Definisi PERILAKU ORGANISASI
-
Upload
khendiitem -
Category
Documents
-
view
44 -
download
0
Transcript of Definisi PERILAKU ORGANISASI
![Page 1: Definisi PERILAKU ORGANISASI](https://reader036.fdokumen.com/reader036/viewer/2022082513/557213f4497959fc0b936806/html5/thumbnails/1.jpg)
Definisi PERILAKU ORGANISASI :
Perilaku Organisasi adalah suatu disiplin ilmu yang mempelajari bagaimana seharusnya perilaku tingkat individu, tingkat kelompok, serta dampaknya terhadap kinerja (baik kinerja individual, kelompok, maupun organisasi).
Perilaku organisasi juga dikenal sebagai Studi tentang organisasi. Studi ini adalah sebuah bidang
telaah akademik khusus yang mempelajari organisasi, dengan memanfaatkan metode-metode
dari ekonomi, sosiologi, ilmu politik, antropologidan psikologi. Disiplin-disiplin lain yang terkait dengan
studi ini adalah studi tentang Sumber daya manusia dan psikologi industri serta perilaku organisasi.
Tinjauan umum
Studi organisasi adalah telaah tentang pribadi dan dinamika kelompok dan konteks organisasi, serta
sifat organisasi itu sendiri. Setiap kali orang berinteraksi dalam organisasi, banyak faktor yang ikut
bermain. Studi organisasi berusaha untuk memahami dan menyusun model-model dari faktor-faktor
ini.
Seperti halnya dengan semua ilmu sosial, perilaku organisasi berusaha
untukmengontrol, memprediksikan, dan menjelaskan. Namun ada sejumlah kontroversi mengenai
dampak etis dari pemusatan perhatian terhadap perilaku pekerja. Karena itu, perilaku organisasi (dan
studi yang berdekatan dengannya, yaitupsikologi industri) kadang-kadang dituduh telah menjadi alat
ilmiah bagi pihak yang berkuasa. Terlepas dari tuduhan-tuduhan itu, Perilaku Organisasi dapat
memainkan peranan penting dalam perkembangan organisasi dan keberhasilan kerja.
Sejarah
Meskipun studi ini menelusuri akarnya kepada Max Weber dan para pakar yang sebelumnya, studi
organisasi biasanya dianggap baru dimulai sebagai disiplin akademik bersamaan dengan
munculnya manajemen ilmiah pada tahun 1890-an, dengan Taylorisme yang mewakili puncak dari
gerakan ini. Para tokoh manajemen ilmiah berpendapat bahwa rasionalisasi terhadap organisasi
dengan rangkaian instruksi dan studi tentang gerak-waktu akan menyebabkan peningkatan
produktivitas. Studi tentang berbagai sistem kompensasi pun dilakukan.
Setelah Perang Dunia I, fokus dari studi organisasi bergeser kepada analisis tentang bagaimana
faktor-faktor manusia dan psikologi mempengaruhi organisasi. Ini adalah transformasi yang didorong
oleh penemuan tentang Dampak Hawthorne.Gerakan hubungan antar manusia ini lebih terpusat
pada tim, motivasi, dan aktualisasi tujuan-tujuan individu di dalam organisasi.
Para pakar terkemuka pada tahap awal ini mencakup:
Chester Barnard
Henri Fayol
Mary Parker Follett
Frederick Herzberg
Abraham Maslow
David McClelland
Victor Vroom
![Page 2: Definisi PERILAKU ORGANISASI](https://reader036.fdokumen.com/reader036/viewer/2022082513/557213f4497959fc0b936806/html5/thumbnails/2.jpg)
Perang Dunia II menghasilkan pergeseran lebih lanjut dari bidang ini, ketika penemuan logistik besar-
besaran dan penelitian operasi menyebabkan munculnya minat yang baru terhadap sistem dan
pendekatan rasionalistik terhadap studi organisasi.
