depresiasi

21
AKUNTANSI PAJAK MATERI KULIAH PENYUSUTAN FISKAL Penyusun Oleh: AFLY YESSIE, SE, Msi PROGRAM S1 JURUSAN AKUNTANSI UNIVERSITAS MERCU BUANA JAKARTA Ta. 2008/2009

Transcript of depresiasi

Page 1: depresiasi

AKUNTANSI PAJAK

MATERI KULIAH

PENYUSUTAN FISKAL

Penyusun Oleh:

AFLY YESSIE, SE, Msi

PROGRAM S1 JURUSAN AKUNTANSIUNIVERSITAS MERCU BUANA

JAKARTATa. 2008/2009

Page 2: depresiasi

PENYUSUTAN FISKAL

Pendahuluan

Penyusutan ialah proses alokasi sebagian harga peroIehan aktiva menjadi biaya (cost

allocation), sehingga biaya tersebut mengurangi laba usaha. Biaya penyusutan adalah

biaya) yang bukan merupakan biaya yang dikeluarkan dari kas. Penyusutan dilakukan

sebab masa manfaat dan potensi aktiva yang dimiliki senndiri semakin berkurang.

Pengurangan nilai aktiva tersebut dibebankan sebagai biaya secara berangsur-angsur

atau proporsional.

Alokasi biaya aktiva tetap dilakukan dengan membukukannya ke rekening biaya

(debet) dan ke rekening akumulasi penyusutan (kredit). Rekening biaya akan tampak

dalam perhitungan rugi laba sedang akumulasi penyusutan terlihat dalam neraca.

Rekening akumulasi penyusutan merupakan rekening lawan dari rekening aktiva yang

bersangkutan. Karena itu, nilai buku aktiva dapat diketahui dengan menyandingkan nilai

perolehan dengan akumulasi penyusutan.

Menurut akuntansi ada empat faktor yang harus dipertimbangkan dalam penghitungan

besarnya biaya penyusutan suatu aktiva, yaitu : (1) nilai perolehan aktiva, (2) nilai

residu, (3) dasar penyusutan, dan (4) umur aktiva.

1. Nilai Perolehan Aktiva

Nilai perolehan, yaitu pengluaran-pengeluaran yang dilakukan sampai aktiva yang

bersangkutan siap dipakai.

2. Nilai Residu

Nilai residu ialah nilai sisa suatu aktiva yang ditaksir pada akhir masa pemakaian aktiva

di perusahaan. Nilai sisa suatu aktiva kerapkali tidak signifikan dan dapat diabaikan

dalam penghitungan jumlah yang dapat disusutkan. Jika nilai sisa signifikan, nilai

tersebut diestimasi pada tanggal perolehan atau pada tanggal dilakukannya revaluasi

aktiva (dalam hal ada ketentuan Pemerintah).

3. Sifat Aktiva

Sifat dan cara penggunaan aktiva dalam kegiatan usaha sangat berpengaruh pada

penentuan besarnya biaya penyusutan. Misalnya, mesin ataa kendaraan bermotor

adalah aktiva yang sifatnya bergerak. Oleh karena itu, cara penyusutannya berbeda

dengan penyusutan atas gedung yang bersifat statis.

4. Umur Aktiva

Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB Afly Yessie, SE, Msi AKUNTANSI PAJAK

Page 3: depresiasi

Umur aktiva ialah masa pemakaian aktiva dalam usaha. Umur aktiva dapat dilihat

dari umur teknis dan umur ekonomis. Umur teknis ialah umur aktiva sesuai dengan

kriteria teknis aktiva. Umur ekonomis ialah jangka waktu pemanfaatannya secara

ekonomis. Umur ekonomis bisa lebih pendek dan umur teknis, misalnya mesin teknis

diperkirakan dapat berumur 7 tahun. Jika pada tahun ketiga mesin tersebut tidak

dapat digunakan lagi karena ketinggalan zaman maka umur ekonomisnya menjadi

lebih pendek daripada umur teknis.

