derma

37
Makalah SGD Kasus 3 - Sistem Integumen LUKA DEKUBITUS DISUSUN OLEH KELOMPOK TUTOR 5 Dosen Tutor : Tetti Solehati, S.Kp., M.Kep Anggota Kelompok : Firdha Kusuma Putri (220110110146) / Scriber 2 Dini Yulia (220110110071) Siti Hani Zati Bayani (220110110085) Seviya Gani M (220110110088) Bhekti Imansari (220110110022) / Scriber 1 Dwi Juwita Meiyola (220110110033) Ribka E. Simbolon (220110110054) RR. Herning Putri G (220110110155) Ima Lismawaty (220110110009) Rizki Selly A. (220110110018) Dewi Ratnasari (220110110011) / Chair Dian Chintia P. (220110110024) Ayu Wulandari (220110110025)

Transcript of derma

Page 1: derma

Makalah SGD Kasus 3 - Sistem Integumen

LUKA DEKUBITUS

DISUSUN OLEH KELOMPOK TUTOR 5

Dosen Tutor : Tetti Solehati, S.Kp., M.Kep

Anggota Kelompok :

Firdha Kusuma Putri (220110110146) / Scriber 2

Dini Yulia (220110110071)

Siti Hani Zati Bayani (220110110085)

Seviya Gani M (220110110088)

Bhekti Imansari (220110110022) / Scriber 1

Dwi Juwita Meiyola (220110110033)

Ribka E. Simbolon (220110110054)

RR. Herning Putri G (220110110155)

Ima Lismawaty (220110110009)

Rizki Selly A. (220110110018)

Dewi Ratnasari (220110110011) / Chair

Dian Chintia P. (220110110024)

Ayu Wulandari (220110110025)

FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN

UNIVERSITAS PADJADJARAN

TAHUN AJARAN 2012/2013

Page 2: derma

Kata Pengantar

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan makalah ini. Makalah yang berjudul Luka Dekubitus ini disusun untuk memenuhi standar penilaian pada mata kuliah Sistem Integumen.

Makalah ini ditujukan kepada mahasiswa keperawatan yang membutuhkan informasi seputar penyakit yang menyerang sistem integumen, khususnya Luka Dekubitus sebagai gejala yang ditimbulkan. Sebagaimana diketahui, sistem integumen merupakan salah satu benteng pertahanan tubuh terhadap benda-benda asing yang masuk ke dalam tubuh manusia. Dalam makalah ini, penulis membahas Luka Dekubitus dan kaitannya dalam bidang keperawatan.

Dalam penulisan makalah ini, masih banyak kekurangan-kekurangan baik pada teknis penulisan maupun materi, mengingat akan kemampuan yang dimiliki penulis. Maka dari itu, saran dan kritik penulis harapkan demi penyempurnaan pembuatan makalah ini.

Semoga makalah ini dapat bermanfaat dan menjadi sumbangan pemikiran bagi pihak yang membutuhkan.

Jatinangor, November 2012

Penulis

Page 3: derma

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Dekubitus merupakan masalah yang dihadapi oleh pasien-pasien dengan penyakit kronis, pasien yang sangat lemah, dan pasien lumpuh dalam waktu lama, bahkan saat ini merupakan suatu penderitaan sekunder yang banyak dialami oleh pasien-pasien yang dirawat di rumah sakit (Morison, 2003).

1.2 Tujuan Pembuatan makalah ini bertujuan :a. Mahasiswa mengetahui konsep umum dari luka dekubitusb. Mahasiswa mampu menentukan diagnosa keperawatan dengan pasien luka dekubitusc. Mahasiswa mampu membuat asuhan keperawatan pada pasien luka dekubitusd. Mahasiswa mampu memberikan pendidikan kesehatan kepada pasien dan anggota keluarga luka decubitus

1.3 Manfaat Makalah ini bermanfaat bagi hampir seluruh kalangan terutama mahasiswa di bidang

kesehatan. Sebagaimana kita ketahui, luka dekubitus ini menyerang sistem integumen yang diakibatkan oleh tirah baring lama akibat imonbilitas penderita. Dengan dibuatnya makalah ini, diharapkan agar pembaca mendapat manfaat yang baik khususnya dalam menjaga integritas kulit bagi penderita stroke atau kelumpuhan.

1.4 SistematikaBAB I

Latar Belakang Tujuan Manfaat Sistematika

BAB II

Kasus Pembahasan Kasus Konsep & Teori Penyakit

BAB III

Asuhan Keperawatan Kasus

Page 4: derma

BAB IV

Kesimpulan

DAFTAR PUSTAKA

BAB II

ISI

2.1 KasusBapak Surya, usia 75 tahun, dirawat di Ruang Perawatan Saraf, dengan keluhan utama kelumpuhan pada kedua ekstremitas atas dan bawah. Menurut anak Bapak Surya yang sedang menunggu di ruangan tersebut, mengatakan bahwa ayahnya telah menderita sakit seperti ini selama 3 bulan. Sebelumnya pernah dirawat di rumah sakit lain selama 2 minggu karena penurunan kesadaran. Setelah pulih kesadarannya, Bapak Surya diperbolehkan pulang walaupun masih mengalami kelumpuhan. Selama di rumah, Bapak Surya hanya berbaring di tempat tidur dan dirawat oleh keluarganya. Pasien hanya bisa berubah posisi bila dibantu oleh anggota keluarganya. Sehari yang lalu, saat dimandikan, anaknya menemukan borok pada area bokong yang sudah membesar, dan Bapak Surya pun dibawa ke rumah sakit untuk mendapat perawatan. Ketika dilakukan pemeriksaan oleh perawat, ditemukan data : luka ulser berbentuk seperti kawah, lapisan kulit terkikis sampai jaringan lemak, warna hitam berbaur jaringan mati, ukuran 10x15x3 cm, disekitar luka kulit berwarna pucat, bau khas, pasien tidak merasa sakit waktu ditekan lukanya, TD 140/90 mmHg, N 60 x/menit, RR 18 x/menit, T : 37,2 C. Anak Bapak Surya menyampaikan bahwa ayahnya sulit makan, dan porsi makan yang dihabiskan hanya 2-3 sendok setiap makan itupun hanya bubur tanpa sayur dan ikan, pasien juga hanya minum 5 gelas perhari.

2.2 Pembahasan Kasus

2.2.1 Step 1

a. (Dini) : Ulser

Jawaban :a. (Putri) : Kehilangan lapisan permukaan jaringan akibat kematian sel

2.2.2 Step 21. Dian : Hubungan antara tirah baring lama dengan tanda-tanda pada kasus?2. Seviya : Mengapa klien sulit makan?3. Ayu : Mengapa luka ketika ditekan tidak sakit?

