Dermatofitosis e.c Tinea corporis - · PDF fileseperti jerawat di bagian perut, gatal (+),...
-
Upload
trinhtuyen -
Category
Documents
-
view
216 -
download
2
Transcript of Dermatofitosis e.c Tinea corporis - · PDF fileseperti jerawat di bagian perut, gatal (+),...
LAPORAN KASUS
115CDK 183/Vol.38 no.2/Maret - April 2011 116 CDK 183/Vol.38 no.2/Maret - April 2011
LAPORAN KASUS
Foto 4. Saat kontrol 28 September 2009:
PembahasanTinea Corporis mengacu pada infeksi jamur
superfisial pada daerah kulit halus tanpa rambut,
kecuali telapak tangan, telapak kaki. Dinamakan
Tinea Corporis karena berdasarkan bagian tubuh
yang terkena, yaitu di badan dan anggota badan;
disebabkan oleh golongan jamur Epidermophyton,
Trichophyton, dan Microsporum.4 Infeksi dimulai
dengan kolonisasi hifa dan cabang- cabangnya
di dalam jaringan keratin yang mati, hifa me-
lepaskan keratinase serta enzim lainnya guna
menginvasi lebih dalam stratum korneum dan
menimbulkan peradangan, walaupun umum-
nya, infeksi terbatas pada epidermis, karena
adanya mekanisme pertahanan tubuh non spe-
sifik, seperti komplemen, PMN, aktivasi faktor
penghambat serum (serum inhibitory factor)
namun kadang-kadang dapat bertambah/meluas.
Masa inkubasinya sekitar 1-3 minggu. Tinea
Corporis merupakan infeksi yang umum terjadi
pada daerah dengan iklim hangat, lembab; sekitar
47% disebabkan oleh Trichophyton Rubrum.
Infeksi dermatofitosis jarang menimbulkan
kematian, akan tetapi dapat memberikan efek
yang besar terhadap kualitas hidup.3 Diagnosis
dermatofitosis memerlukan gabungan data klinis,
gambaran status lokalis dan pemeriksaan
penunjang. Manifestasi klinis berupa pertum-
buhan jamur dengan pola radial di dalam
stratum korneum menyebabkan timbulnya lesi
kulit sirsinar dengan batas jelas dan meninggi
yang disebut ringworm, tepi polisiklik, daerah
tepi tampak vesikel-vesikel kecil dengan skuama
halus dan aktif. Dijumpai daerah penyembu-
han sentral. Biasanya rasa gatal bertambah jika
berkeringat.1, 3, 6
Pemeriksaan penunjang menggunakan sediaan
dari bahan kerokan (kulit, rambut dan kuku)
dengan larutan KOH 10-30%. Dengan pemerik-
saan mikroskopis akan terlihat elemen jamur
dalam bentuk hifa panjang, spora dan artospora
(spora berderet). Dengan pembiakan, bertujuan
untuk mengetahui spesies jamur penyebab;
bahan sediaan kerokan ditanam dalam agar
Sabouroud Dekstrose, untuk mencegah per-
tumbuhan bakteri dapat ditambahkan anti-
biotika (contoh; khloramfenicol) ke dalam
media tersebut. Perbenihan pada suhu 24-
30°C. Pembacaan diakukan dalam waktu 1-3
minggu. Koloni yang tumbuh diperhatikan
mengenai warna, bentuk, permukaan dan ada
atau tidaknya hifa.1 Pada pasien dengan lesi
dermatofitosis yang luas, perlu dipikirkan ke-
mungkinan infeksi HIV, riwayat atopik, serta
pengobatan jangka panjang dengan steroid.4
Pada kasus ini, terlihat lesi dermatofitosis yang
cukup luas di badan, namun keadaan gizi baik,
pemeriksaan fisik dalam batas normal, tidak
ada riwayat alergi, tidak sedang mengkon-
sumsi obat-obatan dalam jangka waktu lama.
Pada status lokalis didapatkan gambaran per-
tumbuhan jamur, ditambah faktor pekerjaan
dan lingkungan yang berisiko terinfeksi jamur.
Pasien diterapi secara topikal dan sistemik
dengan antifungi golongan Azol (ketokonazol)
selama kurang lebih satu bulan, dan menun-
jukkan perubahan yang cukup berarti.