Metode Penyusutan

Metode penyusutan dapat dikelompokkan berdasarkan beberapa kriteria berikut:

(1) Berdasarkan Waktu

a. Metode penyusutan garis lurus (straight line merthod)

b. Metode pembebanan yang menurun (penyusutan yang dipercepat):

1. metode jumlah-angka-tahun (sum of the year’s digits method)

2. metode saldo-menurun/saldo-menurun-ganda ( declining/ double declining

method)

(2) Berdasarkan Penggunaan

a. Metode jam-jasa (service hours method)

b. Metode jumlah unit produksi (productive output method)

(3) Berdasarkan Kriteria Lainnya

a. Metode berdasarkan jenis dan kelompok (group and composite method)

b. Metode anuitas (annuity method)

c. Sistem persediaan (inventory systems)

Metode Penyusutan Garis Lurus

Penyusutan dalam bagian-bagian yang sama besar selama masa manfaat harta. Biaya

penyusutan aktiva dialokasikan ke tiap-tiap tahun dengan jumlah yang sama. Rumus

penyusutan dalam metode ini adalah:

Nilai perolehan – Nilai Residu

Penyusutan tiap tahun =

Umur pemakaian

Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB Afly Yessie, SE, Msi AKUNTANSI PAJAK

Page 4: depresiasi

Contoh :

Usaha Dairi membeli satu mesin dengan harga Rp 6.000,00. Umur pemakaiannya

adalah 4 tahun, sedangkan nilai residunya ditaksir Rp1.000,00. Dengan demikian, dasar

penyusutan adalah Rp 5.000,00. Karena umurnya 4 tahun maka tarif penyusutannya

adalah 25% per tahun.

Rp 6.000,00 – Rp 1.000,00

Penyusutan tiap tahun = = Rp 1.250,00

4

Metode penyusutan garis lurus adalah salah satu metode penyusutan yang dipakai

dalam perpajakan. Hanya, metode ini digunakan terhadap aktiva golongan bangunan.

Tarif penyusutan yang berlaku terhadap golongan bangunan adalah 5%, atau umur

pemakaiannya 20 tahun. Dasar penyusutan golongan bangunan dalam perpajakan

adalah harga perolehannya, taksiran nilai residu tidak dipertimbangkan.

Sum of the Year’s Digits Method

Metode ini adalah salah satu metode penyusutan yang dipercepat. Dasar penyusutan

dalam metode ini sama dengan metode garis lurus yaitu taksiran nilai buku aktiva (Nilai

perolehan-taksiran residu), Tarif penyusutan ditentukan dalam bentuk pecahan yang

dihitung dengan cara sebagai berikut. Apabila umur aktiva sama dengan 4 tahun maka

penyebut angka pecahannya adalah jumlah angka tahun yaitu 1 + 2 + 3 + 4 = 10. Angka

pembilang pada tahun pertama sampai dengan keempat masing-masing adalah 4,3,2,

dan 1. Tarif penyusutan tahun pertama adalah 4/10, 3/10, 2/10 dan 1/10.

Contoh :

Harga perolehan Rp6.000.00 dengan taksiran nilal residu risidu Rp 1.000,00. Dasar

penyusutan adalah Rp5.000,00 dengan umur pemakaiain ekonomis 4 tahun.

Tahun Tarif Dasar penyusutan Penyusutan

1 4/10 Rp 5.000,00 Rp 2.000,00

2 3/10 Rp 5.000,00 Rp 1.500,00

3 2/10 Rp 5.000,00 Rp 1.000,00

4 1/10 Rp 5.000,00 Rp 5.00,00

Jumlah Rp 5.000,00

Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB Afly Yessie, SE, Msi AKUNTANSI PAJAK

Page 5: depresiasi

Declining Balance Method

Metode ini termasuk metode penyusutan yang dipercepat dan dapat dipakai dalam

perpajakan. Tarif pajak dalam metode ini ditentukan terlebih dahulu dan besarnya sama

untuk setiap tahun.

Penyutan dihitung dengan mengalikan tarif dengan nilai buku yang semakin kecil. Dasar

penyusutan pada tahun pertama sama dengan nilai perolehan, sehingga taksiran nilai

residu tidak dipertimbangkan dalam metode ini. Dalam perpajakan metode ini disebut

metode saldo menurun.

