Desa Sinagohprendeng, Juara Desa Layak Anak · perwakilan Dinas Pemberdayaan ... pelayan sosial...

30

Transcript of Desa Sinagohprendeng, Juara Desa Layak Anak · perwakilan Dinas Pemberdayaan ... pelayan sosial...

Kombinasi Edisi ke-65 | Komunitas Membangun Jaringan Informasi | 1

Desa Sinangohprendeng, Kecamatan Kajen, Kabupaten Pekalongan,

Jawa Tengah meraih juara satu dalam ajang lomba Desa Layak Anak (DLA) se-Bakorwil (Badan Koordinasi Wilayah -red) Jawa Tengah. Penyerahan dilakukan di Aula Balai Desa Sinangohprendeng dalam rapat koordinasi Pengarusutamaan Hak Anak (PUHA).

Juara lainnya yakni Desa Plompong, Kecamatan Sirampog, Brebes yang menyabet juara 2 dan Kelurahan Lomanis, Kecamatan Cilacap, Cilacap di

memaparkan program unggulan di desa masing-masing yang mengantar mereka meraih juara DLA. Turut hadir dalam penyerahan penghargaan tersebut perwakilan desa dan perwakilan Dinas Pemberdayaan dan Perlindungan Perempuan dan Anak se-Bakorwil (BP3AKB) III Jawa Tengah.

PEKALONGAN

Desa Sinagohprendeng, Juara Desa Layak Anak

Yoyon Ustar Hidayat selaku Kepala Badan Pemberdayaan Masyarakat dan Perempuan dan Keluarga Berencana ( BPMPKB) Kabupaten Pekalongan yang hadir pada kegiatan tersebut mengatakan, forum PUHA bisa menjadi media untuk berbagi dan bertukar pikiran. “Forum semacam ini bisa dijadikan sebagai ajang silaturahim, sharing, serta bertukar pikiran dan pendapat,” ujar Yoyon, (2/11).

Yoyon menjelaskan bahwa Kabupaten Pekalongan sudah menuju Kabupaten Layak Anak sejak tahun 2011. Kabupaten ini bahkan sudah menerima penghargaan Pratama tahun 2011 dan penghargaan Madya empat tahun kemudian. Sebagaimana diatur dalam Permen PP PA Nomor. 13 Tahun 2010, bahwa desa/kelurahan layak anak merupakan pembangunan desa/kelurahan

yang menyatukan komitmen dan sumber daya pemerintah desa/kelurahan yang melibatkan masyarakat dan dunia usaha yang berada di desa/kelurahan dalam rangka mempromosikan, melindungi, memenuhi dan

yang direncanakan secara sadar dan berkelanjutan. Untuk itu, pihaknya berharap semua desa di Kabupaten Pekalongan dapat menjadi DLA ke depannya. DLA, kata Yoyok, adalah desa yang dalam penganggarannya bisa mengakomodir hak–hak anak.

“Kami berharap Desa Sinangohprendeng bisa menjadi

Jawa Tengah,” pungkasnya. www.suarakomunitas.net

S E K I L A S

Desa Sinangohprendeng sabet juara lomba Desa Layak Anak karena penganggaran desa ini bisa mengakomodir hak-hak anak.

S

“Desa Layak Anak adalah desa yang dalam penganggarannya bisa mengakomodir hak–hak anak.”

2 | Kombinasi Edisi ke-65 | Komunitas Membangun Jaringan Informasi

Dinas Pertanian serta Badan Ketahanan Pangan dan Pelaksana

Penyuluhan (BKP3), Pemerintah Kabupaten Luwu Utara (Lutra) mencanangkan gerakan percepatan tanam di lahan Kelompok Tani (Poktan) Pombakka Desa Pompaniki Kecamatan Sabbang, (24/12). Hadir dalam pencanangan tersebut Kepala BKP3, Marthina

Lutra, perwakilan Kodim 1403 Sawerigading, perwakilan Kapolres Lutra, perwakilan Dinas Pertaanian, Babinsa, seluruh Penyuluh Pertanian Lapangan (PPL) se-Lutra dan para petani setempat. Para peserta melakukan penanaman padi secara serentak dengan metode Legowo 4:1 dan tanam benih langsung.

Kepala BKP3, Marthina Simon, menyampaikan bahwa pencanangan gerakan percepatan tanam serentak padi mutlak harus dilakukan dalam rangka mendukung terwujudnya swasembada pangan yang berkelanjutan. “Kegiatan kita pada hari ini adalah upaya pemerintah guna mendukung terwujudnya swasembada

ke depan,” jelas Marthina dalam

Berbagai upaya telah dilakukan pemerintah dalam rangka meningkatkan produksi

Lutra. Upaya itu di antaranya adalah pelaksanaan kegiatan

pengembangan jaringan irigasi, serta penerapan 10 paket teknologi pertanian, perbaikan infrastruktur pertanian, serta

sarana dan prasarana pendukung lainnya.

Sebelumnya, Kepala Bidang Tanaman Pangan Dinas Pertanian Ikhwan Syamsuddin mewakili Kadis Pertanian menyampaikan kembali bahwa percepatan tanam paling lambat sampai

semua pihak, utamanya PPL dan Babinsa yang melaksanakan pendampingan di lapangan agar target produksi di tahun 2016 bisa tercapai.

“Percepatan tanam paling

sudah harus terwujud agar target produksi kita bisa tercapai. Target kita untuk MT Okmar 25 ribu hektar lebih, sekarang baru ada 1.000 hektar atau sekitar 7%, sehingga kita harapkan dukungan

dari semua stakeholder, terutama petani, PPL dan Babinsa,” pungkas Ikhwan. www.suarakomunitas.net

LUWU UTARA

Percepatan Tanam, Pemerintah Targetkan 25 Ribu Hektar Tercapai

Para peserta melakukan penanaman padi secara serentak dengan metode legowo dan tanam benih langsung.

S E K I L A SS

“Gerakan percepatan tanam serentak padi mutlak harus dilakukan dalam rangka mendukung terwujudnya swasembada pangan yang berkelanjutan.”

Kombinasi Edisi ke-65 | Komunitas Membangun Jaringan Informasi | 3

Sistem Informasi Desa (SID) membawa Desa Karang Bajo, Kecamatan Bayan,

Lombok Utara menyabet penghargaan sebagai desa pelopor good governance dalam pengelolaan keuangan desa. Predikat desa pelopor ini diberikan Kementerian Keuangan RI Direktorat Jenderal Perbendaharaan sesuai keputusan Kepala Kantor Wilayah

WPB.22/2015. Desa lain yang juga

mendapatkan predikat sebagai desa pelopor adalah Desa

LOMBOK UTARA

SID Bawa Karang Bajo Sebagai Desa Pelopor Good Governance

Montong Gamang, Kecamatan Kopang, Lombok Tengah dan Desa Gelangsar, Kecamatan Gunungsari, Lombok Barat. Predikat desa pelopor diperoleh karena web SID desa-desa tersebut memuat anggaran, penggunaan anggaran, dan program-program sebagai bentuk transparansi kepada publik. Semua bentuk kegiatan yang ada di desa termasuk anggaran yang diperoleh baik dari Alokasi Dana Desa (ADD), Dana Desa (DD) dan bagi hasil pajak serta dana dari APBN dan APBDes semua ditampilkan di web sebagai ruang

publik dan juga disiarkan melalui Radio Komunitas Primadona FM.

Pengakuan kepeloporan ini memang menjadi tantangan baik bagi pemerintah desa ataupun masyarakat Desa Karang Bajo. Dengan predikat ini, pemerintah desa harus lebih giat lagi bekerja untuk mempertahankan predikat kepeloporan yang sudah diraih tersebut. www.suarakomunitas.net

Kabupaten Sukabumi meraih 4 penghargaan dalam Pelayanan Sosial Dasar (PSD)

Award di Jakarta, (14-15/12). Penghargaan tersebut diraih oleh 4 tokoh penggerak yakni

sebagai Kader Desa Kebon Pedes Kecamatan Kebon Pedes, Yuyum

dari kader Posyandu Desa Cidahu, Kecamatan Cidahu, dan Ellin

dari Desa Cibitung, Kecamatan Cibitung.

Keempat tokoh penerima PSD Award merupakan penggerak di wilayah dengan kapasitas masing-

SUKABUMI

Empat PSD Award 2015 untuk Sukabumi

masing.Keempat tokoh tersebut

merupakan penggerak di wilayah dengan kapasitas masing-masing. Mereka bergerak untuk meningkatkan pemenuhan pelayan sosial dasar bagi masyarakat terutama masyarakat

terpinggirkan.PSD Award merupakan salah

satu rangkaian kegiatan dalam

Indonesia Tahun 2015. Kegiatan yang digelar oleh Jenderal Pembangunan dan Pemberdayaan Masyarakat Desa tersebut bertujuan untuk meningkatkan komitmen dan aksi keberpihakan seluruh pemangku

pelayanan sosial dasar, “Dengan perolehan

penghargaan tersebut, ke depannya Kabupaten Sukabumi

terpenuhinya hak sosial dasar, masyarakat menjadi sehat dan cerdas, kemajuan ekonomi, dan Kabupaten Sukabumi menjadi kuat di segala bidang,” tutur Dedi Chardiman selaku Kepala BPMPD Kabupaten Sukabumi

(15/12). www.suarakomunitas.net

Keempat tokoh penerima PSD Award merupakan penggerak di wilayah dengan kapasitas masing-masing

4 | Kombinasi Edisi ke-65 | Komunitas Membangun Jaringan Informasi

Upaya mewujudkan 100% akses air bersih menjadi agenda serius Program

Peningkatan Kualitas Kawasan Permukiman (P2KKP) khususnya di Pagaralam. Ini dilakukan karena data Bappeda tahun 2013 menyatakan Pagaralam merupakan kota terendah yang memiliki akses air bersih di

Salah satu upaya untuk menjawab permasalahan air tersebut dilakukan di Kelurahan Padang Temu, Kecamatan Dempo Tengah dengan pembuatan pompa air bersih. Masyarakat setempat menyebut pompa air bersih itu dengan sebutan pompa setan. Dinamakan demikian karena pompa tersebut mengeluarkan suara yang cukup keras di tengah senyapnya kebun kopi di desa itu.

