densitas-pohon-ASLI-rev.pdf

15
0 LAPORAN PRAKTIKUM EKOLOGI DENSITAS POHON DI HUTAN WISATA TINJOMOYO SEMARANG Dosen pengampu : Drs. Nugroho Edi K, M.Si F. Putut Martin Herry Bodijantoro Disusun oleh: Utari 4411411014 Noorma Paramitha 4411413009 Musiyam 4411413010 Indah Sriwiyati 4411413014 Hari Rahmawati 4411413015 JURUSAN BIOLOGI FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG 2015

description

densitas pohon di hutan wisata Tinjomoyo Semarang

Transcript of densitas-pohon-ASLI-rev.pdf

  • 0

    LAPORAN PRAKTIKUM EKOLOGI

    DENSITAS POHON DI HUTAN WISATA TINJOMOYO SEMARANG

    Dosen pengampu :

    Drs. Nugroho Edi K, M.Si

    F. Putut Martin Herry Bodijantoro

    Disusun oleh:

    Utari 4411411014

    Noorma Paramitha 4411413009

    Musiyam 4411413010

    Indah Sriwiyati 4411413014

    Hari Rahmawati 4411413015

    JURUSAN BIOLOGI

    FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

    UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG

    2015

  • 1

    DENSITAS POHON DI HUTAN WISATA TINJOMOYO SEMARANG

    A. Tujuan

    Menentukan Densitas Spesies pohon di hutan wisata Tinjomoyo

    Semarang.

    B. Tinjauan Pustaka

    Menurut Tobing (2008) densitas merupakan cerminan ukuran populasi

    (jumlah total individu) yang hidup dalam kawasan tertentu. Densitas yang

    tinggi dapat merupakan indikasi bahwa kondisi lingkungan (habitat) yang

    ditempati adalah lebih baik dibandingkan dengan lingkungan yang ditempati

    oleh populasi dengan densitas lebih rendah; setidaknya, lingkungan tersebut

    relatif lebih baik bagi spesies bersangkutan. Dalam mengukur kerapatan

    biasanya muncul suatu masalah sehubungan dengan efek tepi (side effect) dan

    life form (bentuk tumbuhan). Untuk mengukur kerapatan pohon atau bentuk

    vegetasi lainnya yang mempunyai batang yang mudah dibedakan antara satu

    dengan lainnya umumnya tidak menimbulkan kesukaran yang berarti. Tetapi,

    bagi tumbuhan yang menjalar dengan tunas pada buku-bukunya dan

    berrhizoma (berakar rimpang) akan timbul suatu kesukaran dalam perhitungan

    individunya. Untuk mengatasi hal ini, maka kita harus membuat suatu kriteria

    tersendiri tentang pengertian individu dari tipe tumbuhan tersebut. Masalah

    lain yang harus diatasi adalah efek di tepi kuadrat, sehingga kita harus

    memutuskan apakah jenis tumbuhan tersebut dianggap berada dalam kuadrat

    atau di luar kuadrat. Untuk mengatasi hal ini biasanya digunakan perjanjian

    bahwa bila > 50% dari bagian tumbuhan tersebut berada dalam kuadrat, maka

    dianggap tumbuhan tersebut berada dalam kuadrat dan tentunya dihitung

    pengukuran kerapatannya.

    Menurut Tim Dosen (2009) metode jarak dapat menentukan 3

    parameter, yakni frekuensi densitas dan dominansi. Jumlah individu dalam

    suatu area dapat ditentukan dengan mengukur jarak antara individu tumbuhan

  • 2

    dengan titik sampling. Metode ini telah digunakan dengan tipe tumbuhan

    yang berbeda terutama pada pohon. Ada beberapa metode jarak yang dikenal

    yaitu:

    1. metode individu terdekat (Nearest Indivvidual Method) adalah

    pengukuran dilakukan terhadap jarak antara pohon terdekat dengan

    titik sampling, titik sampling ditentukan secara acak.

