DENDA ADAT BAGI PELAKU ZINA DITINJAU DARI HUKUM ISLAM ...

91
DENDA ADAT BAGI PELAKU ZINA DITINJAU DARI HUKUM ISLAM (Studi Kasus Di Desa Koto Rayo, Kecamatan Tabir, Kabupaten Merangin, Provinsi Jambi) SKRIPSI Diajukan Untuk Melengkapi Syarat-Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Program Strata Satu (S.I) Dalam Hukum Keluarga Oleh: AL MIZON NIM: SHK 141596 PROGRAM STUDI HUKUM KELUARGA ISLAM FAKULTAS SYARI’AH UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SULTHAN THAHA SAIFUDDIN JAMBI 1440 H / 2018 M

Transcript of DENDA ADAT BAGI PELAKU ZINA DITINJAU DARI HUKUM ISLAM ...

Page 1: DENDA ADAT BAGI PELAKU ZINA DITINJAU DARI HUKUM ISLAM ...

DENDA ADAT BAGI PELAKU ZINA

DITINJAU DARI HUKUM ISLAM

(Studi Kasus Di Desa Koto Rayo, Kecamatan Tabir,

Kabupaten Merangin, Provinsi Jambi)

SKRIPSI

Diajukan Untuk Melengkapi Syarat-Syarat

Guna Memperoleh Gelar Sarjana Program Strata Satu (S.I)

Dalam Hukum Keluarga

Oleh:

AL MIZON

NIM: SHK 141596

PROGRAM STUDI HUKUM KELUARGA ISLAM

FAKULTAS SYARI’AH

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SULTHAN THAHA SAIFUDDIN

JAMBI

1440 H / 2018 M

Page 2: DENDA ADAT BAGI PELAKU ZINA DITINJAU DARI HUKUM ISLAM ...
Page 3: DENDA ADAT BAGI PELAKU ZINA DITINJAU DARI HUKUM ISLAM ...
Page 4: DENDA ADAT BAGI PELAKU ZINA DITINJAU DARI HUKUM ISLAM ...
Page 5: DENDA ADAT BAGI PELAKU ZINA DITINJAU DARI HUKUM ISLAM ...
Page 6: DENDA ADAT BAGI PELAKU ZINA DITINJAU DARI HUKUM ISLAM ...

MOTTO

Artinya:“Perempuan yang berzina dan laki-laki yang berzina, Maka deralah tiap-

tiap seorang dari keduanya seratus kali dera, dan janganlah belas kasihan

kepada keduanya mencegah kamu untuk (menjalankan) agama Allah, jika

kamu beriman kepada Allah, dan hari akhirat, dan hendaklah

(pelaksanaan) hukuman mereka disaksikan oleh sekumpulan orang-orang

yang beriman.(Q.S. An-Nur (24): 2).1

1 Al-Quran dan Terjemahannya, ( Bandung: Pondok Yatim Al Hilal, 2010), hlm. 350.

Page 7: DENDA ADAT BAGI PELAKU ZINA DITINJAU DARI HUKUM ISLAM ...

PEDOMAN TRANSLITERASI ARAB-LATIN

Transliterasi Arab-Latin dalam penelitian ini menggunakann pedoman

tranliterasi berdasarkan Surat Keputusan Bersama Menteri Agama RI dan Menteri

Pendidikan dan Kebudayaan RI Nomor 158 Tahun 1987 dan Nomor: 0543

b/U/1987, tanggal 22 Januari 1988. Adapun secara garis besar uraiannya sebagai

berikut:

A. Konsonan Tunggal

Huruf

Arab

Nama Huruf Latin Keterangan

Alif Tidak dilambangkan Tidak dilambangkan ا

Ba´ B Be ب

Ta´ T Te ت

Sa´ Ṡ ث Es (dengan titik di atas)

Jim J Je ج

Ha´ Ḥ ح Ha (dengan titik di bawah)

Kha´ KH Ka dan Ha خ

Dal D De د

Źal Ż Zat (dengan titik di atas) ذ

Ra´ R Er ر

Zai Z Zet ز

Sin S Es س

Syin SY Es dan Ye ش

Sád Ṣ ص Es (dengan titik di bawah)

Dad Ḍ ض De (dengan titik di bawah)

Ta´ Ṭ ط Te (dengan titik di bawah)

Za´ Ẓ ظ Zet (dengan titik di bawah)

Ain ´ Koma terbalik di atas ع

Gain G Ge غ

Fa F Ef ف

Qāf Q Qi ق

Kāf K Ka ك

Lam L El ل

Mim M Em م

Nun N En ن

Wawu W We و

Ha´ H Ha ه

Hamzah ' Apostrof ء

Ya´ Y Ye ى

B. Konsonan Rangkap Karena Syaddah di tulis Rangkap

Ditulis Muta‘adiddah متعد دة

Ditulis ‘Iddah عدة

Page 8: DENDA ADAT BAGI PELAKU ZINA DITINJAU DARI HUKUM ISLAM ...

C. Ta‘ Marbutah di akhir kata

1. Bila dimatikan tulis h

Ditulis Hikmah حكمة

Ditulis ‘illah علة

Ketentuan ini tidak diperlakukan terhadap kata-kata Arab yang

sudah terserap kedalam bahasa Indonesia, seperti sholat, zakat,dan

sebagainya, kecuali bila dikehendaki lafal aslinya.

Bila diikuti dengan kata sandang “al” serta bacaan kedua itu

terpisah, maka ditulis dengan h.

’Ditulis Karamatul al-auliya كر مة الأ و ليا ء

2. Bila ta’ marbutha hidup atau harakat, fathah, kasrah dan dommah ditulis t

Ditulis Zakatul fitri ز كاة الفطر

D. Vokal Pendek

Ditulis A

Ditulis I

Ditulis U

E. Vokal Panjang

Fathah + alif

جا هلية

Ditulis

Ditulis

Ā

jāhiliyyah

Fathah + ya’ mati

يسعى

Ditulis

Ditulis

Ā

yas’ā

Kasrah + ya’ mati

كريم

Ditulis

Ditulis

Ĭ

karĭm

Dammah + wawu mati

فروض

Ditulis

Ditulis

Ũ

furũd

F. Vokal Rangkap

Fathah + alif

بينكم

Ditulis

Ditulis

Ai

Bainakum

Fathah + wawu mati

قول

Ditulis

Ditulis

Au

Qaul

G. Vokal Pendek yang Berurutan dalam Satu Kata dipisahkan dengan

Apostrof

Ditulis A’antum اانتم

Ditulis U’iddat اعد ت

Ditulis La’in syakartum لئن شكرتم

Page 9: DENDA ADAT BAGI PELAKU ZINA DITINJAU DARI HUKUM ISLAM ...

H. Kata Sandang Alif + Lam

1. Bila diikuti Huruf Qamariyyah

Ditulis Al-Qur’an القر ان

Ditulis Al-Qiyas القيا س

2. Bila diikuti huruf Syamsiyyah ditulis dengan menggandakan huruf

Syamsiyyah yang mengikutinya, serta menghilangkankan huruf/ (el) nya

’Ditulis As-Sama السماء

Ditulis Asy-Syams الشمس

I. Penulisan Kata-kata dalam Rangkaian Kalimat

Ditulis menurut bunyi pengucapannya dan menulis penulisannya

الفروضذوي Ditulis Zawi al-furud

Ditulis Ahl as-sunnah اهل السنة

Page 10: DENDA ADAT BAGI PELAKU ZINA DITINJAU DARI HUKUM ISLAM ...

KATA PENGANTAR

الحمد الله الذ ي أنز ل الهدى في قلو ب العلم. والصلا ة والسلا م على اشرف الا نبيا ء والمر

أشهد ان لا اله سلين سيد نا محمد وعلى اله و صحبه والتا بعين لهم با حسا ن الى يوم الد ين.

.الا الله وأشهد ان سيد نا محمدا عبده ورسو له

Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT yang mana dalam

penyelesaian skripsi ini penulis selalu diberikan kesehatan dan kekuatan, sehingga

dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Di samping itu, tidak lupa pula

iringan shalawat serta salam penulis sampaikan kepada junjungan Nabi

Muhammad SAW.

Skripsi ini diberi judul “Denda Adat Bagi Pelaku Zina Ditinjau dari

Hukum Islam (Studi Kasus di Desa Koto Rayo, Kecamatan Tabir, Kabupaten

Merangin, Provinsi Jambi)” merupakan suatu penelitian terhadap denda atau

sanksi adat bagi pelaku zina yang diterapkan di Desa Koto Rayo. Dalam Islam

hukuman bagi pelaku zina berbeda dengan hukum adat. Akibat Perbedaan sanksi

bagi pelaku zina ini maka penulis merasa tertarik untuk meneliti bagaimana

tinjauan hukum Islam terhadap denda adat bagi pelaku zina yang diterapkan di

Desa Koto Rayo. Dan inilah yang diketengahkan dalam skripsi ini.

Kemudian dalam penyelesaian skripsi ini, penulis akui, tidak sedikit

hambatan dan rintangan yang penulis temui baik dalam mengumpulkan data

maupun dalam penyusunannya, dan berkat adanya bantuan dari berbagai pihak,

Page 11: DENDA ADAT BAGI PELAKU ZINA DITINJAU DARI HUKUM ISLAM ...

terutama bantuan dan bimbingan yang diberikan oleh dosen pembimbing, maka

skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik.

Oleh karena itu, hal yang pantas penulis ucapkan adalah kata terima kasih

kepada semua pihak yang turut membantu penyelesaian skripsi ini, terutama

sekali kepada Yang Terhormat:

1. Bapak Dr. H. Hadri Hasan, MA, sebagai Rektor UIN STS Jambi.

2. Bapak Dr. A. A. Miftah, M. Ag, sebagai Dekan Fakultas Syariah UIN STS

Jambi.

3. Bapak Hermanto Harun, Lc, MHI. Ph. D, sebagai Wakil Dekan Bidang

Akademik.

4. Ibu Dr. Rahmi Hidayati, S. Ag, MHI, sebagai Wakil Dekan Bidang

Administrasi Umum Perencanaan dan Keuangan.

5. Ibu Dr. Yuliatin, S. Ag, MHI, sebagai Wakil Dekan Bidang

Kemahasiswaan dan Kerjasama di Lingkungan UIN STS Jambi.

6. Ibu Siti Marlina, S. Ag, MHI. dan Ibu Dian Mustika, S.HI, MA, sebagai

Ketua dan Sekretaris Prodi Hukum Keluarga Islam UIN STS Jambi.

7. Bapak Drs. Baharuddin Ahmad, MHI. dan Ibu Dian Mustika, S. HI, MA.

sebagai Pembimbing I dan Pembimbing II skripsi ini.

8. Bapak dan Ibu Dosen, Asisten Dosen, dan seluruh Karyawan/Karyawati

Fakultas Syariah UIN STS Jambi.

9. Semua pihak yang terlibat dalam penyusunan skripsi ini, baik langsung

maupun tidak langsung.

Page 12: DENDA ADAT BAGI PELAKU ZINA DITINJAU DARI HUKUM ISLAM ...
Page 13: DENDA ADAT BAGI PELAKU ZINA DITINJAU DARI HUKUM ISLAM ...

ABSTRAK

Skripsi ini berjudul “Denda Adat Bagi Pelaku Zina Ditinjau dari Hukum

Islam (Studi Kasus di Desa Koto Rayo, Kecamatan Tabir, Kabupaten

Merangin, Provinsi Jambi)”. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui

bagaimana tata cara pelaksanaan denda adat bagi pelaku zina dan untuk

mengetahui bagaimana tinjauan hukum Islam terhadap denda adat bagi pelaku

zina berdasarkan adat di Desa Koto Rayo, Kecamatan Tabir, Kabupaten

Merangin. Penelitian ini menggunakan metode pendekatan normatif-empiris dan

merupakan jenis penelitian kualitatif (field research). Penelitian ini juga

menggunakan pendekatan live case study yaitu pendekatan pada suatu peristiwa

hukum yang prosesnya masih berlangsung atau belum berakhir. Sedangkan

instrumen pengumpulan data yang digunakan adalah observasi, wawancara, dan

dokumentasi. Jenis data dan sumber data yang digunakan yaitu data primer dan

sekunder. Tehnik analisis data yang digunakan yaitu pengumpulan data, reduksi

data, penyajian data dan verifikasi data. Berdasarkan data-data yang diperoleh

melalui wawancara melalui pemangku adat dan perangkat desa Koto Rayo hukum

adat tetap diberlakukan bagi pelaku zina disamping karena belum terkodifikasinya

hukum mengenai pelaku zina dalam hukum positif Indonesia. Dalam penelitian

ini dapat disimpulkan beberapa hal: pertama, dalam Islam hukuman bagi pelaku

zina adalah dicambuk dan dirajam yang telah Allah jelaskan dalam Al-Quran dan

Hadist Rasulullah. Sedangkan dalam adat cukup dengan membayar hutang yang

ditetapkan oleh pemangku adat melalui musyawarah adat. Kedua, jika dilihat dari

bentuk sanksinya hukum adat menyalahi hukum Islam karena dalil atau nash

tentang ayat zina dilalahnya bersifat qathi. Namun jika dilihat dari segi tujuan

hukum yang hendak dicapai hukum adat dan Islam memiliki kesamaan yaitu,

untuk pencegahan, membuat pelaku jera, dan pendidikan atau perbaikan pelaku

dikemudian hari.

Kata Kunci : Denda Adat, Zina, Hukum Islam

Page 14: DENDA ADAT BAGI PELAKU ZINA DITINJAU DARI HUKUM ISLAM ...

PERSEMBAHAN

Alhamdulillah segala puji Allah semesta alam, salawat dan salam atas

junjungan alam Rasulullah Saw.

Skripsi ini saya persembahkan kepada kepada kedua orang tuaku,yaitu Bak

Zubir dan Mak Siti Fatimah yang dalam doa dan keringatnya tak henti-

henti mengharapkan kesuksesan anak-anaknya.

Kepada Abang dan kakak iparku, Abang Sapuan, S. Sos., Abang Adam, Abang

Shopian Hadi, S. Sos., Mbok Lindawati, Mbok Neli, dan Ayuk Regina serta

keponakanku cucung jantan, Agung Mahatir Muhammad, Nursy Mauliddin

Akbar, Muhammad Fathir Ghibran dan Muhammad Raihan Anshar. Terima

kasih selalu mendoakan, mendukung, memberikan perhatian dan semangat

untukku.

Kepada sahabat dan keluargaku Mahasiswa Jurusan Hukum Keluarga

Angkatan 2013/2014. Keluargaku Posko 14 Kokar Gel.III Th 2017.

Keluargaku Himpunan Mahasiswa Islam.

Terima kasih kepada Yuliyana S.H. yang selalu memberikan support serta

semangat kepadaku.

Kepada almamaterku Universitas Islam Negeri Sulthan Thaha Saifuddin

Jambi.

Page 15: DENDA ADAT BAGI PELAKU ZINA DITINJAU DARI HUKUM ISLAM ...

DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL............................................................................................i

PERNYATAAN KEASLIAN................................................................................ii

PERSETUJUAN PEMBIMBING.......................................................................iii

PENGESAHAN PANITIA UJIAN......................................................................iv

MOTTO..................................................................................................................v

TRANLITERASI..................................................................................................iv

KATA PENGANTAR...........................................................................................ix

ABSTRAK............................................................................................................xii

PERSEMBAHAN...............................................................................................xiii

DAFTAR ISI........................................................................................................xiv

DAFTAR SINGKATAN.....................................................................................xvi

DAFTAR TABEL..............................................................................................xvii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang.............................................................................................1

B. Rumusan Masalah........................................................................................7

C. Tujuan dan Kegunaan penelitian..................................................................8

D. Kerangka Teori...........................................................................................9

E. Kerangka Konseptual.................................................................................10

F. Tinjauan Pustaka........................................................................................15

BAB II METODE PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian....................................................................19

B. Pendekatan Penelitian................................................................................19

C. Jenis dan Sumber Data...............................................................................20

D. Instrumen Pengumpulan Data....................................................................22

E. Teknik Analisis Data..................................................................................24

F. Sistematika Penulisan.................................................................................26

G. Jadwal Penelitian……................................................................................27

BAB III GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

A. Aspek Historis dan Geografis....................................................................28

B. Aspek Demografis......................................................................................30

C. Aspek Ekonomi..........................................................................................37

D. Aspek Pemerintahan...................................................................................38

Page 16: DENDA ADAT BAGI PELAKU ZINA DITINJAU DARI HUKUM ISLAM ...

E. Struktur Organisasi pemerintahan Desa Koto Rayo..................................40

BAB IV PEMBAHASAN DAN HASIL PENELITIAN

A. Penetapan Denda Adat Terhadap Pelaku Zina di Desa Koto

Rayo..........................................................................................................41

B. Tinjauan Hukum Islam Terhadap Denda Adat Bagi Pelaku Zina di Desa

Koto Rayo..................................................................................................57

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan................................................................................................66

B. Saran...........................................................................................................67

C. Kata Penutup..............................................................................................67

DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................70

LAMPIRAN..............................................................................................................

DAFTAR PERTANYAAN..................................................................................72

CURRICULUM VITAE......................................................................................73

Page 17: DENDA ADAT BAGI PELAKU ZINA DITINJAU DARI HUKUM ISLAM ...

DAFTAR SINGKATAN

1. As : Alaih as-salam

2. Cet : Cetakan

3. Hlm : Halaman

4. H : Hijriah

5. KUHP : Kitab Undang Hukum Pidana

6. M : Masehi

7. UU : Undang-undang

8. UIN : Universitas Islam Negeri

9. Q.S : Al-Qur’an Surah

10. SAW : Shollallahu Aalaihi Wasalam

11. SWT : Subhanahu Wata’ala

Page 18: DENDA ADAT BAGI PELAKU ZINA DITINJAU DARI HUKUM ISLAM ...

DAFTAR TABEL

Tabel 1 : Jadwal Penelitian…......................................................................27

Tabel 2 : Jumlah Penduduk Menurut Dusun dan Jenis Kelamin Desa Koto

Rayo Tahun 2018...........................................................................31

Tabel 3 : Jumlah Penduduk Desa Koto Rayo Berdasarkan Kelompok Umur

Tahun 2018...................................................................................32

Tabel 4 : Jumlah Penduduk Menurut Agama di Desa Koto Rayo..............33

Tabel 5 : Jumlah Sarana Ibadah..................................................................33

Tabel 6 : Tingkatan Pendidikan Masyarakat Desa Koto Rayo...................34

Tabel 7 : Jumlah Sarana Pendidikan di Desa Koto Rayo............................35

Tabel 8 : Jenis Pekerjaan Masyarakat Desa Koto Rayo..............................38

Page 19: DENDA ADAT BAGI PELAKU ZINA DITINJAU DARI HUKUM ISLAM ...

