Dermatofitosis e.c Tinea corporis - · PDF fileseperti jerawat di bagian perut, gatal (+),...

2
115 CDK 183/Vol.38 no.2/Maret - April 2011 LAPORAN KASUS Pendahuluan Penyakit infeksi jamur, masih memiliki preva- lensi yang cukup tinggi di Indonesia, mengi- ngat negara kita beriklim tropis yang mempu- nyai kelembapan tinggi. 1 Jamur bisa hidup dan tumbuh di mana saja, baik di udara, tanah, air, pakaian, bahkan di tubuh manusia. Jamur bisa menyebabkan penyakit yang cukup parah bagi manusia. Penyakit tersebut antara lain mikosis yang menyerang langsung pada kulit, mikotok- sitosis akibat mengonsumsi toksin jamur yang ada dalam produk makanan, dan misetismus yang disebabkan oleh konsumsi jamur beracun. 2 Laporan kasus ini membahas Tinea Corporis, salah satu contoh dermatofitosis. Dermatofito- sis merupakan infeksi jamur superfisial genus dermatofita, pada lapisan epitel yang berkera- tinisasi (lapisan tanduk), jarang menginfeksi lebih dalam, ditandai dengan lesi inflamasi maupun non inflamasi pada daerah kulit berambut halus (glabrous skin) dan tidak dapat hidup pada mem- bran mukosa (vagina, mulut). 1, 3, 4, 5 Kadang- kadang lesinya menyerupai penyakit kulit lain, sehingga sangat diperlukan ketepatan mendi- agnosis. Laporan kasus Seorang perempuan, suku Melayu, sudah me- nikah berusia 30 tahun, datang ke poli rawat jalan puskesmas dengan keluhan gatal di perut dan tangan sejak 1 tahun yang lalu. Awalnya muncul gelembung kecil, berwarna putih bening seperti jerawat di bagian perut, gatal (+), oleh pasien digaruk, kemudian pecah dan meluas sampai seluruh perut dan tangan. Pasien berobat sendiri, diberi bedak Herocyn® (bals.peruv 2%, zinc.oxide 3,5%, precip sulph 1,42%, salicylic acid 0,8%, camphor 0,3%, menthol 0,47%, deodorant q.s, preservative q.s, talc ad 100%), sehari tiga kali, namun gatal tidak juga berkurang. Rasa gatal akan bertambah bila terkena keringat. Kemudian oleh pasien didiamkan saja, sehingga lama ke- lamaan bertambah luas dan berwarna merah. Pasien bekerja di perusahaan kelapa sawit, di bagian pemupukan (memakai pupuk Urea dan KCl). Sakit seperti ini sebelumnya (-), riwayat alergi (-), riwayat kencing manis di keluarga (-), pemakaian sarung tangan dan sepatu bot (+) sewaktu bekerja. Pemeriksaan fisik (6 Agustus 2009) : Keadaan umum tampak sakit ringan, compos mentis, tekanan darah 120/80 mmHg, frekuensi napas 20 kali/menit, suhu 36° C, nadi 80 kali/ menit, berat badan 47 kg, tinggi badan 149 cm, IMT 21,17 kg/m2 (BB normal) Konjungtiva tidak pucat, sklera tidak ikterik, pupil isokor +/+, pembesaran kelenjar getah bening leher (-). Paru-paru dalam batas normal, jantung dalam batas normal. Status Lokalis : Abdomen : Inspeksi : makula eritema, anular, tersebar difus, berbatas tegas, pinggir lesi polisiklik dan agak meninggi, dengan papul dan vesikel di tepi. Daerah tengah relatif lebih tenang, skuama (+), likenifikasi (+). Palpasi : hepar dan lien tidak teraba, massa intraabdomen (-) Perkusi : timpani Auskultasi : bising usus (+) normal Akral hangat, edema (-) Pemeriksaan tambahan : tidak diperiksa kerokan kulit, mengingat reagen periksa tidak tersedia. Penatalaksanaan Pasien diberi Khlorpheniramin maleat 4 mg (3x1 tablet), ketokonazole 200 mg (1x1 tablet), ketokonazol salep (2x per hari). 10 Agustus 2009 Keluhan saat kontol : rasa gatal (-) Obat dilanjutkan, ditambah vitamin C 50 mg (3x1 tablet), vitamin B komplek (3x1 tablet). (Foto 1) Foto 1. Saat kontrol 10 Agustus 2009 19 Agustus 2009 Keluhan saat kontrol : gatal (-) Obat dilanjutkan (Foto 2). Foto 2. Saat kontrol 19 Agustus 2009 5 September 2009 Keluhan saat kontrol : (-) Obat dilanjutkan. kontrol kembali tanggal 28 September 2009 Foto 3. Saat kontrol 5 September 2009 28 September 2009 Keluhan : (-) Obat dilanjutkan, sampai bagian pinggir lesi sembuh. Pasien diberi informasi, walaupun sudah sembuh, obat tetap dilanjutkan sampai 2 minggu, mengingat penyakit ini mudah berulang. Pasien tidak perlu kontrol kembali. Dermatofitosis e.c Tinea corporis Rianyta Dokter PTT di Puskesmas Kelapa Kampit, Belitung Timur, Propinsi Kepulauan Bangka Belitung, Indonesia

