Desain Hanggar Pesawat - Struktur Baja

download Desain Hanggar Pesawat - Struktur Baja

of 206

description

Desain Bangunan Baja Hanggar Pesawat Jenis N-250

Transcript of Desain Hanggar Pesawat - Struktur Baja

  • TUGAS Struktur Baja-2 Semester Genap 2013-2014 Kelompok :III ( TIGA )

    Halaman: _ dari _ halaman

    Format T1

    Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Sains dan Teknik,Universitas Nusa Cendana, KUPANG

    A. DESAIN ORGANISASI STRUKTUR BANGUNAN.

    Berdasarkan data umum bangunan maka direncanakan bangunan dengan denah sebagai berikut :

    Gambar A-1. Denah Organisasi Struktur Bangunan

    10.0

    0 m

    10.0

    0 m

    10.0

    0 m

    10.0

    0 m

    10.0

    0 m

    50.0

    0 m

    Pengaku

    Dinding Memanjang

    17.50 m 17.50 m 17.50 m 17.50 m

    70.00 m

    Rafter

    Kantor GudangKantorGudang

    A B C D E

    12

    34

    56

    Pengaku

    Dinding Melintang

    Kolom

    : Pintu jenis roll-up

    : Titik Lampu

    KETERANGAN :

  • TUGAS Struktur Baja-2 Semester Genap 2013-2014 Kelompok :III ( TIGA )

    Halaman: _ dari _ halaman

    Format T1

    Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Sains dan Teknik,Universitas Nusa Cendana, KUPANG

    Bangunan direncanakan untuk housing dan perawatan 2 pesawat jenis N-250 yang hendak dibangun

    di Lanudal El-Tari (dapat dilihat pada Lampiran 1), dengan data pesawat sebagai berikut :

    Panjang pesawat : 28.15 m

    Wing span ( lebar pesawat dari ujung sayap kiri ke ujung sayap kanan) : 28.0 m

    Tinggi pesawat : 8.78 m

    Luas area bangunan adalah 70 m x 50 m. Karena dengan pertimbangan wing span pesawat 28

    m maka tiap bentang ruang hanggar adalah 35 m dengan daerah aman (clearance) batas untuk

    pesawat dengan wing span 28 m adalah 3.5 m pada tiap sisi pesawat. Dengan luas area 70 m maka

    diperoleh 2 bentang sebagai tempat pesawat dan ruangan sebagai kantor direncanakan berukuran

    17.5 m x 10 m serta ruang penyimpanan peralatan suku cadang pesawat direncanakan berukuran 17.5

    m x 10 m, pada masing-masing bentang. Masing-masing gudang memiliki 2 pintu dengan

    pertimbangan jika ada pesawat dalam hangar maka container pembawa suku cadang bisa

    mengantarkan barang melalui pintu belakang hanggar. Pintu berada di belakang karena area yang di

    belakang hanggar masih kosong dan area ini masih merupakan area milik pemili proyek (owner).

    Masing- masing kantor dan gudang direncanakan menggunakan sistem AC agar menjaga suhu

    peralatan.

    Pesawat direncanakan masuk dan keluar hanggar hanya 1 arah dengan menggunakan bantuan

    Aircraft Tow Tractor. Hanggar tidak memiliki pintu di depan, dibiarkan terbuka saja karena area ini

    mempunyai security system yang sangat ketat, jadi keamanannya terjamin walau tidak mempunyai

    pintu.

  • TUGAS Struktur Baja-2 Semester Genap 2013-2014 Kelompok :III ( TIGA )

    Halaman: _ dari _ halaman

    Format T1

    Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Sains dan Teknik,Universitas Nusa Cendana, KUPANG

    a. Struktur Utama (Primer)

    Jenis struktur utama yang dipilih dalam perencanaan hanggar ini adalah rangka gebel dua

    bentang dengan konsol.

    Gambar A-2. Idealisasi Struktur Utama

    Struktur yang paling cocok untuk pendirian bangunan hangar pesawat adalah struktur gebel.

    Dalam perencanaan kapasitas penampungan dua pesawat didirikan struktur gebel dua bentang yang

    memiliki pemanfaatan ruang yang lebih maksimal sehingga gebel dua bentang dengan konsol

    dianggap paling cocok untuk pembangunan hanggar perbaikan pesawat. Selain itu alasan

    pemilihannya karena berdasarkan data umum yang diberikan pemilik, kemiringan penutup atap 16o

    seperti yang terlihat pada gambar A-2. Jumlah gebel tiap bentang yang dibutuhkan untuk konstruksi

    ini adalah total dua bentang gebel yaitu 70 m, dengan tinggi struktur utama di bagian tengah

    mencapai 15,02 m dengan pertimbangan tinggi pesawat rencana adalah 8,78 m sehingga mempunyai

    jarak aman 6,24 m.

    10.0

    0 m

    5.0

    2 m

    35.00 m 35.00 m

    16

    Rafter Gebel

    Kolom

  • TUGAS Struktur Baja-2 Semester Genap 2013-2014 Kelompok :III ( TIGA )

    Halaman: _ dari _ halaman

    Format T1

    Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Sains dan Teknik,Universitas Nusa Cendana, KUPANG

    b. Struktur Pendukung (Sekunder)

    Struktur pendukung terdiri atas bagian-bagian sebagai berikut :

    1. Struktur Dinding Memanjang

    Jenis struktur yang digunakan pada struktur dinding memanjang adalah portal

    memanjang yang merupakan gabungan dari kolom gebel dengan memiliki gird horisontal seperti

    yang terlihat dalam gambar A-3.

    Gambar A-3. Idealisasi Struktur Dinding Memanjang (Portal Memanjang)

    Untuk keseluruhan bangunan terdapat dua struktur memanjang, yang satu dinding memanjang kiri

    dan yang lain pada dinding memanjang kanan bangunan. Keseluruhan bentang portal memanjang ini

    adalah 50 meter, terdiri dari 5 modul yang masing-masing berbentang 10 meter. Semua gird

    horizontal dipasang saling berjarak 5 meter.

    Depan Belakang

    5.00 m

    5.00 m

    10.00 m 10.00 m 10.00 m 10.00 m 10.00 m

  • TUGAS Struktur Baja-2 Semester Genap 2013-2014 Kelompok :III ( TIGA )

    Halaman: _ dari _ halaman

    Format T1

    Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Sains dan Teknik,Universitas Nusa Cendana, KUPANG

    Struktur Dinding Melintang

    Jenis struktur untuk struktur pengaku dinding melintang adalah gird vertikal dan gird

    horisontal seperti yang terlihat dalam gambar A-4.

    Gambar A-4. Idealisasi Struktur Dinding melintang.

    Gird vertikal dipasang dengan jarak 5 m dan gird horizontal berjarak 2.5 m, direncanakan

    dimensi pintu 5 m x 5 m agar kontainer pembawa suku cadang dapat masuk. Dimensi kontainer

    (dapat dilihat pada Lampiran 3).

    10.0

    0 m

    5.0

    2 m

    16

    5.00 m 5.00 m 5.00 m 5.00 m 5.00 m 5.00 m 5.00 m 5.00 m 5.00 m 5.00 m 5.00 m 5.00 m 5.00 m

    PINTU

    5.00 m

    PINTU PINTU PINTU

  • TUGAS Struktur Baja-2 Semester Genap 2013-2014 Kelompok :III ( TIGA )

    Halaman: _ dari _ halaman

    Format T1

    Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Sains dan Teknik,Universitas Nusa Cendana, KUPANG

    2. Struktur Pengaku Atap

    Struktur sekunder yang digunakan pada atap adalah gording, sagrod dan ikatan angin seperti

    yang diperlihatkan gambar A-5

    Gambar A-5.Idealisasi Struktur Pengaku Atap.

    Gambar A-6 : Proyeksi datar Jarak Gording

    Gording diletakkan di atas rafter gebel dua bentang dengan jarak antar gording 2.5 m dengan

    menggunakan penutup atap yang sama dengan dinding pengisi yaitu jenis plat bondek dengan ukuran

    1 x 5.8 m dengan ketebalan 0.75 mm (dapat dilihat pada Lampiran 2) dan sagrod dipasang berjarak 5

    m menghubungkan gording-gording yang bersebelahan. Ikatan angin dipasang menyilang seperti

    pada gambar A-5. Dipesan plat bondek dengan ukuran lebar 5.8 m karena sesuai dengan tinggi profil

    yang akan digunakan untuk gording, dan dibuat kelebihan dalam pemasangan sebesar 20 cm untuk

    bagian gording atas dan 20 cm untuk gording bagian bawah agar tidak terjadi kebocoran.

    Gording

    Tepi

    Rafter

    GebelGording

    BubunganBagian

    Belakang

    BagianDepan

    5.0

    0 m

    5.0

    0 m

    Gambar A-5.Idealisasi Struktur Pengaku Atap

    2.40 m 2.40 m 2.40 m 2.40 m 2.40 m 2.40 m 2.40 m 2.40 m 2.40 m 2.40 m 2.40 m 2.40 m 2.40 m 2.40 m 2.40 m 2.40 m 2.40 m 2.40 m 2.40 m 2.40 m 2.40 m 2.40 m 2.40 m 2.40 m 2.40 m 2.40 m 2.40 m 2.40 m

    2.40 m

    0.68 m

    2.50 m

    0.71 m

    5.0

    2 m

    2.40 m 2.40 m 2.40 m 2.40 m 2.40 m 2.40 m

    2.50 m 2

    .50 m2.50

    m 2.50 m

    2.50 m 2

    .50 m

    Gording16

  • TUGAS Struktur Baja-2 Semester Genap 2013-2014 Kelompok :III ( TIGA )

    Halaman: _ dari _ halaman

    Format T1

    Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Sains dan Teknik,Universitas Nusa Cendana, KUPANG

    B. IDEALISASI STRUKTUR, METODA ANALISA STRUKTUR DAN KEBIJAKAN UMUM

    PEMBEBANAN.

    2.1.Idealisasi Struktur

    Struktur bangunan hanggar perawatan pesawat terdiri atas dua jenis yaitu struktur Primer dan

    Sekunder. Berikut ini adalah penjelasan mengenai Idealisasi Struktur untuk Struktur Primer dan

    Sekunder Bangunan.

    2.1.1. Struktur Utama (Primer)

    Struktur primer yang dipilih untuk desain bangunan hanggar pesawat ini adalah Gebel dua

    bentang dengan konsol. Struktur Gebel ini diidealisasikan sebagai struktur dengan perletakan jepit

    pada setiap kaki kolom dan perletakan jepit pada sambungan rafter - kolom. Idealisasi struktur gebel

    dapat dilihat pada gambar B-1.

    Gambar B -1. Idealisasi Struktur Utama

    2.1.2. Struktur Pendukung (Sekunder)

    Struktur pendukung terdiri dari struktur dinding memanjang (disebut juga portal memanjang),

    struktur pengaku atap dan struktur dinding melintang.

    10.0

    0 m

    5.0

    2 m

    35.00 m 35.00 m

    16

    Rafter Gebel

    Kolom

    Konsol

  • TUGAS Struktur Baja-2 Semester Genap 2013-2014 Kelompok :III ( TIGA )

    Halaman: _ dari _ halaman

    Format T1

    Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Sains dan Teknik,Universitas Nusa Cendana, KUPANG

    2.1.2.1.Struktur Dinding Memanjang (Portal Memanjang)

    Gambar B - 2. Idealisasi Struktur Memanjang (Dilihat dari Samping Kanan Bangunan)

    Gambar B-2 menunjukan idealisasi portal memanjang. Portal memanjang adalah struktur

    yang bidangnya berorientasi memanjang bangunan dan diideallisasikan sebagai portal yang

    diperkaku terhadap beban lateral dan berperletakkan jepit di kaki setiap kolom kolomnya. Kolom

    portal ini adalah kolom portal gebel (struktur utama) sedangkan baloknya (komponen mendatar)

    adalah gird horizontal, serta komponen diagonalnya adalah ikatan angin (bracing). Kedua ujung

    komponen mendatar (gird horizontal) tersambung secara rigid ke kolom sementara kedua ujung

    komponen diagonal (ikatan angin) tersambung secara sendi (pin) ke kolom. Ini membuat komponen

    diagonal (ikatan angin) menjadi komponen aksial. Untuk keseluruhan bangunan terdapat 2 struktur

    memanjang, yang mana dua pengaku memanjang pada dinding memanjang kiri dan kanan bangunan.

    Keseluruhan bentang portal memanjang ini adalah 50 m, terdiri dari 5 modul yang masing masing

    berbentang 10 m dengan jarak antar gebel 10 m, dan semua gird horizontal dipasang saling berjarak

    5 m.

    Depan Belakang

    5.00 m

    5.00 m

    10.00 m 10.00 m 10.00 m 10.00 m 10.00 m

  • TUGAS Struktur Baja-2 Semester Genap 2013-2014 Kelompok :III ( TIGA )

    Halaman: _ dari _ halaman

    Format T1

    Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Sains dan Teknik,Universitas Nusa Cendana, KUPANG

    Gambar B-3. Idealisasi Struktur Salah Modul Struktur Memanjang menunjukkan, Idealisasi Konektivitas

    Ikatan Angin pada Kolom Kolom Gabel.

