Definisin

18
1. Definisi Jaringan lunak adalah bagian dari tubuh yang terletak antara kulit dan tulang serta organ tubuh bagian dalam seperti otot, tendon, jaringan ikat, dan jaringan lemak. Tumor jaringan lunak atau Soft Tissue Tumor (STT) adalah suatu benjolan atau pembengkakan abnormal yang disebabkan pertumbuhan sel baru (Smletzer & Bare, 2002). Soft tissue tumor atau Soft Tissue Sarkoma adalah suatu kelompok tumor yang biasanya berasal dari jaringan ikat, dan ditandai sebagai massa di anggota gerak, badan, atau retroperitoneum (Toy et al. 2011). Wrist adalah sendi bagian distal dari extremitas superior. Dari beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa soft tissue tumor wrist merupakan benjolan abnormal yang terdapat di sendi bagian distal ektremitas superior. Sedangkan eksisi merupakan salah satu tindakan bedah yaitu memotong jaringan (tumor) dengan cara memotong. 2. Etiologi dan faktor resiko Penyebab terjadinya tumor jaringan lunak (soft tissue tumor) belum diketahui secara pasti, namun ada beberapa faktor yang dicurigai sebagai pemicu yaitu:

Transcript of Definisin

Page 1: Definisin

1. Definisi

Jaringan lunak adalah bagian dari tubuh yang terletak antara kulit dan tulang

serta organ tubuh bagian dalam seperti otot, tendon, jaringan ikat, dan jaringan

lemak.

Tumor jaringan lunak atau Soft Tissue Tumor (STT) adalah suatu benjolan

atau pembengkakan abnormal yang disebabkan pertumbuhan sel baru (Smletzer &

Bare, 2002).

Soft tissue tumor atau Soft Tissue Sarkoma adalah suatu kelompok tumor

yang biasanya berasal dari jaringan ikat, dan ditandai sebagai massa di anggota

gerak, badan, atau retroperitoneum (Toy et al. 2011). Wrist adalah sendi bagian

distal dari extremitas superior.

Dari beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa soft tissue tumor

wrist merupakan benjolan abnormal yang terdapat di sendi bagian distal ektremitas

superior.

Sedangkan eksisi merupakan salah satu tindakan bedah yaitu memotong

jaringan (tumor) dengan cara memotong.

2. Etiologi dan faktor resiko

Penyebab terjadinya tumor jaringan lunak (soft tissue tumor) belum diketahui

secara pasti, namun ada beberapa faktor yang dicurigai sebagai pemicu yaitu:

a. Kondisi genetik

Ada bukti tertentu pembentukan gen dan mutasi gen adalah faktor predisposisi

untuk beberapa tumor jaringan lunak, dalam daftar laporan gen yang abnormal,

bahwa gen memiliki peran penting dalam diagnosis.

b. Radiasi

Mekanisme yang patogenik adalah munculnya mutasi gen radiasi-induksi yang

mendorong transformasi neoplastik.

c. Lingkungan karsinogen

Page 2: Definisin

Sebuah hubungan antara eksposur ke berbagai karsinogen dan setelah itu

dilaporkan meningkatnya insiden tumor jaringan lunak.

d. Infeksi

Infeksi virus Epstein-Barr pada orang yang kekebalannya lemah juga akan

meningkatkan kemungkinan tumor jaringan lunak

e. Trauma

Hubungan antara trauma dan Soft Tissue Tumor nampaknya kebetulan. Trauma

mungkin menarik perhatian medis ke pra-luka yang ada (Muttaqin, 2008).

3. Manifetasi klinis

Tanda dan gejala tumor jaringan lunak tidak spesifik, tergantung pada lokasi

dimana tumor berada, umumnya gejalanya berupa adanya suatu benjolan dibawah

kulit yang tidak terasa sakit. Hanya sedikit penderita yang mengeluh sakit, yang

biasanya terjadi akibat perdarahan atau nekrosis dalam tumor, dan bisa juga karena

adanya penekanan pada saraf-saraf tepi.

