Desain Antenna Sierra
-
Upload
agung-prayogi -
Category
Documents
-
view
455 -
download
22
description
Transcript of Desain Antenna Sierra
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Seiring dengan perkembangan zaman modern, teknologi semakin berkembang
dengan pesatnya salah satunya teknologi telekomunikasi yaitu proses modulasi.
Diantaranya ada 2 macam proses modulasi yakni Modulasi Amplitdo (AM) dan
Modulasi Frekuensi (FM). Modulasi FM memiliki keuntungan memiliki beberapa
keuntungan dibandingan modulasi AM seperti bebas pengaruh gangguan udara,
memiliki bandwidth yang lebih lebar, dan juga memiliki fidelitas yang tinggi.
Untuk dapat mentrasmisikan sinyal yang akan dimodulasi FM dibutuhkan sebuah
pemancar FM. Tujuan dari pemancar FM adalah untuk merubah satu atau lebih
sinyal input yang berupa frekuensi audio (AF) menjadi gelombang termodulasi
dalam sinyal RF (Radio Frekuensi) yang dimaksudkan sebagai output daya yang
kemudian diumpankan ke sistem antena untuk dipancarkan. Dalam bentuk
sederhana dapat dipisahkan atas modulator FM dan sebuah power amplifier RF
dalam satu unit. Pada proses pengiriman dan penerimaan sinyal informasi,
diperlukan suatu alat yang dapat merubah sinyal gelombang mikro terbimbing
pada saluran transmisi menjadi sinyal gelombang mikro diudara bebas dan
sebaliknya. Alat seperti ini lazimnya disebut dengan antena. Terdapat berbagai
jenis antena dengan berbagai dimensi yang berbeda. Setiap dimensi antena yang
berbeda memancarkan atau meradiasikan sinyal dengan kekuatan yang berbeda
pada tiap arahnya. Prinsip ini dikenal dengan istilah pola radiasi atau pattern.
Pada komunikasi untuk pemancar FM diperlukan antena yang mempunyai
pola radiasi omni directional (melingkar atau elips). Salah satu antena yang dapat
digunakan dalam situasi ini adalah Antena Sierra. Implementasi dan desain
Antena Sierra dapat dijadikan alternatif antena yang digunakan dalam pemancar
FM stereo
2
Antena Sierra mempunyai spesifikasi sebagai berikut :
Antena Sierra mampu bekerja pada frekuensi kerja modulasi FM yakni
87,5 – 108 MHz
Antena Sierra mempunyai pola radiasi omni direksional
Antena Sierra mempunyai penguatan (gain) maksimum sebesar kurang
lebih 1,5 dB ( apabila λ/2 )
Impedansi dari Antena Sierra adalah sebesar 50 Ω
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka rumusan masalah yang
dibahas dalam laporan akhir ini lebih ditekankan pada hal-hal sebagai berikut
1) Bagaimana perencanaan Antena Sierra Dua Tingkat yang bekerja pada
frekuensi kerja modulasi FM (88 MHz-108 MHz)?
2) Bagaimana pengaruh Antena Sierra Dua Tingkat sebagai pemancar FM
stereo?
3) Bagaimana parameter (Polarisasi, Direktivitas, Gain, Pola radiasi, Return
Loss, dan VSWR) yang dihasilkan oleh Antena Sierra Dua Tingkat ?
1.3 Batasan Masalah
Batasan masalah untuk pembuatan laporan akhir adalah sebagai berikut :
1) Perancangan Antena Sierra Dua Tingkat berdasarkan pada teori dan
perhitugan.
2) Simulasi antena berdasarkan perancangan Antena Sierra Dua Tingkat
dengan menggunakan software Antena Magus Professional dan FEKO.
3) Analisis pengukuran parameter dari Antena Sierra Dua Tingkat sebagai
pemancar FM stereo dengan frekuensi kerja 87,5 – 108 MHz.
1.4 Tujuan
Tujuan dari pembuatan Antena Sierra Dua Tingkat adalah :
1) Untuk mengetahui cara merancang dan menganalisis Antena Sierra
Dua Tingkat sebagai pemancar FM stereo.
3
2) Untuk mengetahui cara simulasi antena dengan menggunakan software
simulasi Antena Magus dan FEKO.
3) Untuk mengetahui dimensi antena dan parameter yang dimiliki oleh
Antena Sierra Dua Tingkat.
4) Untuk mengetahui seperti apa performa Antena Sierra Dua Tingkat
jika digunakan sebagai pemancar FM stereo.
1.5 Sistematika Penulisan
Sistem penulisan serta pembahasan Laporan Akhir ini adalah sebagai
berikut:
BAB I. PENDAHULUAN
Bab ini mengemukakan tentang latar belakang, rumusan masalah,
tujuan, batasan masalah, dan sistematika pembahasan.
