BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Diabetes mellitus 2.1.1 Definisi
Definisi Diabetes Mellitus
-
Upload
niddy-rohim-febriadi -
Category
Documents
-
view
28 -
download
0
description
Transcript of Definisi Diabetes Mellitus
DM Untuk Dokter Umum
Dr, Waisul Choroni SpPD
Definisi Diabetes Mellitus
Diabetes melitus adalah merupakan penyakit gangguan kronik pada metabolisme
yang ditandai dengan hiperglikemia yang berhubungan dengan abnormalitas metabolism
karbohidrat, lemak dan protein, disebabkan oleh defisiensi insulin relative atau absolut.
Gambaran patologik DM sebagian besar dapat dihubungkan dengan salah satu efek utama
akibat kurangnya insulin yaitu berkurangnya pemakaian glukosa oleh sel-sel tubuh,
peningkatan metabolisme lemak yang menyebabkan terjadinya metabolism lemak abnormal
disertai endapan kolesterol pada dinding pembuluh darah sehingga timbul gejala
aterosklerosis serta berkurangnya protein dalam jaringan tubuh.
EPIDEMIOLOGI
Pada tahun 2000 menurut WHO diperkirakan sedikitnya 171 juta orang di
seluruh dunia menderita Diabetes Mellitus, atau sekitar 2,8% dari total
populasi. Insidensnya terus meningkat dengan cepat, dan diperkirakan pada
tahun 2030, angka ini akan bertambah menjadi 366 juta atau sekitar 4,4% dari
populasi dunia. DM terdapat di seluruh dunia, namun lebih sering (terutama
tipe 2) terjadi di negara berkembang. Peningkatan prevalens terbesar terjadi di
Asia dan Afrika, sebagai akibat dari tren urbanisasi dan perubahan gaya hidup,
seperti pola makan “Western-style” yang tidak sehat.
Di Indonesia sendiri, berdasarkan hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas)
tahun 2007, dari 24417 responden berusia >15 tahun, 10,2% mengalami
Toleransi Glukosa Terganggu (kadar glukosa 140-200 mg/dl setelah puasa
selama 14 jam dan diberi glukosa oral 75 gram). Sebanyak 1,5% mengalami
Diabetes Melitus yang terdiagnosis dan 4,2% mengalami Diabetes Melitus
yang tidak terdiagnosis. Baik DM maupun TGT lebih banyak ditemukan pada
wanita dibandingkan pria, dan lebih sering pada golongan dengan tingkat
pendidikan dan status sosial rendah.
TIPE DIABETES MELITUS
1. Diabetes Melitus tipe 1
Karakteristik dari DM tipe 1 adalah insulin yang beredar di sirkulasi sangat rendah, kadar
glukagon plasma yang meningkat, dan sel beta pankreas gagal berespons terhadap stimulus
yang semestinya meningkatkan sekresi insulin.
DM tipe 1 sekarang banyak dianggap sebagai penyakit autoimun. Kelainan autoimun ini
diduga ada kaitannya dengan agen infeksius/lingkungan, di mana sistem imun pada orang
dengan kecenderungan genetik tertentu, menyerang molekul sel beta pankreas yang
‘menyerupai’ protein virus sehingga terjadi destruksi sel beta dan defisiensi insulin. Faktor-
faktor yang diduga berperan memicu serangan terhadap sel beta, antara lain virus (mumps,
rubella, coxsackie), toksin kimia, sitotoksin, dan konsumsi susu sapi pada masa bayi.
Selain akibat autoimun, sebagaian kecil DM tipe 1 terjadi akibat proses yang idiopatik. Tidak
ditemukan antibodi sel beta atau aktivitas HLA. DM tipe 1 yang bersifat idiopatik ini, sering
terjadi akibat faktor keturunan, misalnya pada ras tertentu Afrika dan Asia.
2. Diabetes Melitus tipe 2
Pada DM tipe 2 resistensi insulin terjadi pada otot, lemak dan hati serta terdapat respons yang
inadekuat pada sel beta pankreas. Terjadi peningkatan kadar asam lemak bebas di plasma,
penurunan transpor glukosa di otot, peningkatan produksi glukosa hati dan peningkatan
lipolisis.
