demam berdarah

44
ILMU KESEHATAN 3 3 4 4 0 3 NO RM : FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA ANAMNESIS Nama : An. R Jenis Kelamin : Perempuan Umur : 14 tahun Ruang : Melati Kelas : I/4 Nama lengkap : An. A Jenis Kelamin : Perempuan Tempat dan tanggal lahir : Karanganyar, 11 / 08 / 2000 Umur : 14 tahun Nama Ayah : Alm Tn. W Umur : 37 tahun Pekerjaan ayah : - Pendidikan ayah : SMP Nama ibu : Ny. T Umur : 35 tahun Pekerjaan ibu : Pegawai Pabrik Pendidikan ibu : SMP Alamat : Sawahan 2/5 Jaten Karanganyar Masuk RS tanggal : 12 April 2015 Diagnosis masuk : Obs febris dd DHF Dokter yang merawat : dr.A.Septiarko Sp.A Ko Asisten : Sri Khodijah, S.Ked 1

description

DHF grade III

Transcript of demam berdarah

ANAMNESIS

Nama : An. RJenis Kelamin : PerempuanUmur : 14 tahunRuang : MelatiKelas : I/4

Nama lengkap : An. A Jenis Kelamin : PerempuanTempat dan tanggal lahir : Karanganyar, 11 / 08 / 2000 Umur : 14 tahunNama Ayah : Alm Tn. W Umur : 37 tahunPekerjaan ayah : - Pendidikan ayah : SMPNama ibu : Ny. T Umur : 35 tahunPekerjaan ibu : Pegawai Pabrik Pendidikan ibu : SMPAlamat : Sawahan 2/5 Jaten KaranganyarMasuk RS tanggal : 12 April 2015 Diagnosis masuk : Obs febris dd DHF

Dokter yang merawat : dr.A.Septiarko Sp.A Ko Asisten : Sri Khodijah, S.Ked

Tanggal : 15 April 2015 (Alloanamnesis dan Autoanamnesis) di Bangsal MelatiKELUHAN UTAMA : Demam hari ke 3 KELUHAN TAMBAHAN : Pusing, mual, lidah terasa pahit, nafsu makan menurun, tidak BAB selama 4 hari 1. Riwayat penyakit sekarang3 Hari Sebelum Masuk Rumah SakitPasien demam tinggi mendadak, demam terus menerus, pasien mengaku sudah meminum obat penurun panas, tetapi kemudian pasien panas kembali, awalnya pasien tidak enak badan, mual, lidah terasa pahit, nafsu makan menurun. Menggigil (-), kejang (-), penurunan kesadaran (-), nyeri otot (-), nyeri perut (-), pilek (-), nyeri saat menelan (-), sesak nafas (-), luka/bercak merah dalam mulut (-), sariawan (-), mata merah (-), telinga berdengung (-), keluar cairan dari telinga (-), bintik merah pada kulit (-), mimisan (-), gusi berdarah (-), berak darah (-), kencing normal, nyeri saat kencing (-), bab dbn.Hari Masuk Rumah SakitPasien dibawa ke IGD RSUD karanganyar dengan keluhan demam sejak 3 hari yll, demam terus menerus, pusing, kepala terasa penuh dan berat, badan lemas, nafsu makan makin berkurang, mual, lidah terasa pahit, muntah (-),tidak BAB selama 4 hari, nyeri perut (+) daerah epigastrium, kejang (-), penurunan kesadaran (-), pusing (-), keringat dingin (-), batuk (-), pilek (-), gusi berdarah (-), mimisan (-), muntah darah (-), sesak nafas (-), minum berkurang (-),bak (dbn), nyeri saat kencing (-).Kesan : pasien demam hari ke 3, demam terus menerus, pusing, lemas, nafsu makan berkurang, nyeri perut daerah epigastrium, mual, lidah terasa pahit,tidak bab selama 4 hari, bak (dbn).2. Riwayat penyakit dahulu Riwayat Riwayat demam : disangkal Riwayat kejang : disangkal Riwayat asma : disangkal Riwayat alergi obat/makanan : disangkalKesan : tidak terdapat riwayat penyakit dahulu yang berhubungan dengan penyakit sekarang3. Riwayat penyakit pada keluarga dan lingkungan yang ditularkana. Riwayat demam pada keluarga : disangkalb. Riwayat demam pada lingkungan : diakuiAda beberapa tetangga yang demam serupa hingga diopname. Kesan : tidak terdapat riwayat penyakit keluarga yang berhubungan dengan penyakit sekarang dan terdapat riwayat penyakit lingkungan yang berhubungan dengan penyakit sekarang.

