Definisi Keunggulan Kelemahan Pencangkokan

5
Perbanyakan Tanaman secara Vegetatif Tanaman dapat diperbanyak dengan cara vegetatif dan generatif, yang membedakan keduanya adalah bahan yang digunakan dalam perbanyakanya. Perbanyakan tumbuhan dengan cara generatif menggunakan biji sebagai bahan media tanam. Sedangkan perbanyakan tumbuhan dengan cara vegetatif menggunakan bahan tanam selain biji, dapat berupa cabang, batang, akar dan daun. Perbanyakan tanaman secara vegetatif bertujuan untuk memanfaatkan bagian tanaman lain selain biji sebagai media tanam yang memiliki keunggulan berupa hasilnya yang lebih cepat berproduksi (berbuah). Terdapat beberapa metode perbanyakan tanaman secara vegetatif, antara lain stek, perundukan (layering), okulasi, penyambungan (grafting), dan pencangkokan (air-layering). Meski memiliki tujuan yang sama yaitu menghasilkan individu yang berproduksi lebih cepat, namun setiap metode ini memiliki keunggulan lain. Keunggulan tersebut berupa kesesuaian dan keberhasilan yang lebih baik diantara metode-metode yang dipilih. Selain itu, setiap metode juga memiliki kelemahan tersendiri seperti tingkat kesulitan dalam aplikasi. Metode perbanyakan tanaman mangga secara vegetatif dapat dilakukan dengan okulasi, grafting, dan pencangkokan. Namun, beberapa sumber menyebutkan bahwa pembiakkan vegetatif tanaman mangga lebih efektif dilakukan dengan metode pencangkokan (air-layering). Pencangkokan

description

produksi tanaman

Transcript of Definisi Keunggulan Kelemahan Pencangkokan

Perbanyakan Tanaman secara Vegetatif

Tanaman dapat diperbanyak dengan cara vegetatif dan generatif, yang membedakan keduanya adalah bahan yang digunakan dalam perbanyakanya. Perbanyakan tumbuhan dengan cara generatif menggunakan biji sebagai bahan media tanam. Sedangkan perbanyakan tumbuhan dengan cara vegetatif menggunakan bahan tanam selain biji, dapat berupa cabang, batang, akar dan daun. Perbanyakan tanaman secara vegetatif bertujuan untuk memanfaatkan bagian tanaman lain selain biji sebagai media tanam yang memiliki keunggulan berupa hasilnya yang lebih cepat berproduksi (berbuah). Terdapat beberapa metode perbanyakan tanaman secara vegetatif, antara lain stek, perundukan (layering), okulasi, penyambungan (grafting), dan pencangkokan (air-layering). Meski memiliki tujuan yang sama yaitu menghasilkan individu yang berproduksi lebih cepat, namun setiap metode ini memiliki keunggulan lain. Keunggulan tersebut berupa kesesuaian dan keberhasilan yang lebih baik diantara metode-metode yang dipilih. Selain itu, setiap metode juga memiliki kelemahan tersendiri seperti tingkat kesulitan dalam aplikasi. Metode perbanyakan tanaman mangga secara vegetatif dapat dilakukan dengan okulasi, grafting, dan pencangkokan. Namun, beberapa sumber menyebutkan bahwa pembiakkan vegetatif tanaman mangga lebih efektif dilakukan dengan metode pencangkokan (air-layering).PencangkokanPencangkokan merupakan salah satu teknik pembiakkan vegetatif buatan yang betujuan untuk memperbanyak tanaman yang memiliki sifat yang sama persis dengan induknya namun lebih cepat berproduksi (berbuah), ukuran tanaman lebih kecil dibandingkan induknya dan tipe akarnya serabut sehingga dapat ditanam di media yang sempit seperti pot.