Defek yang terjadi pada DM tipe 2 disebabkan oleh gaya hidup yang diabetogenik (asupan
kalori yang berlebihan, aktivitas fisik yang rendah, obesitas) ditambah kecenderungan secara
genetik. Nilai BMI yang dapat memicu terjadinya DM tipe 2 adalah berbeda-beda untuk
setiap ras.
3. Diabetes Melitus tipe lain
- Defek genetik fungsi sel beta
Beberapa bentuk diabetes dihubungkan dengan defek monogen pada fungsi sel beta, dicirikan
dengan onset hiperglikemia pada usia yang relatif muda (<25 tahun) atau disebut maturity-
onset diabetes of the young (MODY). Terjadi gangguan sekresi insulin namun kerja insulin di
jaringan tetap normal. Saat ini telah diketahui abnormalitas pada 6 lokus di beberapa
kromosom, yang paling sering adalah mutasi kromosom 12, juga mutasi di kromosom 7p
yang mengkode glukokinase. Selain itu juga telah diidentifikasi kelaian genetik yang
mengakibatkan ketidakmampuan mengubah proinsulin menjadi insulin.
- Defek genetik kerja insulin
Terdapat mutasi pada reseptor insulin, yang mengakibatkan hiperinsulinemia, hiperglikemia
dan diabetes. Beberapa individu dengan kelainan ini juga dapat mengalami akantosis
nigricans, pada wanita mengalami virilisasi dan pembesaran ovarium.
- Penyakit eksokrin pankreas
Meliputi pankreasitis, trauma, pankreatektomi, dan carcinoma pankreas.
- Endokrinopati
Beberapa hormon seperti GH, kortisol, glukagon dan epinefrin bekerja mengantagonis
aktivitas insulin. Kelebihan hormon-hormon ini, seperti pada sindroma Cushing,
glukagonoma, feokromositoma dapat menyebabkan diabetes. Umumnya terjadi pada orang
yang sebelumnya mengalami defek sekresi insulin, dan hiperglikemia dapat diperbaiki bila
kelebihan hormon-hormon tersebut dikurangi.
- Karena obat/zat kimia
Beberapa obat dapat mengganggu sekresi dan kerja insulin. Vacor (racun tikus) dan
pentamidin dapat merusak sel beta. Asam nikotinat dan glukokortikoid mengganggu kerja
insulin.
- Infeksi
Virus tertentu dihubungkan dengan kerusakan sel beta, seperti rubella, coxsackievirus B,
CMV, adenovirus, dan mumps.
- Imunologi
Ada dua kelainan imunologi yang diketahui, yaitu sindrom stiffman dan antibodi antiinsulin
reseptor. Pada sindrom stiffman terjadi peninggian kadar autoantibodi GAD di sel beta
pankreas.
- Sindroma genetik lain
Down’s syndrome, Klinefelter syndrome, Turner syndrome, dll.
4. Diabetes Kehamilan/gestasional
Diabetes kehamilan didefinisikan sebagai intoleransi glukosa dengan onset pada waktu
kehamilan. Diabetes jenis ini merupakan komplikasi pada sekitar 1-14% kehamilan. Biasanya
toleransi glukosa akan kembali normal pada trimester ketiga.
FAKTOR PENCETUS
1. Lapar dan Stress
2. Kerusakan sel beta pankreas yang progresif
3. Peningkatan lipolisis
4. Penurunan ambilan glukosa
5. Produksi glukosa hepatic
6. Kekurangan produksi hormon insulin
7. Penyakit hormon yang kerjanya berlawanan dengan insulin
8. Adanya infeksi virus (pada DM tipe 1)
9. Minum obat-obatan yang bisa menaikkan kadar glukosa darah
10. Proses menua
DIAGNOSIS
Diagnosis klinis DM umumnya akan dipikirkan bila ada keluhan khas DM
berupa poliuria, polidipsia, polifagia, dan penurunan berat badan yang tidak
jelas sebabnya. Keluhan lain yang mungkin dikemukakan pasien adalah
lemah, kesemutan, gatal, mata kabur, dan disfungsi ereksi pada pria, atau
pruritus vulva pada pasien wanita.
