Demokrasi

37
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Demokrasi adalah bentuk atau mekanisme sistem pemerintahan suatu negara sebagai upaya mewujudkan kedaulatan rakyat (kekuasaan warga negara) atas negara untuk dijalankan oleh pemerintah negara tersebut.Salah satu pilar demokrasi adalah prinsip trias politica yang membagi ketiga kekuasaan politik negara (eksekutif, yudikatif dan legislatif) untuk diwujudkan dalam tiga jenis lembaga negara yang saling lepas (independen) dan berada dalam peringkat yang sejajar satu sama lain. Kesejajaran dan independensi ketiga jenis lembaga negara ini diperlukan agar ketiga lembaga negara ini bisa saling mengawasi dan saling mengontrol berdasarkan prinsip checks and balances. Berawal dari kemenangan Negara-negara Sekutu (Eropah Barat dan Amerika Serikat) terhadap Negara-negara Axis (Jerman, Italia & Jepang) pada Perang Dunia II (1945), dan disusul kemudian dengan keruntuhan Uni Soviet yang berlandasan paham Komunisme di akhir Abad XX , maka paham Demokrasi yang dianut oleh Negara-negara Eropah Barat dan Amerika Utara menjadi paham yang mendominasi tata kehidupan umat manusia di dunia dewasa ini.Suatu bangsa atau masyarakat di Abad XXI ini baru mendapat pengakuan sebagai warga dunia yang beradab 1

description

Makalah kewarganegaraan tentang Demokrasi di Indonesia

Transcript of Demokrasi

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Demokrasi adalah bentuk atau mekanisme sistem pemerintahan suatu negara sebagai

upaya mewujudkan kedaulatan rakyat (kekuasaan warga negara) atas negara untuk

dijalankan oleh pemerintah negara tersebut.Salah satu pilar demokrasi adalah prinsip trias

politica yang membagi ketiga kekuasaan politik negara (eksekutif, yudikatif dan

legislatif) untuk diwujudkan dalam tiga jenis lembaga negara yang saling lepas

(independen) dan berada dalam peringkat yang sejajar satu sama lain. Kesejajaran dan

independensi ketiga jenis lembaga negara ini diperlukan agar ketiga lembaga negara ini

bisa saling mengawasi dan saling mengontrol berdasarkan prinsip checks and balances.

Berawal dari kemenangan Negara-negara Sekutu (Eropah Barat dan Amerika Serikat)

terhadap Negara-negara Axis (Jerman, Italia & Jepang) pada Perang Dunia II (1945), dan

disusul kemudian dengan keruntuhan Uni Soviet yang berlandasan paham Komunisme di

akhir Abad XX , maka paham Demokrasi yang dianut oleh Negara-negara Eropah Barat

dan Amerika Utara menjadi paham yang mendominasi tata kehidupan umat manusia di

dunia dewasa ini.Suatu bangsa atau masyarakat di Abad XXI ini baru mendapat

pengakuan sebagai warga dunia yang beradab (civilized) bilamana menerima dan

menerapkan demokrasi sebagai landasan pengaturan tatanan kehidupan kenegaraannya.

Sementara bangsa atau masyarakat yang menolak demokrasi dinilai sebagai

bangsa/masyarakat yang belum beradab (uncivilized).

Indonesia adalah salah satu negara yang menjunjung tinggi demokrasi, untuk di Asia

Tenggara Indonesia adalah negara yang paling terbaik menjalankan demokrasinya,

mungkin kita bisa merasa bangga dengan keadaan itu.Didalam praktek kehidupan

kenegaraan sejak masa awal kemerdekaan hingga saat ini, ternyata paham demokrasi

perwakilan yang dijalankan di Indonesia terdiri dari beberapa model demokrasi

perwakilan yang saling berbeda satu dengan lainnya.

1

1.2  Rumusan Masalah

Dengan melihat latar belakang yang telah dikemukakan maka beberapa masalah yang

dapat penulis rumuskan dan akan dibahas dalam laporan ini adalah:

1. Apakah arti Demokrasi?

2. Apa perbedaan negara Demokrasi dengan negara Monarki?

3. Bagaimana Sejarah Demokrasi di Indonesia?

1.3 Tujuan Penulisan

1. Mengetahui pengertian demokrasi

2. Mengetahui perbedaan negara Demokrasi dengan negara Monarki

3. Mengerahui sejarah demokrasi Indonesia

2

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Demokrasi

Secara etimologis istilah demokrasi berasal dari bahasa Yunani “Demokratia” yang

terdiri dari dua kata, yaitu demos yang berarti rakyat, kratos/kratein yang berarti

kekuatan/ pemerintahan. Secara harfiah, demokrasi berarti kekuatan rakyat atau suatu

bentuk pemerintahan dengan rakyat sebagai pemegang kedaulatannya. Melalui konteks

budaya demokrasi, nilai-nilai dan norma-norma yang menjadi panutan dapat diterapkan

dalam praktik kehidupan demokratis yang tidak hanya dalam pengertian politik saja,

tetapi juga dalam berbagai bidang kehidupan. Mohammad Hatta sebagai Wakil Presiden

Republik Indonesia, menyebut demokrasi sebagai sebuah pergeseran dan penggantian

kedaulatan raja menjadi kedaulatan rakyat.

Sedangkan menurut beberapa para ahli, demokrasi berarti :

1. Menurut Hans Kelsen

Demokrasi adalah pemerintahan oleh rakyat dan untuk rakyat. Yang melaksanakan

kekuasaan negara ialah wakil-wakil rakyat yang terpilih. Dimana rakyat telah yakin,

bahwa segala kehendak dan kepentingannya akan diperhatikan didalam melaksanakan

kekuasaan negara.

2. Menurut John L. Esposito

Pada dasarnya kekuasaan adalah dari dan untuk rakyat. Oleh karenanya, semuanya

berhak untuk berpartisipasi, baik terlibat aktif maupun mengontrol kebijakan yang

dikeluarkan oleh pemerintah. Selain itu, tentu saja lembaga resmi pemerintah terdapat

pemisahan yang jelas antara unsur eksekutif, legislatif, maupun yudikatif.

