DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA FAKULTAS...

13
1 DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS PADJADJARAN PUSAT MATA NASIONAL RUMAH SAKIT MATA CICENDO Sari Kepustakaan : Blow Out Fracture dan Tatalaksananya Penyaji : Ludwig Melino Tjokrovonco Pembimbing : Dr. M. Rinaldi Dahlan, dr., SpM(K) Telah Diperiksa dan Disetujui oleh Pembimbing Dr. M. Rinaldi Dahlan, dr., SpM(K) Selasa, 14 Agustus 2018 Pukul 07.30 WIB

Transcript of DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA FAKULTAS...

Page 1: DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA FAKULTAS …perpustakaanrsmcicendo.com/wp-content/uploads/2018/08/Blow-Ou… · BOF paling sering mengenai dasar orbita, diikuti dengan dinding medial,

1

DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS PADJADJARAN

PUSAT MATA NASIONAL RUMAH SAKIT MATA CICENDO

Sari Kepustakaan : Blow Out Fracture dan Tatalaksananya

Penyaji : Ludwig Melino Tjokrovonco

Pembimbing : Dr. M. Rinaldi Dahlan, dr., SpM(K)

Telah Diperiksa dan Disetujui oleh

Pembimbing

Dr. M. Rinaldi Dahlan, dr., SpM(K)

Selasa, 14 Agustus 2018

Pukul 07.30 WIB

Page 2: DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA FAKULTAS …perpustakaanrsmcicendo.com/wp-content/uploads/2018/08/Blow-Ou… · BOF paling sering mengenai dasar orbita, diikuti dengan dinding medial,

1

1. Pendahuluan

Trauma pada orbita dapat mengenai tulang fasial dan jaringan lunak di

sekitarnya. Fraktur dapat disertai dengan trauma pada isi orbita, struktur

intrakranial dan sinus paranasal. Fraktur dinding orbita terisolasi atau lebih

dikenal dengan istilah blow out fracture (BOF) merupakan kejadian yang sering

pada trauma fasial akibat jatuh, perkelahian, kecelakaan lalu lintas atau cidera

olahraga. Kejadian ini umumnya lebih sering terjadi pada pria dibandingkan

wanita dan tidak jarang pada anak-anak. Istilah BOF pertama kali diperkenalkan

pada tahun 1957 oleh Drs. Byron Smith dan William Regan.1-3

Angka kejadian BOF sendiri cukup sering. Sekitar 30-40% dari seluruh

kejadian fraktur facial melibatkan orbita dan sekitar 10% dari seluruh kejadian

fraktur facial terbatas hanya mengenai dinding orbita saja dengan mayoritas

mengenai dasar orbita. BOF rutinnya ditangani dengan tindakan bedah dini

selama lebih dari 20 taun sampai akhirnya pada tahun 1974, studi prospektif oleh

Puterman menunjukan kebanyakan BOF sembuh tanpa adanya gangguan dari segi

fungsi maupun estetika. Berbagai opsi tatalaksana dan alat bedah terus

berkembang dalam beberapa tahun terakhir namun waktu dan indikasi yang tepat

untuk tindakan rekonstruksi masih tetap kontroversial. Diagnosis dini BOF dan

penentuan tatalaksana baik bedah maupun non-bedah dikatakan menjadi hal yang

krusial dalam menentukan hasil yang optimal. Sari kepustakaan ini bertujuan

menjelaskan apa itu BOF dan tatalaksananya.1,3,4

2. Anatomi Orbita

Orbita merupakan rongga yang dibentuk oleh tulang dan berisi bola mata, otot

ekstraokular, saraf, lemak, dan pembuluh darah. Orbita berbentuk seperti buah

pear dengan bagian apeks di posterior. Orbita memiliki volume sebesar 30 cm2.