Simpulan
Seorang perempuan, pekerja perkebunan kelapa
sawit, usia 30 tahun,menderita infeksi Tinea
Corporis yang cukup luas di bagian perut; men-
dapatkan pengobatan antifungi topikal dan
sistemik golongan Azol (ketokonazol) selama
kurang lebih satu bulan. Kombinasi ini meng-
hasilkan resolusi yang cukup berarti, pengoba-
tan dilanjutkan selama 2 minggu, mengingat
penyakit ini sering residif.
DAFTAR PUSTAKA
1. Nasution MA, Muis Kamaliah, Juwono, dkk. Diagnosis dan penatalaksanaan dermatofitosis. Cermin Dunia Kedokteran,
edisi khusus 1992, 80:116-118
2. Wed. Jangan anggap remeh jamur kulit. 25 Mei, 2004. sumber : http://gizi.net/cgi-bin/berita/fullnews.cgi?newsid1085454401,65023.
3. Lesher Jr JL. Tinea corporis. December 2, 2005. Available from URL: www.medscape.com
4. Baligni K, Vardi VL, Barzegar MR et al. Extensive tinea corporis with photosensivity.: case report. Indian J. Dermatol
2009,54:57-59.
5. Stoppler MC. Ringworm (tinea) causes, symptoms, diagnosis and treatment. Available from URL: www.medicinenet.com
6. Fauci L. Miscellaneous mycoses and algal infections. In: Fauci, Braunwald, Kasper, et al. Harrison’s principles of internal
medicine. 17th ed. USA: McGraw-Hill Co. Inc. 2008; 1263-65
PendahuluanPenyakit infeksi jamur, masih memiliki preva- lensi yang cukup tinggi di Indonesia, mengi- ngat negara kita beriklim tropis yang mempu-nyai kelembapan tinggi.1 Jamur bisa hidup dan tumbuh di mana saja, baik di udara, tanah, air, pakaian, bahkan di tubuh manusia. Jamur bisa menyebabkan penyakit yang cukup parah bagi manusia. Penyakit tersebut antara lain mikosis yang menyerang langsung pada kulit, mikotok-sitosis akibat mengonsumsi toksin jamur yang ada dalam produk makanan, dan misetismus yang disebabkan oleh konsumsi jamur beracun. 2
Laporan kasus ini membahas Tinea Corporis, salah satu contoh dermatofitosis. Dermatofito-sis merupakan infeksi jamur superfisial genus dermatofita, pada lapisan epitel yang berkera-tinisasi (lapisan tanduk), jarang menginfeksi lebih dalam, ditandai dengan lesi inflamasi maupun non inflamasi pada daerah kulit berambut halus (glabrous skin) dan tidak dapat hidup pada mem- bran mukosa (vagina, mulut).1, 3, 4, 5 Kadang- kadang lesinya menyerupai penyakit kulit lain, sehingga sangat diperlukan ketepatan mendi-agnosis.
Laporan kasusSeorang perempuan, suku Melayu, sudah me- nikah berusia 30 tahun, datang ke poli rawat jalan puskesmas dengan keluhan gatal di perut dan tangan sejak 1 tahun yang lalu. Awalnya muncul gelembung kecil, berwarna putih bening seperti jerawat di bagian perut, gatal (+), oleh pasien digaruk, kemudian pecah dan meluas sampai seluruh perut dan tangan. Pasien berobat sendiri, diberi bedak Herocyn® (bals.peruv 2%, zinc.oxide 3,5%, precip sulph 1,42%, salicylic acid 0,8%, camphor 0,3%, menthol 0,47%, deodorant q.s, preservative q.s, talc ad 100%), sehari tiga kali, namun gatal tidak juga berkurang. Rasa gatal akan bertambah bila terkena keringat. Kemudian oleh pasien didiamkan saja, sehingga lama ke- lamaan bertambah luas dan berwarna merah.
Pasien bekerja di perusahaan kelapa sawit, di bagian pemupukan (memakai pupuk Urea dan KCl). Sakit seperti ini sebelumnya (-), riwayat alergi (-), riwayat kencing manis di keluarga (-), pemakaian sarung tangan dan sepatu bot (+) sewaktu bekerja.