Pada tahun 1960-an dan 1970-an, bidang ini sangat dipengaruhi oleh psikologi sosial dan tekanan
dalam studi akademiknya dipusatkan pada penelitian kuantitatif.
Sejak tahun 1980-an, penjelasan-penjelasan budaya tentang organisasi dan perubahan menjadi
bagian yang penting dari studi ini. Metode-metode kualitatif dalam studi ini menjadi makin diterima,
dengan memanfaatkan pendekatan-pendekatan dari antropologi, psikologi dan sosiologi.
Keadaan bidang studi ini sekarang
Perilaku organisasi saat ini merupakan bidang studi yang berkembang. Jurusan studi organisasi pada
umumnya ditempatkan dalam sekolah-sekolah bisnis, meskipun banyak universitas yang juga
mempunyai program psikologi industri dan ekonomi industri pula.
Bidang ini sangat berpengaruh dalam dunia bisnis dengan para praktisi sepertiPeter
Drucker dan Peter Senge yang mengubah penelitian akademik menjadi praktik bisnis. Perilaku
organisasi menjadi semakin penting dalam ekonomi global ketika orang dengan berbagai latar
belakang dan nilai budaya harus bekerja bersama-sama secara efektif dan efisien. Namun bidang ini
juga semakin dikritik sebagai suatu bidang studi karena asumsi-asumsinya yang etnosentris dan pro-
kapitalis (lihat Studi Manajemen Kritis)
PERSEPSI DAN KOMUNIKASI
Dua istilah PERSEPSI dan komunikasi ini amat erat dan penting sekali diketahui guna memahami
ilmu perilaku ini. Komunikasi terjadi jika seseorang ingin menyampaikan informasi kepada orang lain.
Dan komunikasi tersebut dapat berjalan baik dan tepat jika penyampai informasi tadi
menyampaikannya dengan patut, dan penerima informasi menerimanya tidak dalam bentuk distorsi.
Jika dalam proses penyampaian informasi tidak patut dan terjadi distorsi, maka komunikasi semacam
ini dapat dikatakan komunikasi yang tidak efektif atau mengalami kegagalan. Kegagalan
berkomunikasi bisa terjadi karena banyak hambatan-hambatan. Salah satu hambatan yang
ditimbulkan dari unsur manusia yang terlibat didalamnya ialah karena persepsi yang berbeda.
Persepsi pada hakekatnya adalah proses kognitif yang dialami oleh setiap orang didalam memahami
informasi tentang lingkungannya, lewat penglihatan, pendengaran, penghayatan, perasaan, dan
penciuman. Persepsi adalah suatu proses kognitif yang kompleks dan yang menghasilkan suatu
gambar unik tentang kenyataan yang barangkali sangat berbeda dari kenyataannya.
Subproses persepsi dapat terdiri dari suatu situasi yang hadir pada se-seorang. Disini seseorang
tersebut menghadapi suatu kenyataan lingkungan yang harus dilihat dan diartikan. Subproses
berikutnya adalah registrasi, interpretasi, dan umpan balik. Dengan demikian setelah seseorang
mengetahui keadaan lingkungannya, semua keterangan tersebut didaftar dalam ingatan dan
fikirannya. Pada gilirannya nanti orang tersebut kemudian mengartikan atau meng-interpretasikan
![Page 3: Definisi PERILAKU ORGANISASI](https://reader036.fdokumen.com/reader036/viewer/2022082513/557213f4497959fc0b936806/html5/thumbnails/3.jpg)
tentang semua informasi yang didaftar tentang lingkungan yang dihadapi tadi. Proses terakhir orang
tersebut akan memberikan umpan balik.
Dalam persepsi yang amat menarik dibicarakan adalah proses pemilihan persepsi, yakni suatu
proses bagaimana seseorang bisa tertarik pada suatu objek sehingga menimbulkan adanya suatu
persepsi mengenai objek tersebut. Adapun faktor penyebab bagaimana seseorang tertarik pada objek
tersebut dapat dikelompokkan atas dua hal yakni faktor dari luar diri seseorang dan faktor dari dalam
diri sendiri. Faktor dari luar misalnya karena intensitas, ukuran, kontras, pengulangan, gerakan, dan
objek tersebut baru atau sudah dikenal. Adapun faktor dari dalam terdiri dari proses pemahamam
atau learning, motivasi, dan kepribadian seseorang.