Kriteria diagnostik DM menurut PERKENI, 2006 atau yang dianjurkan ADA
(American Diabetes Association) yaitu bila terdapat salah satu atau lebih hasil
pemeriksaan gula darah dibawah ini:
1. Kadar gula darah sewaktu (plasma vena) lebih atau sama dengan 200 mg/dl
2. Kadar gula darah puasa (plasma vena) lebih atau sama dengan 126 mg/dl
3. Kadar glukosa plasma lebih atau sama dengan 200 mg/dl pada 2 jam
sesudah beban glukosa 75 gram pada tes toleransi glukosa oral.
PATOFISILOGI DM TIPE 2
Pada penderita Diabetes mellitus mengalami defisiensi insulin menyebabkan glukosa
meningkat sehingga terjadi pemecahan gula baru (glukoneogenesis) dan yang menyebabkan
metabolisme lemak 0meningkat kemudian akan terjadi proses pembentukan keton
(ketoasidosis), terjadinya ketoasidosis dalam urin akan menyebabkan ketonuria dan kadar
natrium menurun serta pH serum menurun menyebabkan asidosis. Defisiensi insulin
menyebabkan pengunaan glukosa oleh sel menjadi turun sehingga kadar gula didalam plasma
meningkat (hiperglikemia) apabila hiperglikemianya menurun parah dan melebihi ambang
ginjal maka akan terjadi glukosuria yang menyebabkan diuresius osmotik yang meningkatkan
pengeluaran kemih (poliuria), timbul rasa haus (polidipsi) sehingga terjadi dehidrasi.
Glukosuria mengakibatkan kalori negatif yg menimbulkan rasa lapar yang tinggi. Pada
pengunaan glukosa oleh sel menurun mengakibatkan produksi metabolisme energi menjadi
menurun sehingga tubuh menjadi lemah. Hiperglikemia dapat mempengaruhi pembuluh
darah kecil, arteri kecil sehingga suplai makanan dan 02 ke perifer menjadi berkurang yang
akan menyebabkan luka tidak sembuh – sembuh. Karena suplai makanan dan 02 tidak
adekuat maka akan menyebabkan terjadinya infeksi dan terjadi gangren (ulkus). Gangguan
pembuluh darah menyebabkan aliran darah retina menurun sehingga suplai makanan dan 02
ke retina berkurang. Akibatnya pandangan menjadi kabur.
TARGET MANAGEMENT DM
MANAGEMENT DM
1. EDUKASI
Diabetes tipe2 umumnya terjadi pada saat pola gaya hidup dan perilaku setelah
terbentuk dengan kokoh. Keberhasilan pengelolaan diabetes mandiri
membutuhkan partisipasi aktif pasien, keluarga dan masyarakat. Untuk mencapai
keberhasilan perubahan perilaku, dibutuhkan edukasi yang komprehensif yang
meliputi pemahaman tentang:
a) Penyakit DM
b) Makna dan perlunya pengendalian dan pemantauan DM
c) Penyulit DM
d) Intervensi farmakologis dan non-farmakologis
e) Hipoglikemia
f) Masalah khusus yang dihadapi
g) Cara mengembangkan system pendukung dan mengajarkan ketrampilan
h) Cara mempergunakan fasilitas perawatan kesehatan
Edukasi secara individual dan pendekatan berdasarkan penyelesaian masalah
merupakan inti perubahan perilaku yang berhasil.