3. Menurut Sidney Hook

Demokrasi adalah bentuk pemerintahan dimana keputusan-keputusan pemerintah yang

penting secara langsung atau tidak didasarkan pada kesepakatan mayoritas yang

diberikan secara bebas dari rakyat dewasa.

3

4. Menurut Kranenburg

Demokrasi terbentuk dari dua pokok kata yang berasal dari bahasa Yunani yaitu Demos

(rakyat) dan Kratein (memerintah) yang maknanya adalah “ cara memerintah oleh

rakyat”.

Berdasarkan beberapa pengertian demokrasi di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa

demokrasi adalah suatu bentuk pemerintahan dimana kekuasaan atau kedaulatan

adaditangan rakyat. Dengan kata lain, rakyat dapat dilibatkan dalam setiap aspek

kehidpan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.

2.2 Perbedaan Negara Demokrasi dengan Negara Monarki

Monarki berasal dari bahasa Yunani monos yang berarti satu dan archein yang berarti

pemerintah. Monarki merupakan jenis negara yang dipimpin oleh seorang penguasa

kerajaan. Sistem Monarki adalah bentuk Negara tertua di dunia. Pada banyak Negara

monarki raja hanyalah sekedar simbol kedaulatan Negara dan Perdana Menteri lebih

berkuasa daripada Raja.

Raja atau Ratu umumnya bertahta seumur hidup dan jika meninggal kekuasaannya akan

diberikan kepada anak keturunanya. Akan tetapi terdapat juga Raja sebagai Kepala

Negara memegang jabatan untuk jangka waktu tertentu, seperti di Malaysia Raja sebagai

Kepala Negara berkuasa. 

Sedangkan Demokrasi adalah bentuk atau mekanisme sistem pemerintahan suatu negara

sebagai upaya mewujudkan kedaulatan rakyat (kekuasaan warganegara) atas negara

untuk dijalankan oleh pemerintah negara tersebut. Salah satu pilar demokrasi adalah

prinsip trias politica yang membagi ketiga kekuasaan politik negara (eksekutif, yudikatif

dan legislatif) untuk diwujudkan dalam tiga jenis lembaga negara yang saling lepas

(independen) dan berada dalam peringkat yg sejajar satu sama lain. Kesejajaran dan

independensi ketiga jenis lembaga negara ini diperlukan agar ketiga lembaga negara ini

bisa saling mengawasi dan saling mengontrol berdasarkan prinsip checks and balances.

4

Meskipun teori monarki merupakan teori pemerintahan tertua yang pernah ada, monarki

juga mempunyai kelemahan. Dengan kedaulatan tertinggi yang berada di tangan raja,

maka raja dapat melakukan apapun yang ia kehendaki. Ia bebas memerintah rakyatnya

semaunya sendiri. Hal ini dapat menciptakan pemerintah yang tirani dan dalam

perkembangan selanjutnya akan menjadi diktator di negara yang ia perintah.

Sedangkan teori demokrasi yang diklaim sebagai teori yang paling sempurna, namun

teori ini juga mempunyai beberapa kelemahan, antara lain ; pertama, Para pemerintah

yang mengatasnamakan wakil rakyat akan terus berusaha mempertahankan

kedudukannya dengan berbagai macam dalih, seperti dalih konsensus nasional dan secara

bersamaan memojokkan kaum oposisi yang berusaha menjatuhkannya dengan dalih

disloyalitas pada Negara.

Kedua, Suara mayoritas, yang kerap kali menentukan keputusan akhir dalam sistem

demokrasi, seringkali menjurus kepada kesalahan-kesalahan yang fatal karena pemeritah

kerap “mendoktrin” rakyat dengan hal-hal yang berakibat buruk dalam berjalannya

sistem suatu negara.

Terlepas dari kelemahan dan kelebihan dari masing-masing teori, dalam konstitusi secara

jelas dan terang, sebenarnya membuka ruang kepada UU untuk memberikan

keistimewaan kepada daerah berdasarkan historisnya. Konstitusi menghendaki demokrasi

di daerah sekaligus juga mengakui kekhususan suatu daerah. Prinsip ini dapat disebut

sebagai lex specialis (khusus) di tingkat konstitusi yang tidak perlu dipersoalkan. Karena

itu, alasan pemerintah bersikukuh soal mekanisme pengangkatan kepala daerah menjadi

tidak terlalu kuat, apalagi membenturkan monarki dengan demokrasi.

2.3 Sejarah Demokrasi di Indonesia

A. Demokrasi Parlementer (1950 – 1959)

Dalam demokrasi ini pemerintah dibatsi oleh undang-undang dan pemilihan umum yang

bebas diselenggarakan dalam waktu yang tetap.

Pada masa antara tahun 1950-1959, Indonesia memberlakukan sistem demokrasi

parlementer. Sistem ini dikenal pula dengan sebutan demokrasi liberal. Konstitusi yang

5

digunakan pada masa demokrasi liberal adalah Undang-Undang Dasar Sementara

(UUDS)1950.Pada masa demokrasi liberal, terjadi beberapa kali pergantian kabinet.

Akibatnya, pembangunan tidak berjalan lancar. Setiap partai hanya memperhatikan

kepentingan partai atau golongannya. Masa demokrasi liberal ditandai dengan

berubahnya sistem kabinet ke sistem parlementer. Pada masa tersebut, presiden hanya

sebagai simbol. Presiden berperan sebagai kepala negara, bukan sebagai kepala

pemerintahan. Kepala pemerintahan dipegang oleh seorang perdana menteri.Terdapat

beberapa kelebihan yang dimiliki pada masa pelaksanaan demokrasi parlemen,yaitu:

1. Berkembangnya partai politik pada masa tersebut. Pada masa ini, terlaksana

pemilihan umum pertama di Indonesia untuk memilih anggota konstituante.

Pemilu tahun 1955 merupakan pemilu multipartai. Melalui pelaksanaan pemilu,

berarti negara telah menjamin hak politik warga negara.

2. Tingginya akuntabilitas politik.

3. Berfungsinya parlemen sebagai lembaga legislatif.

Adapun kegagalan pelaksanaan demokrasi liberal adalah:

1) Dominannya kepentingan partai politik dan golongan sehingga menyebabkan

konstituante digunakan sebagai ajang konflik kepentingan.