    Jarak antar kolom 10 m dan jarak antara kolom dan gird vertikal 5 m , jarak antar gird

    horisontal 5 m dan ikatan angin dipasang menyilang pada titik pertemuan antara ujung kolom dan

    gird horizontal dengan orientasi penampang seperti yang terlihat pada gambar B-3.

    Gambar B-3. Idealisasi Struktur Salah Modul Struktur Memanjang menunjukkan Idealisasi Konektivitas

    Gird Horizontal pada Kolom Kolom Gabel

    Gird Vertikal

    Gird Horisontal

    Ikatan Angin

    Ikatan Angin Depan

    Ikatan Angin Belakang

    Keterangan :

    5.00 m 5.00 m

    4.8

    0 m

    5.0

    0 m

    5.0

    0 m

    Gird Vertikal

    Gird Horisontal

    Ikatan Angin

    5.00 m 5.00 m

    4.8

    0 m

    5.0

    0 m

    5.0

    0 m

    Ikatan Angin

    Ikatan Angin Depan

    Ikatan Angin Belakang

    Keterangan :

  • TUGAS Struktur Baja-2 Semester Genap 2013-2014 Kelompok :III ( TIGA )

    Halaman: _ dari _ halaman

    Format T1

    Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Sains dan Teknik,Universitas Nusa Cendana, KUPANG

    2.1.2.2. Struktur Pengaku Atap

    Struktur pengaku atap adalah struktur yang bidangnya seorientasi dengan bidang atap dan

    komponen komponennya terdiri atas gording, sag-rod (penggantung gording) dan ikatan angin

    atap. Gambar B-4 menunjukkan idealisasi salah satu bentang trave struktur ini. Struktur ini

    diidealisasikan sebagai rangka batang pada bidang atap, yang berperletakkan sendi pada titik

    pertemuan rafter dengan ujung atas kolom kolom gebel. Batang atas dan batang bawah rangka

    tersebut adalah rafter rafter gabel bersebelahan, batang vertikal adalah gording, batang diagonal

    adalah ikatan angin (bracing) atap dan batang mendatar adalah sagrod. Gording pada bidang atap

    dipasang saling berjarak 2.5 m (2.4 m pada proyeksi datar) dan sagrod dipasang berjarak 5 m.

    Gambar B-4.Idealisasi Satu Bentang Trave dari Struktur Ikatan Angin Bidang Atap (Tampak Atas)

    Ikatan angin berperletakkan sendi (pin) pada batang atas dan batang bawah sehingga akan

    berkelakuan sebagai komponen aksial. Sama seperti pada portal memanjang, pada setiap sel struktur

    pengaku atap terdapat dua jenis ikatan angin, yaitu ikatan angin yang bekerja hanya ketika angin

    bertiup dari depan bangunan (disebut ikatan angin depan) dan ikatan angin bekerja ketika angin

    bertiup dari belakang bangunan (disebut ikatan angin belakang). Ikatan angin depan berorientasi

    sedemikian sehingga akan berkelakuan sebagai komponen aksial tarik ketika angin bertiup dari

    depan bangunan. Demikian juga ikatan angin belakang ketika angin bertiup dari belakang bangunan.

    Dengan demikian, ikatan angin, baik depan atau pun belakang, akan selalu berkelakuan

    sebagai komponen aksial tarik. Ketika angin bertiup dari depan bangunan, ikatan angin depan yang

    bekerja, sedangkan ketika angin bertiup dari belakang bangunan, ikatan angin belakang yang bekerja.

    Gambar B-4 menerangkan tentang hal ini.

    Pada pembebanan terhadap sumbu y penampangnya, gording diidealisasikan sebagai balok

    pada tiga perletakan, yaitu dua perletakkan sendi pada rafter, dan satu perletakkan kabel pada sagrod,

    sedangkan untuk pembebanan terhadap sumbu x penampangnya, gording diidealisasikan sebagai

    Gording

    Tepi

    Arah tiupan

    angin depan

    Sagrod Ikatan AnginRafter

    GebelGording

    BubunganBagian

    Belakang

    BagianDepan

    5.0

    0 m

    5.0

    0 m

    2.40 m 2.40 m 2.40 m 2.40 m 2.40 m 2.40 m 2.40 m 2.40 m 2.40 m 2.40 m 2.40 m 2.40 m 2.40 m 2.40 m 2.40 m 2.40 m 2.40 m 2.40 m 2.40 m 2.40 m 2.40 m 2.40 m 2.40 m 2.40 m 2.40 m 2.40 m 2.40 m2.40 m

  • TUGAS Struktur Baja-2 Semester Genap 2013-2014 Kelompok :III ( TIGA )

    Halaman: _ dari _ halaman

    Format T1

    Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Sains dan Teknik,Universitas Nusa Cendana, KUPANG

    balok bertumpu pada dua perletakkan sendi di kedua ujungnya. Gambar B-5(a) menunjukkan

    idealisasi gording untuk pembebanan terhadap sumbu y penampang dan Gambar B-5(b)

    menunjukkan idealisasi gording pada pembebanan terhadap sumbu x penampang.

    Gambar B-5. Idealisasi Struktur Gording dan Sagrod

    Sagrod diidealisasikan sebagai komponen aksial tarik. Sambungan sagrod dengan gording di

    kedua ujungnya diidealisasikan sebagai perletakkan sendi. Dengan demikian, sagrod diidealisasikan

    sebagai komponen aksial dengan perletakkan sendi di kedua ujungnya. Gambar B-5(c) menunjukkan

    idealisasi struktur untuk sagrod.

    2.1.2.3. Struktur Dinding Melintang

    Gambar B-6. Idealisasi Struktur Pendukung pada Dinding Melintang

    5.00 m 5.00 m

    Sagrod Sebagai

    Perletakan Kabel

    10.00 m

    2.50 m

    (a) Gording dalam

    pembebanan terhadap sumbuy penampang

    (b) Gording dalam

    pembebanan terhadap sumbux penampang

    (c) Sagrod

    10.0

    0 m

    5.0

    2 m

    16

    5.00 m 5.00 m 5.00 m 5.00 m 5.00 m 5.00 m 5.00 m 5.00 m 5.00 m 5.00 m 5.00 m 5.00 m 5.00 m

    PINTU

    5.00 m

    PINTU PINTU PINTU

  • TUGAS Struktur Baja-2 Semester Genap 2013-2014 Kelompok :III ( TIGA )

    Halaman: _ dari _ halaman

    Format T1

    Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Sains dan Teknik,Universitas Nusa Cendana, KUPANG

    Gambar B-7. Salah Satu Modul dari Struktur Dinding Melintang, menunjuan Idealisasi Perletakkan dan

    Ketersambungan (Konektivitas) Gird Gird

    Struktur pendukung pada dinding melintang ditunjukkan Gambar B-6. Struktur ini adalah

    struktur portal yang terdiri atas gird horizontal dan gird vertikal. Komponen perimetral struktur ini

    adalah rafter dan kolom gebel. Idealisasi perletakkan dan konektivitas gird gird pada struktur

    sekunder dinding melintang ini ditunjukkan Gambar B-7. Gird horizontal berperletakkan sendi di

    kedua ujungnya yang bersambung ke gird vertikal. Gird vertikal berperletakan sendi di kedua

    ujungnya yang bersambung ke rafter (ujung atas) dan gird horizontal (ujung bawah).

    2.2 Metoda Analisa Struktur

    Analisa struktur untuk memperoleh gaya-gaya dalam dilakukan dengan menggunakan SAP 2000

    versi 14 untuk perhitungan yang rumit sedangkan untuk perhitungan yang sederhana dilakukan dengan

    menggunakan perhitungan manual.

    2.3 Kebijakan Umum Pembebanan

    Pembebanan yang dipikul struktur dan yang akan ditinjau dalam desain ini terdiri dari Beban

    Mati (D), Beban Hidup akibat perawatan gedung (La), Beban Hujan (H) dan Beban Angin (W). Beban

    beban lain yang juga dianjurkan untuk diperhatikan oleh SNI 03 1729 2002 butir 6.2.2 seperti beban

    gempa (E) dan beban hidup oleh penggunaan gedung atau beban-beban khusus (L) tidaklah ditinjau.

    5.00 m

    5.00 m

    5.00 m

    4.30 m

    0.72 m

  • TUGAS Struktur Baja-2 Semester Genap 2013-2014 Kelompok :III ( TIGA )

    Halaman: _ dari _ halaman

    Format T1

    Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Sains dan Teknik,Universitas Nusa Cendana, KUPANG

    Beban gempa tidak ditinjau karena struktur bukanlah struktur tinggi. Karena bukan struktur

    tinggi, beban yang timbul pergerakan tanah (gempa) tidak signifikan sehingga dapatlah diabaikan.

    Beban penggunaan gedung tidak ditinjau sebab penghunian/penggunaan gedung tidak membebani

    komponen komponen struktur dan juga pemilik bangunan/pemberi tugas telah menginformasikan

    bahwa penggunaan gedung tidak menimbulkan beban beban khusus. (Lihat point 4 pada Lembaran

    Penugasan).

    Berikut ini adalah penjelasan umum bagaimana setiap beban ditinjau dalam desain ini dan

    membebani komponen komponen struktur.

    Beban Mati (D)

    Beban mati adalah semua beban yang berasal dari bangunan dan/atau unsur bangunan, termasuk

    segala unsur tambahan tetap yang merupakan satu kesatuan dengannya. Contoh unsur tambahan

    yang dimaksud adalah beban penutup atap yaitu plat bondek yang membebani gording sebagai

    beban terbagi merata areal kemudian membebani gording sebagai beban terbagi merata linear

    sehingga ditransfer pada sagrod sebagai beban aksial dan juga beban plat yang membebani gird

    horizontal sebagai beban terbagi merata linear dan ditransfer pada gird vertical sebagai beban

    aksial.

    Untuk beban mati akibat berat plat penutup atap yaitu bondek diperoleh dengan berat sebesar

    6.95 kg/m2

    untuk plat bondek dengan ketebalan 0.75 mm ( dapat dilihat pada Lampiran 2).

    Beban Hidup (La)

    Beban hidup adalah semua beban tidak tetap dalam hal ini beban yang ditimbulkan oleh orang

    yang berada di atap baik itu petugas pemadam kebakaran dan peralatannya maupun petugas

    perbaikan dan perawatan atap. Beban ini dianggap sebagai beban terpusat membebani gording.

    Untuk beban hidup dapat dilihat pada lampiran Peraturan Pembebanan Indonesia Untuk Gedung

    1983 hal 13 (beban hidup pada atap bangunan) pasal 3.2 ayat 1 dimana diperoleh beban hidup

    akibat orang yang berada di atap baik itu petugas pemadam kebakaran dan peralatannya maupun

    petugas perbaikan dan perawatan atap sebesar minimum 100 kg dengan momen lentur yang di

    hasilkan dapat dilihat pada perhitungan dibawah ini :

  • TUGAS Struktur Baja-2 Semester Genap 2013-2014 Kelompok :III ( TIGA )

    Halaman: _ dari _ halaman

    Format T1

    Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Sains dan Teknik,Universitas Nusa Cendana, KUPANG

    - Menurut Peraturan Pembebanan Indonesia Untuk Gedung 1983 berat seorang pekerja =

    100 kg = 1000 N

    - Beban berkerja terpusat dan gording berpeletakan sendi

    Beban Hujan (H)

    Beban Hujan adalah beban akibat berat genangan dan aliran air hujan pada penutup sebagai

    beban merata areal selama turun hujan lebat ke atas bangunan. Kemudian beban ditransfer ke

    gording sebagai beban merata linear yang kemudian di transfer pada sagrod sebagai beban

    aksial dan sebagai beban terpusat yang diterima rafter. Berikut perhitungan momen lentur

    beban hujan:

    - Dimana dapat dihitung dengan rumus Peraturan Pembebanan Indoensia Untuk Gedung

    1983 pasal 3.2 ayat 2.a yaitu :

    (40-0.8)kg/m2 jadi diperoleh (40-0.8.16) = 27,2 kg/m2 = 272 N/m2 karena hasil yang

    diperoleh lebih besar dari 20 kg/m2

    maka untuk beban hujan digunakan sesuai dengan

    anjuran Peraturan Pembebanan Indonesia Untuk Gedung 1983 tidak boleh lebih dari 20

    kg/m2

    = 200 N/m2

    - Untuk beban hujan berkerja sebagai beban merata area.

    200 N/m2 x 2.40 m = 480 N/m

    - Momen lentur

    Untuk beban hidup dan beban hujan hanya akan ditinjau salah satu saja. Dengan anggapan

    bahwa apabila hujan maka tidak ada pekerja yang naik pada atap atau dalam artian beban

    hidup atau pun beban hujan hanyalah beban sewaktu-waktu yang jarang sekali kemungkinan

    kedua beban ini kerja bersamaan sehingga akan diambil beban mana antara keduanya yang

    lebih besar untuk dilakukan analisa.

    Dilihat dari hasil momen lentur dari perhitungan diatas di peroleh yang terbesar atau maksimum

    adalah 6000 Nm maka beban hidup yang akan digunakan adalah beban hujan sebesar 480 N/m

    10.00 m

    100 kg

    10.00 m

    480 N/m

  • TUGAS Struktur Baja-2 Semester Genap 2013-2014 Kelompok :III ( TIGA )

    Halaman: _ dari _ halaman

    Format T1

    Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Sains dan Teknik,Universitas Nusa Cendana, KUPANG

    Beban Angin (W)

    Beban angin adalah semua beban yang bekerja pada gedung atau bagian gedung yang

    disebabkan oleh selisih dalam tekanan udara. Beban ini terdiri dari tekanan angin positif (tiup)

    dan tekanan angin negatif (isapan). Beban angin diidealisasikan sebagai beban terbagi merata

    areal dan berorientasi tegak lurus bidang.