Transcript of Dermatofitosis e.c Tinea corporis - · PDF fileseperti jerawat di bagian perut, gatal (+),...

Page 1: Dermatofitosis e.c Tinea corporis - · PDF fileseperti jerawat di bagian perut, gatal (+), oleh ... penghambat serum (serum inhibitory factor) namun kadang-kadang dapat bertambah/meluas

LAPORAN KASUS

115CDK 183/Vol.38 no.2/Maret - April 2011 116 CDK 183/Vol.38 no.2/Maret - April 2011

LAPORAN KASUS

Foto 4. Saat kontrol 28 September 2009:

PembahasanTinea Corporis mengacu pada infeksi jamur

superfisial pada daerah kulit halus tanpa rambut,

kecuali telapak tangan, telapak kaki. Dinamakan

Tinea Corporis karena berdasarkan bagian tubuh

yang terkena, yaitu di badan dan anggota badan;

disebabkan oleh golongan jamur Epidermophyton,

Trichophyton, dan Microsporum.4 Infeksi dimulai

dengan kolonisasi hifa dan cabang- cabangnya

di dalam jaringan keratin yang mati, hifa me-

lepaskan keratinase serta enzim lainnya guna

menginvasi lebih dalam stratum korneum dan

menimbulkan peradangan, walaupun umum-

nya, infeksi terbatas pada epidermis, karena

adanya mekanisme pertahanan tubuh non spe-

sifik, seperti komplemen, PMN, aktivasi faktor

penghambat serum (serum inhibitory factor)

namun kadang-kadang dapat bertambah/meluas.

Masa inkubasinya sekitar 1-3 minggu. Tinea

Corporis merupakan infeksi yang umum terjadi

pada daerah dengan iklim hangat, lembab; sekitar

47% disebabkan oleh Trichophyton Rubrum.

Infeksi dermatofitosis jarang menimbulkan

kematian, akan tetapi dapat memberikan efek

yang besar terhadap kualitas hidup.3 Diagnosis

dermatofitosis memerlukan gabungan data klinis,

gambaran status lokalis dan pemeriksaan

penunjang. Manifestasi klinis berupa pertum-

buhan jamur dengan pola radial di dalam

stratum korneum menyebabkan timbulnya lesi

kulit sirsinar dengan batas jelas dan meninggi

yang disebut ringworm, tepi polisiklik, daerah

tepi tampak vesikel-vesikel kecil dengan skuama

halus dan aktif. Dijumpai daerah penyembu-

han sentral. Biasanya rasa gatal bertambah jika

berkeringat.1, 3, 6

Pemeriksaan penunjang menggunakan sediaan

dari bahan kerokan (kulit, rambut dan kuku)