2) Kegagalan konstituante menetapkan dasar negara yang baru.

3) Masih rendahnya tingkat perekonomian masyarakat. Akibatnya, masyarakat tidak

tertarik untuk memahami proses politik.Kegagalan sistem parlementer dibuktikan

dengan kegagalan parlemen menyusun konstitusi negara. Sidang konstituante mampu

memenuhi harapan bangsa Indonesia. Hingga akhirnya, Presiden Sukarno

mengeluarkan Dekrit Presiden 5 Juli 1959 yang berisi:

a. menetapkan pembubarkan konstituante,

b. menetapkan UUD 1945 berlaku kembali dan tidak berlakunya UUDS 1950,

c. pembentukan MPRS dan DPAS.

6

B. Demokrasi Terpimpin (1959 – 1998)

Dalam demokrasi ini terdapat keyakinan para pemimpin bahwa semua tindakan mereka

dipercaya oleh rakyat, tetapi menolak persaingan dalam pemilihan umum untuk

menduduki kekuasan. Demokrasi berlangsung pada masa orde baru dan orde lama :

● Pelaksanaan pada masa Orde Lama (1959 – 1965)

Demokrasi Terpimpin berlaku di Indonesia antara tahun 1959-1966, yaitu dari

dikeluarkannya Dekrit Presiden 5 Juli 1959 hingga Jatuhnya kekuasaan Sukarno. Disebut

Demokrasi terpimpin karena demokrasi di Indonesia saat itu mengandalkan pada

kepemimpinan Presiden Sukarno. Terpimpin pada saat pemerintahan Sukarno adalah

kepemimpinan pada satu tangan saja yaitu presiden.

Tugas Demokrasi terpimpin :

Demokrasi Terpimpin harus mengembalikan keadaan politik negara yang tidak setabil

sebagai warisan masa Demokrasi Parlementer/Liberal menjadi lebih mantap/stabil.

Demokrasi Terpimpin merupakan reaksi terhadap Demokrasi Parlementer/Liberal. Hal

ini disebabkan karena : Pada masa Demokrasi parlementer, kekuasaan presiden hanya

terbatas sebagai kepala negara. Sedangkan kekuasaan Pemerintah dilaksanakan oleh

partai.

Dampaknya: Penataan kehidupan politik menyimpang dari tujuan awal, yaitu

demokratisasi (menciptakan stabilitas politik yang demokratis) menjadi sentralisasi

(pemusatan kekuasaan di tangan presiden).

Pelaksanaan masa Demokrasi Terpimpin :

Kebebasan partai dibatasi Presiden cenderung berkuasa mutlak sebagai kepala negara

sekaligus kepala pemerintahan. Pemerintah berusaha menata kehidupan politik sesuai

dengan UUD 1945. Dibentuk lembaga-lembaga negara antara lain MPRS,DPAS,

DPRGR dan Front Nasional.

Penyimpangan-penyimpangan pelaksanaan Demokrasi terpimpin dari UUD 1945 adalah

sebagai berikut:

7

1. Kedudukan Presiden

Berdasarkan UUD 1945, kedudukan Presiden berada di bawah MPR. Akan tetapi,

kenyataannya bertentangan dengan UUD 1945, sebab MPRS tunduk kepada

Presiden. Presiden menentukan apa yang harus diputuskan oleh MPRS. Hal

tersebut tampak dengan adanya tindakan presiden untuk mengangkat Ketua MPRS

dirangkap oleh Wakil Perdana Menteri III serta pengagkatan wakil ketua MPRS

yang dipilih dan dipimpin oleh partai-partai besar serta wakil ABRI yang masing-

masing berkedudukan sebagai menteri yang tidak memimpin departemen.

2. Pembentukan MPRS

Presiden juga membentuk MPRS berdasarkan Penetapan Presiden No. 2 Tahun

1959. Tindakan tersebut bertentangan dengan UUD 1945 karena Berdasarkan

UUD 1945 pengangkatan anggota MPRS sebagai lembaga tertinggi negara harus

melalui pemilihan umum sehingga partai-partai yang terpilih oleh rakyat memiliki

anggota-anggota yang duduk di MPR.

Anggota MPRS ditunjuk dan diangkat oleh Presiden dengan syarat :

Setuju kembali kepada UUD 1945, Setia kepada perjuangan Republik Indonesia,

dan Setuju pada manifesto Politik. Keanggotaan MPRS terdiri dari 61 orang

anggota DPR, 94 orang utusan daerah, dan 200 orang wakil golongan. Tugas

MPRS terbatas pada menetapkan Garis-Garis Besar Haluan Negara (GBHN).

3. Pembubaran DPR dan Pembentukan DPR-GR

Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) hasil pemilu tahun 1955 dibubarkan karena DPR

menolak RAPBN tahun 1960 yang diajukan pemerintah. Presiden selanjutnya

menyatakan pembubaran DPR dan sebagai gantinya presiden membentuk Dewan

Perwakilan Rakyat Gotong Royong (DPR-GR). Dimana semua anggotanya

ditunjuk oleh presiden. Peraturan DPRGR juga ditentukan oleh presiden. Sehingga

DPRGR harus mengikuti kehendak serta kebijakan pemerintah. Tindakan presiden

tersebut bertentangan dengan UUD 1945 sebab berdasarkan UUD 1945 presiden

tidak dapat membubarkan DPR.

Tugas DPR GR adalah sebagai berikut :

Melaksanakan manifesto politik

8

Mewujudkan amanat penderitaan rakyat

Melaksanakan Demokrasi Terpimpin

4. Pembentukan Dewan Pertimbangan Agung Sementara

Dewan Pertimbangan Agung Sementara (DPAS) dibentuk berdasarkan Penetapan

Presiden No.3 tahun 1959. Lembaga ini diketuai oleh Presiden sendiri.

Keanggotaan DPAS terdiri atas satu orang wakil ketua, 12 orang wakil partai

politik, 8 orang utusan daerah, dan 24 orang wakil golongan. Tugas DPAS adalah

memberi jawaban atas pertanyaan presiden dan mengajukan usul kepada

pemerintah.