    2. Metode pasangan acak (Random Pairs Method) adalah pengukuran

    dilakukan terhadap jarak dari individu yang terdekat dengan titik

    sampling dengan pohon lain yang terdekat pada sisi lain oleh adanya

    garis pembagi yang melalui titik sampling. Faktor koreksi dalam

    densitas adalah 0,8.

    3. Metode tetangga terdekat (Nearest Neighbour Method) adalah dari

    titik sampling dicari pohon terdekat, pengukuran dilakukan dari pohon

    tersebut dengan pohon tetangga terdekat. Faktor koreksi densitas

    adalah 1,67.

    4. Metode Point Centered Quarter adalah pengukuran jarak dilakukan

    dari titik sampling ke pohon terdekat dalam tiap kuadrat. Faktor

    korekasi densitas adalah 1.

    Menurut Menurut Ariyanto et al. (2013) dalam kegiatan analisis untuk

    komunitas, ada beberapa cara yang dapat digunakan dalam pengambilan

    sampel antara lain metode kuadrat (quadran methods), metode transek

    (transeck methods), metode loop (loop methods), dan metode titik (point

    less/point methods). Metode kuadran atau Point-Centered Quarter Method

    merupakan salah satu metode jarak (Distance Method). Metode ini tidak

    menggunakan petak contoh (plotless) dan umumnya digunakan dalam analisis

    vegetasi tingkat pohon atau tiang (pole). Namun dapat pula dilengkapi dengan

    tingkat pancang (saling atau belta) dan anakan pohon (seedling) jika ingin

    mengamati struktur vegetasi pohon. Pohon adalah tumbuhan berdiameter 20

    cm, diameter 10-20 cm adalah pancang, diameter < 10 cm dan tinggi pohon >

  • 3

    2,5 m adalah pancang, serta tinggi pohon < 2,5 m adalah anakan. Pengukuran

    jarak dilakukan dari titik sapling ke pohon terdekat dalam tiap kuarter

    (kuadrat). Dengan demikian setiap titik sapling dihasilkan empat pengukuran

    Selain itu juga dilakukan pengukuran diameter pohon dari keempat pohon

    yang diamati tersebut, digunakan untuk mengetahui basal area suatu spesies.

    Syarat penerapan metode kuadran adalah distribusi pohon atau tiang yang

    akan dianalisis harus acak dan tidak mengelompok atau seragam. Parameter

    yang diamati dalam pengamatan dengan menggunakan metode kuadran adalah

    kerapatan, frekuensi, dan dominansi. Pengolahan data yang diperoleh dari

    setiap parameter tidak lagi menggunakan faktor koreksi seperti halnya yang

    diterapkan pada metode jarak lainnya.

    C. Metode Penelitian

    1. Waktu dan Tempat

    Penelitian ini dilakukan di hutan wisata Tinjomoyo, Semarang.

    2. Alat dan Bahan

    Tali raffia

    Meteran

    Datasheet

    Kamera

    Alat tulis

    3. Metode Pengambilan Data

    a. Menentukan kawasan hutan wisata Tinjomoyo Semarang untuk

    diukur densitas pohonnya.

    b. Mengukur faktor abiotik (dilakukan sebagai data kelas)

    meliputi PH tanah, kelembaban tanah, suhu, kelembaban

    udara, ketinggian dari permukaan air laut, serta intensitas

    cahaya.

    c. Menentukan area yang akan diketahui densitas pohonnya.