SUMATERA SELATAN

Pompa Setan Jawab Permasalahan Air Bersih

adalah pompa hidrolik yang bekerja dengan daya dorong air. Cara kerja pompa setan adalah dengan mengalirkan air sungai sebagai sumber air bersih melalui salah satu saluran drainase. Air tersebut ditampung di bak penampungan sebelum dialirkan ke pompa setan. Untuk mengalirkan air dari bak penampung, pipa yang dipasang harus dalam posisi miring dengan kemiringan kurang lebih 45 derajat. Kemiringan tersebut membuat daya dorong pompa menjadi kuat sehingga air mudah dialirkan ke tempat-tempat yang mudah dijangkau oleh masyarakat.

“Kalau dulunya kami harus bersusah payah mendapatkan air bersih dengan berjalan membawa air menggunakan ember dari

sungai, setelah ada pompa setan ini kami dan masyarakat sangat terbantu”, ujar Jonsi selaku ketua Kelompok Swadaya Masyarakat (KSM) Padang Temu, (14/12). www.suarakomunitas.net

Masyarakat setempat menyebut pompa air bersih ini dengan sebutan pompa setan karena suaranya yang bising.

S E K I L A SS

“Cara kerja pompa setan adalah dengan mengalirkan air sungai sebagai sumber air bersih melalui salah satu saluran drainase.”

Kombinasi Edisi ke-65 | Komunitas Membangun Jaringan Informasi | 5

Kekelengen FM adalah salah satu radio komunitas (rakom) di lereng Gunung

Sinabung, Sumatera Utara. Rakom tersebut menjadi salah satu sumber informasi tentang

Sinabung. Informasi tersebut berasal dari pos Pengamatan Gunung Api di Kecamatan Simpang Empat melalui handy talky (HT).

Tentunya, menjadi sistem informasi untuk peringatan dini, rakom Kelelengan FM membutuhkan dukungan dan keterlibatan dari berbagai pihak. Batu, salah satu penyiar rakom Kelelengan FM mengungkapkan,

kerapkali mengganggu siaran rakom tersebut. Padahal, saat itu masyarakat pendengar membutuhkan informasi terkini tentang kemungkinan banjir lahar hujan akibat tumpukan material sisa letusan di lereng tenggara Gunung Sinabung.

diharapkan rakom tersebut agar mereka tetap bisa bersiaran meski dalam kondisi hujan

“Radio ini sangat dibutuhkan

SUMATERA UTARA

Radio Komunitas Sebagai Sistem Peringatan Dini di Lereng Sinabung

Gunung Sinabung.

karena sebab lain, banyak SMS masuk dari para pendengar. Itu karena kami selalu menyiarkan

tentang gunung,” tutur Batu, (14/12).

Status gunung Sinabung hingga saat ini masih AWAS. Karenanya, warga di sekitar Gunung Sinabung harus selalu waspada. Jeremia Bangun,

(60) Kepala Desa Perteguhan berharap, rakom Kelelengan FM dapat menjadi sumber informasi masyarakat.

Studio rakom Kekelengen FM selama ini memanfaatkan kantor desa Perteguhen. “Sementara studio di kantor Desa Perteguhen.

menjabat lagi bisa kita cari solusi bersama agar radio ini tetap bisa mengudara,” kata Jeremia.

Selain Kelelengan FM, rakom lain yang didirikan pada bulan Maret 2014, yakni rakom Dia Ermediate FM di Desa Batukarang, Kecamatan Payung. Kedua rakom tersebut diharapkan menjadi sistem peringatan dini bagi warga yang berada di lereng Gunung Sinabung maupun yang berada di daerah sepanjang aliran Sungai Labourus.

untuk rakom Kelelengan FM. Dukungan terbesar justru dari

“Masyarakat membutuhkan informasi terkini tentang kemungkinan banjir lahar hujan akibat tumpukan material sisa letusan Gunung Sinabung.”

6 | Kombinasi Edisi ke-65 | Komunitas Membangun Jaringan Informasi

para pendengar rakom tersebut yang tergabung dalam Fans Club Radio Kelelengan FM. Sejak dibentuk Juli 2015 lalu, sebanyak 46 orang telah bergabung dalam klub ini. Jumlah itu akan bertambah hingga 100 orang saat pertemuan kopi darat. Dukungan yang mereka berikan antara lain dalam bentuk donasi dengan iuran bersama untuk kegiatan sosial.

“Untuk membantu penyiar

dan peralatan apabila ada yang rusak itu, kami sisihkan dari uang iuran. Pertemuan kami 3 bulan sekali karena anggota kita

hanya dari satu desa bahkan dari beda kecamatan. Pertemuan ini disamping untuk mengumpulkan iuran juga untuk membahas hal-hal yang terkait dengan radio komunitas Kekelengen FM. Selain itu, juga sebagai ajang adu bakat

lain, “ papar Nd. Ice Br. Sitepu selaku bendahara klub, (14/12).

Saat ini, studio rakom Kekelengen FM memanfaatkan kantor desa Perteguhen. “Sementara studio di kantor

bisa kita cari solusi bersama agar radio ini tetap bisa mengudara,” kata Jeremia Bangun, (60) Kepala Desa Perteguhan. www.suarakomunitas.net

Pasar tradisional menjadi sandaran hidup bagi para pedagang di Kembang

Tanjong, Sigli. Bernama Pasar Keude Le Leubeue, pasar tradisional ini menjadi tempat para pedagang menjajakan berbagai dagangannya.

Para pedagang membuka lapak dagangannya di pasar ini mulai pukul 7 hingga 10

waktu operasional yang singkat tersebut, para pedagang bisa meraup keuntungan Rp 50.000-

demikian, tak jarang mereka harus menanggung resiko karena

harinya semisal sayur-sayuran. “Tidak perlu harus ada

keuntungan yang besar-besar

laku terjual.” ujar Muhammad

SIGLI

Pedagang Harapkan Jam Operasional Pasar Tradisional Lebih Lama

Ikbal, pedagang kaki lima warga

Pidie, (19/11).

jam operasional pasar tradisional itu, Ikbal dan pedagang lainnya biasanya akan berkeliling kampung-kampung di Kecamatan Kembang Tanjong untuk menjual dagangan mereka yang belum laku di pasar. Mereka menjajakan dagangan dengan sepeda motor maupun berjalan kaki.

Para pedagang berharap, pasar tradisional Keude Ie

Leubeue bisa beroperasi hingga sore. Jam operasional yang lebih lama diharapkan dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi masyarakat.

“Coba saja kalau pasar tua ini bisa beroperasi sampai sore hari, tentu pertumbuhan ekonomi masyarakat di sini akan lebih baik lagi.” ungkap salah satu pedagang, Darmansyah yang merupakan warga asli Pasi Ie Leubeue, (19/11). www.suarakomunitas.net

S E K I L A SS

Pasar tradisional menjadi sandaran hidup bagi para pedagang di Kembang Tanjong, Sigli.

Kombinasi Edisi ke-65 | Komunitas Membangun Jaringan Informasi | 7

Kecelakan tambang pasir Merapi yang memakan korban jiwa pada 4

11.00 WIB. Kecelakaan terjadi di lokasi penambangan di Kondang. Kemiren, Kecamatan Srumbung, Magelang. Dua penambang

meter yang longsor saat mereka menambang pasir di bawahnya.

MAGELANG

Kecelakaan Tambang Merapi Makan Korban Jiwa

Tercatat seorang korban meninggal dunia dan satu lainnya luka ringan.

Dari hasil olah TKP oleh jajaran Polsek Srumbung dan kesaksian dari beberapa saksi mata, kejadian tersebut murni kecelakaan kerja. Korban selanjutnya diserahkan keluarga untuk dimakamkan. www.suarakomunitas.net

Penambang pasir Merapi berisiko besar

Irumah tangga perlu adanya pengelolaan keuangan.

keuangan, baik itu pemasukan maupun pengeluarannya. Ibu-

bertanggungjawab untuk pemenuhan ekonomi keluarga, seyogyanya belajar mengelola ekonomi keluarganya.

‘’Bukan maksudnya untuk membatasi pengeluaran keluarga. Akan tetapi, bagaimana ibu-ibu bisa berperan mengelola ekonomi rumah tangganya yang dimulai dengan memberikan pemahaman terhadap kebutuhan dengan keinginannya dan mampu melakukan pencatatan harian terhadap pemasukan dan pengeluarannya,‘’ ujar Marsus Zakaria selaku fasilitator

Rumah Tangga di Baruga Liku

Dengen, Kabupaten Luwu Utara, Sulawesi Selatan, (12/11).

hanya ditujukan untuk para istri dari pengurus Lembaga Keuangan Mikro (LKM) Aneka Usaha Liku Dengen. Harapannya, pengelolaan ekonomi rumah tangga yang baik bagi pengurus LKM akan berpengaruh terhadap kuatnya manajemen LKM. Hal mendasar yang perlu diketahui dalam membangun ekonomi rumah tangga yaitu pengaturan penghasilan, pembagian dan pemakaian barang-barang serta kekayaan dalam rumah tangga.

dapat menyusun perencanaan anggaran dan biaya rumah tangganya. Selanjutnya,

menyusun buku kas harian. Kas

harian tersebut berisi biaya pemasukan dan pengeluaran rumah tangga dalam satu bulan. Tahap berikutnya, para peserta juga diajak untuk menyusunnya kembali dalam realisasi anggaran dan biaya rumah tangga dalam satu tahun.

Salah seorang peserta, Lala,

tersebut untuk ibu rumah

mengaku sering membuat buku harian, bulanan, dan tahunan di gereja, namun ia belum pernah melakukan hal yang sama di dalam rumah tangganya.