Contoh :

Harga perolehan Rp6.000.00 dengan taksiran nilal residu risidu Rp 1.000,00. Dasar

penyusutan adalah Rp5.000,00 dengan umur pemakaiain ekonomis 4 tahun.Ditentukan

bahwa tarif pajak adalah 50% per tahun. Dengan demikian penyusutan tiap tahun

adalah sebagai berikut :

Tahun Nilai buku Tarif Penyusutan

1 Rp 6.000,00 50% Rp 3.000,00

2 Rp 3.000,00 50% Rp 1.500,00

3 Rp 1.500,00 50% Rp 750,00

4 Rp 750,00 50% Rp 375,00

Selama aktiva digunakan dalam produksi, nilai buku aktiva selalu diatas nol. Karena itu,

rekening aktiva yang tidak ditarik dari pemakaiannya selalu terbuka. Declining balance

method dengan rekening terbuka (open ended) dipakai dalam penyusutan perpajakan

sebelum revisi perpajakan tahun 1994. Sistem rekening terbuka ini ternyata banyak

menimbulkan masalah sehingga setelah tahun 1994 diubah menjadi sistem rekening

tertutup.

Metode Satuan Produksi

Penyusutan terhadap beberapa jenis aktiva seperti mesin, kendaraan (truk), lebih sesuai

apabila metode satuan produksi yang digunakan. Penyusutan dengan metode min

dihitung dengan rumus sebagai berikut.

Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB Afly Yessie, SE, Msi AKUNTANSI PAJAK

Page 6: depresiasi

Nilai perolehan – Nilai Residu

Penyusutan per unit =

Taksiran jumlah produksi

Penyusutan setahun = Jumlah produksi setahun X Penyusutan per unit

Kebaikan metode ini adalah biaya penyusutan langsung dihubungkan dengan

pendapatan. Semakin besar produksi, semakin besar pendapatan dan semakin banyak

biaya penyusutan.

Contoh :

Aktiva Usaha Dairi berupa truk yang diharapkan dapat dipakai menempuh jarak sejauh

100.000km. Apabila nilai perolehan truk adalah Rp6.000,00 dan niIai residu Rp 1000,00

maka biaya penyusutan per km dihitung sebagai berikut:

Rp 6.000,00 - Rp1.000,00 = Rp 0,05 per km

100.000 km

Jika pada tahun pertama dan kedua truk menempuh jarak 40.000 km dan 20.000 km.

maka penyusutannya masing-masing adalah Rp2.000,00 dan Rp 1.000,00.

Metode satuan produksi dapat dipakai dalam perpajakan hanya diperbolehkan

terhadap usaha penambangan dan penebangan hutan.

Penyusutan Grup dan Gabungan

Untuk menghindari pekerjaan administrasi yang kecil-kecil, biasanya perusahaan

memilih penyusutan dengan mengelompokkan aktiva ke dalam beberapa kelompok

(grup). Dalam perpajakan kelompok ini disebut golongan harta, Penyusutan dihitung

dengan mengalikan tarif ke nilai seluruh aktiva yang sejenis. Tarif penyusutan dihitung

dengan rumus sebagai berikut :

1

Tarif penyusutan grup =

Taksiran rata-rata umur grup aktiva

Tarif ini diterapkan pada nilai perolehan seluruh grup aktiva. Apabila kelompok aktiva

tidak sejenis maka penyusutan dihitung dengan nama composite depreciation atau

penyusutan gabungan. Penyusutan tiap tahun adalah penyusutan tiap jenis aktiva yang

dihitung dengan metode garis.

Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB Afly Yessie, SE, Msi AKUNTANSI PAJAK

Page 7: depresiasi

Contoh :

Usaha Dairi mempunyai tiga truk dengan nilai perolehan Rp3.000,00, Rp5.000,00, dan

Rp7.000,00. Nilai residu masing-masing truk Rp 250,00, Rp500,00, dan Rp750,00.