4. Pohon Keluarga

Keterangan : : laki-laki

: perempuan

: pasien

Kesan : tidak terdapat penyakiti pada keluarga yang diturunkan.RIWAYAT PRIBADI1. Riwayat kehamilan dan persalinana. Riwayat kehamilan ibu pasienIbu G2P1A0 Hamil saat usia 24 tahun. Ibu memeriksakan kehamilannya rutin ke bidan, Ibu tidak pernah mual dan muntah saat hamil. Tidak ada riwayat trauma maupun infeksi saat hamil, sesak saat hamil (-), merokok saat hamil (-), kejang saat hamil (-). Tekanan darah ibu dinyatakan normal. Perkembangan kehamilan dinyatakan normal.b. Riwayat persalinan ibu pasienIbu melahirkan pasien dibantu oleh bidan, umur kehamilan 9 bulan, persalinan normal, presentasi kepala, bayi langsung menangis, tidak ditemukan cacat bawaan saat lahir. c. Riwayat paska lahir pasienBayi perempuan BB 2900 gr, setelah lahir langsung menangis, gerak aktif, warna kulit kemerahan, tidak ada demam atau kejang. ASI langsung keluar, bayi dilangsung menetek. Kesan: Riwayat ANC baik, riwayat persalinan baik, riwayat PNC baik.2. Riwayat makanan 0 - 6 bulan : ASI 6 12 bulan : ASI, susu formula, bubur susu, buah-buahan seperti pisang 12 tahun : ASI, susu formula, bubur susu diselingi dengan nasi dan kuah sayur 2 5 tahun : makanan dewasa, sayur, buah 5 tahun sekarang : makanan dewasa, buah (pisang, pepaya) Kesan : Pasien mendapatkan ASI eksklusif, kualitas makanan cukup, kuantitas makanan cukup, makanan sesuai usia1. Perkembangan dan kepandaian : Perkembangan dan kepandaian pasien sampai usia 14 tahun :Motorik KasarMotorik HalusBahasaPersonal Sosial

Duduk sendiri (9 bulan)Memegang benda (4 bulan)Menoleh ke sumber suara (5 bulan)Tersenyum(2 bulan)

Belajar berjalan(12 bulan)Makan sendiri (3 tahun)Berbicara baik (1,5 tahun)Bermain sendiri (9 bulan)

Berlari ( 3 tahun)Berpakaian sendiri (4 tahun)Lancar berbicara (4 tahun)Masuk sekolah dan bermain dengan temannya (6 tahun)

Masuk TK usia 5 tahunMasuk SD usia 6 tahun, tidak pernah tinggal kelas.Masuk SMP usia 13 tahunSekarang pasien sedang menginjak kelas 2 SMP

Kesan : Motorik kasar, motorik halus, bahasa, personal sosial sesuai usia. Kepandaian dalam rata-rata2. Vaksinasi Imunisasi dilakukan di Puskesmas KaranganyarJenisIIIIIIIVVVI

HEPATITIS B0 bulan 2 bulan6 bulan---

BCG2 bulan-----

DPT2 bulan4 bulan6 bulan18 bulan5 tahun-

POLIO0 bulan2 bulan4 bulan6 bulan18 bulan 5 tahun

CAMPAK9 bulan6 tahun----

Kesan : Imunisasi dasar lengkap berdasarkan PPI, sesuai usia pasien saat ini.5. Sosial, ekonomi, dan lingkungan: Sosial dan ekonomi Ayah (37 tahun) sudah meninggal satu tahun yang lalu dan ibu (35 tahun, pegawai pabrik tekstil), penghasilan keluarga sekitar Rp 1.500.000,- /bulan (keluarga merasa cukup untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari) Lingkungan Pasien tinggal bersama ibu dan kedua saudaranya. Rumah terdiri dari ruang tamu, dapur, kamar mandi dan 2 kamar tidur. WC menyatu dengan kamar mandi. Sumber air berasal dari air sumur Kesan : keadaan sosial ekonomi cukup & kondisi lingungan rumah kurang baik6. Anamnesis sistem :Cerebrospinal : kejang (-), delirium (-)Kardiovaskuler : pusing (+), sianosis (-), keringat dingin (-) Respiratorius : batuk (-), pilek (-), nyeri tenggorokan (-), sesak (-) Gastrointestinal : mual, nyeri perut daerah epigastrium(+), tidak bab selama 4 hariUrogenital : BAK (+) 3-5 kali, nyeri berkemih (-), bengkak kemaluan (-) Muskuloskeletal : kelainan bentuk (-) nyeri sendi (-), nyeri otot (-)Otonomik : demam (+) sejak 3 hari yll Kesan : terdapat masalah pada sistem kardiovaskuler, gastrointestinal dan otonomik.

PEMERIKSAANJASMANINama : An. A.Jenis Kelamin : PerempuanUmur : 14 tahunRuang : MelatiKelas : I/4

PEMERIKSAAN OLEH Sri Khodijah S.Ked Tanggal 16 April 2015 Jam 13.00 PEMERIKSAAN FISIK Keadaan Umum : cukupTANDA VITAL :Tekanan Darah : 110/70 mmHgNadi : 96 x/menitRR : 24x/menitSuhu : 38,2 CStatus Gizi : BB/TB : 55 kg/160 cm, BMI : 21,4 kg/m2 Z scores : BMI/ /U: Baik Kesimpulan status gizi : Baik menurut WHOPEMERIKSAAN KHUSUS Kepala : ukuran normocephal, rambut warna hitam, lurus, jumlah cukup. Bentuk mesocephal. Mata: mata cowong (-/-), air mata (+/+), CA (-/), SI (-/-), reflek cahaya (+/+), pupil isokor, edema palpebra (-/-) Hidung : sekret (-/-), epistaksis (-/-), nafas cuping hidung (-/-) Mulut : mukosa bibir dan lidah kering (-), sianosis (-) Kesan : kepala dan sistem yang lain dalam batas normalLeher: pembesaran limfonodi (-)Thorak: simetris,retraksi (-) subcosta,intercosta,dan suprasternal,ketinggalan gerak(-)