Pencangkokan atau air-layering merupakan upaya manusia untuk menumbuhkan akar bagian tanaman tertentu ketika masih menyatu dengan tanaman induknya melalui pelukaan pada bagian tanaman tersebut. Pada luka tersebut diharapkan akan tumbuh dan berkembang akar adventif cangkokan berupa akar serabut.Pencangkokan dilakukan dengan cara menyayat atau menguliti hingga bersih dan menghilangkan kambium pada cabang atau ranting tanaman induk sekitar 5-10 cm yang kemudian ditutup dengan tanah yang sebaiknya telah dicampur pupuk kandang dan dibalut dengan sabut kelapa atau plastik. Pada pencangkokan, penghilangan kambium pada kulit cabang bertujuan untuk memutus jaringan vascular antara bagian tanaman di bawah sayatan dengan bagian yang disayat (bagian pelukaan) sehingga zat-zat makanan (fotosintat) yang berasal dari bagian atas sayatan tidak dapat diteruskan ke bagian bawah sayatan dan justru menumpuk pada tepi sayatan bagian atas. Tertumpuknya fotosintat (karbohidrat) pada bagian yang disayat menyebabkan terjadinya pembelahan sel yang cepat sehingga akar akan tumbuh dari jaringan vaskuler maupun jaringan floem sekunder. Pada umumnya, perakaran cangkokan akan tumbuh setelah 1-3 bulan. Cepat lambatnya pertumbuhan dan perkembangan akar cangkokan dipengaruhi oeh keadaan fisiologis tanaman dan faktor lingkungan (Santoso, 2012).Apabila akar telah tumbuh dan berkembang pada bagian pelukaan maka dapat dilakukan pemotongan cabang sekitar 10-20 cm dari bagian pelukaan. Hasil pemotongan tersebut dijadikan bibit yang siap untuk ditanam.

Keunggulan dan Kelemahan Pencangkokan

Beberapa tanaman hortikultura sulit diperbanyak dengan menggunakan teknik pembiakkan lainnya seperti stek maupun sambungan (grafting). Pada teknik stek, sering kali terjadi kegagalan dalam pembentukkan akar sehingga pencangkokan dapat menjadi alternatif untuk pembiakkan vegetatif yang lebih mudah diaplikasikan dengan resiko kegagalan yang lebih kecil.

Pencangkokan dilakukan dengan tujuan mendapatkan individu tanaman baru dengan karakter yang identik dengan induknya (pembentukan klon). Individu tanaman baru hasil pencangkokan ini memiliki masa periode vegetatif yang singkat sehingga akan lebih cepat berbunga dan berbuah. Masa periode vegetatif yang singkat ini disebabkan oleh induk tanaman yang digunakan untuk pencangkokan merupakan tanaman yang sudah pernah berbuah setidaknya tiga kali selama ditanam. Tanaman yang sudah pernah berbuah berarti telah melewati masa juvenil sehingga bila dicangkok tanaman tidak perlu melewati masa juvenil dan lebih cepat berbuah (Welly, 2011).

Pada bagian cabang hasil pencangkokan akan tumbuh akar adventif cangkokan yag merupakan akar serabut. Hal ini menjadikan tanaman hasil pencangkokan tidak akan membutuhkan lahan yang luas sebagai media tumbuh sehingga dapat ditumbuhkan pada media sempit seperti pot-pot.Di sisi lain, akar serabut tanaman hasil pencangkokan ini kurang baik dalam ketahanan kekeringan dan dangkal sehingga tanaman mudah rebah apabila terkena angin kencang. Selanjutnya, pola percabangan tanaman hasil cangkokan yang sulit diatur menyebabkan bentuk tajuk tanaman hasil pencangkokan ini biasanya tumbuh ke arah horizontal yang tidak merata.Masalah tidak hanya muncul pada tanaman hasil pencangkokan, melainkan pada tanaman induknya. Pencangkokan yang dilakukan dapat merusak sistem percabangan tanaman induk akibat pemotongan bahan cangkokan karena sebuah cangkokan memerlukan sejumlah ranting dalam satu cabang. Pemotongan cabang juga menyebabkan berkurangnya produktivitas tanaman induk. Kemudian, apabila pencangkokan dilakukan dalam jumlah banyak dalam satu tanaman induk terdapat kemungkinan bahwa tanaman induk tersebut akan mengalami pertumbuhan vegetatif kembali sebelum masuk fase generatifnya (rejuvenilisasi). Selain itu, pencangkokan hanya dapat dilakukan pada tanaman dikotil yang mempunyai kambium. Hal ini disebabkan penyayatan akan langsung melukai jaringan pengankut apabila yang dilakukan pada tanaman yang tidak memiliki kambium seperti tanaman monokotil.DAFTAR PUSTAKA

Santoso, Bambang B. 2012. Cangkok (Layering). (Online). http://fp.unram.ac.id/data/DR.Bambang%20B%20Santoso/Pembiakan%20Vegetatif/cangkok%20%5BCompatibility%20Mode%5D.pdf. Diakses pada: 26 November 2014.

Welly, Hans Doris. 2011. Mencangkok (Layering). (Online). http://hansdw08.student.ipb.ac.id/files/2011/02/Mencangkok.pdf. Diakses pada: 26 November 2014.

Prastowo N, J.M. Roshetko. 2006. Tehnik Pembibitan dan Perbanyakan Vegetatif Tanaman Buah. (Online). http://www.worldagroforestry.org/Sea/Publications/Files/book/BK0094-06/BK0094-06-1.PDF. Diakses pada: 26 November 2014.