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA
Bab ini menjelaskan tentang masalah yang akan dibahas, contoh
hasilkarya yang sama peneliti pendahulu dan landasan teori yang
mendasari pembuatan Laporan Akhir
BAB III. PERANCANAAN
Bab ini membahas tentang perencanaan pembuatan alat tiap blok
dari system dan jika diprlukan juga perencanaan pembuatan program
(software) dadi system serta rencana waktu penyelesaian (time scadule)
4
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1.Pengertian Antena
Antena merupakan instrumen yang penting dalam suatu sistem komunikasi
radio. Antena adalah suatu media peralihan antara ruang bebas dengan piranti
pemandu (dapat berupa kabel koaksial atau pemandu gelombang/Waveguide)
yang digunakan untuk menggerakkan energi elektromagnetik dari sumber
pemancar ke antena atau dari antena ke penerima. Berdasarkan hal ini maka
antena dibedakan menjadi antena pemancar dan antena penerima
(Balanis,1982 :17). dalam perancangan suatu antena, ada beberapa parameter
yang harus diperhatikan yaitu :
a. Pola radiasi i. Beam
b. Radiasi power density j. Bandwidth
c. Intensitas radiasi k. Polarisasi
d. Beamwidth l. Impedansi input
e. Directivity m. Efisiensi radiasi antena
f. Efisiensi antena n. Return loss
g. Gain o. VSWR
h. Faktor pantulan
Namun dari parameter-parameter tersebut tidak semua ada pada antena
yang sesungguhnya. Berikut merupakan parameter yang sering muncul
sebagai spesifikasi antena :
2.2.Parameter-parameter antena
2.2.1. Pola Radiasi (Radiation Pattern)
Pola radiasi suatu antena didefinisikan sebagai Gambaran secara
grafik dari sifat-sifat radiasi suatu antena sebagai fungsi koordinat ruang.
Dalam banyak keadaan, pola radiasi ditentukan pada pola daerah medan
5
jauh dan digambarkan sebagai fungsi koordinat-koordinat arah sepanjang
radius konstan, dan digambarkan pada koordinat ruang. Sifat-sifat radiasi
ini mencakup intensitas radiasi, kekuatan medan (field strenght) dan
polarisasi (Balanis, 1982: 17). Sedangkan untuk pola radiasi antena
microstrip mempunyai fenomena yang sama dengan pola radiasi antena
konvensional.
Koordinat – koordinat yang sesuai ditunjukkan pada Gambar 2.1.
Jejak daya yang diterima pada radius tetap disebut pola daya. Sedangkan
grafik variasi ruang medan listrik dan medan magnet sepanjang radius
tetap disebut pola medan.
Gambar 2.1 Pola Radiasi
Sumber: Balanis, 2005: 30
Lebar berkas ½ daya (half power beamwidth / HPBW) adalah lebar
sudut pada 3 dB dibawah maksimum. Untuk menyatakan lebar berkas
biasanya dalam satuan derajat. Pada gambar 2.1 tampak pola radiasi yang
terdiri dari lobe-lobe radiasi yang meliputi main lobe dan minor lobe (side
lobe). Main lobe adalah lobe radiasi yang mempunyai arah radiasi
maksimum. Sedangkan minor lobe adalah radiasi pada arah lain yang
sebenarnya tidak diinginkan (Stutzman, 1981: 29). Pola radiasi antena
dapat dihitung dengan perbandingan antara daya pada sudut nol derajat
6
(radiasi daya maksimum) dengan daya pada sudut tertentu. Maka pola
radiasi (P) dinyatakan (Balanis, 2005: 31) :
)(log10)( dBP
PdBP
T
o (2.1)
To PPdBP log10log10)( (2.2)
dengan :
P = intensitas radiasi antena pada sudut tertentu (dB)
Po = daya yang diterima antena pada sudut 0o (watt)
PT = daya yang diterima antena pada sudut tertentu (watt)
2.2.2. Keterarahan
Keterarahan dari suatu antena didefinisikan sebagai perbandingan
antara intensitas radiasi maksimum dengan intensitas radiasi dari antena
referensi isotropis. Keterarahan dari sumber non-isotropis adalah sama
dengan perbandingan intensitas radiasi maksimumnya di atas sebuah
sumber isotropis (Balanis, 1982: 29). Keterarahan pada antena secara
umum dinyatakan dari persamaan di bawah ini (Balanis, 1982: 494):
rad
oP
UD max4
log10
(2.3)
dengan :
Do = directivity (dB)
Umax = intensitas radiasi maksimum (watt)
Prad = daya radiasi total (watt)
Nilai keterarahan sebuah antena dapat diketahui dari pola radiasi
antena tersebut, semakin sempit main lobe maka keterarahannya semakin
baik dibanding main lobe yang lebih lebar. Nilai keterarahan jika dilihat
dari pola radiasi sebuah antena adalah sebagai berikut (Balanis, 1982 : 20)
HPHP
D
.
1804
log10
2
0
(2.4)
7
HPHP
D .
