Demam Tifoid

6
   Aidha D’ Altruismus 1 DEMAM TIFOID Demam tifoid dan paratifoid merupakan penyakit infeksi akut usus halus. Sinonim dari demam tifoid dan paratifoid adalah typhoid dan paratyphoid fever, enteric fever, tifus, dan paratifus abdominalis. Demam paratifoid menunjukkan manifestasi yang sama dengan tifoid, namun biasanya lebih ringan. Etiologi demam tifoid adalah Salmonella typhi, sedangkan demam paratifoid disebabkan oleh organisme yang termasuk dalam spesies Salmonella enteritidis, yaitu Salmonella enteritidis bioserotipe paratyphi A, Salmonella enteritidis bioserotipe paratyphi B, Salmonella enteritidis bioserotipe paratyphi C. Kuman-kuman ini lebih dikenal dengan nama Salmonella paratyphi A, Salmonella schottmuelerri, dan Salmonella hirschfeldii. Salmonella typhi masuk ke tubuh manusia melalui makanan dan air yang tercemar. Sebagian kuman dimusnahkan oleh asam lambung dan sebagian lagi masuk ke usus halus dan mencapai jaringan limfoid plak Peyeri di ileum terminalis yang hipertrofi. Apabila terjadi komplikasi perdarahan dan perforasi intestinal, kuman menembus lamina propia, masuk aliran limfe mencapai kelenjar limfe mesenterial, dan masuk aliran darah melalui duktus torasikus. Salmonella typhi lain dapat mencapai hati melalui sirkulasi portal dari usus. Salmonella typhi bersarang di plak Peyeri, limpa, hati, dan gian-bagian lain sistem retikuloendotelial. Endotoksin Salmonella typhi berperan dalam proses inflamasi lokal pada jaringan tempat kuman tersebut berkembang biak. Salmonella typhi dan endotoksinnya merangsang sintesis dan pelepasan zat pirogen dan leukosit pada jaringan yang meradang, sehingga terjadi demam. Gejala-gejala yang timbul bervariasi. Dalam minggu pertama: keluhan dan gejala serupa dengan penyakit infeksi akut pada umumnya, yaitu demam, pusing, nyeri kepala, nyeri otot, anoreksia, mual, muntah, obstipasi atau diare, perasaan tidak enak diperut, batuk dan epistaksis. Pada pemeriksaan fisik hanya didapatkan peningkatan suhu tubuh. Dalam minggu kedua: gejala-gejala menjadi lebih jelas berupa demam, bradikardi relatif, lidah tifoid (putih di tengah, tepi dan ujung merah dan tremor), hepatomegali, splenomegali, meteorismus, gangguan kesadaran berupa somnolen sampai koma, sedangkan roseolae jarang ditemukan pada orang Indonesia.

Transcript of Demam Tifoid

Page 1: Demam Tifoid

5/17/2018 Demam Tifoid - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/demam-tifoid-55b0885025b36 1/5

 

 

 Aidha D’ Altruismus 1

DEMAM TIFOID

Demam tifoid dan paratifoid merupakan penyakit infeksi akut usus halus. Sinonim

dari demam tifoid dan paratifoid adalah typhoid dan paratyphoid fever, enteric fever,

tifus, dan paratifus abdominalis. Demam paratifoid menunjukkan manifestasi yangsama dengan tifoid, namun biasanya lebih ringan.

Etiologi demam tifoid adalah Salmonella typhi, sedangkan demam paratifoid

disebabkan oleh organisme yang termasuk dalam spesies Salmonella enteritidis, yaitu

Salmonella enteritidis bioserotipe paratyphi A, Salmonella enteritidis bioserotipe

paratyphi B, Salmonella enteritidis bioserotipe paratyphi C. Kuman-kuman ini lebih

dikenal dengan nama Salmonella paratyphi A, Salmonella schottmuelerri, dan

Salmonella hirschfeldii.

Salmonella typhi masuk ke tubuh manusia melalui makanan dan air yang

tercemar. Sebagian kuman dimusnahkan oleh asam lambung dan sebagian lagi masuk 

ke usus halus dan mencapai jaringan limfoid plak Peyeri di ileum terminalis yang

hipertrofi. Apabila terjadi komplikasi perdarahan dan perforasi intestinal, kuman

menembus lamina propia, masuk aliran limfe mencapai kelenjar limfe mesenterial, dan

masuk aliran darah melalui duktus torasikus. Salmonella typhi lain dapat mencapai hatimelalui sirkulasi portal dari usus. Salmonella typhi bersarang di plak Peyeri, limpa, hati,

dan gian-bagian lain sistem retikuloendotelial. Endotoksin Salmonella typhi berperan

dalam proses inflamasi lokal pada jaringan tempat kuman tersebut berkembang biak.

