan muatan pada kapal.

Maka dari itu terdapat faktor karkas, dimana faktor

terebut menunjukkan berapa daging yang dapat

dikonsumsi oleh manusia ditinjau dari berat seekor sapi

itu sendiri. Jika ketiga poin di atas diambil rata-rata

maka:

o Berat rata-rata seekor sapi layak potong adalah

450 kg atau 0.45 ton

o Berat rata-rata daging untuk seekor sapi adalah

52% dari berat sapi

o Berat rata-rata daging yang dapat dikonsumsi,

atau berat karkas adalah 75%

Sehingga faktor karkas dari seekor sapi adalah:

0.45 × 52% × 75% = 0.1755

Sehingga dalam perhitungan selanjutnya faktor ini dapat

berguna untuk menentukan secara umum berat daging

yang dapat dikonsumsi dengan meninjau berat rata-rata

sapi yang sedang diteliti serta jumlah dari sapi yang ada

di daerah tersebut. Maka dari itu faktor ini berperan

sangat penting untuk menentukan berapa besar muatan

dari kapal yang akan didesain nantinya, karena pada

dasarnya muatan dari kapal yang didesain adalah daging

sapi itu sendiri.

B. Refrigerated Ship

Kapal yang akan didesain adalah merupakan kapal

dengan jenis refrigerated ship atau reefer ship, yang

fungsi dasarnya adalah untuk mempertahankan suhu

muatan tetap stabil pada temperatur tertentu. Pada kapal

ini terdapat ruang muat yang diberi insulasi atau suatu

lapisan tambahan dengan bahan material yang dapat

menjaga temperatur di dalam ruang muat agar muatan

tidak terpengaruh oleh temperatur di luar kapal. Dan

terkadang pada lantai dasar kapal ini didesain berbentuk

ganda untuk sirkulasi udara yang maksimal selama

proses pendinginan di ruang muat. Maka dari itu

diperlukan suatu sistem control terintegrasi beserta

generator dengan daya yang umumnya lebih tinggi agar

dapat memenuhi kebutuhan sistem kelistrikan dan sistem

pendinginan muatan pada kapal. Gambar berikut adalah

salah satu contoh dari kapal berjenis refrigerated ship.

Gambar 2. Contoh Reefer Ship, M.V. Tropical Morn

(www.shipspotting.com)

Kapal yang didesain tidak lepas dari fungsi vitalnya

yaitu sistem pendinginan pada muatan. Fungsi dari

sistem pendingin adalah untuk mempertahankan suhu

ruangan agar selalu tetap stabil pada temperatur

tertentu. Dalam perencanaan sistem pendingin yang

harus diperhatikan adalah:

o Volume ruangan yang akan didinginkan.

o Jenis dan ketebalan material dinding yang

dipakai.

o Temperatur yang diinginkan.

o Jenis muatan dan sifat-sifatnya ketika

didinginkan.

III. METODOLOGI PENELITIAN

A. Perencanaan Muatan

Langkah pertama dalam proses desain kapal adalah

merencanakan owner’s requirements, salah satunya

adalah payload, atau muatan yang diangkut oleh kapal.

Dalam hal ini, muatan yang dimaksud adalah daging sapi.

Maka dari itu dibutuhkan data awal untuk merencanakan

muatan kapal, yaitu data dari populasi sapi di NTT. Data

tersebut diperoleh untuk kemudian diolah dalam bentuk

grafik untuk memudahkan dalam melihat laju

pertumbuhan di setiap tahunnya, seperti terlihat pada

grafik berikut.

Gambar 3. Grafik Populasi Sapi di NTT

Dari grafik di atas didapatkan data bahwa pada

pertumbuhan populasi sapi di NTT selalu meningkat

setiap tahun, dengan penurunan yang tidak terlalu

signifikan pada tahun 2013. Data-data ini akan dijadikan

acuan untuk merencanakan muatan kapal yang akan

beroperasi selama beberapa tahun kedepan, dengan

mempertimbangkan adanya fluktuasi yang tidak

signifikan.

Selanjutnya adalah menentukan daerah yang akan

dipilih untuk pengoperasian kapal, yaitu daerah yang

diperkirakan mempunyai potensi tertinggi untuk

memproduksi daging sapi. Langkah pertama adalah

untuk mendata jumlah populasi sapi di setiap

kabupaten/kota, seperti yang terlihat pada tabel dibawah

berikut.