Page 5: derma

4. Putri : Aturan diet untuk klien luka decubitus?5. Ribka : Klasifikasi ulser?6. Olla : Pendkes untuk decubitus?7. Dini : Peran perawat?8. Ima : Pencegahan decubitus?9. Selly : Penatalaksanaan decubitus?10. Hani : Patofisiologi decubitus?11. Firdha : Definisi dan etiologi decubitus?12. Dian : Faktor resiko, hubungan dengan usia, dan apa saja area yang biasa

terkena decubitus?13. Ayu : Komplikasi decubitus?14. Bhekti : Darimana bau khas berasal?15. Ribka : Masalah keperawatan yang muncul?16. Seviya : Pemeriksaan fisik dan pengkajian focus decubitus?

2.2.3 Step 31. Dian : Karena pada tirah baring lama, suplai O2 menurun sehingga warna ulser menjadi kehitaman2. Ribka : Kondisi psikis yang sudah menurun Dian : Lingkungan yang statis dan ketidaknyamanan Dini : Bau, sehingga menurunkan nafsu makan Hani : Adanya factor umur3. Olla : Karena lumpuh, terus luka sudah mencapai jaringan subkutis/lemak4. Ribka : Diet TKTP menggunakan NGT5. Selly : Area, luas, kedalaman6. Hani : Pindahkan posisi klien secara berkala Seviya : Harus sering dimandikan, linen juga harus rutin diganti Ima : Personal Hygiene Ribka : Sering mika-miki, mobilisasi klien sebisa mungkin7. Putri : Monitor TTV, posisi Ribka : Wound care dan diet TKTP dengan porsi kecil namun sering8. Sama dengan nomor 69. Dian : Diberi lotion dan massage Ayu : Dipijat dengan minyak kelapa Firdha : Ranjang decubitus, mandi teratur, pembersihan luka teratur10. LO11. Selly : Penekanan berlebih dalam waktu yang lama, kelembapan dan gesekan Firdha : Lipatan sprei atau bed making yang buruk12. Ima : Hubungan usia; integritas kulit pada lansia sudah menurun13. LO14. Selly : Karena lukanya tertutup dan lembap

Page 6: derma

Dian : Infeksi kuman atau bakteri sehingga menghasilkan pus15. Putri : Gg. Integritas kulit, gg. Pemenuhan nutrisi, Resti Infeksi, kurang pengetahuan, Imobilitas fisik, Res deficit volume cairan16. Firdha : Pada banyak tonjolan tulang seperti bokong, punggung, bahu, tumit, kaki, dan siku

2.2.4 Step 4 (Mind Map)

2.2.5 Step 5 (Learning Objective)a. Konsep luka decubitus keseluruhanb. Mind map

2.2.6 Step 6

Self study

2.2.7 Step 7

1. Definisi

Dekubitus merupakan nekrosis jaringan lokal yang cenderung terjadi ketika jaringan lunak tertekan diantara tonjolan tulang dengan permukaan eksternal dalam jangka waktu lama. (National Pressure Ulcer Advisory Panel / NPUAP 1999 dalam Potter Perry 2005) – Putri

Dekubitus berasal dari bahasa latin decumbree yang berarti merebahkan diri yang didefinisikan sebagai suatu luka akibat posisi penderita yang tidak berubah dalam jangka waktu lebih dari 6 jam. Terjadi gangguan mikrosirkulasi jaringan lokal dan mengakibatkan hipoksia jaringan. Jaringan memperoleh oksigen dan nutrisi serta membuang sisa metabolisme melalui darah. Beberapa faktor yang mengganggu proses ini akan mempengaruhi metabolisme sel dengan cara mengurangi atau menghilangkan sirkulasi jaringan yang menyebabkan iskemi jaringan. – Seviya

Dekubitus

DefinisiEtiologi

Manifestasi Klinis

Faktor Resiko

Klasifikasi

Patofisiologi

PenatalaksanaanPemfis

Komplikasi

Askep

Peran Perawat

Pendkes

Page 7: derma

Dekubitus sering menyerang sakrosik dengan lipatan intergluteal. Daerah-daerah lain yang berisiko, berhubungan dengan semua tonjolan-tonjolan tulang dari tubuh; trokanter mayor, siku, tulang belikat, iga-iga bawah, tumit, pergelangan kaki, oksiput, dan sisi kaki pada penderita yang tidak bisa meninggalkan ranjang, pinggang bawah, bokong, tuberositas iskii pada penderita uang “terikat” pada kursi. (Dorland’s Ilustrated Medical Dictionary, 19/E. 2002. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC) – Hani

Dekubitus atau bed sore merupakan ulkus dermal atau luka tekan terjadi akibat tekanan langsung pada kulit atau pada suatu bagian tubuh yang mengganggu sirkulasi sehingga menyebabkan iskemia tekanan. Ulkus dekubitus biasanya dijumpai pada orang-orang yang dirawat ditempat tidur atau mengalami penurunan mobilitas, terutama bila diserta status nutrisi yang buruk. Dijumpai juga pada orang-orang yang mengalami penurunan sensitivitas nyeri seperti Diabetes Melitus , cedera medula spinalis dan stroke. - Ima

2. Etiologi

Terbentuknya ulkus decubitus dipengaruhi oleh banyak factor, tetapi tekanan yang menyebabkan iskemik adalah penyebab utama. Jika aliran darah terputus lebih dari 2-3 jam, maka kulit akan nekrosis, yang dimulai dari lapisan kulit paling atas / epidermis. Ada dua hal utama yang berhubungan dengan resiko terjadinya luka tekan, yaitu faktor tekanan dan toleransi jaringan. Faktor yang mempengaruhi durasi dan intensitas tekanan diatas tulang yang menonjol adalah imobilitas, inakitifitas, dan penurunan sensori persepsi. Sedangkan faktor yang mempengaruhi toleransi jaringan dibedakan menjadi dua yaitu faktor ekstrinsik dan faktor intrinsik. Faktor intrinsik yaitu faktor yang berasal dari pasien. sedangkan yang dimaksud dengan faktor ekstrinsik yaitu faktor – faktor dari luar yang mempunyai efek deteriorasi pada lapisan eksternal dari kulit. (Suriadi, 2004. Perawatan Luka. Jakarta : Sagung Seto) – Firdha

Faktor Intrinsik

• Selama penuaan, regenerasi sel pada kulit menjadi lebih lambat sehingga kulit akan tipis (tortora & anagnostakos, 1990)

• Kandungan kolagen pada kulit yang berubah menyebabkan elastisitas kulit berkurang sehingga rentan mengalami deformasi dan kerusakan.

• Kemampuan sistem kardiovaskuler yang menurun dan sistem arteriovenosus yang kurang kompeten menyebabkan penurunan perfusi kulit secara progresif.

