Definisi Evaluasi Pendidikan

42
Definisi Evaluasi Pendidikan, Penilaian (Assesment), Pengukuran dan Tes dalam Pendidikan 1. 1. Devenisi Evaluasi Pendidikan Beberapa pengertian tentang evaluasi sering dikemukakan oleh beberapa ahli seperti: Lessinger 1973 (Gibson, 1981: 374) mengemukakan bahwa evaluasi adalah proses penilaian dengan jalan membandingkan antara tujuan yang diharapkan dengan kemajuan/prestasi nyata yang dicapai. Wysong 1974 (Gibson, 1981: 374) mengemukakan bahwa evaluasi adalah proses untuk menggambarkan, memperoleh atau menghasilkan informasi yang berguna untuk mempertimbangkan suatu keputusan. Gibson dan Mitchell 1981 (Uman, 2007: 91) mengemukakan bahwa proses evaluasi adalah untuk mencoba menyesuaikan data objektif dari awal hingga akhir pelaksanaan program sebagai dasar penilaian terhadap tujuan program. Edwind Wandt dan Gerald W. Brown (1977): evaluation refer to the act or process to determining the value of something. Menurut definisi ini, maka istilah evaluasi itu menunjuk kepada atau mengandung pengertian: suatu tindakan atau suatu proses untuk menetukan nilai dari sesuatu. o Stufflebeam, dkk (1971) mendefinisikan evaluasi sebagai “The process of delineating, obtaining, and providing useful information for judging decision alternatives”. Artinya evaluasi merupakan proses menggambarkan, memperoleh, dan menyajikan informasi yang berguna untuk merumuskan suatu alternatif keputusan. o Kumano (2001) evaluasi merupakan penilaian terhadap data yang dikumpulkan melalui kegiatan asesmen.

description

evaluasi

Transcript of Definisi Evaluasi Pendidikan

Definisi Evaluasi Pendidikan, Penilaian (Assesment), Pengukuran dan Tes dalam Pendidikan

1. 1.     Devenisi Evaluasi Pendidikan

Beberapa pengertian tentang evaluasi sering dikemukakan oleh beberapa ahli seperti:

Lessinger 1973 (Gibson, 1981: 374) mengemukakan bahwa evaluasi adalah proses penilaian dengan jalan membandingkan antara tujuan yang diharapkan dengan kemajuan/prestasi nyata yang dicapai.

Wysong 1974 (Gibson, 1981: 374) mengemukakan bahwa evaluasi adalah proses untuk menggambarkan, memperoleh atau menghasilkan informasi yang berguna untuk mempertimbangkan suatu keputusan.

Gibson dan Mitchell 1981 (Uman, 2007: 91) mengemukakan bahwa proses evaluasi adalah untuk mencoba menyesuaikan data objektif dari awal hingga akhir pelaksanaan program sebagai dasar penilaian terhadap tujuan program.

Edwind Wandt dan Gerald W. Brown (1977): evaluation refer to the act or process to determining the value of something. Menurut definisi ini, maka istilah evaluasi itu menunjuk kepada atau mengandung pengertian: suatu tindakan atau suatu proses untuk menetukan nilai dari sesuatu.

o Stufflebeam, dkk (1971) mendefinisikan evaluasi sebagai “The process of delineating, obtaining, and providing useful information for judging decision alternatives”. Artinya evaluasi merupakan proses menggambarkan, memperoleh, dan menyajikan informasi yang berguna untuk merumuskan suatu alternatif keputusan.

o Kumano (2001)  evaluasi merupakan penilaian terhadap data yang dikumpulkan melalui kegiatan asesmen.

o Calongesi (1995) evaluasi adalah suatu keputusan tentang nilai berdasarkan hasil pengukuran. Sejalan dengan pengertian tersebut, Zainul dan Nasution (2001) menyatakan bahwa evaluasi dapat dinyatakan sebagai suatu proses pengambilan keputusan dengan menggunakan informasi yang diperoleh melalui pengukuran hasil belajar, baik yang menggunakan instrumen tes maupun non tes.

o Purwanto( 2002)  evaluasi adalah pemberian nilai terhadap kualitas sesuatu. Selain dari itu, evaluasi juga dapat dipandang sebagai proses merencanakan, memperoleh, dan menyediakan informasi yang sangat diperlukan untuk membuat alternatif-alternatif keputusan. Dengan demikian, Evaluasi merupakan suatu proses yang sistematis untuk menentukan atau membuat keputusan sampai sejauhmana tujuan-tujuan pengajaran telah dicapai oleh siswa

o Arikunto (2003) mengungkapkan bahwa evaluasi adalah serangkaian kegiatan yang ditujukan untuk mengukur keberhasilan program pendidikan. Tayibnapis (2000) dalam hal ini lebih meninjau pengertian evaluasi program dalam konteks

tujuan yaitu sebagai proses menilai sampai sejauhmana tujuan pendidikan dapat dicapai.

o Menurut (Lehman, 1990) Berdasarkan tujuannya, terdapat pengertian evaluasi sumatif dan evaluasi formatif. Evaluasi formatif dinyatakan sebagai upaya untuk memperoleh feedback perbaikan program, sementara itu evaluasi sumatif merupakan upaya menilai manfaat program dan mengambil keputusan

Apabila definisi evaluasi yang dikemukakan oleh Edwind Wandt dan Gerald W. Brown itu untuk memberikan definisi tentang Evaluasi Pendidikan, maka Evaluasi Pendidikan itu dapat diberi pengertian sebagai; suatu tindakan atau kegiatan atau suatu proses menetukan nilai dari segala sesuatu dalam dunia pendidikan (yaitu segala sesuatu yang berhubungan dengan, atau yang terjadi di lapangan pendidikan). Atau singkatnya: evaluasi pendidikan adalah kegiatan atau proses penentuan nilai pendidikan, sehingga dapat diketahui mutu atau hasil-hasilnya.

Berbicara tentang pengertian evaluasi pendidikan, di tanah air kita, Lembaga Administrasi Negara mengemukakan batasan mengenai Evaluasi Pendidikan sebagai berikut:

Evaluasi pendidikan adalah:

1. Proses/kegiatan untuk menentukan kemajuan pendidikan, dibandingkan dengan tujuan yang telah ditentukan.

2. Usaha untuk memperoleh informasi berupa umpan balik (feed back) bagi penyempurnaan pendidikan.

Berdasarkan beberapa pendapat di atas, saya mengambil kesimpulan bahwa evaluasi pendidikan adalah penilaian terhadap kinerja pendidikan yang telah berjalan guna memperoleh informasi yang nantinya akan digunakan untuk memperbaiki hal-hal yang memang perlu diperbaiki pada kinerja pendidikan.

2.  Devenisi Penilaian

Penilaian (assessment) adalah penerapan berbagai cara dan penggunaan beragam alat penilaian untuk memperoleh informasi tentang sejauh mana hasil belajar peserta didik atau ketercapaian kompetensi (rangkaian kemampuan) peserta didik. Penilaian menjawab pertanyaan tentang sebaik apa hasil atau prestasi belajar seorang peserta didik.Hasil penilaian dapat berupa nilai kualitatif (pernyataan naratif dalam kata-kata) dan nilai kuantitatif (berupa angka). Pengukuran berhubungan dengan proses pencarian atau penentuan nilai kuantitatif tersebut.

Penilaian hasil belajar pada dasarnya adalah mempermasalahkan, bagaimana pengajar (guru) dapat mengetahui hasil pembelajaran yang telah dilakukan. Pengajar harus mengetahui sejauh mana pebelajar (learner) telah mengerti bahan yang telah diajarkan atau sejauh mana tujuan/kompetensi dari kegiatan pembelajaran yang dikelola dapat dicapai. Tingkat pencapaian kompetensi atau tujuan instruksional dari kegiatan pembelajaran yang telah dilaksanakan itu dapat dinyatakan dengan nilai.

Penilaian adalah kegiatan menentukan nilai suatu objek, seperti baik-buruk, efektif-tidak efektif, berhasil-tidak berhasil, dan semacamnya sesuai dengan kriteria atau tolak ukur yang telah ditetapkan sebelumnya.

Menurut para ahli, definisi penilaian yaitu:

Menurut Buana (www.fajar.co.id/news.php). assessment adalah alih-bahasa dari istilah penilaian. Penilaian digunakan dalam konteks yang lebih sempit daripada evaluasi dan biasanya dilaksanakan secara internal. Penilaian atau assessment adalah kegiatan menentukan nilai suatu objek, seperti baik-buruk, efektif-tidak efektif, berhasil-tidak berhasil, dan semacamnya sesuai dengan kriteria atau tolak ukur yang telah ditetapkan sebelumnya.

Menurut http://www.elook.org/dictionary/assessment.htm Definition of assessment: the classification of someone or something with respect to its worth.( Definisi dari penilaian adalah penggolongan seseorang atau sesuatu berkenaan dengan harganya.)

 Menurut Angelo (1991: 17) Classroom Assessment is a simple method faculty can use to collect feedback, early and often, on how well their students are learning what they are being taught. (Penilaian Kelas adalah suatu metode yang sederhana dapat menggunakan fakultas (sekolah) untuk mengumpulkan umpan balik, awal dan setelahnya, pada seberapa baik para siswa mereka belajar apa yang mereka ajarkan.)