Tumor jinak jaringan lunak biasanya tumbuh lambat, tidak cepat membesar,

bila diraba terasa lunak dan bila tumor digerakan relatif masih mudah digerakan dari

jaringan di sekitarnya dan tidak pernah menyebar ke tempat jauh. Sedangkan

pertumbuhan kanker jaringan lunak relatif cepat membesar, berkembang menjadi

benjolan yang keras, dan bila digerakkan agak sukar dan dapat menyebar ke tempat

jauh ke paru-paru, liver maupun tulang. Kalau ukuran kanker sudah begitu besar,

dapat menyebabkan borok dan perdarahan pada kulit diatasnya.

Pada tahap awal, STT biasanya tidak menimbulkan gejala karena jaringan

lunak yang relatif elastis, tumor atau benjolan tersebut dapat bertambah besar,

sebelum si penderita merasakan adanya tumor yang dideritanya.

4. Patofisiologi

Terlampir

5. Pemeriksaan penunjang diagnosis

Terdapat beberapa pemeriksaan yang perlu dilakukan pada pasien soft

tisssue tumor pro eksisi tumor diantaranya yaitu:

a. Pemeriksaan darah lengkap

Pemeriksaan darah lengkap atau Complete Blood Count adalah suatu jenis

pemeriksaan penyaring untuk menunjang diagnosis suatu penyakit dan atau

untuk melihat respon tubuh terhadap suatu penyakit. pemeriksaan darah lengkap

terdiri dari beberapa parameter pemeriksaan yaitu: hemoglobin, hematokrit,

Page 3: Definisin

leukosit, trombosit, indeks erirosit, laju endap darah, hitung jenis leukosit, platelet

distribution width dan red cell distribution width.

Hemoglobin merupakan molekul protein pada sel darah merah yang berfungsi

sebagai media transport oksigen dari paru-paru keseluruh tubuh dan membawa

karbondiaksoda dari jaringan tubuh ke paru-paru. Kadar hemoglobin dalam darah

yang rendah menandakan terjadinya anemia. Kadar hemoglobin harus dipastikan

dalam rentang normal sebelum dilakukan operasi untuk memastikan bahwa klien

tidak mengalami anemia selama dan setelah menjalani operasi.

b. Bleeding Time and Coagulation Time

Bleeding Time meniali kemampuan darah untuk membeku setelah adanya luka

atau trauma dimana trombosit berinteraksi dengan dinding pembuluh darah untuk

membentuk bekuan. Coagulatin Time (CT) adalah waktu yang diperlukan darah

untuk membeku atau waktu yang diperlukan saat pengambilan darah sampai

saat terjadinya pembekuan. BT dan CT harus diperhatikan sebelum dilakukan

operasi untuk mengetahui kemampuan tubuh klien dalam pemebekuan darah.

c. USG

Ultrasonografi adalah teknik diagnostik pencitraan menggunakan suara ultra

untuk mencitrakan organ internal. Pemeriksaan ini dapat menentukan letak dan

batas tumor.

d. Pemeriksaan fungsi ginjal

Pemeriksaan laboratorium fungsi ginjal yang sederhana meliputi pemeriksaan

ureum dan kreatinin perlu dilakukan karena peningkatan kadar ureum diatas 40gr

dan angka kreatinin diatas 1,6 merupakan tanda terjadinya gagal ginjal.

Jika memang ada gangguan fungsi ginjal yang sangat bermakna maka akan

sangat beresiko di lakukan operasi , untuk optimasi mungkin perlu di lakukan

pencucian darah sebelumnya atau sebisa mungkin menghindari obat-obat yang

di buang melalui ginjal.

e. Pemeriksaan fungsi hati

Pemeriksaan Liver Function Test (LFT) yang terdiri dari SGOT dan SGPT

dilakukan untuk menilai bagaimana kondisi fungsi hati pasien jika kadar enzim-

enzim hati tersebut masih dalam batas normal maka pasien dalam keadaan

optimal untuk operasi. Namun jika kadar LFT maka harus waspadai dalam

pemberian obat-obatan terutama obat anestesi yang sebagian besar di buang

melalui hati. Sehingga di khawatirkan membahayakan terhadap pasiennya di

operasi.