96125.41252log100
(2.5)
dengan :
DdB = keterarahan (directivuty) (dB)
HP = lebar berkas setengah daya pada pola radiasi horisontal ( 0 )
HP = lebar berkas setengah daya pada pola radiasi vertikal ( 0 )
Gambar 2.2 Bentuk pola radiasi dalam menghitung nilai directivity
Sumber: Balanis, 2005: 52
2.2.3. Gain (Penguatan)
Penguatan sangat erat hubungannya dengan directivity. Penguatan
mempunyai pengertian perbandingan daya yang dipancarkan oleh antena
tertentu dibandingkan dengan radiator isotropis yang bentuk pola
radiasinya menyerupai bola. Secara fisik suatu radiator isotropis tidak
ada, tapi sering kali digunakan sebagai referensi untuk menyatakan sifat –
sifat kearahan antena.
Penguatan daya antena pada arah tertentu didefinisikan sebagai 4π
kali perbandingan intensitas radiasi dalam arah tersebut dengan daya yang
diterima oleh antena dari pemancar yang terhubung (Balanis, 1982: 43).
8
Apabila arahnya tidak diketahui, penguatan daya biasanya ditentukan
dalam arah radiasi maksimum, dalam persamaan matematik dinyatakan
sebagai (Stutzman, 1981: 37) :
in
m
P
UG
4log10 (dB) (2.6)
dengan :
G = gain antena (dB)
Um = intensitas radiasi antena (watt)
Pin = daya input total yang diterima oleh antena (watt)
Pada pengukuran digunakan metode pembandingan (Gain-
comparison Method) atau gain transfer mode. Prinsip pengukuran ini
adalah dengan menggunakan antena referensi yang biasanya antena dipole
standar yang sudah diketahui nilai gainnya. Prosedur ini memerlukan 2
kali pengukuran yaitu terhadap antena yang diukur dan terhadap antena
referensi. Nilai gain absolut isotropik dinyatakan sebagai (Mufti, 2004 :
34) :
ref
RXrefAUT
W
WdBiGdBiG log10)()(
(2.7)
dengan :
GAUT = Gain antena yang diukur (dBi)
Gref = Gain antena referensi yang sudah diketahui (dBi)
WRX = Daya yang diterima antena yang diukur (dBm)
Wref = Daya yang diterima antena referensi (dBm)
2.2.4. Polarisasi
Polarisasi suatu antena didefinisikan sebagai polarisasi dari
gelombang yang diradiasikan pada saat antena dibangkitkan/dioperasikan.
Dengan kata lain, polarisasi gelombang datang dari arah yang diberikan
yang menghasilkan daya maksimum pada terminal antena. Dalam praktek,
9
polarisasi dari energi yang diradiasikan berubah menurut arah antena,
sehingga dengan pola yang berbeda akan memungkinkan mempunyai
polarisasi yang berbeda pola. Polarisasi antena dibedakan menjadi 3 :
polarisasi linier, polarisasi lingkaran dan polarisasi ellips (Balanis, 1982:
48).
Polarisasi dari gelombang yang teradiasi, merupakan sifat-sifat
gelombang elektromagnetik yang menggambarkan perubahan arah dan
nilai relatif vektor medan listrik sebagai fungsi waktu. Jika vektor yang
dilukiskan pada suatu titik sebagai fungsi dari waktu selalu terarah pada
suatu garis, medan ini dikatakan terpolarisasi linier. Bila jejak medan
listrik berbentuk ellips, maka medan dikatakan terpolarisasi ellips. Suatu
keadaan khusus dari polarisasi ellips adalah polarisasi lingkaran dan
polarisasi linier.
Gambar 2.3 Polarisasi lingkar dan ellips
Sumber: Balanis, 2005: 71
10
Polarisasi isolasi adalah redaman pada antena akibat perubahan
polarisasi, atau perbandingan daya suatu polarisasi antena terhadap daya
polarisasi yang lain pada antena tersebut. Polarisasi isolasi dapat dihitung
dari hasil pengukuran polarisasi antena dengan persamaan :
)(log101
2 dBP
Pa (2.8)
dengan :
a = polarisasi isolasi (dB)
P1 = daya mula-mula (watt)
P2 = daya yang diperlukan jika polarisasi diubah (watt)
2.2.5. Impedansi Masukan
Impedansi masukan adalah impedansi yang ditunjukka antena pada
terminalnya atau perbandingan antara tegangan dan kuat arus pada
terminal antena. Perbandingan tegangan dan kuat arus pada terminal
antena memberikan impedansi masukan yang mempunyai komponen
resistansi masukan dan reaktansi masukan (Balanis,2005:80).
pada terminal-terminal tanpa beban, memberikan impedansi
masukan antena sebesar (Balanis, 1982: 54) :
ZA = RA + jXA (2.9)
dengan :
ZA = impedansi antena (Ω)
RA = resistansi antena (Ω)
XA = reaktansi antena (Ω)
Oleh karena menggunakan saluran microstrip, maka resistansi
antena merupakan resistansi rugi-rugi pada saluran microstrip. Resistansi
rugi-rugi pada antena microstrip sama dengan resistansi rugi-rugi pada
antena konvensional, yaitu terdiri dari rugi konduktor dan rugi radiasi,
yang dinyatakan dengan persamaan berikut :
11
RA = Rr + RS (2.10)
dengan :
Rr = resistansi radiasi (Ω)
RS = resistansi konduktor (Ω)
Resistansi radiasi pada antena penerima adalah suatu resistansi
khayal akibat adanya radiasi pada antena sehingga mengurangi daya yang
disalurkan pada antena penerima sedangkan resistansi konduktor
dipengaruhi oleh konduktifitas bahan yang digunakan.
