Dehidrasi

13
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kekurangan volume cairan terjadi jika air dan elektrolit hilang pada proporsi yang sama ketika mereka berada dalam cairan tubuh normal sehingga rasio elektrolit serum terhadap air tetap sama. Hal ini seharusnya tidak dikacaukan dengan istilah dehidrasi yang mengacu pada semata-mata hilangnya air dengan peningkatan kadar natrium serum FVD mungkin timbul sendiri atau dalam kombinasi dengan ketidakseimbangan yang lain kecuali ketidakseimbangan yang timbul bersama, sama konsentrasi elektrolit serum tetap tidak berubah. Kekurangan volume cairan terjadi akibat hilangnya cairan tubuh dan lebih cepat terjadi jika disatukan dengan penurunan masukan cairan FVD mungkin terjadi semata-mata akibat masukan yang tidak adekuat jika penurunan masukan berlangsung lama. Kekurangan cairan yang tidak normal bisa terjadi akibat muntah- muntah, diare, berkeringat dan penurunan masukan seperti pada adanya mual atau ketidakmampuan untuk memperoleh cairan. Banyak masalah yang mungkin terjadi akibat kurangnya cairan adalah intake yang berkurang dan output yang berlebihan yang berupa muntah, diare, perdarahan. dalam hal ini peran perawat sangat penting dalam memberikan asuhan keperawatan yang tepat

description

Dehidrasi

Transcript of Dehidrasi

Page 1: Dehidrasi

BAB I

PENDAHULUAN

1.1    Latar Belakang

Kekurangan volume  cairan terjadi jika air dan elektrolit hilang pada proporsi yang sama

ketika mereka berada dalam cairan tubuh normal sehingga rasio elektrolit serum terhadap air

tetap sama. Hal ini seharusnya tidak dikacaukan dengan istilah dehidrasi yang mengacu pada

semata-mata hilangnya air dengan peningkatan kadar natrium serum FVD mungkin timbul

sendiri atau dalam kombinasi dengan ketidakseimbangan yang lain kecuali ketidakseimbangan

yang timbul bersama, sama konsentrasi elektrolit serum tetap tidak berubah.

Kekurangan volume cairan terjadi akibat hilangnya cairan tubuh dan lebih cepat terjadi

jika disatukan dengan penurunan masukan cairan FVD mungkin terjadi semata-mata akibat

masukan yang tidak adekuat jika penurunan masukan berlangsung lama. Kekurangan cairan yang

tidak normal bisa terjadi akibat muntah-muntah, diare, berkeringat dan penurunan masukan

seperti pada adanya mual atau ketidakmampuan untuk memperoleh cairan.

Banyak masalah yang mungkin terjadi akibat kurangnya cairan adalah intake yang

berkurang dan output yang berlebihan yang berupa muntah, diare, perdarahan. dalam hal ini

peran perawat sangat penting dalam memberikan asuhan keperawatan yang tepat untuk

mengatasi masalah kekurngan volume cairan. Maka dari itu kami membuat asuhan keperawatan

tentnag dehidrasi yang kelihatannya sepele padahal sangat berbahaya 

1.2     Tujuan Penulisan

Adapun tujuan dalam pembuatan makalah ini adalah :

1. Mengetahui gambaran secara umum tentang dehidrasi yang meliputi pengertian, etiologi,

patofisiologi, dan manifestasi klinik.

2. Mengetahui permasalahan yang timbul pada penderita dehidrasi. 

Page 2: Dehidrasi

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

 

2.1    Pengertian dan Klasifikasi Dehidrasi

Berikut adalah beberapa pengertian tentang dehidrasi :

1. Dehidrasi adalah keadaan dimana seseorang invididu yang tidak menjalani puasa mengalmai

atau beresiko mengalmai dehidrasi vaskuler, interstitial atau intra vaskuler (Lynda Jual

Carpenito, 2000 : 139)..

2. Dehidrasi adalah suatu gangguan dalam keseimbangan cairan yang disertai dengan output

yang melebihi intaks sehingga jumlah air dalam tubuh berkurang (Drs. Syaifuddin, 1992 : 3).

3. Dehidrasi adalah kehilangan cairan tubuh isotik yang disertai kehilangan antrium dan air

dalam jumlah yang relatif sama. (Sylvia A. Price, 1994 : 303)

Berdasarkan pengertian-pengertian di atas, dapat disimpulkan bawha dehidrasi adalah

kekurangan cairan ekstra selular yang mengakibatkan berpindahnya cairan atau hilang dari

tubuh.

