Definisi Dismenore.docx

17
1. Definisi Dismenore Beberapa definisi dismenore yaitu: a. Dismenore adalah sakit saat menstruasi sampai dapat mengganggu aktivitas sehari – hari (Manuaba, 2001). b. Dismenore adalah nyeri di perut bagian bawah ataupun di pungung bagian bawah akibat dari gerakan rahim yang meremas – remas (kontraksi) dalam usaha untuk mengeluarkan lapisan dinding rahim yang terlepas (Faizah, 2000). c. Dismenore adalah nyeri saat haid yang terasa di perut bagian bawah dan muncul sebelum, selama atau setelah menstruasi. Nyeri dapat bersifat kolik atau terus menerus. Dismenore timbul akibat kontraksi disritmik lapisan miometrium yang menampilkan satu atau lebih gejala mulai dari nyeri ringan hingga berat pada perut bagian bawah, daerah pantat dan sisi medial paha (Badziad, 2003). d. Dismenore atau nyeri haid adalah gejala-gejala ginekologik yang paling sering dijumpai. Bahkan wanita-wanita dengan dismenore cenderung untuk mendapat nyeri haid rekurens secara periodik yang menyebabkan pasien mencari pengobatan darurat (Greenspan dan Baxter, 2000). 2. Klasifikasi Dismenore Nyeri haid dapat digolongkan berdasarkan jenis nyeri dan ada tidaknya kelainan yang dapat diamati. Berdasarkan jenis nyeri, nyeri haid dapat dibagi menjadi, dismenore spasmodik dan dismenore kongestif. a. Nyeri Spasmodik

description

llol

Transcript of Definisi Dismenore.docx

Page 1: Definisi Dismenore.docx

1. Definisi Dismenore

Beberapa definisi dismenore yaitu:

a. Dismenore adalah sakit saat menstruasi sampai dapat mengganggu aktivitas sehari –

hari (Manuaba, 2001).

b. Dismenore adalah nyeri di perut bagian bawah ataupun di pungung bagian bawah

akibat dari gerakan rahim yang meremas – remas (kontraksi) dalam usaha untuk

mengeluarkan lapisan dinding rahim yang terlepas (Faizah, 2000).

c. Dismenore adalah nyeri saat haid yang terasa di perut bagian bawah dan muncul

sebelum, selama atau setelah menstruasi. Nyeri dapat bersifat kolik atau terus menerus.

Dismenore timbul akibat kontraksi disritmik lapisan miometrium yang menampilkan satu

atau lebih gejala mulai dari nyeri ringan hingga berat pada perut bagian bawah, daerah

pantat dan sisi medial paha (Badziad, 2003).

d. Dismenore atau nyeri haid adalah gejala-gejala ginekologik yang paling sering

dijumpai. Bahkan wanita-wanita dengan dismenore cenderung untuk mendapat nyeri haid

rekurens secara periodik yang menyebabkan pasien mencari pengobatan darurat

(Greenspan dan Baxter, 2000).

2. Klasifikasi Dismenore

Nyeri haid dapat digolongkan berdasarkan jenis nyeri dan ada tidaknya kelainan yang

dapat diamati. Berdasarkan jenis nyeri, nyeri haid dapat dibagi menjadi, dismenore

spasmodik dan dismenore kongestif.

a. Nyeri Spasmodik

Nyeri spasmodik terasa di bagian bawah perut dan berawal sebelum masa haid atau

segera setelah masa haid mulai. Banyak perempuan terpaksa harus berbaring karena

terlalu menderita nyeri itu sehingga ia tidak dapat mengerjakan apa pun. Ada di antara

mereka yang pingsan, merasa sangat mual, bahkan ada yang benar-benar muntah.

Kebanyakan penderitanya adalah perempuan muda walaupun dijumpai pula pada

kalangan yang berusia 40 tahun ke atas. Dismenore spasmodik dapat diobati atau paling

tidak dikurangi dengan lahirnya bayi pertama walaupun banyak pula perempuan yang

tidak mengalami hal seperti itu.