Impedansi antena juga dapat diketahui dengan mengetahui
koefisien pantul dengan persamaan (Balanis, 1982: 726) :
OA
OA
ZZ
ZZ
(2.11)
dengan :
ZA = impedansi antena (Ω)
ZO = impedansi karakterisitk (Ω)
= koefisien pantul
Koefisien pantul sangat menentukan besarnya VSWR (Voltage
Standing Wave Ratio) antena, karena dengan VSWR ini juga dapat
ditentukan baik buruknya antena, yang dinyatakan oleh persamaan (Kraus,
1988: 833) :
1
1VSWR (2.12)
VSWR adalah pengukuran dasar dari impedansi matching antara
transmitter dan antena. Semakin tinggi nilai VSWR maka semakin besar
pula mismatch, dan semakin minimum VSWR maka antena semakin
matching. Dalam perancangan antena biasanya memiliki nilai impedansi
masukan sebesar 50 Ω atau 75 Ω. Impedansi masukan didefinisikan
sebagai impedansi yang ditunjukkan oleh antena pada terminal-
terminalnya atau perbandingan tegangan terhadap arus pada pasangan
terminalnya (Balanis, 1982: 53). Perbandingan tegangan dan arus
12
Pada terminal-terminal tanpa beban, memberikan impedansi
masukan antena sebesar (Balanis, 1982: 54) :
ZA = RA + jXA (2.13)
dengan :
ZA = impedansi antena (Ω)
RA = resistansi antena (Ω)
XA = reaktansi antena (Ω)
Oleh karena menggunakan saluran microstrip, maka resistansi
antena merupakan resistansi rugi-rugi pada saluran microstrip. Resistansi
rugi-rugi pada antena microstrip sama dengan resistansi rugi-rugi pada
antena konvensional, yaitu terdiri dari rugi konduktor dan rugi radiasi,
yang dinyatakan dengan persamaan berikut :
RA = Rr + RS (2.14)
dengan :
Rr = resistansi radiasi (Ω)
RS = resistansi konduktor (Ω)
Resistansi radiasi pada antena penerima adalah suatu resistansi
khayal akibat adanya radiasi pada antena sehingga mengurangi daya yang
disalurkan pada antena penerima sedangkan resistansi konduktor
dipengaruhi oleh konduktifitas bahan yang digunakan.
Impedansi antena juga dapat diketahui dengan mengetahui
koefisien pantul dengan persamaan (Balanis, 1982: 726) :
OA
OA
ZZ
ZZ
(2.15)
dengan :
ZA = impedansi antena (Ω)
ZO = impedansi karakterisitk (Ω)
= koefisien pantul
13
2.2.6. Return Loss
Return loss adalah salah satu parameter yang digunakan untuk
mengetahui berapa banyak daya yang hilang pada beban dan tidak kembali
sebagai pantulan. RL adalah parameter seperti VSWR yang menentukan
matching antara antena dan transmitter.
Koefisien pantulan (reflection coefficient) adalah perbandingan
antara tegangan pantulan dengan tegangan maju (forward voltage). Antena
yang baik akan mempunyai nilai return loss dibawah -10 dB, yaitu 90%
sinyal dapat diserap, dan 10%-nya terpantulkan kembali. Koefisien pantul
dan return loss didefinisikan sebagai (Punit, 2004: 19) :
i
r
V
V
(2.16)
)(log20 dBRL (2.17)
dengan :
= koefisien pantul
Vr = tegangan gelombang pantul (reflected wave)
Vi = tegangan gelombang maju (incident wave)
RL = return loss (dB)
Untuk matching sempurna antara transmitter dan antena, maka
nilai = 0 dan RL = yang berarti tidak ada daya yang dipantulkan,
sebaliknya jika = 1 dan RL = 0 dB maka semua daya dipantulkan.
2.2.7. Bandwidth (Lebar Pita)
Bandwidth antena didefinisikan sebagai range frekuensi antena
dengan beberapa karakteristik, sesuai dengan standar yang telah
ditentukan. Untuk Broadband antena, lebar bidang dinyatakan sebagai
perbandingan frekuensi operasi atas (upper) dengan frekuensi bawah
(lower). Sedangkan untuk Narrowband antena, maka lebar bidang antena
dinyatakan sebagai persentase dari selisih frekuensi di atas frekuensi
tengah dari lebar bidang (Balanis, 1982: 47).