Dinding orbita terdiri dari bagian atap, dasar, dinding medial, dan lateral yang

dibentuk oleh 7 tulang seperti pada gambar 2.1. Dasar orbita dibentuk oleh os

zygomatikus, os maxillaris, dan os palatina. Dinding medial dibentuk oleh os

lakrimalis, os ethmoidalis, os maxillaris, dan os sphenoidalis ala minor. Atap

orbita dibentuk oleh os frontalis, os sphenoidalis ala minor sedangkan dinding

Page 3: DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA FAKULTAS …perpustakaanrsmcicendo.com/wp-content/uploads/2018/08/Blow-Ou… · BOF paling sering mengenai dasar orbita, diikuti dengan dinding medial,

2

lateral oleh os zygomatikus dan os sphenoidalis ala mayor. Tinggi dinding medial

setengah dari ketinggian dinding lateral orbita.2,4,5

Bagian tertipis dari orbita adalah lamina papiracea pada dinding medial orbita

(0.2-0.4 mm) namun BOF lebih sering terjadi pada dasar orbita sisi medial dari

kanalis infraorbita. Hal ini disebabkan karena dinding medial orbita didukung

rongga tulang bersepta pada sinus ethmoidalis. Berkas neurovaskular inferior

orbita (meliputi nervus infraorbital dan arteri) berjalan dibawah dasar orbita.

Ketebalan atap dari canalis infraorbita hanya 0.23 mm dan tulang dasar orbita

bagian posteromedial berkisar 0.37 mm. Hal ini sangat kontras dengan tulang

dasar orbital bagian lateral yang berkisar 1.25 mm atau 5 kali lebih tebal dari

tulang diatas kanalis infraorbita. Hal ini yang meningkatkan kecurigaan kita

terjadi fraktur dasar orbita apabila ditemukan rasa baal pada pasien yang meliputi

daerah nervus infraorbita.2-6

Gambar 2.1. Anatomi Orbita

Dikutip dari : Alisanab5

3. Blowout fracture

BOF merupakan trauma pada dinding orbita yang diakibatkan benturan oleh

benda tumpul yang berukuran lebih besar dari arpetura orbita. BOF paling sering

mengenai dasar orbita, diikuti dengan dinding medial, dan inferomedial.

Mekanisme terjadinya BOF dapat dijelaskan melalui 3 prinsip yaitu mekanisme

kontak bola mata dengan dinding orbita, hidrolik, dan buckling seperti pada

gambar 3.1. Hampir seluruh kejadian BOF melibatkan kombinasi dari ketiga

mekanisme diatas. Mekanisme kontak bola mata dengan dinding orbita pertama

kali dikemukakan oleh Pfeiffer pada tahun 1943. Pfeiffer menyebutkan bahwa

Page 4: DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA FAKULTAS …perpustakaanrsmcicendo.com/wp-content/uploads/2018/08/Blow-Ou… · BOF paling sering mengenai dasar orbita, diikuti dengan dinding medial,

3

mekanisme internal pada fraktur orbita terbukti disebabkan oleh pergeseran bola

mata ke arah posterior yang menyebabkan kontak langsung dengan dinding orbita.

Hal ini didukung oleh penelitian Erling et al yang menganalisis mekanisme ini

dengan bantuan CT scan dimana pada 75% kasus fraktur orbita didapatkan

pergeseran tulang orbita mengikuti bentuk dari bola mata.7-9

Gambar 3.1 Mekanisme BOF : kontak bola mata dengan dinding orbita

(kiri atas), hidrolik (kanan atas), dan buckling (bawah). Dikutip dari : Nikolaenko6