    Untuk beban angin dapat dilihat pada Peraturan Pembebanan Indonesia Untuk Gedung 1983

    pada pasal 4.2 ayat 2,berdasarkan peraturan tersebut beban angin ditentukan sesuai dengan jarak

    lokasi pembangunan hanggar. Untuk lokasi Lanudal El-tari berjarak 3.81 km ( dapat dilihat pada

    Lampiran 4 ) dari pantai tidak lebih dari 5 km sesuai dengan syarat maka beban angin yang

    digunakan untuk pembebanan struktur hanggar adalah 40 kg/m2.

    Pada bagian akhir perhitungan pembebanan dikombinasikan sesuai dengan komponen

    struktur atau jenis beban pada komponen struktur tersebut menurut SNI 03 1729 2002 tentang

    perencanaan struktur bangunan baja yang dibahas dalam pasal 6.2.2.

  • TUGAS Struktur Baja-2 Semester Genap 2013-2014 Kelompok : III (Tiga)

    Halaman: dari halaman

    Format T-1

    Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Sains dan Teknik, Universitas Nusa Cendana, KUPANG

    C. DESAIN GORDING

    3.1 Data yang relevan untuk desain gording adalah:

    1) Jarak gording pada bidang atap 2.5 m dan pada proyeksi bidang datar 2.40 m;

    2) Jarak sagrod 2.5 m;

    3) Jarak maksimum antar gabel 10.00 m;

    4) Berat spesifik penutup atap plat bondek dengan dimensi (1000 x 5800 x 0.75) mm. Berat jenis

    atap berdasarkan Lampiran 2 adalah :

    6.95 kg/m2 = 69.5 N/m

    2

    5) Panjang tumpang tindih (overlap) plat bondek 80 mm;

    6) Jarak gording nok (bubungan) 680 mm = 0.68 m

    7) Sudut kemiringan atap 16.

    3.2 Profil Usulan 1

    Profil usulan pertama adalah Channel 300 x 90 x 12 x 16 mm. Tabel C-1 dan Lampiran 5

    menampilkan data dimensional penampang profil ini.

    Tabel C-1. Data Dimensional Penampang Profil Usulan 1

    Channel 300 x 90 x 12x 16 mm (40.2 kg/m) Kekuatan Material : fy = 400 MPa

    B H t1 t2 A Cx Cy Ix Iy ix iy Sx Sy

    (mm) (mm) (mm) (mm) (mm2) (mm) (mm) (mm

    4) (mm

    4) (mm) (mm) (mm

    3) (mm

    3)

    90 300 12 16 6190 - 22.5 78.7x106

    39.1x105

    113 25.1 525000 57900

    t2

    B

    t1

    H

  • TUGAS Struktur Baja-2 Semester Genap 2013-2014 Kelompok : III (Tiga)

    Halaman: dari halaman

    Format T-1

    Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Sains dan Teknik, Universitas Nusa Cendana, KUPANG

    3.3 Pembebanan

    3.3.1 Beban Mati (D)

    a. Berat penutup atap

    b. Berat gording = 402 N/m

    Jumlah ( 180.75 402) = 582.75 N/m

    c. Berat alat penyambung 10% (582.75) = 58.28 N/m

    Jumlah beban mati D = 641.03 N/m

    Jadi beban mati yang bekerja pada gording adalah sebesar 641.03 N/m.

    3.3.2 Beban Hidup oleh Perawatan Gedung (La) dan Beban Hujan (H)

    1) Berat seorang pekerja atau petugas pemadam kebakaran

    (PPIUG 1983 butir 3.2.2b) : 100 kg = 1000 N

    2) Berat genangan air hujan di atap menurut [PPIUG 1983 Pasal 3.2.2a] adalah :

    40 0.8 (16) = 27.2 kg /m2 = 272 N/m2, pada proyeksi datar bidang atap.

    Beban ini ditransfer ke gording sebagai : 272 (2.40) = 652.8 N/m

    Beban terpusat akibat berat pekerja dianggap bekerja di tengah bentang gording. Momen lentur

    maksimum yang ditimbulkan adalah 1/4(1000)10 = 2500 Nm; sedangkan momen lentur maksimum

    yang ditimbulkan berat genangan air hujan adalah 1/8(652.8)102 = 8160 Nm. Momen lentur akibat

    berat genangan air hujan lebih besar daripada momen lentur akibat berat pekerja, maka yang lebih

    berpengaruh adalah berat genangan air hujan. Beban berat pekerja, dengan demikian, tidak akan

    diperhitungkan dalam pembebanan gording, sehingga:

    Jumlah beban hidup (H) = 652.8 N/m.

    Selanjutnya, karena merupakan beban gravitasional, orientasi dan arah kedua beban (D dan H) sama

    yaitu vertikal ke bawah. Orientasi dan arah kedua beban ini ditunjukkan panah warna biru (D; H)

    pada Gambar C-1. Untuk kepentingan desain, beban ini digantikan dengan komponen komponen

    ortogonalnya. Komponen pada orientasi sumbu x ditunjukkan panah merah (D; H)x dan komponen

    pada orientasi sumbu y ditunjukkan panah hijau (D; H)y dalam gambar yang sama.

  • TUGAS Struktur Baja-2 Semester Genap 2013-2014 Kelompok : III (Tiga)

    Halaman: dari halaman

    Format T-1

    Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Sains dan Teknik, Universitas Nusa Cendana, KUPANG

    Gambar C-1. Orientasi Beban - Beban pada Gording terhadap Orientasi Sumbu Sumbu

    Penampangnya

    Beban (D; H) adalah (641.03 ; 652.8) N/m, maka:

    1. (D ; H)x = (641.03 cos 16 ; 652.8 cos 16) = (616.19 ; 627.51) N/m dan

    2. (D ; H)y = (641.03 sin 16 ; 652.8 sin 16) = (176.69 ; 179.94) N/m

    3.3.3 Beban Angin (W)

    Gambar C-2. Ilustrasi Pembebanan Angin pada Bidang Atap

    3.3.3.1 Akibat Tiupan pada Bidang Atap

    Beban yang ditimbulkan tiupan angin dari kiri bangunan ditunjukan dalam Gambar C-2. Karena

    bidang atap gabel simetris, beban akibat tiupan angin dari kanan bangunan sama dengan yang

    diakibatkan tiupan dari kiri bangunan dan tidak perlu ditinjau. Pada bidang atap di pihak angin terjadi

    tekanan positif akibat tiupan angin dari kiri, dan pada bidang atap di belakang angin terjadi tekanan

    hisap. Pada kasus ini, tekanan angin hisap menimbulkan beban pada gording yang berlawanan arah

    terhadap arah beban (D;H)x sehingga mengurangi besar resultan beban pada pembebanan terhadap

    orientasi sumbu x penampang gording. Maka tekanan angin hisap (negatif) tidak perlu diperhitungkan.

    Beban angin akibat tekanan angin positiflah yang akan diperhitungkan. Bangunan akan dibangun di

    16

    Gording

    sumbu x

    sumbu y

    (D;H)y

    (D;H)y

    (D;H)

    16

    0.02a-0.4

    - 0.4

  • TUGAS Struktur Baja-2 Semester Genap 2013-2014 Kelompok : III (Tiga)

    Halaman: dari halaman

    Format T-1

    Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Sains dan Teknik, Universitas Nusa Cendana, KUPANG

    Lanudal EL-Tari - Kupang yang berjarak kurang dari pada 5 km dari pantai maka tekanan angin adalah

    40 kg/m2 (400 N/m

    2); [PPIUG 1983 butir 4.2.(2)] dan karena atap segi tiga majemuk dengan < 65o

    dan merupakan gedung tertutup sehingga koefisien tekanan angin positif adalah (0.2 0.4); [PPIUG

    1983 butir 4.3.(1)a]. Berdasarkan itu:

    1. Beban angin pada gording di pihak angin: (0.2(16) 0.4)400(2.5) = 2800 N/m

    Jumlah beban angin (W) = 2800 N/m

    Beban lentur rencana terhadap sumbu x penampang gording (Qx) ditentukan berdasarkan kombinasi

    pembebanan menurut persamaan (6.2-1) s/d (6.2-6) SNI-2002;

    1. Persamaan (6.2-1): 1.4Dx

    1.4 Dx = 1.4(616.19) = 862.67 N

    2. Persamaan (6.2-2): 1.2D + 1.6L + 0.5(La atau H)

    Kombinasi ini tidak dilibatkan sebab tidak terdapat beban L.

    3. Persamaan (6.2-3): 1.2D + 1.6(La atau H) + (L atau 0.8W)

    a. Di pihak angin

    1.2Dx +1.6Hx + 0.8W = 1.2(616.19) +1.6(627.51) + 0.8(2800) = 3983.45 N/m.

    4. Persamaan (6.2-4): 1.2D + 1.3W + LL + 0.5(La atau H)

    Kombinasi ini tidak dilibatkan sebab tidak terdapat pembebanan L.

    5. Persamaan (6.2-5): 1.2D + 1.0E + LL

    Kombinasi ini tidak diperhatikan karena beban E (beban gempa) tidak ditinjau

    6. Persamaan (6.2-6): 0.9D + (1.03W atau 1.0E)

    Kombinasi ini tidak diperhatikan karena pembebanan bolak-balik W telah dilibatkan dalam

    perhitungan tekanan tiup angin.

  • TUGAS Struktur Baja-2 Semester Genap 2013-2014 Kelompok : III (Tiga)

    Halaman: dari halaman

    Format T-1

    Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Sains dan Teknik, Universitas Nusa Cendana, KUPANG

    3.3.3.2 Akibat Tiupan Angin pada Dinding Belakang

    Gambar C-3. Struktur Dinding Melintang (Belakang) Bangunan Menunjukkan Daerah Tributaris

    Pembebanan Angin pada Gird Vertikal.

    Berdasarkan kombinasi kombinasi tersebut, maka beban lentur rencana terhadap sumbu x

    penampang gording (Qx) adalah:

    Max (862.67 ; 3983.45) = 3983.45 N/m.

    Dengan cara yang sama, beban lentur rencana terhadap sumbu y penampang gording (Qy) adalah :

    1.2Dy +1.6Hy = 1.2(176.69) + 1.6(179.94) = 499.93 N/m; [SNI-2002 pers. (6.2-3)].

    Tiupan angin dari depan bangunan menimbulkan tekanan positif pada dinding depan dan tekanan

    hisap pada dinding belakang, begitu pula sebaliknya. Tekanan angin positif menimbulkan beban aksial

    tekan pada gording sedangkan tekanan angin negatif menimbulkan beban aksial tarik. Karena gording

    lebih rawan terhadap beban aksial tekan, maka dalam mendesain gording hanya tekanan angin

    positiflah yang ditinjau. Daerah tributaris yang maksimum dari tekanan angin positif adalah daerah

    tributaris bagi gird vertikal no 3. Daerah tributaris ini ditunjukan sebagai daerah berarsir dalam

    Gambar C-3. Gird no 3 selanjutnya mentransfer beban angin kepada gording (di ujung atas), dan

    kepada fondasi (di ujung bawah) sebagai beban terpusat. Terhadap gording, beban ini adalah beban

    aksial tekan. Berdasarkan itu, besar beban aksial tekan (N) pada gording dapat dihitung sebagai:

    Nkgxxx 1287000.1287)2

    1(9.04000.5)02.1558.13(

    2

    1

    5.00 m 5.00 m 5.00 m 5.00 m 5.00 m 5.00 m5.00 m

    13.58 m

    5.00 m

    5.00 m

    5.02 m

    Gird No. 1

    Gird No. 2

    Gird No. 3

    Gird No. 6

    Gird No. 5

    Gird No. 4

    5.00 m

    16

    Kolom Kolom

    35.00 m

    15.0

    2 m

  • TUGAS Struktur Baja-2 Semester Genap 2013-2014 Kelompok : III (Tiga)

    Halaman: dari halaman

    Format T-1

    Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Sains dan Teknik, Universitas Nusa Cendana, KUPANG

    3.4 Analisa Struktur

    Berdasarkan hitungan pembebanan di atas maka beban aksial rencana (Nu) pada gording adalah:

    D N = 1.6(12870) = 20592 N ; [SNI-2002 pers. (6.2-3)];

    beban lentur rencana oleh pembebanan terhadap sumbu x gording (Mux) adalah:

    [ ][ ]

    beban geser rencana oleh pembebanan terhadap sumbu x gording (Vux) adalah:

    [ ][ ]

    Beban lentur rencana oleh pembebanan pada sumbu-y penampang gording (Muy) dan beban geser

    rencana oleh pembebanan terhadap sumbu yang sama (Vuy) diperoleh dengan menganalisa gording

    sebagai balok struktur statis tak-tentu yang idealisasinya ditunjukkan dalam Lampiran 6 Laporan hasil

    analisa struktur memberikan :

    Muy = 1.54 x 106

    Nmm [Lampiran 6]

    Vuy = 940.64 N [Lampiran 6]

    Selain itu hasil kedua analisa struktur juga memberikan besar dari gaya gaya berikut ini:

    1. Reaksi perletakkan akibat Qx pada gording yang ditransfer ke rafter (Vux) adalah:

    [ ][ ]

    2. Reaksi perletakan akibat Qy pada gording yang ditransfer ke rafter (Vuy) adalah:

    1559.01 N; [Lampiran 6].

    3. Reaksi perletakkan akibat Qy pada gording yang ditransfer ke sagrod (Vy-sr) adalah

    3118.01 N; [Lampiran 6].

    Maka beban rencana untuk desain gording adalah:

    Nu = 20592 N ;

    Mux = 49.79 x 106 Nmm; dan

    Muy = 1.54 x 106

    Nmm

    NVVV uyuxu 18.19978) 01.1559() 9917.261()(2222

    3.5 Analisa terhadap Limit-State

    Pemeriksaan atas hasil analisa struktur menyatakan bahwa gording adalah komponen terkombinasi

    aksial-lentur-geser maka usulan profil untuk gording akan dianalisa terhadap persamaan interaksi

    aksial-momen, persamaan kombinasi geser-lentur. Selain itu, lendutan juga adalah limit-state dalam

    desain ini maka profil usulan akan juga dianalisa terhadap limit-state lendutan.