    Plastik (Trash Bag)

    Lux Meter

    Soil Tester

    Termohygrometer

  • 4

    d. Menentukan titik sampel selanjutnya mengukur jarak titik

    dengan pohon terdekat

    e. Mengukur diameter pohon tersebut

    f. Mengukur jarak pohon tersebut dengan titik acuan dan

    mencatat data pada sheet data.

    g. Melakukannya kembali pada area transek tersebut hingga

    memperoleh jumlah pohon yang mewakili area tersebut,

    dimana titik diambil secara acak.

    h. Menganalisis data yang telah diperoleh dengan menggunakan

    rumus:

    MD =

    DM =

    Keterangan:

    DM = Densitas Mutlak

    UA = Unit Area

    Fk = FaktorKoreksi (1)

    MD = Jarak rata-rata

    D. Hasil Pengamatan

    Dari seratus bidang sampel pada 25 titik sampel diperoleh jarak

    rata-rata sebesar 4,689 meter. Dengan menggunakan perhitungan

    diperoleh densitas mutlak sebesar 160 pohon/1500 m2. Densitas spesies

    yang terdapat di Hutan Wisata Tinjomoyo pada kawasan A dengan unit

    area 1500 m2

    antara lain Samanea saman dengan 6 spesies; Albizia

    chinensis dengan 30 spesies; Swietenia mahagoni dengan 8 spesies;

    Tectona grandis dengan 8 spesies, Polyaltia longifolia dengan 5 spesies;

    Spesies J dengan 3 spesies; Spesies F dengan 6 spesies; Spesies I dengan 5

    spesies; spesies K dengan 6 spesies; serta Spesies B, Spesies E , Spesies

    G, Spesies H, Spesies L, dan Spesies M yang masing-masing terdapat 2

    spesies tiap 1500 m2.

  • 5

    E. Analisis Data

    1. MEAN DISTANCE =

    =

    = 468,9 cm

    = 4,689 m

    2. DENSITAS MUTLAK (DM)

    DM =

    DM = Densitas Mutlak

    UA = Unit Area

    Fk = FaktorKoreksi (1)

    MD = Jarak rata-rata

    DM =

    =

    = 159,95

    =160 pohon/1500 m2

    3. DENSITAS SPESIES

    Samanea saman =

    = 6,39

    = 6 spesies

    Albizia chinensis =

    = 30,39

    = 30 spesies

  • 6

    Swietenia mahagoni =

    = 7,99

    = 8 spesies

    Tectona grandis =

    = 78,37

    = 78 spesies

    Polyaltia longifolia =

    = 4,79

    = 5 spesies

    Spesies B =

    X 159,95

    = 1,59

    = 2 spesies

    Spesies E =

    X 159,95

    = 1,59

    = 2 spesies

    Spesies F =

    = 6,39

    = 6 spesies

    Spesies G =

    X 159,95

  • 7

    = 1,59

    = 2 spesies

    Spesies H =

    X 159,95

    = 1,59

    = 2 spesies

    Spesies I =

    = 4,79

    = 5 spesies

    Spesies J =

    = 3,19

    = 3 spesies

    Spesies K =

    = 6 spesies

    Spesies L =

    X 159,95

    = 1,59

    = 2 spesies

    Spesies M =

    X 159,95

    = 1,59

    = 2 spesies

    F. Pembahasan

    Pada kegiatan kuliah kerja lapangan dilakukan pengamatan mengenai

    vegetasi di suatu area. Area yang digunakan merupakan kawasan hutan

    Tinjomoyo bagian zona A karena memiliki kelimpahan vegetasi yang cukup

    memadai untuk dijadikan sebagai objek pengamatan vegetasi.

    Pada praktikum kali ini dilakukan pengamatan vegetasi pohon dengan

    menggunakan metode Point Centered Quarter (PCQ). Berdasarkan hasil

  • 8

    pengambilan data di peroleh hasil jarak rata-rata sebesar 4,689 meter. Hal ini

    berarti jarak antara satu pohon dengan pohon yang lain rata-rata 4,689 meter.

    Jarak tersebut tergolong jarak yang relatif dekat. Sedangkan DM (Densitas

    Mutlak) sebesar 160 pohon/1500 m2

    . Hal ini menunjukkan bahwa pada luas

    area 1500 m2 terdapat 160 pohon. Nilai densitas mutlak pohon dan jarak antar

    pohon di kebun wisata Tinjomoyo Semarang tersebut berkaitan dengan faktor

    lingkungan, penyebaran biji dan regenerasi spesies pohon tersebut. Faktor-

    faktor lingkungan yang dimaksud antara lain suhu, ketinggian, kelembaban,

    intensitas cahaya dan pH tanah.