Jantung Inspeksi: ictus cordis tidak tampak Palpasi: ictus cordis tidak kuat angkat Perkusi: batas kanan atas : SIC II linea parasternalis dextra batas kanan bawah : SIC IV linea parasternalis dextra batas kiri atas: SIC II linea parasternalis sinistra batas kiri bawah: SIC IV linea midclavicula sinistra Auskultasi: BJ I-II intensitas reguler (+), bising jantung (-) Kesan : Tidak terdapat pembesaran kelenjar limfonodi di region sub mandibula dextra dan sinistra, thorak dan jantung dalam batas normal Paru :KananDEPANKiri

Simetris(+), retraksi (-) subcostae, intercosta dan suprasternalInspeksiSimetris (+), retraksi (-) subcosta, intercosta dan suprasternal

Ketinggalan gerak (-), fremitus (+)PalpasiKetinggalan gerak (-), fremitus (+)

SonorPerkusiSonor

SD normalAuskultasiSD normal

KananBELAKANGKiri

Simetris (+),InspeksiSimetris (+)

Ketinggalan gerak (-), fremitus (+)PalpasiKetinggalan gerak (-), fremitus (+)

SonorPerkusiSonor

SDV, Rh (-), Whz (-)AuskultasiSDV, Rh (-), Whz (-)

Kesan : Paru dalam batas normalAbdomen :Inspeksi: distended (-), sikatrik (-), purpura (-)Auskultasi: peristaltik dbnPerkusi: timpani (+), pekak beralih (-), Palpasi: turgor kulit baik, nyeri tekan daerah epigastrium (+)Hepar: tidak teraba membesarLien: tidak teraba membesar Anogenital: tidak ada kelainan Kesan : terdapat nyeri tekan di ulu hati (epigaastrium), Ekstremitas : akral hangat, sianosis (-), oedema (-) tungkai lengankanan kiri kanan kiriGerakan :bebas bebas bebas bebasTonus :normal normal normal normalTrofi :entrofi eutrofi eutrofi eutrofi Klonus Tungkai : (-) (-) (-) (-)Reflek fisiologis : Reflek patella (+) normal, achiles (+), normal, tricep (+) normalRefleks patologis:Babinski (-), chaddock (-), Oppenheim (-), gordon (-)Meningeal Sign :Kaku kuduk (-), Brudzinski I (-), Brudzinski II (-), kernig (-)Sensibilitas :Dalam batas normalKesan : status neurologi dalam batas normal

Pemeriksaan Khusus : Uji tourniquet : Integumentum terdapat bintik merah (+) dengan r=2,5mm jumlah >20 (daerah polar antebrachii dextra/uji tourniquet +),

PEMERIKSAAN LABORATORIUM DARAH RUTIN DAN KIMIA DARAH( 12 April 2015)No Parameter Jumlah Satuan Nilai Rujukan