Pelaksanaannya kedudukan DPAS juga berada dibawah pemerintah/presiden sebab

presiden adalah ketuanya. Hal ini disebabkan karena DPAS yang mengusulkan

dengan suara bulat agar pidato presiden pada hari kemerdekaan RI 17 AGUSTUS

1959 yang berjudul ”Penemuan Kembali Revolusi Kita” yang dikenal dengan

Manifesto Politik Republik Indonesia

(Manipol) ditetapkan sebagai GBHN berdasarkan Penpres No.1 tahun 1960.

Inti Manipol adalah USDEK (Undang-undang Dasar 1945, Sosialisme Indonesia,

Demokrasi Terpimpin, Ekonomi Terpimpin, dan Kepribadian Indonesia). Sehingga

lebih dikenal dengan MANIPOL USDEK.

5. Pembentukan Front Nasional

Front Nasional dibentuk berdasarkan Penetapan Presiden No.13 Tahun 1959. Front

Nasional merupakan sebuah organisasi massa yang memperjuangkan cita-cita

proklamasi dan cita-cita yang terkandung dalam UUD 1945. Tujuannya adalah

menyatukan segala bentuk potensi nasional menjadi kekuatan untuk menyukseskan

pembangunan. Front Nasional dipimpin oleh Presiden Sukarno sendiri. Tugas front

nasional adalah sebagai berikut.

Menyelesaikan Revolusi Nasional

Melaksanakan Pembangunan

Mengembalikan Irian Barat

6. Pembentukan Kabinet Kerja

9

Tanggal 9 Juli 1959, presiden membentuk kabinet Kerja. Sebagai wakil presiden

diangkatlah Ir. Juanda. Hingga tahun 1964 Kabinet Kerja mengalami tiga kali

perombakan (reshuffle). Program kabinet ini adalah sebagai berikut.

Mencukupi kebutuhan sandang pangan

Menciptakan keamanan negara

Mengembalikan Irian Barat.

7. Keterlibatan PKI dalam Ajaran Nasakom

Perbedaan ideologi dari partai-partai yang berkembang masa demokrasi

parlementer menimbulkan perbedaan pemahaman mengenai kehidupan berbangsa

dan bernegara yang berdampak pada terancamnya persatuan di Indonesia. Pada

masa demokrasi terpimpin pemerintah mengambil langkah untuk menyamakan

pemahaman mengenai kehidupan berbangsa dan bernegara dengan menyampaikan

ajaran NASAKOM (Nasionalis, Agama, dan Komunis). Tujuannya untuk

menggalang persatuan bangsa.

Bagi presiden NASAKOM merupakan cerminan paham berbagai golongan dalam

masyarakat. Presiden yakin bahwa dengan menerima dan melaksanakan Nasakom

maka persatuan Indonesia akan terwujud. Ajaran Nasakom mulai disebarkan pada

masyarakat. Dikeluarkan ajaran Nasakom sama saja dengan upaya untuk

memperkuat kedudukan Presiden sebab jika menolak Nasakom sama saja dengan

menolak presiden.

Kelompok yang kritis terhadap ajaran Nasakom adalah kalangan cendekiawan dan

ABRI. Upaya penyebarluasan ajaran Nasakom dimanfaatkan oleh PKI dengan

mengemukakan bahwa PKI merupakan barisan terdepan pembela NASAKOM.

Keterlibatan PKI tersebut menyebabkan ajaran Nasakom menyimpang dari ajaran

kehidupan berbangsa dan bernegara serta mengeser kedudukan Pancasila dan UUD

1945 menjadi komunis. Selain itu PKI mengambil alih kedudukan dan kekuasaan

pemerintahan yang sah. PKI berhasil meyakinkan presiden bahwa Presiden

Sukarno tanpa PKI akan menjadi lemah terhadap TNI.

8. Adanya ajaran RESOPIM

10

Tujuan adanya ajaran RESOPIM (Revolusi, Sosialisme Indonesia, dan Pimpinan

Nasional) adalah untuk memperkuat kedudukan Presiden Sukarno. Ajaran

Resopim diumumkan pada peringatan Proklamasi Kemerdekaan Republik

Indonesia ke-16.

Inti dari ajaran ini adalah bahwa seluruh unsur kehidupan berbangsa dan bernegara

harus dicapai melalui revolusi, dijiwai oleh sosialisme, dan dikendalikan oleh satu

pimpinan nasional yang disebut Panglima Besar Revolusi (PBR), yaitu Presiden

Sukarno.

Dampak dari sosialisasi Resopim ini maka kedudukan lembaga-lembaga tinggi dan

tertinggi negara ditetapkan dibawah presiden. Hal ini terlihat dengan adanya

pemberian pangkat menteri kepada pimpinan lembaga tersebut, padahal kedudukan

menteri seharusnya sebagai pembantu presiden.

9. Angkatan Bersenjata Republik Indonesia

TNI dan Polri disatukan menjadi Angkatan Bersenjata Republik Indonesia (ABRI)

yang terdiri atas 4 angkatan yaitu TNI Angkatan Darat, TNI Angkatan Laut, TNI

Angkatan Udara, dan Angkatan Kepolisian. Masing-masing angkatan dipimpin

oleh Menteri Panglima Angkatanyang kedudukannya langsung berada di bawah

presiden. ABRI menjadi salah satu golongan fungsional dan kekuatan sosial politik

Indonesia.

10.Pentaan Kehidupan Partai Politik

Pada masa demokrasi Parlementer, partai dapat melakukan kegiatan politik secara

leluasa. Sedangkan pada masa demokrasi terpimpin, kedudukan partai dibatasi

oleh penetapan presiden No. 7 tahun 1959. Partai yang tidak memenuhi syarat,

misalnya jumlah anggota yang terlalu sedikit akan dibubarkan sehingga dari 28

partai yang ada hanya tinggal 11 partai.

Tindakan pemerintah ini dikenal dengan penyederhanaan kepartaian.