dengan larutan KOH 10-30%. Dengan pemerik-

saan mikroskopis akan terlihat elemen jamur

dalam bentuk hifa panjang, spora dan artospora

(spora berderet). Dengan pembiakan, bertujuan

untuk mengetahui spesies jamur penyebab;

bahan sediaan kerokan ditanam dalam agar

Sabouroud Dekstrose, untuk mencegah per-

tumbuhan bakteri dapat ditambahkan anti-

biotika (contoh; khloramfenicol) ke dalam

media tersebut. Perbenihan pada suhu 24-

30°C. Pembacaan diakukan dalam waktu 1-3

minggu. Koloni yang tumbuh diperhatikan

mengenai warna, bentuk, permukaan dan ada

atau tidaknya hifa.1 Pada pasien dengan lesi

dermatofitosis yang luas, perlu dipikirkan ke-

mungkinan infeksi HIV, riwayat atopik, serta

pengobatan jangka panjang dengan steroid.4

Pada kasus ini, terlihat lesi dermatofitosis yang

cukup luas di badan, namun keadaan gizi baik,

pemeriksaan fisik dalam batas normal, tidak

ada riwayat alergi, tidak sedang mengkon-

sumsi obat-obatan dalam jangka waktu lama.

Pada status lokalis didapatkan gambaran per-

tumbuhan jamur, ditambah faktor pekerjaan

dan lingkungan yang berisiko terinfeksi jamur.

Pasien diterapi secara topikal dan sistemik

dengan antifungi golongan Azol (ketokonazol)

selama kurang lebih satu bulan, dan menun-

jukkan perubahan yang cukup berarti.

Simpulan

Seorang perempuan, pekerja perkebunan kelapa

sawit, usia 30 tahun,menderita infeksi Tinea

Corporis yang cukup luas di bagian perut; men-

dapatkan pengobatan antifungi topikal dan

sistemik golongan Azol (ketokonazol) selama

kurang lebih satu bulan. Kombinasi ini meng-

hasilkan resolusi yang cukup berarti, pengoba-

tan dilanjutkan selama 2 minggu, mengingat

penyakit ini sering residif.

DAFTAR PUSTAKA

1. Nasution MA, Muis Kamaliah, Juwono, dkk. Diagnosis dan penatalaksanaan dermatofitosis. Cermin Dunia Kedokteran,

edisi khusus 1992, 80:116-118

2. Wed. Jangan anggap remeh jamur kulit. 25 Mei, 2004. sumber : http://gizi.net/cgi-bin/berita/fullnews.cgi?newsid1085454401,65023.

3. Lesher Jr JL. Tinea corporis. December 2, 2005. Available from URL: www.medscape.com

4. Baligni K, Vardi VL, Barzegar MR et al. Extensive tinea corporis with photosensivity.: case report. Indian J. Dermatol

2009,54:57-59.

5. Stoppler MC. Ringworm (tinea) causes, symptoms, diagnosis and treatment. Available from URL: www.medicinenet.com

6. Fauci L. Miscellaneous mycoses and algal infections. In: Fauci, Braunwald, Kasper, et al. Harrison’s principles of internal

medicine. 17th ed. USA: McGraw-Hill Co. Inc. 2008; 1263-65

PendahuluanPenyakit infeksi jamur, masih memiliki preva- lensi yang cukup tinggi di Indonesia, mengi- ngat negara kita beriklim tropis yang mempu-nyai kelembapan tinggi.1 Jamur bisa hidup dan tumbuh di mana saja, baik di udara, tanah, air, pakaian, bahkan di tubuh manusia. Jamur bisa menyebabkan penyakit yang cukup parah bagi manusia. Penyakit tersebut antara lain mikosis yang menyerang langsung pada kulit, mikotok-sitosis akibat mengonsumsi toksin jamur yang ada dalam produk makanan, dan misetismus yang disebabkan oleh konsumsi jamur beracun. 2