1. Leukosit 1.400uL 5000-1000 /uL

2. Eritrosit 4.01 uL 4,0-5,5 / uL

3. Hemoglobin 11.4gr/dl 11,5-13,5 g/dl

4. Hematokrit 32.5 % 37-43%

5. MCV 81,0 femtoliter 82-92 fl

6. MCH 28.7 Pikograms 27-31 pg

7. MCHC 35.4 g/dl 32-36 g/dl

8. Trombosit 97.000uL 150.000-450.000/uL

9. Limfosit 35.5 % 22-40%

10. Monosit 14.1% 2-8%

11. N. Segmen 49 % 33-60%

IMUNO-SEROLOGI

WIDAL

Salmonella Typhi O+ 1/160Negative

Salmonella Typhi H+1/80Negative

Salmonella Paratyphi AONEGATIVENegative

Salmonella Paratyphi AHNEGATIVENegative

Salmonella Paratyphi BO+ 1/80Negative

Salmonella Paratyphi BH NEGATIVENegative

Salmonella Paratyphi CO+ 1/80Negative

Salmonella Paratyphi CHNEGATIVE Negative

Kesan : Leukopeni, hemokonsentrasi, dan trombositopeniRINGKASAN ANAMNESIS Pasien demam terus menerus sejak 3 hari yang lalu, pasien mengaku sudah meminum obat penurun panas, tetapi kemudian pasien panas kembali, pusing (+), lemas, mual, lidah terasa pahit, nafsu makan berkurang (+), nyeri perut (+) daerah epigastrium, bak (+),tidak bab selama 4 hari Tidak terdapat riwayat penyakit dahulu yang berhubungan dengan penyakit sekarang. Tidak terdapat riwayat penyakit pada keluarga Terdapat riwayat penyakit lingkungan yang ditularkan pada pasien. Pasien mendapatkan ASI eksklusif dan sampai sekarang kualitas serta kuantitas makanan baik Riwayat ANC baik, Persalinan spontan, Riwayat PNC baik. Perkembangan dan kepandaian baik Imunisasi dasar lengkap Keadaan sosial ekonomi cukup & kondisi lingkungan rumah kurang baik RINGKASAN PEMERIKSAAN FISIK KU: cukup KS : CM Vital sign : tekanan darah : 110/70 mmHg nadi : 96x/ menit suhu : 38,2 0 C RR : 24 x/ menit Status gizi normal menurut WHO. Kepala: edema palpebra (-/-), CA -/-, SI -/- Pada pemeriksaan leher dan pemeriksaan thorax dalam batas normal. Abdomen: terdapat nyeri tekan pada daerah ulu hati (epigastrium). Extremitas superior et inferior, dan Status neurologis dalam batas normal. Integumentum terdapat bintik merah (+) dengan r=2,5mm jumlah >20 (daerah polar antebrachii dextra/uji tourniquet (+),

LABORATORIUMDarah Rutin :Leukositosis, hemokonsentrasi, dan trombositopeni.DAFTAR MASALAH AKTIF / INAKTIFAKTIF Demam hari ke 3 Pusing, mual, nafsu makan menurunPemeriksaan fisik : nyeri tekan pada perut daerah epigastrium, bintik merah (+) dengan r=2,5mm jumlah >20 (daerah polar antebrachii dextra/uji tourniquet +), Laboratorium darah rutin : leukositosis, hemokonsentrasi, dan trombositopeni

INAKTIFKondisi lingkungan kurang baik

DIAGNOSA KERJADHF derajat 1DIAGNOSIS BANDINGDFRENCANA PENGELOLAANRencana TindakanObsevasi keadaan umum dan vital sign Pemeliharaan hidrasi dan nutrisiBed restBesok ulang px darah rutinRencana Terapi Inf RL 20 tpm Inj cefotaxim 1 gr/ 12 jam In Ranitidin 1 ampul/ 12 jam Paracetamol 3x1 tab Ulang DR tiap hariRencana Edukasi Menerangkan tentang penyakit pasien Menjaga kebersihan lingkungan dengan melakukan 3M. Menyarankan pasien untuk banyak minum.

PROGNOSISQuo ad vitam : ad bonamQuo ad fungsionam: ad bonamQuo ad sanam: ad bonam

NO RM : ILMUKESEHATAN ANAK FAKULTAS KEDOKTERAN

334403 UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

31

TglSOAP

13 April 2015

14 April 2015

15 April 2015

16 April 2015

17 April 2015

Pasien dengan keluhan panas (+) sejak 3 hari yang lalu, pusing (+),kepala terasa penuh dan berat, batuk (-), pilek (-), mual (+), lidah terasa pahit, muntah (-), makan (-), BAB (-) sejak 4 hari yg lalu, BAK (+).

Panas sudah berkurang, pusing sudah berkurang, mual (+), muntah (-), makan sedikit (+), BAB (-) konstipasi, BAK (+)

Panas (-), mual (-), muntah (-), pasien mengeluh nyeri pada ulu hati,BAB dan BAK (+).

Pasien sudah tidak demam, keluhan lain (-)

Pasien tidak ada keluhanKeadaan Umum : CM, cukup.TANDA VITAL :Nadi : 80 x/menitRR : 20x/menitSuhu : 38,2 CBB : 55 kgTB : 160 cmBMI : 21,4Status gizi : NormalK/L : ca(-/-), si(-/-), lidah kotor (-), lidah tremor (-), pkgb (-)Thorax : sdv (+/+), Rh (-/-), wh (-/-), BJ I/II murni regulerAbdomen: distensi (-), NT (+)Ekstremitas : akral hangat

Keadaan Umum : CM, cukupTANDA VITAL :Nadi : 80 x/menitRR : 20 x/menitSuhu : 36,7CBB : 55 kgTB : 160 cmBMI : 21,4Status gizi : NormalK/L : ca(-/-), si(-/-), lidah kotor (-), lidah tremor (-), pkgb (-)Thorax : sdv (+/+), Rh (-/-), wh (-/-), BJ I/II murni regulerAbdomen: distensi (-), NT (+)Ekstremitas : akral hangat

Keadaan Umum : CM, cukupTANDA VITAL :Nadi : 80x/menitRR : 20x/menitSuhu : 35,9CBB : 55 kgTB : 160 cmBMI : 21,4Status gizi : NormalK/L : ca(-/-), si(-/-), lidah kotoR (-), lidah tremor (-), pkgb (-) Thorax : sdv (+/+), Rh (-/-), wh (-/-), BJ I/II murni regulerAbdomen: distensi (-), NT (+)Ekstremitas : akral hangat

Keadaan Umum : CM, cukup TANDA VITAL :Nadi : 92x/menitRR : 16x/menitSuhu : 36,3CBB : 55 kgTB : 160 cmBMI : 21,4Status gizi : NormalK/L : ca(-/-), si(-/-), lidah kotor (-), lidah tremor (-), pkgb (-)Thorax : sdv (+/+), Rh (-/-), wh (-/-),BJ I/II murni regulerAbdomen: distensi (-), NT (-)Ekstremitas : akral hangat