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Negara Republik Indonesia adalah negara kepulauan yang terbentang dari

Sabang sampai Merauke dengan keanekaragaman suku, agama, adat istiadat dan

kebudayaan dari setiap suku di setiap wilayahnya dan mengenal tiga sistem

hukum yang berlaku yaitu hukum Islam, hukum Nasional, dan hukum Adat. Di

antara hukum tersebut ada yang dikodifikasikan atau bersifat tertulis dalam

bentuk UU dan berlaku Nasional namun juga ada hukum yang tidak tertulis

seperti hukum adat yang diakui keberadaanya oleh negara.

Hukum adat adalah wujud gagasan kebudayaan yang terdiri dari atas nilai-

nilai budaya, norma, hukum, dan aturan-aturan yang satu dengan yang lainnya

berkaitan satu sama lain menjadi suatu sistem dan memiliki sanksi yang jelas dan

sangat kuat. Jika ditinjau dari kata, hukum adat merupakan perpaduan dari dua

kata yaitu hukum dan adat, hukum berasal dari kata bahasa Belanda, “Recht”

berarti benar, sedangkan kata adat berasal dari bahasa Arab yang berarti

kebiasaan. Hukum adat istiadat adalah peraturan-peraturan kebiasaan sosial yang

sejak lama ada dalam masyarakat dengan maksud mengatur tata tertib. Ada juga

yang menganggap adat-istiadat itu sebagai peraturan sopan santun yang turun

temurun. Pada umumya adat istiadat bersifat agak sakral (sesuatu yang suci) serta

merupakan suatu tradisi.

Masyarakat Jambi adalah bagian dari penduduk Indonesia yang dari

dahulu telah memegang teguh nilai-nilai adat istiadat mereka yang telah

ditinggalkan oleh nenek moyang mereka seperti berupa hukum adat, kebudayaan

Page 20: DENDA ADAT BAGI PELAKU ZINA DITINJAU DARI HUKUM ISLAM ...

dan beragama Islam. Maksud adat di sini adalah segala nilai-nilai budaya,

pandangan hidup, kaidah atau norma-norma kesusilaan.

Dalam perkembangannya melalui sejarah yang panjang sejak dihuninya

bumi Jambi oleh suku-suku Melayu sampai masuknya beberapa agama yang

disebutkan terdahulu adat dan hukum adat mereka tetap menjadi pegangan

masyarakat adat Jambi, bahkan hingga saat ini adat itu tetap hidup dengan segala

dinamikanya, khususnya karena pengaruh dari ajaran agama yang mereka anut.

Seberapa jauh agama yang mereka anut berpengaruh terhadap adat dan hukum

adat yang sudah berakar, amat tergantung pada sampai berapa jauh keyakinan

mereka terhadap ajaran agama yang mereka terima. Karena kayakinan

merupakan akar dari adat dan hukum adat yang mereka pegang.2

Desa Koto Rayo adalah sebuah Desa yang terletak di Kecamatan Tabir

Kabupaten Merangin Provinsi Jambi. Masyarakat Koto Rayo memiliki hukum

adat tersendiri yang tidak dibenarkan secara hukum untuk dilanggar

keberadaannya seperti pelanggaran maupun kejahatan yang dapat mengganggu

ketentraman dan kenyamanan masyarakat seperti perkelahian, kekerasan,

perzinahan maka penyelesaiannya selalu diberi sanksi adat yang berlaku.

Mayoritas masyarakat Jambi adalah beragama Islam, demikian halnya

dengan masyarakat di Desa Koto Rayo, tetapi hukum Islam hanya berlaku

sebagian kecil saja seperti dalam hal ibadah, perkawinan, hukum keluarga dan

sebagainya. Tidak semua ketentuan hukum yang ada dalam syariat Islam itu

langsung diambil serta dipraktekkan tetapi itu perlu dipertimbangkan terlebih

2 Lembaga Adat Provinsi Jambi, Pokok-Pokok Adat Pucuk Jambi Sembilan Lurah,

(Jambi: 2001), hlm.12.

Page 21: DENDA ADAT BAGI PELAKU ZINA DITINJAU DARI HUKUM ISLAM ...

dahulu sebelum menetapkan sebuah hukuman terhadap suatu persoalan yang ada

seperti sanksi perzinahan misalnya. Hal yang menarik untuk diteliti dari desa ini

adalah sanksi hukum yang dijatuhkan kepada pelaku perzinahan yaitu berupa

denda adat.

Denda adat merupakan suatu bentuk sanksi hukum yang diterapkan dan

ditetapkan oleh peradilan adat dalam dusun Desa Koto Rayo jika terjadi

pelanggaran terhadap hukum adat yang berlaku di Desa Koto Rayo seperti

perbuatan zina. Dalam hal untuk memutuskan denda adat terhadap pelaku zina

maka pemangku adat akan melakukan musyawarah bersama dengan pegawai

syara’ yang terdiri dari imam, khatib, bilal, qadhi dan alim ulama atau guru-guru

agama Islam. Sanksi adat yang diberikan kepada pelaku zina di desa Koto Rayo

harus sesuai dengan tindakan apa dan dengan siapa, apabila perbuatan zina

tersebut antara laki-laki dengan wanita yang sudah menjadi istri orang maka

denda adatnya adalah seekor kerbau beserta selemak semanihnya yang kemudian

disembelih kemudian dimasak serta dimakan secara bersama-sama. Namun

apabila laki-laki dan perempuan itu statusnya masih bujangan dan gadis sanksi

adatnya berupa seekor kambing beserta selemak semanihnya juga disembelih

kemudian dimasak serta dimakan secara bersama-sama dan mereka disebut pihak

yang terhutang oleh adat. Hukuman yang dijatuhkan tersebut dianggap sesuai

dengan perbuatan yang dilakukan oleh sipelanggar hukum adat.

Sedangkan pada permulaan agama Islam, hukuman untuk tindak pidana

zina adalah dipenjara di dalam rumah dan disakiti, baik dengan pukulan pada

badannya maupun dengan dipermalukan. Setelah Islam mulai mantap, terjadi

Page 22: DENDA ADAT BAGI PELAKU ZINA DITINJAU DARI HUKUM ISLAM ...

perkembangan dan perubahan dalam hukuman zina ini, yaitu dengan turunnya

surah An-Nur ayat 2, kemudian lebih diperjelas oleh Rasulullah SAW dengan

sunnah qauliyah dan fi’liah.3

Firman Allah SWT.

Artinya:“Perempuan yang berzina dan laki-laki yang berzina maka deralah tiap-

tiap seorang dari keduanya seratus kali dera, dan janganlah belas kasihan

kepada keduanya mencegah kamu untuk (menjalankan) agama Allah, jika

kamu beriman kepada Allah dan hari akhirat, dan hendaklah

(pelaksanaan) hukuman mereka disaksikan oleh sekumpulan dari orang-

orang yang beriman. (Q.S. An-Nur: 2).4

Adapun sunnah qauliyah yang menjelaskan hukuman zina antara lain

adalah sebagai berikut.

ا لم خذوا عني خذوليه وسالله ع و ل الله صلىعن عبا دة بن الصا مت قال قال رس

د ما ئة ور لثيب بالثيب جل سنة واونفي عني قد جعل الله لهن سبيلا البكر جلد ما ئة

مي بالحجا رة

Dari Ubadah Ibn Ash-Shamit ia berkata: Rasulullah SAW bersabda:

“Ambillah dari diriku, ambillah dari diriku, sesungguhnya Allah telah

memberikan jalan keluar (hukuman) bagi mereka (pezina). Jejaka dan

gadis hukumannya dera seratus kali dan pengasingan selama satu tahun,

3 Ahmad Wardi Muslich, Hukum Pidana Islam, (Jakarta: Sinar Grafika Offset, 2005),

hlm. 27. 4 An-Nur (24): 2.

Page 23: DENDA ADAT BAGI PELAKU ZINA DITINJAU DARI HUKUM ISLAM ...

sedangkan duda dan janda hukumannya dera seratus kali dan rajam”.

(HR. Muslim dan Abu Dawud).5

Bicara tentang dasar hukum larangan zina terdapat dalam beberapa ayat

dan beberapa surat yang terdapat dalam al-Quran dan hadist Rasulullah SAW.

Hukuman jarimah zina menurut Ahmad Hanafi ditetapkan tiga hukuman, yaitu:

dera (jilid), pengasingan (taghrib) dan rajam. Hukum dera dan pengasingan

ditetapkan untuk pezina tidak muhsan, yang dimaksud dengan tidak muhsan

adalah kedua pelaku tersebut belum menikah atau masih berstatus gadis dan

jejaka. Sedangkan hukuman rajam dikenakan terhadap pezina muhshan, yang

dimaksud dengan pezina muhshan adalah pelaku zina tersebut telah menikah atau

sudah mempunyai suami dan istri, kalau pelaku zina tidak muhshan maka

keduanya dijilid dan diasingkan. Akan tetapi kalau keduanya muhshan maka

dijatuhi hukuman rajam.6

Berkaitan dengan perbuatan zina, banyak yang berpendapat bahwa

perbuatan zina adalah satu di antara sebab-sebab dominan yang mengakibatkan

kerusakan dan kehancuran peradaban, menularkan penyakit-penyakit yang

berbahaya, mendorong orang untuk terus menerus hidup membujang serta praktek

hidup bersama tanpa adanya nikah, zina juga dianggap sebab utama dari

kemelaratan, pemborosan, kecabulan dan pelacuran, karena sebab-sebab tersebut

dan sebab lainnya, maka Islam menetapkan hukuman yang keras dan berat

terhadap para pelaku zina tersebut.7

5 Muslim, Sahih Muslim, Jilid II, hlm. 48. 6 Ahmad Hanafi, Asas-Asas Hukum Pidana Islam, (Jakarta: PT Bulan Bintang, 1986),

hlm. 263. 7 Syayid Syabiq, Fiqh Sunnah Jilid 9, (Bandung: PT Alma’rif, 1984), hlm. 89.

Page 24: DENDA ADAT BAGI PELAKU ZINA DITINJAU DARI HUKUM ISLAM ...

Hukum Islam melarang zina dan mengancamnya dengan hukuman karena

zina merusak sistem kemasyarakatan dan mengancam keselamatannya. Zina

merupakan pelanggaran atas sistem kekeluargaan, sedangkan kekeluargaan

merupakan dasar untuk berdirinya masyarakat. Membolehkan zina berarti

membiarkan kekejian, dan hal ini dapat meruntuhkan masyarakat. Sedangkan

Islam menghendaki langgengnya masyarakat yang kukuh dan kuat.8

Hukum adat Jambi dan agama Islam merupakan suatu jalinan yang tidak

dapat dipisahkan antara yang satu dengan yang lain dengan menitik beratkan pada

agama. Sebagaimana seloko adat yang berbunyi “adat bersendi syara’ dan syara’

bersendi Kitabullah. Syara’ mengato adat memakai, syara’ berbuhul mati adat

berbuhul sentak. 9 Dalam literatur Islam tegas-tegas dinyatakan “Al’aadatul

Muhakkamat” yang artinya adat kebiasaan dapat dijadikan (pertimbangan)

hukum.10 Kaidah tersebut kurang lebih bermakna bahwa adat tradisi merupakan

variable sosial yang mempunyai otoritas hukum (hukum Islam). Adat bisa

mempengaruhi materi hukum secara proporsional. Hukum Islam tidak

memposisikan adat sebagai faktor eksternal non implikatif, namun sebaliknya,

memberikan ruang akomodasi bagi adat.11

Dari kedua pandangan tersebut di atas baik dalam hukum adat maupun

hukum Islam terdapat perbedaan yang cukup signifikan dalam penerapan bentuk

sanksi terhadap tindak pelaku zina. Dari perbedaan inilah menimbulkan

8 Ahmad Wardi Muslich, Hukum Pidana Islam, hlm. 4. 9 Lembaga Adat Provinsi Jambi, Pokok-Pokok Adat Pucuk Jambi Sembilan Lurah,

(Jambi: 2001), hlm.8. 10 A. Djazuli, Kaidah-Kaidah Fikih, (Jakarta: Kencana, 2007), hlm. 78. 11 Hasbi Umar, Filsafat Hukum Islam Kontemporer, (Medan: Perdana Publishing, 2016),

hlm. 192.

Page 25: DENDA ADAT BAGI PELAKU ZINA DITINJAU DARI HUKUM ISLAM ...

pertanyaan yaitu bagaimana Islam memandang denda adat terhadap pelaku zina

yang dalam penerapan hukumannya berbeda dengan hukum Islam sedangkan

agama Islam adalah agama mayoritas masyarakat Koto Rayo serta Islam

mengakui eksistensi adat dan mengakui adat bisa dijadikan sebagai hukum.

Berdasarkan latar belakang di atas, maka penulis merasa tertarik untuk

melakukan penelitian yang akan dituangkan dalam bentuk skripsi yang diberi

judul: “Denda Adat Bagi Pelaku Zina Ditinjau Dari Hukum Islam (Studi

Kasus di Desa Koto Rayo, Kecamatan Tabir, Kabupaten Merangin, Provinsi

Jambi).

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas maka yang menjadi pokok

permasalahan dalam penelitian ini adalah:

1. Bagaimana penetapan denda adat bagi pelaku zina di desa Koto Rayo

Kecamatan Tabir Kabupaten Merangin ?

2. Bagaimana tinjauan hukum Islam terhadap denda adat bagi pelaku zina

berdasarkan adat di desa Koto Rayo Kecamatan Tabir Kabupaten Merangin ?

C. Batasan Masalah

Agar pembahasan lebih terarah dan terfokus pada masalah yang akan

dibahas penulis perlu membatasi masalah yang akan diteliti yaitu denda adat

bagi pelaku zina ditinjau dari hukum Islam di Desa Koto Rayo pada tahun 2014-

2018.

Page 26: DENDA ADAT BAGI PELAKU ZINA DITINJAU DARI HUKUM ISLAM ...

D. Tujuan dan Kegunaan Penelitian

1. Tujuan Penelitian

Berdasarkan dari latar belakang masalah di atas dan masalah pokok yang

yang diteliti oleh penulis dalam skripsi ini, maka tujuan yang ingin dicapai dalam

penelitian ini adalah:

a. Untuk mengetahui penetapan denda adat bagi pelaku zina berdasarkan adat di

desa Koto Rayo, Kecamatan Tabir, Kabupaten Merangin.

b. Untuk mengetahui tinjauan hukum islam terhadap denda adat bagi pelaku

zina berdasarkan adat di Desa Koto Rayo, Kecamatan Tabir, Kabupaten

Merangin.

2. Kegunaan penelitian

Adapun kegunaan penelitian ini, apabila tujuan penulisan dapat

terselesaikan dengan baik, maka kegunaan dari penelitian ini adalah:

a. Untuk membuka cara berpikir dan menambah wawasan penulis dalam

meyusun karya ilmiah

b. Untuk memberikan gambaran serta pemahaman yang mendalam tentang

denda adat bagi pelaku zina di desa Koto Rayo serta tinjauan hukum Islam

terhadap denda adat tersebut, sehingga dapat dijadikan pengalaman berharga.

c. Untuk memenuhi salah satu syarat dalam memperoleh gelar sarjana Starata

satu (S1) pada fakultas Syari’ah jurusan Hukum Keluarga Islam UIN STS

jambi.

Page 27: DENDA ADAT BAGI PELAKU ZINA DITINJAU DARI HUKUM ISLAM ...

E. Kerangka Teori

Kerangka teoritis adalah kerangka acuan yang pada dasarnya mengadakan

identifikasi terhadap dimensi-dimensi sosial yang dianggap relevan oleh peneliti

dan merupakan abstraksi-abstraksi dari hasil pemikiran.

Kerangka teori yang akan dijadikan landasan dalam suatu penelitian

tersebut, adalah teori-teori hukum yang telah dikembangkan oleh para ahli hukum

dalam berbagai kajian dan temuan.12 Adapun kerangka teoritis yang digunakan

dalam penelitian ini adalah:

1. Teori Receptio In Complexu

Teori receptio in complexu merupakan teori yang dipelopori oleh L. W C.

Van den Berg (1845-1927). Van den Berg mengemukakan bahwa orang

Islam Indonesia telah menerima (meresepsi) hukum Islam secara

menyeluruh.13 Teori ini menyatakan bahwa di Indonesia berlaku hukum

Islam walaupun dengan sedikit menyimpang. Van den Berg berpendapat

bahwa hukum mengikuti agama yang dianut oleh seseorang, jika ia

beragama Islam maka hukum Islamlah yang berlaku baginya. Menurutnya,

masyarakat Islam di Indonesia telah melakukan resepsi hukum Islam

dalam keseluruhannya dan merupakan kesatuan yang utuh.14

2. Teori Receptio A Contrario

Teori receptio a contrario adalah teori yang dipelopori oleh Hazairin

(1905-1975) dan dikembangkan secara sistematis dan dipraktikkan oleh

muridnya (Sajuti Talib, H. Mohammad Daud Ali, Bismar Siregar, H. M.

12 Zainudin Ali, Metode Penelitian Hukum, (Jakarta: Sinar Grafika, 2014), hlm. 79. 13 Zainudin Ali, Hukum Islam, (Jakarta: Sinar Grafika, 2006), hlm. 81. 14 Zainudin Ali, Metode Penelitian Hukum, hlm. 80.

Page 28: DENDA ADAT BAGI PELAKU ZINA DITINJAU DARI HUKUM ISLAM ...

Tahir Azhary, dan sebagainya). Menurut mereka hukum adat dapat

menjadi hukum yang berlaku dalam masyarakat muslim kalau hukum adat

itu tidak bertentangan dengan hukum Islam.15

F. Kerangka Konseptual

Selain didukung dengan kerangka teoritis, penulisan ini juga didukung

oleh kerangka konseptual yang merumuskan defenisi-defenisi tertentu yang

berhubungan dengan judul yang diangkat.