Persepsi dapat diorganisir dalam diri seseorang berdasarkan hal-hal seperti adanya kesamaan dan
ketidaksamaan objek, adanya kedekatan dalam ruang, dan adanya kedekatan dalam waktu. Selain
itu jika seseorang melakukan persepsi terhadap orang lain, akibat karena adanya hubungan dan
interaksi secara langsung, maka orang tersebut melakukan persepsi sosial. Dalam persepsi seperti ini
karakteristik masing-masing yang berhubungan amat menentukan. Selain itu beberapa hal yang ikut
menentukan prasaran persepsi sosial antara lain karena adanya proses atribusi, stereotype, dan halo
effect.
Istilah lain lagi yang amat berhubungan dengan persepsi adalah komunikasi. Banyak pengertian yang
dikemukakan tentang komunikasi ini, tetapi ada tiga aspek penting yang merupakan kontinum
dibahas dalam buku ini. Tiga aspek tersebut adalah informasi, proses komunikasi dalam suatu
organisasi, dan komunikasi antar orang.
Mengenai informasi ada tiga hal penting yang dikemukakan dalam bab ini sehingga dapat
memberikan pengertian tentang sifat hakekatnya. Tiga hal itu antara lain kelebihan, pengertian, dan
umpan balik. Dengan demikian jika suatu informasi yang dikomunikasikan itu berlebihan akan
menimbulkan beberapa reaksi, misalnya orang-orang berkomunikasi gagal memperhitungkan dengan
tepat informasi yang diterimanya, banyak membuat kesalahan, menumpuk pekerjaan, penyaringan
informasi, mengerti hanya garis besarnya saja, melempar tugas ke orang lain, dan menghindar
dengan sengaja informasi yang datang. Adapun sifat lain dari informasi adalah pengertian dan umpan
balik. Penerimaan dan pemahaman penerima informasi akan mempengaruhi pengertian ini, demikian
pula umpan balik dari informasi tersebut.
Adapun komunikasi organisasi adalah suatu komunikasi yang terjadi dalam suatu organisasi tertentu.
Ciri dari komunikasi organisasi ini ialah berstruktur atau berhirarki. Komunikasi ini mempunyai struktur
yang vertikal dan horizontal, dan sebagai akibatnya dapat pula berstruktur keluar organisasi. Struktur
yang terakhir ini jika organisasi tersebut melakukan interaksi dengan lingkungannya.
Kalau dalam organisasi dikenal adanya struktur formal dan informal maka dalam komunikasinyapun
dikenal adanya komunikasi formal dan informal. Komunikasi formal mengikuti jalur hubungan formal
yang tergambar dalam susunan atau struktur organisasi. Adapun komunikasi informal arus
informasinya sesuai dengan kepentingan dan kehendak masing-masing pribadi yang ada dalam
organisasi tersebut. Proses hubungan komunikasi informal tidak mengikuti jalur struktural, sehingga
bisa saja terjadi seseorang yang mempunyai struktur formal berada dibawah, berkomunikasi dengan
seseorang yang berada di tingkat pimpinan.
![Page 4: Definisi PERILAKU ORGANISASI](https://reader036.fdokumen.com/reader036/viewer/2022082513/557213f4497959fc0b936806/html5/thumbnails/4.jpg)
Komunikasi yang kiranya juga amat penting dikemukakan sebagai unsur kontimum yang ketiga ialah
komunikasi antar pribadi. Efektifitas komunikasi antar pribadi ini, dapat dilihat dari lima hal berikut:
adanya keterbukaan, empathy, dukungan, kepositifan, dan kesamaan. Faktor kesamaan ini erat
sekali dengan konsep homophily dan heterophily. Homophily menunjukkan pada suatu derajat
kesamaan antara dua fihak yang terikat dalam komunikasi, yakni pribadi penyampai informasi dan
pribadi yang menerima informasi. Sedangkan lawannya ialah heterophily yang menunjukkan
ketidaksamaan.