Keadaan Umum : CM, cukup TANDA VITAL :Nadi : 92x/menitRR : 16x/menitSuhu : 36,3CBB : 55 kgTB : 160 cmBMI : 21,4Status gizi : NormalK/L : ca(-/-), si(-/-), lidah kotor (-), lidah tremor (-), pkgb (-)Thorax : sdv (+/+), Rh (-/-), wh (-/-),BJ I/II murni regulerAbdomen: distensi (-), NT (-)Ekstremitas : akral hangatObs Febris H4 DDx DHF derajat 1

Obs Febris H5 DDx DHF derajat 1

Obs Febris H6 DDx DHF derajat 1

Obs febris H7 DDx DHF derajat 1

Obs febris H8 DDx DHF derajat 1

Inf RL 20 tpm Inj cefotaxim 1 gr/ 12 jam In Ranitidin 1 ampul/ 12 jam Paracetamol 3x1 tab

Inf RL 20 tpm Inj cefotaxim 1 gr/ 12 jam Inj Ranitidin 1 ampul/ 12 jam Paracetamol 3x1 tab Antasid tab 3x1

Inf RL 20 tpm Inj cefotaxim 1 gr/ 12 jam Inj Ranitidin 1 ampul/ 12 jam Paracetamol 3x1 tab Antasid tab 3x1

Inf RL 20 tpm Inj cefotaxim 1 gr/ 12 jam Inj Ranitidin 1 ampul/ 12 jam Paracetamol 3x1 tab Antasid tab 3x1

Inf RL 20 tpm Inj cefotaxim 1 gr/ 12 jam Inj Ranitidin 1 ampul/ 12 jam Paracetamol 3x1 tab Antasid tab 3x1

Pmx Lab13/4/201514/4/201515/4/201516/4/201517/4/2015

Hb14,4 g/dl14.1g/dl14,0 g./dl14.1 g/dl13.6 g/dl

Hct45,8 %40,1 %39,9 %39,4 %38,1%

Leukosit2,762,863,73,43,77

Trombosit48.00046.00042.00041.00078.000

AssObs DHF grade 1DHF grade 1DHF grade 1DHF grade 1DHF grade 1

BAB IITINJAUAN PUSTAKA

A. DHF (Dengue Hemorrhagic Fever)1. PendahuluanDemam berdarah dengue merupakan penyakit endemis di beberapa daerah di dunia. Setiap tahunnya WHO melaporkan 50100 juta orang terinfeksi virus dengue dengan 250-500 ribu menderita DHF dan 24.000 di antaranya meninggal dunia. Di Indonesia, 12 dari 30 propinsi di antaranya merupakan daerah endemis DHF dengan case fatality rate 1,12%. DHF termasuk infeksi akut yang disebabkan oleh Arbovirus (arthropodborn virus) dan ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes Aegypti dan Aedes Albopictus, yang mana menyebabkan gangguan pada pembuluh darah kapiler dan pada sistem pembekuan darah sehingga mengakibatkan perdarahan.2. Cara PenularanTerdapat tiga faktor yang memegang peranan pada penularan infeksi virus dengue, yaitu mausia, virus dan vektor perantara. Virus dengue ditularkan kepada manusia melalui nyamuk Aedes Aegypti. Aedes Albopictus, Aedes Polynesiensis dan beberapa spesies yang lain dapat juga menularkan virus ini, namun merupakan vektor yang kurang berperan. Aedes tersebut mengandung virus dengue pada saat menggigit manusia yang sedang mengalami viremia. Kemudian virus yang berada di kelenjar liur berkembang biak dalam waktu 8 10 hari (extrinsic incubation period) sebelum dapat di tularkan kembali pada manusia pada saat gigitan berikutnya. Sekali virus dapat masuk dan berkembang biak di dalam tubuh nyamuk tersebut akan dapat menularkan virus selama hidupnya (infektif). Ditubuh manusia, virus memerlukan waktu masa tunas 4 6 hari (intrinsic incubation period) sebelum menimbulkan penyakit. Penularan dari manusia kepada nyamuk dapat terjadi bila nyamuk menggigit manusia yang sedang mengalami viremia, yaitu 2 hari sebelum panas sampai 5 hari setelah demam timbul.3. Patogenesis Virus dengue masuk ke dalam tubuh melalui gigitan nyamuk dan infeksi pertama mungkin memberi gejala sebagai demam dengue. Reaksi yang amat berbeda akan tampak bila seseorang mendapat infeksi yang berulang dengan tipe virus dengue yang berlainan. Hipotesis infeksi sekunder (the secamdary heterologous infection/ the sequential infection hypothesis) menyatakan bahwa demam berdarah dengue dapat terjadi bila seseorang setelah terinfeksi dengue pertama kali mendapat infeksi berulang dengue lainnya. Re infeksi ini akan menyebabkan suatu reaksi amnestif antibodi yang akan terjadi dalam beberapa hari mengakibatkan proliferasi dan transformasi limsofit dengan menghasilkan titik tinggi antibodi Ig G antidengue. Disamping itu replikasi virus dengue terjadi juga dalam limsofit yang bertransformasi dengan akibat terdapatnya virus dalam jumlah banyak. Hal ini akan mengakibatkan terbentuknya virus kompleks antigen antibodi (virus antibody complex) yang selanjutnya akan mengakibatkan aktivasi sistem komplemen pelepasan C3a dan C5a akibat aktivasi C3 dan C5 menyebabkan peningkatan permeabilitis dinding pembuluh darah dan merembesnya plasing dari ruang intravascular ke ruang ekstravascular.Fenomena patofisiologi utama yang menentukan berat penyakit dan membedakan demam dengue dengan demam berdarah dengue ialah meningginya permeabilitas dinding kapiler karena pelepasan zat anafilaktosin, histamin, dan serotonin serta aktivasi ssite kalikrein yang berakibat ekstravasasi cairan intravascular. Hal ini mengakibatkan berkurangnya volume plasma, terjadinya hipotensi, hemokonsentrasi, hipeproteinemia, efusi, dan syok. Plasma merembes selama perjalanan penyakit mulai dari saat permulaaan demam dan mencapai puncaknya pada saat syok.