Pemeriksaan fisik (6 Agustus 2009) :Keadaan umum tampak sakit ringan, compos mentis, tekanan darah 120/80 mmHg, frekuensi napas 20 kali/menit, suhu 36° C, nadi 80 kali/ menit, berat badan 47 kg, tinggi badan 149 cm, IMT 21,17 kg/m2 (BB normal)Konjungtiva tidak pucat, sklera tidak ikterik, pupil isokor +/+, pembesaran kelenjar getah bening leher (-). Paru-paru dalam batas normal, jantung dalam batas normal.Status Lokalis :Abdomen : Inspeksi : makula eritema, anular, tersebar difus, berbatas tegas, pinggir lesi polisiklik dan agak meninggi, dengan papul dan vesikel di tepi. Daerah tengah relatif lebih tenang, skuama (+), likenifikasi (+).Palpasi : hepar dan lien tidak teraba, massa intraabdomen (-)Perkusi : timpaniAuskultasi : bising usus (+) normalAkral hangat, edema (-)Pemeriksaan tambahan : tidak diperiksa kerokan kulit, mengingat reagen periksa tidak tersedia.
PenatalaksanaanPasien diberi Khlorpheniramin maleat 4 mg (3x1 tablet), ketokonazole 200 mg (1x1 tablet), ketokonazol salep (2x per hari).
10 Agustus 2009Keluhan saat kontol : rasa gatal (-)Obat dilanjutkan, ditambah vitamin C 50 mg (3x1 tablet), vitamin B komplek (3x1 tablet).(Foto 1)
Foto 1. Saat kontrol 10 Agustus 2009
19 Agustus 2009Keluhan saat kontrol : gatal (-) Obat dilanjutkan (Foto 2).
Foto 2. Saat kontrol 19 Agustus 2009
5 September 2009Keluhan saat kontrol : (-)Obat dilanjutkan. kontrol kembali tanggal 28 September 2009
Foto 3. Saat kontrol 5 September 2009
28 September 2009Keluhan : (-)Obat dilanjutkan, sampai bagian pinggir lesi sembuh. Pasien diberi informasi, walaupun sudah sembuh, obat tetap dilanjutkan sampai 2 minggu, mengingat penyakit ini mudah berulang. Pasien tidak perlu kontrol kembali.
Dermatofitosis e.c Tinea corporisRianyta
Dokter PTT di Puskesmas Kelapa Kampit, Belitung Timur, Propinsi Kepulauan Bangka Belitung, Indonesia
LAPORAN KASUS
115CDK 183/Vol.38 no.2/Maret - April 2011 116 CDK 183/Vol.38 no.2/Maret - April 2011
LAPORAN KASUS
Foto 4. Saat kontrol 28 September 2009:
PembahasanTinea Corporis mengacu pada infeksi jamur
superfisial pada daerah kulit halus tanpa rambut,
kecuali telapak tangan, telapak kaki. Dinamakan
Tinea Corporis karena berdasarkan bagian tubuh
yang terkena, yaitu di badan dan anggota badan;
disebabkan oleh golongan jamur Epidermophyton,
Trichophyton, dan Microsporum.4 Infeksi dimulai
dengan kolonisasi hifa dan cabang- cabangnya
di dalam jaringan keratin yang mati, hifa me-
lepaskan keratinase serta enzim lainnya guna
menginvasi lebih dalam stratum korneum dan
menimbulkan peradangan, walaupun umum-
nya, infeksi terbatas pada epidermis, karena
adanya mekanisme pertahanan tubuh non spe-
sifik, seperti komplemen, PMN, aktivasi faktor
penghambat serum (serum inhibitory factor)
namun kadang-kadang dapat bertambah/meluas.
Masa inkubasinya sekitar 1-3 minggu. Tinea
Corporis merupakan infeksi yang umum terjadi
pada daerah dengan iklim hangat, lembab; sekitar
47% disebabkan oleh Trichophyton Rubrum.