Page 2: Definisi Dismenore.docx

b. Nyeri Kongestif

Penderita dismenore kongestif yang biasanya akan tahu sejak berhari-hari sebelumnya

bahwa masa haidnya akan segera tiba. Dia mungkin akan mengalami pegal, sakit pada

buah dada, perut kembung tidak menentu, beha terasa terlalu ketat, sakit kepala, sakit

punggung, pegal pada paha, merasa lelah atau sulit dipahami, mudah tersinggung,

kehilangan keseimbangan, menjadi ceroboh, terganggu tidur, atau muncul memar di paha

dan lengan atas. Semua itu merupakan simptom pegal menyiksa yang berlangsung antara

2 dan 3 hari sampai kurang dari 2 minggu. Proses menstruasi mungkin tidak terlalu

menimbulkan nyeri jika sudah berlangsung. Bahkan setelah hari pertama masa haid,

orang yang menderita dismenore kongestif akan merasa lebih baik.

Sedangkan berdasarkan ada tidaknya kelainan atau sebab yang dapat diamati, nyeri haid

dapat dibagi menjadi, dismenore primer dan dismenore sekunder.

a. Dismenore Primer

Dismenore primer adalah nyeri haid yang dijumpai tanpa kelainan pada alat – alat

genital yang nyata. Dismenore primer terjadi bersamaan atau beberapa waktu setelah

menarche biasanya setelah 12 bulan atau lebih, oleh karena siklus – siklus haid pada

bulan – bulan pertama setelah menarche umumnya berjenis anovulator yang tidak

disertai dengan rasa nyeri. Rasa nyeri timbul tidak lama sebelumnya atau bersama –

sama dengan permulaan haid dan berlangsung untuk beberapa jam walaupun pada

beberapa kasus dapat berlangsung beberapa hari. Sifat rasa nyeri adalah kejang,

biasanya terbatas pada perut bawah tetapi dapat menyebar ke daerah pinggang dan paha.

Bersamaan dengan rasa nyeri dapat dijumpai rasa mual, muntah, sakit kepala, diare dan

iritabilitas (Wiknjosastro, 1999). Dismenore primer sering dimulai pada waktu

perempuan mendapatkan haid pertama dan sering dibarengi rasa mual, muntah, dan

diare. Gadis dan perempuan muda dapat diserang nyeri haid primer. Dinamakan

dismenore primer karena rasa nyeri timbul tanpa ada sebab yang dapat dikenali. Nyeri

haid primer hampir selalu hilang sesudah perempuan itu melahirkan anak pertama,

sehingga dahulu diperkirakan bahwa rahim yang agak kecil dari perempuan yang belum

pernah melahirkan menjadi penyebabnya, tetapi belum pernah ada bukti dari teori itu.

Nyeri haid yang disebabkan karena kelainan yang jelas dinamakan dismenore sekunder.

Nyeri haid yang baru timbul 1 tahun atau lebih sesudah haid pertama dapat dengan

mudah ditemukan penyebabnya melalui pemeriksaan yang sederhana. Jika pada usia 40

tahun ke atas timbul gejala nyeri haid yang tidak pernah dialami, penting sekali baginya

untuk memeriksakan diri.

Page 3: Definisi Dismenore.docx

b. Dismenore Sekunder

Dismenore sekunder adalah nyeri haid yang disertai kelainan anatomis genitalis

(Manuaba, 2001). Sedangkan menurut Hacker (2001) tanda – tanda klinik dari

dismenore sekunder adalah endometriosis, radang pelvis, fibroid, adenomiosis, kista

ovarium dan kongesti pelvis. Umumnya, dismenore sekunder tidak terbatas pada haid,

kurang berhubungan dengan hari pertama haid, terjadi pada perempuan yang lebih tua

(tiga puluhan atau empat puluhan tahun) dan dapat disertai dengan gejala yang lain

(dispareunia, kemandulan dan perdarahan yang abnormal).

3. Gejala Dismenore

Dismenore menyebabkan nyeri pada perut bagian bawah, yang bisa menjalar ke

punggung bagian bawah dan tungkai. Nyeri dirasakan sebagai kram yang hilang-timbul

atau sebagai nyeri tumpul yang terus menerus ada. Biasanya nyeri mulai timbul sesaat

sebelum atau selama menstruasi, mencapai puncaknya dalam waktu 24 jam dan setelah 2

hari akan menghilang. Dismenore juga sering disertai oleh sakit kepala, mual, sembelit

atau diare dan sering berkemih. Kadang sampai terjadi muntah. Menurut Maulana (2008)

mengatakan bahawa gejala dan tanda dari dismenore adalah nyeri pada bagian bawah

yang bisa menjalar ke punggung bagian bawah dan tungkai. Nyeri dirasakan sebagai kram