• Sejumlah penyakit yang menimbulkan seperti DM yang menunjukkan insufisiensi kardiovaskuler perifer dan penurunan fungsi kardiovaskuler seperti pada sistem pernapasan menyebabkan tingkat oksigenisasi darah pada kulit menurun.

• Status gizi, underweight atau kebalikannya overweight• Anemia

Page 8: derma

• Hipoalbuminemia yang mempermudah terjadinya dekubitus dan memperjelek penyembuhan dekubitus, sebaliknya bila ada dekubitus akam menyebabkan kadar albumin darah menurun

• Penyakit-penyakit neurologik, penyakit-penyakit yang merusak pembuluh darah, juga mempermudah dan meperjelek dekubitus

• Keadaan hidrasi/cairan tubuh perlu dinilai dengan cermat. - Dewi

Status Gizi ( kurus ) :Kurang nutrisi, sering mengalami atrofi ptot dan penurunan jarinngan subkutan yang serius, akibatnya jaringan yang berfungsi sebagai bantalan di antara kulit dan tulang semakin sedikit. Efek tekanan pun meningkat. Albumin <39/100 ml lebih berisiko mengalami luka. Level total protein 5,49/100 ml menurunkan tekanan osmotik koloid, menyebabkan edema interstisial dan penurunan oksigen ke jaringan.

Anemia : Penurunan kadar hemoglobin mengurangi kapasitas darah membawa oksigen. Hal ini dapat mengurangi suplai oksigen ke jaringan - Dian

Faktor Ekstrinsik

• Kebersihan tempat tidur, • alat-alat tenun yang kusut dan kotor, atau peralatan medik yang menyebabkan penderita

terfiksasi pada suatu sikap tertentu juga memudahkan terjadinya dekubitus.• Duduk yang buruk• Posisi yang tidak tepat• Perubahan posisi yang kurang – Dewi

Ulkus dekubitus muncul akibat faktor – faktor :a. Tekanan

Ulkus terbentuk apabila tekanan di daerah tersebut terjadi terus menerus dalam waktu yang lama sehingga pembuluh – pembuluh darah kolaps. Hal ini menyebabkan hipoksia jaringan dan kematian sel.

b. GesekanPada saat terdapat gaya gesek maka kulit dan lapisan subkutan menempel pada permukaan tempat tidur dan lapisan otot serta tulang bergeser sesuai dengan gerakan tubuh. Tulang pasien bergeser ke arah kulit dan memberi gaya pada kulit. Kapiler jaringan yang berada di bawahnya tertekan dan terbeban oleh tekanan tersebut. Akibatnya, tak lama setelah itu akan terjadi gangguan mikrosirkulasi local kemudian menyebabkan hipoksia, perdarahan, dan nekrosis pada lapisan jaringan. Dan terdapat penurunan aliran darah kapiler akibat tekanan eksternal pada kulit.

c. FriksiFriksi merupakan gaya mekanika yang diberikan pada kulit saat digeser pada permukaan kasar seperti alat tenun tempat tidur. Tidak seperti cedera akibat gaya gesek, cedera akibat friksi memengaruhi epidermis atau lapisan kulit bagian atas yang

Page 9: derma

terkelupas ketika pasien mengubah posisinya. Seringkali terlihat cedera abrasi pada siku atau tumit.

d. KelembabanAdanya kelembaban pada kulit dan durasinya meningkatkan terjadinya kerusakan integritas kulit. Kelembaban menurunkan resirtensi kulit terhadap faktor fisik lain seperti tekanan atau gaya gesek. Kelembaban kulit dapat berasal dari drainase luka, keringat, kondensasi dari sistem yang mengalirkan oksigen yang dilembabkan, muntah, dan inkontensia. Beberapa cairan tubuh seperti urine, feses, dan inkontensia menyebabkan erosi kulit dan meningkatkan resiko terjadi luka akibat tekanan pada pasien. – Selly

a. Tekanan arteriolar yang rendahTekanan arteriolar yang rendah akan mengurangi toleransi kulit terhadap tekanan sehingga dengan aplikasi tekanan yang rendah sudah mampu mengakibatkan jaringan menjadi iskemia.

b. Stress emosionalDepresi dan stress emosional kronik misalnya pada pasien psikiatrik juga merupakan faktor resiko untuk perkembangan dari luka tekan

c. Temperatur kulitMenurut hasil penelitian Sugama (1992) peningkatan temperatur merupakan faktor yang signifikan dengan resiko terjadinya luka tekan. –Ayu

3. Manifestasi Klinis

Berdasarkan stadium

Stadium 1Kulit menjadi kemerahan, akan berubah biru ke abu-abuan disekitar daerah yang mengalami tekanan. Pada orang berkulit gelap terlihat lebih kering. Pada orang berkulit putih, luka terlihat kemerahan menetap

Stadium 2Hilangnya sebagian kulit yaitu epidermis atau dermis atau keduanya. Cirinya adalah luka superficial, abrasi, melepuh, atau membentuk lubang yang dangkal.

Stadium 3Hilangnya lapisan kulit secara lengkap meliputi kerusakan atau nekrosis dari jaringan subkutan atau lebih dalam, tapi tidak sampai fascia. Luka terlihat seperti lubang dalam

Stadium 4Lapisan kulit hilang secara lengkap dengan kerusakan yang luas, nekrosis jaringan, kerusakan otot, tulang dan tendon. Adanya lubang yang dalam serta saluran sinus, mungkin timbul robek/infeksi. – Ribka

Manifestasi klinis berdasarkan klasifikasinya, yaitu:

Page 10: derma

Tahap I : area eritema, eritema tidak memucat dengan tekanan, suhu kulit meningkat, jaringan membengkak dan kongesti, pasien mengeluh tidak nyamanm eritema berubah menjadi gelap, biru keabu-abuan.

Tahap II : kulit lecet, abrasi, lepuh, atau berlubang, edema menetap, ulkus mengeluarkan cairan, dapat terjadi infeksi.

Tahap III : ulkus meluas ke dalam jaringan subkutan, nekrosis dan drainase berlanjut, terjadi infeksi.

Tahap IV : ulkus meluas ke otot dan tulang di bawahnya, terjadi kantung infeksi yang dalam, nekrosis dan drainase berlanjut. - Olla

Penambahan.