Infeksi dermatofitosis jarang menimbulkan
kematian, akan tetapi dapat memberikan efek
yang besar terhadap kualitas hidup.3 Diagnosis
dermatofitosis memerlukan gabungan data klinis,
gambaran status lokalis dan pemeriksaan
penunjang. Manifestasi klinis berupa pertum-
buhan jamur dengan pola radial di dalam
stratum korneum menyebabkan timbulnya lesi
kulit sirsinar dengan batas jelas dan meninggi
yang disebut ringworm, tepi polisiklik, daerah
tepi tampak vesikel-vesikel kecil dengan skuama
halus dan aktif. Dijumpai daerah penyembu-
han sentral. Biasanya rasa gatal bertambah jika
berkeringat.1, 3, 6
Pemeriksaan penunjang menggunakan sediaan
dari bahan kerokan (kulit, rambut dan kuku)
dengan larutan KOH 10-30%. Dengan pemerik-
saan mikroskopis akan terlihat elemen jamur
dalam bentuk hifa panjang, spora dan artospora
(spora berderet). Dengan pembiakan, bertujuan
untuk mengetahui spesies jamur penyebab;
bahan sediaan kerokan ditanam dalam agar
Sabouroud Dekstrose, untuk mencegah per-
tumbuhan bakteri dapat ditambahkan anti-
biotika (contoh; khloramfenicol) ke dalam
media tersebut. Perbenihan pada suhu 24-
30°C. Pembacaan diakukan dalam waktu 1-3
minggu. Koloni yang tumbuh diperhatikan
mengenai warna, bentuk, permukaan dan ada
atau tidaknya hifa.1 Pada pasien dengan lesi
dermatofitosis yang luas, perlu dipikirkan ke-
mungkinan infeksi HIV, riwayat atopik, serta
pengobatan jangka panjang dengan steroid.4
Pada kasus ini, terlihat lesi dermatofitosis yang
cukup luas di badan, namun keadaan gizi baik,
pemeriksaan fisik dalam batas normal, tidak
ada riwayat alergi, tidak sedang mengkon-
sumsi obat-obatan dalam jangka waktu lama.
Pada status lokalis didapatkan gambaran per-
tumbuhan jamur, ditambah faktor pekerjaan
dan lingkungan yang berisiko terinfeksi jamur.
Pasien diterapi secara topikal dan sistemik
dengan antifungi golongan Azol (ketokonazol)
selama kurang lebih satu bulan, dan menun-
jukkan perubahan yang cukup berarti.
Simpulan
Seorang perempuan, pekerja perkebunan kelapa
sawit, usia 30 tahun,menderita infeksi Tinea
Corporis yang cukup luas di bagian perut; men-
dapatkan pengobatan antifungi topikal dan
sistemik golongan Azol (ketokonazol) selama
kurang lebih satu bulan. Kombinasi ini meng-
hasilkan resolusi yang cukup berarti, pengoba-
tan dilanjutkan selama 2 minggu, mengingat
penyakit ini sering residif.
DAFTAR PUSTAKA
1. Nasution MA, Muis Kamaliah, Juwono, dkk. Diagnosis dan penatalaksanaan dermatofitosis. Cermin Dunia Kedokteran,
edisi khusus 1992, 80:116-118
2. Wed. Jangan anggap remeh jamur kulit. 25 Mei, 2004. sumber : http://gizi.net/cgi-bin/berita/fullnews.cgi?newsid1085454401,65023.
3. Lesher Jr JL. Tinea corporis. December 2, 2005. Available from URL: www.medscape.com
4. Baligni K, Vardi VL, Barzegar MR et al. Extensive tinea corporis with photosensivity.: case report. Indian J. Dermatol
2009,54:57-59.
5. Stoppler MC. Ringworm (tinea) causes, symptoms, diagnosis and treatment. Available from URL: www.medicinenet.com
6. Fauci L. Miscellaneous mycoses and algal infections. In: Fauci, Braunwald, Kasper, et al. Harrison’s principles of internal
medicine. 17th ed. USA: McGraw-Hill Co. Inc. 2008; 1263-65
PendahuluanPenyakit infeksi jamur, masih memiliki preva- lensi yang cukup tinggi di Indonesia, mengi- ngat negara kita beriklim tropis yang mempu-nyai kelembapan tinggi.1 Jamur bisa hidup dan tumbuh di mana saja, baik di udara, tanah, air, pakaian, bahkan di tubuh manusia. Jamur bisa menyebabkan penyakit yang cukup parah bagi manusia. Penyakit tersebut antara lain mikosis yang menyerang langsung pada kulit, mikotok-sitosis akibat mengonsumsi toksin jamur yang ada dalam produk makanan, dan misetismus yang disebabkan oleh konsumsi jamur beracun. 2
Laporan kasus ini membahas Tinea Corporis, salah satu contoh dermatofitosis. Dermatofito-sis merupakan infeksi jamur superfisial genus dermatofita, pada lapisan epitel yang berkera-tinisasi (lapisan tanduk), jarang menginfeksi lebih dalam, ditandai dengan lesi inflamasi maupun non inflamasi pada daerah kulit berambut halus (glabrous skin) dan tidak dapat hidup pada mem- bran mukosa (vagina, mulut).1, 3, 4, 5 Kadang- kadang lesinya menyerupai penyakit kulit lain, sehingga sangat diperlukan ketepatan mendi-agnosis.