‘’Kalau pun itu kami memiliki perencanaan keuangan keluarga, tapi belum sampai melakukan pencatatan apalagi sampai pencatatan harian,’’ katanya, (12/11). www.suarakomunitas.net

SULAWESI SELATAN

IRT Harus Pintar Kelola Ekonomi Keluarga

8 | Kombinasi Edisi ke-65 | Komunitas Membangun Jaringan Informasi

S T A M AUMerindukan Akses Internet

Sulitnya mencari akses seluler dan internet menjadi pemandangan yang biasa

ditemui di desa-desa di Nusa

yang berbukit-bukit menjadi salah satu alasan sulitnya akses internet di daerah ini. Selain itu, satu-satunya provider layanan telepon seluler di daerah ini hanya bisa menjangkau beberapa

dan kecamatan. Itupun seringkali dengan sinyal yang sangat lemah bahkan blank spot (tanpa sinyal).

kota biasanya mengandalkan warnet (warung internet) untuk kebutuhan akses internet, meski tak sedikit dari mereka telah memiliki telepon pintar

Oleh: Zani Noviansyah

“Mencari sinyal internet

menangkap burung yang terbang: sulit!”

(smartphone). Beberapa tempat publik juga menyediakan akses

layanan-layanan internet itu

Akses yang sulit membuat internet belum menjadi salah satu kebutuhan pokok warga di Kupang. Bagi mereka yang bisa mengakses internet, sebagian besar masih memanfaatkannya untuk jejaring pertemanan di media sosial semisal Facebook.

Ada cerita menarik dalam pendampingan CRI di Kupang dan di Sumba Barat Daya selama tahun 2015. Saat itu bulan September, berkolaborasi dengan lembaga nirlaba Farsight dan mitra lokal Persani, CRI mengembangkan laman desa

Kombinasi Edisi ke-65 | Komunitas Membangun Jaringan Informasi | 9

bernama Village Website For Everyone atau disingkat VWFE

laman yang hanya bisa dijalankan secara online ini memang dikembangkan oleh desa, dari desa, untuk desa dan semua orang. Kemampuan peserta dalam mengoperasikan komputer menjadi salah satu tantangan dalam pendampingan ini.

Sebagian besar peserta memang sudah pernah mengenal komputer. Namun demikian, mereka butuh beberapa waktu untuk beradaptasi kembali dengan komputer. Mulai dari pembuatan surel (surat elektronik) baru yang

penulisan tentang potensi desa menjadi tantangan bagi para peserta.

Online Sementara di Sumba Barat

Daya, minimnya pengetahuan tentang internet juga menjadi salah satu tantangan dalam pendampingan CRI. Antara bulan

silam, CRI bersama Yayasan

media komunitas. Pesertanya berasal dari komunitas perempuan perajin tenun di Desa Kandahu Tana, Kalena Rongngo, dan Homba Karipit, Kecamatan Kodi Utara.

Awalnya, media komunitas yang akan dikembangkan adalah dengan memanfaatkan media online internet melalui media sosial. Harapannya, pemanfaatan media sosial sebagai media

komunitas dapat memperluas jejaring pemasaran produk tenun para perajin tersebut. Selama ini, jejaring pemasaran tenun mereka hanya di ranah lokal Kecamatan

mungkin, media online bisa membawa produk tenun komunitas itu menembus pasar nasional bahkan internasional.

Namun, kondisi riil di lapangan berkata lain. Lupakan internet.

untuk saat ini, internet belum menjadi pilihan media komunitas yang bisa diakses dengan mudah oleh para perajin tenun di sana. Jangankan mengoperasikan telepon pintar atau komputer, keterampilan dasar membaca dan menulis saja belum semua perajin menguasainya. Bahkan,

Belum semua perajin tenun di Kodi Utara menguasai keterampilan dasar membaca dan menulis.

10 | Kombinasi Edisi ke-65 | Komunitas Membangun Jaringan Informasi

masih ada dari mereka yang menggunakan cap jempol tangan

menulis!Itulah kenapa akhirnya papan

media yang bisa ditempuh. Papan itu berupa 3 lembar kertas ukuran 60 x 40 cm yang ditempel di dinding kayu balai pertemuan warga di Desa Gombol. Papan informasi itu memuat informasi seputar tenun, pendidikan, kesehatan, dan pertanian yang ditulis oleh warga, khususnya para perajin tenun dalam komunitas tersebut (selengkapnya tentang perajin tenun di Kodi Utara baca Kombinasi, ed.62). “Karena pilihan media komunitas yang

papan informasi yang lebih mudah diakses dan terjangkau oleh masyarakat di sana.” Demikian Andrew Dananjaya

CRI mengungkapkan alasan pemanfaatan papan informasi

media online.

Akses Listrik TerbatasTidak jauh berbeda dengan

akses komunikasinya, akses

juga terbatas. Akses listrik lebih banyak menjamah kota dan desa-desa yang dekat dengan jalan raya saja. Di Kota Kupang sendiri, waktu nyala listrik dari PLN (Perusahaan Listrik Negara) biasanya hanya berlangsung dari pukul 06.00 sampai 16.00 WITA

Jika di pusat kota saja akses listrik terbatas, lalu bagaimana

pedesaan? Pengadaan panel surya secara mandiri menjawab kebutuhan listrik rumah warga di pedesaan. Beberapa rumah memiliki sebuah panel surya berukuran 80 x 50 cm yang bila dijemur seharian, bisa mengisi

tenun di Desa Kandahu Tana, Kecamatan Kodi.

“Media komunitas

di sana adalah papan informasi yang lebih mudah diakses oleh masyarakat.”

Kombinasi Edisi ke-65 | Komunitas Membangun Jaringan Informasi | 11

selama 8 jam.Namun kenyataannya,

malam, rumah-rumah beratap rumbia berdinding bambu yang banyak ditemui di desa-desa di Sumba Barat Daya hanya mengandalkan pelita. Biasanya, satu rumah hanya memiliki sebuah pelita dengan nyala yang redup.

penerangan itu berimbas pada terbatasnya kegiatan yang bisa

Kesempatan para pelajar di sana untuk belajar di rumah menjadi

karena penerangan yang redup. “Kalau jam 6 sore sudah tak bisa belajar lagi karena gelap,” kata Maria, seorang pelajar SMP dari

Desa Kandahu Tana akhir Agustus 2015 silam.

Kupang dan Sumba Barat Daya hanyalah sebagian kecil daerah-daerah di Indonesia yang merindukan akses internet. Masih banyak di daerah-daerah lainnya yang hingga saat ini bahkan sama sekali belum tersentuh akses internet dan akses listrik. Selama ini, pembangunan di Indonesia

masih terpusat di wilayah Indonesia bagian barat saja. Padahal, wilayah Indonesia

alam dan pariwisata yang besar. Tidak meratanya pembangunan nasional menyebabkan potensi tersebut belum dapat tergali dengan maksimal.

desa-desa di Sumba Barat Daya hanya mengandalkan pelita.

“Keterbatasan penerangan itu berimbas pada terbatasnya kegiatan yang bisa dilakukan warga

12 | Kombinasi Edisi ke-65 | Komunitas Membangun Jaringan Informasi

S T A M AU

Skultural, desa menemukan bentuk yang beragam

namun dengan semangat yang sama, tata kelola komunitas yang

musyawarah adalah dua nilai yang melekat dalam kehidupan mayarakat perdesaan. Dua nilai inilah yang menjadi kunci kekuatan desa hingga saat ini. Maka menjadi keliru jika kita mempertanyakan kemandirian dan ketahanan desa. Suka atau

negaralah yang membuat desa menjadi termarjinalkan.

Merenungi Desa Saat IniHarapan akan pengembalian

desa sebagai sebuah komunitas

22 tentang Pemerintahan Daerah tahun 1999 disahkan. Undang-undang ini mengakomodasi terbentuknya Badan Perwakilan Desa (BPD) yang dipilih secara langsung. Namun tak lama setelah itu, BPD yang dianggap menjadi perwakilan aspirasi masyarakat desa kembali terpasung akibat lahirnya UU No. 32 tentang Pemerintahan Daerah tahun 2004 yang dalam

wewenang, posisi dan kedudukan

desa.Perjuangan itu dilanjutkan

Forum Pengembangan dan Pembaharuan Desa yang berupa

Memaknai Desa, Memaknai IndonesiaOleh: Aris Harianto*

rancangan undang-undang tentang desa pada 2007. Terjadi

biasanya. Hingga akhirnya pada 2014 disahkan UU No. 6 tentang Desa.

UU Desa menjamin keragaman, kedudukan, dan kewenangan desa dalam mengatur jalannya pemerintahan

dan subsidaritas adalah pilar utama jaminan tersebut. Undang-undang ini juga mendukung desa dengan kucuran dana dari APBN. Sungguh sebuah kado termanis untuk desa.

Sebagaimana hukum alam jika ada sesuatu yang manis maka semut dan serangga lain akan berdatangan dan berebut barang manis itu. Sudah menjadi rahasia umum bahwa ada tarik menarik

Dalam Negeri dan Kementerian Desa, Pembanguanan Daerah

Apalagi kalau bukan pengaruh

Kalkulasinya jika 70 ribuan desa dapat disayang-sayang saat ini maka bisa dibayangkan betapa

pada pemilu mendatang. Terlepas dari apapun alasan kedua kementrian tersebut kita bisa melihat bahwa pemerintah masih mengedepankan hitung-hitungan

pemerintah bekerja untuk rakyat maka segala macam kalkulasi

“Jauh sebelum Indonesia dideklarasikan, jauh sebelum warga disibukkan dengan administrasi kependudukan, jauh sebelum warga dibuat muak dengan

penyelenggara pemerintahan, desa sudah ada. Kehidupan yang sederhana, toleransi, gotong royong, dan menghargai semesta dapat dengan mudah ditemui di desa-desa di seluruh pelosok Nusantara.”

Kombinasi Edisi ke-65 | Komunitas Membangun Jaringan Informasi | 13

dibuang jauh-jauh. Tapi sebagai warga yang baik kita harus tetap bersyukur melihat kenyataan tersebut. Kita harus menghargai perebutan wewenang itu, karena itu dilakukan para aparatur negara semata untuk menghibur rakyat. Kita harus bersyukur

ada pemerintahan di dunia ini yang begitu peduli kepada rakyatnya selain di Indonesia.

konyol para pemimpin yang berebut kekuasaan, kurang lebih

dalam sebuah kesempatan.