  • TUGAS Struktur Baja-2 Semester Genap 2013-2014 Kelompok : III (Tiga)

    Halaman: dari halaman

    Format T-1

    Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Sains dan Teknik, Universitas Nusa Cendana, KUPANG

    3.5.1 Terhadap Persamaan Interaksi Aksial - Momen:

    ;0.12

    2.0

    ;0.19

    8

    2.0

    ny

    uy

    nx

    ux

    n

    u

    n

    u

    ny

    uy

    nx

    ux

    n

    u

    n

    u

    M

    M

    M

    M

    N

    N

    N

    NUntuk

    M

    M

    M

    M

    N

    N

    N

    NUntuk

    [ SNI 03 1729 2002 butir 11.3 ]

    1. Analisa untuk Memperoleh Beban Beban Rencana Nu, Mux dan Muy

    Analisa ini telah dilakukan dalam bagian 3.4, yang memberikan:

    Nu = 20592 N ;

    Mux = 49.79 x 106

    Nmm; dan

    Muy = 1.54 x 106 Nmm

    2. Analisa untuk Memperoleh Tahanan Tahanan Rencana Nn, Mnx, Mny

    = 0.85 ; [ SNI - 2002; butir 11.3]

    Nn = Ag

    ; [SNI 2002; butir 7.6.2]

    ; [bergantung pada factor tekuk c ]

    c = max(ex; ex)

    [

    [ ]

    Lkx = 1(10000) = 10000 mm

    rx = ix 113 mm (Tabel C-1)

    [

    [ ]

  • TUGAS Struktur Baja-2 Semester Genap 2013-2014 Kelompok : III (Tiga)

    Halaman: dari halaman

    Format T-1

    Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Sains dan Teknik, Universitas Nusa Cendana, KUPANG

    Ly = mmx 500)1000(2

    1 ;[Lebar plat bondek 1000 mm. Jika diasumsikan

    angker penutup dipasang setiap setengah

    lebar plat bondek,maka Lky adalah 500 mm]

    Lky = 1(500) = 500 mm

    ry = iy = 25.1 mm (Tabel C-1)

    c = max (1.26 ; 0.28) = 1.26

    c = 1.26 1.2 maka :

    225.1 c ; [ SNI 2002 Butir 7.6.2]

    =

    A = Ag = 6190 mm2 (Tabel C-1)

    Nn= 6190 x (400/1.99) = 1244221 N

    [ ]

    ( ) [ ]

    [ ]

    Sx = 525000 mm3

    Myx = 400 (525000) = 2.10 x 108 Nmm

    Mbckl-x bergantung kepada kekompakan dan kelangsingan penampang, yang dapat

    diketahui dengan membandingkan factor-faktor kelangsingan (x, p dan y ); [SNI-2002

    butir 8.2].

    = max (x; y)

    x = Lx / ix = (10000/113) = 88.49

    y = Ly / iy = (500/25.1) = 19.92

    = max (88.49 ; 19.92) = 88.49

    ; [SNI-2002: pers. (8.4-4.a), karena factor kelangsingan untuk komponen

    struktur ini dihitung berdasarkan panjang bentang, seperti yang telah

    dilakukan di atas]

  • TUGAS Struktur Baja-2 Semester Genap 2013-2014 Kelompok : III (Tiga)

    Halaman: dari halaman

    Format T-1

    Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Sains dan Teknik, Universitas Nusa Cendana, KUPANG

    ; [SNI-2002: pers. (8.4-4.b), karena faktor kelangsingan untuk komponen

    struktur ini dihitung berdasarkan panjang

    bentang, seperti yang telah dilakukan di atas]

    p< < r = 39.35< 88.49 < 98.39 Maka :

    Penampang adalah penampang tak kompak dan Mbckl-x dihitung menurut persamaan :

    Mbckl-x = ( ) (

    );[SNI-2002: butir 8.2.4)

    Mp = Min (fyZx ; 1.5 Myx); [SNI-2002: butir 8.2.1.b]

    fyZx = (400)(Zx)

    Zx = 1.18Sx

    = (1.18) (525000) = 619500 mm3

    fyZx = (400) (619500) = 2.48 x 108 Nmm

    1.5Myx = (1.5) (2.10 x 108) = 3.15 x 10

    8 Nmm

    Mp = Min ( 2.48 x 108 ; 3.15 x 10

    8 ) = 2.48 x 10

    8 Nmm

    Mr = Sx (fy - fr) ; [SNI-2002: butir 8.2.1c]

    fr bergantung pada metoda manufaktur profil baja [ SNI-2002 : Tabel 7.5-1].

    Karena profil light channel maka umumnya dimanufaktor dengan cara hot

    rolled, maka ;

    fr = 70 MPa

    Mr = 525000 (400-70) = 1.73 x 108 Nmm

    Mbckl-x = (

    ) = 1.86 x108 Nmm

    Mltb-x bergantung pada apakah bentang komponen tergolong pendek, menengah atau

    panjang, yang dapat diketahui dari membandingkan L, Lp dan Lr satu terhadap

    yang lain; [SNI-2002;butir 8.3]. SNI-2002 tidak memberi ketentuan untuk

    menghitung Lp dan Lr untuk profil kanal (channel) tunggal. Karena channel tunggal

    akan lebih condong berlaku sebagai profil kotak berongga, Lp dan Lr untuk gording

    yang adalah light channel tunggal akan dihitung menurut butir 8.3 SNI-2002,

    dengan menganggapnya sebagai profil kotak pejal atau berongga

    Lx = 10000 mm

    Ly = 500 mm

  • TUGAS Struktur Baja-2 Semester Genap 2013-2014 Kelompok : III (Tiga)

    Halaman: dari halaman

    Format T-1

    Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Sains dan Teknik, Universitas Nusa Cendana, KUPANG

    [ ]

    ry = iy = 25.1 mm (Tabel C-1)

    J = 1/3 (2 x 90(16)3 + 300(12)

    3)

    J = 418560 mm4

    A = 6190 mm2

    Mp = min (fy Zx ; 1.5 Myx)

    fy . Zx = fy (1.18 Sx) = 400 (1.18 (525000)) = 2.48 x108 Nmm

    1.5Myx = 1.5 (fy Sx) = 1.5 (400) ( 525000) = 3.15 x108 Nmm

    Mp = Min (2.48 x108; 3.15 x10

    8) = 2.48 x10

    8 Nmm

    Mr = Sx (fy - fr)

    Mr = 525000 (400-70) = 1.73 x 108 Nmm

    Lp = 0.13 (200000) 25.1 ((418560 x 6190) 0,5

    /(2.48 x108)) = 134.05 mm

    Lr =2 (200000) 25.1 ((418560 x 6190) 0,5

    /(1.73 x 108)) = 2949.75 mm

    ... 2949.75 10000 Lr L

    Bentang komponen tergolong bentang panjang, maka Mltb dihitung menurut:

    Mcr Mp ; [SNI-2002 : pers 8.3-2.c]

    (

    ) ; [SNI-2002 : butir 8.3.5, tabel 8.3-1]

    L = Ly = 500 mm ; [ bentang untuk perhitungan Mcr diambil sama dengan Ly sebab

    bentang pada sumbu minor y-lah yang berpengaruh pada tekuk

    puntir lateral]

    Mmaks = Mux = 49.79 x 106

    Nmm

    MA = Vux x (2.5) (Qx x (2.52/2))

    MA = (19917.26 x 2.5) ( 3983.45 (2.52/2)) = 37.3 x 10

    6 Nmm

    MB = Mux = 49.79 x 106 Nmm

    MC = MA = 37.3 x106 Nmm

  • TUGAS Struktur Baja-2 Semester Genap 2013-2014 Kelompok : III (Tiga)

    Halaman: dari halaman

    Format T-1

    Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Sains dan Teknik, Universitas Nusa Cendana, KUPANG

    Mcr = 2 x 1.14 x 200000 x ((418560 x 6190) 0,5

    /(500/25.1))

    Mcr = 1.16 x 109

    Nmm

    Mcr Mp = 1.16 x 109 Nmm 2.48 x108 Nmm

    Mltb-x = Mp = 2.48 x108 Nmm

    Mnx = min (Myx ; Mbckl-x;Mltb-x) ; [SNI-2002; pers.(8.1-1)

    Mnx = min (2.10 x 108

    ; 1.86 x 108

    ; 2.48 x 108)

    = 1.86 x 108

    Nmm

    Mny = min (Myy ; Mbckl-y ; Mltb-y) ; [SNI-2002 pers 8.1-1]

    Myy = fy Sy

    Sy = 57900 mm3 ; [Tabel C-1]

    Myy = 400 (57900) = 2.32 x 107 Nmm

    Mbckl-y bergantung kepada kekompakan dan kelangsingan penampang, yang dapat

    diketahui dengan membandingkan faktor-faktor kelangsingan (, p dan y) satu

    terhadap yang yang lain. [SNI-2002. Butir 8.2]

    x = Lx / ix = (10000/113) = 88.50

    y = Ly / iy = (500/25.1) = 19.92

    = max (88.50; 19.92) = 88.50

    ; [SNI 2002 pers. (8.4-4.a), karena faktor kelangsingan untuk komponen

    struktur ini dihitung berdasarkan panjang bentang sama seperti yang

    dilakukan diatas.]

    p = 1.76 x (200000/400)0.5

    = 39.35

    ; [SNI 2002 pers. (8.4-4.b), karena faktor kelangsingan untuk komponen

    struktur ini dihitung berdasarkan panjang bentang sama seperti yang

    dilakukan diatas.]

    r = 4.40 x (200000/400)0.5

    = 98.39

    p< < r = 39.35< 88.49 < 98.39 Maka :

    Penampang adalah penampang tak kompak dan Mbckl-x dihitung menurut persamaan :

  • TUGAS Struktur Baja-2 Semester Genap 2013-2014 Kelompok : III (Tiga)

    Halaman: dari halaman

    Format T-1

    Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Sains dan Teknik, Universitas Nusa Cendana, KUPANG

    Mbckl-y = ( ) (

    );[SNI-2002: butir 8.2.4)

    Mp = Min (fyZy ; 1.5 Myy); [SNI-2002: butir 8.2.1.b]

    fyZy = (400)(Zy)

    Zy = 1.18Sy

    = (1.18) (57900) = 68322 mm3

    fyZy = (400) (68322) = 2.73 x 107 Nmm

    1.5Myy = (1.5) (2.32 x 107) = 3.47 x 10

    7 Nmm

    Mp = Min (2.73 x 107; 3.47 x 10

    7) = 2.73 x 10

    7 Nmm

    Mr = Sy (fy - fr) ; [SNI-2002: butir 8.2.1c]

    fr bergantung pada metoda manufaktur profil baja [ SNI-2002 : Tabel 7.5-1].