Kerangka konseptual adalah penggambaran antar konsep-konsep khusus

yang merupakan kumpulan dalam arti yang berkaitan, dengan istilah yang akan

diteliti atau diuraikan dalam karya ilmiah.16

1. Pengertian Zina dan Dasar Hukum Larangan Zina

Abdul Qadir Audah berpendapat bahwa zina ialah hubungan badan yang

diharamkan dan disengaja oleh pelakunya.17 Zina secara harfiah berarti fahisyah,

yaitu perbuatan keji. Zina dalam pengertian istilah adalah hubungan antar seorang

lelaki dengan perempuan yang satu sama lain tidak terikat dalam hubungan

perkawinan. Para fuqaha (ahli hukum Islam) mengartikan zina, yaitu melakukan

hubungan seksual dalam arti memasukkan zakar (kelamin pria) kedalam vagina

wanita yang dinyatakan haram bukan karena subhat, dan atas dasar syahwat.18

Mengenai kekejian jarimah zina ini, Muhammad Al-Kahtib Al-Syarbini

mengatakan, zina termasuk dosa-dosa besar yang paling keji, tidak satu agama

15 Zainudin Ali, Hukum Islam, hlm. 83. 16 Zainudin Ali, Metode Penelitian Hukum, hlm. 96. 17 Nurul Irfan dan Masyrofah, Fiqh jinayah, (Jakarta: Amzah. 2015), hlm. 18. 18 Zainuddin Ali, Hukum Pidana Islam, (Jakarta: Sinar Grafika, 2007), hlm. 37.

Page 29: DENDA ADAT BAGI PELAKU ZINA DITINJAU DARI HUKUM ISLAM ...

pun yang menghalalkannya. Oleh sebab itu, sanksinya juga sangat berat, karena

mengancam kehormatan dan hubungan nasab.19

Syariat Islam melarang zina karena zina itu banyak bahayanya, baik

terhadap akhlak, agama dan jasmani badan disamping terhadap masyarakat dan

keluarga. Bahaya terhadap agama dan akhlak dari perbuatan zina sudah cukup

jelas, seseorang yang melakukan perbuatan zina, pada waktu itu ia merasa

gembira dan senang, sementara dipihak lain perbuatannya itu menimbulkan

kemarahan dan kutukan Tuhan,. Karena Tuhan melarangnya dan menghukum

pelakunya. Disamping itu, perbuatan zina itu mengarah kepada lepasnya

keimanan dari hati pelakunya, sehingga andaikata ia mati pada saat melakukan

zina tersebut maka ia mati dengan tidak membawa iman, dalam sebuah hadis

yang diriwayatkan Imam Bukhori dan lainnya Rasulullah bersabda: “Tidaklah

berzina seorang pezina kalau pada waktu berzina itu ia dalam keadaan

beriman”.20

Terdapat beberapa ayat al-Quran yang mengharamkan jarimah zina ini,

yaitu sebagai berikut:

Artinya:“Dan janganlah kamu mendekati zina.sesungguhnya zina itu adalah

suatu perbuatan yang keji dan suatu jalan yang buruk. (Q.S. Al- Isra’

(17):32)21

19 Nurul Irfan dan Masyrofah, Fiqh jinayah, hlm. 18. 20 Ahmad Wardi Muslich, Hukum Pidana Islam, (Jakarta: Sinar Grafika Ofset, 2005),

hlm. 5. 21 Al- Isra’ (17):32.

Page 30: DENDA ADAT BAGI PELAKU ZINA DITINJAU DARI HUKUM ISLAM ...

Dalam ayat lain Allah SWT berfirman:

Dan orang-orang yang tidak menyembah Tuhan yang lain beserta Allah

dan tidak membunuh jiwa yang diharamkan Allah (membunuhnya) kecuali

dengan (alasan) yang benar dan tidak berzina, barangsiapa yang

melakukan yang demikian itu, niscaya ia mendapat (pembalasan)

dosa(nya) (Q.S. Al-Furqan (25): 68).22

Di samping kedua ayat tersebut, dalam hadist disebutkan:

ب وسلم أي الذنلله عليهصلى ا رسو ل الله عن عبد الله رضي الله عنه قال سألت

تل ولدك قال ثم أن تقت ثم أيك قلعند الله أكبر قال أن تجعل لله ندا وهو خلق

كيلة جاربحل يخشية أن يطعم معك قلت ثم أي قال أن تزان

Dari Abdullah meriwayatkan, “Aku bertanya, ‘Wahai Rasulullah, dosa

apa yang paling besar di sisi Allah?’ Beliau menjawab, ‘Kamu menjadi

tandingan bagi Allah (berbuat syirik), padahal Dia-lah yang menciptakan

kamu’ lalu aku bertanya lagi, ‘Kemudian dosa apa lagi?’ Beliau

menjawab, ‘Kamu membunuh anakmu karena takut kalau ia akan makan

bersama kamu.’ Aku bertanya lagi, ‘Kemudian dosa apalagi?’ Beliau

menjawab; ‘Kamu berzina dengan istri tetanggamu.’” (HR. Al-Bukhari

dan Ibnu Hibban).23

22 Al-Furqan (25): 68. 23 Abu Adillah Muhammad bin Ismail Al-Bukhari (selanjutnya disebut Al-Bukhari),

Sahih Al-Bukhari, (Indonesia: Dahlan), Jilid IV, hlm. 2721-2723. Lihat juga Ala Al-Din Ali bin

Balban Al-Farazi, Sahih Ibnu Hibban, (Beirut: Dar Al-Kutub Al-Ilmiyyah, 1989), cet. ke-1, jilid

V, hlm. 297-298.

Page 31: DENDA ADAT BAGI PELAKU ZINA DITINJAU DARI HUKUM ISLAM ...

Dengan demikian, perzinahan adalah hubungan badan yang diharamkan

oleh Allah SWT dan Nabi SAW dalam Al-quran dan hadis serta disepakati oleh

para ulama dari berbagai mazhab akan keharamannya.24

2. Macam-macam jarimah zina dan sanksinya

Di dalam Islam zina di golongkan menjadi dua yaitu:

a) Zina Muhsan

Zina muhsan ialah zina yang pelakunya berstatus suami, istri, duda atau

janda. Artinya, pelakunya adalah orang yang masih dalam status pernikahan atau

pernah menikah secara sah.25 Zina muhsan adalah zina yang dilakukan oleh laki-

laki dan perempuan yang sudah berkeluarga (bersuami/beristri).

Sanksi bagi pelaku zina muhsan adalah hukuman rajam, yaitu pelaku

dilempari batu hingga meninggal. Sanksi rajam bagi pelaku zina muhsan tidak

secara eksplisit disebutkan di dalam al-Quran, tetapi eksistensinya ditetapkan

melalui ucapan dan perbuatan Rasulullah. Di dalam sebuah riwayat dijelaskan

bahwa beliau melaksanakan sanksi rajam terhadap Maiz bin Malik dan Al-

Ghamidiyah. Sanksi ini juga diakui oleh ijma’ sahabat dan tabiin, serta pernah

dilakukan pada zaman Khulaf Al-Rasyidin.

Abdullah bin Abbas meriwayatkan bahwa Umar bin Al-Khahtthab berada

di atas mimbar Rasulullah SAW (dan berpidato), “Sesungguhnya Allah

mengutus Muhammad SAW dengan membawa kebenaran dan menurunkan

al-Quran. Di antara ayat yang diturunkan itu ada ayat tentang rajam.

Kami membacanya, mempelajarinya dan memahaminya; lalu beliau

melaksankan hukuman rajam dan kami juga melaksanakannya. Aku takut

jika telah berlalu masa yan panjang, ada orang yang berkata, ‘kami tidak

menemukan rajam di dalam Kitabullah,’ lalu mereka meninggalkan

kewajiban yang diturunkan Allah. Sesungguhnya hukuman rajam itu benar

24 Nurul Irfan dan Masyrofah, Fiqh jinayah, (Jakarta: Amzah. 2015), hlm. 19. 25 Ibid, hlm. 20.

Page 32: DENDA ADAT BAGI PELAKU ZINA DITINJAU DARI HUKUM ISLAM ...

di dalam Kitabullah dan diberlakukan kepada pelaku yang telah beristri

atau bersuami dari setiap laki-laki dan perempuan; apabila telah ada

bukti yang kuat, terjadi kehamilan attau pelaku mengaku.” (HR.

Muslim).26

Berdasarkan hadis di atas, jumhur ulama sepakat bahwa walaupun di

dalam al-Quran tidak disebutkan tentang rajam, hukuman ini tetap diakui

eksistensinya.

b) Zina Ghairu Muhsan

Zina ghairu muhsan ialah zina yang pelakunya masih berstatus perjaka

atau gadis, artinya pelaku belum pernah menikah secara sah dan tidak sedang

dalam ikatan pernikahan. Adapun sanksi bagi pelaku zina ghairu muhsan adalah

dicambuk sebanyak seratus kali.27

Berbeda dengan rajam yang tidak secara tegas disebutkan di dalam al-

Quran, sanksi cambuk bagi pelaku jarimah zina ghairu muhsan secara eksplisit

ditegaskan di dalam firman Allah SWT.

Artinya:“Perempuan yang berzina dan laki-laki yang berzina, maka deralah tiap-

tiap seorang dari keduanya seratus kali dera, dan janganlah belas kasihan

kepada keduamya mencegah kamu untuk (menjalankan) agama Allah. Jika

kamu beriman kepada Allah dan hari akhirat, dan hendaklah

(pelaksanaan) hukuman mereka disaksikan oleh sekumpulan dari orang-

orang yang beriman. (QS. Al-Nur (24): 2)28

26 Muslim, Sahih Muslim, Jilid IV, hlm. 49. 27 Nurul Irfan dan Masyrofah, Fiqh Jinayah, (Jakarta: Amzah, 2015), hlm. 20. 28 Al-Nur (24): 2.

Page 33: DENDA ADAT BAGI PELAKU ZINA DITINJAU DARI HUKUM ISLAM ...

Ayat di atas tidak hanya menyebutkan jumlah cambukan, tetapi juga

larangan untuk berbelas kasih kepada pelaku, selain itu, proses eksekusi

hendaknya disaksikan oleh kaum muslimin agar meniimbulkan efek jera dan

dijadikan pelajaran berharga. Adapun hadis yang menjelaskan sanksi pengasingan

sebagai pelengkap dari sanksi cambuk adalah sebagai berikut:

ر و سلم أنه أملله عليهاصلى عنه عن ر سو ل اللهعن زيد بن خا لد ر ضي الله

فيمن ز نى ولم يحصن بجلد ما ئة وتغر يب عام

“Dari Zaid bin Khalid Al-Juhani, ia meriwayatkan, “Aku mendengar

Rasulullah SAW memerintahkan agar orang yang berzina gahiru muhsan

dicambuk seratus kali dan diasingkan selama satu tahun,”(HR. Al-

Bukhari).29

Selain itu, hadis lain yang juga menerangkan tentang sanksi pengasingan,

yaitu sebagai berikut.

م خذوا عني خذوا يه وسللله علاصلى عن عبا دة بن الصا مت قال قال رسو ل الله

د ما ئة ور لثيب بالثيب جل سنة واونفي عني قد جعل الله لهن سبيلا البكر جلد ما ئة

مي بالحجا رة

Dari Ubadah bin Samit, ia meriwayatkan, “Rasulullah SAW bersabda,

‘Ambillah dariku, sesungguhnya Allah telah menjadikan bagi mereka

jalan keluar; pezina perjaka dengan gadis dicambuk seratus kali dan

dibuang selam satu tahun, sedangkan pezina duda dengan janda dicambuk

seratus kali dan rajam.’” (HR. Muslim dan Abu Dawud).30

G. Tinjauan Pustaka

29 Al-Bukhari, Sahih Al-Bukhari, jilid IV, hlm. 2733. 30 Muslim, Sahih Muslim, jilid II, hlm. 48.

Page 34: DENDA ADAT BAGI PELAKU ZINA DITINJAU DARI HUKUM ISLAM ...

Sebagai bahan tinjauan pustaka dalam penelitian ini, peneliti mengambil

dari berbagai hasil penelitian yang ada relevansinya dengan penelitian ini,

diantaranya:

Penulis menggunakan skripsi yang berjudul Cuci Kampung Bagi Pelaku

Zina di Tinjau dari Hukum Islam (Study Kasus di Desa Pulau Betung Kecamatan

Pemayung Kabupaten Batang Hari) yang ditulis oleh Asy’ari (2014).31 Dalam

penelitian ini penulis membahas tentang sanksi adat terhadap pelaku zina ghair

muhsan dan muhsan yaitu dengan tradisi cuci kampung dengan cara menyembelih

seekor kambing beserta selemak semanihnya yang dimakan bersama-sama dengan

pemangku adat dan alim ulama. Hasil dari penelitian ini adalah pelaku zina akan

dikenakan hukum cuci kampung dengan cara menyembelih seekor hewan.

Kemudian skripsi yang berjudul Penerapan Sanksi Pidana Adat Terhadap

Pelaku Zina di Wilayah Kenagarian Gragahan Kecamatan Lubuk Basung

Kabupaten Agam oleh Bobi Handoko (2015). 32 dalam skripsi ini peneliti

menjelaskan kendala dalam penerapan sanksi pidana adat terhadap pelaku zina di

Wilayah Kenagarian Gragahan Kecamatan Lubuk Basung Kabupaten Agam serta

upaya dalam mengatasi kendala dalam penerapan sanksi pidana adat di wilayah

tersebut.

Kemudian skripsi yang ditulis oleh Muhammad Nupriadi (2016) yang

berjudul Sanksi Bagi Pelaku Perzinahan Yang Telah Menikah Menurut Hukum

Islam Dan Hukum Adat (Studi Kasus Yang Terjadi Di Desa Rantau Tenang

31 Asy’ari, “Cuci Kampung Bagi Pelaku Zina ditinjau dari Hukum Islam”, Skripsi,

Fakultas Syariah, IAIN Sulthan Thaha Saifuddin Jambi, 2014. 32 Bobi Handoko, “Penerapan Sanksi Pidana Adat dan Pidana KUHP Terhadap Pelaku

Tindak Pidana Zina”, Skripsi, Fakultas Hukum, Universitas Andalas, 2011.

Page 35: DENDA ADAT BAGI PELAKU ZINA DITINJAU DARI HUKUM ISLAM ...

Kecamatan Pelawan Kabupaten Sarolangun Jambi). 33 Dalam skripsi ini

membahas bagaimana sanksi adat terhadap pelaku zina yang sudah berkeluarga di

tinjau dari hukum Islam dan hukum adat serta perbedaan keduanya. Hasil dari

penelitian ini menjelaskan bahwa masyarakat tetap mempertahankan hukum adat

sebagai hukuman bagi pelaku zina karena merupakan kebiasaan yang sudah turun

temurun.

Skripsi yang ditulis oleh Ana Manis Thofani mahasiswa jurusan Al-Ahwal

Asy-Syaksiyah Fakultas Syariah IAIN Sunan Kalijaga Yogyakarta Tahun (2004)

dengan judul Zina Dan Akibat Hukumannya Menurut Muhammad Syahrur. 34

Dalam skripsi ini membahas tentang akibat dan hukumnya bagi pelaku zina baik

muhsan maupun ghairu muhsan serta bagaimana pemikiran Muhammad Syahrur

tentang zina dan akibat hukum zina. Dalam hal ini dapat dikutip dari pernyataan

Muhammad Syahrur tentang zina menurutnya, tidak diperbolehkan meletakkan

julukan pezina (untuk laki-laki maupun perempuan) yang melakukan perilaku keji

(fahisyah) kecuali jika disertai dengan empat orang saksi.

Sejauh penelusuran pustaka yang peneliti lakukan dari beberapa karya

ilmiah lainnya seperti skripsi di atas belum ada penelitian yang penyusun temukan

terkait dengan denda adat bagi pelaku zina di tinjau dari hukum Islam (studi kasus

di desa Koto Rayo kecamatan Tabir, kabupaten Merangin, Provinsi jambi). Maka

dari itu peneliti berkeinginan untuk meneliti hal tersebut agar bisa menambah

wawasan keilmuan khususnya bagi peneliti sendiri dan umumnya. Kemudian

33 Muhammad Nupriadi, “Sanksi Bagi Pelaku Perzinahan Yang Telah Menikah Menurut

Hukum Islam Dan Hukum Adat”, Skripsi, Fakultas Syariah dan Hukum, UIN Sunan Kalijaga

Yogyakarta, 2016. 34 Ana Manis Thofani, “Zina dan Akibat Hukumannya Menurut Muhammad Syahrur”,

Skripsi, Fakultas Syariah UIN Sunan Kalijaga, 2004.

Page 36: DENDA ADAT BAGI PELAKU ZINA DITINJAU DARI HUKUM ISLAM ...

untuk menambah karya ilmu pengetahuan untuk para pembaca dan dijadikan

bahan sarana untuk akademik.

Page 37: DENDA ADAT BAGI PELAKU ZINA DITINJAU DARI HUKUM ISLAM ...

BAB II

METODE PENELITIAN

Metode penelitian merupakan strategi umum yang digunakan dalam

pengumpulan dan analisis data dengan tujuan dan kegunaan tertentu. “Metode

diartikan sebagai suatu cara atau teknis yang dilakukan dalam proses penelitian.

Sedangkan penelitian diartikan sebagai upaya dalam bidang ilmu pengetahuan

untuk memperoleh fakta-fakta dan prinsip-prinsip dengan sabar, hati-hati dan

sistematis untuk mewujudkan kebenaran”. 35 Adapun metode yang penulis

gunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

A. Tempat dan Waktu Penelitian

1. Tempat Penelitian

Tempat peneliti melakukan penelitian berada di Desa Koto Rayo,

Kecamatan Tabir, Kabupaten Merangin, Provinsi Jambi.

2. Waktu Penelitian

Waktu penelitian ini dilaksanakan pada bulan April, tahun 2018.

B. Pendekatan Penelitian

Terkait dengan pendekatan dalam penelitian ini, peneliti menggunakan

pendekatan normatif-empiris serta merupakan penelitian kualitatif (field

research), yaitu merupakan metode penelitian yang menggabungkan antara

pendekatan hukum normatif dengan adanya penambahan berbagai unsur empiris.

Metode penelitian normatif-empiris mengenai implementasi ketentuan hukum

normatif (undang-undang) dalam aksinya pada setiap peristiwa hukum yang

35 Mardalis, Metode Penelitian, (Jakarta: Bumi Aksara,1995), hlm. 24.

Page 38: DENDA ADAT BAGI PELAKU ZINA DITINJAU DARI HUKUM ISLAM ...

terjadi dalam suatu masyarakat. Dalam penelitian ini menggunakan pendekatan

live case study yaitu pendekatan pada suatu peristiwa hukum yang prosesnya

masih berlangsung atau belum berakhir.