yang hilang timbul atau sebagai nyeri tumpul yang terus menerus ada. Biasanya nyeri

mulai timbul sesaat sebelum atau selama menstruasi, serta mencapai puncaknya dalam 24

jam dan setelah 2 hari akan menghilang. Dismenore juga sering disertai oleh sakit kepala,

mual, sembelit, diare dan sering berkemih. Kadang terjadi sampai muntah. Sedangkan

menurut Taber (1994) mengatakan bahwa gejala dismenore dapat diperoleh dari data

subjektif atau gejala pada saat ini dan data objektif.

a. Data Subjektif

Nyeri abdomen dapat mulai beberapa jam sampai 1 hari mendahului keluarnya darah

haid. Nyeri biasanya paling kuat sekitar 12 jam setelah mulai timbul keluarnya darah, saat

pelepasan endometrium maksimal. Nyeri cenderung bersifat tajam dan kolik biasanya

dirasakan di daerah suprapubis. Nyeri juga dapat meliputi daerah lumbosakral dan bagian

dalam dan anterior paha sampai daerah inervasi saraf ovarium dan uterus yang dialihkan

ke permukaan tubuh. Biasanya nyeri hanya menetap sepanjang hari pertama tetapi nyeri

dapat menetap sepanjang seluruh siklus haid. Nyeri dapat demikian hebat sehingga pasien

memerlukan pengobatan darurat. Gejala- gejala haid, haid biasanya teratur. Jumlah dan

lamanya perdarahan bervariasi. Banyak pasien menghubungkan nyeri dengan pasase

bekuan darah atau campakkan endometrium. Gejala- gejala lain seperti nausea, vomitus

Page 4: Definisi Dismenore.docx

dan diare mungkin dihubungkan dengan haid yang nyeri. Gejala- gejala seperti ini dapat

disebabkan oleh peningkatan prostaglandin yang beredar yang merangsang hiperaktivitas

otot polos usus. Riwayat penyakit terdahulu pasien dengan dismenore mungkin

menceritakan riwayat nyeri serupa yang timbul pada setiap siklus haid. Kadang- kadang

pasien mengungkapkan riwayat kelelahan yang berlebihan dan ketegangan saraf.

b. Data Objektif

Pemeriksaan fisik abdomen dan pelvis. Pada pemeriksaan abdomen biasanya lunak tanpa

adanya rangsangan peritonium atau suatu keadaan patologik yang terlokalisir dan bising

usus normal. Sedangkan pada pemeriksaan pelvis, pada kasus- kasus dismenore primer

pemeriksaan pelvis adalah normal dan pada dismenore sekunder pemeriksaan pelvis dapat

menyingkap keadaan patologis dasarnya sebagai contoh, nudul- nodul endometriotik

dalam kavum Dauglasi atau penyakit tubaovarium atau leiomiomata. Sedangkan untuk tes

laboratorium yang meliputi pemeriksaan darah lengkap yang normal dan urinalisis

normal.

4. Faktor Penyebab dan Faktor Resiko

Menurut Wiknjosastro (2007) terdapat beberapa faktor yang dapat mempengaruhi

dismenore antara lain:

a. Faktor Kejiwaan

Pada gadis- gadis yang secara emosional tidak stabil, apalagi jika mereka tidak mendapat

penerangan yang baik tentang proses haid, mudah timbul dismenore. Dismenorea primer

banyak dialami oleh remaja yang sedang mengalami tahap pertumbuhan dan

perkembangan baik fisik maupun psikis. Ketidak siapan remaja putri dalam menghadapi

perkembangan dan pertumbuhan pada dirinya tersebut, mengakibatkan gangguan psikis

yang akhirnya menyebabkan gangguan fisiknya, misalnya gangguan haid seperti

dismenore (Hurlock, 2007). Wanita mempunyai emosional yang tidak stabil, sehingga

mudah mengalami dismenore primer. Faktor kejiwaan, bersamaan dengan dismenore

akan menimbulkan gangguan tidur (insomnia).