Klasifikasi dehidrasi menurut Donna D. Ignatavicus ada 3 jenis :

a. Dehidrasi Isotonik

Dehidrasi isotonik adalah air yang hilang diikuti dengan elektrolit sehingga kepekatannya tetap

normal, maka jenis dehidrasi ini biasnaya tidak mengakibatkan cairan ECF berpindah ke ICF.

b. Dehidrasi Hipotonik

Dehidrasi hipotonik adalah kehilangan pelarut dari ECF melebihi kehilangan cairan, sehingga

dipembuluh darah menjadi lebih pekat. Tekanan osmotik ECF menurun mengakibatkan cairan

bergerak dari EFC ke ICF. Volume vaskuler juga menurun serta terjadi pembengkakan sel.

Page 3: Dehidrasi

c. Dehidrasi Hipertonik

Dehidrasi hipertonik adalah kehilangan cairan ECF melebihi pelarut pada dehidrasi ini non

osmotik ECF menurun, mengakibatkan cairan bergerak dari ICF ke ECF. 

2.2  Etiologi

Bermacam-macam penyebab dehidrasi menentukan tipe / jenis-jenis dehidrasi (Menurut Donna

D. Ignatavicus, 1991 : 253).

1. Dehidrasi

a. Perdarahan

b. Muntah

c. Diare

d. Hipersalivasi

e. Fistula

f. Ileustomy (pemotongan usus)

g. Diaporesis (keringat berlebihan)

h. Luka bakar

i.  Puasa

j. Terapi hipotonik

k. Suction gastrointestinal (cuci lambung)

2. Dehidrasi hipotonik

a. Penyakit DM

b. Rehidrasi cairan berlebih

Page 4: Dehidrasi

c. Mal nutrisi berat dan kronis

3. Dehidrasi hipertonik

a. Hiperventilasi

b. Diare air

c. Diabetes Insipedusà hormon ADH menurun

d. Rehidrasi cairan berlebihan

e. Disfagia

f. Gangguan rasa haus

g.Gangguan kesadaran

h. Infeksi sistemik : suhu tubuh meningkat.

2.3  Patofisiologi

Kekurangan volume cairan adalah keadaan yang umum terjadi pada berbagai keadaan

dalam klinik. Keadaan ini hampir selalu berkaitan dengan kehilangan cairan tubuh melalui ginjal

atau di luar ginjal. Penyebab tersering kekurangan volume cairan yang juda sering terjadi adalah

tersimpannya cairan pada cidera jaringan luna, luka bakar berat, peritonitis / obstruksi saluran

cerna. Terkumpulnya cairan di adlam ruang non ECF dan non ECF. Pada prinsipnya cairan

menjadi terperangkapdan tidak dapat dipakai oleh tubuh. Penumpulkan volume cairan yang cepat

dan banyak pada ruang-ruang seperti beradal dari volume ECF sehingga dapta mengurangi

volume sirkulasi darah efektif.

Perdarahan, muntah, diare, keringat adalah cairan hipotonik yang terdiri dari ari, Na (30-

70 m Eg/l) dan klorida. Selama latihan berat pada lingkungan yang panas, bisa terjadi kehilagnan

1 L keringat / jam. Sehingga dapat menyebabkan kekurangan volume jika asupannya tidak

mencukupi. Jumlah besar cairan dapat hilang melalui kulit karna penguapan jika luka bakar

dirawat dengan metode terbuka.

Page 5: Dehidrasi

Kehilangan Na dan air melalui ginjal tanpa adanya penyakit ginjal terjadi pada 3 keadaan

yang paling sering adalah pemakaian diuretik yang berlebihan, terutama tiazid atau diuretik

sampai yang kuat seperti furosemid. Diuresis osmotik obligatorik juga sering menyebabkan

kehilangan Na dan air yang terjadi selama glikosuria pada DM yang tidak terkontrol atau koma

hipermosmolar non ketonik pada kasus pemberian makanan tinggi protein secara enternal atau

parenteral dapat terbentuk urea dalam jumlah besar yang bisa bertindak sebagai agen osmotik.

Apapun penyebab dari kekurangan volume cairan, berkurangnya volume ECF

menganggu curah jantung dengan mengurangi alir balik vene ke jantung sehingga

mengakibatkan penurunan curah jantung. Karena tekanan arteri rata-rata = curah x tahanan

perifer total maka penurunan curah jantung mengakibatkan hipotensi. Penurunan tekanan darah

dideteksi oleh baroreseptor pada jantung dan arteri karotis dan diteruskan ke pusat vasomotor di

batang otak, yang kemudian menginduksi respon simpatis. Respon berupa vasokonstriksi perifer,

peningkatan denyut dan kontraktilitas jantung bertujuan untuk mengembalikan curah jantung dan

perfusi jarignan yang normal.