PERILAKU INDIVIDU DALAM ORGANISASI
Perilaku manusia sangat berbeda antara satu dengan lainnya. Perilaku itu sendiri adalah suatu fungsi
dari interaksi antara seseorang individu dengan lingkungannya. Ditilik dari sifatnya, perbedaan
perilaku manusia itu disebabkan karena kemampuan, kebutuhan, cara berpikir untuk menentukan
pilihan perilaku, pengalaman, dan reaksi affektifnya berbeda satu sama lain.
Pendekatan yang sering dipergunakan untuk memahami perilaku manusia adalah; pendekatan
kognitif, reinforcement, dan psikoanalitis. Berikut penjelasan ketiga pendekatan tersebut dilihat dari;
penekanannya, penyebab timbulnya perilaku, prosesnya, kepentingan masa lalu di dalam
menentukan perilaku, tingkat kesadaran, dan data yang dipergunakan.
1. Penekanan.
Pendekatan kognitif menekankan mental internal seperti berpikir dan menimbang. Penafsiran individu
tentang lingkungan dipertimbangkan lebih penting dari lingkungan itu sendiri.
Pendekatan penguatan (reinforcement) menekankan pada peranan lingkungan dalam perilaku
manusia. Lingkungan dipandang sebagai suatu sumber stimuli yang dapat menghasilkan dan
memperkuat respon perilaku.
Pendekatan psikoanalitis menekankan peranan sistem personalitas di dalam menentukan sesuatu
perilaku. Lingkungan dipertimbangkan sepanjang hanya sebagai ego yang berinteraksi dengannya
untuk memuaskan keinginan.
2. Penyebab Timbulnya Perilaku
Pendekatan kognitif, perilaku dikatakan timbul dari ketidakseimbangan atau ketidaksesuaian pada
struktur kognitif, yang dapat dihasilkan dari persepsi tentang lingkungan.
Pendekatan reinforcement menyatakan bahwa perilaku itu ditentukan oleh stimuli lingkungan baik
sebelum terjadinya perilaku maupun sebagai hasil dari perilaku.
Menurut pendekatan psikoanalitis, perilaku itu ditimbulkan oleh tegangan (tensions) yang dihasilkan
oleh tidak tercapainya keinginan.
3. Proses.
![Page 5: Definisi PERILAKU ORGANISASI](https://reader036.fdokumen.com/reader036/viewer/2022082513/557213f4497959fc0b936806/html5/thumbnails/5.jpg)
Pendekatan kognitif menyatakan bahwa kognisi (pengetahuan dan pengalaman) adalah proses
mental, yang saling menyempurnakan dengan struktur kognisi yang ada. Dan akibat ketidak sesuaian
(inconsistency) dalam struktur menghasilkan perilaku yang dapat mengurangi ketidak sesuaian
tersebut.
Pendekatan reinforcement, lingkungan yang beraksi dalam diri individu mengundang respon yang
ditentukan oleh sejarah. Sifat dari reaksi lingkungan pada respon tersebut menentukan
kecenderungan perilaku masa mendatang.
Dalam pendekatan psikoanalitis, keinginan dan harapan dihasilkan dalam Id kemudian diproses oleh
Ego dibawah pengamatan Superego.
4. Kepentingan Masa lalu dalam menentukan Perilaku.
Pendekatan kognitif tidak memperhitungkan masa lalu (ahistoric). Pengalaman masa lalu hanya
menentukan pada struktur kognitif, dan perilaku adalah suatu fungsi dari pernyataan masa sekarang
dari sistem kognitif seseorang, tanpa memperhatikan proses masuknya dalam sistem.
Teori reinforcement bersifat historic. Suatu respon seseorang pada suatu stimulus tertentu adalah
menjadi suatu fungsi dari sejarah lingkungannya.