Laporan kasus ini membahas Tinea Corporis, salah satu contoh dermatofitosis. Dermatofito-sis merupakan infeksi jamur superfisial genus dermatofita, pada lapisan epitel yang berkera-tinisasi (lapisan tanduk), jarang menginfeksi lebih dalam, ditandai dengan lesi inflamasi maupun non inflamasi pada daerah kulit berambut halus (glabrous skin) dan tidak dapat hidup pada mem- bran mukosa (vagina, mulut).1, 3, 4, 5 Kadang- kadang lesinya menyerupai penyakit kulit lain, sehingga sangat diperlukan ketepatan mendi-agnosis.

Laporan kasusSeorang perempuan, suku Melayu, sudah me- nikah berusia 30 tahun, datang ke poli rawat jalan puskesmas dengan keluhan gatal di perut dan tangan sejak 1 tahun yang lalu. Awalnya muncul gelembung kecil, berwarna putih bening seperti jerawat di bagian perut, gatal (+), oleh pasien digaruk, kemudian pecah dan meluas sampai seluruh perut dan tangan. Pasien berobat sendiri, diberi bedak Herocyn® (bals.peruv 2%, zinc.oxide 3,5%, precip sulph 1,42%, salicylic acid 0,8%, camphor 0,3%, menthol 0,47%, deodorant q.s, preservative q.s, talc ad 100%), sehari tiga kali, namun gatal tidak juga berkurang. Rasa gatal akan bertambah bila terkena keringat. Kemudian oleh pasien didiamkan saja, sehingga lama ke- lamaan bertambah luas dan berwarna merah.

Pasien bekerja di perusahaan kelapa sawit, di bagian pemupukan (memakai pupuk Urea dan KCl). Sakit seperti ini sebelumnya (-), riwayat alergi (-), riwayat kencing manis di keluarga (-), pemakaian sarung tangan dan sepatu bot (+) sewaktu bekerja.

Pemeriksaan fisik (6 Agustus 2009) :Keadaan umum tampak sakit ringan, compos mentis, tekanan darah 120/80 mmHg, frekuensi napas 20 kali/menit, suhu 36° C, nadi 80 kali/ menit, berat badan 47 kg, tinggi badan 149 cm, IMT 21,17 kg/m2 (BB normal)Konjungtiva tidak pucat, sklera tidak ikterik, pupil isokor +/+, pembesaran kelenjar getah bening leher (-). Paru-paru dalam batas normal, jantung dalam batas normal.Status Lokalis :Abdomen : Inspeksi : makula eritema, anular, tersebar difus, berbatas tegas, pinggir lesi polisiklik dan agak meninggi, dengan papul dan vesikel di tepi. Daerah tengah relatif lebih tenang, skuama (+), likenifikasi (+).Palpasi : hepar dan lien tidak teraba, massa intraabdomen (-)Perkusi : timpaniAuskultasi : bising usus (+) normalAkral hangat, edema (-)Pemeriksaan tambahan : tidak diperiksa kerokan kulit, mengingat reagen periksa tidak tersedia.

PenatalaksanaanPasien diberi Khlorpheniramin maleat 4 mg (3x1 tablet), ketokonazole 200 mg (1x1 tablet), ketokonazol salep (2x per hari).