Pembatasan gerak-gerik partai semakin memperkuat kedudukan pemerintah

terutama presiden. Kedudukan presiden yang kuat tersebut tampak dengan

tindakannya untuk membubarkan 2 partai politik yang pernah berjaya masa

demokrasi Parlementer yaitu Masyumi dan Partai Sosialis Indonesia (PSI). Alasan

11

pembubaran partai tersebuat adalah karena sejumlah anggota dari kedua partai

tersebut terlibat dalam pemberontakan PRRI dan Permesta. Kedua Partai tersebut

resmi dibubarkan pada tanggal 17 Agustus 1960.

11. Arah Politik Luar Negeri

Politik Mercusuar

Politik Mercusuar dijalankan oleh presiden sebab beliau menganggap bahwa

Indonesia merupakan mercusuar yang dapat menerangi jalan bagi Nefo di seluruh

dunia. Untuk mewujudkannya maka diselenggarakan proyek-proyek besar dan

spektakuler yang diharapkan dapat menempatkan Indonesia pada kedudukan yang

terkemuka di kalangan Nefo. Proyek-proyek tersebut membutuhkan biaya yang

sangat besar mencapai milyaran rupiah diantaranya diselenggarakannya GANEFO

(Games of the New Emerging Forces ) yang membutuhkan pembangunan

kompleks Olahraga Senayan serta biaya perjalanan bagi delegasi asing. Pada

tanggal 7 Januari 1965, Indonesia keluar dari keanggotaan PBB sebab Malaysia

diangkat menjadi anggota tidak tetap Dewan Keamanan PBB. Besarnya kekuasaan

Presiden dalam Pelaksanaan demokrasi terpimpin tampak dengan:

a. Pengangkatan Ketua MPRS dirangkap oleh Wakil Perdana Menteri III serta

pengagkatan wakil ketua MPRS yang dipilih dan dipimpin oleh partai-

partai besar serta wakil ABRI yang masing-masing berkedudukan sebagai

menteri yang tidak memimpin departemen.

b. Pidato presiden yang berjudul ”Penemuan Kembali Revolusi Kita” pada

tanggal 17 Agustus 1959 yang dikenal dengan Manifesto Politik Republik

Indonesia (Manipol) ditetapkan sebagai GBHN atas usul DPA yang

bersidang tanggal 23-25 September 1959.

c. Inti Manipol adalah USDEK (Undang-undang Dasar 1945, Sosialisme

Indonesia, Demokrasi Terpimpin, Ekonomi Terpimpin, dan Kepribadian

Indonesia). Sehingga lebih dikenal dengan MANIPOL USDEK.

d. Pengangkatan Ir. Soekarno sebagai Pemimpin Besar Revolusi yang berarti

sebagai presiden seumur hidup.

12

e. Pidato presiden yang berjudul ”Berdiri di atas Kaki Sendiri” sebagai

pedoman revolusi dan politik luar negeri.

f. Presiden berusaha menciptakan kondisi persaingan di antara angkatan,

persaingan di antara TNI dengan Parpol.

g. Presiden mengambil alih pemimpin tertinggi Angkatan Bersenjata dengan

di bentuk Komandan Operasi Tertinggi (KOTI).

Penyimpangan masa demokrasi terpimpin antara lain:

1. Mengaburnya sistem kepartaian, pemimpin partai banyak yang dipenjarakan

2. Peranan Parlemen lembah bahkan akhirnya dibubarkan oleh presiden dan presiden

membentuk DPRGR

3. Jaminan HAM lemah

4. Terjadi sentralisasi kekuasaan

5. Terbatasnya peranan pers

6. Kebijakan politik luar negeri sudah memihak ke RRC (Blok Timur)

Akhirnya terjadi peristiwa pemberontakan G 30 September 1965 oleh PKI.

b. Pelaksanaan demokrasi pada masa orde baru (1966 – 1998)

Berakhirnya pelaksanaan demokrasi terpimpin terjadi bersamaan dengan

berakhirnyaOrde Lama. Orde berganti dengan Orde Baru. Masa pemerintahan baru ini

berlangsung di bawah kepemimpinan Presiden Suharto.Segala macam penyimpangan

yang terjadi di masa Orde Lama dibenahi oleh Orde Baru. Orde Baru bertekad akan

melaksanakan Pancasila dan UUD 1945 secara murni dan konsekuen.

Masa sejak tahun 1969 menjadi awal bagi bangsa Indonesia untuk hidup dengan

harapan. Pemerintah Orde Baru mulai melaksanakan pembangunan secara bertahap.

Tahapan pembangunan yang dikenal dengan sebutan Pelita (pembangunan lima tahun)

dilaksanakan menyeluruh di wilayah Indonesia. Pelaksanaan pembangunan meliputi

ideologi, politik, ekonomi, sosial budaya, serta pertahanan dan keamanan.

13

Sebagai bentuk pelaksanaan demokrasi, pemerintah melaksanakan pemilihan umum

setiap 5 tahun sekali. Pemilihan umum dilaksanakan untuk memilih anggota

DPR/MPR. Pemerintah Orde Baru berhasil menyelenggarakan pemilihan umum tahun

1971, 1977, 1982, 1987, 1992, dan 1997. Pelaksanaan demokrasi pada masa Orde

Baru juga terjadi berbagai penyimpangan, antara lain:

a.Terjadi sentralistik kekuasaan yang menjurus pada otoriter.

b.Sentralisasi kekuasaan mengakibatkan pelaksanaan pembangunan tidak merata.

c.Merebaknya praktik-praktik KKN (korupsi, kolusi, dan nepotisme) dalam

pemerintahan.

d.Terjadi monopoli di bidang perekonomian oleh kelompok tertentu yang dekat

dengankekuasaan.

e.Tidak adanya pembatasan jabatan presiden.

C. Demokrasi Pancasila (1998 – sekarang)

Berakhirnya masa orde baru ditandai dengan penyerahan kekuasaan dari Presiden

Soeharto ke Wakil Presiden BJ Habibie pada tanggal 21 Mei 1998.

Masa reformasi berusaha membangun kembali kehidupan yang demokratis antara lain:

a. Keluarnya Ketetapan MPR RI No. X/MPR/1998 tentang pokok-pokok reformasi.

b. Ketetapan No. VII/MPR/1998 tentang pencabutan tap MPR tentang Referandum.

c. Tap MPR RI No. XI/MPR/1998 tentang penyelenggaraan negara yang bebas dari

KKN.

d. Tap MPR RI No. XIII/MPR/1998 tentang pembatasan masa jabatan Presiden dan

Wakil Presiden RI.

e. Amandemen UUD 1945 sudah sampai amandemen I, II, III, IV.

f. Pada Masa Reformasi berhasil menyelenggarakan pemiluhan umum sudah dua

kali yaitu tahun 1999 dan tahun 2004.