Menurut Suharsimi yang dikutip oleh Sridadi(2007) penilaian adalah suatu usaha yang dilakukan dalam pengambilan keputusan terhadap sesuatu dengan ukuran baik-buruk →bersifat kualitatif.

 Menurut Depag yang dikutip Sridadi (2007) penilaian adalah suatu usaha untuk mengumpulkan berbagai informasi secara berkesinambungan dan menyeluruh tentang proses dan hasil belajar yang telah dicapai oleh siswa melalui kegiatan belajar mengajar yang ditetapkan sehingga dapat dijadikan dasar untuk menentukan langkah selanjutnya.

 Menurut Rusli Lutan (2000:9) assessment termasuk pelaksanaan tes dan evaluasi. Asessment bertujuan untuk menyediakan informasi yang selanjutkan digunakan untuk keperluan informasi.

 Menurut Asmawi Zainul dan Noehi Nasution mengartikan penilaian adalah suatu proses untuk mengambil keputusan dengan menggunakan informasi yang diperoleh melalui pengukuran hasil belajar baik yang menggunakan tes maupun nontes.

 Menurut Suharsimi Arikunto penilaian adalah mengambil suatu keputusan terhadap sesuatu dengan ukuran baik buruk. Penilaian bersifat kualitatif.

 Menurut Djemari Mardapi (1999: 8) penilaian adalah kegiatan menafsirkan atau mendeskripsikan hasil pengukuran. Menurut Cangelosi (1995: 21) penilaian adalah keputusan tentang nilai.

Menurut Akhmat Susrajat penilaian (assessment) adalah penerapan berbagai cara dan penggunaan beragam alat penilaian untuk memperoleh informasi tentang sejauh mana hasil belajar peserta didik atau ketercapaian kompetensi (rangkaian kemampuan) peserta didik. Penilaian menjawab pertanyaan tentang sebaik apa hasil atau prestasi belajar seorang peserta didik.Hasil penilaian dapat berupa nilai kualitatif (pernyataan naratif dalam kata-kata) dan nilai kuantitatif (berupa angka). Pengukuran berhubungan dengan proses pencarian atau penentuan nilai kuantitatif tersebut. Secara khusus, dalam konteks

pembelajaran di kelas, penilaian dilakukan untuk mengetahui kemajuan dan hasil belajar peserta didik, mendiagnosa kesulitan belajar, memberikan umpan balik/perbaikan proses belajar mengajar, dan penentuan kenaikan kelas. Melalui penilaian dapat diperoleh informasi yang akurat tentang penyelenggaraan pembelajaran dan keberhasilan belajar peserta didik, guru, serta proses pembelajaran itu sendiri. Berdasarkan informasi itu, dapat dibuat keputusan tentang pembelajaran, kesulitan peserta didik dan upaya bimbingan yang diperlukan serta keberadaan kurikukulum itu sendiri.

.http://fip.uny.ac.id/pjj/wpPenilaian adalah kegiatan untuk mengetahui apakah sesuatu yang telah kita kerjakan (program pengajaran) telah berhasil atau belum melalui suatu alat pengukuran yang dapat berupa tes ataupun nontes.. Adapun tujuan penilaian adalah 1) untuk memberikan informasi kemajuan hasil belajar siswa secara individu dalam mencapai tujuan sesuai dengan kegiatan belajar yang dilakukan; 2). informasi yang dapat digunakan untuk membina kegiatan belajar mengajar lebih lanjut; informasi yang dapat digunakan guru untuk mengetahui tingkat kemampuan siswa; 3) memberikan motivasi belajar siswa, menginformasikan kemauannya agar terangsang untuk melakukan usaha perbaikan; 4) memberi informasi tentang semua aspek kemajuan siswa; dan 5) memberi bimbingan yang tepat untuk memilih sekolah atau jabatan sesuai dengan keterampilan, minat, dan kemampuannya.

Dalam pengertian pendidikan terdapat dua arti untuk penilaian, yaitu penilaian dalam arti evaluasi (evaluation) dan penilaian dalam arti asesmen (assessment). Penilaian pendidikan dalam arti evaluasi merupakan penilaian program pendidikan secara menyeluruh. Dalam pengertian ini, evaluasi pendidikan menelaah komponen-komponen dan saling keterkaitannya dengan perencanaan, pelaksanaan, dan pemantauan.Sedangkan asesmen merupakan bagian dari evaluasi karena merupakan penilaian sebagian komponen yang menyangkut penilaian hasil belajar yang berhubungan dengan komponen kompetensi lulusan dan penguasaan substansi serta penggunaannya.Kesimpulan :

Penilaian Pembelajaran merupakan suatu kegiatan yang dilakukan untuk mengetahui sejauh mana kemampuan siswa dalam memahami pelajaran yang telah disampaikan guru. penerapan berbagai cara dan penggunaan beragam alat penilaian untuk memperoleh informasi tentang sejauh mana hasil belajar peserta didik atau ketercapaian kompetensi (rangkaian kemampuan) peserta didik dengan memiliki bebrapa tujuan.

1. 3.     Devenisi Pengukuran

Pengukuran dalam Pendidikan

Pengukuran adalah penentuan besaran, dimensi, atau kapasitas, biasanya terhadap suatu standar atau satuan pengukuran. Pengukuran tidak hanya terbatas pada kuantitas fisik, tetapi juga dapat diperluas untuk mengukur hampir semua benda yang bisa dibayangkan, seperti tingkat ketidakpastian, atau kepercayaan konsumen.

Pengukuran adalah proses pemberian angka-angka atau label kepada unit analisis untuk merepresentasikan atribut-atribut konsep. Proses ini seharusnya cukup dimengerti orang walau

misalnya definisinya tidak dimengerti. Hal ini karena antara lain kita sering kali melakukan pengukuran.

Menurut Cangelosi (1995) yang dimaksud dengan pengukuran (Measurement) adalah suatu proses pengumpulan data melalui pengamatan empiris untuk mengumpulkan informasi yang relevan dengan tujuan yang telah ditentukan. Dalam hal ini guru menaksir prestasi siswa dengan membaca atau mengamati apa saja yang dilakukan siswa, mengamati kinerja mereka, mendengar apa yang mereka katakan, dan menggunakan indera mereka seperti melihat, mendengar, menyentuh, mencium, dan merasakan. Menurut Zainul dan Nasution (2001) pengukuran memiliki dua karakteristik utama yaitu: 1) penggunaan angka atau skala tertentu; 2) menurut suatu aturan atau formula tertentu.

Measurement (pengukuran) merupakan proses yang mendeskripsikan performance siswa dengan menggunakan suatu skala kuantitatif (system angka) sedemikian rupa sehingga sifat kualitatif dari performance siswa tersebut dinyatakan dengan angka-angka (Alwasilah et al.1996). Pernyataan tersebut diperkuat dengan pendapat yang menyatakan bahwa pengukuran merupakan pemberian angka terhadap suatu atribut atau karakter tertentu yang dimiliki oleh seseorang, atau suatu obyek tertentu yang mengacu pada aturan dan formulasi yang jelas. Aturan atau formulasi tersebut harus disepakati secara umum oleh para ahli (Zainul & Nasution, 2001). Dengan demikian, pengukuran dalam bidang pendidikan berarti mengukur atribut atau karakteristik peserta didik tertentu. Dalam hal ini yang diukur bukan peserta didik tersebut, akan tetapi karakteristik atau atributnya. Senada dengan pendapat tersebut, Secara lebih ringkas.

Norman Richard H. Lindeman (1967) merumuskan pengukuran sebagai “the assignment of one or a set each of a set of persons or objects according to certain established rules”

E. Gronlund (1971) secara sederhana merumuskan pengukuran sebagai “Measurement is limited to quantitative descriptions of pupil behavior”.

Georgia S. Adams (1964) merumuskan pengukuran sebagai “nothing more than careful observations of actual performance under staandar conditions”.

Victor H.Noll (1957) mengemukakan dua karakteristik utama pengukuran, yaitu “quantitativaness” dan “constancy of units”. Atas dasar dua karakteristik ini ia menyatakan “since measurement is a quantitative process, is results of measurement are always expessed in numbers.

William A.Mehrens dan Irlin J. Lehmann (1973) mendefinisikan : pengukuran sebagai berikut : “Using observations, rating scales. Or any other device that allows us to obtain information in a quantitative form is measurement” .

Robert L. Ebel dan David A. Frisbie (1986) merunuskan pengkuran sebagai “Measurment is a process of assigning numbers to the individual numbers of a set of objects or person for the purpose of indicating differences among them in the degree to which they posscess the characteristic being measured.

 Gilbert Sax (1980) menyatakan “measurement: The assignment of numbers to attributes of characteristics of person, evenrs, or object according to explicit formulations or rules”.

Menurut Akmad Sudrajat pengukuran (measurement) adalah proses pemberian angka atau usaha memperoleh deskripsi numerik dari suatu tingkatan di mana seorang peserta didik telah mencapai karakteristik tertentu.

Menurut Lien pengukuran adalah sejumlah data yang dikumpul dengan menggunakan alat ukur yang objektif untuk keperluan analisis dan interpretasi.

Menurut Suharsimi Arikunto pengukuran adalah membandingkan sesuatu dengan suatu ukuran.