Menatap Desa ke DepanApapun kondisi yang terjadi

sekarang kita harus melihatnya

contoh, Desa Nglegi di Kabupaten Gunungkidul yang diundang

China, pada 7 – 14 April 2013 lalu dalam gelaran ASEAN+3 Forum. Kepala Desa Nglegi membagi pengalamannya menggunakan teknologi informasi untuk mengelola data dan informasi di desanya dalam rangka menghadirkan transparansi, akurasi data, dan pelayanan publik yang prima bagi warganya. Tak lama berselang datang tamu dari Mongolia yang penasaran dengan pengelolaan data dan informasi di Desa Nglegi. Mengelola data dan infromasi di daerah rawan bencana bukan hal yang mudah. Namun sebuah desa di lereng Merapi, Desa Balerante, Klaten, bisa melakukan itu.

dari angin yang menerpa wajah kita namun datang dari dalam diri kita. Baru-baru ini penulis

pemanfaatan laman desa di

beberapa desa di Kabupaten Kupang, Nusa Tenggara Timur. Yang menarik dari rangkaian

lamanpromosi potensi desa namun juga bagaimana website digunakan

Adalah Persani (Perkumpulan

menjadi salah satu motor kegiatan ini. Dengan segala keterbatasannya mereka tetap yakin bahwa apa yang mereka lakukan adalah hal yang benar dan akan membawa manfaat bagi desa mereka di masa yang akan datang.

Persoalannya adalah bagaimana pemerintah daerah

ini. Apakah akan dijadikan

sebuah pelajaran tentang dedikasi dan perjuangan? Bukan tanpa alasan penulis mengajukan pertanyaan tersebut. Bagaimana

WITA listrik selalu padam sampai menjelang tengah malam.

Dalam sebuah diskusi yang digelar oleh Redaksi Harian Kompas pada awal Juni 2015, Direktur Dana Perimbangan Keuangan Kementerian Keuangan, Rukijo, menyatakan bahwa dari 434 kabupaten yang akan menerima dana desa, saat ini masih ada 64 kabupaten yang belum memenuhi syarat penyaluran (KOMPAS, 6 Juni 2015). Meskipun implementasi UU Desa bukan hanya soal dana desa namun paradigma

dana desa akan menjadi blunder fatal dalam implementasi UU Desa. Sayangnya, pembicaraan mengenai implementasi UU Desa terlalu banyak diisi dengan topik dana desa dan penyalurannya. Apakah kita sedang mempersempit makna UU Desa? Atau kita sedang merendahkan makna desa itu sendiri?

Harus diingat bahwa UU Desa dilahirkan dengan semangat desentralisasi, mengembalikan kewenangan kepada desa untuk mengatur rumah tangganya sendiri. Hal ini berbeda dengan UU No 5 Tahun 1979 tentang Pemerintahan Desa yang

dengan peraturan penunjang pelaksanaanya?

Ada yang mengatakan bahwa saat ini terjadi pergeseran dari

Logikanya sederhana, dana desa berasal dari Anggaran Pedapatan dan Belanja Negara (APBN) maka penggunaannya harus sesuai dengan standar yang ditetapkan oleh Pemerintah

“Harus diingat bahwa UU Desa dilahirkan dengan semangat desentralisasi, mengembalikan kewenangan kepada desa untuk mengatur rumah tangganya sendiri.”

KALEIDOSKOP 2015Sepanjang tahun 2015, cakupan penerapan Sistem Informasi Desa (SID) semakin meluas terutama di area Jawa dan beberapa di Sulawesi Tenggara, NTT, dan Sumatera Utara. Dalam setengah tahun perjalanan di 2015, CRI juga mengembangkan Village Website For Everyone di Kupang, NTT sebagai salah satu media digital berupa website desa. Festival Desa di akhir tahun 2015 menandai peluncuran program tersebut. Sementara di ranah kebencanaan, CRI bersama FMYY Jepang menggelar mitigasi bencana erupsi Merapi melalui seni untuk warga di lereng Merapi. Kami merangkum sejumlah kegiatan CRI sepanjang tahun 2015.

Seiring diberlakukannya UU No 6 tahun 2014 tentang Desa yang diber-lakukan penuh pada awal tahun 2015 ini maka desa-desa di Indonesia sudah mulai wajib menerapkan SID secara bertahap sebagai sistem data-base & sistem informasi desa.

Penerapan SID di seluruh desa di Kabupaten Gunungkidul Penerapan SID di seluruh desa di Kabupaten KebumenPelatihan SID di Bombana, Sulawesi Tenggara Penerapan SID di Sidoarjo dan Jombang, Jawa Timur Pelatihan SID untuk Penanggulan Risiko Bencana (PRB) Kelud di Malang, Jawa Timur Pelatihan SID tingkat desa di Lombok Tengah, NTTPelatihan SID tingkat desa di Lombok Utara, NTTPelatihan SID tingkat dasar di Banjarnegara, Jawa TengahPelatihan SID tingkat desa di Sumatera UtaraPelatihan SID tingkat desa di Wonogiri, Jawa Tengah

Sistem Informasi DesaJanuari - Desember 2015

Gunungkidul, Kebumen, Bombana, Sidoarjo, Jombang, Malang, Lombok Tengah, Lombok Utara, Banjarnegara, Sumatera Utara, Wonogiri.

Mitigasi Erupsi Merapi MelaluiJathilan dan Ketoprak

APRIL 2015

CRI bekerjasama dengan Radio FMYY Jepang dan Desa Sidorejo serta Jalin Merapi menggelar mitigasi bencana erupsi Merapi

melalui seni dengan mengkolaborasikan jathilan dan ketoprak. Ketoprak dan jathilan dipilih karena kecenderungan masyarakat di lereng Merapi yang lebih mudah memahami pentingnya kesiapsiagaan menghadapi bencana melalui seni dibandingkan melalui diskusi ataupun penyuluhan.

Desa Sidorejo, Kecamatan Kemalang, Klaten, Jawa Tengah

Pelatihan pengenalan peran dan manfaat media komunitas sebagai medium informasi dan pemasaran produk kelompok perajin tenun

Media komunitas danpelaku ekonomi lokal

JUNI 2015

Sumba Barat Daya, Nusa Tenggara Timur

JULI 2015Jurnalisme warga dan

perlindungan hukumnya

Pelatihan jurnalistik tingkat lanjut, sosialisasi perlindungan hukum bagi pewarta warga wilayah Sulawesi dan diskusi pengelolaan Suara Komunitas

Palopo, Sulawesi Selatan

Workshop penulisan bukuSistem Informasi Desa

AGUSTUS 2015

Ada 2 tim penulis yang mengikuti workshop persiapan penulisan buku SID ini, yakni tim penulis dari pemerintah desa (Desa Balerante, Desa Nglegi, Desa Dlingo dan Desa Pasir) yang menulis tentang praktik baik penerapan SID dan tim penulis akademisi yakni Prof. Dr. M. Baiquni, M.A.

Kantor CRI, Sewon, Bantul

pengarusutamaangender

AGUSTUS 2015

Pelatihan Pengarusutamaan Gender dan Media Komunitas Bagi Pelaku Usaha Kecil Tenun di Kodi Utara.

Sumba Barat Daya, Nusa Tenggara Timur

sekolahsistem informasi desa

september & oktober 2015

Mengusung semangat “Sekolah SID, Langkah Membangun Kemandirian Desa,” sekolah ini mengajak para pebelajar untuk menggali, mengorganisir, dan memanfaatkan data dan informasi di desanya untuk membangun desa secara mandiri.

Untuk mengoptimalkan kompetensi di atas, maka sekolah ini pun terbagi menjadi 2 kelas, yakni kelas Olah Data dan kelas Jurnalisme Warga. Seperti namanya, kelas Olah Data berfokus pada bagaimana mengolah dan mengelola data dalam aplikasi SID. Sementara kelas Jurnalisme Warga berkonsentrasi pada bagaimana menggali dan menyebarkan informasi melalui SID.

Lahirnya Sekolah SID tak lepas dari upaya CRI untuk menjawab kebutuhan sumber daya manusia dalam mengelola aplikasi SID secara lebih optimal. SID sendiri menjadi salah satu media efektif dalam mewujudkan desa yang mandiri seperti mengacu pada UU No. 6 Tahun 2014 tentang kemandirian desa untuk mengelola sumber daya.

Kantor CRI, Bantul, Yogyakarta.

september 2015Pelatihan APIK(Audio Pengelolaan Informasi - Kebencanaan)

Combine bersama dengan FMYY Jepang menggelar pelatihan Audio Pengelolaan Informasi Kebencanaan (APIK) atau yang lebih dikenal sebagai DMAM (Disaster Management Audio Material). Konten APIK adalah penggabungan informasi pengurangan risiko bencana dengan musik tradisonal, sketsa komedi, drama, iklan layanan masyarakat (ILM) atau budaya lokal lainnya dalam bentuk audio. Pelatihan ini merupakan tindak lanjut dari tanggap darurat erupsi gunung sinabung pada tahun 2014. Saat itu, Combine bersama dengan FMYY Jepang memfasilitasi pendirian radio komunitas (rakom) yakni rakom Dia Emerdiate (peduli sesama) FM di Desa Batukarang dan Rakom Kekelengan (cinta kasih) FM di Desa Perteguhen, Kecamatan Simpang Empat, Kabupaten Karo.

Desa Perteguhen dan Desa Batukarang, Kecamatan Simpang Empat, Kabupaten Karo, Sumatera Utara.

september 2015village websitefor everyone

Village Website For Everyone merupakan saluran komunikasi digital untuk desa yang dikembangkan CRI dan dilaksanakan di 11 desa di Kupang, NTT. Media digital ini memuat informasi desa seperti potensi desa, profil desa, ruang konsultasi desa, ruang dokumentasi desa, agenda desa, dan konten terkait difabel.

Kupang, Nusa Tenggara Timur

september - desember 2015Pengembangan sistem infromasi kebencanaan kabupaten (SIKK)

SIKK adalah sistem yang dirancang untuk menyelenggarakan pengelolaan data dan informasi kebencanaan di tingkat kabupaten yang valid, up to date, terukur, sistematis, terintegrasi, dan ramah pengguna (user friendly). Pengelolan informasi dalam SIKK meliputi pengumpulan data dari berbagai pihak, pengola-han, dan distribusi informasi melalui berbagai jenis media.