    Karena profil channel maka umumnya dimanufaktor dengan cara hot rolled,

    maka ;

    Mr = 57900 (400 70) = 1.91 x 107 Nmm

    Mbckl-y = (

    ) = 2.05 x107 Nmm

    Mltb-y bergantung pada apakah bentang komponen tergolong pendek, menengah atau

    bentang panjang, yang dapat diketahui dengan membandingkan L, Lp dan Lr satu

    dengan yang lain. [SNI 2002: butir 8.3]. SNI 2002 tidak memberikan ketentuan

    untuk menghitung Lp dan Lr untuk profil kanal ( channel) tunggal. karena channel

    tunggal akan lebih condong berlaku sebagai profil kotak berongga. Lp dan Lr untuk

    gording adalah channel tunggal akan dihitung menurut butir 8.3 SNI-2002 dengan

    menganggapnya sebagai profil kotak pejal atau berongga.

    rx = ix = 113 mm (Tabel C-1)

    ); konstanta puntir untuk penampang C

    J = 1/3 (2 x 90(16)3 + 300(12)

    3)

    J = 418560 mm4

    A = 6190 mm2

    Mp = min (fy Zy ; 1.5 Myy)

    fy . Zy = fy (1.18 Sy) = 400 (1.18 (57900)) = 2.73 x107 Nmm

    1.5Myy = 1.5 (fy Sy) = 1.5 (400)( 57900) = 3.47 x107 Nmm

    Mp = Min (2.73 x107; 3.47 x10

    7) = 2.73 x10

    7 Nmm

  • TUGAS Struktur Baja-2 Semester Genap 2013-2014 Kelompok : III (Tiga)

    Halaman: dari halaman

    Format T-1

    Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Sains dan Teknik, Universitas Nusa Cendana, KUPANG

    Mr = Sy (fy - fr) ; [SNI-2002: butir 8.2.1c]

    Mr = 57900 (400 70) = 1.91 x 107 Nmm

    Lp = 0.13 (200000) 113 ((418560 x 6190) 0.5

    /( 2.73 x107

    )) = 5472.12 mm

    Lr = 2 (200000) 113 ((418560 x 6190) 0.5

    /( 1.91 x 107 )) = 120412.10 mm

    ... 500 < 5472.12 L < Lp

    Bentang komponen tergolong pendek maka Mltb-y dihitung menurut persamaan :

    Mltb-y = Mp ;[SNI-2002: butir 8.3.3]

    = 2.73 x107

    Nmm

    Mny = min ( 2.32 x 107 ; 2.05 x 10

    7 ; 2.73 x10

    7) = 2.05 x 10

    7 Nmm

    3. Analisa untuk mencari tahu kepenuhan terhadap persamaan interaksi Aksial-momen

    2.002.0)1244221(85.0

    20592

    :

    adalahN

    NRasio

    n

    u

    Jadi

    (

    )

    = 0.1)1004.2(9.0

    1054.1

    )1086.1(9.0

    1079.49

    )124422185.0(2

    205927

    6

    8

    6

    x

    x

    x

    x

    x

    0,13072.0

    Profil usulan 1 memenuhi persamaan interaksi aksial momen dengan rasio kepenuhan

    %72.30%10000.1

    3072.0 x

    3.5.2. Terhadap Persamaan Kombinasi Geser-Lentur

  • TUGAS Struktur Baja-2 Semester Genap 2013-2014 Kelompok : III (Tiga)

    Halaman: dari halaman

    Format T-1

    Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Sains dan Teknik, Universitas Nusa Cendana, KUPANG

    1. Analisa untuk Memperoleh Beban Rencana:

    375.1625.0 n

    u

    ny

    uy

    nx

    ux

    V

    V

    M

    M

    M

    M

    ; [SNI-2002 : butir 8.9.3]

    Analisa ini telah dilakukan dalam bagian 3.4, yang memberikan:

    Vu = 19978.18 N

    2. Analisa untuk Memperoleh Tahanan Rencana Vn

    = 0,9 ; [SNI-2002 : pers (8.8-1) dan Tabel 6.4-2)

    Vn ; bergantung pada perbandingan tinggi (h) terhadap tebal plat (tw) ; [SNI-2002: butir 8.8]

    h = H - 2t = 300 2(16) = 268 mm

    tw = t = 16 mm

    h / tw = 16.75

    a = 10000 mm

    kn = 5 + (5 / (a/h)2)

    = 5 + (5 / (10000/26)2)

    = 5

    52.68400

    )200000(537.1

    .37.1

    02.55400

    )200000(510.1

    .10.1

    y

    n

    y

    n

    f

    Ek

    f

    Ek

    h / tw 55.02

    16.75 55.02 maka :

    Vn = 0,6fy Aw ; [SNI-2002 butir 8.8.3]

    Aw = (H 2t) d = [200 2(16)](12) = 4288 mm2

    Vn = 0,6 x 400 x 4288 = 1.03 x 106 N

    3. Analisa untuk Mencaritahu Keterpenuhan terhadap Persamaan Kombinasi Geser-Lentur

    Persaman kombinasi geser-lentur adalah :

    375.1625.0 n

    u

    ny

    uy

    nx

    ux

    V

    V

    M

    M

    M

    M

    4431.0)1003.1(9.0

    19978.18625.0

    )1004.2(9.0

    1054.1

    )1086.1(9.0

    1079.4967

    6

    8

    6

    xx

    x

    x

    x

    0.4431 1.375

    Profil usulan 1 memenuhi persamaan interaksi aksial momen dengan rasio kepenuhan

  • TUGAS Struktur Baja-2 Semester Genap 2013-2014 Kelompok : III (Tiga)

    Halaman: dari halaman

    Format T-1

    Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Sains dan Teknik, Universitas Nusa Cendana, KUPANG

    %22.32%100375.1

    4431.0 x

    3.5.3. Terhadap Limit State Lendutan: u

  • TUGAS Struktur Baja-2 Semester Genap 2013-2014 Kelompok : III (Tiga)

    Halaman: dari halaman

    Format T-1

    Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Sains dan Teknik, Universitas Nusa Cendana, KUPANG

    Rasio maksimum keterpenuhan limit-state dari profil usulan-1 adalah:

    Max (30.72 % ; 32.22% ; 80.28 %) = 80.28 % yang lebih besar daripada batas bawah rasio optimum

    yaitu 60%. Profil usulan, dengan demikian, adalah profil optimal. Selain itu profil usulan-1 memenuhi

    semua limit-state yang ditinjau maka profil usulan adalah cukup kuat dan dapat dipakai. Profil usulan 1

    : Channel 300 x 90 x 12 x 16 mm, dengan demikian, adalah profil optimal dan cukup kuat dan dapat

    dipakai untuk gording.

  • TUGAS Struktur Baja-2 Semester Genap 2013-2014 Kelompok : III (TIGA)

    Halaman: dari halaman

    Format T-1

    Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Sains dan Teknik, Universitas Nusa Cendana, KUPANG

    4. DESAIN PENGGANTUNG GORDING (SAGROD)

    4.1 Data yang relevan untuk desain Sagrod adalah :

    1) Jarak sagrod terhadap rafter adalah 5 m

    2) Panjang sagrod adalah 2.5 m

    3) Dikedua ujung dipasang watermur untuk pengencangan

    4) Sudut kemiringan atap 16

    Gambar 4-1 menunjukkan sketsa perspektif suatu sagrod.

    Gambar 4-1. Suatu Sagrod

    4.2 Profil Usulan 1

    Profil usulan pertama adalah 6 mm. Data dimensional penampang profil ditunjukkan dalam Tabel 4-

    1.

    Tabel 4-1. Data Dimensional Penampang Profil Usulan 1

    6 mm Kekuatan Material : fy = 400 Mpa

    A I I

    (mm) (mm2) (mm

    4) (mm)

    6 28.27 63.62 1.5

    2.50 m

  • TUGAS Struktur Baja-2 Semester Genap 2013-2014 Kelompok : III (TIGA)

    Halaman: dari halaman

    Format T-1

    Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Sains dan Teknik, Universitas Nusa Cendana, KUPANG

    4.3 Pembebanan

    Pembebanan sagrod telah dihitung dalam bagian 3.4. Beban pada sagrod adalah reaksi Vy-sr yang

    ditransfer dari gording menjadi beban aksial tarik pada sagrod.

    4.4 Analisa Struktur

    Beban pada sagrod adalah reaksi gording: Vy-sr, yang besarnya telah dihitung dalam analisa di bagian

    3.4, yaitu: 1407.62 N

    4.5 Analisa terhadap Limit State

    Hasil analisa struktur di atas menyatakan bahwa Sagrod adalah komponen aksial tarik. Profil usulan,

    dengan demikian, akan dianalisa terhadap limit state kuat penampang, dan kelangsingan.

    4.5.1 Terhadap Limit State Kuat Penampang:

    TnTu ; [SNI 03-1729-2002 pasal 10]

    1. Analisa untuk Memperoleh Beban Rencana Tu

    Gambar 4-2 menunjukkan pembebanan pada sagrod yang menggantungi salah satu dari

    dua gording nok yaitu gording nok di pihak angin. Berdasarkan itu, beban rencana sagrod

    (Tu) dapat dihitung sebagai:

    Tu = maks (Vy-sr ; (Vy-sr /cos 16)

    Tu = maks (1407.62; (1407.62 /cos 16) = maks (1407.62 ; 1464.35)

    = 1464.35 N

    Gambar 4-2. Pembebanan Pada Sagrod yang Menggantungi Gording - Gording Nok

    16

    rafter

    Gording N

    ok

    di Pihak

    angin

    Vy-sr / cos16

  • TUGAS Struktur Baja-2 Semester Genap 2013-2014 Kelompok : III (TIGA)

    Halaman: dari halaman

    Format T-1

    Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Sains dan Teknik, Universitas Nusa Cendana, KUPANG

    2. Analisa untuk Memperoleh Keterpenuhan Tahanan Rencana Tn

    =0.9 ; [SNI-2002 butir 10.1]

    Tn =Agfy

    Ag = 28.27 mm2 ; [A pada Tabel 4.1]

    Tn = 28.27 x 400 = 11308 N

    Tn = 0.9 x 11308 = 10177.2 N

    3. Analisa untuk Mencaritahu Keterpenuhan Limit State Kuat Penampang

    1464.35 < 10177.2 . .

    . Tu < Tn

    Profil usulan 1 memenuhi limit state kuat penampang, dengan rasio keterpenuhan:

    = 1464.35

    x 100% = 14,40 % 10177.2

    4.5.2 Terhadap Limit-State Kelangsingan: u n ; [SNI 03 1729 2002 butir 7.6.4]

    Untuk komponen tarik dengan profil batang bundar, limit-state ini tidak perlu ditinjau [SNI-2002, butir

    7.6.4].

    4.6 Hasil Desain

    Profil usulan: batang bundar 6 mm memenuhi semua limit-state yang ditinjau sehingga cukup kuat

    untuk dipakai sebagai sagrod, tetapi rasio keterpenuhan limit-state profil usulan ini adalah 14,40%

    yang jauh di bawah rasio minimum untuk profil optimal yaitu 60%. Batang bundar 6 mm, dengan

    demikian, tidak optimum dan seharusnya diusul ulang dengan profil yang berdimensi lebih kecil. Akan

    tetapi karena batang bundar berdiameter paling kecil yang tersedia di pasaran bahan bangunan di

    Kupang adalah 6 mm maka profil usulan ini ( 6 mm) dipakai sebagai profil untuk sagrod.

  • TUGAS Struktur Baja-2 Semester Genap 2013-2014 Kelompok : (TIGA)

    Halaman: dari halaman

    Format T-1

    Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Sains dan Teknik, Universitas Nusa Cendana, KUPANG

    E. DESAIN IKATAN ANGIN PADA ATAP

    5.1 Data yang relevan untuk desain ikatan angin atap adalah :

    1) Panjang ikatan angin :

    )105.17( 22 = 20.15 m = 2015 mm

    2) Ikatan angin atap adalah komponen aksial tarik.

    3) Di kedua ujung dipasangkan jarum keras untuk penyetelan.

    Gambar E-1. Idealisasi Struktur Pengaku Atap

    5.2 Profil Usulan 1

    Profil usulan pertama adalah 8 mm. Data dimensional penampang profil ditunjukkan dalam Tabel E-

    1.

    Tabel E-1. Data Dimensional Penampang Profil Usulan 1

    8 mm Kekuatan Material : fy = 400 Mpa

    A

    (mm) (mm2)

    8 50.26

    Bagian Belakang Bangunan

    Bagian Depan Bangunan

    Arah tiupan

    angin depan

    5.0

    0 m

    5.0

    0 m

    Gording

    Ikatan Angin

    Rafter Gebel

    Sagrod

    2.40 m 0.68 m

    Keterangan :

    35.00 m 35.00 m

    17.50 m 17.50 m 17.50 m 17.50 m

  • TUGAS Struktur Baja-2 Semester Genap 2013-2014 Kelompok : (TIGA)

    Halaman: dari halaman

    Format T-1

    Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Sains dan Teknik, Universitas Nusa Cendana, KUPANG

    5.3 Pembebanan

    Gambar E-2. Idealisasi Pembebanan Struktur Pengaku Atap

    Struktur pengaku atap diidealisasikan sebagai rangka batang dan telah ditunjukkan sebelumnya dalam

    Gambar B-4 dan di tampilkan lagi pada Gambar E-1 di atas. Idealisasi ini ditunjukkan ulang dalam

    Gambar E-2 di atas yang menunjukkan pembebanan akibat tiupan angin dari belakang bangunan.

    Beban beban ini berupa beban beban terpusat.