Drs. Byron Smith dan William Regan pada tahun 1957 memperkenalkan teori

hidrolik. Mereka menyebutkan bahwa BOF merupakan fraktur orbita akibat

tekanan hidrolik yang dihasilkan benda yang berukuran lebih besar dibandingkan

diameter orbita. Benturan umumnya diakibatkan trauma tumpul langsung pada

daerah sekitar mata. Tekanan yang ditimbulkan ini umumnya tidak cukup untuk

menyebabkan fraktur pada rima orbita dan isi bola mata yang mengandung cairan

juga menjadi bantalan untuk mencegah terjadinya ruptur bola mata. Hal ini

menyebabkan tekanan akan diteruskan melalui jaringan lunak ke rongga orbita

dan meningkatkan tekanan intraorbital sehingga akan menimbulkan fraktur pada

dinding terlemah orbita yaitu bagian dasar dan medial orbita.2,6-8

Mekanisme yang terakhir adalah mekanisme buckling. Mekanisme ini

diperkenalkan oleh Fujino tahun 1974 dimana dia menjelaskan bahwa tekanan

langsung pada rima orbita akan menyebabkan fraktur pada dasar orbita. Penelitian

Page 5: DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA FAKULTAS …perpustakaanrsmcicendo.com/wp-content/uploads/2018/08/Blow-Ou… · BOF paling sering mengenai dasar orbita, diikuti dengan dinding medial,

4

oleh Nagasao et al menunjukan bahwa berbagai sudut benturan yang dtimbulkan

akan menyebabkan fraktur pada daerah dasar dan medial orbita. Penjelasan serupa

juga dikemukakan oleh Kulwin dan Leadbetter dimana dilaporkan seorang pria

mengalami BOF setelah sebelumnya mengalami trauma pada rima orbita bagian

lateral.2,6,7,9

3.1. Klasifikasi BOF

Fraktur dinding orbita dibagi menjadi 2 tipe yaitu murni dan tidak murni.

Fraktur tidak murni yang dimaksud apabila melibatkan rima orbita sedangkan

fraktur orbita murni hanya mengenai dinding interna orbita atau sering disebut

blow out fracture. BOF umumnya terjadi di dinding inferior, medial, atau

inferomedial orbita yang merupakan tulang tertipis. Fraktur dinding orbita dapat

dibagi juga menjadi tipe terbuka dan tipe trapdoor seperti pada gambar 3.2.1,4,6,10

Gambar 3.2. Fraktur orbita tipe terbuka (kiri) dan tipe trapdoor (kanan)

Dikutip dari : Nikolaenko6

Pada fraktur dinding orbita tipe terbuka akan terjadi hambatan gerak bola mata

akibat tumbukan jaringan periorbita dengan patahan tulang. Lain halnya dengan

fraktur tipe trapdoor dimana hambatan gerak bola mata terjadi akibat adanya

jaringan periorbital yang terjepit diantara celah patahan tulang. Sekitar 27-93%

kasus fraktur dinding orbita pada anak-anak merupakan tipe trapdoor. Fraktur

trapdoor digambarkan secara anatomi sebagai patahan tulang yang linier, dengan

pergeseran tulang yang minimal dan bagian medial yang menggantung seperti

pintu. Patahan yang menggantung ini dapat memberikan mekanisme tahanan balik

seperti pintu yang menutup saat terjadi herniasi dari jaringan periorbita sehingga

jaringan akan terjepit diantara celah patahan tulang.2,4,6,11

Page 6: DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA FAKULTAS …perpustakaanrsmcicendo.com/wp-content/uploads/2018/08/Blow-Ou… · BOF paling sering mengenai dasar orbita, diikuti dengan dinding medial,

5

Mekanisme yang berbeda terjadi pada tipe terbuka dimana tulang remuk dan

membuat defek yang lebar pada dasar orbita. Akibatnya akan terjadi herniasi dari

jaringan orbita tanpa adanya proses penjepitan dari tulang. Perbedaan kedua tipe

ini disebabkan karena karakteristik tulang wajah pada anak bersifat

spongiosa,elastis dengan jaringan periosteum yang kuat sedangkan pada dewasa,

tulang bersifat lebih padat dengan jaringan periosteum yang rapuh.4,6,9-11

3.2. Gejala Klinis dan Pemeriksaan Penunjang

Secara umum gejala klinis yang dapat timbul pada BOF adalah ekimosis dan

edema periorbita, diplopia disertai adanya restriksi gerak bola mata,

enophthalmus, hipoglobus, emfisema palpebra dan orbita, dan hipoestesia di

daerah distribusi saraf infraorbita yaitu sekitar kelopak mata bawah, pipi, palatum,