Menurut Pflanzagl’s pengukuran adalah proses menyebutkan dengan pasti angka-angka tertentu untuk mendiskripsikan suatu atribut empiri dari suatu produk atau kejadian dengan ketentuan tertentu.

Menurut Nunnally & Bernstein, 1994 Pengukuran dapat didefinisikan sebagai suatu proses pemberian angka atau label terhadap atribut dengan aturan-aturan yang terstandar atau yang telah disepakati untuk merepresentasikan atribut yang diukur.

Menurut Mardapi 2004: 14 Pengukuran pada dasarnya adalah kegiatan penentuan angka terhadap suatu obyek secara sistematis.

Menurut Lien Pengukuran adalah sejumlah data yang dikumpul dengan menggunakan alat ukur yang objektif untuk keperluan analisis.

Menurut Budi Hatoro Pengukuran atau measurement merupakan suatu proses atau kegiatan untuk menentukan kuantitas sesuatu yang bersifat numerik. Pengukuran lebih bersifat kuantitatif, bahkan merupakan instrumen untuk melakukan penilaian.

Menurut Akmad Sudrajat Pengukuran (measurement) adalah proses pemberian angka atau usaha memperoleh deskripsi numerik dari suatu tingkatan di mana seorang peserta didik telah mencapai karakteristik tertentu.

Menurut Arikunto Suharsimi Pengukuran adalah membandingkan sesuatu dengan suatu ukuran.

Menurut Pflanzagl’s Pengukuran adalah proses menyebutkan dengan pasti angka-angka tertentu untuk mendiskripsikan suatu atribut empiri dari suatu produk atau kejadian dengan ketentuan tertentu.

Menurut Djemari Mardapi 1999: 8 Penilaian adalah kegiatan menafsirkan atau mendeskripsikan hasil pengukuran.

Pengukuran adalah penentuan besaran, dimensi, atau kapasitas, biasanya terhadap suatu standar atau satuan pengukuran (Wikipedia).

(http://juruteknologis-makmal.um.edu).Pengukuran adalah sesuatu pemerhatian secara kuantitatif yang mengandungi dua bahagian:  satu nilai bernombor dan satu unit.

(http://lecturer.ukdw.ac.id)Pengukuran adalah proses dimana angka atau simbol dinyatakan ke atribut-atribut entitasn (objek) dalam dunia nyata sedemikian rupa untuk menggambarkan objek berdasar aturan yang telah ditetapkan.

1. 4.     Devenisi Test

Istilah tes berasal dari bahasa Prancis Kuno yaitu  “testum” yang berarti piring untuk menyisihkan logam mulia. Dalam bahasa Indonesia tes diterjemahkan sebagai ujian atau percobaan. Di dalam kamus besar bahasa Indonesia (KBBI) Daring, tes berarti ujian tertulis, lisan, atau wawancara untuk mengetahui pengetahuan, kemampuan, bakat, dan kepribadian seseorang.

Pengertian Definisi Tes Menurut Para Ahli - Untuk meraih atau naik tingkat ke level yang lebih tinggi biasanya dilakukan tes,, jenis-jenis tes tergantung bidang atau level yang akan diraih,,,

termasuk pendidikan atau sekolah,, berikut adalah beberapa pengertian tes menurut beberapa ahli yang mengutarakan tentang tes.

Pengertian Definisi Tes adalah alat untuk memperoleh data tentang perilaku individu ( Allen dan Yen, 1979: 1). Karena itu, didlam tes terdapat sekumpulan pertanyaan yang harus dijawab atau tugas yang harus dikerjakan, yang akan memberikan informasi mengenai aspek psikologis tertentu ( sampel perilaku ) berdasarkan jawaban yang diberikan individu yang dikenaites tersebut ( anastari, 1982:22 ).

Pada buku psychological Testing, Anastari, ( 1982:22 ) menyatakan tes merupakan pengukuran yang obyektif dan standard. Cronbach menanbahkan bahwa tes adalah prosedur yang sitematis guna mengopservasi dan member deskripsi sejumblah atau lebih cirri seseorang dengan bantuan skala numerik atau suatu system kategoris.

Dengan demikian cepat dinyatakan bahwa tes adalah prosedur yang sistematis. Ini berarti butir tes disusun berdasarkan cara dan aturan tertentu, pemberian skor harus jelas dan dilakukukan secara yrtperinci, serta individu yang menempuh tes tersebut harus mendapat butir tes yang sama dan dalam kondisi yang sebanding. Selain itu tes berisi sampelm perilaku, yang berarti kelayakan tes tergantung pada sejauh mana butir tes siswa adalah tes pelajaran matematika yang pada umumnya disusun oeh guru sendiri.

Peranan tes prestasi belajar paling signifikan adalh padaa program pengajaran di sekolah. Jadi tes prestasi menjadi bagian integral PBM dan berpengaruh langsung rehadap perkembangan belajar siswa. Dalam hal ini, baik tes prestasi belajar buatan guru maupun standar, keduanya mengukur prestasi siswa di kelas. Tetapi tes buatan guru paling dominan dan banyak digunakan ( Gronlund, 1968:1 ) .

Selanjutnya, Gronlund ( 1968: 4-11 ) merumusakan beberapa prinsip sasar pengukuran prinsip pelajaran, yaitu tes harus mengukur hasil belajar yang sesuai deengantujuan instruksional, merupakan sampel yang respresentataif dari materi pelajaran, berisi butuir tes dengan tipe yang paling tepat, dirancang sesuai tujuan, mempunyai reliabilitas dan validitas yang baik sehingga hasilnya ditafsirkan dengan tepat guna meningkatkan hasil belajar siswa.

Adapun pengertian tes menurut beberapa ahli adalah:

1. Menurut Anne Anastasi dalam karya tulisnya yang berjudul Psychological Testing, yang dimaksud dengan tes adalah alat pengukur yang mempunyai standar yang objektif sehingga dapat digunakan secara meluas, serta dapat betul-betul digunakan untuk mengukur dan membandingkan keadaan psikis atau tingkah laku individu.

2. Menurut F.L. Goodeneough dalam Sudijono (2008: 67), tes adalah suatu tugas atau serangkaian tugas yang diberikan kepada individu atau sekelompok individu, dengan maksud untuk membandingkan kecakapan mereka, satu dengan yang lain.

3. Menurut Norman dalam Djaali dan Muljono (2008: 7), tes merupakan salah satu prosedur evaluasi yang komprehensif, sistematik, dan objektif yang hasilnya dapat dijadikan sebagai dasar dalam pengambilan keputusan dalam proses pengajaran yang dilakukan oleh guru.

4. Menurut Arikunto (2010: 53), tes merupakan alat atau prosedur yang digunakan untuk mengetahui atau mengukur sesuatu dalam suasana, dengan cara dan aturan-aturan yang sudah ditentukan.

5. Menurut Sudijono (2011: 67), tes adalah cara (yang dapat dipergunakan) atau prosedur (yang perlu ditempuh) dalam rangka pengukuran dan penilaian di bidang pendidikan, yang berbentuk pemberian tugas atau serangkaian tugas baik berupa pertanyaan-pertanyaan (yang harus dijawab), atau perintah-perintah (yang harus dikerjakan) oleh testee, sehingga (atas dasar data yang diperoleh dari hasil pengukuran tersebut) dapat dihasilkan nilai yang melambangkan tingkah laku atau prestasi testee; nilai mana dapat dibandingkan dengan nilai-nilai yang dicapai oleh testee lainnya atau dibandingkan dengan nilai standar tertentu.

1. Menurut Riduwan ( 2006: 37) test sebagai instrumen pengumpulan data adalah serangkaian pertanyaan / latihan yang digunakan untuk mengukur ketrampilan pengetahuan, intelegensi, kemampuan atau bakat yang dimiliki individu / kelompok.

2. Menurut Allen Philips (1979: 1-2) A test is commonly difined as a tool or instrument of measurement that is used to obtain data about a specific trait or characteristic of an individual or group.( Test biasanya diartikan sebagai alat atau instrumen dari pengukuran yang digunakan untuk memperoleh data tentang suatu karakteristik atau ciri yang spesifik dari individu atau kelompok.)

3. Menurut Rusli Lutan (2000:21) test adalah sebuah instrument yang dipakai untuk memperoleh informasi tentang seseorang atau obyek.

Dari beberapa pengertian tersebut, dapat disimpulkan bahwa tes merupakan alat atau prosedur yang digunakan untuk mengevaluasi individu maupun kelompok yang mempunyai standar objektif untuk mengamati satu atau lebih karakteristik seseorang yang hasilnya dapat dijadikan sebagai dasar dalam pengambilan keputusan.