Page 3: Desain Kapal Khusus Pengangkut Daging Sapi Rute Nusa ... · Tugas Akhir ini direncanakan sebuah kapal khusus ... Nusa Tenggara Timur (NTT) merupakan provinsi penghasil sapi potong

3

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. -, (2014) ISSN: -

Tabel 1. Tingkat Konsentrasi Sapi per Kabupaten/Kota

(ntt.bps.go.id)

Dari tabel diatas terlihat bahwa populasi sapi

terbanyak cenderung berada pada Pulau Timor bagian

barat, dengan total populasi sekitar lebih dari 500.000

ekor. Namun untuk memastikannya maka Provinsi

NTT terlebih dahulu harus dibagi menjadi beberapa

bagian. Maka langkah selanjutnya adalah mencari

prediksi untuk populasi sapi di Pulau Timor bagian

barat untuk tahun 2015. Proses prediksi kali ini yaitu

menggunakan regresi linier dari jumlah populasi yang

ada di Pulau Timor bagian barat saja, dengan data yang

didapatkan adalah dalam rentang tahun 2011 hingga

2013. Seperti yang dijelaskan pada gambar berikut.

Gambar 4. Prediksi Sapi di Pulau Timor Barat

Maka dapat dikatakan bahwa pada tahun 2015 populasi

sapi di Pulau Timor bagian barat adalah sekitar 546,368

ekor. Selanjutnya adalah penentuan berat daging yang

dapat dimuat oleh kapal, yaitu dengan menggunakan

faktor karkas.

546,368 × 0,1755 = 95,887.642 ton/tahun

= 262.71 ton/hari

Maka didapat daging sapi yang dapat dimuat adalah

sebesar 262.71 ton/hari.

Langkah selanjutnya adalah mengoreksi jumlah

daging sapi yang dapat dimuat, dengan keadaan

penduduk di Pulau Timor bagian barat. Maka dari itu

dibutuhkan data dari jumlah penduduk di pulau tersebut,

prediksi untuk tahun 2015, dan dikalikan dengan tingkat

konsumsi daging sapi untuk penduduk tersebut. Berikut

grafik jumlah penduduk di Pulau Timor Barat dari data

yang didapat.

Gambar 5. Grafik Prediksi Penduduk di Pulau Timor Barat

Dengan demikian telah diketahui bahwa jumlah

penduduk di Pulau Timor bagian barat pada tahun 2015

adalah sebesar 1,678,139 jiwa.

Langkah selanjutnya adalah untuk mengetahui tingkat

konsumsi daging sapi dari jumlah penduduk tersebut.

Pada umumnya tingkat konsumsi daging sapi rata-rata

untuk penduduk Indonesia adalah sebesar

1.87/kg/kapita/tahun. Sehingga konsumsi daging sapi

untuk penduduk di Pulau Timor bagian barat adalah:

1.87 × 1,678,139 = 3,138,119.74 kg/tahun

= 3,138.119 ton/tahun

= 8.6 ton/hari

Maka presentase antara tingkat konsumsi daging sapi

penduduk di Pulau Timor bagian barat terhadap payload

awal adalah sebesar:

8.6 ÷ 262.71 × 100 = 3.2 %

Sehingga dapat dicari payload awal dari kapal yang

sedang didesain adalah:

262.71 − 3.2% = 254.3 ton/hari

Maka payload awal yang didapatkan adalah sebesar

254.3 ton/hari.

Page 4: Desain Kapal Khusus Pengangkut Daging Sapi Rute Nusa ... · Tugas Akhir ini direncanakan sebuah kapal khusus ... Nusa Tenggara Timur (NTT) merupakan provinsi penghasil sapi potong

4

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. -, (2014) ISSN: -

B. Perencanaan Rute

Langkah selanjutnya adalah perencanaan rute, yaitu

sebagai salah satu dari komponen-komponen owner’s

requirements. Dalam perencanaan rute hal pertama

yang harus diketahui terlebih dahulu adalah pemilihan

pelabuhan. Karena pulau di NTT yang digunakan untuk

pengoperasian kapal adalah Pulau Timor bagian barat,

maka pelabuhan yang dipilih adalah Pelabuhan Tenau,

yang berada di Kota Kupang. Jarak dari Pelabuhan

Tenau menuju ke Pelabuhan Tanjung Priok di DKI

Jakarta adalah 1082 mil laut.