Page 4: Definisin

f. Pemeriksaan gula darah

Kadar gula darah yang tinggi akan mengganggu proses penyembuhan luka

operasi.

g. Biopsi

Metode yang paling umum selain pemeriksaan klinis adalah pemeriksaan biopsi,

bisa dengan biopsi aspirasi jarum halus (FNAB), atau biopsi dari jaringan tumor

langsung berupa biopsi insisi yaitu biopsi dengan mengambil jaringan tumor

sebagian sebagai contoh bila ukuran tumornya besar. Bila ukuran tumor kecil

dapat dilakukan pengangkatan langsung pada tumor. Setelah hasil biopsi

diperiksan oleh ahli patologi anatomi dan diketahui tumor jaringan lunak bersifat

jinak atau ganas maka dapat ditentukan metode penanganan yang sesuai. Bila

bersifat jinak maka benjolan/massa tersebut hanya perlu diangkat melalui eksisi,

tetapi bila ganas setelah dilakukan pengangkatan benjolan perlu dilakukan

radioterapi atau kemoterapi.

6. Penatalaksanaan medis

Penatalaksanaan pada pasien dengan soft tissue tumor wirst tergantung pada tahap

dari tumor yang didasarkan pada ukuran dan tingkatan dari tumor. Penatalaksanaan

paling umum untuk perawatan tumor jaringan lunak adalah pembedahan (eksisi).

Eksisi

Eksisi merupakan salah satu cara tindakan bedah yaitu membuang jaringan

(tumor) dengan cara memotongnya. Tindakan ini dilakukan untuk berbagai tujuan

antara lain: pemeriksaan penunjang (biopsi), pengobatan lesi jinak atau ganas, dan

memperbaiki penampilan secara kosmetis (Soedarwoto, 2000). Sebelum melakukan

eksisi, anatomi daerah yang akan dieksisi harus dikuasai terlebih dahulu. Pada

badan dan anggota gerak eksisi dapat dilakukan dengan mudah, tetapi pada daerah

tangan dan kaki harus hati-hati karena banyak pembuluh darah dan saraf superficial

dan tendon (Cipto H dkk, 2005).

Indikasi eksisi

Eksisi di indikasikan pada penyakit-penyakit seperti tumor dan kista

Keuntungan eksisi

- Seluruh specimen dapat diperiksan untuk diagnosis hispatologis dan

sekaligus melaksanakan eksisi total

- Pasien tidak memerlukan follow up yang berkepanjangan setelah eksisi

karena angka kekambuhan setelah eksisi total sangatlah rendah (Burge S

dkk, 1993).

Page 5: Definisin

Kekurangan eksisi

- Diperlukan anestesi

- Diperlukan teknik aseptik dengan menggunakan instrumen-instrumen

bedah, kain penyeka dan lap-lap yang steril

- Diperlukan sedikit waktu dan tingkat keahlian tertentu dari operatornya

(Burge S dkk, 1993).

Batas tepi eksisi

- Lesi-lesi jinak 1-2 mm

- Karsinoma sel basal noduler 2-3 mm, sclerosing 6-8 mm, multifokal 8-10

mm

- Penyakit bowen 3-4 mm

- Karsinoma sel skuamosa yang tumbuh lambat 6-10 mm, yang tumbuh

cepat 10-15 mm (Burge S dkk, 1993).

Langkah-langkah pelaksanaan eksisi

1. Beritahu pasien tidakan yang akan dilakukan

2. Lakukan  Inform consent

3. Cuci tangan

4. Siapkan peralatan dan lakukan anastesi lokal atau general

5. Pakai sarung tangan

6. Bersihkan area yang akan dieksisi dengan disinfektan

7. Lakukan insisi berbentuk elips diatas lokasi tumor/kista dengan arah

sesuai garis Langer (bila tumor sangat menonjol jika tidak menonjol insisi

cukup lurus saja)

8. Angkat sebagian segmen kecil kulit yang berbentuk elips dengan hati-hati

agar tidak menusuk  tumor

9. Tarik kulit berbentuk elips yang masih melekat pada tumor, tumor

dibebaskan dari jaringan sekitar secara tumpul dan hati-hati dengan

menggunakan gunting berujung tumpul atau klem tumpul, sampai seluruh

tumor terangkat

Page 6: Definisin

10. Klem perdarahan yang ada dan diligasi dengan cat gut

11. Lakukan penjahitan dinding lapis demi lapis

12. Bersihkan area yang telah dijahit dengan disinfektan

13. Tutup luka dengan perban/kassa

Catatan :

o Bila tumor ternyata pecah, maka seluruh isi tumor dikeluarkan dulu,

baru dilakukan pengangkatan dinding tumor

o Bila perlu (ada kemingkinan ada kemungkinan infeksi atau kista

pecah) dapat dipasang drain selama 24 jam

o Angkat jahitan  setelah  4  atau  5 hari tergantung  penyembuhan luka

Komplikasi eksisi

- Bila hemostasis tidak baik, dapat terjadi perdarahan di daerah operasi.