Daftar Pustaka

http://definisipengertian.com/2012/pengertian-definisi-tes-menurut-para-ahli/

http://p4mristkiphamzanwadiselong.wordpress.com/2012/02/21/pengertian-tes/

http://arihdyacaesar.wordpress.com/2012/01/13/pengertian-evaluasi-dan-evaluasi-pendidikan/

http://berawaldarihati.blogspot.com/2010/12/pengertian-evaluasi-evaluasi-pendidikan.html

http://navelmangelep.wordpress.com/2012/02/14/pengertian-evaluasi-pengukuran-dan-penilaian-dalam-dunia-pendidikan/

http://suratnomath.blogspot.com/2011/05/pengukuran-penilaian-evaluasi-dalam.html

http://mahasiswaupiserang.wordpress.com/2010/09/27/definisi-pengukuran-dan-penilaian-menurut-para-ahli/

http://bangfajars.wordpress.com/2009/09/03/arti-pengukuran-dalam-pendidikan/

http://yogabudibhakti.wordpress.com/2012/03/14/pengertian-tes-penilaian-pengukuran-dan-evaluasi/

http://zonependidikan.blogspot.com/2010/06/pengertian-penilaian-menurut-para-ahli.html

PENDAHULUAN

Dewasa ini, pendidikan dijadikan ujung tombak kemajuan suatu negara. Pendidikan

dipandang mampu jadi pemecah atas masalah-masalah sosial yang ada. Sejauh ini, pendidikan di

negara kita masih semrawut, terutama soal pengaturan kurikulum. Kritik terhadap kurikulum kita

saat ini ialah kurang tepatnya kurikulum dengan mata pelajaran yang terlalu banyak, dan tidak

berfokus pada hal-hal yang seharusnya diberikan. Dan yang paling parah pada setiap sistem

pendidikan kita yaitu kurangnya evaluasi yang efektif.

Untuk mengetahui proses pendidikan telah berjalan sesuai program, serta telah mencapai

tujuan secara efisien dan efektif, atau proses pendidikan tersebut tidak berjalan sesuai program

dan tidak mencapai tujuan yang diharapkan, maka untuk mengetahui hal tersebut diperlukan

kegiatan yang disebut evaluasi.

Evaluasi adalah pengambilan keputusan berdasarkan hasil pengukuran dan standar

kriteria yang merupakan kegiatan berkesinambungan.1[1] Mengenai hal-hal yang berhubungan

dengan kegiatan evaluasi pendidikan, untuk lebih jelasnya akan dibahas pada pembahasan di

dalam makalah Evaluasi Pendidikan ini.

II.                RUMUSAN MASALAH

A.  Apa pengertian, tujuan dan fungsi evaluasi pendidikan?

B.  Apa saja metode yang digunakan dalam evaluasi?

C.  Model-model apa saja yang ada dalam kegiatan evaluasi?

III.             PEMBAHASAN

A.  Pengertian, Tujuan dan Fungsi Evaluasi Pendidikan

A.1 Pengertian Evaluasi Pendidikan

1

Dilihat dari segi bahasa, evaluasi berasal dari kata Bahasa Inggris; evaluation. Sedang

dalam Bahasa Arab; al-Tqdir (التق�دير), dan dalam Bahasa Indonesia; penilaian2[2], yang akar

katanya adalah value (inggris), al-Qimah (arab), nilai (Indonesia).3[3] Sementara pendidikan

merupakan sebuah program. Program yang melibatkan sejumlah komponen yang bekerja sama

dalam sebuah proses untuk mencapai tujuan yang telah diprogramkan.4[4]

Dengan demikian, secara harfiah evaluasi dapat diartikan sebagai penilaian dalam bidang

pendidikan atau penilaian mengenai hal-hal yang berhubungan dengan kegiatan pendidikan.

Sedangkan secara istilah menurut Edwin Wand dan Gerald W. Brown, evaluation refer to

the act or process to determining the value of something, yaitu suatu tindakan atau proses untuk

menentukan nilai dari sesuatu.5[5]

Evaluasi pendidikan juga diartikan dengan proses untuk memberikan kualitas yaitu nilai

dari kegiatan pendidikan yang telah dilaksanakan, yang mana proses tersebut berlangsung secara

sistematis, berkelanjutan, terencana, dan dilaksanakan sesuai dengan prosedur.6[6]

Dari beberapa pendapat di atas, pendapat Robert O. Brinkerhoff & Cs (1983) perlu

diketahui. Ada sepuluh pertanyaan untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan evaluasi.

1.    Apa Arti Evaluasi?

2.    Untuk Apa Evaluasi?

Sriven (1967) membedakan antara evaluasi formatif dan evaluasi sumatif sebagai fungsi

evaluasi yang utama. Fungsi formatif, dimana evaluasi dipakai untuk perbaikan dan

pengembangan kegiatan yang sedang berjalan (program, orang, produk, dan sebagainya).

Sedangkan fungsi sumatif menyangkut evaluasi yang dipakai untuk pertanggungjawaban,

keterangan, seleksi atau lanjutan. Jadi, evaluasi hendaknya membantu pengembangan,

implementasi, kebutuhan suatu program, perbaikan program, pertanggungjawaban, seleksi,

motivasi, menambah pengetahuan dan dukungan dari mereka yang terlibat.

3.    Apa Objek Evaluasi?

2

3

4

5

6

Hampir semua unit training dapat dijadikan objek suatu evaluasi. Siswa atau mahasiswa

sudah merupakan objek yang populer bagi evaluasi pendidikan. Yang lain-lainnya seperti proyek

atau program institusi pendidikan yang sekarang menjadi obyek evaluasi yang semakin

populer7[7].

4.    Aspek dan Dimensi Objek Apa yang Akan Dievaluasi?

Akhir-akhir ini, usaha evaluasi ditujukan untuk memperbanyak variabel evaluasi dalam

bermacam-macam model evaluasi. Model CIPP dari Stufflebeam mengemukakan evaluasi yang

berfokus pada empat aspek, yaitu: konteks, input, proses, implementasi, dan produk.

Evaluasi lengkap terhadap evaluasi pendidikan akan menilai misalnya manfaat tujuannya,

mutu rencana, sampai sejauh mana tujuan dijalankan, dan mutu hasilnya. Jadi, evaluasi

hendaknya berfokus pada tujuan dan kebutuhan, desain training, implementasi, transaksi, dan

hasil training8[8].

5.    Kriteria Apa yang Dipakai untuk Menilai Suatu Objek?

Tampaknya ada persetujuan di antara ahli evaluasi bahwa kriteria yang dipakai untuk

menilai suatu objek tertentu hendaknya ditentukan dalam konteks tertentu dan fungsi

evaluasinya. Jadi hal-hal yang harus diperhatikan dalam menentukan kriteria penilaian suatu

objek ialah:

a)    Kebutuhan, ideal, dan nilai-nilai

b)   Penggunaan yang optimal dari sumber-sumber dan kesempatan

c)    Ketepatan efektivitas training

d)   Pencapaian tujuan yang telah dirumuskan dan tujuan penting lainnya. Kriteria yang ganda

hendaknya sering dipakai.

6.    Siapa yang Harus Dilayani oleh Evaluasi?

Supaya evaluasi betul-betul bermanfaat, maka evaluasi itu harus berguna untuk audiensi

khusus. Kebanyakan literatur evaluasi tidak menyarankan siapa audiensi yang tepat. Namun ada

tiga hal yang diusulkan Farida Yusuf Tayibnapis, yaitu:

1)   Evaluasi dapat mempunyai lebih dari seorang audiensi

2)   Masing-masing audiensi mungkin punya kebutuhan yang berbeda

7

8

3)   Audiensi khusus kebutuhannya harus dirumuskan dengan jelas pada waktu memulai rencana

evaluasi9[9]

7.    Apa Langkah-Langkah dan Prosedur yang dalam Evaluasi?

Proses melakukan evaluasi mungkin saja berbeda sesuai persepsi teori yang dianut, ada

bermacam-macam cara. Namun evaluasi harus memasukkan ketentuan dan tindakan sejalan

dengan fungsi evaluasi, yaitu:

1)   Memfokuskan evaluasi

2)   Mendesain evaluasi

3)   Mengumpulkan informasi

4)   Menganalisis informasi

5)   Melaporkan hasil evaluasi

6)   Mengelola evaluasi

7)   Mengevaluasi evaluasi

8.    Metode Apa yang Akan Digunakan dalam Evaluasi?

9.    Siapa yang Akan Melakukan Evaluasi?

Untuk menjadi evaluator yang kompeten dan dapat diandalkan, ia harus mempunyai

kombinasi berbagai ciri, antara lain: mengetahui dan mengerti teknik pengukuran dan metode

penelitian, mengerti tentang kondisi sosial dan hakikat objek evaluasi, mempunyai kemampuan

human relation, serta bertanggung jawab. Karena sulit mencari orang yang mempunyai begitu

banyak kemampuan, maka sering evaluasi dilakukan oleh suatu tim.

10.                    Apa Standar untuk Menilai Evaluasi?

Akhir-akhir ini telah dicoba pengembangan standar untuk kegiatan evaluasi pendidikan.

Standar yang paling komprehensip dan rinci dikembangkan oleh Committee on Standard for

Educational Evaluation (Joint Committee, 1981) dengan ketuanya Daniel Stufflebeam, yaitu:

a)   Utility (bermanfaat dan praktis)

b)   Accuracy (secara teknik tepat)

c)   Feasibility (realistik dan teliti)

d)   Proppriety (dilakukan dengan legal dan etik)

Tidak ada satu evaluasi pun dapat diharapkan mencapai standar tersebut, dan sampai

sejauh mana kesepakatan evaluator akan kepentingan standar tersebut masih perlu ditentukan.

9

Lee J. Cronbach (1980) mengatakan bahwa standar yang digunakan untuk melakukan evaluasi

mungkin tak sepenting konsekuensinya. Ia mengatakan evaluasi yang baik ialah yang

memberikan dampak positif pada perkembangan program.