Umur pemakaian semua truk 5 tahun

Daftar Penyusutan Truk

dengan Dasar Penyusutan Grup

Umur Pemakaian 5 Tahun

No Truk Nilai Perolehan Nilai Residu Penyusutan

1 Rp 3.000,00 Rp 250,00 Rp 2.750,00

2 Rp 5.000,00 Rp 500,00 Rp 4.500,00

3 Rp 7.000,00 Rp 750,00 Rp 6.250,00

Rp 15.000,00 Rp 1.500,00 Rp 13.500,00

Tarif penyusutangrup = 1:5=20%

penyusutan tiap tahun = 20% X Rp 15.000,00 = Rp 3.000,00

Deplesi

Deplesi ialah istilah yang digunakan dalam akuntansi untuk menyatakan penyusutan

dalam usaha pertambangan dan pengusahaan hutan. Perpajakan mengunakan istilah

lain untuk deplesi yaitu amortisasi. Sumber pertambangan dan pengusahaan hutan

(wasting assets) adalah harta yang berkurang secara berangsur-angsur karena

penambangan atau penebangan pohon.

Besarnya nilai yang terkena deplesi ditentukan oleh jumlah nilai sumber, yaitu

besarnya kandungan tambang dan potensi pohon.

Rumus yang dipakai untuk menghitung deplesi ialah :

Nilai perolehan – Nilai residu

Deplesi =

Jumlah potansi

Contoh :

Suatu perusahaan membeli tanah pertambangan dengan harga Rp 250.000,00.

Diperkirakan dari tempat itu akan dapat ditambang sebanyak 100.000 unit batu bara.

Nilai residu tanah pertambangan diperkirakan sebesar Rp50.000.00. selama tahun

Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB Afly Yessie, SE, Msi AKUNTANSI PAJAK

Page 8: depresiasi

pertama batu bara yang telah ditambang sebesar 15.000 unit. Penghitungan biaya

deplesi per unit adalah sebagai berikut:

Rp 250.000,00 – 50.000

Deplesi = = Rp 2,00 per unit

100.000

Jumlah deplesi tahun ini = 15.000 unit x Rp 2,00

= Rp 30.000,00

Menurut ketentuan perpajakan, hak penambangan dan hak pengunanhutan termasuk

harta tidak berwujud. Karena itu, harga perolehannya dapat diamortisasikan

berdasarkan metode satuan produksi dengan pembatasan sebagai berikut:

1. Biaya untuk memperoleh hak penambangan selain minyak dan gas bumi serta

pengusahaan hutan dapat diamortisasikan dengan presentase yang tidak lebih dari

20% setahun. Ketentuan ini dapat dinyatakan dengan rumus sebagai berikut.

Jumlah penambangan/penebangan

Amortisasi per tahun = = X 20%

Taksiran total produksi/deposit

2. Biaya untuk memperoleh hak dan/atau biaya-biaya lain yang mempunyai masa

manfaat lebih dari satu tahun di bidang penambangan minyak dan gas bumi tanpa

pembatasan persentase tertentu. Ketentuan ini dapat dinyatakan dengan rumus:

Jumlah penambangan

Amortisasi per tahun = Tanpa batasan

Tanpa total produksi

Jumlah penambangan/peflebangan yang

dihasilkan setahun produksi

Metode satuan = X 100%

Taksiran jumlah seluruh produksi

Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB Afly Yessie, SE, Msi AKUNTANSI PAJAK

Page 9: depresiasi

Contoh :

Suatu konsensi pertambangan ditaksir jumlah depositnya 100.000,00. Hasil produksi

satu tahun 10.000 ton. Persentase hasil produksi satu tahun adalah:

10.000X 100% = 10%

100.000Jadi, hak penambangan tersebut dalam setahun dalam setahun diamortisasi sebesar

10%.

Penyusutan dan Amortisasi Fiskal Menurut .U No.10 Tahun 1994

Metode penyusutan yang dibolehkan dalam ketentuan adalah:

a. Metode garis lurus atau straight line method.