C. Kecepatan Dinas dan Payload Akhir

Dalam perencanaan kecepatan dinas maka hal

terlebih dahulu yang akan dilakukan adalah membuat

variasi dari berbagai kecepatan dalam satuan knot,

terhadap waktu berlayar dalam satuan days. Namun

dengan mempertimbangkan jenis kapal dan kondisi

muatan kapal pada umumnya maka ditentukan pula

batasan dari variabel kecepatan yang akan divariasikan,

yaitu 10 knot hingga 14 knot. Dalam menentukan

kecepatan dinas tentu tak lepas dari jumlah total waktu

perjalanan (roundtrip) yang dibutuhkan oleh kapal,

karena kedua hal tersebut berhubungan erat. Maka dari

itu dibuatlah struktur pembagian waktu yang

direncanakan oleh kapal yang didesain:

o Sea Time

Merupakan jumlah waktu yang dibutuhkan kapal untuk

menempuh jarak dari pelabuhan keberangkatan menuju

ke pelabuhan tujuan.

o Port Time

Adalah jumlah waktu yang dibutuhkan kapal selama

berada di dalam pelabuhan. Port time terdiri dari:

- Approach Time

- Postpone Time

- Effective Time

- Not Operating Time

- Waiting Time

o Roundtrip Time

Adalah waktu yang dibutuhkan oleh kapal mulai dari

berangkat dari pelabuhan keberangkatan hingga

kembali ke pelabuhan semula. Roundtrip time terdiri

dari jumlah waktu dari dua kali sea time, ditambah

dengan jumlah waktu port time pada masing-masing

pelabuhan.

Dengan demikian maka didapatkan variasi antara

kecepatan dinas, sea time, port time, dan roundtrip time

dalam satuan jam dan hari. Maka akan seperti pada

tabel berikut.

Tabel 2. Variasi Kecepatan Dinas dengan Waktu Tempuh

Dengan dasar pemikiran bahwa jika kecepatan

dipilih terlalu lambat maka proses pengiriman tidak

efektif, karena jumlah payload yang terlalu banyak dan

biaya operasional yang dibutuhkan akan lebih besar.

Namun jika kecepatan dipilih terlalu cepat maka di sisi

lain akan berdampak pada efek hambatan yang besar,

membutuhkan daya mesin yang lebih besar, serta

koefisien blok yang kecil, maka akan lebih banyak space

yang terbuang di ruang muat. Berdasarkan data serta

variasi pada tabel di atas dan dengan pertimbangan-

pertimbangan yang telah disebutkan, maka:

Kecepatan dinas : 12 knot

Waktu tempuh : 10.64 hari

Sehingga payload akhir dapat ditentukan dengan payload

awal dikalikan dengan waktu tempuh.

254.3 × 10.6 = 𝟐, 𝟕𝟎𝟓 ton

D. Perencanaan Sistem Bongkar Muat

Selanjutnya untuk sistem penataan muatan adalah

menggunakan palet, yang difungsikan sebagai alas dari

rak tersebut, untuk memudahkan proses penataan pada

ruang muat. Alat-alat yang digunakan dalam sistem

bongkar muat adalah menggunakan crane dari kapal dan

dari fasilitas pelabuhan untuk mengangkat muatan, dan

menggunakan forklift sebagai alat penataan muatan di

luar maupun di dalam ruang muat. Maka diambil palet

dengan ukuran 1100 mm x 1100 mm. Dan pemotongan

daging diambil dengan panjang x lebar x tinggi (tebal),

yaitu 320 mm x 320 mm x 130 mm. Dengan

mempertimbangkan tinggi manusia pada umumnya,

maka tinggi rak didesain dengan tinggi 1800 mm di atas

palet. Sehingga untuk setiap rak dapat menampung

sebanyak 99 potong daging yang dibungkus dengan

plastik. Untuk lebih jelasnya dapat dijelaskan pada

gambar berikut.

Gambar 6. Desain Rak dan Palet

Dengan desain rak dan palet yang telah ada, maka

dapat dibuat perhitungan berapa jumlah rak yang

dibutuhkan. Sehingga dapat ditentukan layout awal dari

kapal beserta ukuran utamanya. Perhitungan untuk

menghitung jumlah dari rak adalah dengan merubah

Page 5: Desain Kapal Khusus Pengangkut Daging Sapi Rute Nusa ... · Tugas Akhir ini direncanakan sebuah kapal khusus ... Nusa Tenggara Timur (NTT) merupakan provinsi penghasil sapi potong

5

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. -, (2014) ISSN: -

payload dalam satuan volume untuk kemudian dihitung

berapa volume yang dapat dimuat oleh setiap rak.