Menurut pendekatan psikoanalitis, masa lalu seseorang dapat menjadikan suatu penentu yang relatif
penting bagi perilakunya. Kekuatan yang relatif dari Id, Ego dan Superego ditentukan oleh interaksi
dan pengembangannya dimasa lalu.
5. Tingkat dari Kesadaran.
Dalam pendekatan kognitif memang ada aneka ragam tingkatan kesadaran, tetapi dalam kegiatan
mental yang sadar seperti mengetahui, berpikir dan memahami, dipertimbangkan sangat penting.
Dalam teori reinforcement, tidak ada perbedaan antara sadar dan tidak. Biasanya aktifitas mental
dipertimbangkan menjadi bentuk lain dari perilaku dan tidak dihubungkan dengan kasus kekuasaan
apapun. Aktifitas mental seperti berpikir dan berperasaan dapat saja diikuti dengan perilaku yang
terbuka, tetapi bukan berarti bahwa berpikir dan berperasaan dapat menyebabkan terjadinya perilaku
terbuka.
Pendekatan psikoanalitis hampir sebagian besar aktifitas mental adalah tidak sadar. Aktifitas tidak
sadar dari Id dan Superego secara luas menentukan perilaku.
6. Data.
Dalam pendekatan kognitif, data atas sikap, nilai, pengertian dan pengharapan pada dasarnya
dikumpulkan lewat survey dan kuestioner.
Pendekatan reinforcement mengukur stimuli lingkungan dan respon materi atau fisik yang dapat
diamati, lewat observasi langsung atau dengan pertolongan sarana teknologi.
![Page 6: Definisi PERILAKU ORGANISASI](https://reader036.fdokumen.com/reader036/viewer/2022082513/557213f4497959fc0b936806/html5/thumbnails/6.jpg)
Pendekatan psikoanalitis menggunakan data ekspresi dari keinginan, harapan, dan bukti penekanan
dan bloking dari keinginan tersebut lewat analisa mimpi, asosiasi bebas, teknik proyektif, dan hipnotis.
KEPEMIMPINAN DAN KEKUASAAN
Kepemimpinan adalah suatu aktifitas untuk mempengaruhi perilaku orang lain agar supaya mereka
mau diarahkan untuk mencapai tujuan tertentu. Disini dapat ditangkap suatu pengertian bahwa jika
seseorang telah mulai berkeinginan untuk mempengaruhi perilaku orang lain, maka kegiatan
kepemimpinan itu telah dimulai. Pengaruh dan kekuasaan dari seseorang PEMIMPIN mulai nampak
relevansinya. Itulah sebabnya membicarakan kepemimpinan dapat dimulai dari mana saja. Mulai dari
sudut pandangan ilmu perilaku organisasi, karena itu seringkali kepemimpinan dipertautkan dengan
manajemen.
Usaha untuk meneliti kepemimpinan sudah dimulai sejak lama. Terutama di Amerika Serikat, usaha
tersebut mulai dilakukan oleh studi-studi dari Universitas Iowa disekitar tahun 1930, di Universitas
Ohio tahun 1945, dan di Universitas Michigan tahun 1947. Mulai saat itu usaha untuk
mengembangkan teori kepemimpinan melaju dengan pesatnya. Banyak teori-teori yang
dikembangkan dari hasil penelitian itu, diantaranya teori sifat, teori kelompok atau teori pertukaran,
teori situasional dan model kontijensi, teori path-goal, dan pendekatan “Social Learning“. Dan dari
teori-teori itu banyak dikenalkan beberapa model dan gaya kepemimpinan.