Page 5: Definisi Dismenore.docx

b. Faktor Konstitusi

Faktor konstitusi berhubungan dengan faktor kejiwaan sebagai penyebab timbulnya

dismenore primer yang dapat menurunkan ketahanan seseorang terhadap nyeri. Faktor ini

antara lain:

1) Anemia

Anemia adalah defisiensi eritrosit atau hemoglobin atau dapat keduanya hingga

menyebabkan kemampuan mengangkut oksigen berkurang. Sebagian besar penyebab

anemia adalah kekurangan zat besi yang diperlukan untuk pembentukan hemoglobin,

sehingga disebut anemia kekurangan zat besi. Kekurangan zat besi ini dapat menimbulkan

gangguan atau hambatan pada pertumbuhan baik sel tubuh maupun sel otak dan dapat

menurunkan daya tahan tubuh seseorang, termasuk daya tahan tubuh terhadap rasa nyeri.

2) Penyakit menahun

Penyakit menahun yang diderita seorang perempuan akan menyebabkan tubuh kehilangan

terhadap suatu penyakit atau terhadap rasa nyeri. Penyakit yang termasuk penyakit

menahun dalam hal ini adalah asma dan migrain (Wiknjosastro, 1999).

c. Faktor Obstruksi Kanalis Servikalis

Teori tertua menyatakan bahwa dismenore primer disebabkan oleh stenosis kanalis

servikalis. Pada perempuan dengan uterus dalam hiperantifleksi mungkin dapat terjadi

stenosis kanalis servikalis, akan tetapi hal ini sekarang tidak dianggap sebagai factor yang

penting sebagai penyebab dismenore. Banyak perempuan yang menderita dismenore

tanpa stenosis servikalis dan tanpa uterus dalam hiperantifleksi. Sebaliknya terdapat

perempuan tanpa keluhan dismenore, walaupun ada stenosis servikalis dan uterus terlatak

dalam hiperantifleksi atau hiperretofleksi. Mioma submukosum bertangkai atau polip

endometrium dapat menyebabkan dismenore karena otot- otot uterus berkontraksi keras

dalam usaha untuk melainkan kelainan tersebut.

d. Faktor Endokrin

Kejang pada dismenore primer disebabkan oleh kontraksi yang berlebihan. Hal ini

disebabkan karena endometrium dalam fase sekresi memproduksi prostaglandin F2 α

yang menyebabkan kontraksi otot-otot polos. Jika jumlah prostaglandin F2 α berlebih

akan dilepaskan dalam peredaran darah, maka selain dismenore, dijumpai pula efek

umum, seperti diare, nausea, dan muntah.

Page 6: Definisi Dismenore.docx

e. Faktor Alergi

Teori ini dikemukakan setelah adanya asosiasi antara dismenore primer dengan urtikaria,

migren atau asma bronkial. Smith menduga bahwa sebab alergi ialah toksin haid.

Menurut Bare & Smeltzer (2002), faktor resiko terjadinya disminore primer adalah:

a. Menarche pada usia lebih awal

Menarche pada usia lebih awal menyebabkan alat-alat reproduksi belum berfungsi secara

optimal dan belum siap mengalami perubahan-perubahan sehingga timbul nyeri ketika

menstruasi.

b. Belum pernah hamil dan melahirkan

Perempuan yang hamil biasanya terjadi alergi yang berhubungan dengan saraf yang

menyebabkan adrenalin mengalami penurunan, serta menyebabkan leher rahim melebar

sehingga sensasi nyeri haid berkurang bahkan hilang.

c. Lama menstruasi lebih dari normal (7 hari)

Lama menstruasi lebih dari normal (7 hari), menstruasi menimbulkan adanya kontraksi

uterus, terjadi lebih lama mengakibatkan uterus lebih sering berkontraksi, dan semakin

banyak prostaglandin yang dikeluarkan. Produksi prostaglandin yang berlebihan

menimbulkan rasa nyeri, sedangkan kontraksi uterus yang turus menerus menyebabkan

suplai darah ke uterus terhenti dan terjadi disminore.

d. Umur

Perempuan semakin tua, lebih sering mengalami menstruasi maka leher rahim bertambah

lebar, sehingga pada usia tua kejadian disminore jarang ditemukan.