4. Gejala klinis a. DemamDemam tinggi yang mendadak, terus menerus berlangsung 2-7 hari, naik turun (demam bifosik). Kadang-kadang suhu tubuh sangat tinggi mencapai 40C dan dapat terjadi kejang demam. Akhir fase demam merupakan fase kritis pada demam berdarah dengue. Pada saat fase demam sudah mulai menurun dan pasien seakan sembuh hati-hati karena fase tersebut sebagai awal kejadian syok, biasanya pada hari ketiga dari demam.b. Tanda-tanda perdarahanPenyebab perdarahan pada pasien demam berdarah adalah vaskulopati, trombositopeni gangguan fungsi trombosit serta koagulasi intravaskuler yang menyeluruh. Jenis perdarahan terbanyak adalah perdarahan bawah kulit seperti petekia, purpura, ekimosis, dan perdarahan konjungtiva. Petekia merupakan tanda perdarahan yang sering ditemukan. Muncul pada hari pertama demam tetapi dapat pula dijumpai pada hari ke 3, 4, 5 demam. Perdarahan lain yaitu, epitaksis, perdarahan gusi, melena, dan hematemesis.c. HepatomegaliUmumnya dapat ditemukan pada permulaan penyakit bervariasi dari hanya sekedar diraba 2-4cm dibawa arcus costae kanan. Derajat hepatomegali tidak sejajar dengan beratnya penyakit, namun nyeri tekan pada daerah tepi hepar berhubungan dengan adanya perdarahan.d. SyokPada kasus ringan sedang, semua tanda dan gejala klinis menghilang setelah demam turun disertai keluarnya keringat, perubahan pada denyut nadi dan tekanan darah, akral teraba dingin. Perubahan ini memperlihatkan gejala gangguan sirkulasi, sebagai akibat dari perembesan plasma yang dapat bersifat ringan atau sementara. Pada kasus berat, keadaan umum pasien mendadak menjadi buruk setelah beberapa hari demam pada saat atau beberapa hari setelah suhu turun, antara 3-7 hari, terdapat tanda kegagalan sirkulasi, kulit teraba dingin dan lembab terutama pada ujung jari dan kaki, sianosis di sekitar mulut, pasien menjadi gelisah, nadi cepat, lemah kecil sampai tidak teraba. Pada saat akan terjadi syok pasien mengeluh nyeri perut.

5. Pemeriksaan penunjanga. Rumple leed Pasang manset pada lengan atas Tentukan sistol dan diastole Tahan tekanan antara systole dan diastole selama 5 menit Hasil dinyatakan (+) bila terdapat 10 atau lebih petechie di bagian volar lengan70,2 kasus DHF mempunyai hasil uji Rumple Leed (+). Hasil (+) menandai Fragilitas Kapiler darah meningkat.b. Pemeriksaan darahc. Hitung trombositPada DHF umumnya terdapat trombositopenia pada hari ke 3-8 ( 50.000/ mm3 Tidak dijumpai distress pernapasan ( disebabkan oleh efusi pleura atau asidosis)