Dalam ketentuan fiskal metode ini disebut penyusutan dalam bagian-bagian yang

sama besar selama masa manfaaat yang ditetapkan bagi harta tersebut. Contoh

penggunaan metode ini adalah sebagai berikut, misalnya biaya peran suatu gedung

sebesar Rp40.000.000,00 dan masa manfaatnya 20 tahun, penyusutannya setiap

tahun adalah sebesar Rp2.000.000,00 (Rp40.000.000,00: 20).

b. Metode saldo menurun atau declining balance method

Penyusutan atas harta berwujud dilakukan dalam bagian-bagian yang menurun

selama masa manfaat, yang dihitung dengan cara menerapkan tarif penyusutan atas

nilai sisa buku, dan pada akhir masa manfaat nilai sisa buku disusutkan, dengan

syarat dilakukan secara taat asas. Sebelum revisi perpajakan tahun 1994,

penyusutan nilai sisa buku tidak diperkenankan. Hal ini banyak menimbulkan

persoalan.

Contoh :

Sebuah mesin dibeli dan ditempatkan pada bulan Juni 1995 dengan harga

perolehan Rp150.000.000,00. Masa manfaat dari mesin tersebut adalah 4 tahun.

Jika tariff penyusutan ditetapkan 50% maka penghitungan penyusutan adalah

sebagai berikut:

Tahun Tarif Penyusutan Nilai sisa buku

0 150.000.000,00

1 50% 75.000.000,00 75.000.000,00

Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB Afly Yessie, SE, Msi AKUNTANSI PAJAK

Page 10: depresiasi

2 50% 37.000.000,00 37.500.000,00

3 50% 18.750.000,00 18.000.000,00

4 disusutkan sekaligus 18.750.000,00 0

Saat Dimulainya Penyusutan

Pada umumnya penyusutan fiskal dimulai pada tahun pengeluaran. Untuk harta yang

masih dalam proses pengerjaan, penyusutannya dimulai pada tahun selesainya

pengerjaan harta tersebut.

Untuk menghitung penyusutan, masa manfaat dan tarif penyusutan harta berwujud

ditetapkan sebagi berikut:

Kelompok harta berwujud Masa manfaat Tarif penyusutan

sebagaimana dimaksud

pada ayat (1) Ayat (2)

I. Bukan Bangunan

Kelompok 1

Kelompok 2

Kelompok 3

Kelompok 4

4 Tahun

8 tahun

l6tahun

20 tahun

25% 50%

12,5% 25%

6,25% 12,5%

5% 10%

II. Bangunan

Permanen

Tidak permanen

20 tahun

10 tahun

5%

10%

Garis lurus Saldo menurun

Dasar Penyusutan

Dasar penyusutan awal adalah semua pengeluaran untuk pembelian, pendirian,

penambahan, perbaikan, atau perubahan harta berwujud.

Penarikan Harta dari Pemakaian

Penarikan harta dari pemakaian dapat terjadi karena dialihkan kepada pihak lain, dijual,

atau terjadi musibah terhadap harta tersebut.

Pengalihan atau penarikan harta menurut UU No. 10 Tahun 1994 Pasal 4 Ayat (1)

hurufd adalah karena:

a) penjualan;

Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB Afly Yessie, SE, Msi AKUNTANSI PAJAK

Page 11: depresiasi

b) pengalihan harta kepada perseroan, persekutuan, dan badan lainnya sebagai

pengganti saham atau penyertaan modal

c) pengalihan harta kepada pemegang saham, sekutu, atau anggota;

d) pengalihan harta karena likuidasi, penggabungan, peleburan, pemekaran,

pemecahan, atau pengambilalihan usaha;

d) pengalihan harta karena hibah, bantuan atau sumbangan.

Penarikan Harta Karena Dijual Menurut Fiskal

Sebuah mesin dengan nilai perolehan Rp40.000.000,00 dengan akumulasi penyusutan

Rp30.000.000,00 dijual dengan harga Rp 17.000.000,00. Biaya yang dikeluarkan

berkenaan dengan penjualan sebesar Rp2.000.000,00.

Kalkulasi.