    Hasil densitas spesies yang telah dihitung dalam hasil pengamatan yang

    paling banyak ditemui adalah Tectona grandis dengan densitas spesies

    sebesar 78 spesies/1500 m2. Hal ini berarti pada unit area 1500 m

    2 terdapat

    78 spesies Tectona grandis (pohon jati). Hal tersebut menunjukkan faktor

    lingkungan tersebut sesuai untuk pertumbuhan dari spesies Tectona grandis.

    Densitas spesies yang paling sedikit ditemui rata-rata spesies yang belum

    dapat teridentikasi namanya meliputi spesies B, spesies E, spesies G, spesies

    H, spesies L, serta spesies M dengan densitas spesies sebesar 2 spesies/1500

    m2. Hal ini menunjukkan bahwa faktor-faktor lingkungan di Hutan Wisata

    Tinjomoyo Semarang kurang sesuai untuk pertumbuhan spesies spesies B,

    spesies E, spesies G, spesies H, spesies L, serta spesies M.

    G. Simpulan

    Berdasarkan analisis data, diketahui bahwa setiap 1500 m2

    terdapat 160

    pohon dengan jarak antar pohon rata-rata 4,689 meter. Pada praktikum

    didapati Densitas spesies pohon terbanyak ditemui adalah Tectona grandis

    sebesar 78 spesies/1500 m2 dan densitas pohon terendah rata-rata pada

    spesies yang belum dapat teridentifikasi meliputi spesies B,E,G,H,L, dan

    M sebesar 2 spesies/1500 m2.

  • 9

    H. Daftar Pustaka

    Ariyanto, Joko., Widoretno,S., Nurmiyati, & Agustina,P.2013. Studi Biodiversitas

    Tanaman Pohon Di 3 Resort Polisi Hutan (RPH) Di Bawah Kesatuan Pemangku

    Hutan (KPH) Telawa Menggunakan Metode Point Center Quarter (PCQ). Seminar

    Nasional IX Pendidikan Biologi FKIP UNS

    Tim Dosen. 2009. Penuntun Praktikum Ekologi Tumbuhan. Makassar: Universitas

    Islam Negeri Alauddin Makassar

    Tobing, Imran SL 2008. Teknik Estimasi Ukuran Populasi Suatu Spesies Primata.

    Vis Vitalis 01(1): 4144

  • 10

    Lampiran

    pH : 5,2

    Suhu : 29oC

    Intensitas cahaya : 749 Lux

    Ketinggian : 110 mdpl

    Tabel 1.Data Densitas Pohon di Hutan Wisata Tinjomoyo Semarang

    Titikacak \

    ke-

    Bidang

    quarter

    Jarak

    (cm)