Selanjutnya Membagi volume payload terhadap volume

yang dapat dimuat oleh setiap rak tersebut. Maka

perhitungannya adalah sebagai berikut:

Masa jenis daging sapi: 1.557 ton/m3

Payload akhir: 2705 ton

Volume payload: 2705 ÷ 1.557 = 1737.589 m3

Volume tiap potong daging:0.32 × 0.32 × 0.13 = 0.0133 m3

Volume tiap rak: 0.0133 × 99 = 1.316 m3

Jumlah rak yang dibutuhkan: 1737.589 ÷1.316 = 1319.75 ≈ 1320 unit

Maka kapal yang didesain dapat menampung rak

sebanyak 𝟏𝟑𝟐𝟎 unit.

E. Layout Awal

Sehingga didesain layout awal sebagai berikut:

Tinggi kapal dapat menampung sebanyak 3

tingkat rak, dengan menggunakan penutup palkah

berupa pontoon,

Lebar kapal dapat menampung 11 deret rak,

Panjang kapal menyesuaikan dengan rasio dan

sekat-sekat yang ada.

Maka didapatkan ukuran utama awal sebagai berikut:

Lwl : 83.2 m

Lpp : 80.00 m

B : 13.00 m

H : 8.5 m

T : 6.100 m

Sehingga layout awal didesain dengan gambar

penampang melintang dibawah berikut.

Gambar 7. Layout Melintang Kapal

Dari penampang melintang yang telah didesain ini

kemudian langkah selanjutnya adalah mendesain layout

penampang atas atau top view, beserta penampang

samping atau side view. Dalam penampang atas dan

penampang samping ini dapat dilihat sistem penataan

muatan secara menyeluruh. Gambar dari penampang atas

dan penampang samping dapat dilihat pada gambar

berikut.

Gambar 8. Layout Top View dan Side View

F. Pemeriksaan Teknis

Dalam pemeriksaan teknis hal yang dilakukan adalah

menghitung secara teknis desain kapal dalam beberapa

aspek untuk memenuhi kriteria dan keselamatan dalam

pengoperasian kapal.

1. Ukuran Utama Optimal

Lwl : 84.24 m

Lpp : 81.00 m

B : 13.00 m

H : 8.5 m

T : 6.105 m

Dengan koefisien-koefisien utama:

Cb : 0.728

Cp : 0.736

Cm : 0.989

Cwp : 0.835

Displasemen: 4986.692 ton

2. Hambatan dan Propulsi

Hambatan (Holtrop) : 91.065 kN

Total propulsi : 1450 HP

Mesin Utama : Wartsila 6L20, 1470 HP

3. Hukum Archimedes

LWT : 1635.813 ton

DWT : 3152.642 ton

Total berat kapal : 4788.455

Displacement : 4986.692 ton

Persyaratan displacement harus lebih besar

dengan margin 0 – 5 % dari berat total kapal. Maka:

Selisih : 198.237 ton

Margin : 3.98 % (memenuhi)

4. Trim

Kriteria mengharuskan trim buritan dengan

selisih LCG dan LCB harus lebih kecil dari 0.05%

dari Lpp.

LCG : 41.086 meter dari AP

LCB : 41.131 meter dari AP

Trim : (LCG-LCB)/GML

: (41.086-41.131)/83.298

: 0.04 meter buritan (memenuhi)

Page 6: Desain Kapal Khusus Pengangkut Daging Sapi Rute Nusa ... · Tugas Akhir ini direncanakan sebuah kapal khusus ... Nusa Tenggara Timur (NTT) merupakan provinsi penghasil sapi potong

6

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. -, (2014) ISSN: -

5. Freeboard

Kriteria mengharuskan freeboard aktual

kapal harus lebih besar dari freeboard minimal dari

regulasi.