Dari beragam pendapat di atas, penulis menangkap bahwa yang dimaksud dengan

evaluasi pendidikan adalah suatu kegiatan (proses) yang dilaksanakan oleh lembaga pendidikan,

dan tenaga ajar untuk menilai kegiatan pendidikan secara berkesinambungan dan sistematis.

A.2 Tujuan Evaluasi Pendidikan

Menurut Anas Sudijonno, tujuan evaluasi pendidikan terbagi menjadi dua yaitu tujuan

umum dan tujuan khusus.10[10]

a.         Tujuan umum adalah evaluasi pendidikan bertujuan untuk memperoleh data pembuktian, yang

akan menjadi petunjuk sampai di mana tingkat kemampuan dan tingkat keberhasilan peserta

didik dalam pencapaian tujuan kurikuler serta bertujuan untuk mengukur, menilai tingkat

efektifitas mengajar dan metode yang telah diterapkan oleh pendidik dalam proses pendidikan.

b.         Tujuan khusus adalah evaluasi pendidikan bertujuan untuk memberikan rangsangan kepada

peserta didik dalam menempuh program pendidikan (memunculkan sikap untuk memperbaiki

dan menigkatkan prestasi), serta bertujuan untuk mencari dan menemukan faktor-faktor

penyebab keberhasilan atau ketidakberhasilan peserta didik dalam melaksanakan proses

pendidikan.

Lebih singkatnya, Worten, Blaine R, dan James R, Sanders (1987) merumuskan tujuan

evaluasi pendidikan sebagai berikut11[11]:

1.    Membuat kebijaksanaan dan keputusan.

2.    Menilai hasil belajar yang dicapai para pelajar.

3.    Menilai kurikulum.

4.    Memberi kepercayaan kepada sekolah.

5.    Memonitor dana yang telah diberikan.

6.    Memperbaiki materi dan program pendidikan.

A.3 Fungsi Evaluasi Pendidikan

10

11

Evaluasi mempunyai fungsi yang bervariasi di dalam proses belajar mengajar, yaitu

sebagai berikut:

1)   Sebagai alat guna mengetahui apakah peserta didik telah menguasai pengetahua, nilai-nilai, dan

keterampilan yang telah diberikan oleh seorang guru.

2)   Untuk mengetahui aspek-aspek kelemahan peserta didik dalam melakukan kegiatan belajar.

3)   Mengetahui tingkat ketercapaian siswa dalam kegiatan belajar.

4)   Sebagai sarana umpan balik seorang guru, yang bersumber dari siswa.

5)   Sebagai alat untuk mengetahui perkembangan belajar siswa.

6)   Sebagai materi utama laporan hasil belajar kepada para orang tua siswa.

B.  Metode Evaluasi Pendidikan

Secara garis besar, metode evaluasi dalam pendidikan dibedakan dalam dua bentuk, yaitu

tes dan nontes. Tipe evaluasi yang pertama adalah tes yang biasanya direalisasikan dengan tes

tertulis. Tes tertulis juga dapat dibedakan menjadi dua, yaitu:

1)   Tes objektif

Tes ini disebut juga alat evaluasi guna mengungkap atau menghafal kembali dan

mengenal materi yang telah diberikan. Tes ini biasanya diberikan dengan item pertanyaan

menghafal yang di antaranya sebagai jawaban bebas, melengkapi, dan identifikasi (Cross 1973:

19). Pertanyaan pengenalan (recognizing question) dibedakan menjadi tiga macam bentuk

tampilan, yaitu soal benar-salah, pilihan ganda, dan menjodohkan.

Tes objektif ini ada dua macam, yaitu jenis isian (supply type) dan jenis pilihan ganda

(selection type). Tes objektif jenis isian juga mencakup tiga macam tes, yaitu tes jawaban bebas

atau jawaban terbatas, tes melengkapi, dan tes asosiasi.

Tes objektif jenis pilihan ganda dikatakan lebih efektif oleh sebagian ahli penilaian,

terutama untuk mengukur beberapa hasil belajar peserta didik. Tes ini bervariasi dari yang

sederhana misalnya jawaban dua alternatif betul-salah, item tes menjodohkan, sampai pada item

tes pilihan ganda yang dapat digunakan untuk mengukur hasil belajar kompleks12[12].

2). Tes Esai

Pertanyaan esai pada umumnya dapat dibedakan dalam dua jawaban berbeda, yaitu

jawaban terbatas dan jawaban luas. Evaluasi yang dibuat dengan menggunakan pertanyaan esai

biasanya digunakan untuk menerangkan, mengontraskan, menunjukkan hubungan, memberikan

12

pembuktian, menganalisis perbedaan, menarik kesimpulan, dan menggeneralisasi pengetahuan

peserta didik.

Grounlund (1990) membedakan tes esai menjadi dua macam, yaitu tes esai dengan

jawaban panjang, dan tes esai dengan jawaban singkat. Tes esai dengan jawaban panjang

dirancang oleh para evaluator untuk melihat kemampuan siswa dalam menuangkan ide dalam

satu kesatuan yang komprehensip, koherensi, dan sistematis sehingga memberikan kejelasan

jawaban. Jawaban tes esai yang tidak membatasi ide-ide yang dituangkan oleh siswa untuk

menjawab pertanyaan item merupakan tes yang disusun untuk tujuan tertentu. Contohnya, tes

tertulis ujian tahap akhir, yakni ujian skripsi, tesis, dan disertasi, di mana siswa dituntut untuk

menjawab pertanyaan secara komprehensip dan mendalam.

Tes esai dikatakan sebagai jawaban terbatas, apabila dalam menjawab para siswa hanya

diminta menguraikan ide-idenya secara singkat dan tepat sesuai dengan spasi atau ruang yang

disediakan oleh para evaluator. Jawaban pertanyaan esai terbatas ini biasanya mengarah kepada

jawaban yang lebih spesifik dan lebih pasti seperti kunci jawaban yang telah dibuat evaluator.

Item tes esai dapat dikontruksi dengan menggunakan kata bantu pertanyaan tertentu yang

mengandung unsur 4W + 1H. Di samping itu, pertanyaan esai harus direncanakan secara

sistematis untuk mendorong para siswa agar memiliki kemampuan mengekspresikan ide-ide

mereka13[13].

Bentuk kedua evaluasi ialah nontes. Alat nontes ini digunakan untuk mengevaluasi

penampilan dan aspek-aspek belajar efektif dari siswa. Alat nontes kadang ada yang

menggunakan pengukuran, tetapi ada pula yang tidak menggunakan pengukuran, sebagai contoh

observasi, bentuk laporan, teknik audio visual, dan teknik sosiometri.

Alat evaluasi lain yang termasuk nontes adalah angket dan kuesioner. Dalam bidang

evaluasi, angket sering digunakan untuk menentukan kondisi tertentu dan fakta tentang

siswa14[14].

C.  Model-Model Evaluasi Pendidikan

Dengan memperlajari secara intensif tentang model, seorang evaluator dapat lebih mudah

memahami dan kemudian mengembangkan evaluasi dalam konteks yang lebih luas yaitu bidang

pendidikan. Minimal, ada lima macam model yang dapat dikembangkan sebagai acuan

13

14

perkembangan model evaluasi saat ini. Kelima model tersebut adalah model Tyler, sumatif-

formatif, countenance, CIIP, dan Connaisance. Namun di sini hanya akan diuraikan tiga model

saja, yaitu:

1.      Model Tyler

Pendekatan Tyle pada prinsipnya menekankan perlunya suatu tujuan dalam proses belajar

mengajar. Pendekatan ini merupakan pendekatan sistematis, elegan, akurat, dan secara internal

memiliki rasional yang logis.

Dalam bidang kurikulum, fokus model Tyler pada prinsipnya lebih menekankan perhatian pada

sebelum dan sesudah perencanaan kurikulum. Di samping itu, model Tyler juga menekankan

bahwa perilaku yang diperlukan diukur dua kali, yaitu sebelum dan sesudah perlakuan

(treatment) dicapai oleh pengembang kurikulum.

2.      Model Evaluasi Sumatif – Formatif

Model evaluasi ini berpijak pada prinsip evaluasi model Tyler. Aplikasi evaluasi sumatif-

formatif sudah banyak dipahami oleh para guru dan sangat populer, karena model ini dianjurkan

oleh pemerintah melalui menteri pendidikan dan termasuk dalam lingkup evaluasi pembelajaran

di kelas.

a)      Evaluasi Sumatif

Evaluasi ini dilakukan oleh para guru setelah siswa mengikuti proses pembelajaran dengan

waktu tertentu, misalnya pada akhir proses belajar mengajar, termasuk juga akhir semester.

Tujuannya untuk menentukan posisi siswa dalam penguasaan materi pembelajaran yang telah

diikuti selama satu proses pembelajaran. Adapun fungsi evaluasi sumatif ini adalah sebagai

laporan pertanggungjawaban pelaksanaan proses pembelajaran, di samping itu juga untuk

menentukan pencapaian hasil belajar yang telah diikuti oleh para siswa.

b)      Evaluasi Formatif

Evaluasi ini bertujuan untuk memperoleh informasi yang diperlukan evaluator tentang siswa

guna menentukan tingkat perkembangan siswa dalam satuan unit proses belajar mengajar.