14
Untuk persamaan bandwidth dalam persen (Bp) atau sebagai
bandwidth rasio (Br) dinyatakan sebagai (Punit, 2004: 22) :
%100
c
lup
f
ffB
(2.18)
2lu
c
fff
(2.19)
l
ur
f
fB
(2.20)
dengan :
Bp = bandwidth dalam persen (%)
Br = bandwidth rasio
fc = frekuensi tengah (Hz)
fu = jangkauan frekuensi atas (Hz)
fl = jangkauan frekuensi bawah (Hz)
2.2.8. Voltage Standing Wave Ratio (VSWR)
Koefisien pantul sangat menentukan besarnya VSWR (Voltage
Standing Wave Ratio) antena, karena dengan VSWR ini juga dapat
ditentukan baik buruknya antena, yang dinyatakan oleh persamaan (Kraus,
1988: 833) :
1
1VSWR
(2.21)
VSWR adalah pengukuran dasar dari impedansi matching antara
transmitter dan antena. Semakin tinggi nilai VSWR maka semakin besar
pula mismatch, dan semakin minimum VSWR maka antena semakin
matching. Dalam perancangan antena biasanya memiliki nilai impedansi
masukan sebesar 50 Ω atau 75 Ω.
15
2.3. Antena FM Sierra
Antena Sierra dengan daya yang tinggi dan polarisasi melingkar
adalah sebuah antenna pemancar sesuai dengan standar dunia. Antena ini
dapat memberikan penguatan yang besar pada daerah pinggiran kota
dengan pemukiman padat. Antena Sierra adalah kombinasi dari antena
yang memiliki radiasi horizontal dan vertikal, dan lebih rentan terhadap
segala macam interferensi. Antena Sierra didesain dengan alumunium
yang berkualitas tinggi sehingga dapat menghasilkan daya radiasi yang
lebih baik, dan mengurangi daya yang hilang pada sistem. Kelebihan dari
antena ini dari segi konstruksi kelas tinggi dan perlindungan short DC
yang akan memberikan kenyamanan untuk stasiun yang ingin tetap on air .
Tidak ada tala atau penyesuaian yang diperlukan untuk setiap frekuensi
pada pita yang memungkinkan antena ini untuk digunakan dengan
frekuensi pemancar .
Konektor input dilindungi terhadap hujan oleh bungkus yang
didesain khusus. Instalasi antena ini juga bisa dibilang sederhana .
Pemasangan lapisan pelindung sesuai dengan standar yakni dirancang
untuk instalasi instan pada tiang dengan diameter dari 32 mm sampai 50
mm, dan juga 90 mm lapisan pelindung khusus sesuai dengan permintaan.
Antena Sierra memliki beberapa fitur, diantaranya :
Standar daya menengah (1KW) pada antena polarisasi melingkar
Broadband tidak ada desain selaras
Penanganan daya tinggi
Kualitas tinggi terbuat dari konstruksi alumunium
DC short untuk proteksi petir
Penetrasi maksimum di kota-kota dan daerah yang sedang dibangun
Spesifikasi teknologi dari Antena Sierra, sebagai berikut :
Rentang frekuensi: 87-109 MHz
Impedansi: 50Ω
Tipe antena: Omnidirectional
16
Penanganan daya maksimum: 800 Watt (untuk 1 tingkat antena)
Gain: -1,5 dBd
VSWR: Lebih baik dari 1.1:1 87-109 MHz
Konektor: UHF Teflon High Power-type
Dimensi: 1000mm x 1006 mm x 1006 mm
Berat: 5 Kg (untuk 1 tingkat antena)
Cepat rambat rata-rata di udara: 220 km/hr
Gambar 2.4 Antena Sierra
Sumber: http://radiofrekuensi.blogspot.com/2009/05/fm-antenna.htm
17
Gambar 2.5 Antena Sierra 2 Tingkat (Bay)
Sumber: http://radiofrekuensi.blogspot.com/2009/05/fm-antenna.html
Gambar 2.6 Contoh Desain Antena Sierra pada
Software Antenna Magus Professional
Sumber: www.antennamagus.com/newsletter-4-4.php
18
Gambar 2.7 Pola Radiasi dari Antena Sierra
Sumber: http://www.antennamagus.com/newsletter-4-4.php
2.4.Pemancar FM Stereo
Di antara keuntungan FM adalah bebas dari pengaruh gangguan udara,
bandwidth (lebar pita) yang lebih besar, dan fidelitas yang tinggi. Jika
dibandingkan dengan sistem AM, maka FM memiliki beberapa keunggulan,
diantaranya :
Lebih tahan noise
Frekuensi yang dialokasikan untuk siaran FM berada diantara 88 – 108
MHz, dimana pada wilayah frekuensi ini secara relatif bebas dari gangguan
baik atmosfir maupun interferensi yang tidak diharapkan. Jangkauan dari
sistem modulasi ini tidak sejauh, jika dibandingkan pada sistem modulasi AM
dimana panjang gelombangnya lebih panjang. Sehingga noise yang
diakibatkan oleh penurunan daya hampir tidak berpengaruh karena
dipancarkan secara LOS (Line Of Sight).