Sedangkan menurut Medicastore (2004), wanita yang mempunyai resiko menderita

disminore primer adalah:

a. Mengkomsumsi alkohol

Alkohol merupakan racun bagi tubuh kita, dan hati bertanggungjawab terhadap

penghancur estrogen untuk disekresi oleh tubuh. Fungsi hati terganggu karena adanya

komsumsi alkohol yang terus menerus, maka estrogen tidak bisa disekresi dari tubuh,

akibatnya estrogen dalam tubuh meningkat dan dapat menimbulkan gangguan pada pelvis

b. Perokok

Merokok dapat meningkatkan lamanya mensruasi dan meningkatkan lamanya disminore.

c. Tidak pernah berolah raga

Kejadian disminore akan meningkat dengan kurangnya aktifitas selam menstruasi dan

kurangnya olah raga, hal ini dapat menyebabkan sirkulasi darah dan oksigen menurun.

Dampak pada uterus adalah aliran darah dan sirkulasi oksigen pun berkurang dan

menyebabkan nyeri.

d. Stres

Page 7: Definisi Dismenore.docx

Stres menimbulkan penekanan sensasi saraf-saraf pinggul dan otot-otot punggung bawah

sehingga menyebabkan disminore.

5. Derajat Dismenore

Setiap menstruasi menyebabkan rasa nyeri, terutama pada awal menstruasi namun dengan

kadar nyeri yang berbeda-beda. Dismenore secara siklik dibagi menjadi tiga tingkat

keparahan. Menurut Manuaba (2001), dismenore dibagi 3 yaitu:

a. Dismenore Ringan

Dismenore yang berlangsung beberapa saat dan dapat melanjutkan kerja sehari– hari.

b. Dismenore Sedang

Pada dismenore sedang ini penderita memerlukan obat penghilang rasa nyeri, tanpa perlu

meninggalkan kerjanya.

c. Dismenore Berat

Dismenore berat membutuhkan penderita untuk istirahat beberapa hari dan dapat disertai

sakit kepala, kemeng pinggang, diare dan rasa tertekan.

Dismenore (Nyeri Haid)

Dismenore atau nyeri haid adalah perasaan nyeri pada saat haid yang

biasanya dialami oleh remaja yang baru mengalami menstruasi pertama. Tetapi,

Page 8: Definisi Dismenore.docx

tidak menutup kemungkinan dismenore atau nyeri haid juga di alami oleh

perempuan dewasa.

Pengertian Dismenore (Nyeri Haid)

Ada beberapa pendapat tentang pengertian Dismenore, antara lain:

1. Menurut Surtiretna (2001), Dismenore adalah rasa sakit yang menyerupai

kejang, terasa di perut bagian bawah, dan biasanya dimulai 24 jam

sebelum haid, dan berlangsung sampai 12 jam pertama dari masa haid.

2. Menurut Dianawati (2003), Dismenore merupakan kekakuan atau kejang

di bagian bawah perut dan terjadi pada waktu menjelang atau selama

menstruasi.

3. Menurut Ramaiah (2006), Dismenore adalah nyeri atau kram pada perut

yang dirasakan sebelum dan selama menstruasi.

4. Menurut Prawirohardjo (2007), Dismenore atau nyeri haid merupakan

suatu rasa tidak enak di perut bawah sebelum dan selama menstruasi dan

sering kali disertai rasa mual.

5. MIMS Petunjuk Konsultasi (2007/2008) mengatakan bahwa Dismenore

adalah rasa nyeri yang timbul menjelang dan selama menstruasi, ditandai

dengan gejala kram pada abdomen bagian bawah. Gejala ini disebabkan

karena tingginya produksi hormon Prostaglandin. Dismenore merupakan

rasa nyeri yang hebat yang dapat mengganggu aktivitas sehari-hari

(Wijayanti, 2009).

6. Menurut Proverawati & Misaroh (2009), Dismenore adalah nyeri

menstruasi yang memaksa wanita untuk istirahat atau berakibat pada

menurunnya kinerja dan berkurangnya aktifitas sehari-hari. Istilah

Dismenore (dysmenorrhoea) berasal dari bahasa “Greek” yaitu dys

(gangguan atau nyeri hebat/ abnormalitas), meno (bulan) dan rrhoea yang

artinya flow (aliran). Jadi Dismenore adalah gangguan aliran darah

menstruasi atau nyeri menstruasi.

Dari beberapa pendapat mengenai Dismenore, maka dapat diambil suatu

kesimpulan bahwa Dismenore atau nyeri haid adalah rasa nyeri yang timbul

menjelang dan selama menstruasi yang dapat menggangggu aktivitas sehari-

hari, ditandai dengan gejala kram pada abdomen bagian bawah. Gejala ini

disebabkan karena tingginya produksi hormon Prostaglandin.