Derajat V: Nekrosis infektif menembus ke bawah menuju fasia profunda. Pada saat ini, destruksi muskulus terjadi dengan cepat. (Morrison, Moya J. 2004. Manajemen Luka. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC) – Hani

4. Faktor Resiko

1. Stress emosional : pada pasien psikiatrik merupakan factor risiko untuk perkembangan ulkus

2. Merokok : nikotin dapat menurunkan aliran darah dan menurut penelitian Suriadi (2002), ada hubungan antara merokok dengan ulkus – Ribka

Biasanya laki – laki 2 – 3 kali lebih banyak dari perempuan – Selly

Ada 3 faktor lainnya pada lansia, yaitu :a) Faktor kondisi kulit lansia itu sendiri (perubahan kulit, status gizi, penyakit-penyakit

neurologik, pembuluh darah dan keadaan hidrasi atau cairan tubuh)b) Faktor perawatan yang diberikan oleh petugas kesehatanc) Faktor kebersihan tempat tidur, alat tenun yang kusut dan kotor atau peralatan medik

yang menyebabkan lansia terfiksasi pada suatu sikap tertentu - Seviya

Gangguan Input Sensorik : Klien yang mengalami perubahan persepsi sensorik terhadap nyeri dan tekanan berisiko tinggi mengalami gangguan integritas kulit daripada klien yang sensasinya normal. Klien yang mempunyai persepsi sensorik yang utuh terhadap nyeri dan tekanan dapat mengetahui jika salah satu bagian tubuhnya merasakan tekanan atau nyeri yang terlalu besar. Sehingga ketika klien sadar dan berorientasi, mereka dapat mengubah posisi atau meminta bantuan untuk mengubah posisi.

Gangguan Fungsi Motorik : Klien yang tidak mampu mengubah posisi secara mandiri berisiko tinggi terjadi dekubitus. Klien tersebut dapat merasakan tekanan tetapi tidak mampu

Page 11: derma

mengubah posisi secara mandiri untuk menghilangkan tekanan tersebut. Hal ini meningkatkan peluang terjadi dekubitus. Pada klien yang mengalami cedera medula spinalis terdapat gangguan motorik dan sensorik.

Gips, Traksi, Alat Ortotik, dan Peralatan Lain : Gips dan traksi mengurangi mobilitas klien dan ekstremitasnya. Klien yang menggunakan gips berisiko tinggi terjadi dekubitus karena adanya gaya friksi eksternal mekanik dari permukaan gips yang bergesek pada kulit. Gaya mekanik kedua adalah tekanan yang dikeluarkan gips pada kulit jika gips terlalu ketat dikeringkan atau jika ekstremitasnya bengkak. Peralatan ortotik seperti penyangga leher digunakan pada pengobatan klien yang mengalami fraktur spinal servikal bagian atas. Dekubitus merupakan potensi komplikasi dari alat penyangga ini. Selang oksigen dan NG juga merupakan dua contoh umum peralatan yang menyebabkan dekubitus. – Dian

5. Klasifikasi

Menurut M. Bouwhuizen dalam Ilmu Keperawatan menyebutkan tempat- tempat yang sering terancam bahaya ulkus decubitus adalah :

1. Pada penderita pada posisi terlentang : pada daerah belakang kepala, daerah tulang belikat, daerah bokong dan tumit.

2. Pada penderita dengan posisi miring: daerah pnggir kepala( terutama daun telinga ), bahu, siku, daerah pangkal paha, kulit pergelangan kaki dan bagian atas jari- jari kaki.

3. Pada penderita dengan posisi tengkurap : dahi, lengan atas, tulang iga, lutut. - Ayu

6. Komplikasi

Komplikasi sering terjadi pada luka dekubitus derjat III dan IV, walaupun dapat terjadi pada luka yang superficial. Menurut Subandar 2008 komplikasi yang dapat terjadi antara lain:

1. InfeksiUmumnya bersifat multibakterial baik aerobic maupun non-aerobik. Ini dikarenakanjuga karena factor kebersihan tempat tidur, drainase luka, keringat, kondensasi dari system yang mengalirkan oksigen, muntah, dan inkontinensia. Berapa cairan tubuh seperti urin, feses, dan inkontensia menyebabkan kulit erosa dan meningkatkan infeksi.

2. Kelainan tulang dan sendiKterlibatan jaringan tulang dan sendi seperti periostitis, osteotitis, osteomielitis, dan atrithis septic.

3. Septkimia4. Anemia

Ini terjadi karena penurunan level hemoglobin yang mengurangi kapasitas darah pembawa nutrisi dan oksigen serta dapat mengurangi jumlah oksigen yang tersediauntuk jaringan. Anemia juga mengganggu metabolism sel dan penyembuhan luka.

5. Hipoalbuminemia

Page 12: derma

Pasien degan nutrisi buruk dapat mengalami hipoalbuminemia. Albumin adalah ukuran variable yang biasa digunakan untuk mengevaluasi status protein pasien. Pasien yang albumin serumnya dibawah 3g/100 ml beresiko tinggi. Selain itu, level albumin rendah dihubungkan dengan lambatnya penyembuhan luka (Kaminski et el, 1989); Hanan & Scheele, 1991). Walaupun kadar albumin serum kurang tepat memperlihatkan perubahan protein viseral, tapi albumin merupakan prediktor malnutrisi yang terbaik untuk semua kelompok manusia (Hanan & Scheele, 1991 dalam Potter & Perry, 2005). Level total protein juga mempunyai korelasi dengan luka dekubitus, level total protein dibawah 5,4 g/100 ml menurunkan tekanan osmotik koloid, yang akan menyebabkan edema interstisial dan penurunan oksigen ke jaringan (Hanan & Scheele 1991 dalam Potter & Perry, 2005). Edema akan menurunkan toleransi kulit dan jaringan yang berada di bawahnya terhadap tekanan, friksi, dan gaya gesek. Selain itu, penurunan level oksigen meningkatkan kecepatan iskemi yang menyebabkan cedera jaringan (Potter & Perry, 2005).Nutrisi buruk juga mengganggu keseimbangan cairan dan elektrolit. Pada pasien yang mengalami kehilangan protein berat, hipoalbuminimea menyebabkan perpindahan volume cairan ekstrasel kedalam jaringan sehingga terjadi edema. Edema dapat meningkatkan resiko terjadi dekubitus di jaringan. Suplai darah pada suplai jaringan edema menurun dan produk sisa tetap tinggal karena terdapatnya perubahan tekanan pada sirkulasi dan dasar kapiler (Shkleton & litwalk, 1991 dalam Potter & Perry, 2005).