Gaya kepemimpinan adalah suatu cara yang dipergunakan oleh seorang pemimpin dalam
mempengaruhi perilaku orang lain. Dari gaya ini dapat diambil manfaatnya untuk dipergunakan
sebagai pedoman bagi pemimpin dalam memimpin bawahan atau para pengikutnya. Gaya-gaya
kepemimpinan yang banyak dikenalkan oleh para ahli teori kepemimpinan antara lain:
- gaya kepemimpinan kontinum (otokratis dan demokratis),
- gaya kepemimpinan managerial grid,
- gaya tiga dimensi dari Reddin,
- gaya empat sistem dari Likert,
- dan gaya yang nampaknya paling akhir dalam perkembangan teori kepemimpinan di Amerika
Serikat, yakni gaya kepemimpinan situasional dari Hersey dan Blanchard.
Kepemimpinan situasional ini dihubungkan dengan perilaku pemimpin dengan bawahan atau
pengikutnya. Adapun para pengikut ini dilihat sampai dimana tingkat kematangannya, dalam hal mau
dan mampu melakukan tugas-tugasnya.
Dalam hubungannya dengan perilaku pemimpin ini, ada dua hal yang biasanya dilakukan olehnya
terhadap pengikut, yakni: perilaku mengarahkan dan perilaku mendukung. Perilaku mengarahkan
hanya dalam komunikasi satu arah, sedangkan perilaku mendukung diartikan dalam komunikasi dua
arah.
Kalau kedua norma perilaku itu dituangkan ke dalam dua poros yang berbeda, maka akan melahirkan
empat gaya kepemimpinan, yaitu: Gaya 1 (G1) tinggi pengarahan rendah dukungan, Gaya 2 (G2)
tinggi pengarahan dan tinggi dukungan, Gaya 3 (G3) tinggi dukungan dan rendah pengarahan, dan
![Page 7: Definisi PERILAKU ORGANISASI](https://reader036.fdokumen.com/reader036/viewer/2022082513/557213f4497959fc0b936806/html5/thumbnails/7.jpg)
Gaya 4 (G4) rendah dukungan dan rendah pengarahan.
Oleh karena fungsi kepemimpinan yang lazim ialah membuat keputusan, maka gaya kepemimpinan
tersebut akan nampak jika dipraktekkan dalam hal melakukan pembuatan keputusan. Dalam hal ini
empat gaya tersebut akan dapat rujukan tindakan-tindakan tertentu.
Untuk gaya 1 (G1) pemimpin suka terhadap tinggi pengarahan dan rendah dukungan. Tindakan
seperti ini dapat dirujuk dengan tindakan instruksi. Hal ini dilakukan olehnya, karena situasi
kematangan bawahan masih rendah. Dan kalau dihubungkan sumber dan bentuk kekuasaan yang
dipunyainya, maka pemimpin menyukai sumber kekuasaan paksaan. Sumber kekuasaan ini sangat
efektif dijalankan olehnya.
Untuk gaya 2 (G2) dirujuh dengan tindakan konsultasi. Karena masih banyak memberikan
pengarahan dan juga perilaku mendukung. Tindakan ini dilakukan karena kematangan bawahan
dalam keadaan sedang. Sumber kekuasaan yang ada pada-nya penghargaan dan legitimasi.
Untuk gaya 3 (G3) tindakan pemimpin dirujuk dengan partisipasi. Ini berarti dukungan pemimpin lebih
tinggi dibandingkan dengan pengarahannya. Karena kematangan bawahan sudah agak tinggi (M3).
Posisi kontrol atas pemecahan masalah atau pembuatan keputusan dipegang bergantian antara
pemimpin dan bawahan. Sumber kekuasaannya adalah kekuasaan referensi dan informasi.
Pemimpin menunjukkan kebolehannya sebagai orang yang lebih dari bawahannya, sehingga
penampilan, bobot, dan perilakunya disenangi dan diterima oleh bawahannya. Bawahan
menyukainya dan menganggap sebagai sumber informasi, dan tempat bertanya.
Sedangkan gaya 4 (G4) dirujuk dengan tindakan delegasi, karena rendah dukungan dan rendah
pengarahan. Hal ini diperbuat karena kematangan bawahan sudah pada taraf yang tinggi (M4).
Pemimpin sering mendiskusikan masalah bersama-sama dengan bawahan, sehingga tercapai
kesepakatan. Pembuatan keputusan didelegasikan kepada bawahan. Sumber kekuasaan yang ada
padanya kekuasaan keahlian dan informasi.