dan bibir atas. Gejala lain yang dapat muncul adalah kebutaan akibat disertai

trauma bola mata, trauma nervus optikus atau timbulnya sindroma kompartemen

akibat perdarahan retrobulbar. Gejala klinis yang timbul pada dewasa umumnya

disertai ekimosis dan edema periorbita dan perdarahan subkonjungtiva yang jelas

sedangkan pada anak-anak menunjukan gejala diplopia yang lebih berat dan nyeri

gerak bola mata tanpa adanya pembengkakan periorbita yang signifikan, tanpa

enophthalmus dan tanpa tanda-tanda trauma bola mata lain. Gejala klinis yang

unik pada anak-anak ini pertama kali diperkenalkan Jordan et al pada tahun 1998

dengan istilah “white-eyed blowout fracture”. Pada fraktur tipe trapdoor dapat

timbul refleks okulokardiak yaitu respons vasovagal yang ditandai dengan adanya

mual, muntah, hipotensi, bradikardi, dan bahkan pingsan saat bola mata

bergerak.2,11,12

CT scan orbita kepala dengan potongan aksial dan koronal merupakan

pemeriksaan baku emas untuk mendiagnosis fraktur orbita. CT scan dapat

mengevaluasi besar fraktur dan keterlibatan otot ekstraokular dalam memprediksi

kemungkinan terjadinya enophthalmus dan penjepitan otot. Herniasi jaringan dari

orbita ke sinus maksilaris pada CT scan dapat memberikan gambaran khas

“teardrop sign”. Pemeriksan Force Duction test (FDT) dapat digunakan untuk

membedakan kelumpuhan otot gerak bola mata akibat jepitan atau paresis.

Page 7: DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA FAKULTAS …perpustakaanrsmcicendo.com/wp-content/uploads/2018/08/Blow-Ou… · BOF paling sering mengenai dasar orbita, diikuti dengan dinding medial,

6

Pemeriksaan penunjang lain yang dapat dilakukan adalah dengan tes Hess screen

yang dapat menilai gerak bola mata secara objektif. Gangguan gerak bola mata

dalam area 30 derajat dapat dengan mudah teridentifikasi. Pier et al menyebutkan

bahwa persentase rasio area Hess (HAR%) efektif untuk memprediksi diplopia

pasca operasi reposisi fraktur orbita. Namun, pembengkakan palpebra yang berat

dapat mengganggu gerak bola mata yang normal sehingga samgat sulit

mendapatkan hasil tes Hess screen yang akurat.1,2,11-13

3.3. Tatalaksana BOF

Mayoritas kasus BOF tidak memerlukan tindakan intervensi bedah. Pasien

BOF dengan pergeseran tulang minimal, tanpa diplopia, dan tanpa adanya

penjepitan struktur penunjang orbita dapat diobservasi selama 1 minggu pertama.

Tatalaksana yang dapat diberikan berupa kompres es selama 48 jam pertama

disertai dengan tidur setengah duduk untuk membantu mengurangi edema yang

terjadi. Bila dicurigai keterlibatan sinus maka dapat diberikan antibiotik

profilaksis dan diminta untuk tidak meniup dari hidung. Pemberian steroid juga

masih kontroversial. Beberapa penelitian menyebutkan steroid 1mg/kgBB/hari

selama 1 minggu pertama dapat membantu mengurangi edema jaringan dan

mengurangi risiko diplopia menetap.2,4,13,14

Tindakan bedah untuk BOF masih kontroversial. Secara umum tindakan bedah

diindikasikan untuk pasien dengan diplopia yang signifikan pada posisi primer

dan persisten, enophtalmus lebih dari 2 mm, terdapat penjepitan struktur

penunjang orbita, atau defek yang besar lebih dari 1cm2 atau 50% luas dasar

orbita. Beberapa studi menyarankan tindakan eksplorasi dan melepas otot

ekstraokular yang terjepit sedini mungkin. Tindakan bedah terutama pada dewasa

sebaiknya sudah dilakukan dalam 1-2 minggu pertama setelah kejadian. Dua

minggu diharapkan sudah terjadi resolusi dari perdarahan dan edema jaringan dan

belum terbentuk jaringan parut yang menghambat koreksi maksimal. Penanganan

yang terlambat dapat mengakibatkan disfungsi permanen dari otot ekstraokular.