6. Kematian - Putri

Ada dua katagori komplikasi yaitu : Komplikasi ulser kronis dan Rekonstruksi ulkus - Ima

7. Pemeriksaan Diagnostik

Kultur : pertumbuhan mikroorganisme tiruan atau sel-sel jaringan

Albumin serum : protein utama dalam plasma dan cairan serosa lain – Ribka

Menentukan nilai resiko dengan skala, yaitu skala Norton, skala Gonsell, dan skala Barden. – Selly

Pemeriksaan darah => untuk melihat reaksi inflamasi yang terjadi perlu diperiksa sel darah putih dan laju endap darah. Kultur darah diperlukan jika terjadi bakteremia dan spesies

Radiologis => pemeriksaan radiologi untuk melihat adanya kerusakan tulang akibat osteomyelitis. Pemeriksaan dapat dilakukan dengan sinar-x, scan tulang, atau MRI - Seviya

8. Patofisiologi

Faktor tekanan yang terlokalisir, toleransi jaringan, durasi & besar tekanan

Page 13: derma

Peningkatan tekanan arteri kapiler pada kulit

Terhambatnya aliran darah

Hipoksia

Iskemia

Nekrosis

Dekubitus

Hilangnya sebagian lapisan kulit

Keterbatasan gerak

Susah makan

9. PenatalaksanaanPenatalaksanaan klien dekubitus memerlukan pendekatan holistik yang menggunakan

keahlian pelaksana yang berasal dari beberapa disiplin ilmu kesehatan. Selain perawat, keahlian pelaksana termasuk dokter, ahli fisiotrapi, ahli terapi okupasi, ahli gizi, dan ahli farmasi. Beberapa aspek dalam penatalaksanaan dekubitus antara lain perawatan luka secara

Gangguan ADL

kerusakan integritas kulit resiko infeksikurang pengetahuan

Resiko tinggi Perubahan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh

Page 14: derma

lokal dan tindakan pendukung seperti gizi yang adekuat dan cara penghilang tekanan (Potter & Perry, 2005). -Firdha

Selama penyembuhan dekubitus, maka luka harus dikaji untuk lokasi, tahap, ukuran, traktusinus, kerusakan luka, luka menembus, eksudat, jaringang nekrotik, dan keberadaan atau tidak adanya jaringan granulasi maupun epitelialisasi. Dekubitus harus dikaji ulang minimal 1 kali per hari. Pada perawatan rumah banyak pengkajian dimodifikasi karena pengkajian mingguan tidak mungkin dilakukan oleh pemberi perawatan. Dekubitus yang bersih harus menunjukkan proses penyembuhan dalam waktu 2 sampai 4 minggu (Potter & Perry, 2005).

Non Farmakologi :

Pengaturan diet TKTP , sehingga akan mempercepat penyembuhan ulkus decubitus Terapi rehabilitas medic yang diberikan untuk penyembuhan ulkus decubitus adalah

dengan radiasi infra merah, short wave diathermy, dan pengurutan Mengurangi tekanan lebih lanjut pada daerah ulkus, karena ulkus tidak akan sembuh

selama masih ada tekanan yang berlebihan.

Farmakologi :

Merubah posisi pasien yang sedang tirah baring secraa berkala tiap 2-3 jam sekali. Menghilangkan tekanan pada kulit yang memerah dan penempatan pembalut yang bersih

dan tipis apabila telah berbentuk ulkus dekubitus. Sistemik : antibiotic spectrum luas, seperti :

Amoxilin 4x500 mg selama 15 – 30 hari.Siklosperm 1 – 2 gram selama 3 – 10 hari.Topical : salep antibiotic seperti kloramphenikol 2 gram.

Mempertahankan kondisi ulkus dan sekitarnya agar tetap bersih dengan melakukan kompres, pencucian, pembilasan, pengeringan dan pemberian bahan-bahan topical seperti larutan NaCl 0,9%, larutan H2O2 3%, larutan plasma, dan larutan Burowi.

Mengangkat jaringan nekrotik pada ulkus akan menghambat aliran bebas dari bahan yang terinfeksi dengan teknik : autolytic debridement atau maggot debridement therapy, biological debridement atau enzymatic debridement, mekanikal debridement, sharp debridement, surgical debridement, dan ultrasound arrested wound therapy.

Menurunkan dan mengatasi infeksi Merangsang dan membantu pembentukan jaringan granulasi dan epitelisasi Tindakan bedah (Walsh, T. Delcan, 2000. Kapita Selekta dan Penyakit. Jakarta : EGC) –

Firdha

Penambahan.

Untuk derajat III dan IV:

- Bila terdapat nekrosis lakukan debridement, dan bersihkan dengan normal saline- Pertahankan lingkungan luka dalam keadaan lembab bila sekeliling jaringan kering

Page 15: derma

- Gunakan balutan hidrokoloid, bila ada.- Hindari penekanan dan kaji faktor risiko- Beri pengobatan antibiotik bila terdapat infeksi (Suriadi. 2004. Perawatan Luka. Jakarta:

Sagung Seto) – Hani

- Pelaporan mengenai luka tekan- Merubah posisi pasien sedikitnya 2 jam sekali. Ketika merubah posisi pasien hindari pergesekan, seperti menggeser pasien dengan linen atau alat-alat lain.-Permukaan yang berisi cairan. Bermacam-macam permukaan yang dapat menggembung dan berisi air serta gel telah dikembangkan. - Kasur dan tempat tidur khusus (seperti tempat tidur Clinitron) telah dikembangkan.Beberapa kasur khusus dikembangkan dengan dilengkapi dengan sel yang dapat menggembung (kasur bergelombang)- Asupan kalori harus dipertahankan tetap tinggi untuk merangsang fungsi imun dan mempertahankan kesehatan.- Sebelum terjadi dekubitus, jaga kebersihan penderita khususnya kulit dengan memandikan setiap hari. Sesudah itu keringkan dengan baik, lalu digosok dengan lotion, terutama di bagian kulit yang ada pada tonjolan-tonjolan tulang. Massase untuk melancarkan sirkulasi darah, semua ekskreta/sekreta harus dibersihkan dengan hati-hati agar tidak menyebabkan lecet pada kulit penderita. – Dini

10. Wound carea. Debridemen

Pada dekubitus debridement dilakukan untuk mencegah infeksi yang lebih luas. Pada prinsip debridemen yang perlu diperhatikan adalah kondisi pasien dan kondisi luka. Debridemen disini adalah mengangkat jaringan yang sudah mengalami nekrosis dan untuk menyokong pertumbuhan atau pemulihan luka. Adapun tipe dari debridemen beberapa diantaranya secara mekanik yaitu dengan kompres basah – kering, hidroterapi, dan irigasi luka. Secara bedah yaitu dengan bedah insisi, kemudian autolitik debridemen yaitu menggunakan dressing sintesis dengan menutup luka.Rasional untuk dilakukan debridemen adalah mengurangi perluasan luka, kontrol, dan pencegahan infeksi, dan visualisasi dasar luka. Indikasi untuk debridemen adalah luka yang akut atau kronik dengan jaringan nekrosis, luka yang terinfeksi dengan jaringan nekrotik.

b. Pembersihan (wound cleansing)Dalam membersihkan luka perlu dilakukan irigasi dengan tekanan yang tidak terlalu kuat, dengan tujuan untuk membersihkan sisa – sisa jaringan nekrotik atau eksudat. Prinsip membersihkan luka adalah dari pusat luka ke arah luar luka dan secara hati – hati atau dapat juga dari bagian luar dulu kemudian bagian dalam dengan kasa yang berbeda.