Eksisi tumor mudah menyebabkan perdarahan. Bila perdarahan

merembes dan tidak dapat dijahit (jaringan rapuh), dilakukan penekanan

dan balut tekan diatas titik perdarahan

- Infeksi

Infeksi dapat muncul bila tehnik aseptik tidak dilaksanakan dengan tepat,

atau sudah ada infeksi di daerah yang di eksisi.

Perawatan pasca eksisi

- Area yang dieksisi harus tetap kering untuk mencegah terjadinya infeksi

- Angkat jahitan dilakukan pada hari ke 4-5 dan tergantung penyembuhan

luka

Tujuan akhir dari terapi pembedahan adalah untuk mencegah terjadinya

kekambuhan. Eksisi bedah memiliki peranan penting dalam terapi penyakit

metastasik.

Page 7: Definisin

Selain dengan pembedahan, terapi lain untuk soft tissue tumor adalah radiasi

dan kemoterapi. Kedua terapi ini dilakukan jika tumor bersifat ganas dan tidak dapat

ditangani hanya dengan pembedahan atau eksisi.

7. Asuhan keperawatan

a. Pengkajian

- Anamnesa, mengkaji riwayat kesehatan klien. Mengkaji dengan

menggunakan PQRST (benjolan yang timbul)

- Mengumpulkan data objektif dari klien ( hasil pemeriksaaan penunjang:

laboratorium jika memiliki)

- Melakukan pemeriksaan fisik

- Melakukan pemeriksanaan penunjuang

b. Diagosa keperawatan

- Pre-operatif

Cemas berhubungan dengan prosedur pembedahan

Nyeri akut berhubungan dengan agen injury biologi

- Intra-operattif

Resiko kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan

volume cairan secara aktif.

- Post-operatif

Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan disfungsi

neuromuscular

Resiko injury berhubungan dengan pengaruh anestesi

Resiko infeksi berhubungan dengan tindakan invasif/pembedahan.

c. Rencana tindakan yang akan dilakukan

1. Pre-operatif

Cemas berhubungan dengan prosedur pembedahan

a. Tujuan: klien mampu mengontrol cemas dan mempunyai

mekanisme koping yang positif setelah dilakukan tindakan

keperawatan selama 1x30 menit dengan kriteria hasil, klien

mengidentifikasi, mengungkapkan dan menunjukkan tehnik

untuk mengontrol cemas, klien mengatakan lebih tenang,

ekspresi klien tenang dan rileks, vital sign dalam batas normal

TD: 110-120/70-80mmHg, N: 60-100 x/menit, RR: 16-22x/menit,

S:36-37,5

b. Rencana tindakan keperawatan yang akan dilakukan adalah:

1. Kaji penyebab dan tingkat kecemasan klien

Page 8: Definisin

2. berikan support system dan motivasi klien

3. Berikan lingkungan yang nyaman,

4. ukur TTV

5. Jelaskan prosedur dan tindakan dengan singkat dan jelas,

dan ajarkan teknik relaksasi nafas dalam.

Nyeri akut berhubungan dengan agen injury biologi

a. Tujuan: setelah diberikan asuhan keperawatan selama 1x30

menit, nyeri berkurang dengan kriteria hasil:klien lebih tenang,

ekspresi klien lebih rileks, tandatanda vital dalam rentang

normal: TD: 110-120/70-80 mmHg, RR: 16-22 x/menit, N: 60-

100 x/menit, S: 36-37,5

b. Rencana tindakan keperawatan yang akan dilakukan:

1. Kaji lokasi, intensitas, frekuensi dan tipe nyeri

2. Observasi tanda-tanda vital

3. Immobilisasi bagian yang sakit

4. Ajarkan teknik relaksasi nafas dalam

5. dan kolaboratif pemberian analgetik.