Evaluasi ini dilakukan secara periodik atau kontinu. Fungsinya, agar proses pembelajaran

maupun strategi pembelajaran yang telah diterapkan dapat diperbaiki.

3.      Model CIIP

Model context input process product (CIIP) merupakan hasil kerja para peneliti USA. Model ini

tidak terlalu menekankan pada tujuan suatu program. Pada model CIIP ini, para evaluator mulai

mengambil perhatian pada bentuk pemikiran lain dengan cara menganalisis guna menentukan

keputusan apa yang hendak dibuat, siapa yang membuat, bagaimana jadwalnya, dan

menggunakan kriteria apa? Hal yang menjadi pokok pertimbangan mencakup empat macam

keputusan, yaitu Context, Input, Process, dan Product.

Dari sekian banyak model evaluasi pendidikan yang ada, semuanya tetap memiliki

keunggulan dan kelemahan tersendiri. Hak evaluator hendak menggunakan model yang mana,

selama itu dipandang relevan dan akurat.

A. KOMPONEN EVALUASI PENDIDIKAN

Dalam evaluasi pendidikan, ada empat komponen yang saling terkait dan merupakan satu

kesatuan yang tidak terpisahkan. Penjelasan dari keempat komponen tersebut yaitu sebagai

berikut :

1.      Evaluasi

Dalam mendefinisikan evaluasi, para ahli memiliki sudut pandang yang berbeda sesuai

dengan bidang keahlian masing-masing. Namun inti dari semua definisi menuju ke satu titik,

yaitu proses penetapan keputusan tentang sesuatu objek yang dievaluasi.

Dalam konteks pendidikan, khususnya yang berkaitan dengan hasil kerja siswa, Nitko

dan Brookhart (2007) mendefinisikan evaluasi sebagai suatu proses penetapan nilai yang

berkaitan dengan kinerja dan hasil karya siswa. Fokus evaluasi dalam konteks ini adalah

individu, yaitu prestasi belajar yang dicapai kelompok siswa atau kelas. Konsekuensi logis dari

pandangan ini, mengharuskan evaluator untuk mengetahui betul tentang tujuan yang ingin

dievaluasi. Beberapa hal yang dapat dijadikan sebagai objek evaluasi yaitu prestasi belajar,

perilaku, motivasi, motivasi diri, minat, dan tanggung jawab.

Dalam konteks lembaga evaluasi merupakan salah satu rangkaian kegiatan dalam

meningkatkan kualitas, kinerja atau produktivitas suatu lembaga dalam melaksanakan

programnya (Mardapi,2004). Hal yang hampir sama dikemukakan oleh Stuffelbeam dan

Shinkfield (2007), yang mengatakan bahwa evaluasi merupakan proses memperoleh,

menyajikan, dan menggambarkan informasi yang berguna untuk menilai suatu alternatif

pengambilan keputusan tentang suatu program.

Selanjutnya, Ebel (1986) berpendapat bahwa evaluasi merupakan suatu kebutuhan

dimana evaluasi harus memberikan suatu keputusan tentang informasi apa saja yang dibutuhkan,

bagaimana informasi tersebut dikumpulkan, serta bagaimana informasi tersebut disintesiskan

untuk mendukung hasil yang diharapkan.

Kirkpatrick (1998), menyarankan tiga komponen yang harus dievaluasi dalam

pembelajaran yaitu pengetahuan yang dipelajari, ketrampilan apa yang dikembangkan, dan sikap

apa yang perlu diubah. Untuk mengevaluasi komponen pengetahuan dan atau perubahan sikap,

dapat digunakan paper-and-pencil tast (tes tertulis) sebagai alat ukurnya. Evaluasi program

untuk meningkatkan ketrampilan siswa dapat digunakan tes kinerja sebagai alat ukurnya.

Menurut Astin (1993) ada tiga komponen yang dapat meningkatkan kualitas

pembelajaran yaitu masukan, lingkungan sekolah, dan keluarannya. Artinya tidak hanya ranah

kognitif saja yang diukur.

Ditinjau dari cakupannya, evaluasi ada yang bersifat makro yaitu menggunakan sampel

dalam menelaah suatu program dan dampaknya, yang sasarannya adalah program pendidikan.

Kemudian evaluasi yang bersifat mikro yang sasarannya adalah program pembelajaran di kelas

dan yang menjadi penanggungjawabnya adalah tenaga pendidik.

Evaluasi pengajaran dapat dikategorikan menjadi dua yaitu formatif dan sumatif.

Evaluasi formatif adalah evaluasi yang dilakukan pada setiap akhir pembahasan suatu pokok

bahasan/topik yang tujuannya untuk memperbaiki proses belajar-mengajar. Sedangkan evaluasi

sumatif adalah evaluasi yang dilakukan pada setiap akhir satu satuan waktu yang di dalamnya

tercakup lebih dari satu pokok bahasan, yang tujuannya untuk menetapkan tingkat keberhasilan

peserta didik dalam kurun waktu tertentu yang ditandai dengan perolehan nilai peserta didik

dengan ketetapan lulus atau belum.

2.       Penilaian

Penilaian merupakan komponen penting dalam penyelenggaraan pendidikan. Upaya

meningkatkan kualitas pendidikan dapat ditempuh melalui peningkatan kualitas pembelajaran

dan kualitas penilaiannya. Penilaian didefinisikan sebagai proses pengumpulan informasi tentang

kinerja siswa, untuk digunakan sebagai dasar dalam membuat keputusan (Weeden, Winter, dan

Broadfoot: 2002; Bott: 1996; Nitko: 1996; Mardapi: 2004). Selanjutnya Black dan William

(1998) mendefinisikan penilaian sebagai semua aktivitas yang dilakukan oleh guru dan siswa

untuk menilai diri mereka sendiri, yang memberikan informasi untuk digunakan sebagai umpan

balik untuk memodifikasi aktivitas balajar dan mengajar.

Penilaian berdasarkan definisi diatas member penekanan pada usaha yang dilakukan guru

maupun siswa untuk memperoleh informasi yang berkaitan dengan pembelajaran yang mereka

lakukan yang dapat dijadikan sebagai umpan balik untuk melakukan perubahan aktivitas bealajar

mengajar yang lebih baik dari sebelumnya.

Tujuan penilaian:

1. Membantu belajar siswa

2. Mengidentifikasi kekuatan dan kelemahan siswa

3. Menilai efektifitas strategi pengajaran

4. Menilai dan meningkatkan efektifitas program kurikulum

5. Menilai dan meningkatkan efektifitas pengajaran

6. Menyediakan data yang membantu dalam membuat keputusan

7. Komunikasi dan melibatkan orang tua siswa

Kegiatan penilaian dalam proses pembelajaran harus diarahkan pada 4 hal:

1. Penelusuran, untuk menelusuri kesesuaian proses pembelajaran dengan yang direncanakan.

2. Pengecekan, untuk mencari informasi tentang kekurangan-kekurangan pada peserta didik selama

pembelajaran.

3. Pencarian, untuk mencari penyebab kekurangan yang muncul selama proses pembelajaran.

4. Penyimpulan, untuk menyimpulkan tingkat pencapaian belajar yang telah dimiliki peserta didik

3.      Pengukuran

Pengukuran merupakan suatu proses pemberian angka kepada suatu atribut atau

karakteristik tertentu yang dimiliki oleh orang, hal, atau obyek tertentu menurut aturan atau

formulasi yang jelas. Berdasarkan pandangan tersebut, tampak bahwa semua kegiatan di dunia

ini tidak bisa lepas dari pengukuran. Pengukuran pada dasarnya merupakan kegiatan penentuan

angka bagi suatu objek secara sistematik. Penentuan angka ini merupakan usaha untuk

menggambarkan karakteristik suatu objek kemampuan seseorang dalam bidang tertentu

dinyatakan dengan angka. Dalam menentukan karakteristik individu pengukuran yang dilakukan

harus sedapat mungkin mnegandung kesalahan yang kecil (Mardapi,2004). Kesahihan alat ukur

bisa dilihat dari kisi-kisi alat ukur. Kisi-kisi ini berisi tentang materi yang diujikan, bentuk soal,

tingkat berfikir yang terlibat, bobot soal dan cara penskoran.

Pokok bahasan yang diujikan harus berdasarkan Kriteria sebagai berikut :

1. Pokok bahasan yang esensial

2. Memiliki nilai aplikasi

3. Berkelanjutan

4. Dibutuhkan untuk mempelajari mata pelajaran lain.

4. Tes dan nontes

1. Tes

Tes merupakan sejumlah pertanyaan yang memiliki jawaban yang benar atau salah. Tes

diartikan juga sebagai sejumlah pertanyaan yang membutuhkan jawaban, atau sejumlah

pertanyaan yang harus diberikan tanggapan dengan tujuan mengukur tingkat kemampuan

seseorang atau mengungkap aspek tertentu dari orang yang dikenai tes (testee).

2. Nontes

Nontes dapat digunakan untuk mengukur semua ranah yang dimiliki oleh masing-masing

individu yang tentunya berbeda. Adapun ranah yang diukur dengan menggunakan nontes ini

adalah kognitif, psikomotorik, perseptual, komunikasi nondiskursip, dan ranah afektif. Mardapi

(2004), mengatakan bahwa dalam kaitan dengan afektif ada empat tipe karakteristik afektif yang

penting, yaitu sikap, minat, konsep diri, dan nilai.