Salmonella typhi dan endotoksinnya merangsang sintesis dan pelepasan zat pirogen

dan leukosit pada jaringan yang meradang, sehingga terjadi demam.

Gejala-gejala yang timbul bervariasi. Dalam minggu pertama: keluhan dan gejala

serupa dengan penyakit infeksi akut pada umumnya, yaitu demam, pusing, nyeri kepala,

nyeri otot, anoreksia, mual, muntah, obstipasi atau diare, perasaan tidak enak diperut,

batuk dan epistaksis. Pada pemeriksaan fisik hanya didapatkan peningkatan suhu

tubuh.

Dalam minggu kedua: gejala-gejala menjadi lebih jelas berupa demam, bradikardi

relatif, lidah tifoid (putih di tengah, tepi dan ujung merah dan tremor), hepatomegali,

splenomegali, meteorismus, gangguan kesadaran berupa somnolen sampai koma,

sedangkan roseolae jarang ditemukan pada orang Indonesia.

Page 2: Demam Tifoid

5/17/2018 Demam Tifoid - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/demam-tifoid-55b0885025b36 2/5

 

 

 Aidha D’ Altruismus 2

Biakan darah positif memastikan demam tifoid, tetapi biakan darah negatif tidak 

menyingkirkan demam tifoid. Biakan tinja positif menyokong diagnosis klinis demam

tifoid. Peningkatan titer uji Widal empat kali lipat selama 2-3 minggu memastikandiagnosis demam tifoid. Reaksi Widal tunggal dengan titer antibodi O® 1:320 atau titer

antibodi H® 1:640 menyokong diagnosis demam tifoid pada pasien dengan gambaran

klinis yang khas. Pada beberapa pasien, uji Widal tetap negatif pada pemeriksaan ulang,

walaupun biakan darah positif.

Komplikasi demam tifoid dapat dibagi dalam :

1.  Komplikasi Intestinala.  Perdarahan usus

b.  Perforasi usus

c.  Ileus paralitik 

2.  Komplikasi Ekstraintestinal

a.  Komplikasi kardiovaskular : kegagalan sirkulasi perifer (renjatan, sepsis)

miokarditis, trombosis, dan tromboflebitis.

b.  Komplikasi darah : anemia hemolitik, trombositopenia dan/atau koagulasi

intravaskular diseminata, dan sindrom uremia hemolitik.

c. 

Komplikasi paru : pneumonia, empiema, dan pleuritis.d.  Komplikasi hepar dan kandung kemih : hepatitis dan kolelitiasis.

e.  Komplikasi ginjal : glomerulonefritis, pielonefritis, dan perinefritis.

f.  Komplikasi tulang : osteomielitis, periostitis, spondilitis, dan artritis.

g.  Komplikasi neuropsikiatrik : delirium, meningismus, meningitis, polineuritis

perifer, sindrom Guillain-Barre, psikosis, dan sindrom katatonia.

Pada anak-anak dengan demam paratifoid, komplikasi lebih jarang terjadi.

Komplikasi lebih sering terjadi pada keadaan toksemia berat dan kelemahan umum, bila

perawatan pasien kurang sempurna.

Sampai saat ini masih dianut trilogi penatalaksanaan demam tifoid, yaitu :

1.  Pemberian antibiotik ; untuk menghentikan dan memusnahkan penyebaran

kuman.

Antibiotik yang dapat digunakan :

a.  Kloramfenikol ; dosis hari pertama 4 x 250 mg, hari kedua 4 x 500 mg

diberikan selama demam, dilanjutkan sampai 2 hari bebas demam, kemudian

dosis diturunkan menjadi 4 x 250 mg selama 5 hari kemudian. Penelitianterakhir (Nelwan, dkk di RSUP Persahabatan), penggunaan kloramfenikol

Page 3: Demam Tifoid

5/17/2018 Demam Tifoid - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/demam-tifoid-55b0885025b36 3/5

 

 

 Aidha D’ Altruismus 3

masih memperlihatkan hasil penurunan suhu 4 hari, sama seperti obat-obat 

terbaru dari jenis kuinolon.

b.  Ampisilin/Amoksisilin ; dosis 50-150 mg/kg BB, diberikan selama 2 minggu.

c.  Kotrimoksazol ; 2 x 2 tablet (1 tablet mengandung 400 mg sulfametoksazol-

80 mg trimetoprim, diberikan selama 2 minggu pula.d.  Sefalosporin generasi II dan III. Di Subbagian Penyakit Tropik dan Infeksi

FKUI-RSCM, pemberian sefalosporin berhasil mengatasi demam tifoid

dengan baik. Demam pada umumnya mereda pada hari ke-3 atau menjelang

hari ke-4. Regimen yang dipakai adalah :

  Seftriakson 4 g/hari selama 3 hari.