Demikianlan inti pokok pembahasan kepemimpinan dalam hubungannya dengan kekuasaan. Kedua
istilah ini pemimpin atau kepemimpinan dengan kekuasaan mempunyai relevansi yang cukup tinggi.
Kepemimpinan adalah suatu proses untuk mempengaruhi perilaku orang lain. Untuk mempengaruhi,
membutuhkan kekuasaan. Sedangkan kekuasaan itu sendiri merupakan potensi pengaruh dari
seorang pemimpin. Ini berarti bahwa kekuasaan adalah merupakan suatu sumber yang
memungkinkan seorang pemimpin mendapatkan hak untuk mengajak, meyakinkan, dan
mempengaruhi oran lain.
Perjalanan pemberdayaan adalah salah satu hal yang paling menantang yang bisa dilakukan setiap
karyawan. Ini meminta kita agar merubah berbagai asumsi dasar yang kita miliki sebelumnya. Dan
untuk mencapai ke arah pemberdayaan, banyak jalan yang tersedia. Masing-masing perusahaan dan
orang mungkin akan memilih jalan yang berbeda untuk tujuan yang sama. Perubahan memerlukan
komitmen dan usaha nyata, maka akan sangatlah membantu jika kita memiliki rencana aksi sebagai
panduan bagi semua orang yang terlibat di dalamnya. Sangatlah penting untuk memahami bahwa
setiap perubahan organisasi akan melewati berbagai tahap jika ingin menuai kesuksesan. Adapun
tiga tahap perubahan tersebut adalah:
![Page 8: Definisi PERILAKU ORGANISASI](https://reader036.fdokumen.com/reader036/viewer/2022082513/557213f4497959fc0b936806/html5/thumbnails/8.jpg)
1. Memulai dan Mengorientasikan Pemberdayaan.
2. Perubahan dan Putus Asa.
3. Menerapkan dan Menghaluskan Pemberdayaan.
Pada masing-masing tahapan memiliki berbagai masalah dan aksi sendiri, yang berarti ketiga tahap
itu memiliki fungsi yang berbeda. Namun ketiga tahap itu harus dilewati dan diterapkan semuanya.
Kita tidak bisa menggunakan satu tahap dan mengabaikan tahap lainnya. Sedangkan kunci
pemberdayaan ada 3 macam, yaitu:
1. Saling berbagi informasi kepada setiap orang
2. Menciptakan otonomi memalui batas-batas
3. Tim menjadi hirarki.
Dalam menciptakan kultur pemberdayaan, salah satu perubahan utama mencakup sebuah
perpindahan dari ketergantungan pada kepemimpinan ke kondisi kemandirian pada kepemimpinan.
Untuk membantu panduan perjalanan ini kita menggunakan Kepemimpinan Situasional dan
penerapannya untuk 4 ranah - kepemimpinan diri, kepemimpinan satu-satu, kepemimpinan tim, dan
kepemimpinan organisasi - bersama tiga kunci pemberdayaan.
Berikut Tahapan Rencana Aksi Pemberdayaan:
Tahap 1 Memulai dan Mengorientasikan Pemberdayaan
1. Saling berbagi informasi untuk memulai proses perubahan
2. Menatapkan batas-batas untuk menciptakan otonomi
3. Mengembangkan tim untuk mengganti sistem hirarki
Tahap 2 Perubahan dan Putus Asa
1. Berbagi dan mendengarkan lebih banyak lagi informasi
2. Memperluas batas-batas untuk menetapkan otonomi dan tanggung jawab
3. Mendorong tim untuk lebih banyak menerapkan peran hirarki
Tahap 3 Menerapkan dan Menghaluskan Pemberdayaan
1. Meningkatkan saling berbagi informasi untuk meningkatkan performa
2. Memasukkan batas-batas ke dalam sistem nilai setiap orang
3. Tim mengganti sistem hirarki