    Setiap beban ini dikerjakan oleh setiap gird vertikal pada dinding belakang dan kolom - kolom rafter,

    dan merupakan reaksi perletakkan akibat pembebanan angin pada dinding belakang bangunan. Besar

    salah satu beban ini (P3) ,yaitu yang dikerjakan gird vertikal No. 3 telah dihitung di bagian 3.3.3.2,

    dengan memperhatikan daerah tributaris beban angin ke gird vertikal pada dinding belakang bangunan

    (Gambar C-3) besarnya adalah 12870 N. Dengan cara yang sama, besar setiap beban seperti ini yang

    dikerjakan setiap gird verikal dan kolom rafter telah pula dihitung pada Lampiran 7 dan hasilnya

    ditampilkan dalam Tabel E-2. Berikut

    Bagian Belakang Bangunan

    Bagian Depan Bangunan

    5.0

    0 m

    5.0

    0 m

    Gording

    Ikatan Angin

    Rafter Gebel

    Sagrod

    2.40 m 0.68 m

    Keterangan :

    Pkolom PkolomP1 P2 P3 P4 P5 P6 P7 P8 P9 P10 P11 P12 P13

    35.00 m 35.00 m

    17.50 m 17.50 m 17.50 m 17.50 m

  • TUGAS Struktur Baja-2 Semester Genap 2013-2014 Kelompok : (TIGA)

    Halaman: dari halaman

    Format T-1

    Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Sains dan Teknik, Universitas Nusa Cendana, KUPANG

    Gambar E-3. Posisi Ikatan Angin Pada Trave 1 dan 5 yang direncanakan

    Karena struktur ini mempunyai 5 bentang trave seperti yang di tunjukkan dalam Gambar E-3, maka

    tiap beban yang bekerja dalam tabel di atas akan didistribusikan kepada 5 bentang trave ini, sehingga

    besarnya beban yang bekerja pada rafter dalam 1 bentang trave seperti pada Tabel E-3 berikut:

    Bagian Depan Bangunan

    Gording

    Ikatan Angin

    Rafter Gebel

    Sagrod

    Keterangan :

    17.50 m 17.50 m 17.50 m 17.50 m

    10

    .00 m

    10

    .00 m

    10

    .00 m

    10

    .00 m

    10

    .00 m

    2.40 m0.68 m

    Bagian Belakang Bangunan

    Tra

    ve

    5T

    rave

    4T

    rave

    3T

    rave

    2T

    rave

    1

  • TUGAS Struktur Baja-2 Semester Genap 2013-2014 Kelompok : (TIGA)

    Halaman: dari halaman

    Format T-1

    Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Sains dan Teknik, Universitas Nusa Cendana, KUPANG

    Tabel E-2 Besar beban (dalam Newton) pada Struktur pengaku Atap

    Gaya

    Beban

    Transfer

    (N)

    Pkolom 931.95

    P1 2057.40

    P2 2315.70

    P3 2574.00

    P4 2574.00

    P5 2315.70

    P6 2057.40

    Pkolom 1863.90

    P7 2057.40

    P8 2315.70

    P9 2574.00

    P10 2574.00

    P11 2315.70

    P12 2057.40

    Pkolom 931.95

    5.4 Analisa Struktur

    Berdasarkan hasil analisa menggunakan program analisa struktur SAP2000 versi 14, akan di

    identifikasi ikatan angin mana yang akan memikul beban aksial tarik, sehingga hasil analisa awal

    ditunjukkan pada Lampiran 8, maka dapat diketahui bahwa frame/ikatan angin 37, frame/ikatan angin

    38, frame/ikatan angin 41 dan frame/ikatan angin 42 memikul beban aksial tarik. Struktur ini lalu

    dianalisa lagi dengan meniadakan batang/ikatan angin yang memikul beban aksial tekan karena

    dianggap tidak berpengaruh dalam menahan beban angin dari belakang sehingga gaya aksial yang

    bekerja pada batang/ikatan angin yang memikul beban aksial tarik pada struktur pengaku atap adalah

    11689.75 N (tarik) yang di tunjukkan pada Lampiran 9. Hasil analisa inilah yang akan digunakan

    dalam perencanaan ikatan angin pada struktur pengaku atap.

    5.5 Analisa terhadap Limit State

    Analisa struktur di atas menyatakan bahwa ikatan angin atap adalah komponen aksial tarik. Profil

    usulan, dengan demikian, akan dianalisa terhadap limit - state kuat penampang, dan kelangsingan.

    5.5.1 Terhadap Limit State Kuat Penampang: Tu Tn ; [SNI 03 1729 2002 pasal 10]

    1. Analisa untuk Memperoleh Beban Rencana Tu

  • TUGAS Struktur Baja-2 Semester Genap 2013-2014 Kelompok : (TIGA)

    Halaman: dari halaman

    Format T-1

    Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Sains dan Teknik, Universitas Nusa Cendana, KUPANG

    Analisa untuk memperoleh beban rencana (Tu) telah dilakukan pada bagian 5.4 dan

    memberikan :

    Tu = 11689.75 N

    2. Analisa untuk Memperoleh Tahanan Rencana Tn

    =0.9 ; [SNI-2002 butir 10.1]

    Tn =Agfy

    Ag = 50.26 mm2

    Tn = 50.26 x 400 = 20106.19 N

    Tn = 0.9 x 20106.19 = 18095.57 N

    3. Analisa untuk Mencaritahu Keterpenuhan Limite State Kuat Penampang

    11689.75 < 18095.57...

    Tu < Tn

    Profil usulan 1 memenuhi limit state kuat penampang, dengan rasio keterpenuhan

    = 11689.75

    X 100% = 64.60 % 18095.57

    5.5.2 Terhadap Limit-State Kelangsingan: u n ; [SNI 03 1729 2002 butir 7.6.4]

    Untuk komponen tarik dengan profil batang bundar, limit-state ini tidak perlu ditinjau [SNI-2002, butir

    7.6.4].

    5.6 Hasil Desain

    Profil usulan: batang bundar 8 mm memenuhi semua limit-state yang ditinjau sehingga cukup kuat

    untuk dipakai sebagai ikatan angin/cross rod, dengan rasio keterpenuhan limit-state profil usulan ini

    adalah 64.60 % lebih dari rasio minimum untuk profil optimal yaitu 60%.

  • TUGAS Struktur Baja-2 Semester Genap 2013-2014 Kelompok : III (TIGA)

    Halaman: dari halaman

    Format T-1

    Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Sains dan Teknik, Universitas Nusa Cendana, KUPANG

    F. DESAIN GIRD HORIZONTAL PADA STRUKTUR DINDING MELINTANG

    Gambar F-1 : Struktur Melintang

    6.1 Data yang relevan untuk desain gird horizontal pada struktur dinding melintang adalah :

    1) Bentang gird 5 m = 5000 mm

    2) Tebal pasangan dinding adalah batu yang dianggap 15 cm atau 150 mm (termasuk tebal

    plester dan lapisan finishing)

    3) Tinggi rata rata pasangan tembok yang dipikul gird :

    1 x (4.30 + 5.02) = 4.66 m = 4660 mm

    2

    4) Berat spesifik pasangan tembok : 1700 Kg/m3, [PPI 1983 Tabel 2.1], yang adalah sama dengan

    1.7 x 10-5

    N/mm3.

    6.2 Profil Usulan 1

    Profil usulan pertama adalah 14 WF 14 x 6-3/4. Tabel F-1 dan Lampiran 10 menampilkan data

    dimensional penampang profil ini.

    5.00 m

    5.00 m

    4.30 m

    0.72 m

    5.00 m 5.00 m 5.00 m5.00 m 5.00 m 5.00 m 5.00 m

  • TUGAS Struktur Baja-2 Semester Genap 2013-2014 Kelompok : III (TIGA)

    Halaman: dari halaman

    Format T-1

    Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Sains dan Teknik, Universitas Nusa Cendana, KUPANG

    Tabel F-1. Data Dimensional Penampang Profil Usulan 1

    14 WF 14 x 6-3/4 mm (56.55 kg/m') Kekuatan Material : fy = 400 Mpa

    B H t d r A Ix Iy ix iy Sx Sy

    (mm) (mm) (mm) (mm) (mm) (mm2) (mm

    4) (mm

    4) (mm) (mm) (mm

    3) (mm

    3)

    172 359 13.03 7.95 10.9 7210 1.60

    x108

    1.02 x

    107

    149.1 37.8 8.95 x

    105

    1.20 x

    105

    6.3 Pembebanan dan Analisa Struktur

    Karena terhadap sumbu x penampangnya, gird hanya dibebani beban mati dan terhadap sumbu-y

    penampangnya gird hanya dibebani beban angin, maka penghitungan besar pembebanan dengan beban

    mati langsung dilanjutkan dengan analisa struktur, demikian juga dengan penghitungan beban angin.

    Dari Gambar F-1, untuk bagian yang diarsir menunjukan daerah yang memikul beban angin dan beban

    mati yang paling besar. Dengan demikian gird horizontal pada daerah itu dapat mewakili girld

    horizontal yang lain.

    6.3.1 Beban Mati (D)

    1. Penghitungan Besar Pembebanan

    Gambar F-2 menunjukkan pembebanan dengan beban mati pada gird horizontal (GH) dan

    pengalihannya menjadi beban pada gird vertikal. Gird GH1, GH2, dan GH3 memikul beban mati

    (D) yang lebih besar dari pada yang dipikul GH4, maka gird GH1 mewakili keempat gird.

    Beban D bekerja terhadap sumbu mayor (sumbu x) penampang gird. Besarnya dapat dihitung

    sebagai berikut:

    Beban akibat berat pasangan tembok : 150 x (4660) x 1.7 x 10-5

    = 11.88 N/mm

    Beban akibat berat sendiri profil [Tabel F-1] : 56.55 Kg/m = 0.57 N/mm

    Jumlah beban mati D = 12.45 N/mm

    Beban lentur rencana terhadap sumbu x penampang gird (Qx) ditentukan berdasarkan

    kombinasi pembebanan menurut persamaan (6.2-1 s/d 6.2-6) SNI-2002 :

    1. Persamaan (6.2-1): 1.4D

    1.4D = 1.4 x (12.45) = 17.43 N/mm

  • TUGAS Struktur Baja-2 Semester Genap 2013-2014 Kelompok : III (TIGA)

    Halaman: dari halaman

    Format T-1

    Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Sains dan Teknik, Universitas Nusa Cendana, KUPANG

    Gambar F-2. Idelasisasi Struktur dan Pembebanan Mati pada

    Komponen Struktur Dinding Melintang

    Terhadap sumbu x penampang, beban yang bekerja hanyalah beban D sehingga kombinasi

    yang lain (6.2-2 s/d 6.2-6 SNI-2002) tidak diperhatikan. Besar beban lentur rencana terhadap

    sumbu x gird horizontal (Qx), dengan demikian, adalah: 17.43 N/mm

    2. Analisa Struktur untuk Memperoleh Beban Rencana

    Momen rencana (Mux) dapat dihitung sebagai:

    1 QxL2 =

    1 (17.43) x (5000)

    2 = 5.45 x 10

    7 Nmm

    8 8

    Gaya geser rencana (Vux) dapat dihitung sebagai :

    1 QxL =

    1 (17.43) x (5000) = 4.36 x 10

    4 N

    2 2

    Gaya geser ini membebani gird vertikal sebagai beban aksial R1GH pada titik sambung dengan

    gird horizontal (Gambar F-1(c)).

    R1GH R1GH 2 x R1GH

    R1GH

    R1GH

    R1GH

    R1GH 2 xR1GH

    2 xR1GH

    2 xR1GH

    5.00 m

    5.00 m

    5.00 m

    4.30 m

    0.72 m

    15.02 m

    5.00 m 5.00 m

    GH2

    GH4

    R1GH R1GH

    2.60 m

    (a) (b) (c) (d)

    GH1

    GH3

  • TUGAS Struktur Baja-2 Semester Genap 2013-2014 Kelompok : III (TIGA)

    Halaman: dari halaman

    Format T-1

    Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Sains dan Teknik, Universitas Nusa Cendana, KUPANG

    6.3.2 Beban Angin

    Gambar F-3 Pembebanan Angin Pada Struktur Dinding Melintang

    1. Penghitungan Besar Pembebanan

    Gambar F-3 menunjukkan pembebanan dengan beban angin (W) pada gird horizontal di struktur

    dinding belakang bangunan, dan pengalihannya menjadi beban pada gird vertikal. Beban ini

    bekerja terhadap sumbu minor (sumbu y) penampang gird horizontal. Terpaan angin pada dinding

    belakang mengakibatkan beban pada daerah tertentu di dinding, yang kemudian

    menyumbangkannya ke gird gird. Gambar F-3(a) menunjukkan daerah terpaan angin pada

    dinding melintang yang menyumbangkan beban, masing masing ke gird GH1, GH2, GH3, dan

    GH4. Daerah daerah seperti ini disebut tributaris.

    Tributaris ke GH4 terdiri atas satu segitiga dan satu trapesium, sedangkan tributaris ke GH1, GH2,

    GH3 terdiri atas dua trapesium. Observasi atas gambar tersebut menunjukkan bahwa tributaris ke

    gird GH1, GH2, GH3, lebih besar dari GH4, dengan demikian, mewakili keempat gird dalam

    penghitungan besar pembebanan. Gambar F-4(a) menunjukkan rinci daerah tributaris ke GH1.