10 Agustus 2009Keluhan saat kontol : rasa gatal (-)Obat dilanjutkan, ditambah vitamin C 50 mg (3x1 tablet), vitamin B komplek (3x1 tablet).(Foto 1)

Foto 1. Saat kontrol 10 Agustus 2009

19 Agustus 2009Keluhan saat kontrol : gatal (-) Obat dilanjutkan (Foto 2).

Foto 2. Saat kontrol 19 Agustus 2009

5 September 2009Keluhan saat kontrol : (-)Obat dilanjutkan. kontrol kembali tanggal 28 September 2009

Foto 3. Saat kontrol 5 September 2009

28 September 2009Keluhan : (-)Obat dilanjutkan, sampai bagian pinggir lesi sembuh. Pasien diberi informasi, walaupun sudah sembuh, obat tetap dilanjutkan sampai 2 minggu, mengingat penyakit ini mudah berulang. Pasien tidak perlu kontrol kembali.

Dermatofitosis e.c Tinea corporisRianyta

Dokter PTT di Puskesmas Kelapa Kampit, Belitung Timur, Propinsi Kepulauan Bangka Belitung, Indonesia

Page 2: Dermatofitosis e.c Tinea corporis - · PDF fileseperti jerawat di bagian perut, gatal (+), oleh ... penghambat serum (serum inhibitory factor) namun kadang-kadang dapat bertambah/meluas

LAPORAN KASUS

115CDK 183/Vol.38 no.2/Maret - April 2011 116 CDK 183/Vol.38 no.2/Maret - April 2011

LAPORAN KASUS

Foto 4. Saat kontrol 28 September 2009:

PembahasanTinea Corporis mengacu pada infeksi jamur

superfisial pada daerah kulit halus tanpa rambut,

kecuali telapak tangan, telapak kaki. Dinamakan

Tinea Corporis karena berdasarkan bagian tubuh

yang terkena, yaitu di badan dan anggota badan;

disebabkan oleh golongan jamur Epidermophyton,

Trichophyton, dan Microsporum.4 Infeksi dimulai

dengan kolonisasi hifa dan cabang- cabangnya

di dalam jaringan keratin yang mati, hifa me-

lepaskan keratinase serta enzim lainnya guna

menginvasi lebih dalam stratum korneum dan

menimbulkan peradangan, walaupun umum-

nya, infeksi terbatas pada epidermis, karena

adanya mekanisme pertahanan tubuh non spe-

sifik, seperti komplemen, PMN, aktivasi faktor

penghambat serum (serum inhibitory factor)

namun kadang-kadang dapat bertambah/meluas.

Masa inkubasinya sekitar 1-3 minggu. Tinea

Corporis merupakan infeksi yang umum terjadi

pada daerah dengan iklim hangat, lembab; sekitar

47% disebabkan oleh Trichophyton Rubrum.

Infeksi dermatofitosis jarang menimbulkan

kematian, akan tetapi dapat memberikan efek

yang besar terhadap kualitas hidup.3 Diagnosis

dermatofitosis memerlukan gabungan data klinis,

gambaran status lokalis dan pemeriksaan

penunjang. Manifestasi klinis berupa pertum-

buhan jamur dengan pola radial di dalam

stratum korneum menyebabkan timbulnya lesi

kulit sirsinar dengan batas jelas dan meninggi

yang disebut ringworm, tepi polisiklik, daerah

tepi tampak vesikel-vesikel kecil dengan skuama

halus dan aktif. Dijumpai daerah penyembu-

han sentral. Biasanya rasa gatal bertambah jika

berkeringat.1, 3, 6

Pemeriksaan penunjang menggunakan sediaan

dari bahan kerokan (kulit, rambut dan kuku)

dengan larutan KOH 10-30%. Dengan pemerik-

saan mikroskopis akan terlihat elemen jamur

dalam bentuk hifa panjang, spora dan artospora

(spora berderet). Dengan pembiakan, bertujuan

untuk mengetahui spesies jamur penyebab;