Klasifikasi Dismenore (Nyeri haid)

Page 9: Definisi Dismenore.docx

Dismenore Primer

Dismenore primer, (disebut juga Dismenore idiopatik, esensial, intrinsik)

adalah nyeri menstruasi tanpa kelainan organ reproduksi (tanpa kelainan

ginekologik). Terjadi sejak menarche dan tidak terdapat kelainan pada alat

kandungan (Proverawati & Misaroh, 2009).

Dismenore primer timbul sejak haid pertama dan akan pulih sendiri

dengan berjalannya waktu. Tepatnya saat lebih stabilnya hormon tubuh atau

perubahan posisi rahim setelah menikah dan melahirkan (Wijayanti, 2009).

Dismenore primer terjadi beberapa waktu setelah menarche biasanya

setelah 12 bulan atau lebih, oleh karena siklus-siklus haid pada bulan-bulan

pertama setelah menarche umumnya berjenis anovulatuar yang tidak disertai

rasa nyeri. Rasa nyeri tidak timbul lama sebelumnya atau bersama dengan

permulaan haid dan berlangsung untuk beberapa jam, walaupun pada beberapa

kasus dapat berlangsung beberapa hari (Prawirohardjo, 2006).

Dismenore primer biasanya dimulai 6 bulan hingga 1 tahun setelah

seorang gadis mendapatkan menstruasi pertamanya. Ini adalah waktu ketika sel

telur mulai matang setiap bulan dalam ovarium. Pematangan sel telur disebut

ovulasi. Dismenore tidak ada pada siklus jika ovulasi belum terjadi. Dismenore

primer jarang terjadi setalah usia 20 tahun (Ramaiah, 2006).

Menurut Prawirohardjo (2006), ada beberapa faktor peranan sebagai penyebab

Dismenore primer, antara lain;

1. Faktor kejiwaan --- Pada gadis-gadis yang secara emosional tidak stabil,

apalagi jika mereka tidak mendapat penerangan yang baik tentang proses

haid, mudah timbul Dismenore.

2. Faktor kostitusi --- Faktor ini erat hubungannya dengan faktor di atas

karena dapat menurunkan ketahanan terhadap rasa nyeri, misalnya

anemia, penyakit menahun, dan sebagainya yang dapat mempengaruhi

timbulnya Dismenore.

3. Faktor obstruksi kanalis servikalis --- Salah satu teori yang paling tua

untuk menerangkan terjadinya Dismenore primer adalah stenosis canalis

servikalis.

4. Faktor alergi --- Teori ini dikemukakan setelah memperhatikan adanya

asosiasi antara Dismenore dengan urtikaria, migrane atau asam

bronkhiale, bahwa sebab alergi adalah toksi haid.

Page 10: Definisi Dismenore.docx

Dismenore Sekunder

Dismenore sekunder, (disebut juga sebagai Dismenore ekstrinsik,

acquired) adalah nyeri menstruasi yang terjadi karena kelainan ginekologik,

misalnya endometriosis (sebagian besar), fibroids, adenomyosis. Terjadi pada

wanita yang sebelumnya tidak mengalami Dismenore (Proverawati dkk, 2009).

Dismenore sekunder merupakan nyeri yang disebabkan oleh kelainan

ginekologi seperti salpingitis kronika, endometriosis, adenomiosis uteri, stenosis

uteri dan lain-lain (Prawirohardjo, 2006).

Dismenore sekunder biasanya didapati pada wanita berusia diatas 20

tahun meskipun dalam beberapa kasus bisa mulai tampak pada usia kurang dari

20 tahun (Ramaiah, 2004).

Tanda dan Gejala Dismenore (Nyeri Haid)

Gejala Dismenore yang paling umum adalah nyeri mirip kram dibagian

bawah perut yang menyebar ke punggung dan kaki. Gejala terkait lainnya adalah

muntah, sakit kepala, cemas, kelelahan, diare, pusing dan rasa kembung atau

perut terasa penuh. Beberapa wanita mengalami nyeri sebelum menstruasi

dimulai dan bisa berlangsung beberapa hari (Ramaiah, 2004).