Demokrasi pancasila pada era reformasi adalah salah satu reaksi terhadap pemerintahan

orde baru yang dianggap telah menyimpang dari tujuan dan cita-cita demokrasi pancasila.

14

Era reformasi berlangsung dari 1998 sampai dengan saat ini atau sering disebut orde

transisi demokrasi pancasila.Sebagai warga negara kita pasti berharap bangsa Indonesia

bisa belajar dari pengalaman sejarah agar pelaksanaan demokrasi pancasila di era

reformasi ini lebih baik dari era sebelumnya.

Ada beberapa hal yang akan menjamin sukses atau tidaknya demokrasi pancasila di era

reformasi ini. Antara lain adalah sebagai berikut:

a.    Komposisi elite politik yang ada di mana tidak ada sistem monopartai dan tidak

adanya diktator komunitas. Semuanya memiliki porsi yang sama untuk

mewakili rakyat semata.

b.    Desain institusi politik di mana institusi politik disusun sedemikian rupa sehingga

wakil-wakil rakyat yang dipilih benar-benar mewakili rakyat Indonesia bukan

mewakili partai, sehingga lebih mengutamakan kepentingan rakyat dalam setiap

kebijakan yang dibuatnya. Institusi yang ada juga selalu mendukung perwujudan

masyarakat Indonesia yang sejahtera.

c.    Budaya politik yang selalu mendahulukan kepentingan masyarakat bukan partai.

Dengan begitu, maka demokrasi pancasila benar-benar mampu mewujudkan

masyarakat yang sejahtera dalah segala bidang.

d.    Peranan masyarakat yang aktif dalam memberikan aspirasi dalam pemilihan wakil-

wakil rakyat serta melaksanakan hak dan kewajibannya secara selaras.

Adapun ciri-ciri khusus yang membedakan demokrasi pancasila di era orde baru dan era

reformasi ini adalah kandungan yang terdapat dalam demokrasi pancasila di era reformasi

itu sendiri, yaitu:

a.    Aspek formal, yakni menunjukkan segi proses dan cara rakyat berpartisipasi dalam

penyelenggaraan negara, yang kesemuanya sudah diatur oleh undang-undang maupun

peraturan-peraturan pelaksanaan yang lainnya.

b.    Aspek kaidah atau normatif, yang berarti bahwa Demokrasi Pancasila di era

reformasi mengandung seperangkat kaidah yang menjadi pembimbing

dan aturandalam bertingkah laku yang mengikat negara dan warga negara dalam

bertindak dan melaksanakan hak dan kewajiban serta wewenangnya.

15

c.    Aspek materil, yaitu adanya gambaran manusia yang menegaskan pengakuan atas

harkat dan martabat manusia sebagai makhluk Tuhan dan memanusiakan warga

negara dalam masyarakat negara kesatuan republik Indonesia dan masyarakat bangsa-

bangsa di dunia.

d.   Aspek organisasi yang menggambarkan adanya perwujudan demokrasi pancasila

dalam bentuk organisasi pemerintahan dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa,

dan bernegara.

e.    Aspek semangat atau kejiwaan di mana demokrasi pancasila memerlukan warga

negara Indonesia yang berkepribadian peka terhadap apa yang menjadi hak dan

kewajibannya, berbudi pekerti luhur, dan tekun serta memiliki jiwa pengabdian.

f.     Aspek tujuan, yaitu menunjukkan adanya keinginan atau tujuan untuk mewujudkan

masyarakat Indonesia yang sejahtera dalam negara hukum, negara kesejahteraan,

negara bangsa, dan negara yang memiliki kebudayaan.

16

BAB III

PEMBAHASAN

3.1 Makna Demokrasi Pancasila di Indonesia

Kata Demokrasi dilihat dari sudut bahasa atau etimologis, berasal dari bahasa Yunani, yaitu

demos yang berarti rakyat dan cratos atau cratein yang artinya pemerintahan atau kekuasaan.

Jadi secara bahasa demis-cratein atau demos-cratos berarti pemerintahan rakyat atau

kekuasaan rakyat.

Robert Dahl menyebutkan bahwa demokrasi adalah sikap pemerintah terhadap kehendak

rakyatnya. Dalam kancah kebangsaan dan bernegara, belakangan timbullah istilah

demokrasi ekonomi, demokrasi kebudayaan, dan demokrasi sebagai jati diri suatu bangsa.

Ada pula muncul istilah demokrasi Pancasila. Pancasila adalah dasar negara Repubik

Indonesia.

Bagaimana dengan praktik berdemokrasi di Indonesia? Salah satu sila dalam Pancasila

adalah Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam

permusyawaratan/perwakilan. Ada dua cara untuk membuat kebijaksanaan atau satu

keputusan. Yaitu dilakukan secara musyawarah untuk mencapai mufakat atau kata sepakat.

Kata sepakat tentu diambil dengan memperhatikan suara atau aspirasi mayoritas dan

minoritas.

Itu sebabnya, dalam demokrasi Pancasila tidak dikenal istilah diktator mayoritas dan tirani

minoritas. Ketika mayoritas berkuasa, kelompok minoritas akan mendapat pengayoman

hingga dapat hidup berdampingan. Hal itu sejalan dengan ajaran Rahmatan lil alamin yang

dibawa Nabi Muhammad.

Dulu, saat masih diajarkan mata pelajaran Pendidikan Moral Pancasila (PMP), para siswa di

sekolah maupun di kampus-kampus diajarkan pendidikan berperilaku atau berbudi pekerti.

Di situ terdapat ajaran untuk saling menghormati satu sama lain, menghormati perbedaan,

tapi perbedaan itu jangan diterapkan dengan cara memaksakan kehendak. Pelajaran lainnya

adalah sikap tenggang rasa.