Penurunan perfusi ginjal merangsang mekanisme renin-angiotensin-aldosteron.

Angiotensin merangsang vasokonstriksi sistemik dan aldosteron meningkatkan reabsorbsi

natrium oleh ginjal.

Jika terjadi hipovolemi yang lebih berat (1000 ml) maka vasokontriksi dan vasokonstriksi

yang diperantai oleh angiotensin II yang meningkat. Terjadi penahanan aliran darah yang menuju

ginjal, saluran cerna, otot dan kulit, sedangkan aliran yang menuju koroner dan otak relatif

dipertahankan.

 

2.4    Manifestasi Klinis

Berikut ini gejala atau tanda dehidrasi berdasarkan tingkatannya (Nelson, 2000) :

1. Dehidrasi ringan (kehilangan cairan 2-5% dari BB semula)

a. Haus, gelisah

b. Denyut nadi 90-110 x/menit, nafas normal

Page 6: Dehidrasi

c. Turgor kulit normal

d. Pengeluaran urine (1300 ml/hari)

e. Kesadaran baik

f. Denyut jantung meningkat

2. Dehidrasi sedang (kehilangan cairan 5% dari BB semula)

a. Haus meningkat

b. Nadi cepat dan lemah

c. Turgor kulit kering, membran mukosa kering

d. Pengeluaran urien berkurang

e. Suhu tubuh meningkat 

3. Dehidrasi berat (kehilangan cairan 8% dari BB semula)

a. Penurunan kesadaran

b. Lemah, lesu

c. Takikardi

d. Mata cekung

e. Pengeluaran urine tidak ada

f. Hipotensi

g. Nadi cepat dan halus

h. Ekstremitas dingin 

Page 7: Dehidrasi

E.  Penatalaksanaan

Penatalaksanaan pada penderita dehidrasi (Doenges & Sylvia Anderson):

1.  Obat-obatan Antiemetik

Untuk mengatasi muntah

2.  Obat-obatan anti diare

Pengeluaran feces yang berlebihan dapat diberikan obat-obat anti diare serta dapat diberikan

oralit.

3.  Pemberian air minum

Pemberian air minum yang mengandung natrium cukup memadai untuk mengatasi

ketidakseimbangan yang terjadi.

4.  Pemberian cairan intravena

Pada kekurangan cairan yang berat, maka diperlukan pemberian cairan intravena. Larutan garam

isotonik (0,9%) merupakan cairan infus terpilih untuk kasus-kasus dengan kadar natrium

mendekati normal, karena akan menambah volume plasma. Segera setelah pasien mencapai

normotensi, separuh dari larutan garam normal (0,45%) diberikan untuk menyediakan air bagi

sel-sel dan membantu pembuangan produk-produk sisa metabolisme.

5. Pemberian bolus cairan IV

Pemberian bolus cairan IV awal dalam suatu uji beban cairan, untuk mengetahui apakah aliran

kemih akan meningkat, yang menunjukkan fungsi ginjal normal. 

Page 9: Dehidrasi

PENUTUP

A.  Kesimpulan

1. Dehidrasi dapat menyerang siapa saja dari anak kecil hingga orang tua dan yang paling sering

terkena adalah anak-anak dan orang tua.

2. Dehidrasi lebih mudah menyerang perempuan dibandingkan laki-laki karena tubuh perempuan

lebih banyak lemak dari pada laki-laki.

3. Dehidrasi bisa pula berujung pada penurunan kesadaran hingga meninggal dunia.

DAFTAR PUSTAKA

Page 10: Dehidrasi

1. Carpenito, Lynda Juall. 1997. Diagnosa Keperawatan. Jakarta : EGC.

2. Doenges, Marilyn E. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan Untuk Perencanaan dan

Pendokumentasian Perawatan Pasien. jakarta : EGC.

3. Ignatavicus, Donna D. Bayne, Marylin Varner. 1991. Medical Surgical Nursing, WB

Saunders Company Inc.

4. Prince, Sylive A. 1994. Patofisiologi Konsep Klinis Proses Penyakit. Edisi 4. Jakarta : EGC.

5. Smeltzer, Suzzone, C. 2001. Keperawatan Medikal Bedah. Volume 2. Edisi 8. Jakarta : EGC.

6. Tarwoto. 2003. Kebutuhan Dasar Manusia dan Proses Keperawatan. Edisi 1. Jakarta :

Salemba Merdeka.