Bandwith yang Lebih Lebar
Saluran siar FM standar menduduki lebih dari sepuluh kali lebar
bandwidth (lebar pita) saluran siar AM. Hal ini disebabkan oleh struktur
sideband nonlinear yang lebih kompleks dengan adanya efek-efek (deviasi)
sehingga memerlukan bandwidth yang lebih lebar dibanding distribusi linear
yang sederhana dari sideband-sideband dalam sistem AM. Band siar FM
terletak pada bagian VHF (Very High Frequency) dari spektrum frekuensi di
19
mana tersedia bandwidth yang lebih lebar daripada gelombang dengan
panjang medium (MW) pada band siar AM.
Fidelitas Tinggi
Respon yang seragam terhadap frekuensi audio (paling tidak pada interval
50 Hz sampai 15 KHz), distorsi (harmonik dan intermodulasi) dengan
amplitudo sangat rendah, tingkat noise yang sangat rendah, dan respon
transien yang bagus sangat diperlukan untuk kinerja Hi-Fi yang baik.
Pemakaian saluran FM memberikan respon yang cukup untuk frekuensi audio
dan menyediakan hubungan radio dengan noise rendah. Karakteristik yang
lain hanyalah ditentukan oleh masalah rancangan perangkatnya saja.
Transmisi Stereo
Alokasi saluran yang lebar dan kemampuan FM untuk menyatukan dengan
harmonis beberapa saluran audio pada satu gelombang pembawa,
memungkinkan pengembangan sistem penyiaran stereo yang praktis. Ini
merupakan sebuah cara bagi industri penyiaran untuk memberikan kualitas
reproduksi sebaik atau bahkan lebih baik daripada yang tersedia pada rekaman
atau pita stereo. Munculnya compact disc dan perangkat audio digital lainnya
akan terus mendorong kalangan industri peralatan dan teknisi siaran lebih jauh
untuk memperbaiki kinerja rantai siaran FM secara keseluruhan.
Hak komunikasi Tambahan
Bandwidth yang lebar pada saluran siar FM juga memungkinkan untuk
memuat dua saluran data atau audio tambahan, sering disebut Subsidiary
Communication Authorization (SCA), bersama dengan transmisi stereo.
Saluran SCA menyediakan sumber penerimaan yang penting bagi kebanyakan
stasiun radio dan sekaligus sebagai media penyediaan jasa digital dan audio
yang berguna untuk khalayak.
Teori Modulasi Frekuensi (FM)
20
Baik FM (Frekuensi Modulation) maupun PM (Phase Modulation)
merupakan kasus khusus dari modulasi sudut (angular modulation). Dalam
sistem modulasi sudut frekuensi dan fasa dari gelombang pembawa berubah
terhadap waktu menurut fungsi dari sinyal yang dimodulasikan
(ditumpangkan). Misal persamaan gelombang pembawa dirumuskan sebagai
berikut :
Uc = Ac sin (Wc + Ɵc)
Dalam modulasi amplitudo (AM) maka nilai 'Ac' akan berubah-ubah
menurut fungsi dari sinyal yang ditumpangkan. Sedangkan dalam modulasi
sudut yang diubah-ubah adalah salah satu dari komponen 'wc + qc'. Jika yang
diubah-ubah adalah komponen 'wc' maka disebut Frekuensi Modulation (FM),
dan jika komponen 'qc' yang diubah-ubah maka disebut Phase Modulation
(PM).
Jadi dalam sistem FM, sinyal modulasi (yang ditumpangkan) akan
menyebabkan frekuensi dari gelombang pembawa berubah-ubah sesuai
perubahan frekuensi dari sinyal modulasi. Sedangkan pada PM perubahan dari
sinyal modulasi akan merubah fasa dari gelombang pembawa. Hubungan
antara perubahan frekuensi dari gelombang pembawa, perubahan fasa dari
gelombang pembawa, dan frekuensi sinyal modulasi dinyatakan sebagai
indeks modulasi (m) dimana :
m = Perubahan frekuensi (peak to peak Hz) / frekuensi modulasi (Hz)
Dalam siaran FM, gelombang pembawa harus memiliki perubahan
frekuensi yang sesuai dengan amplituda dari sinyal modulasi, tetapi bebas
frekuensi sinyal modulasi yang diatur oleh frekuensi modulator.
Pre-Emphasis
Pre-emphasis dipakai dalam pesawat pemancar untuk mencegah pengaruh
kecacatan pada sinyal terima. Karena iru komponen pre-emphasis ditempatkan
21
pada awal sebelum sinyal itu sempat masuk pada modulator. Pengaruh
kecacatan itu berasal dari differential gain (DG-penguatan yang berbeda) dan
differential phase (DP-fasa yang berbeda). Pre-emphasis akan menekan
amplitudo dari frekuensi sinyal FM yang lebih rendah pada input.
Dengan penggunaan alat ini ketidaklinearan (cacat) akibat sifat DG dan
DP dalam transmisi dapat dikurangi. Nantinya di ujung terima pada
demodulator dipasang komponen de-emphasis yang mempunyai fungsi
kebalikan dari pre-emphasis.