Lain halnya untuk fraktur orbita anak-anak yang umumnya tipe trapdoor

disarankan dalam waktu 24-48 jam pertama sudah dilakukan tindakan operasi.

Page 8: DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA FAKULTAS …perpustakaanrsmcicendo.com/wp-content/uploads/2018/08/Blow-Ou… · BOF paling sering mengenai dasar orbita, diikuti dengan dinding medial,

7

Hal ini dikarenakan proses necrosis dan fibrosis yang lebih cepat akibat otot yang

terjepit sama sekali tidak mendapatkan suplai darah.1,3,12,14

Teknik operasi reparasi BOF sama, baik pada dewasa dan anak-anak.

Pendekatan operasi BOF dapat dilakukan dengan beberapa teknik tergantung dari

lokasi defek. Dua teknik yang paling sering digunakan untuk pendekatan operasi

dasar orbita adalah transkonjungtiva dan transkutaneus baik subsilier maupun

subtarsal seperti pada gambar 3.3. Teknik transkonjungtiva lebih sering digunakan

tidak hanya untuk menghindari timbulnya skar tetapi juga komplikasi malposisi

kelopak mata seperti ektropion paska bedah. Meskipun insisi trankonjungtiva

dapat dikombinasi dengan kantotomi dan kantolisis lateral, namun hal ini jarang

dilakukan karena umumnya dasar orbita sudah bisa terlihat dengan jelas tanpa

manuver tambahan.Untuk dinding medial orbita dapat dieksplor melalui sayatan

transkonjungtiva maupun transkutaneus yang diperpanjang dari dasar orbita atau

menggunakan transcaruncular atau orbitotomi medial dengan sayatan Lynch

(frontoethmoidal).2,4,6,12

Tujuan dilakukannya tindakan operasi adalah untuk mengembalikan anatomi

orbita dan fisiologi dari mata sendiri. Tindakan yang dilakukan adalah dengan

mereposisi jaringan yang mengalami herniasi kembali ke rongga orbita dan

rekonstruksi dinding orbita dengan pemasangan implan untuk menutup defek.

Reposisi jaringan yang mengalami herniasi kadang membutuhkan adhesiolisis

yang agresif bahkan memperbesar patahan tulang seperti pada kasus-kasus

trapdoor. Penempatan implan yang baik juga menjadi hal yang krusial mengingat

tidak sedikit kasus membutuhkan operasi sekunder untuk memperbaiki posisi

implan yang tidak baik. Rekonstruksi pada kasus fraktur kombinasi dasar dan

medial orbita harus dilakukan pada kedua dinding orbita mengingat apabila hanya

dilakukan pada dasar orbitanya saja maka dapat menimbulkan komplikasi yaitu

shifting enopthalmos syndrome.1,8,11,15

Material implan yang digunakan untuk rekonstruksi tulang orbita terdiri dari

material autologus dan alloplastik. Material autologus yang dapat dipakai berasal

dari tulang tengkorak, crista iliaca, kartilago septum nasi, kartilago aurikula, dan

kartilago costa. Jaringan tulang autologus merupakan material pertama yang

Page 9: DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA FAKULTAS …perpustakaanrsmcicendo.com/wp-content/uploads/2018/08/Blow-Ou… · BOF paling sering mengenai dasar orbita, diikuti dengan dinding medial,

8

pertama kali digunakan dan sejauh ini masih menjadi baku emas untuk

rekonstruksi tulang wajah dan orbita. Jaringan tulang memiliki stabilitas yang

baik, tidak menimbulkan reaksi penolakan, resistensi yang baik terhadap infeksi

dan lebih murah. Namun, ada beberapa kerugian yang dapat timbul yaitu

membutuhkan waktu yang lama saat pengambilan donor, keterbatasan jumlah dan

ukuran implan, kematian jaringan di tempat donor yang diambil dan, proses

resorpsi tulang yang tidak dapat diprediksi yang dapat menyebabkan enopthalmus

dan hipoglobus di kemudian hari.15-18

Gambar 3.3. Tahapan Rekonstruksi BOF Dikutip dari : Codner4

Terdapat beberapa alternatif lain untuk implan yaitu material alloplastik yang

terdiri dari 2 jenis yaitu permanen dan absorbable. Contoh implan permanen

adalah hidroxyapatite, porous polyethylene, nylon, marlexmesh dan metal seperti

titanium. Keuntungan penggunaan material alloplastik permanen adalah mudah

dibentuk, dapat digunakan untuk defek yang besar, dan mengurangi lama operasi.