Dismenore atau nyeri haid mungkin merupakan suatu gejala yang paling

sering menyebabkan wanita-wanita muda pergi ke dokter untuk konsultasi dan

pengobatan. Karena gangguan ini sifatnya subyektif, berat atau intensitasnya

sukar dinilai. Walaupun frekuensi Dismenore cukup tinggi dan lama dikenal,

namun sampai sekarang patogenesisnya belum dapat dipecahkan dan

memuaskan. Oleh karena itu hampir semua wanita mengalami rasa tidak enak

diperut bagian bawah sebelum dan selama haid dan sering kali rasa mual,

muntah, sakit kepala, diare, dan iritabilitas sehingga memaksa penderita untuk

istirahat dan meninggalkan pekerjaan atau cara hidupnya sehari-hari

(Prawirohardjo, 2006).

Penanganan Dismenore (Nyeri Haid)

Beberapa pendapat tentang upaya penanganan untuk mengatasi Dismenore:

Upaya penanganan Dismenore menurut Yatim (2001):

Page 11: Definisi Dismenore.docx

1. Olahraga atau latihan, psikoterapi untuk meyakinkan perempuan bahwa

keluhannya tidak membahayakan kehidupan, dan akan berlalu begitu

darah keluar dengan lancar.

2. Obat-obatan anti sakit (analgetik) sebaiknya bukan golongan narkotik

seperti Morfin dan Codein.

3. Obat-obatan penghambat pengeluaran hormon Prostaglandin, seperti

Aspirin, Endometasin, dan Asam Mefenamat

Upaya penanganan Dismenore menurut Proverawati & Misaroh (2009) dan

Wijayanti (2009):

1. Kompres dengan botol dingin (hangat tepat pada bagian yang terasa kram

(bisa di perut atau pinggang bagian belakang).

2. Minum-minuman hangat yang mengandung kalsium tinggi.

3. Menghindari minum-minuman yang beralkohol, kopi dan es krim.

4. Menggosok-gosok perut atau pinggang yang sakit.

5. Ambil posisi menungging sehingga rahim tergantung ke bawah.

6. Tarik nafas dalam-dalam secara perlahan untuk relaksasi.

7. Obat-obatan yang digunakan harus atas pengawasan dokter. Boleh

minum analgetik (penghilang rasa sakit) yang banyak dijual di toko obat,

asal dosisnya tidak lebih dari 3 kali sehari.

Upaya penanganan Dismenore menurut Dianamawih (2003):

1. Olahraga ringan.

2. Mengonsumsi buah dan sayur.

3. Mengurangi kadar gula dan kafein.

4. Minum obat yang mengandung aspirin dan ibuprofen.

Upaya penanganan Dismenore menurut Prawirohardjo (2006):

1. Penerangan dan nasihat --- Perlu dijelaskan kepada penderita bahwa

Dismenore adalah gangguan yang tidak berbahaya untuk kesehatan.

Hendaknya diadakan penjelasan mengenai cara hidup, pekerjaan,

kegiatan, dan lingkungan penderita. Kemungkinan salah informasi

mengenai haid atau adanya tabu atau takhayul mengenai haid perlu

dibicarakan. Nasihat-nasihat mengenai makanan sehat, istirahat yang

cukup, dan olahraga mungkin berguna.

Page 12: Definisi Dismenore.docx

2. Pemberian obat analgesik --- Jika rasa nyerinya berat, diperlukan istirahat

di tempat tidur dan kompres panas pada perut bawah untuk mengurangi

penderitaannya. Obat analgesik yang sering diberikan adalah preparat

kombinasi Aspirin, Fenasetin, dan Kafein. Obat-obat paten yang beredar di

pasaran antara lain Novalgin, Ponstan, Acep-aminopen dan sebagainya.

3. Terapi hormonal --- Tindakan ini bersifat sementara dengan maksud untuk

membuktikan bahwa gangguan benar-benar Dismenore primer atau untuk

memungkinkan penderita melakukan pekerjaan penting pada waktu haid

tanpa gangguan. Tujuan ini dapat dicapai dengan pemberian salah satu

jenis pil kombinasi kontrasepsi.

4. Terapi dengan obat nosteroid anti prostaglandin --- Termasuk disini

indometasin, ibuprofen, dan naproksen hendaknya pengobatan diberikan

sebelum haid mulai, 1-3 hari sebelum haid, dan pada hari pertama haid. e)

Dilatasi canalis servikalis Dapat memberikan keringanan karena

kemudahan pengeluaran darah haid dan prostaglandin di dalamnya.