2. Intra-operatif

Resiko kekurangan volume cairanberhubungan dengan kehilangan

volume cairan secara aktif

a. Tujuan: setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x15

menit, perdarahan dapat diminimalkan dengan kriteria hasil:

tanda-tanda vital dalam rentang normal: TD: 110-120/70-

80mmHg, RR: 16-22 x/menit, N: 60-100 x/menit, dan S : 36-

37,5 turgor kulit baik, perfusi perifer baik, akral hangat, kering

dan merah.

b. Rencana tindakan keperawatan:

1. pantau tanda-tanda vital

2. monitor pengeluaran perdarahan pada mesin suction

3. kaji konjungtiva klien

4. kolaborasi dalam pemberian cairan infus maupun tranfusi

5. kolaborasi dalam pemasangan torniquet

3. Post-operatif

Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan disfungsi

Neuromuscular

Page 9: Definisin

a. Tujuan: setelah dilakukan tindakan keperawatan selama1x50

menit, jalan nafas klien paten, klien dapat mendemonstrasikan

batuk efektif dan suara nafas yang bersih.

b. Rencana tindakan keperawatan:

1. posisikan klien untuk memaksimalkan ventilasi,

2. keluarkan secret dengan suction

3. monitor respirasi dan saturasi O2

Resiko injury berhubungan dengan pengaruh anestesi

a. Tujuan:diharapkan dari diagnosa 2 adalah selama 1x15 menit,

klien tidak mengalami injury dengan kriteria hasil klien bebas

dari injury.

b. Rencana tindakan keperawatan:

1. sediakan lingkungan yang aman, pasang side rail tempat

tidur

2. identifikasi kebutuhan sesuai dengan kondisi klien

3. dan pindahkan barang yang dapat membahayakan klien

Resiko infeksi berhubungan dengan tindakan invasif/pembedahan.

a. Tujuan:diharapkan dari diagnosa 3 adalah selama 2x60 menit,

klien tidak mengalami infeksi dengan kriteria hasil klien bebas

dari tanda dan gejala infeksi

b. Rencana tindakan keperawatan:

1. pertahankan tindakan aseptic, cuci tangan sebelum dan

sesudah tindakan,

2. monitor tanda dan gejala infeksi,

3. berikan antibiotic sesuai advis dokter

4. inspeksi kulit dan membran mukosa terhadap adanya

kemerahan, panas.

Page 10: Definisin

DAFTAR PUSTAKA

Cipto H, dkk. Ilmu penyakit kulit dan kelamin. FKUI. 2005.

Muttaqin, A. 2008. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Klien Gangguan Sistem

Muskuloskeletal. Jakarta. EGC.

Sjamsuhidajat, R. 2010. Buku Ajar Ilmu Bedah. Jakarta. EGC.

Soedarwoto dkk. 2003. Kombinasi bedah eksiis, skin flash dan injeksi triamsinolon

asetonoid intra lesi pada keloid di cuping telinga. Badan Penerbit Universitas Diponegoor.

Semarang

Toy, Eugene C; Liu,Terrence H dan Campbell, Andre R. 2011.Case Files : Ilmu

Bedah Edisi Ketiga. Tangerang. Karisma Publishing Group.

Burge dkk. 1993. Bedah kulit praktis. Widya Medika. Jakarta

Page 11: Definisin

Patofisologi

Kondisi genetik, radiasi, trauma, infeksi

Terbentuknya benjolan (tumor) dibawah kulit

Soft Tissue Tumor (STT)

Adanya benjolan, kurang pengetahuan, pertama kali

operasi

Pre-operatif

MK: KECEMASAN

Intra-operatif

Pembedahan

MK: RESIKO KEKURANGAN VOL CAIRAN, HIPOTERMI

Post-operatif

Adanya luka bekas operasi

Terputusnya kontinuitas jaringan

MK: RESIKO INFEKSI, KERUSAKAN INTEGRITAS KULIT,

Page 12: Definisin

LAPORAN PENDAHULUAN DEPARTEMEN SURGICAL

“SOFT TISSUE TUMOR WRIST PRO EKSISI TUMOR”

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Individu Departemen Surgical

di Ruang OK RSUD Lawang

Di susun Oleh :

Sri Indah Novianti 115070201111020

Kelompok 8 Reguler

JURUSAN KEPERAWATAN

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS BRAWIJAYA

MALANG

2015