Page 16: derma

Pembersihan pada luka kering (tidak mengeluarkan cairan) dengan teknik swabbing, yaitu ditekan dan digosok pelan – pelan menggunakan kasa steril atau kain bersih yang dibasahi dengan air steril atau NaCl 0,9%.Sedangkan pada luka basah dan mudah berdarah dibersihkan dengan tekhnik irigasi, yaitu disemprot lembut dengan air steril (atau air matang) atau NaCl 0,9%. Jika memungkinkan bisa direndam selama 10 menit dalam larutan kalium permanganat (PK) 1:10.000 (1gr PK : 10L air), atau dikompres larutan PK 1:10.000 atau rivanol 1:1.000 menggunakan kain kassa.

c. DressingAdalah suatu usaha untuk mempertahankan integritas fisiologi pada luka. Sebelum melakukan dressing atau balutan dan pengobatan luka diperlukan pengkajian pada kondisi luka, hal ini adalah untuk menentukan tipe dressing yang dibutuhkan. Perawatan luka pada dekubitus adalah berdasarkan pada derajat luka dekubitus, eksudat, sekeliling luka, dan ada tidaknya infeksi. Terdapat beberapa tipe dressing, yaitu dressing yang bersifat kering, basah, basah – lembab, dan basah kering. Ada juga balutan untuk pelindung luka, dan dressing yang sifatnya menyerap atau mengabsorpsi. –Selly

Bila sudah terjadi dekubitus, tentukan stadium dan tindakan medik menyesuaikan apa yang dihadapi:1. Dekubitus derajat I

Dengan reaksi peradangan masih terbatas pada epidermis, Kulit yang kemerahan dibersihkan hati-hati dengan air hangat dan sabun, diberi lotion,

kemudian dimassase 2-3 kali/hari.2. Dekubitus derajat II

Dimana sudah terjadi ulkus yang dangkal, Perawatan luka harus memperhatikan syarat-syarat aseptik dan antiseptik.

Daerah bersangkutan digesek dengan es dan dihembus dengan udara  hangat bergantian untuk meransang sirkulasi.

Dapat diberikan salep topikal, mungkin juga untuk merangsang tumbuhnya jaringan muda/granulasi,

Penggantian balut dan salep ini jangan terlalu sering  karena malahan dapat merusak  pertumbuhan jaringan yang diharapkan.

3. Dekubitus derajat III Dengan ulkus yang sudah dalam, menggaung sampai pada bungkus otot dan sering sudah

ada infeksi; Usahakan luka selalu bersih dan eksudat diusahakan dapat mengalir keluar. Balut jangan terlalu tebal dan sebaliknya transparan sehingga permeabel untuk

masukknya udara/oksigen dan penguapan. Kelembaban luka dijaga tetap basah, karena akan mempermudah regenarasi sel-sel kulit. Jika luka kotor dapat dicuci dengan larutan NaCl fisiologis.

Page 17: derma

Antibiotik sistemik mungkin diperlukan.4. Dekubitus derajat IV

Dengan perluasan ulkus sampai pada dasar tulang dan sering pula diserta jaringan nekrotik;

Semua langkah-langkah diatas tetap dikerjakan dan jaringan nekrotik yang ada harus dibersihkan , sebab akan menghalangi pertumbuhan jaringan/epitelisasi.

Beberapa preparat enzim coba diberikan untuk usaha ini, dengan tujuan mengurangi perdarahan, dibanding tindakan bedah yang juga merupakan alternatif lain. Setelah jaringan nekrotik dibuang dan luka bersih, penyembuhan luka  secara alami dapat diharapkan.

Beberapa usaha mempercepat adalah antara lain dengan memberikan oksigenasi pada daerah luka,

Tindakan dengan ultrasono untuk membuka sumbatan-sumbatan pembuluh darah dan sampai pada transplantasi kulit setempat.

Angka mortalitas dekubitus derajat IV ini dapat mencapai 40%. (Morison, M.J. 2004. Manajemen Luka, Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC)- Firdha

11. Pengkajian Fokus dan Pemeriksaan Fisik

I. Identitas Klien:

Nama Klien : Bpk.Surya

Umur : 75 tahun

Jenis kelamin : Laki-laki

Alamat : tidak dikaji

Pekerjaan : tidak dikaji

Tanggal masuk dirawat: tidak dikaji

Diagnosa medis: Dekubitus (ulcer pressure)

II. Keluhan utama : kelumpuhan pada kedua ekstremitas atas dan bawah selama 3 bulan.

III.Riwayat kesehatan sekarang : ada borok di area bokong yang sudah membesar.

IV.Riwayat kesehatan masa lalu : pernah dirawat di rumah sakit lain selam 2 minggu karena penurunan kesadaran.

V. Riwayat sosial dan psikologis : tidak dikaji

VI.Pemeriksaan fisik :

Page 18: derma

Keadaan umum: tidak dikaji

Antropometri : tidak dikaji

TTV : TD= 140/90 mmHg, N=60x/menit, RR=18x/menit, S=37,20C

Sistem gastrointestinal : sulit makan dan porsi makan yang dihabiskan hanya 2-3 sendok setiap makan tanpa sayur dan ikan, pasien hanya minum 5 gelas per hari.

Sistem neurosensoris : klien mengalami kelumpuhan ekstremitas atas dan bawah.

Sistem integumen : luka ulcer berbentuk seperti kawah, lapisan kulit terkikis sampai jaringan lemak, warna hitam berbaur jaringan mati, ukuran 10x15x3cm, di sekitar luka kulit berwarna pucat, bau khas, pasien tidak merasa sakit waktu ditekan lukanya.

VII. Pemeriksaan diagnostik : tidak dikaji

VIII. Riwayat pengobatan : tidak dikaji

Pemeriksaan Fisik

Dalam mengkaji pasien terhadap potensial resiko terjadinya luka dekubitus, perawat mengkaji mobilitas, kemampuan persepsi sensori dan kognitif, perfusi jaringan, status nutrisi, tarikan dan lecet, sumber kelembaban pada kulit, dan usia pasien. Perawat:

a) Mengkaji kondisi kulit keseluruhan minimal dua kali sehari.

b) Periksa setiap tempat tekanan terhadap eritema.

c) Mengkaji area eritema terhadap respons pemucatan.

d) Palpasi kulit terhadap peningkatan suhu.

e) Inspeksi terhadap kekeringan kulit, kelembaban kulit, luka pada kulit.

f) Catat cairan atau keluaran dan bau.

g) Evaluasi tingkat mobilitas.

h) Catat alat-alat restriktif (mis., restrein, pembebat)

i) Evaluasi status sirkulasi (mis., nadi perifer, edema)

j) Mengkaji status neurologis.

k) Menetapkan adanya inkontinensia.

l) Mengevaluasi status nutrisi dan hidrasi.