8. Komplikasi Adapun komplikasi DHF (Hadinegoro, 2006:23):a. PerdarahanDisebabkan oleh perubahan vaskuler, penurunan jumlah trombosit dan koagulopati, dan trombositopeni dihubungkan meningkatnya megakariosit muda dalam sel-sel tulang dan pendeknya masa hidup trombosit. Tendensi perdarahan dapat dilihat pada uji tourniquet positif, petekie, ekimosis, dan perdarahan saluran cerna, hematemesis, dan melena.b. Kegagalan sirkulasiDSS (Dengue Syok Syndrom) terjadi pada hari ke 2-7 yang disebabkan oleh peningkatan vaskuler sehingga terjadi kebocoran plasma, efusi cairan seros ke rongga pleura dan peritoneum, hiponatremia, hemokonsentrasi, dan hipovolemi yang mengakibatkan berkurangnya aliran balik vena, penurunan volume sekuncup dan curah jantung sehingga terjadi disfungsi atau penurunan perfusi organ. DSS juga disertai kegagalan hemostasis yang mengakibatkan aktivitas dan integritas system kardiovaskular, perfusi miokard dan curah jantung menurun, sirkulasi darah terganggu dan terjadi iskemi jaringan dan kerusakan fungsi sel secara progresif dan irreversible, terjadi kerusakan sel dan organ sehingga pasien akan meninggal dalam waktu 12-24 jam.c. HepatomegalyHati umumnya membesar dengan perlemakan yang dihubungkan dengan nekrosis karena perdarahan yang terjadi pada lobules hati dan sel-sel kapiler. Terkadang tampak sel netrofil dan limfosit yang lebih besar dan lebih banyak dikarenakan adanya reaksi atau komplek virus antibody.d. Efusi pleuraTerjadi karena kebocoran plasma yang mengakibatkan ekstraksi cairan intravaskuler sel, hal tersebut dibuktikan dengan adanya cairan dalam rongga pleura dan adanya dyspnea.9. PENCEGAHANCara yang paling efektif untuk mencegah penyakit DHF disebut dengan 3M Plus.3M adalah : M1Menutup menutup rapat-rapat tempat penampungan air seperti : gentong air, tempayan, dll. M2Menguras dan menyikat tempat-tempat penampungan air, seperti : Bak mandi/WC, drum, dll. M3 Mengubur atau menyingkirkan barang-barang bekas yang dapat menampung air hujan.Plus adalah : Memelihara ikan pemakan jentik Menabur larvasida Menggunakan kelambu pada waktu tidur Memasang kasa pada ventilasi Menyemprot dengan insektisida Menggunakan obat nyamuk Memeriksa jentik berkala sesuai dengan kondisi setempat10. Prognosis Walaupun angka kesakitan penyakit ini cenderung meningkat dari tahun ke tahun sebaliknya angka kematian cenderung menurun, karena semakin dini penderita mendapat penanganan oleh petugas kesehatan yang ada di daerah daerah.