Pemancar FM
Tujuan dari pemancar FM adalah untuk merubah satu atau lebih sinyal
input yang berupa frekuensi audio (AF) menjadi gelombang termodulasi
dalam sinyal RF (Radio Frekuensi) yang dimaksudkan sebagai output daya
yang kemudian diumpankan ke sistem antena untuk dipancarkan. Dalam
bentuk sederhana dapat dipisahkan atas modulator FM dan sebuah power
amplifier RF dalam satu unit. Sebenarnya pemancar FM terdiri atas rangkaian
blok subsistem yang memiliki fungsi tersendiri, yaitu:
1. FM exciter merubah sinyal audio menjadi frekuensi RF yang sudah
termodulasi
2. Intermediate Power Amplifier (IPA) dibutuhkan pada beberapa pemancar
untuk meningkatkan tingkat daya RF agar mampu menghandle final stage
3. Power Amplifier di tingkat akhir menaikkan power dari sinyal sesuai yang
dibutuhkan oleh sistem antena
4. Catu daya (power supply) merubah input power dari sumber AC menjadi
tegangan dan arus DC atau AC yang dibutuhkan oleh tiap subsistem
5. Transmitter Control System memonitor, melindungi dan memberikan
perintah bagi tiap subsistem sehingga mereka dapat bekerja sama dan
memberikan hasil yang diinginkan
22
6. RF lowpass filter membatasi frekuensi yang tidak diingikan dari output
pemancar
7. Directional coupler yang mengindikasikan bahwa daya sedang dikirimkan
atau diterima dari sistem antena
FM Exciter
Jantung dari pemancar siaran FM terletak pada exciter-nya. Fungsi dari
exciter adalah untuk membangkitkan dan memodulasikan gelombang
pembawa dengan satu atau lebih input (mono, stereo, SCA) sesuai dengan
standar FCC. Gelombang pembawa yang telah dimodulasi kemudian
diperkuat oleh wideband amplifier ke level yang dibutuhkan oleh tingkat
berikutnya.
Direct FM merupakan teknik modulasi dimana frekuensi dari oscilator
dapat diubah sesuai dengan tegangan yang digunakan. Seperti halnya oscilator,
disebut voltage tuned oscilator (VTO) dimungkinkan oleh perkembangan
dioda tuning varaktor yang dapat merubah kapasitansi menurut perubahan
tegangan bias reverse (disebut juga voltage controlled oscillator atau VCO).
Kestabilan frekuensi dari oscillitor direct FM tidak cukup bagus, untuk itu
dibutuhkan automotic frekuensi control system (AFC) yang menggunakan
sebuah kristal oscillator stabil sebagai frekuensi referensi. Komponen AFC
berperan sebagai pengatur frekuensi yang dibangkitkan oscillator lokal untuk
dicatukan ke mixer, sehingga frekuensi oscillator menjadi stabil.
Penguat Mikropon dengan Kompresor Tingkat Nada Dinamik
Pada rancangan ini transistor BC547C berlaku sebagai penguat awal
sebesar 20 dB untuk sinyal dari mikropon. Tegangan kolektornya mengeset
level tegangan DC untuk input op-amp sebesar kurang lebih setengah dari
tegangan catu.
23
Output sinyal audio dari op-amp disearahkan oleh diode D1 dan D2 yang
mencatu kapasitor C1 dan C2 berturut-turut positif dan negatif. Beda tegangan
antara C1 dan C2 menimbulkan pembuangan muatan yang melewati R3, D3,
D4, dan R4. Kapasitor C3 dan C4 mempunyai fungsi ganda yaitu mengurangi
riak-riak AC dari arus melalui D3 dan D4 dan menyediakan pembumian
(ground) untuk pembagi tegangan yang terdiri atas R5 dan impedansi dari
dioda D3 dan D4 ( paralel ). Impedansi pada kedua dioda tersebut bergantung
pada besarnya pembuangan muatan oleh kapasitor C1 dan C2 yang melewati
kedua dioda ini. Semakin besar arus pada rangkaian dioda, semakin kecil
impedansinya, dan berati semakin kecil pula tegangan input untuk op-amp
pada pin noninverting (positif).
Pada saat sinyal voltase di input op-amp kecil, ketidaklinearitasan dioda
menciptakan distorsi yang kecil, sebesar 2,5 V p-p di output op-amp.
24
BAB III
PERENCANAAN
3.1 Perencanaan Blok Diagram Sistem
Gambar 3.1 Blok Diagram Pemancar FM Stereo
Dari latar belakang pada 1.2 dan rumusan masalah pada 1.2, berikut ini
merupakan rencana spesifikasi dari perencanaan diagram blok sistem pada
Pemancar FM Stereo:
3.1.1 Mixer Audio
Sinyal audio merupakan sinyal informasi yang akan dikirimkan ke
pendengar, dan memiliki frekuensi antara 20 Hz sampai 20KHz. Pada
bagian ini sinyal audio akan digabungkan (mixer).