Page 19: derma

m) Telaah catatan pasien tentang hematokrit, hemoglobin, dan kimia darah (nilai serum albumin).

n) Catat adanya masalah kesehatan.

o) Telaah medikasi yang digunakan saat ini. . – Olla

12. Pencegahan dan Pendidikan Kesehatan

Tahap pertama pencegahan adalah mengkaji faktor-faktor resiko klien. Kemudian perawat mengurangi faktor-faktor lingkungan yang mempercepat terjadinya dekubitus, seperti suhu ruangan panas (penyebab diaporesis), kelembaban, atau linen tempat tidur yang berkerut (Potter & Perry, 2005).

Identifikasi awal pada klien beresiko dan faktor-faktor resikonya membantu perawat mencegah terjadinya dekubitus. Pencegahan meminimalkan akibat dari faktor-faktor resiko atau faktor yang member kontribusi terjadinya dekubitus. Tiga area intervensi keperawatan utama mencegah terjadinya dekubitus adalah perawatan kulit, yang meliputi higienis dan perawatan kulit topikal, pencegahan mekanik dan pendukung untuk permukaan, yang meliputi pemberian posisi, penggunaan tempat tidur dan kasur terapeutik, dan pendidikan (Potter & Perry, 2005). – Firdha

1) Penkes tentang ulkus dekubitus bagi staf medis, penderita dan keluarga2) Pemeliharaan keadaan umum dan higine penderita3) Mengurangi tekanan luar yang berlebihan pada daerah tubuh tertentu dengan cara

perubahan posisi dan pemakaian berbagai jenis tempat tidur, dll4) Pemeriksaan dan perawatan kulit dilakukan dua kali sehari – Ribka

(Morison, M.2004.Manajemen Luka.Jakarta:EGC)

- Penyembuhan luka- Program perawatan kulit/ luka- Jajaran dan pemosisian tubuh yang tepat pada pasien- Ganti balutan- Status nutrisi- Hygiene pribadi- Pencegahan kerusakan kulit- Tanda dan gejala diberitahukan pada penyedia perawatan kesehatan- Penyuluhan lainnya berdasarkan kebutuhan unik pasiennya - Putri(Ganang,F.1998.Buku Ajar Fisiologi Kedokteran Ed 17.Jakarta:EGC)

Memberi informasi mengenai etiologi dan faktor risiko dekubitus.

Memberi informasi mengenai matras dan tempat tidur terapeutik.

Page 20: derma

Jelaskan mekanika tubuh yang tepat selama klien menggunakan tempat tidur terapeutik.

Jelaskan pada klien dan keluarga tentang tindakan untuk menghilangkan tekanan.

Ajarkan keluarga tentang penggunaan dan perawatan tempat tidur terapeutik.

(Potter,Perry.dkk.2006. Buku Ajar Fundamental Keperawatan: Konsep, Proses, dan Praktik. Edisi 4. Volume 2. Jakarta:EGC) – Dian

Pencegahan kekambuhan. Kekambuhan ulkus dekubitus harus diantisipasi; oleh karenanya, intervensi aktif, preventif dan pengkajian berkelanjutan adalah penting dilakjukan oleh perawat. Toleransi pasien untuk duduk/ berbaring pada area tekanan yang menyembuh secara bertahap meningkat; waktu lamanya tekanan diperbolehkan pada area tersebut ditingkatkan dengan kenaikan 5 sampai 15 menit. Pasien diajarkan untuk meningkatkan mobilitas dan untuk mengikuti regimen berbalik, memindah beban berat badan, dan mengubah posisi. Rencana pembelajaran pasien mencakup instruksi tentang strategi untuk mengurangi resiko terjadinya ulkus dekubitus dan metoda untuk mendeteksi, menginspeksi, dan meminimalkan area bertekanan. Pengenalan dini dan intervensi adalah kunci penatalaksanaan jangka panjang potensial kerusakan integritas kulit. - Dini

1. memberikan informasi mengenai nutrisi yang mencukupi , 30 – 35 kalori / kg BB, protein 1,25 – 1,5 / kg BB atau dapat ditingkatkan 2.00 gram protein

2. memberitahukan tentang perawatan kulit

- lakukan penilaian kulit dari kepala – kaki setiap hari, terutama daerah yang beresiko dekubitus : bokong. Sakrum, tumit , siku, mata kaki, bagian belakang kepala.

- Frekuensi mandi gunakan pemebersih yang ringan . Hindari air panas dan menggosok berlebihan

- Gunakan pelembab untuk kulit yang kering (Suriadi. 2004. Perawatan Luka. Jakarta:

Sagung Seto) - Ima

BAB III

RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN

3.1 Analisa Data :

Page 21: derma

Data Yang Menyimpang Etiologi MasalahDS: Anak pasien mengatakan ia menemukan borok di area bokong yang sudah membesar.DO: luka ulcer berbentuk kawah, lapiasan kulit terkikis sampai jaringan lemak, warna hitam berbaur jaringan mati, ukuran 10x15x3 cm, di sekitar luka kulit berwarna pucat, bau khas.

Iskemia

Nekrosis

Dekubitus

Hilangnya sebagian lapisan kulit

Gangguan integritas kulit

DS: Pasien mengeluh mengalami kelumpuhan kedua ekstremitas atas & bawah. Pasien hanya bisa berubah bila dibantu oleh anggota keluarganya.DO: -

Dekubitus

Hilangnya sebagian lapisan kulit

Keterbatasan gerak

Gangguan ADL

DS: Anak pasien mengatakan bahwa pasien sulit makan, dan porsi makan yang dihabiskan hanya 2-3 sendok setiap makan itupun hanya bubur tanpa sayur dan ikan, pasien juga minum hanya 5 gelas perhari.DO: -

Dekubitus

Hilangnya sebagian lapisan kulit

Keterbatasan gerak

Susah makan

Resiko tinggi Perubahan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh

3.2 Diagnosa Keperawatan :

1. Gangguan integritas kulit berhubungan dengan hilangnya sebagian lapisan kulit ditandai dengan anak pasien mengatakan ia menemukan borok di area bokong yang sudah membesar, luka ulcer berbentuk kawah, lapiasan kulit terkikis sampai jaringan lemak, warna hitam berbaur jaringan mati, ukuran 10x15x3 cm, dan di sekitar luka kulit berwarna pucat, bau khas.

2. Gangguan ADL berhunungan dengan kelumpuhan ditandai dengan pasien mengeluh mengalami kelumpuhan kedua ekstremitas atas & bawah dan pasien hanya bisa berubah bila dibantu oleh anggota keluarganya.