    5.00 m

    5.00 m

    5.00 m

    4.30 m

    0.72 m

    15.02 m

    (a)

    R2GH

    R2GH R2GH

    R2GH

    2x R2GH

    2x R2GH

    5.00 m

    R2GH

    R2GH

    2x R2GH

    2x R2GH

    (b) (c)

    R2GH

    R2GH

  • TUGAS Struktur Baja-2 Semester Genap 2013-2014 Kelompok : III (TIGA)

    Halaman: dari halaman

    Format T-1

    Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Sains dan Teknik, Universitas Nusa Cendana, KUPANG

    Gambar F-4. Rinci Daerah Tributaris Beban Angin dan Konversinya Menjadi Beban

    Merata Ekivalen pada Gird Horizontal GH1

    Beban gaya angin (Qw) yang diterima daerah daerah tributaris adalah:

    0,9 (40) = 36 kg/m2 = 360 N/m

    2 ; [PPIUG 1983 butir 4.2.(2) dan Tabel 4.3.(1)a]

    Untuk kepentingan penghitungan pembebanan dan analisa struktur, gaya angin ini hendak

    diekivalenkan menjadi beban merata linear (Gambar F-4(b). Beban merata yang berasal dari

    tributaris trapesium 1 disebut Wy-trapesium1 dan beban merata yang berasal dari tributaris

    trapezium 2 disebut Wy-trapesium2. Besar masing masing beban merata ekivalen adalah:

    ( )

    ( )

    ( )

    ( )

    ( ) ( )

    ( )

    (a) (b) (c) (d)

    5.00 m 5.00 m 5.00 m 5.00 m

    daerah tributaris

    trapesium 1

    daerah tributaris

    trapesium 2

    Wy trapesium 1

    Wy trapesium 2

    Wy Qy

    1.25 m

    1.25 m

    1.50 m 2.00 m 1.50 m

  • TUGAS Struktur Baja-2 Semester Genap 2013-2014 Kelompok : III (TIGA)

    Halaman: dari halaman

    Format T-1

    Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Sains dan Teknik, Universitas Nusa Cendana, KUPANG

    ( )

    ( )

    ( )

    ( )

    ( ) ( )

    ( )

    Beban merata seluruh akibat beban angin yang bekerja pada gird (Wy) dalam Gambar F-3(c)

    adalah :

    Wy-trapesium 1 + Wy-trapesium 2 = 1231.2 + 1231.2 = 2462.40 N/m

    Wy = 2462.40 /1000 = 2.46 N/mm

    Berdasarkan Wy ini, beban lentur rencana terhadap sumbu y penampang gird (Qy) ditentukan

    menurut kombinasi pembebanan yang dianjurkan persamaan (6.2-1 s/d 6.2-6) SNI-2002:

    1. Persamaan (6.2-4): 1,2D + 1,3Wy + 0,5(La atau H)

    Qy = 1.2 (0) + 1.3 (2.46) + 0.5 (0)

    = 3.20 N/mm

    Kombinasi yang lain tidak diperhatikan karena tidak relevan dengan pembebanan Qy, atau

    memberikan hasil hitung yang lebih kecil daripada Qy. Beban lentur rencana terhadap

    sumbu y penampang gird (Qy) dalam Gambar F6-3(d) dengan demikian, adalah:3.20 N/mm

    2. Analisa Struktur untuk Memperoleh Beban Rencana

    Momen Rencana (Muy) dapat dihitung sebagai:

    1 QyL2 =

    1 (3.20) x (5000)

    2 = 1.00 x 10

    7 Nmm

    8 8

    Gaya geser rencana (Vuy) dapat dihitung sebagai :

  • TUGAS Struktur Baja-2 Semester Genap 2013-2014 Kelompok : III (TIGA)

    Halaman: dari halaman

    Format T-1

    Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Sains dan Teknik, Universitas Nusa Cendana, KUPANG

    1 QyL = 1

    (3.20) x (5000) = 8000 N 2 2

    Gaya geser ini membebani gird vertikal sebagai beban terpusat R2 GH pada titik sambung

    dengan gird horizontal seperti yang ditunjukkan dalam Gambar F-3(b) dan (c).

    6.4 Analisa terhadap Limit-State

    Hasil analisa struktur di atas menyatakan bahwa gird horizontal dibebani lentur terhadap sumbu x dan

    y penampangnya, geser. Gird, dengan demikian, adalah komponen terkombinasi geser-lentur. Profil

    usulan untuknya akan dianalisa terhadap persamaan kombinasi geser-lentur. Karena lendutan juga

    merupakan limit state dalam desain ini, profil usulan juga akan dianalisa terhadap limit-state lendutan.

    6.4.1 Terhadap Persamaan Kombinasi Geser-Lentur: [SNI 03 1729 2002 butir 8.4.3]

    375,1625,0 n

    u

    ny

    uy

    nx

    ux

    V

    V

    M

    M

    M

    M

    1. Analisa untuk Memperoleh Beban Rencana Mux, Muy dan Vu

    Analisa untuk maksud ini telah dilakukan di bagian 6.3 dan memberikan besar beban

    beban rencana yang dapat ditentukan sebagai berikut:

    Mux = 5.45 x 107

    Nmm; dan

    Muy = 4.36 x 104

    Nmm

    ( )

    = 443227.87 N

    2. Analisa untuk Memperoleh Tahanan Tahanan Rencana Mnx, Mny dan Vn.

    9,0 ; [SNI 2002: pers. (8.1-1) dan Tabel 6.4-2]

    );;(min xltbxbcklyxnx MMMM ;[SNI 2002: pers. (8.1-1)]

    xyyx SfM ; [SNI 2002: butir 8.2.1]

    Sx = 8.95 x 105mm [Tabel 5-1]

    Myx = 400 x 8.95 x 105 = 3.58 x 10

    8

    Mbckl-x bergantung kepada kekompakan dan kelangsingan penampang diketahui dengan

    membandingkan faktor-faktor kelangsingan (, p, dan r) ; [SNI 2002 butir 8.2]

    =max (x; y)

    x = Lx / ix = (5000/149.1) = 33.53

    y = Ly / iy = (5000/37.8) = 132.28

  • TUGAS Struktur Baja-2 Semester Genap 2013-2014 Kelompok : III (TIGA)

    Halaman: dari halaman

    Format T-1

    Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Sains dan Teknik, Universitas Nusa Cendana, KUPANG

    = max (33.53; 132.28) = 132.28

    yp

    f

    E76.1 ; [SNI-2002: pers. (8.4-4.a), karena faktor kelangsingan untuk

    komponen struktur ini dihitung berdasarkan panjang bentang]

    yr

    f

    E40.4 ; [SNI-2002: pers. (8.4-4.b), karena factor kelangsingan untuk

    komponen struktur ini dihitung berdasarkan panjang bentang]

    r 98.39 132.28

    Maka penampang adalah penampang langsing dan Mbckl-x dihitung menurut persamaan :

    Mn = Mr (r / )2

    Mr = Sx (fy fr) ; [SNI 2002: butir 8.2.1.c]

    fr bergantung kepada metoda manufaktur profil baja ; [SNI 2002: Tabel 7.5-1].

    Karena profil WF umumnya dimanufaktur dengan cara hot-rolled maka:

    fr = 70 Mpa

    Mr = 8.95 x 105 x (400-70) = 2.95 x 10

    8 Nmm

    Mbckl-x = 2.95 x 108 x (98.39 /132.28)

    2

    = 1.63 x 108 Nmm

    Mltb-x bergantung pada apakah bentang komponen tergolong pendek, menengah atau

    panjang, yang dapat diketahui dari membandingkan L, Lp dan Lr satu terhadap yang lain;

    [SNI 2002: butir 8.3].

    L = 5000 mm

    Ly = 5000 mm

    fy

    ErL yp 76,1 ; [SNI 2002: Tabel 8.3-2]

    ry = iy = 37.8 mm (Tabel 6-1)

    Lp = 1.76 x 37.8 x (200000/400)0.5

    = 2030.71 mm

    2

    21 11 L

    L

    yr fXf

    XrL

  • TUGAS Struktur Baja-2 Semester Genap 2013-2014 Kelompok : III (TIGA)

    Halaman: dari halaman

    Format T-1

    Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Sains dan Teknik, Universitas Nusa Cendana, KUPANG

    ry = iy = 37.8 mm (Tabel 6-1)

    21

    EGJA

    SX

    S = Sx = 8.95 x 105mm

    E = 200000MPa

    G = 80000 MPa

    J = 1/3 (2Bt3 + Hd

    3) = 1/3 (2 x 172(13.03)

    3 + 359(7.95)

    3) = 3.14 x 10

    5 mm

    4

    A = 7210 mm2

    fL = fy - fr

    = 400 - 70 = 330 MPa

    (

    )

    konstanta pilin untuk penampang I

    Iy = 1.02 x 107 mm

    4

    Iw = (3592 x 1.02 x 10

    7)/4

    = 3.29 x 1011

    mm6

    (

    )

    (

    5000 3415.47 ; L Lr ; Bentang komponen tergolong bentang panjang, maka Mltb

    dihitung menurut persamaan :

    3.23435.2

    5.12

    max

    max

    2

    CBA

    b

    wyybcr

    pcrxltb

    MMMM

    MC

    IIL

    EJGIE

    LCM

    MMM

    Mmaks = Mux = 5.45 x 107

    Nmm

    MA = Vux (1.25) (Qx x (1.252/2))

    = 4.36 x 104 (1.25) (17.43 x 0.78)

    = 5. 45 x 104 Nmm

    MB = Mmaks = 5.44 x 107 Nmm

  • TUGAS Struktur Baja-2 Semester Genap 2013-2014 Kelompok : III (TIGA)

    Halaman: dari halaman

    Format T-1

    Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Sains dan Teknik, Universitas Nusa Cendana, KUPANG

    MC = MA = 5.45 x 104 Nmm

    ( )

    ( ) ( ) ( ) ( )

    Cb = 1.92 2,3

    Mp

    = Min (fyZx ; 1.5Myx)

    fyZx = fy (1.18 x Sx) = 400 (1.18 x 8.95 x 105) = 4.22 x 10

    8 Nmm

    1.5Myx = 1.5 (3.58 x 108) = 5.37 x 10

    8 Nmm

    Mp = Min (fyZx ; 1.5Myx) = Min (4.22 x 108; 5.37 x 10

    8) = 4.22 x 10

    8 Nmm

    Mltb-x =

    ( ) ( )

    = 2.74 x 108 Nmm

    4.22 x 108 Nmm

    Mltb-x Mp ... Mltb-x

    = 2.74 x 10

    8 Nmm

    Mnx = min (Myx ; Mbckl-x ; Mltb-x)

    Mnx = min (3.58 x 108; 1.63 x 10

    8; 2.74 x 10

    8)

    = 1.63 x 108

    Nmm

    Mny = min (Myy ; Mbckl-y ; Mltb-y) ; [SNI-2002 pers 8.1-1]

    Myy = fy. Sy = 400 x (1.20 x 105) = 4.78 x 10

    7 Nmm

    Mbckl-y bergantung kepada kepada kekompakan dan kelangsingan penampang, yang dapat

    diketahui dengan membandingkan faktor faktor kelangsingan (, p, dan r) satu

    terhadap yang lain ; [SNI-2002 butir 8.2].

    = max (x ; y)

    x = Lx / ix = (5000/149.1) = 33.53

    y = Lx / iy = (3000/37.8) = 132.28

    = max (33.53; 132.28) = 132.28

    y

    pf

    E76,1 ; [SNI-2002: pers. (8.4-4.a), karena factor kelangsingan untuk komponen

    struktur ini dihitung berdasarkan panjang bentang, seperti yang telah

    dilakukan di atas]

    p = 1,76 x (200000/400)0.5

    = 39.35

    y

    rf

    E40,4 ; [SNI-2002: pers. (8.4-4.b), karena factor kelangsingan untuk komponen

    struktur ini dihitung berdasarkan panjang bentang, seperti yang telah

    dilakukan di atas]

  • TUGAS Struktur Baja-2 Semester Genap 2013-2014 Kelompok : III (TIGA)

    Halaman: dari halaman

    Format T-1

    Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Sains dan Teknik, Universitas Nusa Cendana, KUPANG

    r = 4,40 x (200000/400)0.5

    = 98.39

    98.39 132.28 r , maka penampang adalah penampang langsing dan Mbckl-y

    dihitung menurut persamaan :

    2)/( rrybckl MM ; [SNI -2002: butir 8.2-1.c]

    Mr = Sy (fy fr)

    fr bergantung kepada metoda manufaktur profil baja ; [SNI 2002: Tabel 7.5-1].

    Karena profil WF umumnya dimanufaktur dengan cara hot-rolled maka:

    fr = 70 Mpa

    Mr = 1.20 x 105x (400-70) = 3.96 x 10

    7 Nmm

    Mbckl-y = 3.96 x 107 (98.39/132.28)2

    = 3.96 x 107 Nmm

    Mltb-y bergantung pada apakah bentang komponen tergolong pendek, menengah atau

    panjang, yang dapat diketahui dari membandingkan L, Lp dan Lr satu terhadap yang lain;

    [SNI 2002: butir 8.3].