17

Namun, kini, dalam praktiknya, sikap tenggang rasa itu sudah mulai luntur atau sirna di

kalbu masyarakat. Terbuktinya, masih banyak anak muda yang gagah perkasa enggan

memberikan tempat duduknya di kereta atau angkutanumum kepada para orang tua (lansia),

ibu hamil, dan yang membawa anak-anak.

Dalam alam demokrasi sekarang ini, setiap orang dilindungi hak pribadinya, termasuk untuk

menyamaikan gagasan, aspirasinya, serta berperan dalam setiap pengambilan keputusan. Di

balik hak itu, tentu ada kewajiban. Setiap individu juga dikenai kewajiban untuk

melaksanakan atau mengikuti kebijakan atau keputusan yang telah ditetapkan bersama.

Negara Indonesia menjamin hak setiap orang, warga negara, elite politik, tokoh masyarakat.

Namun, dalam hidup bermasyarakat dan bernegara, semuanya harus sejalan dengan

peraturan yang telah dibuat melalui proses pengambilan keputusan yang demokratis, baik

secara aklamasi atau musyawarah untuk mufakat maupun pemungutan suara. Jika tidak,

akan timbullah berbagai tindakan pemaksaan kehendak dan anarkis.

3.2. Perbedaan Demokrasi Pancasila dengan Demokrasi Federasi

1. Demokrasi Pancasila

a. Merupakan ciri khas Indonesia

b. Berfalsafah Pancasila

c. Menganut asas kekeluargaan dan gotong royong

d. HAM diimbangi dengan kewajiban manusia

e. Memberikan jaminan kebebasan bertanggung jawab

f. Tidak mengenal oposisi

g. Bentuk negara kesatuan

h. Presiden sebagai kepala negara dan kepala pemerintahan

i. Bebas mengungkapkan pendapat

j. Rakyat berhak mendapat perlindungan HAM

k. Bebas untuk beraspirasi

18

l. Bebas berdemonstrasi (demonstrasi yang sehat)

2. Demokrasi Barat

a. Merupakan ciri khas barat

b. Berfalsafah liberalis

c. Menganut Asas individualistis

d. Lebih menonjolkan HAM

e. Mengutamakan kebebasan semata

f. Mengenal Oposisi

g. Menganut konstitusi liberal atau konstitusional

h. Bentuk negara federasi

i. Mengutamakan kepentingan rakyat dan kesejahteraan rakyat

j. HAM dipegang teguh dan dijunjung tinggi oleh negara

k. Memiliki Sosialisme Demokrasi atau Demokrasi Sosial

l. Demokrasi menggunakan cara yang realistis dan efektif

m. Pemerintah memegang teguh janjinya terhadap rakyat.

Kekurangan :

A. Demokrasi Indonesia

1. Banyaknya perpecahan dan konflik yang terjadi karena masalah politik.

2. Terlalu banyak partai politik yang membuat persaingan menjadi tidak sehat.

3. Mudah terpengaruh dengan banyaknya pendapat yang provokatif , sehingga banyak tindakan anarkhi.

4. Tidak adanya respon cepat dari pemerintah untuk menanggulangi masalah-masalah yang terjadi pada rakyat karena terlalu banyak pendemo sehingga perhatian pemerintah terbagi.

5. Pemerintah Indonesia lebih banyak mementingkan kepentingan negara dibandingkan dengan rakyat kecil.

19

B. Demokrasi Barat

1. Terkadang keputusan pemerintah melanggar kemerdekaan negara dan hak-hak individu seperti tercantum dalam konstitusi negara tersebut.

2. Karena terdapat negara-negara bagian di negara barat maka terkadang terjadi masalah yang di karenakan undang-undang yang di buat oleh negara bagian bertentangan dengan pemerintah pusatnya atau pemerintah federal.

3. Terlalu Imperialis

3.3 Nilai-Nilai yang Terkandung Dalam Demokrasi Pancasila

Ada banyak sekali nilai-nilai yang terkandung dalam demokrasi pancasila. Diantaranya

adalah :

1. Adanya kebebasan yang harus disertai dengan rasa tanggung jawab.

2. Menjunjung harkat dan martabat kemanusiaan.

3. Menjamin dan memperkokoh persatuan dan kesatuan dalam hidup bersama

4. Mengakui atas perbedaan individu, ras, kelompok, suku dan agama

5. Mengakui adanya persamaan hak yang melekat pada setiap individu, kelompok, ras, suku

dan agama

6. Mengarahkan perbedaan dalam suatu kerja sama kemanusiaan yang beradab

7. Menjunjung tinggi asas musyawarah sebagai moral kemanusiaan yang beradab

8. Mewujudkan dan mendasarkan suatu keadilan dalam kehidupan sosial agar tercapainya tujuan bersama.

Kemudian, esensi/ nilai-nilai demokrasi juga terdapat dalam Sila keempat Pancasila,

Kedaulatan Rakyat yang dipimpin oleh hikmah kebijaksnaan berdasar Permusyawaratan/

Perwakilan.

Pancasila yang mempunyai hierarki dalam setiap sila-sila dalam pancasila yang mempunyai

wujud kepedulian terhadap bangsa Indonesia. Sila pertama yaitu “Ketuhanan Yang Maha

20

Esa”, yang mempunyai arti bahwa negara dan bangsa Indonesia mengakui adanya Tuhan

dan Mempercayai agama dan melaksanakan ajaran-ajaran agama yang dianut oleh bangsa

Indonesia. Sila yang kedua sampai sila kelima merupakan sebuah akisoma dari sisi

humanisme bangsa Indonesia itu sendiri. Dengan masyarakat Indonesia yang dikatakan

heterogen, yang mempunyai kebudayaan, bahasa, suku yang berbeda-beda, maka pancasila

inilah yang menjadi sebuah kekuatan untuk mempersatukan masyarakat yang heterogen ini

(bhineka tunggal ika). Pancasila tidak memandang stereotype suatu suku, suatu adat, atau

budaya. Integrasi masyarakat yang heterogen menjadi masyarakat yang homogen dapat

terwujud bila adanya rasanya persatuan dan kesatuan. Dinamika masyarakat yang heterogen

menjadikan kekuatan Indonesia dalam menjadikan sebuah yang dinamakan “bangsa”, tetapi

dapat menghancurkan Indonesia itu sendiri bila tidak ada rasa untuk bersatu.