Kota Malang, Kediri, dan Blitar, Jawa Timur

OKTOBER 2015Pelatihan JurnalistikTingkat Lanjut suarakomunitas.net

Pelatihan jurnalistik tingkat lanjut, sosialisasi perlindungan hukum bagi pewarta warga dan diskusi pengelolaan suarako-munitas digelar dengan mengundang para editor pewarta warga di suarakomunitas.net wilayah Jawa. Tujuan dari pelati-han ini adalah meningkatnya kapasitas jurnalistik pewarta warga Suara Komunitas Jawa

Kantor CRI, Sewon, Bantul

OKTOBER 2015Peringatan bulan penguranganrisiko bencana

CRI berpartisipasi dalam Peringatan Pengurangan Risiko Bencana (PRB) Nasional

Solo, Jawa Tengah

November 2015Pertemuan nasional

suara komunitas

Pertemuan Nasional Pewarta Suara Komunitas

Gunungkidul, DIY

desember 2015festival desa

CRI menggelar Festival Desa bertajuk “Menuju Desa Yang Mandiri dan Inklusif Dengan Tata Kelola Informasi”. Dalam festival ini, diluncurkan website desa Village Website For Everyone. Festival ini juga menampilkan ragam potensi dari 11 desa peserta kegiatan Village Website For Everyon dan beragam kegiatan lain seperti diskusi, pameran, bazaar, lomba foto dan website di festival desa, konseling, dan pentas seni budaya.

Kupang, Nusa Tenggara Timur

desember 2015festival

dolan kampung barepan

Festival Dolan Kampung Barepan digelar CRI bekerjasama dengan Radio FMYY Jepang, radio komunitas MGM FM, dan Forum Wisata Dusun Barepan (FWDB) . Agenda ini mengajak travel blogger dan pelaku wisata lokal untuk menjelajahi potensi wisata di Dusun Barepan.

Dusun Barepan, Desa Wanurejo, Kecamatan Borobudur,Magelang

Dokumentasi Sekolah Sistem Informasi DesaCRI

KALEIDOSKOP 2015Sepanjang tahun 2015, cakupan penerapan Sistem Informasi Desa (SID) semakin meluas terutama di area Jawa dan beberapa di Sulawesi Tenggara, NTT, dan Sumatera Utara. Dalam setengah tahun perjalanan di 2015, CRI juga mengembangkan Village Website For Everyone di Kupang, NTT sebagai salah satu media digital berupa website desa. Festival Desa di akhir tahun 2015 menandai peluncuran program tersebut. Sementara di ranah kebencanaan, CRI bersama FMYY Jepang menggelar mitigasi bencana erupsi Merapi melalui seni untuk warga di lereng Merapi. Kami merangkum sejumlah kegiatan CRI sepanjang tahun 2015.

Seiring diberlakukannya UU No 6 tahun 2014 tentang Desa yang diber-lakukan penuh pada awal tahun 2015 ini maka desa-desa di Indonesia sudah mulai wajib menerapkan SID secara bertahap sebagai sistem data-base & sistem informasi desa.

Penerapan SID di seluruh desa di Kabupaten Gunungkidul Penerapan SID di seluruh desa di Kabupaten KebumenPelatihan SID di Bombana, Sulawesi Tenggara Penerapan SID di Sidoarjo dan Jombang, Jawa Timur Pelatihan SID untuk Penanggulan Risiko Bencana (PRB) Kelud di Malang, Jawa Timur Pelatihan SID tingkat desa di Lombok Tengah, NTTPelatihan SID tingkat desa di Lombok Utara, NTTPelatihan SID tingkat dasar di Banjarnegara, Jawa TengahPelatihan SID tingkat desa di Sumatera UtaraPelatihan SID tingkat desa di Wonogiri, Jawa Tengah

Sistem Informasi DesaJanuari - Desember 2015

Gunungkidul, Kebumen, Bombana, Sidoarjo, Jombang, Malang, Lombok Tengah, Lombok Utara, Banjarnegara, Sumatera Utara, Wonogiri.

Mitigasi Erupsi Merapi MelaluiJathilan dan Ketoprak

APRIL 2015

CRI bekerjasama dengan Radio FMYY Jepang dan Desa Sidorejo serta Jalin Merapi menggelar mitigasi bencana erupsi Merapi

melalui seni dengan mengkolaborasikan jathilan dan ketoprak. Ketoprak dan jathilan dipilih karena kecenderungan masyarakat di lereng Merapi yang lebih mudah memahami pentingnya kesiapsiagaan menghadapi bencana melalui seni dibandingkan melalui diskusi ataupun penyuluhan.

Desa Sidorejo, Kecamatan Kemalang, Klaten, Jawa Tengah

Pelatihan pengenalan peran dan manfaat media komunitas sebagai medium informasi dan pemasaran produk kelompok perajin tenun

Media komunitas danpelaku ekonomi lokal

JUNI 2015

Sumba Barat Daya, Nusa Tenggara Timur

JULI 2015Jurnalisme warga dan

perlindungan hukumnya

Pelatihan jurnalistik tingkat lanjut, sosialisasi perlindungan hukum bagi pewarta warga wilayah Sulawesi dan diskusi pengelolaan Suara Komunitas

Palopo, Sulawesi Selatan

Workshop penulisan bukuSistem Informasi Desa

AGUSTUS 2015

Ada 2 tim penulis yang mengikuti workshop persiapan penulisan buku SID ini, yakni tim penulis dari pemerintah desa (Desa Balerante, Desa Nglegi, Desa Dlingo dan Desa Pasir) yang menulis tentang praktik baik penerapan SID dan tim penulis akademisi yakni Prof. Dr. M. Baiquni, M.A.

Kantor CRI, Sewon, Bantul

pengarusutamaangender

AGUSTUS 2015

Pelatihan Pengarusutamaan Gender dan Media Komunitas Bagi Pelaku Usaha Kecil Tenun di Kodi Utara.

Sumba Barat Daya, Nusa Tenggara Timur

sekolahsistem informasi desa

september & oktober 2015

Mengusung semangat “Sekolah SID, Langkah Membangun Kemandirian Desa,” sekolah ini mengajak para pebelajar untuk menggali, mengorganisir, dan memanfaatkan data dan informasi di desanya untuk membangun desa secara mandiri.

Untuk mengoptimalkan kompetensi di atas, maka sekolah ini pun terbagi menjadi 2 kelas, yakni kelas Olah Data dan kelas Jurnalisme Warga. Seperti namanya, kelas Olah Data berfokus pada bagaimana mengolah dan mengelola data dalam aplikasi SID. Sementara kelas Jurnalisme Warga berkonsentrasi pada bagaimana menggali dan menyebarkan informasi melalui SID.

Lahirnya Sekolah SID tak lepas dari upaya CRI untuk menjawab kebutuhan sumber daya manusia dalam mengelola aplikasi SID secara lebih optimal. SID sendiri menjadi salah satu media efektif dalam mewujudkan desa yang mandiri seperti mengacu pada UU No. 6 Tahun 2014 tentang kemandirian desa untuk mengelola sumber daya.

Kantor CRI, Bantul, Yogyakarta.

september 2015Pelatihan APIK(Audio Pengelolaan Informasi - Kebencanaan)

Combine bersama dengan FMYY Jepang menggelar pelatihan Audio Pengelolaan Informasi Kebencanaan (APIK) atau yang lebih dikenal sebagai DMAM (Disaster Management Audio Material). Konten APIK adalah penggabungan informasi pengurangan risiko bencana dengan musik tradisonal, sketsa komedi, drama, iklan layanan masyarakat (ILM) atau budaya lokal lainnya dalam bentuk audio. Pelatihan ini merupakan tindak lanjut dari tanggap darurat erupsi gunung sinabung pada tahun 2014. Saat itu, Combine bersama dengan FMYY Jepang memfasilitasi pendirian radio komunitas (rakom) yakni rakom Dia Emerdiate (peduli sesama) FM di Desa Batukarang dan Rakom Kekelengan (cinta kasih) FM di Desa Perteguhen, Kecamatan Simpang Empat, Kabupaten Karo.

Desa Perteguhen dan Desa Batukarang, Kecamatan Simpang Empat, Kabupaten Karo, Sumatera Utara.

september 2015village websitefor everyone

Village Website For Everyone merupakan saluran komunikasi digital untuk desa yang dikembangkan CRI dan dilaksanakan di 11 desa di Kupang, NTT. Media digital ini memuat informasi desa seperti potensi desa, profil desa, ruang konsultasi desa, ruang dokumentasi desa, agenda desa, dan konten terkait difabel.

Kupang, Nusa Tenggara Timur

september - desember 2015Pengembangan sistem infromasi kebencanaan kabupaten (SIKK)

SIKK adalah sistem yang dirancang untuk menyelenggarakan pengelolaan data dan informasi kebencanaan di tingkat kabupaten yang valid, up to date, terukur, sistematis, terintegrasi, dan ramah pengguna (user friendly). Pengelolan informasi dalam SIKK meliputi pengumpulan data dari berbagai pihak, pengola-han, dan distribusi informasi melalui berbagai jenis media.

Kota Malang, Kediri, dan Blitar, Jawa Timur

OKTOBER 2015Pelatihan JurnalistikTingkat Lanjut suarakomunitas.net

Pelatihan jurnalistik tingkat lanjut, sosialisasi perlindungan hukum bagi pewarta warga dan diskusi pengelolaan suarako-munitas digelar dengan mengundang para editor pewarta warga di suarakomunitas.net wilayah Jawa. Tujuan dari pelati-han ini adalah meningkatnya kapasitas jurnalistik pewarta warga Suara Komunitas Jawa

Kantor CRI, Sewon, Bantul

OKTOBER 2015Peringatan bulan penguranganrisiko bencana

CRI berpartisipasi dalam Peringatan Pengurangan Risiko Bencana (PRB) Nasional

Solo, Jawa Tengah

November 2015Pertemuan nasional

suara komunitas

Pertemuan Nasional Pewarta Suara Komunitas

Gunungkidul, DIY

desember 2015festival desa

CRI menggelar Festival Desa bertajuk “Menuju Desa Yang Mandiri dan Inklusif Dengan Tata Kelola Informasi”. Dalam festival ini, diluncurkan website desa Village Website For Everyone. Festival ini juga menampilkan ragam potensi dari 11 desa peserta kegiatan Village Website For Everyon dan beragam kegiatan lain seperti diskusi, pameran, bazaar, lomba foto dan website di festival desa, konseling, dan pentas seni budaya.