    L = 5000

    Ly = 5000

    fy

    ErL yp 76,1 ; [SNI 2002: Tabel 8.3-2]

    ry = iy = 37.8 mm (Tabel F-1)

    2

    21 11 LL

    yr fXf

    XrL

    ry = iy = 37.8 mm (Tabel F-1)

    21

    EGJA

    SX

    S = Sy = 1.20 x 105

    mm

    E = 200000MPa

    G = 80000 MPa

    ;23

    1 33 HdBtJ

    J = 1/3 (2 x 99(3)3 + 198(4.5)

    3)

    J = 3.14 x 105 mm

    4

  • TUGAS Struktur Baja-2 Semester Genap 2013-2014 Kelompok : III (TIGA)

    Halaman: dari halaman

    Format T-1

    Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Sains dan Teknik, Universitas Nusa Cendana, KUPANG

    A = 7210 mm2

    ( )

    fL = fy - fr

    = 400 - 70 = 330 MPa

    (

    )

    konstanta pilin untuk penampang I

    H = 359 mm

    Iy = 1.02 x 107 mm

    4

    Iw = (3592 x 1.02 x 10

    7)/4

    = 3.29 x 1011

    mm6

    (

    )

    (

    1487.61 5000 < 18638.78 ; Lp L Lr ; Bentang komponen tergolong bentang

    menengah, maka

    * ( )( )

    ( )+

    Mp

    = Min (fyZy ; 1.5Myy)

    fyZy = fy (1.18 x Sy) = 400 (1.18 x 1.20 x 105) = 5.66 x 10

    7 Nmm

    1.5Myy = 1.5 (4.78 x 107) = 7.17 x 10

    7 Nmm

    Mp = Min (fyZy ; 1.5Myy) = Min (5.66 x 107; 7.17 x 10

    7) = 5.66 x 10

    7Nmm

    ( )

    ( ) ( ) ( ) ( )

    Mmaks = Muy = 1.00 x 107

    Nmm

    MA = Vuy (1.25) (Qy x (1.252/2))

    = 8000 (1.25) (17.43 x 0.78)

    = 9997.5 Nmm

    MB = Mmaks = 1.00 x 107 Nmm

    MC = MA = 9997.5 Nmm

    ( )

    ( ) ( ) ( ) ( )

  • TUGAS Struktur Baja-2 Semester Genap 2013-2014 Kelompok : III (TIGA)

    Halaman: dari halaman

    Format T-1

    Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Sains dan Teknik, Universitas Nusa Cendana, KUPANG

    Cb = 2.08 2.3

    * ( )( )

    ( )+

    Mltb-y = Mn = 1.02 x 108Nmm

    Mny = min (4.78 x 107; 3.96 x 10

    7; 1.02 x 10

    8)

    = 3.96 x 107

    Nmm

    Vn = 0.9 ; [SNI - 2002: pers. (8.8-1) dan Tabel 6.4-2]

    Vn ; bergantung pada perbandingan tinggi (h) terhadap tebal pelat (tw); [SNI - 2002: butir

    8.8].

    h = H-2t

    H = 359 mm [Tabel F-1]

    t = 13.03 mm

    h = 359 2(13.03)

    = 332.94 mm

    tw = d = 7.95 mm [Tabel F-1]

    h / tw = 332.94 / 7.95 = 41.88 mm

    ( )

    a = 5000 mm

    kn = 5 + (5 / (5000/332.94)2)

    = 5.02

    = 1,10 x ((5.02 x 200000)/400)0.5

    = 55.12

    = 1.37 x ((5.02 x 200000)/400)0.5

    = 68.65

    Ini memberikan:

    41.88 < 55.12 maka

    Vn = 0,6 fy Aw ; [SNI 2002:butir 8.8.3]

    Aw = (H-2t)d

    =(332.94 x 7.95) = 2646.87 mm2

  • TUGAS Struktur Baja-2 Semester Genap 2013-2014 Kelompok : III (TIGA)

    Halaman: dari halaman

    Format T-1

    Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Sains dan Teknik, Universitas Nusa Cendana, KUPANG

    Vn = 0.6 x 400 x 2646.87 = 6.35 x 105 N

    Tahanan tahanan rencana, dengan demikian, adalah:

    Mnx = 0.9 x (1.63 x 108) = 1.47 x 10

    8 Nmm;

    Mny = 0.9 x (3.96 x 107) = 3.56 x 10

    7 Nmm;

    Vn = 0.9 x 6.35 x 105 = 5.72 x 10

    5 N

    3. Analisa untuk Mencaritahu Keterpenuhan terhadap Persamaan Kombinasi Geser-Lentur

    Persamaan kombinasi geser-lentur:

    375,1625,0 n

    u

    ny

    uy

    nx

    ux

    V

    V

    M

    M

    M

    M

    Mux +

    Muy + 0,625

    Vu 1,375

    Mnx Mny Vn

    5.45 x 107

    + 1.00 x 10

    7

    + 0.625 4.43 x 10

    4

    = 0.700 1.47 x 10

    8 3.56 x 10

    7 5.72 x 10

    5

    0.700 1.375

    Profil usulan 1 memenuhi persamaan interaksi aksial momen dengan rasio kepenuhan

    = 0.700

    x 100% = 50.91 % 1.375

    6.4.2 Terhadap Limit State Lendutan:

  • TUGAS Struktur Baja-2 Semester Genap 2013-2014 Kelompok : III (TIGA)

    Halaman: dari halaman

    Format T-1

    Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Sains dan Teknik, Universitas Nusa Cendana, KUPANG

    = 10.31

    x 100% = 74.22 % 13.89

    6.5 Hasil Desain

    Profil usulan pertama memenuhi semua limit-state(s) yang ditinjau maka profil cukup kuat. Di

    samping itu,rasio maksimum keterpenuhan limit-state profil usulan pertama adalah:

    max (50.91 % ; 74.22 %) = 74.22% > 60% yang menandakan bahwa profil usulan adalah profil

    optimal. Dengan demikian, profil 14 WF 14 x 6-3/4 dapat dipakai untuk gird horizontal pada struktur

    dinding melintang.

  • TUGAS Struktur Baja-2 Semester Genap 2012-2013 Kelompok : XI (Sebelas)

    Halaman: dari halaman

    Format T-1

    Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Sains dan Teknik, Universitas Nusa Cendana, KUPANG

    7. DESAIN GIRD VERTIKAL PADA STRUKTUR DINDING MELINTANG

    7.1 Data

    Data yang relevan untuk desain gird vertikal pada struktur dinding melintang adalah:

    1. Bentang gird 14.30 m = 14300 mm;

    2. Jarak maksimum sokongan lateral 4.30 m = 4300 mm;

    7.2 Profil Usulan I

    Profil usulan pertama adalah WF 300 x 200 x 8 x 12 mm. Tabel 7-1 menampilkan data

    dimensional penampang profil ini.

    Tabel 7-1. Data Dimensional Penampang Profil Usulan 1

    12WF 12 x 12 (157.7 kg/m') Kekuatan Material : fy = 400 Mpa

    B H t d r A Ix Iy ix iy Sx Sy

    (mm) (mm) (mm) (mm) (mm) (mm2) (mm

    4) (mm

    4) (mm) (mm) (mm

    3) (mm

    3)

    311 327 25.04 15.75 15.2 20120 3.78 x

    108

    1.25 x

    108

    137.8 79 2.37 x

    106

    8.06 x

    105

    Gird No. 1

    Gird No. 2

    Gird No. 3

    Gird No. 6

    Gird No. 5

    Gird No. 4

    14.30 m

    4.30 m

    5.00 m 5.00 m 5.00 m 5.00 m5.00 m 5.00 m 5.00 m

    5.00 m

    5.00 m

    4.30 m

    0.72 m

  • TUGAS Struktur Baja-2 Semester Genap 2012-2013 Kelompok : XI (Sebelas)

    Halaman: dari halaman

    Format T-1

    Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Sains dan Teknik, Universitas Nusa Cendana, KUPANG

    7.3 Pembebanan

    Gird vertikal (GV) pada struktur dinding melintang dibebani melalui dua cara yaitu pembebanan aksial

    dan pembebanan lentur. Penghitungan pembebanan gird vertikal akan dilakukan sebagai terbagi ke

    dalam kedua cara pembebanan ini.

    7.3.1 Pembebanan Aksial

    Beban aksial pada GV disumbangkan/diinduksi oleh GH sebagai reaksi perletakkan R1GH akibat

    pembebanan D (dipaparkan di akhir bagian 6.3.1 dan diterangkan Gambar 6-1 (c) dan (d)). Besar beban

    ini telah dihitung di bagian 6.3.1 yaitu 43600 N. Beban ini adalah gaya terpusat dan membebani GV

    sebagai beban aksial. Karena disumbangkan oleh GH, beban ini beraplikasi di titik-titik sambungan GH

    dan GV. Karena di setiap titik sambungan terdapat dua ujung GH yaitu GH di kiri dan kanan GV, maka

    pada setiap titik tersebut bekerja 2 x R1GH, sehingga besar beban aksial pada GV di setiap titik aplikasi

    adalah:

    2(43600) = 87200 N

    Pembebanan aksial pada GV ini ditunjukan ulang dalam Gambar 7-2(a)

    7.3.2 Pembebanan Lentur

    GV menerima beban lentur dari dua sumber yaitu dari GH dan dari dinding belakang bangunan.

    Beban lentur yang disumbangkan GH adalah R2GH, yang diterangkan Gambar 6-2(b) dan (c), dan

    dipaparkan dan dihitung besarnya di akhir bagian 6.3.2. Besar R2GH adalah 8000 N. Sama seperti

    pembebanan aksial, beban ini beraplikasi di titik sambung GH dengan GV dan di setiap titik

    tersebut bekerja 2 x R2GH, sehingga besar beban ini adalah:

    2(8000) = 16000 N.

    Berdasarkan orientasi profil GV (diterangkan dalam gambar Gambar 6-1(a)), beban ini

    membebani profil pada sumbu x penampangnya. Titik tanggap dan orientasi beban ini

    ditunjukkan ulang dalam Gambar 7-1(b). Selain itu, beban lentur pada GV juga disumbangkan

    dinding belakang bangunan. Beban yang disumbangkan dinding belakang ke GV adalah beban

    akibat terpaan angin pada tributaris - tributaris ke GV di dinding belakang bangunan. Gambar 7-

    1(a) menunjukkan tributaris tributaris ini.

  • TUGAS Struktur Baja-2 Semester Genap 2012-2013 Kelompok : XI (Sebelas)

    Halaman: dari halaman

    Format T-1

    Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Sains dan Teknik, Universitas Nusa Cendana, KUPANG

    Gambar 7-1. Pembebanan Lentur pada Grid Vertikal Menunjukkan Tributaris Beban Angin

    dan Pengalihannya Menjadi Beban Merata Linier

    Terdapat tiga tributaris ke GV, yaitu 1 tributaris trapezium: x-t, serta empat tributaris segitiga:

    x-s1, x-s2, x-s3, x-s4

    Beban merata linear yang ekivalen dengan tributaries x-t adalah:

    Wx-t = 22

    14 ..

    L

    LXQw

    Qw = 360 N/m2

    13.1627.0)81.0)(03.4()30.4)(28.2(2..2

    27.003.430.4

    81.0)3/03.4()2/30.4()3/()2/(

    28.2)2/03.4(30.4)2/(

    321214

    123

    122

    121

    XXLLXX

    LLX

    LLX

    LLX

    Wx-t = (360)(16.13)(4.03/(4.302)) = 1265.64 N/m

    2x R2GH

    2x R2GH

    2x R2GH

    2x R2GH

    2.50 m

    2.50 m

    2.50 m

    2.50 m

    4.30 m

    Qx

    -1Q

    x-2

    Qx

    -3Q

    x-4

    Qx

    -5

    (a) (b) (c)

    1.25 m

    1.25 m

    1.25 m

    1.25 m

    1.26 m

    1.24 m

    1.25 m

    1.25 m

    2.15 m

    0.27 m

    1.88 m

    2x R2GH

    2x R2GH

    2x R2GH

    2x R2GH

    2.50 m

    2.50 m

    2.50 m

    2.50 m

    4.30 m

    2 x

    Wx -

    s1

    2 x

    Wx -

    s2

    2 x

    Wx -

    s3

    2 x

    Wx -

    s4

    2 x

    Wx -

    t

  • TUGAS Struktur Baja-2 Semester Genap 2012-2013 Kelompok : XI (Sebelas)

    Halaman: dari halaman

    Format T-1

    Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Sains dan Teknik, Universitas Nusa Cendana, KUPANG

    Terdapat dua tributaries x-t, masing-masing dari kiri dan kanan GV maka besar beban merata

    ekivalen untuk tributaries ini adalah:

    2Wx-t1 = 2(1265.64) = 2531.27 N/m

    = 2531.27/1000 = 2.53 N/mm

    Beban merata linear yang ekivalen dengan tributaries x-s adalah:

    Wx-s1 = 1.3/1 LQw = 300)5.2()360(3/1 N/m

    Terdapat dua tributaries x-s, masing-masing dari kiri dan kanan GV maka besar beban merata

    ekivalen untuk tributaries ini adalah:

    2Wx-s = 2(360) = 720N/m

    = 720/1000 = 0.72 N/mm

    Beban merata linear yang ekivalen dengan tributaries x-t2 adalah:

    Wx-t2 = 22

    14 ..

    L

    LXQw

    00.161)00.1)(3()4)(5.2(2..2

    00.134

    00.1)3/3()2/4()3/()2/(

    5.2)2/3(4)2/(

    321214

    123

    122

    121

    XXLLXX

    LLX

    LLX

    LLX

    Beban merata linier yang ekivalen dengan triutaris x-t2 adalah :

    Wx-t2 = (360)(16.00)(3/(42)) = 1080 N/m

    Terdapat dua tributaries x-t2, masing-masing dari kiri dan kanan GV maka besar beban merata

    ekivalen untuk tributaries ini adalah:

    2Wx-t2 = 2(1080) = 2160 N/m

    = 2160/1000 = 2.16 N/mm

    Sama seperti beban-beban R2GH, beban-beban lentur ini juga membebani GV terhadap sumbu x

    penampangnya.

  • TUGAS Struktur Baja-2 Semester Genap 2012-2013 Kelompok : XI (Sebelas)

    Halaman: dari halaman

    Format T-1

    Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Sains dan Teknik, Universitas Nusa Cendana, KUPANG

    Gambar 7-2. Super