bahan sediaan kerokan ditanam dalam agar

Sabouroud Dekstrose, untuk mencegah per-

tumbuhan bakteri dapat ditambahkan anti-

biotika (contoh; khloramfenicol) ke dalam

media tersebut. Perbenihan pada suhu 24-

30°C. Pembacaan diakukan dalam waktu 1-3

minggu. Koloni yang tumbuh diperhatikan

mengenai warna, bentuk, permukaan dan ada

atau tidaknya hifa.1 Pada pasien dengan lesi

dermatofitosis yang luas, perlu dipikirkan ke-

mungkinan infeksi HIV, riwayat atopik, serta

pengobatan jangka panjang dengan steroid.4

Pada kasus ini, terlihat lesi dermatofitosis yang

cukup luas di badan, namun keadaan gizi baik,

pemeriksaan fisik dalam batas normal, tidak

ada riwayat alergi, tidak sedang mengkon-

sumsi obat-obatan dalam jangka waktu lama.

Pada status lokalis didapatkan gambaran per-

tumbuhan jamur, ditambah faktor pekerjaan

dan lingkungan yang berisiko terinfeksi jamur.

Pasien diterapi secara topikal dan sistemik

dengan antifungi golongan Azol (ketokonazol)

selama kurang lebih satu bulan, dan menun-

jukkan perubahan yang cukup berarti.

Simpulan

Seorang perempuan, pekerja perkebunan kelapa

sawit, usia 30 tahun,menderita infeksi Tinea

Corporis yang cukup luas di bagian perut; men-

dapatkan pengobatan antifungi topikal dan

sistemik golongan Azol (ketokonazol) selama

kurang lebih satu bulan. Kombinasi ini meng-

hasilkan resolusi yang cukup berarti, pengoba-

tan dilanjutkan selama 2 minggu, mengingat

penyakit ini sering residif.

DAFTAR PUSTAKA

1. Nasution MA, Muis Kamaliah, Juwono, dkk. Diagnosis dan penatalaksanaan dermatofitosis. Cermin Dunia Kedokteran,

edisi khusus 1992, 80:116-118

2. Wed. Jangan anggap remeh jamur kulit. 25 Mei, 2004. sumber : http://gizi.net/cgi-bin/berita/fullnews.cgi?newsid1085454401,65023.

3. Lesher Jr JL. Tinea corporis. December 2, 2005. Available from URL: www.medscape.com

4. Baligni K, Vardi VL, Barzegar MR et al. Extensive tinea corporis with photosensivity.: case report. Indian J. Dermatol

2009,54:57-59.

5. Stoppler MC. Ringworm (tinea) causes, symptoms, diagnosis and treatment. Available from URL: www.medicinenet.com

6. Fauci L. Miscellaneous mycoses and algal infections. In: Fauci, Braunwald, Kasper, et al. Harrison’s principles of internal

medicine. 17th ed. USA: McGraw-Hill Co. Inc. 2008; 1263-65

PendahuluanPenyakit infeksi jamur, masih memiliki preva- lensi yang cukup tinggi di Indonesia, mengi- ngat negara kita beriklim tropis yang mempu-nyai kelembapan tinggi.1 Jamur bisa hidup dan tumbuh di mana saja, baik di udara, tanah, air, pakaian, bahkan di tubuh manusia. Jamur bisa menyebabkan penyakit yang cukup parah bagi manusia. Penyakit tersebut antara lain mikosis yang menyerang langsung pada kulit, mikotok-sitosis akibat mengonsumsi toksin jamur yang ada dalam produk makanan, dan misetismus yang disebabkan oleh konsumsi jamur beracun. 2

Laporan kasus ini membahas Tinea Corporis, salah satu contoh dermatofitosis. Dermatofito-sis merupakan infeksi jamur superfisial genus dermatofita, pada lapisan epitel yang berkera-tinisasi (lapisan tanduk), jarang menginfeksi lebih dalam, ditandai dengan lesi inflamasi maupun non inflamasi pada daerah kulit berambut halus (glabrous skin) dan tidak dapat hidup pada mem- bran mukosa (vagina, mulut).1, 3, 4, 5 Kadang- kadang lesinya menyerupai penyakit kulit lain, sehingga sangat diperlukan ketepatan mendi-agnosis.