3. Resiko tinggi Perubahan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh ditandai dengan Anak pasien mengatakan bahwa pasien sulit makan, dan porsi makan yang dihabiskan hanya 2-3 sendok setiap makan itupun hanya bubur tanpa sayur dan ikan, pasien juga minum hanya 5 gelas perhari.

3.3 Asuhan Keperawatan :

Page 22: derma

1. Gangguan integritas kulit berhubungan dengan hilangnya sebagian lapisan kulit ditandai dengan anak pasien mengatakan ia menemukan borok di area bokong yang sudah membesar, luka ulcer berbentuk kawah, lapiasan kulit terkikis sampai jaringan lemak, warna hitam berbaur jaringan mati, ukuran 10x15x3 cm, dan di sekitar luka kulit berwarna pucat, bau khas.Hasil yang diharapkan / kriteria evaluasi :1) Mengidentifikasi faktor penyebab luka dekubitus2) Mengidentifikasi rasional untuk pencegahan dan tindakan3) Berpartisipasi dalam rencana tindakan yang diprogramkan untuk meningkatkan

penyembuhan luka.4) Menunjukkan kemajuan penyembuhan dekubitus.

2. Gangguan ADL berhunungan dengan kelumpuhan ditandai dengan pasien mengeluh mengalami kelumpuhan kedua ekstremitas atas & bawah dan pasien hanya bisa berubah bila dibantu oleh anggota keluarganya.Hasil yang diharapkan :1) Klien mampu beraktivitas, miring kanan dan miring kiri dengan dibantu oleh

keluarga.2) Menunjukkan penurunan pada dokrat yang tertekan.3) Keadaan luka membaik.

Page 23: derma

3. Resiko tinggi Perubahan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh ditandai dengan Anak pasien mengatakan bahwa pasien sulit makan, dan porsi makan yang dihabiskan hanya 2-3 sendok setiap makan itupun hanya bubur tanpa sayur dan ikan, pasien juga minum hanya 5 gelas perhari.Hasil yang diharapkan :1) Nutrisi adekuat (sesuai dengan kebutuhan)2) Tidak mual dan muntah3) Tubuh terasa segar4) Mempertahankan berat badan yang sesuai

Page 24: derma

(Doenges, Marilyn E. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan. Jakarta : EGC) - Bhekti

BAB IVKESIMPULAN

Dekubitus merupakan nekrosis jaringan lokal yang cenderung terjadi ketika jaringan lunak tertekan diantara tonjolan tulang dengan permukaan eksternal dalam jangka waktu lama. Dekubitus merupakan kerusakan atau kematian kulit sampai jaringan di bawah kulit, bahkan menembus otot sampai mengenai tulang sehingga mangakibatkan gangguan sirkulasi darah setempat. Dekubitus atau luka tekan adalah kerusakan jaringan yang terlokalisir yang disebabkan karena adanya kompresi jaringan yang lunak diatas tulang yang menonjol (bony

Page 25: derma

prominance) dan adanya tekanan dari luar dalam jangka waktu yang lama. Kompresi jaringan akan menyebabkan gangguan pada suplai darah pada daerah yang tertekan. Apabila ini berlangsung lama, hal ini dapat menyebabkan insufisiensi aliran darah, anoksia atau iskemi jaringan dan akhirnya dapat mengakibatkan kematian sel.Klasifikasi derajat keparahan dekubitus dibagi menjadi empat yaitu:1. Derajat I

Eritema tidak pucat pada kulit utuh, lesi luka kulit yang diperbesar. Kulit tidak berwarna, hangat, atau keras juga dapat menjadi indikator

2. Derajat IIHilangnya sebagian ketebalan kulit meliputi epidermis dan dermis. Luka superficial dan secara klinis terlihat seperti abrasi, lecet, atau lubang yang dangkal.

3. Derajat IIIHilangnya seluruh ketebalan kulit meliputi jaringan subkutan atau nekrotik yang mungkin akan melebar kebawah tapi tidak melampaui fascia yang berada di bawahnya. Luka secara klinis terlihat seperti lubang yang dalam dengan atau tanpa merusak jaringan sekitarnya.

4. Derajat IVHilangnya seluruh ketebalan kulit disertai destruksi ekstensif, nekrosis jaringan; atau kerusakan otot, tulang, atau struktur penyangga misalnya kerusakan jaringan epidermis, dermis, subkutaneus, otot dan kapsul sendi.

Inti dari perawatan dekubitus adalah memberi suplai darah pada daerah dekubitus, mencegah infeksi serta mencegah agar luka dekubitus tidak meluas.

Daftar Pustaka

Capernito, Linda Juall. 2007. Rencana Diagnosa dan Dokumentasi Keperawatan : Diagnosa

Keperawatan dan Masalah Kolaboratif Ed.2. Jakarta : EGC.

Corwin, Elizabeth J. 2009. Buku Saku Patofisiologi Ed.3. Jakarta : EGC

Page 26: derma

Doenges, Marilynn E. 2000. Rencana Keperawatan : Pedoman Perencanaan dan

Pendokumentasian Perawatan Pasien. Jakarta : EGC.

Dorland’s Ilustrated Medical Dictionary, 19/E. 2002. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC

Florinda, dkk. 2004. Manajemen Luka. Jakarta : EGC

Ganang,F.1998. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran Ed 17. Jakarta:EGC

Marelli, TM . 2007. Buku Saku Dokumentasi Keperawatan,Ed 3. Jakarta : EGC

Morrison, Moya J. 2004. Manajemen Luka. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC

National Pressure Ulcer Advisory Panel / NPUAP 1999 dalam Potter Perry 2005

Nurachman, Elly. 2001. Nutrisi Dalam Keperawatan. Jakarta : Sagung Seto.

Potter,Perry.dkk. 2006. Buku Ajar Fundamental Keperawatan: Konsep, Proses, dan Praktik.

Edisi 4. Volume 2. Jakarta:EGC

Rosidah, D., dkk.2008. Buku Saku Dokumentasi Keperawatan Ed.3. Jakarta : EGC

Sjamsuhidajat, R. 1997. Buku Ajar Ilmu Bedah, Edisi Revisi. Jakarta: EGC.

Smeltzer, Suzanne C. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner & Suddarth Ed.8

Vol.1. Jakarta: EGC.

Stanley, Mickey. 2007. Buku Ajar Keperawatan Gerontik Edisi 2. Jakarta: EGC.

Suriadi, 2004. Perawatan Luka. Jakarta: Sagung Seto

Tamher S., Noorkasiani. 2009. Kesehatan Usia Lanjut dengan Pendekatan Asuhan Keperawatan. Jakarta : Salemba Medika