Kerugiannya adalah dapat menimbulkan infeksi, reaksi benda asing, migrasi dan

ekstrusi dari implan. Material alloplastik akan sulit dikeluarkan kembali apabila

timbul infeksi. Akhir-akhir ini penggunaan titanium untuk rekonstruksi orbita

Page 10: DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA FAKULTAS …perpustakaanrsmcicendo.com/wp-content/uploads/2018/08/Blow-Ou… · BOF paling sering mengenai dasar orbita, diikuti dengan dinding medial,

9

semakin sering, namun penelitian oleh Lee dan Nunery menunjukan titanium akan

teroksidasi saat berinteraksi dengan udara dan menyebabkan adhesi dari sel-sel

inflamasi dan proliferasi fibroblas sehingga menimbulkan reaksi benda asing yang

cukup hebat.15-17

Contoh dari implan absorbable adalah polydioxaxone, dan campuran

polylactic-L-acid dengan polyglycolic acid. Material ini memiliki kekuatan

tahanan paling baik selama 1-3 bulan kemudian akan direabsorpsi sempurna

sekitar 9-15 bulan dan memiliki reaksi benda asing yang minimal. Pemilihan

material implan dipengaruhi oleh beberapa, salah satunya adalah ukuran defek.

Penggunaan material absorble hanya disarankan digunakan pada ukuran defek

yang kecil dan sedang. Ukuran defek yang besar lebih dari 1cm disarankan

menggunakan implan autologus maupun alloplastik yang permanen. Penelitian

Hidalgo et al menyimpulkan penggunaan material autologus untuk rekonstruksi

dsar orbita lebih superior dibandingkan penggunaan kombinasi dua material

alloplastik.15-19

Komplikasi baik akibat trauma maupun paska rekonstruksi orbita meliputi

infeksi, enophthalmos, disestesia infraorbital, entropion, ektropion, diplopia

persisten, dan perdarahan. Timbulnya proptosis mendadak, perdarahan

subkonjungtiva, ekimosis periorbita, dan atau penurunan visus mendadak paska

operasi mengindikasikan adanya perdarahan retrobulbar. Perdarahan retrobulbar

merupakan kasus emergensi pada mata dan perlu dilakukan dekompresi segera

dengan kantotomi lateral dan kantolisis inferior untuk menyelamatkan

penglihatan.2,4,5,6,19

4. Simpulan

Blow out Fracture sering diakibatkan oleh trauma tumpul akibat jatuh,

perkelahian, kecelakaan lalu lintas atau cidera olahraga. Kebanyakan kasus

BOF ditatalaksana secara konservatif kecuali ada indikasi yang jelas untuk

dilakukan tindakan operatif. Tindakan operatif pada dewasa sebaiknya

dilakukan dalam rentang waktu 2 minggu pertama sedangkan pada anak-anak

dengan tipe trapdoor khususnya harus dilakukan rekonstruksi segera dalam

Page 11: DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA FAKULTAS …perpustakaanrsmcicendo.com/wp-content/uploads/2018/08/Blow-Ou… · BOF paling sering mengenai dasar orbita, diikuti dengan dinding medial,

10

hitungan jam. Pemilihan material implan yang digunakan dipengaruhi oleh

beberapa faktor terutama besar defek dan preferensi dari operator. Penentuan

waktu dan tatalaksana yang tepat untuk kasus BOF akan menentukan prognosis

pada pasien ke depannya.