  Norfloksasin 2 x 400 mg/hari selama 14 hari.

  Siprofloksasin 2 x 500 mg/hari selama 6 hari.

  Ofloksasin 600 mg/hari selama 7 hari.

  Pefloksasin 400 mg/hari selama 7 hari.  Fleroksasin 400 mg/hari selama 7 hari.

2.  Istirahat da perawatan profesional ; bertujuan mencegah komplikasi dan

mempercepat penyembuhan. Pasien harus tirah baring absolut minimal 7 hari

bebas demam atau kurang lebih 14 hari. Mobilisasi dilakukan bertahap, sesuai

dengan pulihnya kekuatan pasien. Dalam perawatan perlu sekali dijaga higien

perseorangan, kebersihan tempat tidur, pakaian, dan peralatan yang dipakai oleh

pasien. Pasien dengan kesadaran menurun, posisinya perlu diubah-ubah untuk 

mencegah dekubitus dan pneumonia hipostatik. Defekasi dan buang air kecil

perlu diperhatikan, karena kadang-kadang terjadi obstipasi dan retensi urin.3.  Diet dan terapi penunjang (simtomatis dan suportif)

Pertama pasien diberi diet bubur saring, kemudian bubur kasar, dan akhirnya

nasi sesuai tingkat kesembuhan pasien. Namun beberapa penelitian

menunjukkan bahwa pemberian makanan padat dini, yaitu nasi dengan lauk 

pauk rendah selulosa (pantang sayuran dengan serat kasar) dapat diberikan

dengan aman. Juga diperlukan pemberian vitamin dan mineral yang cukup

untuk mendukung keadaan umum pasien. Diharapkan dengan menjaga

keseimbangan dan homeostasis, sistem imun akan tetap berfungsi dengan

optimal.

Pada kasus perforasi intestinal dan renjatan septik diperlukan perawatan

intensif dengan nutrisi parenteral total. Spektrum antibiotik maupun kombinasi

beberapa obat yang bekerja secara sinergis dapat dipertimbangkan.

Kortikosteroid selalu perlu diberikan pada renjatan septik. Prognosis tidak 

begitu baik pada kedua keadaan di atas.

Tidak semua antibiotik dapat digunakan untuk pengobatan tifoid pada wanita

hamil. Kloramfenikol tidak boleh diberikan pada trimester ketiga kehamilan, karenadapat menyebabkan partus prematur, kematian fetus intrauterin, dan sindrom Gray

Page 4: Demam Tifoid

5/17/2018 Demam Tifoid - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/demam-tifoid-55b0885025b36 4/5

 

 

 Aidha D’ Altruismus 4

pada neonatus. Demikian pula dengan tiamfenikol yang mempunyai efek teratogenik 

terhadap fetus. Namun pada kehamilan lebih lanjut, tiamfenikol dapat diberikan. Selain

itu, kotrimoksazol dan fluorokuinolon juga tidak boleh diberikan.

Antibiotik yang aman bagi kehamilan adalah golongan penisilin (ampisilin,

amoksilin), dan sefalosporin generasi III, kecuali pasien yang hipersensitif terhadap

obat tersebut.

Prognosis demam tifoid tergantung dari umur, keadaan umum, derajat kekebalan

tubuh, jumlah dan virulensi Salmonella, serta cepat dan tepatnya pengobatan. Angka

kematian pada anak-anak 2,6 %, dan pada orang dewasa 7,4 %, rata-rata 5,7 %.

Page 5: Demam Tifoid

5/17/2018 Demam Tifoid - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/demam-tifoid-55b0885025b36 5/5

 

 

 Aidha D’ Altruismus 5

DAFTAR PUSTAKA

1.  Kapita Selekta Kedokteran, Jilid 1, edisi ke-3, Fakultas Kedokteran Universitas

Indonesia.

2.