Laporan kasusSeorang perempuan, suku Melayu, sudah me- nikah berusia 30 tahun, datang ke poli rawat jalan puskesmas dengan keluhan gatal di perut dan tangan sejak 1 tahun yang lalu. Awalnya muncul gelembung kecil, berwarna putih bening seperti jerawat di bagian perut, gatal (+), oleh pasien digaruk, kemudian pecah dan meluas sampai seluruh perut dan tangan. Pasien berobat sendiri, diberi bedak Herocyn® (bals.peruv 2%, zinc.oxide 3,5%, precip sulph 1,42%, salicylic acid 0,8%, camphor 0,3%, menthol 0,47%, deodorant q.s, preservative q.s, talc ad 100%), sehari tiga kali, namun gatal tidak juga berkurang. Rasa gatal akan bertambah bila terkena keringat. Kemudian oleh pasien didiamkan saja, sehingga lama ke- lamaan bertambah luas dan berwarna merah.
Pasien bekerja di perusahaan kelapa sawit, di bagian pemupukan (memakai pupuk Urea dan KCl). Sakit seperti ini sebelumnya (-), riwayat alergi (-), riwayat kencing manis di keluarga (-), pemakaian sarung tangan dan sepatu bot (+) sewaktu bekerja.
Pemeriksaan fisik (6 Agustus 2009) :Keadaan umum tampak sakit ringan, compos mentis, tekanan darah 120/80 mmHg, frekuensi napas 20 kali/menit, suhu 36° C, nadi 80 kali/ menit, berat badan 47 kg, tinggi badan 149 cm, IMT 21,17 kg/m2 (BB normal)Konjungtiva tidak pucat, sklera tidak ikterik, pupil isokor +/+, pembesaran kelenjar getah bening leher (-). Paru-paru dalam batas normal, jantung dalam batas normal.Status Lokalis :Abdomen : Inspeksi : makula eritema, anular, tersebar difus, berbatas tegas, pinggir lesi polisiklik dan agak meninggi, dengan papul dan vesikel di tepi. Daerah tengah relatif lebih tenang, skuama (+), likenifikasi (+).Palpasi : hepar dan lien tidak teraba, massa intraabdomen (-)Perkusi : timpaniAuskultasi : bising usus (+) normalAkral hangat, edema (-)Pemeriksaan tambahan : tidak diperiksa kerokan kulit, mengingat reagen periksa tidak tersedia.
PenatalaksanaanPasien diberi Khlorpheniramin maleat 4 mg (3x1 tablet), ketokonazole 200 mg (1x1 tablet), ketokonazol salep (2x per hari).
10 Agustus 2009Keluhan saat kontol : rasa gatal (-)Obat dilanjutkan, ditambah vitamin C 50 mg (3x1 tablet), vitamin B komplek (3x1 tablet).(Foto 1)
Foto 1. Saat kontrol 10 Agustus 2009
19 Agustus 2009Keluhan saat kontrol : gatal (-) Obat dilanjutkan (Foto 2).
Foto 2. Saat kontrol 19 Agustus 2009
5 September 2009Keluhan saat kontrol : (-)Obat dilanjutkan. kontrol kembali tanggal 28 September 2009
Foto 3. Saat kontrol 5 September 2009
28 September 2009Keluhan : (-)Obat dilanjutkan, sampai bagian pinggir lesi sembuh. Pasien diberi informasi, walaupun sudah sembuh, obat tetap dilanjutkan sampai 2 minggu, mengingat penyakit ini mudah berulang. Pasien tidak perlu kontrol kembali.
Dermatofitosis e.c Tinea corporisRianyta
Dokter PTT di Puskesmas Kelapa Kampit, Belitung Timur, Propinsi Kepulauan Bangka Belitung, Indonesia