Peneliti akan membandingkan bagaimana menurut hukum Islam dan

hukum adat tentang pelaku perzinahan dengan berpegang pada aturan normatif.

Jika dalam hukum Islam peneliti mengambil maupun berpedoman dari buku-

buku Islam yang berkaitan dengan hukum bagi pelaku zina serta pendapat-

pendapat para ulama fiqh, sedangkan dalam hukum adat peneliti langsung datang

ke tempat yang diteliti yaitu di Desa Koto Rayo, Kecamatan Tabir, Kabupaten

Merangin, Provinsi Jambi, agar peneliti dapat bertemu langsung dengan

pemangku adat, syarak dan masyarakat setempat. Sehingga bisa menghasilkan

data-data dan informasi yang dibutuhkan oleh peneliti, sehingga menghasilkan

data-data yang valid dan sesuai dengan judul yang diteliti serta untuk melihat

hukum dalam artian nyata dan meneliti bagaimana bekerjanya hukum di

lingkungan masyarakat (metode penelitian empiris) di tempat yang diteliti.

C. Jenis dan Sumber Data

1. Jenis Data

Jenis data yang dipergunakan dalam penelitian ini dapat diklasifikasikan

menjadi dua bagian, yaitu:

Page 39: DENDA ADAT BAGI PELAKU ZINA DITINJAU DARI HUKUM ISLAM ...

a. Data Primer

Data primer adalah data pokok yang diperoleh secara langsung dari

sumbernya atau pun dari lokasi objek penelitian atau diperoleh dari lapangan.36

Data primer yang penulis maksud di sini adalah firman Allah yaitu al-Qur’an dan

sabda Rasulullah SAW. Serta wawancara langsung dengan orang yang

bersangkutan seperti Kepala Desa, Perangkat Desa, Pemangku Adat, Pegawai

Syarak dan Masyarakat Desa Koto Rayo.

b. Data Sekunder

Adapun data sekunder adalah data atau sejumlah keterangan yang

diperoleh secara tidak langsung atau melalui sumber perantara. Data ini diperoleh

dengan cara mengutip dari sumber lain, sehingga tidak bersifat authentik, karena

sudah diperoleh dari tangan kedua, ketiga dan seterusnya.37 Seperti berupa buku-

buku, majalah, jurnal, makalah, internet dan lain sebagainya.

2. Sumber Data

Sumber data dalam penelitian ini ada dua sumber data yaitu data primer

dan data sekunder. Sumber data primer adalah tempat data yang diperoleh secara

langsung melalui wawancara dengan pihak tertentu yang terlibat secara langsung

dengan penelitian ini seperti masyarakat yang terdiri dari Kepala Desa,

Pemangku Adat, Pegawai Syarak dan Masyarakat Desa Koto Rayo.

Sedangkan sumber data sekunder adalah data yang diperoleh dari dengan

melakukan kegiatan membaca, mengutip, mencatat buku-buku, menelaah

36 Bambang Waluyo, Penelitian Hukum dalam Praktek, (Jakarta: Sinar Grafika, 2008),

hlm. 68-69. 37 Tim Penulis, Pedoman Penulisan Skripsi, Edisi Revisi, (Jambi: Syariah Press, 2014),

hlm.37.

Page 40: DENDA ADAT BAGI PELAKU ZINA DITINJAU DARI HUKUM ISLAM ...

undang-undang yang berkaitan dengan permasalahan penelitian dan data

sekunder ini hanya diperlukan sebagai penunjang atau pendukung data primer.38

D. Instrumen Pengumpulan Data

Instrumen pengumpulan data adalah alat yang digunakan untuk

mengumpulkan data dan fakta penelitian. Data merupakan salah satu komponen

riset, data yang dipakai dalam riset haruslah data yang benar. Untuk mendapatkan

hasil penelitian, tentunya dibutuhkan data-data yang akan digunakan untuk

menjawab dari persoalan penelitian tersebut sehingga suatu penelitian dapat

dipertanggung jawabkan sesuai dengan yang diharapkan. Oleh karena itu dalam

penelitian ini penyusun menggunakan beberapa teknik/alat dalam mengumpulkan

data yaitu sebagai berikut:

1. Observasi

Teknik observasi ini menuntut adanya pegamatan dari peneliti baik secara

langsung maupun tidak langsung terhadap objek penelitian. Instrument yang

dapat digunakan dalam teknik observasi ini adalah lembar pengamatan, panduan

pengamatan. Beberapa informasi yang diperoleh dari hasil observasi antara lain:

ruang (tempat), pelaku, kegiatan, objek, perbuatan, kejadian atau peristiwa,

waktu, dan perasaan.

Observasi penelitian guna untuk mengetahui dan memperoleh data yang

berkaitan dengan mengamati pelaksanaan denda adat bagi pelaku zina ditinjau

dari hukum Islam di desa Koto Rayo, Kecamatan Tabir, Kabupaten Merangin.

38 Ishaq, Metode Penelitian Hukum dan Penulisan Skripsi, Tesis, serta Disertasi,

(Kerinci: STAIN Kerinci Press, Edisi Revisi, 2015), hlm. 112.

Page 41: DENDA ADAT BAGI PELAKU ZINA DITINJAU DARI HUKUM ISLAM ...

2. Wawancara

Wawancara merupakan kegiatan atau metode pengumpulan data yang

dilakukan dengan bertatapan langsung dengan responden, sama dengan

penggunaan daftar pertanyaan.39 Wawancara adalah percakapan dengan maksud

tertentu. Percakapan itu dilakukan oleh dua pihak, yaitu pewancara (interviewer)

yang mengajukan pertanyaan dan terwawancara (interviewee) yang memberikan

jawaban atas pertanyaan itu.40

Adapun objek wawancara yang peneliti wawancarai dalam penelitian ini

adalah Kepala Desa, tokoh Adat, Tokoh Agama, tokoh masyarakat dan pemuda

Desa Koto Rayo Kecamatan Tabir, Kabupaten Merangin.

Wawancara ini bertujuan untuk mendapatkan informasi langsung yang

berhubungan dengan keadaan masyarakat mengenai persoalan hukuman denda

adat bagi pelaku zina menurut adat di Desa Koto rayo. Dalam wawancara ini

peneliti menyiapkan beberapa pertanyaan sebagai pedoman wawancara yang

sesuai dengan permasalahan agar tidak terjadi penyimpangan dalam mencari

data.

3. Dokumentasi

Dokumentasi adalah metode pengumpulan data yang digunakan dalam

metedologi penelitian sosial. Pada intinya metode ini adalah metode yang

digunakan untuk menelusuri data historis sehingga dengan demikian dokumentasi

39 Moehar Daniel, Metode Penelitian Sosial Ekonomi, (Jakarta: Sinar Grafika Offset,

2005), hlm. 143. 40 Lexy J. Meleong, Metode Penelitian Kualitatif, (Bandung: Remaja Roeda Karya,

2010), hlm. 186.

Page 42: DENDA ADAT BAGI PELAKU ZINA DITINJAU DARI HUKUM ISLAM ...

dalam penelitian memang berperan penting.41 Dokumentasi adalah mencari data

berupa benda-benda tertulis seperti buku-buku, majalah, dokumen, peraturan-

peraturan dan sebagainya.42

Dokumentasi juga merupakan kumpulan data-data verbal yang berbentuk

tulisan yang terdapat pada lembaga-lembaga yang berkenaan dengan penelitian

ini, seperti historis dan geografis, struktur organisasi dan pemerintahan, serta

sarana dan prasarana masyarakat Desa Koto Rayo Kecamatan Tabir, Kabupaten

Merangin.

E. Teknik Analisis Data

Analisis data adalah proses mengorganisasikan dan mengurutkan ke dalam

pola, kategori dan suatu uraian-uraian dasar sehingga dapat dipahami dan

disampaikan kepada orang lain. Analisis data adalah proses mencari dan

menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari wawancara, catatan

lapangan dan dokumentasi mencari yang penting dan yang akan dipelajari dan

membuat kesimpulan sehingga mudah untuk dipahami oleh diri sendiri dan orang

lain. Analisis data dalam penelitian secara teknis penulis hanya memfokuskan

dari pengumpulan data, reduksi data, penyajian data dan verifikasi data.

1. Pengumpulan Data

Pengumpulan data adalah pengumpulan yang diperoleh dari lapangan baik

berupa arsip-arsip, dokumen, gambar-gambar dan lainnya, kemudian diperiksa

kembali dan diatur untuk diurutkan.

41 Burhan Bungin, Penelitian Kualitatif, (Jakarta: Prenada Media Group, 2007), hlm. 129. 42 P. Joko Subagyo, Metode Penelitian Dalam Teori Dan Praktek, (Jakarta: Rineka Cipta,

2004), hlm. 87.

Page 43: DENDA ADAT BAGI PELAKU ZINA DITINJAU DARI HUKUM ISLAM ...

2. Reduksi Data

Reduksi data adalah suatu proses pemilihan, pemusatan perhatian pada

penyerhadanaan, pengabstrakan, dan transformasi data kasar yang muncul dari

catatan- catatan lapangan. Reduksi dilakukan sejak pengumpulan data, dimulai

dengan membuat ringkasan, mengkode, menelusuri tema, membuat gugus-gugus,

menulis memo, dan lain sebagainya dengan maksud menyisihkan data / informasi

yang tidak relevan. Reduksi data merupakan salah satu bentuk analisis yang

menajamkan, menggolongkan, mengkategorikan, mengarahkan, membuang data

yang tidak perlu, dan mengorganisasikan data sedemikian rupa sehingga akhirnya

data yang terkumpul dapat diverifikasi.43

3. Penyajian Data

Penyajian data adalah pendeskripsian sekumpulan informasi tersusun yang

memberikan kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan pengambilan

tindakan. Penyajian data juga dapat matriks, grafik, jaringan, dan bagan.

Semuanya dirancang guna menggabungkan informasi yang tersusun dalam

bentuk yang padu dan mudah dipahami.44

4. Verifikasi Data

Verifikasi merupakan kegiatan di akhir penelitian kualitatif. Penarikan

harus sampai pada kesimpulan dan melakukan verifikasi baik dari segi makna

maupun kebenaran kesimpulan yang disepakati oleh subyek tempat penelitian itu

dilaksanakan45.

43 Husaini Usman Dan Purnamo Setiady Akbar. Metedologi Penelitian Sosial, (Jakarta:

Bumi Aksara, 2008), hlm. 85. 44 Ibid, hal. 86. 45 Sugiyono, Metode Penelitian Kualitatif, (Bandung: Alfabeta, 2016), hlm. 252.

Page 44: DENDA ADAT BAGI PELAKU ZINA DITINJAU DARI HUKUM ISLAM ...

F. Sistematika Penulisan

Untuk memberikan kemudahan dalam penulisan skripsi ini, maka perlu

adanya susunan yang sistematis dan teratur agar sesuai dengan pembahasan

tersebut. Sistematika dalam penulisan skripsi ini di bagi menjadi lima bab.

Adapun lima bab tersebut yaitu:

BAB I: Pendahuluan. Pada bab ini pada hakikatnya menjadi pijakan bagi

penulis. Bab ini menguraikan latar belakang masalah, rumusan masalah, batasan

masalah, tujuan dan kegunaan penelitian, kerangka teori, kerangka konseptual dan

tinjauan pustaka.

BAB II: Metode Penelitian. Membahas tentang tentang metode penelitian

dalam pembuatan skripsi dengan sub-sub tempat dan waktu penelitian,

pendekatan penelitian, jenis dan sumber data, instrumen pengumpulan data, teknik

analisis data dan sistematika penulisan.

BAB III: Demografi. Membahas tentang gambaran umum desa Koto Rayo

Kecamatan Tabir Kabupaten Merangin Provinsi Jambi. Pada bab ini berkenaan

dengan aspek historis, aspek geografis, aspek kependudukan, aspek agama, aspek

pendidikan, kesehatan, sosial, adat istiadat, ekonomi, dan aspek pemerintahan.

BAB IV: Pembahasan. Pada bab ini membicarakan tentang pembahasan

dan hasil penelitian.

BAB V: Penutup. Pada bab ini berisi tentang penutup, dalam bab ini akan

dirinci menjadi beberapa bagian yaitu: kesimpulan penelitian dan saran-saran.

Page 45: DENDA ADAT BAGI PELAKU ZINA DITINJAU DARI HUKUM ISLAM ...

G. Jadwal Penelitian

Untuk mempermudah langkah-langkah dalam penelitia ini maka penulis

menyusun jadwal sebagai berikut:

Tabel I.

No

Kegiatan

Tahun 2017/ 2018

Mei

Desem

ber

Novem

ber

Feb

ruari

Januari

April

Maret

Okto

ber

Juli

1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4

1 Pengajuan judul x

2 Pembuatan

proposal

X

3 Perbaikan proposal

dan seminar

x x x

4 Surat izin riset x

5 Pengumpulan data x

6 Pengelolaan dan

analisis

Data

x

7 Pembuatan laporan x

8 Bimbingan skripsi

dan perbaikan

x

9 Agenda dan ujian

skripsi

x

10 Perbaikan dan

Penjilidan

Page 46: DENDA ADAT BAGI PELAKU ZINA DITINJAU DARI HUKUM ISLAM ...

BAB III

GAMBARAN UMUM DESA KOTO RAYO

KECAMATAN TABIR KABUPATEN MERANGIN

A. Aspek Historis dan Geografis

1. Historis

Desa Koto Rayo Kecamatan Tabir Kabupaten Merangin Provinsi Jambi

pada mulanya bukan Desa Koto Rayo tetapi Dusun Koto Pandan. Pada tahun

1923 di pinggir sungai Tabir tepatnya di Kecamatan Batin V Tabir yang berjarak

lebih kurang 35 Km dari Dusun Limau Manis, ada sebuah perkampungan yang

diberi nama Dusun Desa Koto rayo.

Konon pada saat itu Negara Republik Indonesia dijajah oleh Belanda, pada

suatu hari tetua dusun beserta tokoh masyarakat berkumpul dan bermusyawarah

bagaimana caranya agar masyarakat setempat tidak bisa dijajah oleh Belanda.46

Jadi menurut penjelasan di atas, dapat peneliti jelaskan bahwa usul Desa

Koto Rayo berdiri dikarenakan pada saat itu para penjajah Belanda ingin

menguasai desa tersebut dan pada saat itu juga seluruh masyarakat bersatu tidak

ingin Belanda menjajah mereka.

Maka hasil musyawarah tersebut diambillah suatu kesepakatan untuk

memohon dan bermunajat kepada Allah supaya penduduk setempat tidak bisa

tampak terlihat oleh penjajah, maka ditanamlah suatu do’a yang dinamakan do’a

limun sehingga masyarakat setempat tidak bisa dilihat sampai sekarang ini.

46 Wawancara Dengan Abdullah. R, Kades Desa Koto Rayo. Kec. Tabir-Merangin, 9

April 2018.

Page 47: DENDA ADAT BAGI PELAKU ZINA DITINJAU DARI HUKUM ISLAM ...

Selanjutnya dijelaskan oleh tokoh masyarakat bahwa: pada tahun 1927

para tokoh dan para ketua adat Rantau Panjang Dusun Koto Pandan diganti

namanya menjadi Dusun Koto Rayo, mengapa demikian? Karena pada saat itu

ada seseorang yang mati terbunuh di Bukit Sebelah atau Bukit Penyamun atau

sering disebut Bukit Batas yang saat ini menjadi perbatasan antara Kabupaten

Merangin dan Kabupaten Muaro Bungo, oleh para tokoh Muaro Bungo

dituduhlah masyarakat Rantau Panjanglah yang membunuhnya, sedangkan para

tokoh masyarakat Rantau Panjang menuduh orang Muaro Bungo yang

membunuh orang tersebut sehingga terjadilah tuduh menuduh dan pertengkaran.

Melihat situasi yang kurang baik itu tokoh masyarakat Dusun Pandan mencoba

menengahi, begini para datuk-datuk mengingat kejadian ini berada di Dusun

kami biarlah kami mengakui dan akan kami akan selamatkan serta kami

kuburkan, maka pertengkaran kedua belah pihak menjadi sirna dan damai,

mengingat kejadian inilah maka Dusun Koto Pandan ini diganti nama menjadi

Dusun Koto Rayo, Koto artinya pertahanan dan Rayo artinya kuat. Jadi, Koto

Rayo artinya pertahanan yang kuat. Maka, pada saat itu juga Dusun Koto Rayo

diangkat menjadi anak oleh induk Rantau Panjang.47

2. Geografis

Desa Koto Rayo adalah sebuah desa yang berada dalam wilayah

Kecamatan Tabir, Kabupaten Merangin, Provinsi Jambi yang luasnya ±7000 Ha,

yang dibagi atas 3 Dusun yaitu dusun I Sungai Beringin, dusun II Sungai Abu

47 Wawancara Dengan Hasim,Tokoh Masyarakat Desa Koto Rayo. Kec. Tabir-Merangin,

9 April 2018.

Page 48: DENDA ADAT BAGI PELAKU ZINA DITINJAU DARI HUKUM ISLAM ...

dan dusun III Sungai Aur yang masing-masing dipimpin oleh tiga orang kepala

dusun.

Dari pusat pemerintahan Kecamatan Tabir Desa Koto Rayo berjarak 7

Km, dari pusat pemerintahan Kabupaten Merangin yaitu berjarak 34 Km,

sedangkan dari pusat pemerintahan Provinsi Jambi berjarak 378 Km.48

Adapun batas-batas Desa Koto Rayo ini adalah sebagai berikut:

a. Sebelah Utara berbatasan dengan Kelurahan Kampung Baru

b. Sebelah Selatan berbatasan dengan Desa Kandang

c. Sebelah Timur berbatasan dengan Kelurahan Pasar Baru

d. Sebelah Barat berbatasan dengan Desa Dwi Karya Bakti.

Seperti daerah lain di Indonesia keadaan iklim di daerah Desa Koto Rayo

ini adalah tropis dengan suhu maksimum 32 C dan suhu minimum berkisar 20 C,

tempat ini mudah dijangkau oleh desa-desa lain sebelah timur dan barat desa

Koto Rayo, sebab mereka hendak ke pasar Muaro Bungo, harus menuju atau

lewat daerah ini.49

B. Aspek Demografis

1. Keadaan Penduduk

Desa Koto Rayo, Kecamatan Tabir pada dasarnya terbagi kepada tiga

dusun yaitu: dusun Sungai Beringin, dusun Sungai Abu dan dusun Sungai Aur.