Laporan kasusSeorang perempuan, suku Melayu, sudah me- nikah berusia 30 tahun, datang ke poli rawat jalan puskesmas dengan keluhan gatal di perut dan tangan sejak 1 tahun yang lalu. Awalnya muncul gelembung kecil, berwarna putih bening seperti jerawat di bagian perut, gatal (+), oleh pasien digaruk, kemudian pecah dan meluas sampai seluruh perut dan tangan. Pasien berobat sendiri, diberi bedak Herocyn® (bals.peruv 2%, zinc.oxide 3,5%, precip sulph 1,42%, salicylic acid 0,8%, camphor 0,3%, menthol 0,47%, deodorant q.s, preservative q.s, talc ad 100%), sehari tiga kali, namun gatal tidak juga berkurang. Rasa gatal akan bertambah bila terkena keringat. Kemudian oleh pasien didiamkan saja, sehingga lama ke- lamaan bertambah luas dan berwarna merah.

Pasien bekerja di perusahaan kelapa sawit, di bagian pemupukan (memakai pupuk Urea dan KCl). Sakit seperti ini sebelumnya (-), riwayat alergi (-), riwayat kencing manis di keluarga (-), pemakaian sarung tangan dan sepatu bot (+) sewaktu bekerja.

Pemeriksaan fisik (6 Agustus 2009) :Keadaan umum tampak sakit ringan, compos mentis, tekanan darah 120/80 mmHg, frekuensi napas 20 kali/menit, suhu 36° C, nadi 80 kali/ menit, berat badan 47 kg, tinggi badan 149 cm, IMT 21,17 kg/m2 (BB normal)Konjungtiva tidak pucat, sklera tidak ikterik, pupil isokor +/+, pembesaran kelenjar getah bening leher (-). Paru-paru dalam batas normal, jantung dalam batas normal.Status Lokalis :Abdomen : Inspeksi : makula eritema, anular, tersebar difus, berbatas tegas, pinggir lesi polisiklik dan agak meninggi, dengan papul dan vesikel di tepi. Daerah tengah relatif lebih tenang, skuama (+), likenifikasi (+).Palpasi : hepar dan lien tidak teraba, massa intraabdomen (-)Perkusi : timpaniAuskultasi : bising usus (+) normalAkral hangat, edema (-)Pemeriksaan tambahan : tidak diperiksa kerokan kulit, mengingat reagen periksa tidak tersedia.

PenatalaksanaanPasien diberi Khlorpheniramin maleat 4 mg (3x1 tablet), ketokonazole 200 mg (1x1 tablet), ketokonazol salep (2x per hari).

10 Agustus 2009Keluhan saat kontol : rasa gatal (-)Obat dilanjutkan, ditambah vitamin C 50 mg (3x1 tablet), vitamin B komplek (3x1 tablet).(Foto 1)

Foto 1. Saat kontrol 10 Agustus 2009

19 Agustus 2009Keluhan saat kontrol : gatal (-) Obat dilanjutkan (Foto 2).

Foto 2. Saat kontrol 19 Agustus 2009

5 September 2009Keluhan saat kontrol : (-)Obat dilanjutkan. kontrol kembali tanggal 28 September 2009

Foto 3. Saat kontrol 5 September 2009

28 September 2009Keluhan : (-)Obat dilanjutkan, sampai bagian pinggir lesi sembuh. Pasien diberi informasi, walaupun sudah sembuh, obat tetap dilanjutkan sampai 2 minggu, mengingat penyakit ini mudah berulang. Pasien tidak perlu kontrol kembali.

Dermatofitosis e.c Tinea corporisRianyta

Dokter PTT di Puskesmas Kelapa Kampit, Belitung Timur, Propinsi Kepulauan Bangka Belitung, Indonesia