BAB IIIPEMBAHASAN

Diagnosis pada pasien ini yaitu DBD grade 1 ditegakkan berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang. Sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh WHO bahwa diagnosis DHF terdiri dari kriteria klinis dan kriteria laboratoris.Kriteria Klinis1. Demam tinggi mendadak, tanpa sebab jelas, berlangsung terus menerus selama 2 7 hari.2. Terdapat manifestasi perdarahan ditandai dengan : Uji tourniquet positif Petekia, ekomosis, epitaksis, perdarahan gusi. Hemetamesis dan atau melena.3. Pembesaran hati4. Syok, ditandai nadi cepat dan lemah serta penurunan tekanan nadi, hipotensi, kaki dan tangan dingin, kulit lembab dan pasien tampak gelisah.Kriteria laboratoris1. Trombositopenia (100.000 sel/ mm3 atau kurang)2. Hemokonsentrasi peningkatan hematokrit 20% atau lebih.Fenomena patofisiologi utama yang menentukan berat penyakit dan membedakan demam dengue dengan demam berdarah dengue ialah meningginya permeabilitas dinding kapiler karena pelepasan zat anafilaktosin, histamin, dan serotonin serta aktivasi ssite kalikrein yang berakibat ekstravasasi cairan intravascular. Hal ini mengakibatkan berkurangnya volume plasma, terjadinya hipotensi, hemokonsentrasi, hipeproteinemia, efusi, dan syok. Plasma merembes selama perjalanan penyakit mulai dari saat permulaaan demam dan mencapai puncaknya pada saat syok. Terdapat 4 derajat spektrum klinis DBD (WHO, 1997), yaitu: Derajat 1 : Demam disertai gejala tidak khas dan satu-satunya manifestasi perdarahan adalah uji torniquet. Derajat 2 : Seperti derajat 1, disertai perdarahan spontan di kulit dan perdaran lain. Derajat 3 : Didapatkan kegagalan sirkulasi, yaitu nadi cepat dan lemah, tekanan nadi menurun (20 mmHg atau kurang) atau hipotensi, sianosis di sekitar mulut kulit dingin dan lembab, tampak gelisah. Derajat 4: Syok berat, nadi tidak dapat diraba dan tekanan darah tidak terukur.Pada pasien ini termasuk DHF grade 1 karena dilihat dari manifestasi klinis berupa demam disertai gejala tidak khas dan satu-satunya manifestasi perdarahan adalah uji tourniquet.Penyebab perdarahan pada pasien DBD adalah vaskulopati, trombositopeni dan gangguan fungsi trombosit. Serta koagulasi intravaskuler yang menyeluruh. Jenis perdarahan terbanyak adalah perdarah kulit seperti uji tourniquet (rumple leed positif), petekie, purpura, dan ekimosis. Nyeri perut merupakan gejala yang penting pada demam berdarah dengue. Gejala ini tampak jelas pada anak-anak besar atau dewasa oleh karena mereka telah dapat merasakan. Nyeri perut dapat dirasakan di daerah ulu hati dan daerah dibawah lengkung iga sebelah kanan. Nyeri perut dibawah lengkung iga sebelah kanan mengarah pada penyakit demam berdarah dengue. Penyebabnya adalah pembesaran hati (liver) sehingga terjadi peregangan selaput yang membungkus hati.Pada penderita DBD dapat terjadi leukopenia ringan sampai leukositosis sedang. Leukopenia dapat dijumpai antara hari pertama dan ketiga dengan hitung jenis yang masih dalam batas normal. Jumlah granulosit menurun pada hari ketiga sampai kedelapan. Dalam sediaan apus darah tepi penderita DBD dapat ditemukan limfosit bertransformasi atau atipik, terutama pada infeksi sekunder.Penyebab trombositopenia pada DBD antara lain diduga trombopoesis yang menurun dan destruksi trombosit dalam darah meningkat serta gangguan fungsi trombosit. Ditemukannya kompleks imun pada permukaaan trombosit diduga sebagai penyebab agregasi trombosit yang kemudian akan dimusnahkan oleh sistem retikuloendotelial khususnya dalam limpa dan hati. Hemokonsentrasi disebabkan kebocoran plasma sebagai akibat permeabilitas vaskuler yang meningkat. Sesuai dengan kondisi pada pasien ini dimana hasil pemeriksaan darah lengkap didapat adanya leukopenia, trombositopenia, dan hemokonsentrasi. Penatalaksanaan pada pasien ini adalah Inf RL 20 tpm, Inj cefotaxim 1 gr/ 12 jam, Inj Ranitidin 1 ampul/ 12 jam, Paracetamol 3x1 tab, Antasid tab 3x1. Pada dasarnya terapi DBD adalah bersifat suportif dan simtomatis. Penatalaksanaan ditujukan untuk mengganti kehilangan cairan akibat kebocoran plasma dan memberikan terapi substitusi komponen darah bilamana diperlukan. Dalam pemberian terapi cairan, hal terpenting yang perlu dilakukan adalah pemantauan baik secara klinis maupun laboratoris. Proses kebocoran plasma dan terjadinya trombositopenia pada umumnya terjadi antara hari ke 4 hingga 6 sejak demam berlangsung. Pada hari ke-7 proses kebocoran plasma akan berkurang dan cairan akan kembali dari ruang interstitial ke intravaskular. Terapi cairan pada kondisi tersebut secara bertahap dikurangi. Selain pemantauan untuk menilai apakah pemberian cairan sudah cukup atau kurang, pemantauan terhadap kemungkinan terjadinya kelebihan cairan serta terjadinya efusi pleura ataupun asites yang masif perlu selalu diwaspadai. Sebagai terapi simptomatis, dapat diberikan antipiretik berupa parasetamol, serta obat simptomatis untuk mengatasi keluhan dispepsia. Pemberian aspirin ataupun obat antiinflamasi nonsteroid sebaiknya dihindari karena berisiko terjadinya perdarahan pada saluran cerna bagaian atas (lambung/duodenum). Terapi nonfarmakologis yang diberikan meliputi tirah baring (pada trombositopenia yang berat) dan pemberian makanan dengan kandungan gizi yang cukup.Cara pencegahan DBD yang paling efektif adalah dengan 3M. Selain itu juga melakukan beberapa hal seperti memelihara ikan pemakan jentik, menabur larvasida, menggunakan kelambu pada waktu tidur, memasang kasa, menyemprot dengan insektisida, memasang obat nyamuk, memeriksa jentik secara berkala.Prognosis pada pasien ini adalah ad bonam baik secara ad vitam, ad sanam, dan ad fungsionam. Karena penegakkan diagnosis dilakukan sejak dini. Penatalaksanaan penyakit tetap mengutamakan terapi cairan untuk mempertahankan sirkulasi dan memberikan pengobatan secara medikamentosa untuk mengatasi symptom.

DAFTAR PUSTAKA

1. Hadinegoro, Sri Rezeki H. Soegiyanto, Soegeng. Suroso, Thomas. Waryadi, Suharyono. Tata Laksana Demam Berdarah Dengue di Indonesia. Depkes & Kesejahteraan Sosial Dirjen Pemberantasan Penyakit Menular & Penyehatan Lingkungan Hidup 2001. Hal 1-332. Hendrawanto. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid 1 edisi ketiga Persatuan Ahli Penyakit Dalam Indonesia. 1996. Hal 417 426 3. Hadiono D. Pusponegoro. 2004. Standar Medis Kesehatan Anak. Jakarta : IDAI4. WHO. 2005. Pelayanan Kesehatan Anak di Rumah Sakit. Jakarta : Depkes RI5. IDAI. 2012. Buku Ajar Infeksi dan Pediatri Tropis. Jakarta : FK UI6. Rohim, Abdul, dkk. (2002). Ilmu Penyakit Anak, Diagnosis dan Penatalaksanaan. Penerbit Salemba Medika. Jakarta7. WHO. Dengue Hemorhagic Fever: diagnosis, treatment, prevention and control. Geneva, 1997.