Bagian penduduknya yang padat terdapat di dusun Sungai Beringin dan Sungai

Aur sedangkan penduduk yang agak sedikit terdapat pada dusun Sungai Abu.

Mayoritas jumlah penduduk desa Koto Rayo berada dalam satu garis keturunan

48 Wawancara Dengan Abdullah. R, Kades Desa Koto Rayo. Kec. Tabir-Merangin, 9

April 2018. 49 Dokumentasi Kantor Desa Koto Rayo. Kec. Tabir-Merangin, 10 April 2018.

Page 49: DENDA ADAT BAGI PELAKU ZINA DITINJAU DARI HUKUM ISLAM ...

keluarga besar, sedangkan jumlah minoritas lainnya adalah kaum pendatang

antara lain: daerah Pesisir Sumatra Barat, Jawa, Sumatra Utara dan Sumatra

Selatan.

Adapun jumlah penduduk desa Koto Rayo saat ini adalah sebesar 1.686

jiwa, yang terdiri dari laki-laki 866 jiwa dan perempuan 820 jiwa dengan 593

KK.50 Hal ini dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel II

Jumlah Penduduk Menurut Dusun dan Jenis Kelamin Desa Koto Rayo

Tahun 2018

No

Dusun

Jenis Kelamin

Jumlah

% Laki-laki Perempuan

1 Sungai Beringin 273 277 550 33 %

2 Sungai Abu 358 295 653 38 %

3 Sungai Aur 235 248 483 29 %

Jumlah 866 820 1.686 100 %

Sumber: Kantor Desa Koto Rayo. Kec. Tabir-Merangin, 10 April 2018.

50 Dokumentasi Kantor Desa Koto Rayo. Kec. Tabir-Merangin, 10 April 2018.

Page 50: DENDA ADAT BAGI PELAKU ZINA DITINJAU DARI HUKUM ISLAM ...

Tabel III

Jumlah Penduduk Desa Koto Rayo Berdasarkan Kelompok Umur

Tahun 2018

No Kelompok Umur Jumlah Jiwa %

1 <1 tahun 17 jiwa 1 %

2 1-4 tahun 52 jiwa 3 %

3 5-14 tahun 155 jiwa 9 %

4 15-39 tahun 878 jiwa 53 %

5 40-64 tahun 496 jiwa 29 %

6 65 tahun ke atas 88 jiwa 5 %

Jumlah 1.686Wa 100 %

Sumber: Kantor Desa Koto Rayo. Kec. Tabir-Merangin, 10 April 2018.

2. Agama

Penduduk desa Koto Rayo mayoritas beragama Islam, namun ada juga

yang beragama Kristen tapi dengan jumlah yang sangat sedikit. Dalam

menunjang aktifitas peribadatan di desa Koto Rayo kecamatan Tabir, dibangun

sarana dan prasarana ibadah baik dari swadaya masyarakat maupun pemerintah.

Jumlah penduduk menurut agama dan sarana ibadah dapat dilihat dari tabel

berikut ini:

Page 51: DENDA ADAT BAGI PELAKU ZINA DITINJAU DARI HUKUM ISLAM ...

Tabel IV

Jumlah Penduduk Menurut Agama di Desa Koto Rayo

No Agama Jumlah

1 Islam 1646

2 Kristen 40

Jumlah 1.686

Sumber: Kantor Desa Koto Rayo. Kec. Tabir-Merangin, 10 April 2018.

Tabel V

Jumlah Sarana Ibadah

No Sarana Ibadah Jumlah

1 Masjid 3

2 Musholla 5

Jumlah 8

Sumber: Kantor Desa Koto Rayo. Kec. Tabir-Merangin, 10 April 2018.51

3. Pendidikan

Salah satu faktor yang mempengaruhi remaja adalah lingkungan keluarga

apabila lingkungan banyak mengajarkan nilai-nilai agama maka dengan

sendirinya pemuda akan hidup dengan unsur-unsur agama dalam pribadinya.

Pengaruh keagamaan ini juga tidak terlepas dari pendidikan orang tua

remaja itu sendiri, apabila orang tua remaja pendidikannya di bidang agama maka

51 Dokumentasi Kantor Desa Koto Rayo. Kec. Tabir-Merangin, 10 April 2018.

Page 52: DENDA ADAT BAGI PELAKU ZINA DITINJAU DARI HUKUM ISLAM ...

akan ada kesadaran untuk mengajarkan remaja selaku anak mereka sejak dini,

baik itu tentang tauhid maupun tentang akhlak.

Pendidikan di Desa Koto Rayo Kecamatan Tabir ini bisa dilihat dari tabel

berikut yang menerangkan bahwa masyarakat sudah banyak yang mencapai

pendidikan-pendidikan yang berkualitas serta sudah mencapai hasilnya.

Tabel VI

Tingkatan Pendidikan Masyarakat Desa Koto Rayo

No Tingkat Pendidikan Jumlah

1 TK/PAUD 15

2 SD 433

3 SLTP 231

4 SLTA 63

5 Perguruan Tinggi 32

6 Tidak dan belum sekolah 128

Jumlah 902

Sumber: Kantor Desa Koto Rayo. Kec. Tabir-Merangin, 10 April 2018.

Menurut tabel di atas dapat dijelaskan bahwa pendidikan di Desa Koto

Rayo Kecamatan Tabir Kabupaten Merangin sudah cukup tinggi terbukti dengan

adanya yang mencapai perguruan tinggi sebanyak 32 orang, baik dari agama

maupun umum.

Hal ini juga ditunjang oleh sarana pendidikan yang sudah termasuk

lengkap karena memudahkan bagi remaja usia sekolah untuk menimba dan

Page 53: DENDA ADAT BAGI PELAKU ZINA DITINJAU DARI HUKUM ISLAM ...

meninggali pendidikan ditambah dengan perekonomian yang baik, keseluruhan

ini tergantung lagi pada individu remaja dan kemauan dari orang tua didalam

menyekolahkan anak-anak mereka selaku remaja. Berikut ini tabel sarana

prasarana pendidikan di Desa Koto Rayo.

Tabel VII

Jumlah Sarana Pendidikan di Desa Koto Rayo

No Sarana Pendidikan Jumlah

1 TK/PAUD 2

2 SD 3

3 SMP 1

4 Madrasah Diniyyah Taklimiyah 1

5 Pondok Pesantren 2

Jumlah 9

4. Kesehatan

Salah satu indikator penting dalam menunjang Peningkatan kesehatan

masyarakat di Desa Koto Rayo adalah adanya Puskesmas desa dan posyandu

bagi Balita (Bawah Lima Tahun). Dengan adanya puskemas ini diharapkan dapat

memberikan pertolongan kepada masyarakat yang membutuhkan pelayanan

kesehatan untuk mereka. Kemudian dengan adanya bidan desa angka kematian

ibu dan bayi dapat diminimalisir. Akhirnya dengan adanya indikator kesehatan

Page 54: DENDA ADAT BAGI PELAKU ZINA DITINJAU DARI HUKUM ISLAM ...

yang telah disebutkan di atas bermuara pada meningkatnya usia harapan hidup,

menurunnya angka kematian bayi, dan gizi buruk

5. Pemberdayaan Perempuan dan Anak

Kaum wanita dan anak memliki peran yang sangat penting dalam

pelaksanaan pembangunan dan keberhasilan SDA maupun SDM. Khusus desa

Koto Rayo jika dilihat dari jumlah penduduk perempuan pada tahun 2018 jumlah

nya 820 jiwa.

Namun di desa Koto Rayo peran perempuan dan kualitas hidup perempuan

serta anak dalam pembangunan masih tertinggal dibandingkan dengan kaum laki-

laki. Faktornya adalah belum optimalnya partisipasi kaum perempuan dan

pemuda dalam pembangunan. Hal ini terlihat dari prestasi pemuda dan kaum

wanita dalam bidang seni budaya dan olahraga masih rendah.

6. Adat Istiadat Masyarakat desa Koto rayo

Adat merupakan kebiasaan yang eksistensinya diakui dalam peran

pengendalian sosial masyarakat, disamping agama yang merupak tuntunan dari

Tuhan kepada manusia sebagai hambanya. Adat jika di telisik dari sejarah lebih

dulu ada dari agama itu sendiri. Hal ini karena sebelum adanya agama, adat atau

kebiasaan itu sudah menjadi aturan yang terus di pertahankan eksistensinya oleh

masyarakat terdahulu tetapi adat pada masa itu masih berhubungan dengan

kepercayaan pada roh-roh atau makhluk-makhluk. Setelah Islam datang adat

tidak semerta dihilangkan, karena Islam mengutamakan pendekatan kultural

sehingga Islam mudah diterima sebagai agama yang mudah dipahami tanpa

menghilangkan sesuatu tanpa ada syariat dari Allah SWT. Adat tetap di

Page 55: DENDA ADAT BAGI PELAKU ZINA DITINJAU DARI HUKUM ISLAM ...

pertahankan namun adat yang bertentangan dengan syariat dihilangkan dan di

gantikan dengan adat yang sesuai dengan tuntunan Agama Islam, maka didalam

agama islam terdapat sebuah kaidah fiqh yang mengatakan adat itu bisa dijadikan

hukum.

Masyarakat desa Koto Rayo mayoritas adalah beragama Islam yang terdiri

dari berbagai suku. Hukum Islam berlaku, namun hanya dalam beberapa bagian

saja seperti ibadah, pernikahan dan lain sebagainya namun dalam hal yang

berhubungan pidana seperti pencurian, perampokan berlaku hukum positif yaitu

KUHP, sedangkan dalam pidana seperti zina, sengketa tanah, dan perkelahian

berlaku hukum adat, maka pengadilan adat desa KotoRayo akan menyidangkan

perkara-perkara tersebut dengan jalan bermusyawarah untuk memutuskan

masalah tersebut.

Pengadilan adat di desa Koto Rayo di sebut dengan lembago, yang terdiri

7 ninek mamak tuo tengganai yang dipimpin oleh seorang ketua dan wakil ketua,

sekretaris, bendahara, seksi agama serta dua anggota yang diangkat menjadi

pemangku adat oleh kepala desa. Tugas pemangku adat yang disebut ninek

mamak ini adalah menerima memeriksa dan memutuskan perkara yang mereka

terima.52

C. Aspek Ekonomi

Perekonomian masyarakat desa Koto Rayo jika diukur dengan pekerjaan

masyarakatnya cukup sejahtera seiring dengan pertumbuhan dan pertambahan

penduduknya. Mayoritas penduduknya bekerja sebagai petani yaitu penyadap

52 Wawancara Dengan Alamsyah. D., Kadus III Sungai Buluh Desa Koto Rayo. Kec.

Tabir-Merangin, 9 April 2018.

Page 56: DENDA ADAT BAGI PELAKU ZINA DITINJAU DARI HUKUM ISLAM ...

karet kemudian ada yang bekerja sebagai PNS, pegawai swasta dan buruh.

Namun sejak melemahnya harga komoditi karet di pasaran nasional

menyebabkan sebagian masyarakat desa Koto Rayo beralih ke pekerjaan

menambang emas dengan menggunakan mesin atau yang lebih dikenal dengan

istilah PETI (Penambangan Emas Tanpa Izin). Di samping itu ada juga sebagian

masyarakat membuka usaha kecil menengah seperti toko dan lain sebagainya.53

Tabel VIII

Jenis Pekerjaan Masyarakat Desa Koto Rayo

No Jenis Pekerjaan Jumlah

1 Petani 750

2 Buruh Tani 614

3 Buruh Pabrik 23

4 PNS 8

5 Pegawai Swasta 18

6 Wirawasta/pedagang 10

7 Lainnya 263

Sumber: Kantor Desa Koto Rayo. Kec. Tabir-Merangin, 10 April 2018

D. Aspek Pemerintahan

Sebagaimana halnya suatu badan organisasi baik yang berada dinaungan

pemerintah maupun swasta, besar atau kecil tidak terlepas suatu badan yang

disebut kepengurusan, badan atau kepengurusan yang akan mejalankan roda

53 Wawancara Dengan Rosna Juwita, Sekdes Desa Koto Rayo. Kec. Tabir-Merangin, 10

April 2018.

Page 57: DENDA ADAT BAGI PELAKU ZINA DITINJAU DARI HUKUM ISLAM ...

organisasi. Maju mundurnya organisasi sangat tergantung pada kepengurusannya,

sudah barang tentu yang lebih bertanggung jawab penuh adalah kepala desa atau

pimpinan suatu badan organisasi itu sendiri.

Di desa Koto Rayo kecamatan Tabir yang memiliki dan menjalankan

wewenang pimpinan adalah Kepala Desa (Kades) dibantu oleh Badan

Permusyawaratan Desa (BPD), tiga Kepala Dusun (Kadus), Sekretaris Desa

(Sekdes) dan empat Kepala Urusan (Kaur) serta sepuluh ketua Rukun Tetangga

(RT).54 Untuk lebih jelasnya mengenai struktur organisasi pemerintahan Desa

Koto Rayo dapat dilihat melalui struktur sebagai berikut:

54 Wawancara Dengan Abdullah. R, Kades Desa Koto Rayo. Kec. Tabir-Merangin, 9

April 2018.

Page 58: DENDA ADAT BAGI PELAKU ZINA DITINJAU DARI HUKUM ISLAM ...

Struktur Organisasi Pemerintah Desa Koto Rayo

KEPALA DESA

ABDULLAH. R

SEKRETARIS DESA

RATNA JUWITA, S. Sos.

KAUR UMUM DAN PERENCANAAN

MAS KUAT, S. Ab.

KASI PEMERINTAHAN

ROSUL YADI, S. Pd, I.

KADUS III SUNGAI BULUH

ALAMSYAH. D

KAUR KEUANGAN

TUHAIRUL, S. Pd, I.

KASI KESEJAHTERAAN DAN PELAYANAN

ASWAN

KADUS I SUNGAI BERINGIN

HASIM. HS

KADUS II SUNGAI ABU

SUMARLAN

Page 59: DENDA ADAT BAGI PELAKU ZINA DITINJAU DARI HUKUM ISLAM ...

BAB IV

PEMBAHASAN DAN HASIL PENELITIAN

A. Penetapan Denda Adat Terhadap Pelaku Zina di Desa Koto Rayo

Warga masyarakat adat Jambi seluruhnya beragama Islam, dan sepakat

menetapkan azas: “Adat bersendi syarak, syarak bersendi Kitabullah”. Artinya

adat Jambi harus sesuai dengan syariat ajaran Islam berdasarkan al-Quran dan

hadist.

Hukum adat adalah hukum tidak tertulis yang hidup dan berkembang

dalam masyarakat, menurut hukum adat untuk menentukan salah atau benar suatu

perbuatan tersebut dapat diteliti dari masalah tersebut.

Salah satu bentuk hukum adat di desa Koto Rayo adalah denda adat.

Hukum adat hidup di tengah masyarakat sebagai aturan yang ditaati secara

bersama-sama tanpa ada paksaan yang bertujuan untuk mendirikan masyarakat

yang sopan santun, beradat, adil, aman lahir dan bathin sehingga dalam pepatah

adat dikatakan, “Bumi elok padi menjadi air jernih ikannyo jinak pergi darat

perangkap keno pergi ke aik cemetik keno”.

Denda Adat adalah merupakan salah satu sanksi hukum adat yang berlaku

di desa Kotorayo bagi pelanggar hukum adat seperti perbuatan zina. Denda adat

disebagian tempat daerah Jambi juga dikenal dengan istilah cuci kampung. Denda

adat yaitu membayarkan hutang adat berupa uang atau barang kepada pemangku

adat desa Koto Rayo karena telah melanggar adat yang berlaku. Sebagaimana

yang diungkapkan Bapak Khaidir bahwa:

“Denda adat ini adalah suatu sanksi hukuman bagi masyarakat yang

telah melanggar yang tidak patut menurut norma agama dan menurut

hukum adat seperti misalnya terjadi perzinahan. Sanksinya bisa berupa

Page 60: DENDA ADAT BAGI PELAKU ZINA DITINJAU DARI HUKUM ISLAM ...

uang dan barang, seperti membeli binatang ternak seperti ayam, kambing

dan kerbau untuk nantinya disembelih dan dimakan bersama-sama”.55

Selanjutnya yang dijelaskan Bapak Samsudin

“Hukum adat atau denda adat ini sudah sejak zaman nenek moyang

dahulu diberlakukan dan tidak dapat dirubah atau dikurangi bentuk

hukumannya. Dengan adanya pemberian hukuman ini di harapkan yang

melanggar bisa berubah dan bertaubat kepada Allah. Serta untuk

menghindari celakanya kampung akibat perbuatan-perbuatan tercela

tersebut”.56

Dari kedua penjelasan di atas terlihat bahwa bentuk hukuman atau sanksi

yang diberikan kepada pelaku yang berbuat zina adalah dengan diberikannya

sanksi berupa denda adat dan merupakan hukuman yang telah lama dilaksanakan

oleh masyarakat Desa Koto Rayo. Meski mayoritas penduduknya beragama

Islam, hukuman Islam tidak berlaku bagi pelaku zina, karena dalam Islam

hukuman bagi pelaku zina adalah dengan cara dicambuk dan di rajam. Hukuman

bagi pelanggar yang paling berat adalah sanksi moral dari masyarakat. Sanksi

moral ini berupa diasingkan dari masyarakat (mukanando). Ketiga macam

kepercayaan ini dalam hukum adat Jambi pada gilirannya ada yang dikokohkan

ketentuan Ikat Buat Janji Semayo. Sanksi pelanggaran merusak kepercayaan,

lebih jauh secara moral dikutuk masyarakat. Kebawah tidak berakar, keatas tidak

berpucuk, di tengah-tengah digirik kumbang. Malahan bagi masyarakat adat

dikenal kutuk besi kawi yaitu kutukan dari Tuhan:

Jatuh ke gunung, gunung pecah

Jatuh ke laut, laut kering

Jatuh ke sawah, padi hampa

55 Wawancara Dengan Khaidir, Ketua Adat Desa Koto Rayo. Kec. Tabir-Merangin, 12

April 2018. 56 Wawancara Dengan Samsudin, Tokoh Adat Desa Koto Rayo. Kec. Tabir-Merangin, 12

April 2018.

Page 61: DENDA ADAT BAGI PELAKU ZINA DITINJAU DARI HUKUM ISLAM ...

Jatuh ke badan, badan binasa

Dalam hukum adat orang yang bersengketa atau orang yang bersalah

selalu diupayakan: “Keruh dijernihkan, bengkok diluruskan. Maksudnya

dikembalikan kepada keadaan semula: jernih, lurus atau dikatakan: “Semak

dihulu dikehulukan, semak dihilir dikehilirkan, semak ditengah dikampungkan”.