Kupang, Nusa Tenggara Timur

desember 2015festival

dolan kampung barepan

Festival Dolan Kampung Barepan digelar CRI bekerjasama dengan Radio FMYY Jepang, radio komunitas MGM FM, dan Forum Wisata Dusun Barepan (FWDB) . Agenda ini mengajak travel blogger dan pelaku wisata lokal untuk menjelajahi potensi wisata di Dusun Barepan.

Dusun Barepan, Desa Wanurejo, Kecamatan Borobudur,Magelang

Dokumentasi Sekolah Sistem Informasi DesaCRI

14 | Kombinasi Edisi ke-65 | Komunitas Membangun Jaringan Informasi

Pusat. Tidak sedikit Kepala Daerah yang menjadi tersangka penyalahgunaan wewenang hanya karena kesalahan

desa tersangkut kasus yang

dari pengalaman mereka berurusan dengan administrasi ketat dan rumit yang ditetapkan Pemerintah Pusat. Harus diakui bahwa saat ini Pemerintah Pusat telah memasukkan desa dalam hierarki administrasi yang kuat. Sebagian orang menyebutnya “negaraisasi desa”.

yang menjadi konsekuensi pelaksanaan UU Desa harus diimbangi dengan kesiapan desa menyiapkan perangkat desa yang mampu merencanakan pembangunan dengan cerdas, mengelola sumber daya dengan cermat, menjamin transparansi dan akutabilitas, dan seterusnya.

dengan tantangan-tantangan tersebut.

lagi bahwa pemerintah desa

harus siap dengan segala

ini sudah bukan waktunya lagi desa dikelola dengan cara-cara yang biasa, harus luar

langsung membagi beban cita-cita Indonesia sejahtera kepada desa, dengan kata lain beban itu

pemerintah pusat. Namun bukan

ritme kerja dengan pemerintah pusat karena bagaimanapun akses dan sumber daya manusia yang dimiliki jauh berbeda.

Jangan pula lupa bahwa saat ini desa mewarisi dampak

yang telah berlangsung sejak lama. Aturan-aturan yang dibuat pada masa sebelum UU Desa telah meminggirkan desa dalam pengelolaan sumber daya

warga dengan korporasi banyak dipicu oleh peraturan yang mengabaikan kondisi desa dan warganya yang bersentuhan langsung dengan sumber daya alam tersebut. Misalnya kasus pemanfaatan hutan. Pada 2014 lalu dengan alasan mempercepat laju perekonomian pemerintah mengeluarkan paket kebijakan

melakukan kegiatan ekonomi berbasis hutan. Sebelumnya, untuk mengurus izin prinsip (IP) membutuhkan waktu 2-4 tahun di Kementerian Lingkungan Hidup. Namun, dengan dikeluarkannya paket kebijakan September II proses perizinan bisa dipangkas hingga

2014) Pertanyaannya adalah bagaimana mungkin dalam 5 hari dapat diterbitkan analisis yang komprehensif mengenai dampak

lingkungan dan sosialnya? Bagaimana dengan posisi warga desa dalam proses tersebut?

Semangat UU Desa adalah menempatkan desa sebagai subjek pembangunan, bukan objek pembangunan. Dalam sebuah diskusi di Gedung DPR pada 2014 Ahmad Muqowwam, mantan Ketua Pansus RUU Desa, mengatakan bahwa salah satu penghambat kemandirian desa adalah pemerintah pusat banyak melaksanakan program-program sektoral melalui kementerian yang mana program-program

dengan kebutuhan desa.

dalam pelaksanaannya. Ia menambahkan bahwa hanya sekitar 12.000 desa yang dijangkau oleh program ini dari 72.000 lebih desa yang ada di

bahwa pola pembangunan yang

penghambat kemajuan Indonesia. Sekedar mengingatkan bahwa

hukum dan sejarawan Jerman, pernah menyatakan bahwa hukum tumbuh dan berkembang dari masyarakat, hukum diproduksi dari pengalaman masyarakat berdasarkan karakter masyarakat itu sendiri. Karenanya produk hukum yang baik adalah hukum yang dijiwai oleh kebutuhan masyarakatnya, bukan sekadar memenuhi kebutuhan

kebijakan dan peraturannya.

“UU Desa secara

membagi beban cita-cita Indonesia sejahtera kepada desa, dengan kata

lagi melulu ada di pundak pemerintah pusat.”

Kombinasi Edisi ke-65 | Komunitas Membangun Jaringan Informasi | 15

S T A M AUMengelola Informasi Desa Berbasis Laman

Oleh: Irman Ariadi* Pengguna SID di Indonesia sampai tahun 2015.

Kehadiran Undang Undang No 6 Tahun 2014 Tentang Desa semakin memperkuat

kebutuhan akan sistem informasi desa. Mengacu pada pasal 86 UU Desa, terlihat jelas pembagian peran dalam pengaturan sistem informasi oleh pemerintah pusat, daerah, dan desa.

Pengembangan sistem informasi desa wajib dilakukan oleh pemerintah pusat dan daerah. Sementara kewajiban pengelolaannya diserahkan kepada pemerintah desa, dengan catatan desa berhak menentukan penggunaan sistem yang sesuai kebutuhan. Hak untuk mengakses sistem informasi desa

tersebut. Dalam upaya memenuhi

kebutuhan sistem informasi desa, pemerintah pusat dan daerah wajib menyiapkan infrastruktur pendukung dan peningkatan kapasitas Sumber Daya Manusia (SDM). Namun dalam kenyataannya, ada kalanya dua kebutuhan tersebut

yang diharapkan pemerintah desa. Desa pun diizinkan untuk

memenuhi kebutuhannya sesuai perencanaan pembangunannya.

hambatan-hambatan itu.

bentuk kemandirian desa dalam pemenuhan kebutuhan mereka.

Sistem Informasi Desa Gagasan sistem informasi

desa adalah untuk pengelolaan sumberdaya. Implementasinya membutuhkan kemauan & sinergitas berbagai pihak.

merupakan suatu keutuhan yang bisa diberdayakan dalam pembangunan desa hingga negara.

Jauh sebelum sistem informasi desa menjadi kebutuhan desa yang disahkan dalam UU Desa,

16 | Kombinasi Edisi ke-65 | Komunitas Membangun Jaringan Informasi

telah mengembangkan aplikasi Sistem Informasi Desa pada 2009. Sistem ini kemudian melahirkan produk turunan bernama Sistem Administrasi dan Informasi Desa/ Kelurahan (SAID/K) pada 2013. Kini, aplikasi ini kemudian lebih dikenal dengan Sistem Informasi Desa atau disingkat SID.

Lebih dari sekedar alat, SID merupakan proses pemanfaatan data dan informasi

untuk mendukung pengelolaan sumber daya berbasis komunitas. Implementasi SID ini mengusung

transparan, akuntabel, dan berkelanjutan. Karena bersifat open source, aplikasi SID ini dapat dikembangkan siapa saja. Pun, SID ini bisa dioperasikan baik dengan sambungan internet (online) maupun tanpa

“Dampak sistemik dari penerapan SID

informasi, transformasi, komunikasi dua arah dan sinergi antar pemangku

negara.”

tersambung internet (o ine). Dampak sistemik dari

informasi, transformasi, komunikasi dua arah dan sinergi

Inilah alasan desa-desa penerap SID merasakan bahwa SID adalah suatu rangkaian (baik mekanisme, prosedur hingga pemanfaatan) yang bertujuan untuk mengelola sumber daya yang ada di komunitas.

Gagasan dan pemanfaatan SID oleh desa ini hendaknya

sangat membantu mengurai

pemerintah supra desa. Itulah kenapa diperlukan upaya meningkatkan kapasitas SDM di

Kombinasi Edisi ke-65 | Komunitas Membangun Jaringan Informasi | 17

Dampingi Desa Mengelola Informasi

Dalam upaya meningkatkan

mendampingi desa-desa penerap SID. Pada 2013 dan 2014, CRI berkesempatan mendampingi 47 desa dari 7 kabupaten dan 1 kotamadya di Sulawesi Tenggara dan Sulawesi Selatan melalui

desa (saat itu masih bernama

menulis berita untuk diunggah ke laman desa, dan juga diskusi-diskusi. Hingga tahun 2015, sudah lebih dari 1330 desa dari 7 propinsi di Indonesia yang menerapkan SID.

Village Website For EveryoneTahun 2015, CRI mendampingi desa-desa di Kupang, NTT

dalam pengelolaan informasi desa. Konsep yang diusung adalah laman desa bernama Village Website For Everyone (VWFE). VWFE

desa. Laman ini bisa dioperasikan melalui komputer, telepon pintar, maupun tablet. Laman desa ini dikembangkan di 11 desa di 5 kecamatan di Kabupaten Kupang.

Village Website For Everyone

Desa UiboaDesa LetbaunDesa OelominDesa OesenaDesa Noelbaki, Mata Air, Desa Tanah Merah, Desa Oebelo, Desa Oelnasi, Desa Oelpuah, Desa Penfui Timur.

Kecamatan Semau Selatan Kecamatan SemauKecamatan NekameseKecamatan AmarasiKecamatan Kupang Tengah

Desa Peserta Village Website For Everyone di Kupang

Jika SID menjadi database kependudukan sekaligus mengelola informasi lewat

laman desa, sistem VWFE ini hanya mengelola informasi tentang desa pada laman desa saja. Melalui VWFE, desa bisa menginformasikan potensi dan aset desanya kepada masyarakat luas. Di dalamnya terdapat

hasil desa, agenda kegiatan, galeri dokumentasi, bahkan ruang konsultasi untuk warga. Berbagai dokumen perencanaan desa dan dokumen strategis lainnya juga bisa dimasukkan dalam laman desa ini.

Membangun laman desa tak bisa dilepaskan dari kemampuan dan kebiasaan bermedia digital warganya. Terbatasnya sinyal seluler berimbas pada lemahnya akses internet. Sambungan

“Membangun laman desa tak bisa dilepaskan dari kemampuan dan kebiasaan bermedia digital warganya.”