B. Langkah Langkah dalam Evaluasi

Langkah langkah atau tahap tahap yang dilalui dalam mengevaluasi  adalah sebagai

berikut:

1.   Pertama : Tahap Penyusunan Desain.

      Dalam tahap ini dilakukan kegiatan

      a.   Merumuskan tujuan program

      b.   Menyiapkan murid, staf dan kelengkapan lain

      c.   Merumuskan standar dalam bentuk rumusan yang menunjuk pada suatu yang  dapat diukur, biasa

di dalam langkah ini evaluator berkonsultasi dengan pengembangan program.

2. Kedua : Tahap Penetapan Kelengkapan Program Yaitu melihat apakah kelengkapan yang

tersedia sudah sesuai dengan yang diperlukan atau belum. Dalam tahap ini dilakukan kegiatan

      a.   Meninjau kembali penetapan standar

      b.   Meninjau program yang sedang berjalan

      c.   Meneliti kesenjangan antara yang direncanakan dengan yang sudah dicapai.

3.   Ketiga : Tahap Proses (Process)

      Dalam tahap ketiga dari evaluasi kesenjangan ini adalah mengadakan evaluasi, tujuan tujuan

manakah yang sudah dicapai. Tahap ini juga disebut tahap “mengumpulkan data dari

pelaksanaan program”.

4.   Keempat : Tahap Pengukuran Tujuan (Product)

        Yakni tahap mengadakan analisis data dan menetapkan tingkat output yang diperoleh.

Pertanyaan yang diajukan dalam tahap ini adalah .apakah program sudah mencapai tujuan

terminalnya?"

5.   Kelima : Tahap Pembandingan (Programe Comparison)

      Yaitu tahap membandingkan hasil yang telah dicapai dengan tujuan yang telah

ditetapkan. Dalam tahap ini evaluator menuliskan semua penemuan kesenjangan untuk disajikan

kepada para pengambil keputusan, agar mereka (ia) dapat memutuskan kelanjutan dari program

tersebut. Kemungkinannya adalah

a. Menghentikan program            b. Mengganti atau merevisi    

c. Meneruskan                              d. Memodifikasi

C. TEKNIK EVALUASI dan PROSEDUR PELAKSANAKAN EVALUASI

      1. Teknik Evaluasi

                  Teknik evaluasi digolongkan menjadi 2 yaitu : teknik tes dan teknik non Tes.

1. teknik non tes meliputi ; skala bertingkat, kuesioner,daftar cocok, wawancara, pengamatan,

riwayat hidup.

a.       Rating scale atau skala bertingkat menggambarkan suatu nilai dalam bentuk angka. Angka-

angak diberikan secara bertingkat dari anggak terendah hingga angkat paling tinggi. Angka-

angka tersebut kemudian dapat dipergunakan untuk melakukan perbandingan terhadap angka

yang lain.

b.      Kuesioner adalah daftar pertanyaan yang terbagi dalam beberapa kategori. Dari segi yang

memberikan jawaban, kuesioner dibagi menjadi kuesioner langsung dan kuesioner tidak

langsung. Kuesioner langsung adalah kuesioner yang dijawab langsung oleh orang yang diminta

jawabannya. Sedangkan kuesiioner tidak langsung dijawab oleh secara tidak langsung oleh orang

yang dekat dan mengetahui si penjawab seperti contoh, apabila yang hendak dimintai

jawabanadalah seseorang yang buta huruf maka dapat dibantu oleh anak, tetangga atau anggota

keluarganya. Dan bila ditinjau dari segi cara menjawab maka kuesioner terbagi menjadi

kuesioner tertutup dan kuesioner terbuka. Kuesioner tertututp adalah daftar pertanyaan yang

memiliki dua atau lebih jawaban dan si penjawab hanya memberikan tanda silang (X) atau cek

(√) pada awaban yang ia anggap sesuai. Sedangkan kuesioner terbuka adalah daftar pertanyaan

dimana si penjawab diperkenankan memberikan jawaban dan pendapat nya secara terperinci

sesuai dengan apa yang ia ketahui.

c.       Daftar cocok adalah sebuah daftar yang berisikan pernyataan beserta dengan kolom pilihan

jawaban. Si penjawab diminta untuk memberikan tanda silang (X) atau cek (√) pada awaban

yang ia anggap sesuai.

d.      Wawancara, suatu cara yang dilakukan secara lisan yang berisikan pertanyaan-pertanyaan yang

sesuai dengan tujuan informsi yang hendak digali. wawancara dibagi dalam 2 kategori, yaitu

pertama, wawancara bebas yaitu si penjawab (responden) diperkenankan untuk memberikan

jawaban secara bebas sesuai dengan yang ia diketahui tanpa diberikan batasan oleh

pewawancara. Kedua adalah wawancara terpimpin dimana pewawancara telah menyusun

pertanyaan pertanyaan terlebih dahulu yang bertujuan untuk menggiring penjawab pada

informsi-informasi yang diperlukan saja.

e.       Pengamatan atau observasi, adalah suatu teknik yang dilakuakn dengan mengamati dan

mencatat secara sistematik apa yang tampak dan terlihat sebenarnya. Pengamatan atau observasi

terdiri dari 3 macam yaitu : (1) observasi partisipan yaitu pengamat terlibat dalam kegiatan

kelompok yang diamati. (2) Observasi sistematik, pengamat tidak terlibat dalam kelompok yang

diamati. Pengamat telah membuat list faktor faktor yang telah diprediksi sebagai memberikan

pengaruh terhadap sistem yang terdapat dalam obejek pengamatan.

f.       Riwayat hidup, evaluasi ini dilakukan dengan mengumpulkan data dan informasi mengenai

objek evaluasi sepanjang riwayat hidup objek evaluasi tersebut.

2. Prosedur Pelaksanakan Evaluasi

Dalam melaksanakan evaluasi pendidikan hendaknya dilakukan secara sistematis dan

terstruktur. Sebagaimana telah dikemukakan sebelumnya bahwa evaluasi pendidikan secara garis

besar melibatkan 3 unsur yaitu input, proses dan out put. Apabila prosesdur yang dilakukan tidak

bercermin pada 3 unsur tersebut maka dikhawatirkan hasil yang digambarkan oleh hasil evaluasi

tidak mampu menggambarkan gambaran yang sesungguhnya terjadi dalam proses pembelajaran.

Langkah-langkah dalam melaksanakan kegiatan evaluasi pendidikan secara umum adalah

sebagai berikut :

a.       perencanaan (mengapa perlu evaluasi, apa saja yang hendak dievaluasi, tujuan evaluasi,

teknikapa yang hendak dipakai, siapa yang hendak dievaluasi, kapan, dimana, penyusunan

instrument, indikator, data apa saja yang hendak digali, dsb)

b.       pengumpulan data ( tes, observasi, kuesioner, dan sebagainya sesuai dengan tujuan)

c.        verifiksi data (uji instrument, uji validitas, uji reliabilitas, dsb)

d.       pengolahan data ( memaknai data yang terkumpul, kualitatif atau kuantitatif, apakah hendak di

olah dengan statistikatau non statistik, apakah dengan parametrik atau non parametrik, apakah

dengan manual atau dengan software (misal : SAS, SPSS )

e.        penafsiran data, ( ditafsirkan melalui berbagai teknik uji, diakhiri dengan uji hipotesis ditolak

atau diterima, jika ditolak mengapa? Jika diterima mengapa? Berapa taraf signifikannya?)

interpretasikan data tersebut secara berkesinambungan dengan tujuan evaluasi sehingga akan

tampak hubungan sebab akibat. Apabila hubungan sebab akibat tersebut muncul maka akan lahir

alternatif yang ditimbulkan oleh evaluasi itu.

D. JENIS-JENIS EVALUASI didalam PENDIDIKAN

1.      Evaluasi Program

Para ahli evaluasi telah mengembangkan beberapa jenis evaluasi program. Jenis evaluasi

program tersebut sangat beragarn dan variatif, namun kesemuanya dapaat ditsimpulkan bahwa

pada akhirnya hasil dari evaluasi digunakan sebagai kepentingan pengambilan keputusan.

Berikut ini diuraikan berbagai jenis evaluasi program yang samappai saat ini masih digunakan

CIPP (Context   Input   Process   Product) merupakan salah satu evaluasi program yang dapat

dikatakan cukup niemadai. Model ini telah dikembangkan oleh Daniel L. Stufflebearn dkk

(1967) di Ohio State University. CIPP merupakan akronim, terdid dari : context evaluation, input

evaluation, process evaluation dan product evaluation dan setiap tipe evaluasi terikat pada

perangkat pengambilan keputusan yang menyangkut perencanaan dan operasi sebuah program.

2.      Evaluasi Konteks

Meliputi analisis masalah yang berhubungan dengan lingkungan program yang

dilaksanakan, yang secara khusus berpengaruh pada konteks masalah yang menjadi komponen

dalam piogram. Evaluasi konteks menjelaskan atau menggambarkan secara jelas tentang tujuan

program yang akan dicapai. Secara singkat dapat dikatakan evaluasi konteks; merupakan

evaluasi terhadap kebutuhan, yaitu memperkecil kesenjangan antara kondisi aktual dengan

kondisi yang diharapkan.