Dari pepatah di atas jelas semua sanksi hukum adat kembali kepada rasa

keadilan dan kepatutan menurut pandangan warga masyarakat adat setempat.

1. Pembagian Denda Adat

Hukum adat di desa Koto Rayo menjadi pegangan bagi masyarakatnya,

selain menciptakan masyarakat yang sejahtera juga akan dipatuhi oleh masyarakat

dan akan dikenakan sanksi bagi yang melanggarnya. Adapun bentuk atau

pembagian denda adat di desa Koto Rayo diatur dalam aturan atau sebuah

Undang-undang yang dikenal dengan istilah Undang-Undang Nan delapan.

Undang Nan Delapan, merupakan perbuatan kejahatan, dengan kata lain tindak

kejahatan itu adalah tindak pidana. Berikut adalah undang-undang nan delapan

tersebut:

a. Dago-Dagi

Dago ialah menentang ketentuan adat yang biasa, atau merencanakan maksud

jahat, untuk membinasakan atau memfitnah, serta mencemarkan nama baik

seorang pimpinan adat. Dagi ialah membuat kejahatan sampai hiruk pikuk di

dalam negeri, serta menentang pemimpin dan pemerintah, sehingga terjadi

kekacauan. Dago-Dagi adalah segala bentuk perbuatan yang melanggar

kepentingan bersama/umum sehingga menimbulkan kekacauan dalam negeri.

Page 62: DENDA ADAT BAGI PELAKU ZINA DITINJAU DARI HUKUM ISLAM ...

b. Sumbang-Salah

Sumbang ialah suatu perbuatan atau fiil yang jelek, janggal, tidak pantas

dipandang masyarakat, tidak layak dilihat umum. Dalam seluko adat disebut:

Sumbang kato, sumbang mato. sumbang perjalanan, sumbang perbuatan,

sumbang tegak, sumbang duduk. Salah ialah orang yang melakukan salah satu

dari induk kesalahan di dalam adat, serta suatu perbuatan menurut bukti-bukti

terang dan nyata, dalam seluko adat disebutkan: Salah di rajo mati. Salah

laki-laki dengan istri orang mati jugo hukumnyo. Salah bujang dengan gadis.

Kok kaki salah langkah. Kok tangan salah jangkau. Telunjuk terdorong,

salah hutang tadahnyo.

c. Samun-Sakai

Samun ialah perampokan barang yang disertai dengan penganiayaan,

mengambil barang-barang orang lain dengan paksa. Dalam seluko adat

disebutkan: Samun si gajah duman, penyamun nan mengadang dirimbo

lengang. Sakai ialah mengambil harta orang lain dengan pembongkaran, yaitu

di larut malam, di tengah malam. Dalam seluko adat dinyatokan: Jenjang

tertegak dibelakang rumah. Terbebak dinding, terateh lantai, tegulung atap.

Terpekik, terpingkau orang banyak, ia terkurung dikandang salah.

d. Upeh-Racun

Upeh ialah menganiaya orang lain dengan memberi makanan atau minuman,

yang diberi racun yang berbisa/beracun, sehingga orang tersebut sakit lama

dan merana. Racun ialah menganiaya orang lain dengan memberi makanan

atau minuman, yang sudah diberi ramuan yang berbisa/beracun, sehingga

Page 63: DENDA ADAT BAGI PELAKU ZINA DITINJAU DARI HUKUM ISLAM ...

menyebabkan orang itu sampai mati. Dalam seluko adat dikatakan: “Upeh

nan besayak, Racun nan batabung”.

e. Siur-Bakar

Siur yaitu sengaja menyiar, atau membakar lalang, kebun atau rumah, tetapi

tidak sampai menghabiskan. Bakar yaitu dengan sengaja membakar rumah,

kebun, ladang serta tanaman sampai habis.

f. Tikam-Bunuh

Tikam ialah perbuatan menikam seseorang, dengan sengaja atau tidak dengan

sengaja, sehingga luka. Dengan seluko adat ditetapkan: “Kok darah lah

terpecik kebumi. Kok daging lah tekuak”. Bunuh ialah perbuatan yang

menyebabkan matinya orang lain yang dilakukan dengan benda tajam,

ataupun tidak. Dalam seluko adat ditetapkan: “Kok bangkai la teguling. Kok

mati la tebuju”.

g. Melasit-Menangkaro

Melasit ialah menggugurkan anak dalam kandungan. Menangkaro yaitu

dengan sengaja membuat kegaduhan atau kekacauan dalam kampung yang

mengakibatkan orang lain sampai teraniaya.

h. Umbuk-Umbai

Umbuk ialah merayu, membujuk orang lain sehingga mengakibatkan orang

lain itu bisa terjebak/terjerumus kepada perbuatan jahat. Umbai ialah

mengulu-ulur waktu, sehingga orang lain menjadi teraniaya, serta

mendatangkan bahaya, yang dalam seluko adat disebut, “Umbuk-umbai budi

merangkak, tumbuk sampai dahi bengkak”.

Page 64: DENDA ADAT BAGI PELAKU ZINA DITINJAU DARI HUKUM ISLAM ...

Disamping bentuk delik yang disebutkan dalam Undang Nan Delapan di

atas, maka dalam hukum adat, mengenal pula perbuatan delik yang lain, yaitu apa

yang disebut kesalahan. Kesalahan dalam hukum adat ini, terbagi dua yaitu:

a. Kesalahan Besar

Ada empat perkara yang dinamakan induk kesalahan yakni:

1) Menikam Bumi. Yaitu, berbuat salah dengan ibunya yang haram nikah.

2) Mencarak telur. Yaitu, berbuat salah dengan anak perempuan sendiri.

3) Menyunting bungo setangkai. Yaitu, berbuat salah dengan ipar, bisan atau

adik/saudara sendiri.

4) Mandi dipancuran gading. Yaitu, seorang laki-laki yang berbuat salah

dengan istri orang lain yang bukan istrinya.

Orang-orang yang berbuat kesalahan seperti itu, seluko adat menyebutkan:

“Orang bungkuk nan timpang, orang timpah beralih muko”. Hukumnya secara

adat, orang ini dikenakan denda seekor kerbau, beras seratus gantang, kain putih

delapan kayu. Dilengkapi dengan selemak semanis, seasam segaram.

Seperti yang dijelaskan oleh Bapak Zubir:

“Denda yang akan diterima oleh pelaku ini adalah berupa kerbau seekor

selemak semanis seasam segaram beras 100 gantang, kain sekayu, kelapo

100 buah atau yang lebih dikenal dengan denda serbo seratus karena

semuanya serba seratus”.57

b. Kesalahan Kecil

Adapun yang termasuk kesalahan kecil, ada dua perkara yaitu:

57 Wawancara Dengan Zubir, Tokoh Adat Desa Koto Rayo. Kec. Tabir-Merangin, 13

April 2018.

Page 65: DENDA ADAT BAGI PELAKU ZINA DITINJAU DARI HUKUM ISLAM ...

1) Peselisihan antara satu sama lain, dalam satu puak. Yakni perselisihan

cekak berkelahi, tikam bunuh, lembam balu, luko luki, terkecuali

pembunuhan dengan hukumnya:

a) Cekak kelahi adalah tingkah mulut antara seseorang dengan keluarganya atau

tetangganya atau perbuatan saling ejek mengejek, mengupat, dan mencaci

seseorang dengan perkataan yang meyebabkan sakit hati orang tersebut

sehingga terjadilah adu mulut. Namun akibat dari adu mulut ini tidak

menyebabkan sampai berkelahi hanya sebatas adu mulut saja. Seperti kata

seloko adat belum ado daging yang terkuak dan darah yang terpecik.

Berdasarkan seloko adat yang disebutkan maka denda adat yang dikenakan

adalah hukum 8 nan dibawah yaitu berupa seekor ayam serta selemak

semanih seasam segaram yang dalam adat di sebut nasi putih kuah kuning.

b) Lembam balu, dikenokan tepung tawa. Tapi apabila misalnya tertinju kanti

tetapi menyebabkan orang tersebut lebam atau balu tapi belum ado daging

yang terkuak dan belum ado darah yang terpecik maka denda adatnya seekor

ayam serta selemak semanih seasam segaram ditambah dengan pampeh,

maksudnya adalah tambahan yaitu sesuai dengan seloko adat kalu demam di

ureh kalu sakit di ubek, maksudnya membawa orang tersebut pergi berobat.

c) Luko tekuak, dikenokan kambing sikuk, beras dua puluh gantang, kain empat

kayu, lengkap dengan selemak semanis, seasam segaram. Luko luki luko

yang artinya terluka dan luki yang artinnya tergores adalah perbuatan

mencelakai orang lain dengan sengaja yang mengakibatkan orang tersebut

terluka oleh perbuatannya baik dengan senjata tajam maupun sejenisnya yang

Page 66: DENDA ADAT BAGI PELAKU ZINA DITINJAU DARI HUKUM ISLAM ...

mengakibatkan sudah ado daging yang terkuak dan sudah ado darah yang

terpecik termasuk juga luko tinggi yaitu luko yang dak tasaok dikain;tunjuk,

kening. Dalam pepatah adat disebutkan perbuatan tersebut dengan terkapak di

tengah laman mengurik ngentam tanah menyingsing lengan baju mencari

debalang idak bajudu maka dikenakan sanksi adat berupa hukum delapan nan

dibawah di kenakan kambing seekor selemak semanih seasam segaram. Beras

20 gantang, kain 2 kabung. kelapo 20 buah. Ditambah dengan pampehnya.

d) Luko garis, dikenokan ayam, beras segantang, yang dinamokan nasi putih

kuah kuning.

e) Mati bangun, adalah perbuatan dengan cara menganiaya seseorang yang

mengakibatkan orang lain cacat fisik atau kehilangan anggota tubuhnya

akibat perbuatan tersebut dikenokan kerbau sikuk, beras seratus gantang, kain

delapan kayu, dilengkapi dengan selemak semanis seasam segaram.

2) Kesalahan Bujang dengan Gadis

Tersalah bujang dengan gadis artinyo pegi beduo balik beduo. Salah bujang

dengan gadis artinyo begapai-gapai ditempat orang banyak. Kedapatan salah

bujang dengan gadis artinyo kok tegak nan menanti lengang, kok duduk nan

mencari kelam. Berbuat salah bujang dengan gadis artinyo kok ubi la berisi

kok tebu la beruweh. Kesalahan-kesalahan tersebut, terhutang menurut

hukum adat, besarnya tergantung dengan tingkat perbuatannya. Kesalahan ini

dinamakan, mengeruh tepian rajo.

Salah bujang gadis adalah perbuatan zina yang dilakukan oleh laki-laki yang

masih bujangan dan wanita yang masih gadis tanpa ada ikatan perkawinan

Page 67: DENDA ADAT BAGI PELAKU ZINA DITINJAU DARI HUKUM ISLAM ...

yang sah menurut agama dan Negara, salah bujang gadis seperti seloko adat

umpamo ubi la berisi umpamo tebu la berueh atau tertangkap terbukti sudah

terkejar terlelah terpekik terpingkau maka denda adat nya adalah pertama

apabila dak ado pintu nan basentung dak ado lantai yang patah dak ado

dinding yang cabik berarti mereka berdua sama-sama mbuh (suka) dalam

pantun adat dikatakan batang setawa batang ibul batupang keduo nyo surang

gawa surang cabul bahutang keduonyo maka mereka dinikahkan secara

agama Islam kemudian dikenakan sanksi adat berupa kambing seekor pada

nan yang laki-laki dan selemak semanih seasam segaram Beras 20 gantang,

kain 2 kabung. kelapo 20 buah pada yang perempuan. Tetapi apabila ada

pintu nan basentung tanggo nan patah kain yang cabik puti di mahligai rajo

di pendupo artinya laki-laki tersebut yang bersalah maka denda adat

semuanya dibebankan kepada laki-laki itu saja.58

2. Dasar Hukum Denda Adat

Dalam hal untuk mengkaji menimbang memutuskan suatu permasalahan

yang terjadi maka pemangku adat desa Koto Rayo memiliki beberapa undang-

undang yang menjadi pedoman dalam pengambilan keputusan yaitu:

a. Hukum Agamo / Syarak

b. Hukum lamo

c. Hukum basamo

d. Hukum adat yang di adatkan

58 Wawancara Dengan Zubir, Tokoh Adat Desa Koto Rayo. Kec. Tabir-Merangin, 13

April 2018.

Page 68: DENDA ADAT BAGI PELAKU ZINA DITINJAU DARI HUKUM ISLAM ...

3. Alat Bukti Hukum Denda Adat

Untuk membuktikan apakah orang itu berzina atau tidak maka hukum adat

desa Koto rayo memiliki beberapa alat untuk menjatuhkan sanksi adat terhadap

pelaku zina. Yaitu:

a. Bukti Salah

Bukti salah adalah beberapa bukti yang menyatakan atau menunjukkan

seseorang ini benar-benar telah melakukan kesalahan/bersalah. Berikut beberapa

hal yang menunjukkan kalau orang tersebut bersalah adalah Enam dulu tando

bukti (pembuktian) yaitu:

1) Takeja-talelah.

2) Terpekik-tepingkau

3) Tecencang-tetepau

4) Tetando-tebukti

5) Teikat-tekungkung

6) Tetangkap tangan-tepegang kaki

Dalam seluko adat disebut sebagai: “Terang besuluh Matohari.

Bergelanggang mato orang banyak”.

b. Bukti yang menunjukkan salah

Merupakan bukti yang dapat menyatakan dan menunjukkan bahwa

seseorang itu melakukan kesalahan. Enam kemudian tando untuk mendakwa

yaitu:

1) Bejalan bergegeh-gegeh

2) Bajejak-beunut

Page 69: DENDA ADAT BAGI PELAKU ZINA DITINJAU DARI HUKUM ISLAM ...

3) Tebayak-tetabu

4) Cenderung mato orang banyak

5) Bejalan bebasah-basah

6) Enggang lalu ranting patah

Dalam seluko adat disebut sebagai: “Lah tebayak ke bumi, tebindang

kelangit”.

4. Syarat Kena Sanksi Adat

a. Adanya pengaduan dari masyarakat ke pemangku adat

b. Saksi

c. Sumpah

d. Pengakuan

e. Dewasa

f. Hamil

5. Pelaksanaan hukuman denda Adat

Pelaksanaan denda adat dilakukan oleh pemangku adat melalui pengaduan

masyarakat yang melihat atau mengetahui peristiwa tersebut. Maka pemangku

adat mengambil kebijakan untuk melakukan musyawawarah bersama anak negeri

maksud nya bersama-sama dengan tokoh adat tokoh agama tokoh pemuda dan

warga untuk bermuswarah dan kemudian memutuskan perkara tersebut terutama

mengenai perbuatan undang nan delapan.

Sebagaimana yang dikatakan oleh ketua adat bapak Khaidir tentang orang

yang melakukan perbuatan zina, bahwa si DI diketahui telah hamil diluar nikah

dan diketahui umur kandungannya telah memasuki empat bulan, kemudian DI

Page 70: DENDA ADAT BAGI PELAKU ZINA DITINJAU DARI HUKUM ISLAM ...

mengakui bahwa anak dalam kandungannya merupakan hasil hubungan dengan si

AI. Selanjutnya si AR dan EA yang telah melakukan perbuatan zina diketahui

bahwa si EA telah hamil juga diluar nikah, mereka melakukannya atas dasar suka

sama suka karena telah lama berpacaran. Kemudian si FH diketahui juga telah

hamil padahal FH sudah punya suami namun ternyata anak dalam kandungannya

bukan hasil biologis dari suaminya tetapi dari FN yang tidak lain adalah saudara

dari suaminya sendiri. Dengan demikian para pemangku adat melakukan

musyawarah untuk menjatuhkan sanksi kepada yang melakukan perbuatan

tersebut. Maka kepada pelaku dijatuhilah hukuman berupa denda adat sesuai

dengan perbuatan tersebut. Bagi mereka yang diketahui telah hamil diluar nikah

dan berstatus bujang dan gadis mereka dinikahkan terlebih dahulu.

6. Cara dan tempat pelaksanaan denda adat

a. Cara pelaksanaan denda adat

Berdasarkan penulis paparkan diatas mengenai keputusan pemangku adat

dalam memutuskan atau mendapat kepastian tentang delik yang dilakukan oleh

pelanggar hukum adat disini penulis paparkan bagaimana tata cara pelaksanaan

denda adat didesa Koto Rayo sebagaimana telah kita ketahui bahwa setiap

pelaksanaan baik berupa sidang atau sejenisnya mesti ada tata cara bagaimana

melakukan pelaksanaan tersebut. Begitu pula halnya dengan denda adat yang

dilakukan oleh masyarakat didesa Koto Rayo. Adapun tata cara pelaksanaan

denda adat yang diterangkan bapak Khaidir:

1) Para pemangku adat, alim ulama, cerdik pandai, tuo-tuo tengganai desa Koto

Rayo berkumpul di suatu tempat seperti rumah Kepala Dusun atau Balai desa

Page 71: DENDA ADAT BAGI PELAKU ZINA DITINJAU DARI HUKUM ISLAM ...

untuk melakukan musyawarah atau yang lebih dikenal dengan sidang adat

untuk memproses atau mengadili seseorang yang telah melanggar hukum

adat.

2) Setelah semua orang berkumpul, terdakwa dipanggil untuk ditanyai tentang

perbuatannya yang melanggar hukum adat. Dalam sidang ini pun dihadirkan

saksi-saksi dan juga bukti-bukti yang telah disiapkan.

3) Setelah mendengar jawaban dari terdakwa, maka orang-orang yang hadir

dalam rapat melakukan musyawarah untuk memutuskan hukuman yang akan

dijatuhkan kepada pelanggar hukum adat. Setelah mengingat, menimbang

maka ketua rapat memutuskan hukumannya. Hukuman tersebut dinamakan

denda adat atau sanksi adat cuci kampung.

4) Waktu yang diberikan untuk membayar denda adat yang telah dijatuhkan

kepada terdakwa oleh pemangku adat secepat-cepatnya adalah 7 hari atau 14

hari atau 21 hari paling lama, terhitung sejak terdakwa dijatuhi sanksi oleh

pemangku adat.

5) Binatang yang disembelih nantinya karena Allah SWT. Bukan karena yang

lainnya

6) Binatang yang telah disembelih kemudian dimasak dengan bahan-bahan

masakan yang telah disiapkan sebelumnya.