Harga jual Rp 17.000.000,00

Biaya penjualan Rp 2.000.000,00

Penerimaan neto Rp 15.000.000,00

Nilai perolehan Rp 40.000.000,00

Akumulasi penyusutan Rp 30.000.000,00

Nilai sisa buku Rp 10.000.000,00

Keuntungan Rp 5.000.000,00

Nilai sisa buku sebesar Rp 0.000.000,00 dibebankan sebagai kerigian dalam tahun

pajak yang bersangkutan. Keuntungan sebesar Rp 5.000.000,00 merupakan

penghasilan yang menjadi objek pajak PPh. Apabila transaksi ini dicatat maka ayat

jurnal akuntansi adalah sebagai berikut:

Penerimaan kas Rp 17.000.000,00

Akumutasi penyusutan Rp 30.000.000,00

Mesin Rp 40.000.000,00

Biaya Rp 2.000.000,00

Laba Rp 5.000.000,00

Dalam prinsip akuntansi komersial ada tiga langkah yang dapat ditempuh sehubungan

dengan penarikan harta yaitu:

1. menghitung besarnya akumulasi penyusutan sampai saat penarikannya;

2.menghapus rekening aktiva dan akumulasi penyusutan

Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB Afly Yessie, SE, Msi AKUNTANSI PAJAK

Page 12: depresiasi

3. menghitung rugi-laba penjualan.

Penarikan Harta Karena Terbakar

Suatumesin terbakar pada pertengahan tahun 1995 dengan keterangan sebagai berikut:

Nilai perolehan Rp 50.000.000,00

Akumulasi penyusutan Rp 30.000.000,00

Nilai sisa buku: Rp 20.000.000,00

a. Jumlah penggantian asuransi diterima pada tahun 1995 sebesar Rp19.000.000,00.

b. Jumlah penggantian belum dapat diketahui dan penundaan pembebanan kerugian

tidak diajukan kepada Dirjen Pajak.

c. jumlah penggantian asuransi belum dapat diketahui, karena itu penundaan kerugian

diajukan untuk ditunda kepada Dirjen Pajak.

Sesuai ketentuan fiskal maka penarikan harta karena terbakar dicatat:

a. Nilai sisa buku mesin Rp20.000.000,00 dicatat sebagai kerugian, sedang

penerimaan penggantian asuransi Rp19.000.000,00 diatat sebagai penghasilan

dalam tahun yang bersangkutan. Karena nilai sisa buku lebih besar daripada

penggantian asuransi maka Wajib Pajak menderita rugi Rp 1.000.000,00

(Rp20.000.000,00 - Rp19.000.000,00).

Akuntansi mencatat transaksi dengan ayat jurnal:

Kas Rp 19.000.000,00

Ak.penyusutan Rp 30.000.000,00

Kerugian Rp 1 .000.000,00

Mesin Rp 50.0000.000,00

b. Jumlah penggantian belum dapat diketahui, karena itu kerugian sebesar nilai sisa

buku Rp20.000.000,00 harus segera dibebankan sebagai kerugian pada tahun yang

bersangkutan. Kejadian ini dapat dicatat dengan ayat jurnal sebagai berikut:

Ak.penyusutan Rp 30.000.000,00

Kerugian Rp 20.000.000,00

Mesin Rp 50.000.000,00

c. Wajib Pajak tidak perlu mencatat kerugian dalam tahun terjadinya kebakaran.

Namun penyusutan mesin harus dihentikan.

Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB Afly Yessie, SE, Msi AKUNTANSI PAJAK

Page 13: depresiasi

Penyusutan Menurut Undang-Undang No 7 Tahun 1983

Adapun golongan harta dan tarif penyusutannya sebagai berikut:

Golongan harta Tarif penyusutan

Golongan 1 50% tiap tahun

Hrta yang dapat disusutkan dan

tidak termasuk Golongan Bangunan, yang

mempunyai masa manfaat lebih dari empat tahun

Golonga 2 25% tiap tahun

Harta yang dapat disustkan dan tidak termasuk

Golongan Bangunan yang mempunya

Masa manfaat lebih dari empat tahun

Dan tidak lebih dari 8 tahun

Golongan 3 10%

Harta yang dapat disusutkan dan yang tidak

Termasuk golongan bangunan, yang mempunyai

Masa manfaat lebih dari 8 tahun

Golongan bangunan 5%

Banguna dan harta tak bergerak lainnya,

termasuk tambahan, perbaikan, atau

perubahan yang dilakukan

Dasar Penyusutan Harta

Dasar penyusutan harta berwujud adalah jumlah awal tahun pajak dengan tambahan-

tambahan dan dikurangi dengan pengurang-pengurangan. Tambahan dapat berupa

harta baru (pembelian), peningkatan kapasitas harta lama, perbaikan, atau tambahan, ~

baik karena sebab biasa (dijual) maupun karena sebab luar biasa (force mayeuer).