Page 12: DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA FAKULTAS …perpustakaanrsmcicendo.com/wp-content/uploads/2018/08/Blow-Ou… · BOF paling sering mengenai dasar orbita, diikuti dengan dinding medial,

11

Daftar Pustaka

1. Yamanaka Y, et al. Impact of Surgical Timing of Postoperative Ocular

Motility in Orbital Blowout Fractures. Br J Opthalmol. 2018;102:398-403

2. Foster JA, et al. Section 7 : Orbit, Eyelids, and Lacrimal System. Dalam:

Basic Science and Clinical Course. USA: American Academy of

Opthalmology; 2016. Hal 130-4.

3. Sugamata A, Yoshizawa N, Shimanaka K. Timing of operation for blowout

fractures with extraocular muscle entrapment. J Plast Surg Hand Surg.

2013;47(6):454–457.

4. Codner MA, McCord CD. Chapter 34: Blowout Fracture of The Orbital

Floor. Dalam: Eyelid & Periorbital Surgery. Edisi 2. New York : Thieme

Medical Publishers; 2016. Hal 1005-21.

5. Alisanab B. Orbital Blow Out Fracture: To Operate or Not To Operate-That is

The Question. Stockholm: Karolinska Institutet; 2017. Hal 17-35.

6. Nikolaenko VP, Astakhov YS. Section 3 : Orbital Floor Fractures. Dalam:

Orbital Fractures: A Physician’s Manual. Saint-Petersburg : Springer; 2012.

Hal 121-75.

7. Sugamata A. Etiology of blowout fractures. The Journal of Tokyo Medical

University. 2014;72(1):19–24.

8. Shah PD, Mukherjee S. Management of Extensive Blowout Fracture of

Combined Orbital Floor and Medial Wall: A Challenge in Reconstruction. Int

J Otorhinolaryngol Clin. 2014;6(3):123-6.

9. Sugamata A, Yoshizawa N. A Case of Blowout Fracture of The Orbital Floor

in Early Childhood. Int Medical Case Reports Journal. 2018;8:155-8.

10. Chung SY, Langer PD. Pediatric Orbital Blowout Fractures. Curr Opin

Opthalmol. 2017;28:470-6.

11. Carroll SC, Ng SG. Outcomes of orbital blowout fracture surgery in children

and adolescents. Br J Ophthalmol. 2010;94(6):736–739.

12. Matthew R, Shammary YK. Surgical Outcome of Blowout Fractures of Floor

of Orbit: A Case Series of 5 Patients. J Clin Exp Ophtalmol.2016;7:1.

13. Boyette JR, Pemberton JD, Velez JB. Management of Orbital Fractures:

Challenges and Solutions. Clinical Opthalmology. 2015;9:2127-37.

14. Alisanab B, Ryott M, Stjarne P. Still No Reliable Consensus in Management

of Blow-Out Fracture. Int J. Care Injured. 2014;45:197-202.

15. Saluja H, et al. Autogenous Grafts for Orbital Floor Reconstruction : A

Review. Int J Oral Craniofac Sci. 2017;3(2):046-052.

16. Wahdan SW, et al. Autologus Bone Graft Versus Titanium Mesh in

Management of Large Post-Traumatic Orbital Floor Defects. Egypt J Plast

Reconstr Surg. 2015;39:85-90.

17. Hidalgo M, et al. Comparative Study of Enophthalmos Treatment with

Titanium Mesh Combined with Absorbable Implant vs. Costochondral Graft

for Large Orbital Defects in Floor Fractures. J Oral Health Craniofac Sci.

2017;2:022-9.

Page 13: DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA FAKULTAS …perpustakaanrsmcicendo.com/wp-content/uploads/2018/08/Blow-Ou… · BOF paling sering mengenai dasar orbita, diikuti dengan dinding medial,

12

18. Dubois L, et al. Controversies in Orbital Reconstruction-III Biomaterials for

Orbital Reconstruction: A Review With Clinical Recommendations. Int J

Oral Maxillofac Surg. 2016;45:41-50.

19. Holtmann H, et al. Orbital Floor Fractures-short and Intermediate-Term

Complications Depending on Treatment Procedures. Head & Face Medicine.

2016;12:1.