7) Setelah Para pemangku adat tokoh agama, tokoh masyarakat berkumpul.

Masakan yang telah dimasak dihidangkan dalam acara yang dinamakan

makan bayar hutang dendat adat.

Page 72: DENDA ADAT BAGI PELAKU ZINA DITINJAU DARI HUKUM ISLAM ...

8) Sebelum santap bersama atau makan basamo bayi hutang dendo adat, Imam

Masjid atau tokoh agama membaca dan memimpin do’a bersama terlebih

dahulu. Doa tersebut adalah untuk memohon ampun kepada Allah agar

kampung tidak celaka oleh perbuatan zina yang dimurkai Allah SWT. Do’a

tersebut juga mengajak kepada seluruh masyarakat untuk taat kepada Allah

dan menjauhi segala larangannya seperti zina juga untuk agar tidak

melanngar hukum adat.

9) Setelah pembacaan do’a selesai, santap makanan.59

b. Tempat pelaksanaan denda adat

Adapun tempat pelaksanaan denda adat adalah seperti yang diungkapkan

oleh Bapak Zubir yang menjelaskan bahwa:

“Tempat pelaksanaan denda adat atau bayar hutang biasanya dilakukan

hampir sama tempatnya ketika sidang adat dilaksanakan, misalnya tempat

sidang adat itu dilaksanakan dirumah Kadus (Kepala Dusun) maka tempat

pelaksanaannya pun biasanya dirumah Kadus tersebut. Mengenai tempat

ini biasanya juga dibahas ketika sidang adat. ”.60

7. Tujuan denda adat

Setiap aturan hukum tentu memiliki sanksi yang tegas dan jelas apabila

aturan hukum tersebut dilanggar, begitupun hal nya dengan hukum adat desa

Koto Rayo yang memberlakukan denda adat sebagai Sanksi hukum bagi

perbuatan zina. Dengan adanya sanksi maka diharapkan terjadinya ketentraman

di tengah masyarakat adat dan ketertiban hukum adat itu sendiri. Adapun tujuan

59 Wawancara Dengan Khaidir, Ketua Adat Desa Koto Rayo. Kec. Tabir-Merangin, 12

April 2018. 60 Wawancara Dengan Zubir, Tokoh Adat Desa Koto Rayo. Kec. Tabir-Merangin, 13

April 2018.

Page 73: DENDA ADAT BAGI PELAKU ZINA DITINJAU DARI HUKUM ISLAM ...

dari denda adat ini seperti yang dijelasakan oleh Bapak Mas’ud tujuan nya

adalah:

“Tujuannya adalah untuk mendamaikan dan untuk menghilangkan

polemik dimasyarakat serta keluarga pelaku sehingga tidak terjadi

keributan. Dengan adanya denda adat ini diharapkan mampu mencegah

orang lain untuk tidak berbuat zina dan sebagai peringatan agar menjauhi

zina. Bagi para pelaku hukuman itu dimaksudkan agar dia bertaubat

kepada Allah SWT. Serta menjadi orang yang lebih baik lagi”.61

Juga keterangan yang disampaikan oleh Bapak Zubir sebagai berikut:

“Adanya sanksi berupa denda adat ini bisa membuat pelaku jera dan

dimaksudkan agar pelaku tidak mengulangi perbuatan tersebut

dikemudian hari dan mampu membawa perbaikan pelaku dikemudian

hari”.62

Dari dua penjelasan diatas dapat penulis tarik kesimpulan bahwa adanya

hukuman adat didesa Koto Rayo memiliki tujuan dan cita-cita yang hampir mirip

dengan hukum Islam yaitu berupa preventif (pencegahann), refresif (membuat

pelaku jera), kuratif (islah), edukatif (pendidikan).

8. Tanggapan Masyarakat Terhadap Denda Adat Bagi Pelaku Zina

Seperti yang telah penulis jelaskan denda adat di Desa Koto Rayo

memiliki urgensi yang penting dalam mengatur tata krama sopan santun

masyarakatnya dari pelanggaran norma agama, norma adat dan kesusilaan seperti

perbuatan zina. Sehingga dengan adanya denda adat ini pemangku adat serta

seluruh masyarakat Desa Koto Rayo turut serta untuk mematuhi peraturan ini dan

juga ikut menjadi pengawal apabila terjadi pelanggaran zina di tengah

61 Wawancara Dengan Mas’ud, Khatib Desa Koto Rayo. Kec. Tabir-Merangin, 14 April

2018. 62 Wawancara Dengan Zubir, Tokoh Adat Desa Koto Rayo. Kec. Tabir-Merangin, 13

April 2018.

Page 74: DENDA ADAT BAGI PELAKU ZINA DITINJAU DARI HUKUM ISLAM ...

masyarakat demi mencapai masyarakat yang taat hukum dan ketertiban

masyarakat.

Sebagaimana yang diungkapkan Bapak Sarjono:

“Sebagai masyarakat saya setuju sekali dengan denda adat ini, karena

akan menjadi pelajaran bagi masyarakat untuk tidak melanggar hukum

adat seperti zina. Apalagi pada zaman sekarang pergaulan muda-mudi

sudah terlewat batas. Saya juga berharap denda adat ini bisa di tambah

dengan beban membeli pasir atau batu kerikil untuk membangun jalan

misalnya”.63

Penulis juga mewancarai seorang tokoh pemuda Abang Sardi, ia

mengatakan:

“Saya pribadi setuju, apalagi kita sebagai pemuda masa-masa sekarang

ini bisa saja terjerumus, adanya denda seperti itu akan membuat kita takut

untuk melakukan hal tersebut. Karena pasti bukan bayar hutang saja yang

kita terima tetapi juga rasa malu terhadap diri sendiri dan keluarga jika

melakukan hal semacam itu”.64

Begitupun yang diungkapkan bapak Suyitno selaku Bilal Desa Koto Rayo:

“Tujuan diberikannnya denda adat inikan adalah untuk memberikan efek

jera terhadap pelaku dan agar tidak berbuat seperti itu lagi, sehingga

kampung menjadi bersih tentram dan nyaman dari hal amoral tersebut

dan tentunya ini bagus untuk diterapkan di desa kita”.65

Dari ketiga penjelasan narasumber di atas dapat penulis pahami bahwa

masyarakat Koto Rayo menerima adanya denda adat sebagai sanksi sosial

terhadap mereka yang melanggar hukum adat, sehingga masyarakat dapat hidup

tentram dan damai. Disini juga terlihat masyarakat patuh terhadap hukum adat

63 Wawancara Dengan Sarjono, Ketua Rt. 07 Desa Koto Rayo. Kec. Tabir-Merangin, 13

April 2018. 64 Wawancara Dengan Sardi, Tokoh Pemuda Desa Koto Rayo. Kec. Tabir-Merangin, 13

April 2018. 65 Wawancara Dengan Suyitno, Bilal Desa Koto Rayo. Kec. Tabir-Merangin, 13 April

2018.

Page 75: DENDA ADAT BAGI PELAKU ZINA DITINJAU DARI HUKUM ISLAM ...

yang berlaku dan menjadi pegangan untuk berprilaku dalam sehari hari serta

menjujung tinggi adat istiadat mereka.

B. Tinjauan Hukum Islam Terhadap Denda Adat Bagi Pelaku Zina

1. Denda Adat Dilihat dari Segi Sanksi Hukum Islam

Denda Adat jika dilihat dari segi sanksi hukum, berbeda dari sanksi hukum

Islam. Dalam agama Islam hukuman bagi pelaku zina sudah diterangkan Allah

SWT dalam al-Quran dan diperkuat oleh hadist Rasulullah SAW.

Firman Allah dalam al-Quran:

Artinya. “Perempuan yang berzina dan laki-laki yang berzina, Maka

deralah tiap-tiap seorang dari keduanya seratus kali dera, dan janganlah belas

kasihan kepada keduanya mencegah kamu untuk (menjalankan) agama Allah, jika

kamu beriman kepada Allah, dan hari akhirat, dan hendaklah (pelaksanaan)

hukuman mereka disaksikan oleh sekumpulan orang-orang yang beriman”. (Q.S.

Al-Nur (24): 2).66

Hadist Nabi:

عن عبا دة بن الصا مت قل قل رسو ل الله صلى الله عليه وسلم خذوا عني خذوا عني قد

جعل الله لهن سبيلا البكر بل البكر جلد ما ئة ونفي سنة والثيب بالثيب جلد ما ئة ورمي

بلحجا رة

66 An-Nur (24): 2.

Page 76: DENDA ADAT BAGI PELAKU ZINA DITINJAU DARI HUKUM ISLAM ...

Dari Ubadah Ibn Ash-Shamit ia berkata: Rasulullah SAW bersabda:

“Ambillah dari diriku, ambillah dari diriku, sesungguhnya Allah telah

memberikan jalan keluar (hukuman) bagi mereka (pezina). Jejaka dan gadis

hukumannya dera seratus kali dan pengasingan selama satu tahun, sedangkan

duda dan janda hukumannya dera seratus kali dan rajam”. (HR. Muslim dan Abu

Dawud).67

Dari ayat dan hadist di atas terlihat bahwa sanksi hukum terhadap pelaku

zina sudah Allah SWT tetapkan dalam kitab al-Quran dan hadist Rasulullah

SAW. Hukuman untuk pelaku zina ghairu muhsan (perjaka dan gadis) adalah

berupa dera atau cambuk seratus kali dan pengasingan selama satu tahun.

Sedangkan untuk zina muhsan (berstatus suami, istri, duda atau janda) berupa

dera seratus kali dan rajam.

Ayat atau nash al-Quran di atas merupakan nash yang qath’i dilalah-nya

artinya nash yang tegas dan jelas maknanya, tidak bisa di-takwil, tidak

mempunyai makna yang lain, dan tidak tergantung pada hal-hal lain di luar nash

itu sendiri dan dalam memahaminya tidak memerlukan ijtihad.68

Dengan demikian terlihat jelas perbedaan antara bentuk sanksi hukum adat

dan hukum Islam. Maka di sini perlu kiranya penulis menjelaskan bahwa hukum

Islam adalah syariat dari Allah SWT mengenai perbuatan yang boleh dan

dilarang serta memiliki sanksi hukum yang jelas dan tegas seperti perbuatan zina.

sedangkan denda adat adalah sanksi yang dijatuhkan oleh sekolompok

masyarakat lembaga adat kepada seseorang yang melanggar adat dengan cara

bermusyawarah.

67 Muslim, Sahih Muslim, Jilid II, hlm. 48. 68 Rachmat Syafe’i, Ilmu Ushul Fiqh, (Bandung: Pustaka Setia, 2010), hlm. 56.

Page 77: DENDA ADAT BAGI PELAKU ZINA DITINJAU DARI HUKUM ISLAM ...

Di sisi lain dalam hukum adat mengenal pula seloko yang berbunyi adat

bersendi syarak dan syarak bersendi Kitabullah. Yang berarti adat harus sesuai

dengan agama Islam yang berpedoman kepada al-Quran. Namun dalam

prakteknya seperti sanksi hukum bagi pelaku zina memliki perbedaan yang jauh

dan menyalahi ketetapan hukum dalam al-Quran yang sudah ditentukan Allah

SWT. Mengenai hal tersebut penulis melakukan wawancara dengan Imam Masjid

Desa Koto Rayo M. Jais, S. Pdi. Mengapa denda adat berlaku bagi pelaku zina

dan mengapa tidak menggunakan hukum Islam.

“Adat dengan syarak itu sebenarnya setali atau sejalin namun untuk

menemukan korelasi atau hubungan antara seloko adat yang mengatakan

adat bersendi syarak dan syarak bersendi Kitabullah dalam kasus zina ini

tidak sesuai. Karena hukuman untuk pelaku zina telah tertera dalam al-

Quran dan hadist. Kenapa di sini memakai hukum adat, karena syariat

Islam tidak berlaku di Indonesia dalam hal hukuman untuk zina. Maka

dari itu diterapkanlah denda adat bagi pelaku zina. Seandainya hukum

Islam yang berlaku terhadap pelaku zina, tentu perbuatan zina dapat

berkurang ataupun hilang.69

Dalam agama Islam juga dikenal dengan Kaidah العا دة محكمة (adat

kebiasaan dapat dijadikan hukum). Apakah denda adat desa Koto Rayo bisa

dijadikan hukum menurut kaidah ini kiranya penulis terlebih dahulu menjelaskan

apa itu adat dalam agama Islam.

Sebelum Nabi Muhammad SAW. diutus, adat kebiasaan sudah berlaku di

masyarakat baik di dunia Arab maupun di bagian lain termasuk di Indonesia.

Adat kebiasaan suatu masyarakat dibangun atas dasar nilai-nilai yang dianggap

oleh masyarakat tersebut. Nilai-nilai tersebut diketahui , dipahami, disikapi, dan

dilaksanakan atas dasar kesadaran masyarakat tersebut.

69 Wawancara Dengan M. Jais, Imam Masjid Desa Koto Rayo. Kec. Tabir-Merangin, 15

April 2018.

Page 78: DENDA ADAT BAGI PELAKU ZINA DITINJAU DARI HUKUM ISLAM ...

Ketika Islam datang membawa ajaran yang mengandung nilai-nilai

uluhiyah (ketuhanan) dan nilai-nilai insaniyah (kemanusian) bertemu dengan

nilai-nilai adat kebiasaan di masyarakat. Diantaranya ada yang sesuai dengan

nilai-nilai Islam meskipun aspek filosofisnya berbeda. Ada pula yang berbeda

bahkan bertentangan dengan nila-nilai yang ada dalam ajaran Islam. Di sinilah

kemudian ulama membagi adat kebiasaan yang ada di masyarakat menjadi al-

adah al-shahihah (adat yang sahih, benar, baik) dan ada pula adah al-fasidah

(adat yang mafsadah, salah, rusak).70

Para ulama mengartikan al-adah dalam pengertian yang sama, karena

substansinya sama, meskipun dengan ungkapan yang berbeda, misalnya dengan

al-urf didefenisikan dengan:“Urf adalah apa yang dikenal oleh manusia dan

mengulang-ulangnya dalam ucapannya dan perbuatannya sampai hal tersebut

menjadi biasa dan berlaku umum”.

Dari defenisi di atas, ada dua hal penting yaitu: pertama, di dalam al-adah

ada unsur berulang-ulang dilakukan dan dalam al-urf ada unsur (al-ma’ruf)

dikenal sebagai sesuatu yang baik. Kata-kata al-urf ada hubungannya dengan tata

nilai di masyarakat yang dianggap baik. Tidak hanya benar menurut keyakinan

masyarakat tetapi juga baik untuk dilakukan dan atau diucapkan. Hal ini erat

kaitannya dengan “al-amr bil al-ma’ruf wa al-nahy ‘an al-munkar” dalam al-

Quran.

70 A. Djazuli, Kaidah-Kaidah Fiqh, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, Cet II,

2007), hlm. 79.

Page 79: DENDA ADAT BAGI PELAKU ZINA DITINJAU DARI HUKUM ISLAM ...

Tampaknya lebih tepat apabila al-adah atau al-urf ini didefenisikan

dengan: Apa yang dianggap baik dan benar oleh manusia secara umun (al-adah

al-ammah) yang dilakukan berulang-ulang sehingga menjadi kebiasaan.71

Untuk dapat diterimanya urf atau adat sebagai landasan hukum dalam

Islam harus memiliki beberapa syarat. Abdul Karim Zaidan menyebutkan

beberapa persyaratan bagi urf yang bisa dijadikan landasan hukum yaitu:

a. Urf itu harus urf yang sahih dalam arti tidak bertentangan dengan ajaran al-

Quran dan Sunnah Rasulullah.

b. Urf itu harus bersifat umum, dalam arti minimal telah menjadi kebiasaan

mayoritas penduduk negeri itu.

c. Urf itu harus sudah ada ketika terjadinya suatu peristiwa yang akan

dilandaskan kepada urf itu.

d. Tidak ada ketegasan dari pihak-pihak terkait yang berlainan dengan kehendak

urf tersebut, sebab jika kedua belah pihak yang berakad telah sepakat untuk

tidak terikat dengan kebiasaan yang berlaku umum, maka yang dipegang

adalah ketegasan itu, bukan urf.72

Setelah membaca dan melihat penjelasan di atas mengenai apa itu adat

bersendi syarak dan syarak bersendi Kitabullah juga adat yang bisa dijadikan

sebagai landasan hukum dalam Islam penulis menyimpulkan bahwa dilihat dari

bentuk sanksi berupa denda adat terhadap pelaku zina di desa Koto Rayo

bertentangan dan menyalahi dalam agama Islam karena ketentuan sanksi bagi

pelaku zina sudah terdapat dalam al-Quran dan hadist. Adat atau urf baru bisa

71 Ibid, hlm. 80. 72 Satria Effendi, Ushul fiqh, (Jakarta: Kencana, 2008), hlm. 156-157.

Page 80: DENDA ADAT BAGI PELAKU ZINA DITINJAU DARI HUKUM ISLAM ...

dijadikan landasan apabila adat tersebut tidak bertentangan dengan al-Quran dan

Hadis Nabi dan syarat-syarat yang telah disebutkan di atas.

2. Denda Adat Dilihat dari Segi Tujuan Hukum

Denda Adat jika dilihat dari segi tujuannya hampir sama dengan Hukum

Islam yaitu untuk menciptakan masyarakat madani dengan cara memberikan

hukuman bagi pelaku zina dan menjadi pelajaran bagi masyarakat.

Penjelasan Khatib Desa Koto Rayo Bapak Mas’ud:

“Adapun pemberian hukuman berupa denda adat ini adalah untuk

mendamaikan antar kedua belah pihak keluarga, menghilangkan polemik

ditengah-tengah masyarakat serta untuk menutup malu dengan cara

menikahkah pelaku. Kemudian diharapkan dengan adanya hukuman ini

pelaku jera untuk mengulangi perbuatannya dan menjadi pelajaran bagi

masyarakat khususnya anak muda-mudi untuk menjauhi zina”.73

Dalam islam setiap sanksi yang dijatuhkan juga memliki tujuan. Dengan

adanya sanksi adalah untuk menciptakan masyarakat yang taat hukum sehingga

terciptalah ketentraman dalam bermasyarakat. Di antara tujuan diberlakukannya

sanksi dalam Islam adalah:

a. Preventif (pencegahan). Ditujukan bagi orang lain yang belum melakukan

jarimah.

b. Refresif (membuat pelaku jera). Dimaksudkan agar pelaku tidak mengulangi

perbuatan jarimah di kemudian hari.

c. Kuratif (islah). Harus mampu membawa perbaikan perilaku terpidana di

kemudian hari.