Freeboard minimal : 0.684 meter

Freeboard aktual : 2.395 meter (memenuhi)

6. Tonase

GT : 2311.253

NT : 837.789

Kriteria mengharuskan:

K2.Vc(4d/3D)2 ≥ 0.25GT (memenuhi)

NT ≥ 0.3GT (memenuhi)

7. Stabilitas

Kriteria dari IMO Intact Stability Code, 2008

yaitu:

e 0.30° ≥ 0.055 : 0.1277 (memenuhi)

e 0.40° ≥ 0.09 : 0.092 (memenuhi)

e 30,40° ≥ 0.03 : 0.0375 (memenuhi)

h 30° ≥ 0.2 : 0.660 (memenuhi)

fmax ≥ 25° : 40° (memenuhi)

GM0 ≥ 0.15 : 0.534 (memenuhi)

G. Rencana Garis dan Rencana Umum

1. Rencana Garis

Setelah didapatkan ukuran utama optimum dari

hasil perhitungan, kemudian dilakukan pembuatan

Rencana Garis. Rencana Garis merupakan gambar

pandangan atau gambar proyeksi badan kapal yang

dipotong secara melintang (pandangan depan), secara

memanjang (pandangan samping), dan vertikal

memanjang (pandangan atas). Rencana Garis berguna

untuk memeriksa bentuk badan kapal yang baik,

terutama pada bagian haluan dan buritan kapal.

Rencana Garis merupakan gambar yang menyatakan

bentuk potongan badan kapal dibawah garis air yang

memiliki tiga sudut pandang yaitu, body plan (secara

melintang), sheer plan (secara memanjang) dan half

breadth plan (dilihat dari atas).

2. Rencana Umum

Rencana Umum / General Arrangement dalam

”Ship Design and Cosntruction, Bab III” didefinisikan

sebagai perencanaan ruangan yang dibutuhkan sesuai

dengan fungsi dan perlengkapannya. Pada Rencana

Umum dari kapal ini didesain dengan memperhatikan

kriteria yang sesuai dengan kapal reefer ship. Contoh dari

kriteria yang dimaksud ialah:

Adanya cooling room untuk membantu sistem

kontrol dari pendinginan di ruang muat,

Adanya cooling plant sebagai sumber tenaga

utama beserta komponen-komponen untuk sistem

pendinginan,

Adanya sistem insulasi di tiap sisi lambung dan

tiap sekat pada ruang muat kapal,

Adanya crane di atas geladak cuaca untuk

membantu dalam proses bongkar muat, dan

Adanya sistem penutup palkah dengan

menggunakan pontoon untuk memudahkan

sistem bongkar muat.

Setelah semua langkah tersebut telah terpenuhi maka

desain rencan garis dapat dibuat dan didetailkan sesuai

dengan standar dan regulasi yang berlaku. Berikut

dilampirkan gambar dari rencana garis dan rencana

umum.

Gambar 9. Desain Rencana Garis

Page 7: Desain Kapal Khusus Pengangkut Daging Sapi Rute Nusa ... · Tugas Akhir ini direncanakan sebuah kapal khusus ... Nusa Tenggara Timur (NTT) merupakan provinsi penghasil sapi potong

7

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. -, (2014) ISSN: -

Gambar 10. Desain Rencana Umum

IV. Kesimpulan

Setelah proses desain dari Tugas Akhir

terselesaikan maka ini maka didapat kesimpulan dan

saran sebagai berikut.

o Bahwa didapatkan hasil ukuran utama optimal

sebagai berikut:

Lwl : 84.24 m

Lpp : 81.00 m

B : 13.00 m

H : 8.5 m

T : 6.105 m

Displasemen : 4986.692 ton

o Dengan rute pelayaran dari Pelabuhan Tenau di

NTT menuju Pelabuhan Tanjung Priok di DKI

Jakarta

o Dengan payload kapal 2705 ton atau 1320 unit

palet berukuran 1100 x 1100 mm

DAFTAR PUSTAKA

Kohli, Pawanexh. (2000). Refrigerated Ships. Oxford:

Butterworth-Heinemann.

BPS NTT. (2014) Retrieved March 25, 2014, from

BPS Provinsi NTT: http://bps.ntt.go.id

Hariyanto, Bagyo. (1982). Tugas Akhir. Kapal Khusus

Pengangkut Daging dari Nusa Tenggara –

Jakarta. Surabaya: Institut Teknologi Sepuluh

Nopember.

IMO. (2002). International Convention of Load Lines

1966 and Protocol 1988. International

Maritime Organization.

Lewis, E.W. (1989). Principles of Naval Architecture

Volume II. Jersey City, USA: SNAME

Panunggal, P. Eko. (2007). Diktat Kuliah Merancang

Kapal I. Surabaya: Jurusan Teknik Perkapalan

Schneekluth, H and V. Bertram. (1998) Ship Design

Efficiency and Economy, Second Edition.

Oxford, UK: Butterworth-Heinemann