Ketika para pendiri bangsa ini merumuskan UUD 1945, sudah tentu ingin memberikan

system ketatanegaraan yang terbaik bagi bangsa ini. Yang terbaik itu, adalah yang sesuai

dengan kondisi bangsa yang sangat plural, baik dari aspek etnis, agama ,dan sosial budaya.

Bahwa kedaulatan ditangan rakyat, mekanismenya berdasar Permusyawaratan/ Perwakilan.

Sudahkah esensi demokrasi seperti itu diterjemahkan dalam kehidupan demokrasi kita?

Sudahkah UU Pemilu kita benar-benar merujuk pada esensi demokrasi yang dicita-citakan

para pendiri bangsa ini? Sudahkah mekansime demokrasi yang kita tempuh dalam setiap

pengambilan keputusan merujuk ke esensi demokrasi yang kita cita-citakan?

Demokrasi merupakan nilai dari pancasila, dimana nilai tersebut memiliki makna dan

hubungan yang erat. Adapun nilai-nilai demokrasi yang terkandung dalam pancasila sila ke-

4 ( “Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmah kebijaksanaan dalam permusyawaratan

perwakilan” ) adalah sebagai berikut :

1. Setiap warga negara Indonesia memiliki kedudukan, hak dan kewajiban yang sama

2. Tidak Boleh memaksakan kehendak kepada orang lain

3. Mengutamakan musyawarah dalam mengambil keputusan untuk kepentingan bersama

21

4. Menghormati dan menjunjung tinggi setiap keputusan yang dicapai sebagai hasil

musyawarah,

5. Didalam musyawarah diutamakan kepentingan bersama diatas kepentingan pribadi atau

golongan, dan

6. Memberikan kepercayaan kepada wakil-Wakil yang dipercayai untuk melaksanakan

permusyawaratan.

Mengenai sila keempat daripada Pancasila, dasar filsafat negara Indonesia, yaitu kerakyatan

yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyarawatan/perwakilan dapat

diketahui dengan empat hal sebagai berikut :

1. Sila kerakyatan sebagai bawaan dari persatuan dan kesatuan semua sila, mewujudkan

penjelmaan dari tiga sila yang mendahuluinya dan merupakan dasar daripada sila yang

kelima.

2. Di dalam Pembukaan Undang-undang Dasar, sila kerakyatan ditentukan penggunaannya

yaitu dijelmakan sebagai dasar politik Negara, bahwa negara Indonesia adalah negara

berkedaulatan rakyat.

3. Pembukaan Undang-undang Dasar merupakan pokok kaidah Negara yang fundamentil

sehingga dengan jalan hukum selama-lamanya tidak dapat diubah lagi, maka dasar politik

Negara berkedaulatan rakyat merupakan dasar mutlak daripada Negara Indonesia.

4. Dasar berkedaulatan rakyat dikatakan bahwa,”Berdasarkan kerakyatan dan dalam

permusyarawatan/perwakilan, oleh karena itu sistem negara yang nanti akan terbentuk

dalam Undang-undang dasar harus berdasar juga, atas kedaulatan rakyat dan atas dasar

permusyarawatan/perwakilan”. Sehingga Negara Indonesia adalah mutlak suatu negara

demokrasi, jadi untuk selama-lamanya.

Sila ke-empat merupakan penjelmaan dalam dasar politik Negara, ialah Negara

berkedaulatan rakyat menjadi landasan mutlak daripada sifat demokrasi Negara Indonesia.

22

Disebabkan mempunyai dua dasar mutlak, maka sifat demokrasi Negara Indonesia adalah

mutlak pula, yaitu tidak dapat dirubah atau ditiadakan.

Berkat sifat persatuan dan kesatuan daripada Pancasila, sila ke-empat mengandung pula sila-

sila lainnya, sehingga kerakyatan dan sebagainya adalah kerakyatan yang berke-Tuhanan

Yang Maha Esa, Yang berkemanusiaan yang adil dan beradab, yang berpersatuan Indonesia

dan yang berkeadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.

23

BAB IV

KESIMPULAN

4.1 Kesimpulan

Demokrasi adalah bentuk atau mekanisme sistem pemerintahan suatu negara sebagai upaya

mewujudkan kedaulatan rakyat (kekuasaan warga negara) atas negara untuk dijalankan oleh

pemerintah negara tersebut. Salah satu pilar demokrasi adalah prinsip trias politica yang

membagi ketiga kekuasaan politik negara (eksekutif, yudikatif dan legislatif) untuk

diwujudkan dalam tiga jenis lembaga negara yang saling lepas (independen) dan berada

dalam peringkat yang sejajar satu sama lain. Demokrasi adalah sikap pemerintah terhadap

kehendak rakyatnya. Dalam kancah kebangsaan dan bernegara, belakangan timbullah istilah

demokrasi ekonomi, demokrasi kebudayaan, dan demokrasi sebagai jati diri suatu bangsa.

Ada pula muncul istilah demokrasi Pancasila. Pancasila adalah dasar negara Repubik

Indonesia. Banyak sekali nilai-nilai yang terkandung di dalam demokrasi pancasila. Seperti,

kita harus menjunjung tinggi HAM, menghargai pendapat orang lain, bermusyawarah dalam

pemecahan masalah dan lain-lain.

24

REFERENSI

http://kenshinlp.blogspot.com/2014/12/makalah-demokrasi-di-indonesia.html http://

www.slideshare.net/septianraha/makalah-demokrasi-di-indonesia?

from_action=save&from=fblanding

http://ofiqensem.blogspot.com/2013/03/demokrasi-pancasila-pada-era-reformasi.html

https://www.academia.edu/8898698/

Makalah_Pelaksanaan_Demokrasi_Di_Indonesia_Pada_Era_Reformasi

http://oshayefta.blogspot.com/2011/05/perbedaan-antara-demokrasi-di-indonesia.html

http://wartafeminis.com/tag/demokrasi-liberal-vs-demokrasi-pancasila/

http://www.academia.edu/6194403/MAKALAH_DEMOKRASI_PANCASILA

25