18 | Kombinasi Edisi ke-65 | Komunitas Membangun Jaringan Informasi

Pengenalan laman desa VWFE di 11 desa, 5 kecamatan di Kabupaten Kupang.

“Penerapan VWFE telah membantu mereka mewujudkan harapan desa untuk mengenalkan dan mengelola potensi desa mereka.”

telepon dari Telkom juga belum masuk di daerah ini.

layanan seluler di Kota Kupang dan sekitarnya. Dari kesebelas desa peserta VWFE, hanya 70% yang terakses sinyal seluler dengan koneksi yang lambat dan terbatas. Inilah salah satu alasan kenapa belum banyak warga yang memilih media digital untuk kebutuhan komunikasinya.

Mengingat peserta belum terbiasa dengan media digital, pengenalan internet

wajib dilakukan sebelum membangun laman desa VWFE. Membuat surel desa adalah satu kegiatan pengenalan internet dasar tersebut. Sebelumnya,

VWFE memiliki surel yang merepresentasikan desa mereka. Baru setelahnya, pengenalan membuat laman desa VWFE pun dilakukan.

Penerapan VWFE telah membantu mereka mewujudkan harapan desa untuk mengenalkan dan mengelola potensi desa mereka. Tujuannya adalah untuk mendongkrak laju perekonomian. Dalam perjalanannya, laman VWFE Desa Letbaun di Kecamatan Semau telah berhasil menjadi etalase digital produk kerajinan tenun mereka. Etalase digital itu memuluskan penjualan produk mereka hingga ke mancanegara.

Pemanfaatan SID maupun

pada pengelolaan informasi semata. Adanya analisa data sederhana, jurnalisme warga juga

berperan besar dalam memperkaya isi website tersebut. Sistem tersebut

pada desa dan masyarakat, sesuai dengan pemanfaatan yang mereka lakukan.

*Analis data dan pengembangan sistem

Kombinasi Edisi ke-65 | Komunitas Membangun Jaringan Informasi | 19

Lupa Endonesa

Keruwetan yang terjadi di negara ini selalu menarik

dan pembahasan. Bagaimana

nyentrik? Tentu hasilnya menjadi

cerita, alur, gaya penulisan hingga penokohan. Itulah yang ada di buku Lupa Endonesa hasil tulisan Sujiwo Tejo ini.

Penulisnya yang dikenal sebagai dalang “gendeng”, membuat tulisan tentang

ekonomi, hukum, hingga dunia hiburan menjadi cerita yang kocak namun mengena secara langsung maupun sindiran. Menjadi khas Sujiwo Tejo, ia membuat karya seni yang “nyeleneh” dengan menyinggung

Cerita dalam buku ini memadupadankan tokoh pewayangan dengan unsur

modernitas dan juga unsur-unsur kehidupan yang sedang hangat. Tokoh cerita didominasi oleh Punokawan yang terdiri dari Semar, Gareng, Petruk dan Bagong. Mereka adalah tokoh dalam pewayangan yang memiliki ciri khas humor. Masing-masing juga memiliki keunikan. Namun, dalam ceritanya, ada pemain

dengan para pejabat, istri

Luna Maya, Ariel dan lain-lain.

judulnya dibuat berdasarkan keadaan sosial yang sedang hangat diperbincangkan di negeri

membahas satu fenomena. Sang Dalang dengan bebasnya mengaitkan kehidupan sehari-hari tokoh pewayangan dengan realitas yang baru terjadi, bahkan dihubung-hubungkan dengan

Cinderella hingga perkembangan

Facebook.Sebut saja dalam cerita

berjudul “Unjuk Rasa Badut-Badut” yang berisi tentang cerita kehidupan rumah tangga anggota punokawan yang kacau balau. Gara-garanya, penonton dagelan sepi. Pendapatan pelawak turun

adalah masyarakat lebih tertarik nonton kasus KPK, kejaksaan dan polisi. Masyarakat lebih kepingkal-pingkal sampai keluar

menahan geli.Pada cerita berjudul Lupa

Endonesa, Sujiwo Tejo bahkan dengan kocaknya menceritakan tentang istri Gareng, Dewi

pagi. Kehidupan rumah tangga

Luna Maya dan Ariel, lagu Mbah

Judul : Lupa EndonesaPengarang : Agus Hadi Sujiwo (Sujiwo Tejo)Penerbit : Bentang (PT Bentang Pustaka)Tahun Terbit : 2012Cetakan : Ke-8Halaman : 218 halaman

Oleh: Natma S.

E S E N S I B U K UR

20 | Kombinasi Edisi ke-65 | Komunitas Membangun Jaringan Informasi20 | KoKombinasisi Eddisiisi keke-65-65 | Komuninitastas Membangug n Jaringangan Informassi

Surip berjudul “Tak Gendong Kemana-mana” hingga langkah

mulai merapat ke SBY (Soesilo Bambang Yudhoyono-red).

Penguasa terlama di negeri ini juga tak luput dari objek pembahasan. Dalam cerita berjudul “Waspadai Angka Keramat 32”, Sujiwo Tejo memaknai angka 32 dari berbagai sisi. Siapapun di negeri ini tentu

lamanya Presiden Soeharto berkuasa. Namun di sini, angka tersebut dikaitkan dengan panca indera (panca wiwijangan), indera keenam (sad wiwijangan),

di DPR, pamor Ariel, kasus dugaan pemerasan Anggodo

Julio Iglesias.

cerita yang bisa disebut cerita

ditulis singkat namun penuh dengan pesan tersirat dan tanpa menghujat. Pembaca akan tertawa membaca nama-nama yang disindir oleh Sujiwo Tejo.

Buku Lupa Endonesa merupakan kumpulan tulisan Wayang DURANGPO yakni NgelinDUR bAreNG PunOkawan yang ditulis oleh Sujiwo Tejo dalam sebuah rubrik yang secara

media di Indonesia. Dalam rubrik tersebut, ia menyampaikan

kocak namun mengena sehingga mereka yang membacanya

Indonesia.Dalam pengantar buku

ini, Sujiwo Tejo menyebutkan bahwa saat mengingau, apa saja menjadi tak mustahil dikatakan. Saat seseorang mengigau, apa yang dikatakan memang sekena-kenanya, tak ada yang salah,

bebas dan tak berpedoman. Membaca Lupa Endonesa

membuat pembaca belajar tentang tokoh-tokoh pewayangan

dan Bagong, Gatutkaca, Pandawa

Arjuna, Nakula dan Sadewa. Namun, meskipun

secara ringan, buku ini akan

Jawa. Hampir sebagian besar isi dialognya berbahasa Jawa. Hanya

“Membaca Lupa Endonesa membuat pembaca belajar tentang tokoh-tokoh pewayangan itu beserta asal-usulnya.”

Kombinasi Edisi ke-65 | Komunitas Membangun Jaringan Informasi | 21

S E D I A K O M U N I T A SM

Keluarga besar Pewarta Suara Komunitas berduka. Awal 2016, tepatnya 12 Januari,

salah seorang editor senior suarakomunitas.net, Muhammad Syairi, telah berpulang. Ia adalah pewarta warga asal Kabupaten Lombok Utara (KLU), NTB, yang sudah malang melintang di jagat media komunitas sejak awal tahun 2000-an. Sumbangsihnya terhadap perubahan sosial di komunitasnya tak terhitung jumlahnya.

Ari, begitu sapaan akrabnya, adalah pekerja sosial yang gigih.

menghalanginya untuk berbuat kebaikan bagi masyarakat Kabupaten Lombok Utara (KLU), khususnya bagi masyarakat di Desa Karangbajo, Kecamatan

yang ditorehkannya. Ia percaya, dengan pena, perubahan bisa dilakukan.

Sebagai pewarta warga, ia menulis berbagai hal, khususnya persoalan-persoalan sosial yang terjadi di sekitarnya. Kecintaannya

membuat dirinya menyeburkan

Dengan tulisan, ia membantu memperbaiki birokrasi di desanya, mengatasi persoalan yang dihadapi warga akar rumput, hingga mempromosikan keunggulan-keunggulan desanya dengan tujuan membuat daerahnya lebih maju.

Tidak sedikit karya

oleh media-media massa

nasional. Ia kerap menjadi kontributor bagi beberapa media massa, baik lokal maupun nasional. Baginya menjadi pewarta warga adalah salah satu cara untuk membuat masyarakat sejahtera.

Selain sebagai pewarta warga,

khususnya pendidikan. Tidak sedikit sekolah di Bayan yang merasakan kontribusinya. Pada tahun lalu, ia bahkan tak ragu untuk ‘menantang’ pemerintah setempat untuk terbuka dalam pengelolaan anggaran pendidikan di KLU. Dengan menggunakan bendera radio komunitas Primadona FM, Ari bekerja sama dengan beberapa organisasi masyarakat sipil setempat untuk memperbaiki kondisi pendidikan di KLU.

Ia adalah orang yang keras kepala dalam berbuat kebaikan. Tak jarang suara-suara sumbang datang dari orang-orang yang

suarakomunitas.net se-Indonesia ia mengaku diteror dan dicap

dirinya yang disasar, namun juga keluarganya. Tapi karena ia keras kepala, ia tak peduli dengan

suara-suara sumbang tersebut. Ia tetap melakukan hal-hal yang menurut dirinya baik dan bisa membuat kehidupan orang-orang di sekitarnya lebih baik.

Keluarga besar Suara Komunitas kehilangan pewarta warga berintegritas. Warga Karangbajo kehilangan orang

Lombok Utara kehilangan motor perubahan. Indonesia kehilangan salah satu anak bangsa yang berdedikasi bagi kemajuan negeri ini.

Namun, ia mungkin akan sedih bila kita terus menerus meratapi kepulangannya. Yang perlu kita lakukan adalah meneruskan perjuangannya, jerih payahnya untuk membangun Indonesia dari desa. Sudah seharusnya warisan Syairi kita junjung bersama dengan semangat kita membangun masyarakat yang lebih baik.

Selamat jalan, bapak, guru, sahabat kami, Muhammad Syairi. Semoga kami dapat meneruskan perjuanganmu!