Penyusutan Golongan harta 1, 2 , 3

Penyusutan golongan harta 1, 2, dan 3 untuk suatu tahun pajak sama dengan jumlah

awal pada tahun pajak untuk golongan harta itu ditambah dengan tambahan, perbaikan,

atau perubahan dan dikurangkan dengan pengurangan. Jumlah awal untuk golongan

Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB Afly Yessie, SE, Msi AKUNTANSI PAJAK

Page 14: depresiasi

Bukan bagunan ini ialah harga sisa buku tahun sebelumnya yang tatap terbuka untuk

penambahan harta baru dan pengurangan dengan penerimaan neto harta yang dijual,

lalu diterapkan tarif penyusutan.

Penyusutan Golongan Bangunan

Tarif penyusutan golongan bangunan adalah 5% dihitung dari harga perolehan.

rusutan dan Penarikan Harta Sebab Luar Biasa

Penyusutan dan Amortisasi di Bidang Usaha dan Daerah Tertentu

Bidang-bidang usaha tertentu adalah bidang usaha di sektor-sektor kegiatan ekonomi

yang mendapat prioritas tinggi dalam skala nasional khususnya dalam rangka

peningkatan ekspor termasuk bidang usaha perkebunan tanaman keras dan

pertambangan.

Daerah-daerah tertentu adalah daerah terpencil yaitu daerah yang secara ekonomis

mempunyai potensi yang layak dikembangkan tetapi keadaan prasarana ekonomi pada

umumnya kurang memadai dan sulit dijangkau oleh transpor umum.

Fasilitas perpajakan yang diberikan kepada Wajib Pajak yang bergerak di

bidang-bidang usaha tertentu dan di daerah tertentu adalah:

Kelompok Harta Masa Manfaat Menjadi

Garis

Tarif Penyusutan dan

Amortisasi Berdasarkan

Metode

Lurus Menurun Saldo

I. Bukan bangunan Harta

tidak berwujud:

Kelompok 1

Kelompok 2

Kelompok3

Kelompok4

2 tahun 50%

4 tahun 25%

8 tahun 12,5%

10 tahun 10%

100%

50%

50%

20%

II. Bangunan

Permanen

Tidak Permanon

10 tahun 10%

5 tahun 20%

Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB Afly Yessie, SE, Msi AKUNTANSI PAJAK

Page 15: depresiasi

Dalam ketentuan lama para penanam modal di daerah terpencil diberikan pilihan dalam

menerapkan metode penyusutan yaitu :

1. Metode garis lurus (straight line method) yang masa penyusutannya dapat

kurang dari 20 tahuñ, atau

2. Metode menurun secara berimbang (declining balance method).

Ketentuan penyusutan ini dapat digunakan dengan tiga syarat :

a. Dalam hal metode penyusutan yang digunakan dalam metode garis lurus

meskipun dapat kurang dari 20 tahun tetapi tidak boleh lebib pendek dari masa

manfaat harta yang disusutkan.

b. Dalam hal metode penyusutan yang digunakan adalah metode menurun secara

berimbang maka penyusutan harus dilakukan berdasarkan tarif penyusutan

berdasarkan golongan harta yang diatur dalam Ayat (9) yaitu 50%; 25%; 10% untuk

masing-masing golongan harta 1, 2, dan 3.

c. metode penyusutan harus diterapkan secara taat asas.

Penarikan Harta Karena Hibah

Apabila terjadi penarikan harta berwujud dari pemakaian karena dihibahkan,

disumbangkan, atau diwariskan kepada pihak lain maka nilai sisa buku harta tersebut

tidak boleh dibebankan sebagai kerugian bagi pihak yang mengalihkan (UU No.10 tahun

1994 Pasal 11 Ayat (8). Jumlah sebesar sisa buku dari harta yang dihibahkan,

disumbangkan, atau diwariskan tersebut dikurangkan dari jumlah awal dari masing-

masing golongan harta yang bersangkutan.

Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB Afly Yessie, SE, Msi AKUNTANSI PAJAK