3.1.2 Level Equalisasi
Level Equalizer berfungsi sebagai filter yang berguna untuk membatasi
frekuensi tinggi dan rendah yang diinginkan (meredam) sinyal audio.
3.1.3 Transmitter
Pada bagian ini terdapat encoder,modulator, dan PLL sebagai pemancar
dari audio stereo.
25
3.1.4 Driver
Rangkaian driver berfungsi sebagai pengatur penguatan daya (tegangan
dan arus) sinyal FM dari penyangga sebelum menuju ke bagian penguat
akhir.
3.1.5 Power Amplifier
Power Amplifier merupakan unit rangkaian penguat daya RF efisiensi
tinggi, untuk itu sering dan hampir selalu digunakan penguat daya RF
tertala kelas C karena menawarkan efisiensi daya hingga “100%”. Bagian
akhir dari penguat akhir mutlak dipasang filter untuk menekan harmonisa
frekuensi.
3.1.6 Antena Sierra
Mengubah getaran listrik frekuensi tinggi menjadi gelombang
elektromagnetik dan meradiasikannya ke ruang bebas. Jenis antena sangat
berpengaruh pada pola radiasi pancaran gelombang elektromagnetik..
26
3.2 Prinsip Kerja Alat
Pada rangkaian ini sinyal audio merupakan input dari pemancar FM.
Sinyal ini diubah menjadi besaran listrik oleh mikrofon. Pertama sinyal ini masuk
ke bagian mixer. Pada bagian ini sinyal audio akan digabungkan. Setelah itu
masuk ke rangkaian level equalizer. Pada bagian ini sinyal audio dibatasi sehingga
hanya sinyal audio yang lolos oleh filter (radio frekuensi) yang diteruskan ke
bagian berikutnya. Pada bagian berikutnya ada rangkaian transmitter. Pada bagian
ini memilki encoder, modulator, dan PLL sebagai pemancar dari sinyal audio
stereo.
Selesai dari rangkaian transmitter sinyal audio stereo masuk ke bagian
driver yang berfungsi sebagai pengatur penguatan daya sinyal FM yang akan
menuju ke bagian akhir yakni penguat. Pada bagian penguat (amplifier) sinyal
audio stereo dikuatkan untuk menekan harmonisa frekuensi. Pada langkah akhir
Antena Sierra akan memancarkan sinyal audio stereo (88 MHz – 108 MHz) ke
semua arah karena Antenna Sierra memiliki daya pancar ke semua arah
(omnidirectional). Antena Sierra ini menggunakan dua tingkat karena
mempengaruhi peningkatan daya yang dipancarkan dari transmitter 15-20 watt
sehingga jarak yang dapat dipancarkan < 5 km.
Setelah selesai mendesain Antena Sierra beserta pemancar FM stereo,
antena dapat diuji pola radiasi, polarisasi, dan VSWR pada software Antenna
Magus Professional dan FEKO.
27
3.3 Flowchart
Gambar 3.3 Flowchart
28
28
DAFTAR PUSTAKA
Stutzman, Warren L.1981.“Antenna Theory and Design”.John Wiley & Sons,
Inc.Canada.
Balanis, Constantine A.1982.“Antenna Theory”.John Wiley & Sons, Inc.USA
http://www.elektroindonesia.com/elektro/elek29.html, diakses tanggal 13
November 2013
http://www.slideshare.net/ronalto20/antena-dipole, diakses tanggal 13 November
2013
http://radiofrekuensi.blogspot.com/2009/05/fm-antenna.html, diakses tanggal 13
November 2013
http://txfm.blogspot.com/2008/08/antenna-fm-vertical-58-lambda.html, diakses
tanggal 14 November 2013
http://elektronika.web.id/elkav2/index.php?topic=882.0, diakses tanggal 14
November 2013
http://radiofrekuensi.blogspot.com/2009/05/fm-antenna.html, diakses tanggal 14
November 2013
29
29
LAMPIRAN
Rencana Kegiatan Penyusunan Laporan Akhir (Time Schedule).
No Uraian Minggu Ke -
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16
I Studi Literature
II Pengumpulan Data
III Pembelian Alat
IV Merancang Alat
V Merangkai Alat
VI Setting Alat
VII Mengulang Bila
Terjadi Kesalahan
VIII Menganalisa
Perangkat Sistem
IX Membuat laporan
Akhir
X Ujian Laporan
Akhir
XI Revisi Laporan
Akhir
Rincian komponen biaya dapat disusun dengan tabel sebagai berikut:
No Komponen Biaya Satuan Harga satuan Jumlah Rp
1 Pemancar FM Stereo
15-20 Watt 1 buah Rp 1.350.000,00 Rp 1.350.000,00
2 Alumunium 6 meter Rp 55.000,00 Rp 330.000,00
4 Tiang Penyangga 3 meter Rp 50.000,00 Rp 150.000,00
7
Lain-lain
(Konektor, Kabel
Koaksial, dll)
-
Rp 170.000,00 Rp 170.000,00
Total Rp 2.000.000,00
30
30