Oleh: Ferdhi Fahrudhin Putra, editor nasional suarakomunitas.net

OBITUARI

Selamat Jalan, Syairi!

22 | Kombinasi Edisi ke-65 | Komunitas Membangun Jaringan Informasi

S E S AD

Blusukan ke desa-desa menjadi pengalaman tak terlupakan bagi wisatawan.

Selain bisa berinteraksi dengan kehidupan ala pedesaan yang asri, wisatawan juga berkesempatan mengenal karakter budaya setempat.

Mengusung konsep wisata blusukan desa, Forum Wisata Dusun Barepan (FWDB) menggelar agenda wisata bertajuk “Dolan Kampung” di Dusun Barepan, Desa Borobudur, Magelang pada Sabtu, 12

“Dolan Kampung” Barepan, Wisata Blusukan di Borobudur

Oleh:

Desember 2015. Kegiatan ini menggandeng radio komunitas MGM FM Borobudur dengan dukungan Combine Resource

FMYY Jepang, Dolan Kampung ini mengajak travel blogger dan pelaku wisata lokal dan daerah (agen wisata, pengusaha penginapan, dll.) untuk menjelajahi potensi wisata di Dusun Barepan.

“Dolan Kampung merupakan agenda wisata yang baru pertama kalinya digelar di

Dusun Barepan. Agenda ini diadakan untuk mengangkat potensi wisata di Dusun Barepan dengan mengedepankan interaksi serta apresiasi terhadap karakter budaya dan lingkungan setempat,” jelas Andrew Dananjaya dari CRI, (7/12).

Ada dua kegiatan pokok yang diadakan dalam Dolan Kampung, yakni wisata minat khusus dan rembug wisata. Dalam kegiatan wisata minat khusus ini, pengunjung diajak blusukan ke Dusun Barepan

Pameran pasar komunitas juga digelar untuk mewadahi aneka produk olahan makanan dan kerajinan khas yang dibuat dan dikelola warga Barepan.

Kombinasi Edisi ke-65 | Komunitas Membangun Jaringan Informasi | 23

sambil berinteraksi dengan masyarakat setempat. Sembari blusukan, mereka berkesempatan membuat kerajinan speaker alam atau pengeras suara dari bahan

Barepan. Sejumlah atraksi wisata

pun sukses menghibur para

tari Topeng Ireng, tari Tong-Tong Lek, dan tari Dayakan pada malam harinya. Tak sekedar menonton pertunjukan, para wisatawan juga diajak untuk berinteraksi menari di panggung. Kecanggungan “penari dadakan”

Topeng Ireng justru menjadi magnet yang menghibur, baik untuk wisatawan sendiri maupun para warga dan tamu yang hadir.

Kelola Informasi Wisata melalui Media Komunitas

Adapun kegiatan rembug wisata digelar untuk mewadahi para blogger, pelaku wisata dan akademisi pariwisata dengan mengangkat diskusi tentang pengelolaan informasi wisata melalui media komunitas. Hadir sebagai pembicara utama dalam rembug wisata tersebut, Dhesta

Kepariwisatan UGM Yogyakarta. Dhesta berbagi pengalaman tentang strategi media komunitas untuk mendukung pendampingan desa wisata.

Dalam pengantarnya, Destha menekankan hal-hal yang perlu disiapkan dan dilakukan oleh pendamping desa wisata yakni masyarakat yang sadar potensi, lingkungan yang berkarakter,

Salah satu unggulan dari Barepan, Wanurejo, Borobudur

Sembari blusukan, peserta Dolan Kampung berkesempatan membuat kerajinan speaker alam atau pengeras suara dari bahan bambu.

adalah media komunitas yang mendukungnya. Dalam hal ini, radio komunitas MGM FM Borobudur hadir sebagai media komunitas Barepan memberikan informasi seputar wisata di sekitar Borobudur.

komunitas juga menjadi

Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Magelang, Edy Susanto. Media komunitas bisa menguatkan jaringan informasi wisata di desa. Adanya media

Rembug wisata mengangkat diskusi tentang pengelolaan informasi wisata melalui media komunitas.

“Adanya media komunitas juga diharapkan bisa mendekatkan wisatawan dan biro wisata.”

24 | Kombinasi Edisi ke-65 | Komunitas Membangun Jaringan Informasi

komunitas juga diharapkan bisa mendekatkan wisatawan dan biro wisata.

“Kita perlu memanfaatkan media komunitas sebagai penguat jaringan informasi wisata desa,” ujar Edy Susanto dalam sambutannya dalam acara peluncuran laman MGM FM Borobudur di Dusun Barepan masih dalam rangkaian kegiatan Dolan Kampung, (12/12).

Tak lengkap rasanya sebuah hajatan wisata desa jika tanpa mengenalkan potensi-potensi

“Agenda wisata ini diharapkan dapat mendorong daya saing lokal

dengan memaksimalkan kontribusi pariwisata bagi kemakmuran desa

sekaligus komunitasnya.” Para wisatawan juga diajak untuk berinteraksi menari tari Topeng Ireng khas Barepan di panggung seni.

desanya. Itu pula yang membuat

pameran pasar komunitas untuk mewadahi aneka produk olahan makanan dan kerajinan khas yang dibuat dan dikelola warga Barepan dan di sekitarnya.

diselenggarakan untuk membangun kemitraan dalam memperkuat jaringan pariwisata lokal Barepan. Agenda wisata ini diharapkan dapat mendorong daya saing lokal dengan memaksimalkan

kontribusi pariwisata bagi kemakmuran desa sekaligus komunitasnya. “Pada saat yang

akan membuka peluang lapangan kerja bagi pemuda dalam sektor kepariwisataan,” pungkas Andrew.

Kombinasi Edisi ke-65 | Komunitas Membangun Jaringan Informasi | 25

Salah satu kemandirian tersebut adalah mandiri dalam mengelola sumber

daya yang ada di desa. Kemampuan mengelola sumber

agar desa bisa memiliki hak atas penguasaan aset dan bisa melakukan kerjasama dengan para pihak secara menguntungkan.

Sistem Informasi Desa (SID) yang dikembangkan Combine

merupakan jawaban untuk mendukung pengelolaan sumber daya desa bahkan sebelum UU Desa tersebut hadir. SID lahir sebagai gagasan bersama sejumlah komunitas desa dan komunitas petani yang dibangun

desa untuk mempermudah pengelolaan sumber daya. Pengelolaan sumber daya itu berupa kekayaan alam dan potensi lain yang bisa dikelola untuk mendukung kemandirian desa. Kemandirian inilah yang menjadi salah satu satu kunci

masyarakat.

Sekolah SIDPengelolaan SID

membutuhkan SDM (Sumber Daya Manusia) yang dapat mengembangkan aplikasi ini

inilah yang melatarbelakangi CRI menggelar Sekolah Sistem Informasi Desa (SSID) sejak September 2015.

menentukan arah pembangunan desa. Itulah kenapa sekolah

Harapannya, peserta dapat memiliki kemampuan dalam mengelola sumber daya desa menggunakan SID untuk menunjang kemandirian desa,“ jelas Imung Yuniardi, direktur CRI, (14/9).

Mengusung semangat “SSID, Langkah Membangun Kemandirian Desa,” sekolah ini mengajak para pesertanya untuk menggali, mengorganisir, dan memanfaatkan data dan informasi di desanya untuk membangun desa secara mandiri. Tak hanya itu, peserta SSID juga belajar tentang penyebaran

“Perubahan mandat dan kewenangan pemerintah desa dalam Undang Undang No 6 Tahun 2014 Tentang Desa memiliki implikasi kemandirian.”

26 | Kombinasi Edisi ke-65 | Komunitas Membangun Jaringan Informasi

warga dapat mengakses data.

peserta dari desa-desa penerap

peserta masing-masing dari perwakilan pemerintah desa dan warga desa. Angkatan I SSID digelar pada 14 – 17 September 2015 di kantor CRI, Bantul, Yogyakarta dengan peserta dari 5 desa di Kabupaten Kebumen dan satu desa serta lembaga dari Kabupaten Boyolali, Jawa Tengah.

kompetensi yang dibutuhkan dalam pengelolaan SID, maka sekolah ini pun terbagi menjadi 2 kelas, yakni kelas Olah Data dan kelas Jurnalisme Warga.

Data berfokus pada bagaimana mengolah dan mengelola data dalam aplikasi SID. Umumnya, peserta di kelas ini adalah perwakilan dari pemerintah desa yang mengelola aplikasi

SID di desanya. Sementara kelas Jurnalisme Warga berkonsentrasi pada bagaimana menggali dan menyebarkan informasi melalui SID. Dalam kelas inilah, peserta dari perwakilan warga dapat mengembangkan kompetensinya untuk menulis potensi-potensi desanya. Tulisan-tulisan inilah

SID. Dengan diampu oleh pengajar

profesional, Sekolah SID tak hanya menyajikan pembelajaran di dalam kelas saja. Untuk memaksimalkan pemahaman tentang pemanfaatan SID, para peserta pun diajak untuk mengunjungi Desa Nglegi di Patuk, Gunungkidul dan Desa DlingoSelasa, (15/9). Di Desa Nglegi, para peserta belajar bagaimana pemanfaatan data SID untuk Analisis Kemiskinan

di Desa Dlingo, para peserta mempelajari bagaimana SID dimanfaatkan untuk mengelola

wisata, kuliner, kerajinan, dan sebagainya.

“Saya sangat bersemangat ingin belajar bagaimana SID dimanfaatkan untuk meningkatkan akurasi data kependudukan dan mengembangkan potensi wisata. Saya ingin bisa memanfaatkan ilmu yang saya dapatkan di sini (Sekolah SID-red) untuk mengembangkan potensi khususnya potensi wisata yang ada di desa saya,” jelas salah satu peserta SSID angkatan I asal Kabupaten Boyolali, (15/9). (AS)

“Sekolah ini terbagi menjadi 2 kelas, yakni kelas Olah Data dan kelas Jurnalisme Warga untuk

kompetensi yang dibutuhkan dalam mengelola SID.”

Sekolah SID mengajak para pesertanya untuk menggali, mengorganisir, dan memanfaatkan data dan informasi di desanya untuk membangun desa secara mandiri.