Dapat disimpulkan bahwa      evaluasi konteks adalah evaluasi terhadap kebutuhan,

tujuan pernenuhan dan karakteristik individu yang menangani. Seorang evaluator harus sanggup

menentukan prioritas kebutuhan dan memilih tujuan yang paling menunjang kesuksesan

program. Menurut Gilbert Sax, evaluasi konteks merupakan pengambaran dan spesifikasi tentang

lingkungan program. Evaluasi konteks terutama berhubungan dengan intervensi yang dilakukan

dalam program. Untuk memudahkan memahami evaluasi konteks, evaluator dapat menjawab

pertanyaan pertanyaan sebagai berikut :

1.      Kebutuhan kebutuhan apa saja yang belum terpenuhi oleh kegiatan program ?

2.      Tujuan program apa saja yang menjadi prioritas pencapaiannya ?

3.      Tujuan pengembangan manakah yang berhubungan dengan pemenuhan kebutuhan ?

4.      Tujuan tujuan manakah yang paling mudah dilaksanakan ?

5.      Tujuan tujuan program manakah yang benar benar sangat diinginkan masyarakat ?

            Dalam menjawab pertanyaan pertanyaan tersebut, stufflebleam memberikan saran

sebagai berikut, misalnya dalam menentukan kebutuhan yang belum terpenuhi dengan meninjau

kembali tujuan program kemudian menilai pelaksanaan program. Dan kedua hal ini diketahui

kesenjangannya. Hal itulah yang menjadi kebutuhan yang belum terpenuhi.

3.      Evaluasi Masukan

Meliputi pertimbangan tentang sumber dan strategi yang akan digunakan dalam upaya

mencapai suatu program. Informasi informasi yang terkumpul selama tahap evaluasi hendaknya

dapat digunakan oleh pengambil keputusan untuk menentukan sumber dan strategi analisis

masalah yang berhubungan dengan lingkungan program yang di dalam keterbatasan dan

hambatan yang ada. Penilai masukan boleh rnempertimbangkan sumber tertentu apabila sumber-

sumber tersebut terlalu mahal untuk dibeli atau tidak tersedia, dan pada pihak lain terdapat

alternatif yang dapat digunakan untuk mencapai tujuan program. Demikian juga berkaitan

dengan tenaga tenaga yang dapat melaksanakan program dapat diperhitungkan sebagai sumber

masukan.

Evaluasi masukan membutuhkan evaluator yang memiliki pengetahuan luas dan berbagai

ketrampilan tentang berbagai kemungkinan sumber dan strategi yang akan digunakan mencapai

tujuan program. Pengetahuan tersebut bukan hanya tentang evaluasi saja tetapi juga dalam

efektifitas program dan pengetahuan subtansi program itu sendiri dan berbagai bentuk dalam

pengeluaran program yang akan dicapai.

Menurut Stufflebean evaluasi masukan dilakukan untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan

sebagai berikut :

a.       Apakah strategi yang digunakan oleh program sudah sesuai dengan pencapaian tujuan?

b.      Apakah sumber sumber termasuk (SDM) yang ada sudah sesuai dengan beban program yang 

akan dijalankan?

c.       Apakah strategi yang diambil ini merupakan strategi yang benar benar sudah disepakati bersama

oleh pengelola program?

d.      Strategi yang manakah yang sudah ada sebelumnya dan sudah cocok untuk pencapaian tujuan

yang lalu?

e.       Sumber sumber daya manakah yang benar benar mempunyai kontribusi yang paling dominan?

f.       Prosedur dan jadwal khusus manakah yang digunakan untuk melaksanakan strategi tersebut?

g.      Apakah yang dapat dikatakan sebagai ciri khusus dari kegiatan yang dilaksanakan di dalam

program dan apa pula akibat yang ditimbulkannya.

h.      Bagaimanakah urutan prioritas sumber daya dan strategi yang paling mempunyai kontribusi

terhadap pencapaian program?

4.      Evaluasi Proses

            Meliputi evaluasi yang telah ditentukan (dirancang) dan diterapkan di dalam pratek

(proses). Seorang penilai proses mungkin disebut sebagai pemonitor sistern pengumpulan data

dari pelaksanaan program sehari hari. Misalnya saja evaluator harus mencatat secara detail apa

saja yang terjadi dalam pelaksanaan program. Pemonitor harus mempunyai catatan harian dan

perkembangan setiap langkah dalarn pelaksanaan program. Tanpa mengetahui catatan tentang

data pelaksanaan program tidaklah rnungkin pengambil keputusan menentukan tindak lanjut

program apabila waktu berakhir telah tiba. Tugas lain dari penilai proses adalah melihat catatan

kejadian kejadian yang muncul selama program tersebut berlangsung dari waktu ke waktu.

Catatan catatan semacam itu barangkali akan sangat berguna dalam menentukan kelemahan dan

kekuatan atau faktor pendukung serta faktor penghambat program jika dikaitkan dengan keluaran

yang ditemukan.

Suatu program yang baik (yang pantas untuk dinilai) tentu sudah dirancang mengenai

siapa diberi tanggung jawab dalam kegiatan apa, apa bentuk kegiatannya, dan kapan kegiatan

tersebut sudlah terlaksana. Tujuannya adalah membantu penanggung jawab pemantau (monitor)

agar lebih mudah mengetahui kelemahan kelemahan program dari berbagai aspek untuk

kemudian dapat dengan mudah melakukan remedial atau perbaikan di dalam proses pelaksanaan

program.

5.      Evaluasi Hasil

Evaluasi hasil adalah evaluasi yang dilakukan oleh penilai di dalam mengukur

keberhasilan pencapaian tujuan tersebut dikembangkan dan diadministrasikan. Data yang

dihasilkan akan sangat berguna bagi pengambil keputusan dalam menentukan apakah program

diteruskan dimodifikasi atau dihentikan. Pengembangan jenis evaluasi program model CIPP

telah menekankan kerjasama dan keakraban antara tim penilai, pengelola dengan pengambil

keputusan tentang program. Setiap bentuk evaluasi yang dijelaskan di atas telah menekankan tiga

tugas pokok yang dilakukan yaitu :

a.       Membeberkan semua jenis informasi yang diperlukan oleh pengambil keputusan.

b.      Memperoleh informasi.

c.       Mensintesakan informasi informasi sedemikian rupa sehingga secara maksimal dapat

dimanfaatkan oleh para pengambil keputusan.

      Evaluasi hasil merupakan tahap terakhir di dalam jenis CIPP yang dikembangkan oleh

Stufflebeam. Fungsinya adalah membantu penanggung jawab program dalam mengambil

keputusan : meneruskan, memodifikasi atau menghentikan program. Evaluasi hasil mernerlukan

perbandingan antara tujuan yang ditetapkan dalarn rancangan dengan hasil program dicapai.

Hasil yang dinilai dapat berupa skor tes, data observasi, diagram data, sosiometri dan lain

sebagainya, yang masing masing dapat ditelusuri kaitannya dengan tujuan tujuan yang lebih

rinci. Kita dapat memperbandingkan pencapaian tujuan dengan hasil yang dicapai rnelalui

presentase tiap tiap komponen program. Kemudian membuat analisis kualitatif mengapa sekian

persen dicapai dan mengapa hal itu terjadi.

6.      Model Kesenjangan (Discrepancy)

Evaluasi kesenjangan program, begitu orang menyebutnya. Kesenjangan program adalah

sebagai suatu keadaan antara yang diharapkan dalam rencana dengan yang dihasilkan dalam

pelaksanaan program. Evaluasi kesenjangan dimaksudkan untuk mengetahui tingkat kesesuaian

antara standard yang sudah ditentukan dalam program dengan penampilan aktual dari program

tersebut. Standar adalah: kriteria yang telah dikembangkan dan ditetapkan dengan hasil yang

efektif. Penampilan adalah: sumber, prosedur, manajemen dan hasil nyata yang tampak ketika

program dilaksanakan.

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

  Untuk meningkatkan mutu pembelajaran dibutuhkan sistem evaluasi yang tepat, karena peserta

didik memiliki berbagai kemampuan yang berbeda-beda maka sistem evaluasi yang digunakan

harus terintegrasi dan mampu mengukur semua kemampuan yang ada pada peserta didik.

  Evaluasi pendidikan tidak hanya digunakan untuk mengukur ranah kognitif peserta didik saja.

Adapun ranah yang diukur dengan menggunakan nontes ini adalah kognitif, psikomotorik,

perseptual, komunikasi nondiskursip, dan ranah afektif.

  Dalam evaluasi pendidikan Ada empat komponen yang saling terkait dan merupakan satu kesatuan

yang tidak terpisahkan yaitu: Evaluasi, Penilaian, Pengukuran, Tes dan non tes

DAFTAR PUSTAKA

Thoha, M. Chabib (2001). Teknik Evaluasi pendidikan. Jakarta ; PT. Raja Grafindo Persada.

Rusyam, Tabrani (1989) dkk., Pendekatan Proses Belajar Mengajar.Jakarta ; Gramedia.

Daryanto, Drs. (2001). Evaluasi Pendidikan. Jakarta ; PT. Rineka Ciptalanjutkan ke Kirimkan Ini lewat Email