    Keliling (cm) Diameter

    setinggi

    dada

    Spesies Pohon

    1 1 370 277 88,13 Samanea saman

    2 700 75,1 23,89 Spesies B

    3 450 255 81,13 Samanea saman

    4 260 29 9,22 Albizia chinensis

    2 1 310 189,9 60,42 Swietenia mahagoni

    2 567 49,5 15,75 Albizia chinensis

    3 920 277 88,13 Samanea saman

    4 480 69 21,95 Swietenia mahagoni

    3 1 730 65 20,68 Spesies E

    2 1040 49,5 15,75 Albizia chinensis

    3 650 170 54,09 Spesies F

    4 1040 90 28,63 Spesies F

    4 1 710 49,5 15,75 Albizia chinensis

    2 950 75 23,86 Albizia chinensis

    3 470 270 85,90 Samanea saman

  • 11

    4 1520 163 51,86 Spesies F

    5 1 550 50 15,90 Albizia chinensis

    2 410 50,5 16,06 Swietenia mahagoni

    3 1070 50 15,90 Albizia chinensis

    4 600 86 27,36 Albizia chinensis

    6 1 330 35 11,13 Albizia chinensis

    2 220 77 24,5 Albizia chinensis

    3 430 26 8,27 Tectona grandis

    4 740 39 12,40 Albizia chinensis

    7 1 340 39 12,40 Albizia chinensis

    2 280 98 31,18 Albizia chinensis

    3 300 138 43,90 Albizia chinensis

    4 250 71 22,59 Albizia chinensis

    8 1 320 1,17 37,22 Swietenia mahagoni

    2 220 32 10,18 Swietenia mahagoni

    3 230 24 7,63 Albizia chinensis

    4 150 25,2 8,61 Albizia chinensis

    9 1 570 28 8,90 Tectona grandis

    2 610 192 61,09 Tectona grandis

    3 850 97 30,86 Spesies F

    4 880 101 32,13 Tectona grandis

    10 1 570 20,3 6,45 Tectona grandis

    2 560 41 13,04 Tectona grandis

    3 660 44 14 Tectona grandis

    4 540 38 12,09 Tectona grandis

    11 1 530 42 13,36 Tectona grandis

    2 550 44 14 Tectona grandis

    3 570 59 18,77 Tectona grandis

    4 560 50 15,90 Tectona grandis

  • 12

    12 1 370 48 15,27 Tectona grandis

    2 370 23 7,31 Tectona grandis

    3 460 36 11,45 Tectona grandis

    4 320 60 15,90 Polyaltia longifolia

    13 1 320 61 19,40 Tectona grandis

    2 500 36 11,45 Tectona grandis

    3 630 47 14,95 Polyaltia longifolia

    4 500 59 18,77 Tectona grandis

    14 1 380 55 17,5 Tectona grandis

    2 440 53 16,86 Tectona grandis

    3 310 53 16,86 Tectona grandis

    4 450 44 14 Tectona grandis

    15 1 400 28,1 8,94 Tectona grandis

    2 420 28 8,91 Tectona grandis

    3 370 48 15,27 Tectona grandis

    4 370 47 14,95 Albiziachinensis

    16 1 370 36 11,45 Tectona grandis

    2 350 47 14,95 Tectona grandis

    3 560 48 15,27 Tectona grandis

    4 380 175 56,68 Spesies G

    17 1 560 45 14,31 Tectona grandis

    2 300 38 12,09 Tectona grandis

    3 290 22 7 Spesies H

    4 80 35 11,14 Tectona grandis

    18 1 370 37 11,77 Tectona grandis

    2 150 53 16,86 Tectona grandis

    3 450 52 16,54 Tectona grandis

    4 320 57 18,13 Tectona grandis

    19 1 410 19 6,04 Tectona grandis

  • 13

    2 410 27 8,59 Spesies I

    3 380 23 7,31 Tectona grandis

    4 290 16 5,09 Tectona grandis

    20 1 300 26 8,27 Tectona grandis

    2 470 24 7,64 Spesies J

    3 380 40 12,72 Spesies J

    4 590 29 9,23 Tectona grandis

    21 1 290 40 12,73 Tectona grandis

    2 240 34 10,82 Tectona grandis

    3 300 34 10,82 Tectona grandis

    4 230 66 21 Tectona grandis

    22 1 526 27 8,59 Spesies I

    2 619 54 17,18 Spesies K

    3 581 226 71,91 Spesies I

    4 612 32 10,18 Spesies K

    23 1 240 47 14,95 Spesies K

    2 312 139 44,23 Spesies L

    3 419 87 27,68 Spesies M

    4 574 96 30,54 Spesies K

    24 1 370 48 15,27 Tectona grandis

    2 320 60 15,90 Polyaltia longifolia

    3 150 53 16,86 Tectona grandis

    4 450 52 16,54 Tectona grandis

    25 1 430 26 8,27 Tectona grandis

    2 400 36 11,45 Tectona grandis

    3 370 47 14,95 Albizia chinensis

    4 380 48 15,27 Tectona grandis

    jarak (r) 46890

  • 14