73 Wawancara Dengan Mas’ud, Khatib Desa Koto Rayo. Kec. Tabir-Merangin, 14 April

2018.

Page 81: DENDA ADAT BAGI PELAKU ZINA DITINJAU DARI HUKUM ISLAM ...

d. Edukatif (pendidikan). Diharapkan dapat mengubah pola hidupnya ke arah

yang lebih baik.74

Syariat Islam dalam menjatuhkan hukuma juga bertujuan membentuk

masyarakat yang baik yang diliputi oleh rasa saling menghormati dan mencintai

antara sesama anggotanya dengan mengetahui batas-batas hak dan kewajibannya.

Menyimak dari penjelasan tujuan hukum denda adat dan hukum Islam

maka dari pembahasan yang telah penulis jelaskan dan uraikan diatas dapat

ditarik kesimpulan denda adat tetap dipakai sebagai sanksi terhadap pelaku zina

karena dia bertujuan untuk memberikan efek jera serta sudah menjadi kebiasaan

masyarakat desa Koto Rayo, walaupun di dalam bentuk sanksinya berbeda dari

hukum Islam tetapi denda adat mampu mencegah untuk melakukan perbuatan

keji seperti zina. Kebiasaan inilah yang biasanya disebut dengan urf, sebab dalam

tujuannya denda adat tidak sampai menghalalkan yang haram dan tidak pula

sebaliknya. Seperti membolehkan perbuatan zina. Bahkan dalam tujuannya denda

adat memiliki peran untuk mencegah perbuatan tersebut. Disamping itu denda ini

diberlakukan karena hanya sebagai kebiasaan yang turun temurun dari nenek

moyang terdahulu, namun untuk para pelaku tidak menghilangkan dosa mereka

kepada Allah SWT. Denda ini hanya sebagai kebiasaan yang dianggap baik serta

sebagai permohonan maaf para pelaku terhadap masyarakat, akibat perbuatannya

membuat malu dusun dan masyarakat.

Penjelasan Bapak Samsudin.

“Perbuatan zina dikenakan denda adat tidak lain supaya pelaku bertaubat

kepada Allah SWT, walaupun sebenarnya untuk menebus dosa tersebut

74 Nurul Irfan dan Masyrofah, Fiqh jinayah, (Jakarta: Amzah. 2015), hlm. 142.

Page 82: DENDA ADAT BAGI PELAKU ZINA DITINJAU DARI HUKUM ISLAM ...

sudah Allah jelaskan dalam Al-Quran dan Hadis Nabi dengan cara di

cambuk dan rajam. denda ini sebagai permohonan maaf para pelaku

kepada masyarakat dusun yang tercemar akibat perbuatan mereka.

Bahkan untuk pelaku zina ghairu muhsan yang telah hamil mereka harus

mengucapkan dan mengulangi taubatnya saat mereka dinikahkan”.75

Penyebab tidak diberlakukan sanksi cambuk dan rajam bagi pelaku zina

juga karena KUHP yang merupakan hukum positif di Indonesia tidak tercantum

mengenai hukum bagi pelaku zina didalamnya. Karenanya apabila hukum cambuk

dan rajam dilaksanakan tentu akan bertentangan dengan hukum positif Negara

Indonesia.

Dalam KUHP Republik Indonesia, kategori zina muhsan dan ghairu

muhsan tidak dikenal. Dalam pasal 284, zina hanyalah zina yang pelakunya sudah

terikat dengan akad nikah, yaitu kasus perselingkuhan yang terjadi dalam rumah

tangga dan termasuk dalam delik aduan, sehingga di samping KUHP tidak

mengenal istilah zina ghairu muhsan, di dalamnya juga mengandung pengertian

bahwa selama para pelaku suami atau istri yang tetap merasa aman dengan delik

perzinaan yang dilakukan pasangannya, maka pelaku tidak dapat dituntut karena

tidak diadukan oleh pihak yang merasa dirugikan.76

Dengan demikian bisa penulis paparkan bentuk sanksi hukum denda adat

tidak bisa dikatakan sebabagai al-adah al-shahihah (adat yang sahih, benar, baik)

yang bisa dijadikan landasan hukum dalam agama Islam tetapi adalah adah al-

fasidah (adat yang mafsadah, salah, rusak) karena tidak sesuai dan bertentangan

dengan syara’.

75 Wawancara Dengan Samsudin, Tokoh Adat Desa Koto Rayo. Kec. Tabir-Merangin, 12

April 2018. 76 Nurul Irfan dan Masyrofah, Fiqh jinayah, (Jakarta: Amzah. 2015), hlm. 38-39.

Page 83: DENDA ADAT BAGI PELAKU ZINA DITINJAU DARI HUKUM ISLAM ...

Namun, dalam hal tujuan yang hendak dicapai. hukuman denda adat bagi

pelaku zina yang diterapkan di Desa Koto Rayo barulah bisa dikatakan sebagai

urf, karena urf ditujukan untuk memelihara kemaslahatan umat. Maka dalam

konteks inilah maksud dari seloko adat bersendi syara’ dan syara’ bersendi

Kitabullah sejalan dengan kaidah hukum yang mengatakan adat bisa dijadikan

sebagai landasan hukum.

Bentuk sanksi berupa denda adat yang diterapkan di Desa Koto Rayo

cukup efektif jika diukur dari hal mencegah terjadinya perbuatan zina di

masyarakat. Faktor terjadinya perzinahan di Desa Koto Rayo adalah akibat

pergaulan yang terlewat batas antara laki-laki dan perempuan yang didominasi

oleh Anak Bujang dan gadis.

Dengan demikian, hukuman itu dimaksudkan untuk memberikan rasa

derita yang harus dialami oleh pelaku sebagai imbangan atas perbuatannya dan

sebagai sarana untuk menyucikan dirinya. Dengan demikian akan terwujudlah

rasa keadilan yang dapat dirasakan oleh seluruh masyarakat.77

77 Ahmad Wardi Muslich, Pengantar Dan Asas Hukum Pidana Islam Fiqh Jinayah,

(Jakarta: Sinar Grafika, 2004), hal. 139.

Page 84: DENDA ADAT BAGI PELAKU ZINA DITINJAU DARI HUKUM ISLAM ...

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Dari uraian dan analisis yang telah penulis paparkan pada bab-bab

sebelumnya mengenai denda adat bagi pelaku zina di tinjau dari hukum Islam di

desa Koto Rayo maka penulis mengambil beberapa kesimpulan dari pembahasan

atau hasil dari penelitian tersebut yaitu sebagai berikut:

1. Penetapan denda adat yang dijatuhkan kepada pelaku zina adalah melalui

sidang adat, para pemangku adat menerima, memeriksa dan bermusyawarah

untuk memberikan sanksi kepada pelaku setelah diputuskan oleh pemangku

adat maka pelaku diberi sanksi dengan cara membayar denda adat/hutang

adat berupa seekor hewan halal untuk disembelih kemudian dimakan secara

bersama

2. Denda adat jika ditinjau menurut hukum Islam berdasarkan bentuk sanksi

hukum yang diberikan kepada pelaku zina di desa Koto Rayo bertentangan

dengan hukum Islam, karena didalam Islam hukuman bagi pelaku zina

terdapat dalam al-Quran dan hadist Rasulullah. Apabila zina tersebut

berstatus bujang gadis (ghairu muhsan) adalah dengan dicambuk/dera seratus

kali dan diasingkan sedangkan zina muhsan dera seratus kali dan dirajam.

Tetapi apabila dilihat dari segi tujuan hukumnya, denda adat di desa Koto

Rayo memiliki persamaan dengan hukum Islam karena dibina dengan urf.

Yang bertujuan untuk memberikan efek jera kepada pelaku dan demi untuk

kemaslahatan umat.

Page 85: DENDA ADAT BAGI PELAKU ZINA DITINJAU DARI HUKUM ISLAM ...

B. Saran

Adapun saran-saran yang menurut penulis penting untuk diperhatiakan

adalah:

1. Kepada Pemangku Adat dan masyarakat desa Koto Rayo untuk memberikan

sanksi yang berat bagi pelaku zina muhsan maupun ghairu muhsan agar

pelaku perzinahan merasa jera.

2. Dalam kehidupan bermasyarakat sehari-hari hendaknya kita sebagai seorang

muslim bertakwa kepada Allah SWT. Dalam artian mengerjakan –perintah-

Nya dan menjauhi larangan-Nya.

3. Perlunya pemahaman masyarakat terhadap denda adat menurut hukum Islam.

Dengan demikian diharapkan timbul semangat untuk belajar mengenai

hukum islam.

C. Kata Penutup

Ucapan syukur Alhamdulillah, segala puji hanya untuk Allah, Tuhan seru

sekalian alam, yang telah senantiasa melimpahkan nikmat, rahmat, dan karunia-

Nya kepada penulis dan kita semua, sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas

akhir karya ilmiah ini yang berbentuk skripsi sebagai salah satu persyaratan

untuk memperoleh gelar sarjana starata satu (S.I) pada prodi Hukum Keluarga

Islam, Fakultas Syariah, UIN STS Jambi. Shalawat serta salam semoga

dilimpahkan kepada Nabi Muhammad SAW. Beserta keluarga, sahabat, dan kita

para pengikut sunnahnya sampai akhir zaman.

Page 86: DENDA ADAT BAGI PELAKU ZINA DITINJAU DARI HUKUM ISLAM ...

Setelah sekian lama penulis berusaha menyelesaikan skripsi ini dengan

semaksimal mungkin mengeluarkan tenaga dan pikiran yang dikemukakan dalam

tugas akhir ini. Meskipun demikian penulis menyadari dalam penulisan karya

ilmiah ini masih banyak terdapat kekurangan dan jauh dari kesempurnaan, karena

penulis menyadari masih kurangnya pengetahuan mengenai masalah ini serta

keterbatasan kadar dan kemampuan dan kelemahan penulis.

Maka dari itu penulis memohon maaf yang sebesar-besarnya jika pada

penulisan, penjelasan, pemahaman, serta dalam analisis data yang diperoleh

penulis dan lain sebagainya terdapat kekeliruan dan kekhilafan yang tidak sesuai

dengan pembaca sekali lagi penulis mohon maaf. Untuk itu penulis

mengharapkan saran dan kritik yang kontruktif atau membangun dari semua

pihak, khususnya para pembaca demi untuk penyempurnaan skripsi ini dimasa

yang akan datang.

Akhir kata tidak lupa juga penulis mengucapkan ribuan terima kasih

kepada yang terhormat Bapak Drs. Baharuddin Ahmad, M. HI. selaku dosen

pembimbing satu, dan Ibu Dian Mustika, S. HI., MA. selaku dosen pembimbing

dua, yang tidak pernah lelah memotivasi, membantu, dan membimbing demi

penyelesaian skripsi ini dari awal hingga akhir, semoga Allah membalas kebaikan

dan menjadi amal jariyah untuk Bapak dan Ibu. Aamiin.

Semoga karya yang sederhana ini dapat memberikan mamfaat bagi penulis

khususnya, pembaca umunya dan menjadi bahan tambahan rujukan khazanah

keilmuan untuk penelitian dimasa yang akan datang. Kepada Allah saya mohon

ampun. Ihdinash-shiroothol-mustaqim. Aamiin.

Page 87: DENDA ADAT BAGI PELAKU ZINA DITINJAU DARI HUKUM ISLAM ...
Page 88: DENDA ADAT BAGI PELAKU ZINA DITINJAU DARI HUKUM ISLAM ...

DAFTAR PUSTAKA

A. Literatur

Al-Quran dan Terjemahannya, (Bandung: Pondok Yatim Al Hilal, 2010).

Abu Adillah Muhammad bin Ismail Al-Bukhari, (selanjutnya disebut Al-Bukhari),

Sahih Al-Bukhari, (Indonesia: Dahlan), Jilid IV.

A. Djazuli, Kaidah-Kaidah Fikih, Jakarta: Kencana, 2007.

Ahmad Hanafi, Asas-Asas Hukum Pidana Islam, Jakarta: PT Bulan Bintang,

1986.

Ahmad Wardi Muslich, Pengantar Dan Asas Hukum Pidana Islam Fiqh Jinayah,

Jakarta: Sinar Grafika, 2004.

Ahmad Wardi Muslich, Hukum Pidana Islam, Jakarta: Sinar Grafika Ofset, 2005.

Ala Al-Din Ali bin Balban Al-Farazi, Sahih Ibnu Hibban, Beirut: Dar Al-Kutub

Al-Ilmiyyah, 1989, cet. ke-1, jilid V.

Burhan Bungin, Penelitian Kualitatif, Jakarta: Prenada Media Group, 2007.

Djazuli, Kaidah-Kaidah Fiqh, Jakarta: Kencana Prenada Media Group, Cet II,

2007.

Hasbi Umar, Filsafat Hukum Islam Kontemporer, Medan: Perdana Publishing,

2016.

Husaini Usman Dan Purnamo Setiady Akbar. Metedologi Penelitian Sosial,

Jakarta: Bumi Aksara, 2008.

Ishaq, Metode Penelitian Hukum dan Penulisan Skripsi, Tesis, serta Disertasi,

Kerinci: STAIN Kerinci Press, Edisi Revisi, 2015.

Lembaga Adat Provinsi Jambi, Pokok-Pokok Adat Pucuk Jambi Sembilan Lurah,

Jambi: 2001.

Lexy J. Meleong, Metode Penelitian Kualitatif, Bandung: Remaja Roeda Karya,

2010.

Makhrus Munajat, Deskontruksi Hukum Pidana Islam, Jogjakarta: Logung

Pustaka, 2004.

Mardalis, Metode Penelitian, Jakarta: Bumi Aksara,1995.

Page 89: DENDA ADAT BAGI PELAKU ZINA DITINJAU DARI HUKUM ISLAM ...

Moehar Daniel, Metode Penelitian Sosial Ekonomi, Jakarta: Sinar Grafika Offset,

2005.

Nurul Irfan dan Masyrofah, Fiqh jinayah, Jakarta: Amzah. 2015.

P. Joko Subagyo, Metode Penelitian Dalam Teori Dan Praktek, Jakarta: Rineka

Cipta, 2004.

Rachmat Syafe’i, Ilmu Ushul Fiqh, (Bandung: Pustaka Setia, 2010),

Satria Effendi, Ushul Fiqh, Jakarta: Kencana, 2008.

Sugiyono, Metode Penelitian Kualitatif, Bandung: Alfabeta, 2016.

Syayid Syabiq, Fiqh Sunnah Jilid 9, Bandung: PT Alma’rif, 1984.

Tim Penulis, Pedoman Penulisan Skripsi, Edisi Revisi, Jambi: Syariah Press,

2014.

Topo Santoso, Membumikan Hukum Pidana Islam, Jakarta: Gema Insani Press,

2003.

Zainuddin Ali, Hukum Pidana Islam, Jakarta: Sinar Grafika, 2007.

Zainudin Ali, Hukum Islam, Jakarta: Sinar Grafika, 2006.

Zainudin Ali, Metode Penelitian Hukum, Jakarta: Sinar Grafika, 2014.

B. Karya Ilmiah, Skripsi, dan Jurnal

Ana Manis Thofani, “Zina dan Akibat Hukumannya Menurut Muhammad

Syahrur”, Skripsi, Fakultas Syariah UIN Sunan Kalijaga: 2004.

Asy’ari, “Cuci Kampung Bagi Pelaku Zina ditinjau dari Hukum Islam”, Skripsi,

Fakultas Syariah, IAIN Sulthan Thaha Saifuddin Jambi: 2014.

Bobi Handoko, “Penerapan Sanksi Pidana Adat dan Pidana KUHP Terhadap

Pelaku Tindak Pidana Zina”, Skripsi, Fakultas Hukum, Universitas

Andalas: 2011.

Muhammad Nupriadi, “Sanksi Bagi Pelaku Perzinahan Yang Telah Menikah

Menurut Hukum Islam Dan Hukum Adat”, Skripsi, Fakultas Syariah dan

Hukum, UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta: 2016.

Page 90: DENDA ADAT BAGI PELAKU ZINA DITINJAU DARI HUKUM ISLAM ...

DAFTAR PERTANYAAN

A. Pertanyaan kepada kepala desa beserta perangkat.

1. Bagaimana sejarah berdirinya desa Koto Rayo?

2. Bagaimana demografi dan georafis desa Koto Rayo?

B. Pertanyaan kepada tokoh adat, masyarakat dan agama.

1. Apa yang dimaksud dengan denda adat?

2. Bagaimana cara penetapan denda adat?

3. Mengapa denda adat yang berlaku bagi pelaku zina?

4. Apa tanggapan saudara sebagai masyarakat dan pemuda terhadap

denda adat?

5. Bagaimana tanggapan bapak sebagai Imam di desa Koto Rayo

terhadap sanksi denda adat bagi pelaku zina di desa Koto Rayo?

Page 91: DENDA ADAT BAGI PELAKU ZINA DITINJAU DARI HUKUM ISLAM ...

CURRICULUM VITAE

A. Identitas Diri

Nama : Al Mizon

Jenis Kelamin : Laki-Laki

Tempat/tgl lahir : Koto Rayo, 30-April-1996

NIM : SHK 141596

Alamat

1. Alamat Asal : Desa Koto Rayo, Tabir, Merangin.

2. Alamat Sekarang : Puri Arza 1 Mendalo Darat, Muaro Jambi.

No Telp/Hp :0823 7870 1070

Nama Ayah : Zubir

Nama Ibu : Siti Fatimah

B. Riwayat Pendidikan

1. Pendidikan Formal

a. SD/MI, Tahun Lulus : SDN 93 Koto Rayo, Tabir, 2008/2009

b. SMP/MTS, Tahun Lulus : MTSN 1 Tabir, Rantau Panjang, 2010/2011

c. SMA/MA, Tahun Lulus : SMAN 2 Merangin, 2013/2014

2. Pendidikan Non-Formal (Pelatihan, kursus, dll) (jika ada):

a. Latihan Kader 1 Himpunan Mahasiswa Islam Cabang Jambi

b. Workshop Menulisme Forum Lingkar Pena Wilayah Jambi

c. ..................................

C. Prestasi Akademik/Skill/Olahraga/Seni Budaya yang dimiliki:

a. Juara I Sepak Takraw DEMA-I IAIN Jambi CUP 2015

b. Juara III Futsal Fakultas Syariah UIN Jambi 2018

c. .................................