1. Adapun perilaku yang diinginkan antara lain adalah:
a) Mengikuti pola makan sehat
b) Meningkatkan kegiatan jasmani
c) Menggunakan obat diabetes dan obat obat-obat pada keadaan khusus
secara aman dan teratur.
d) Melakukan Pemantauan Glukosa Darah Mandiri (PGDM) dan
memanfaatkan data yang ada
Untuk penentuan status gizi, dapat dipakai Indeks Massa Tubuh (IMT) dan
rumus Broca. Indeks massa tubuh dapat dihitung dengan rumus IMT = BB
(kg)/TB(m2)
Klasifikasi IMT
- BB Kurang < 18,5
- BB Normal 18,5 – 22,9
- BB Lebih > 23,0
- Dengan risiko 23,0 – 24,9
- Obes I 25,0 – 29,9
- Obes II > 30
Untuk menghitung kebutuhan kalori, dapat dipakai rumus Broca, yaitu :
Berat Badan Idaman (BBI) = ( TB – 100) – 10%
Status gizi : BB aktual x 100%/TB(cm) – 100
- BB kurang bila BB < 90% BBI
- BB normal bila BB 90 – 110% BBI
- BB lebih bila BB 110 – 120% BBI
- Gemuk bila BB > 120% BBI
LATIHAN JASMANI
Kegiatan jasmani sehari-hari dan latihan latihan jasmani teratur (3-4 kali seminggu
selama kurang lebih 30 menit) merupakan salah satu pilar dalam pengelolaan diabetes tipe 2.
Latihan jasmani dapat menurunkan berat badan (jalan, bersepeda santai, jogging, berenang).
Latihan jasmani sebaiknya disesuaikan dengan umur dan status kesegaran jasmani. Perlu
dibatasi atau jangan terlalu lama melakukan kegiatan yang kurang gerak (menonton televisi).
INTERVENSI FARMAKOLOGIS
Intervensi farmakologik ditambahkan jika sasaran glukosa darah belum tercapai
dengan pengaturan makan dan latihan jasmani.
OBAT HIPOGLIKEMIK ORAL (OHO)
Berdasarkan cara kerjanya, OHO dibagi menjadi 3 golongan :
a. Pemicu sekresi insulin ( insulin secretagogue ) : sulfniturea dan glinid
b. Penambah sensitivitas terhadap insulin : metformin, tiazolidindion
c. Penghambat absorbs glukosa : penghambat glukosidase alfa
a. Pemicu Sekresi Insulin
1. Sulfonilrea
Obat golongan ini mempunyai efek utama meningkatkan sekresi insulin
oleh sel beta pancreas, dan merupakan pilihan utama untuk pasien dengan
berat badan normal dan kurang, namun masih boleh diberikan kepada pasien
dengan berat badan lebih. Untuk menghindari hipoglikemia berkepanjangan
pada berbagai keadaan seperti orang tua, gangguan faal ginjal dan hati, kurang
nutrisi serta penyakit kardiovaskuler tidak dianjurkan penggunaan sulfoniluria
kerja panjang seperti klorpamid.
2. Glinid
Glinid merupakan obat generasi baru yang cara kerjanya sama dengan
sulfoniluria, dengan meningkatkan sekresi insulin fase pertama. Obat ini
diabsorbsi dengan cepat setelah pemberian secara oral dan dieksresin secara
cepat melalui hati.
b. Penambah Sensitivitas Terhadap Insulin
1. Metformin
Obat ini mempunyai efek utama mengurangi produksi glukosa hati, disamping
juga memperbaiki ambilan glukosa perifer, dan terutama dipakai pada pasien
DM gemuk.
2. Tiazolidindion
Tiazolidindion (contoh : rosiglitazon dan pioglitazon) berikatan pada
peroxisome proliferator activated receptor gamma (PPARý), suatu reseptor
inti di sel otot dan sel lemak. Golongan ini mempunyai efek menurunnkan
resistensi insulin dengan meningkatkan jumlah pentranspor glukosa, sehingga
meningkatkan ambilan glukosa di perifer. Tiazolidindion dikontraindikasikan
pada pasien dengan gagal jantung klas I – IV karena dapat memperberat
edema/resistensi cairan dan juga pada gangguan faal hati.
c. Penghambat Glukosaidase Alfa ( Acarbose )
Obat ini bekerja dengan mengurangi absorbs glukosa di usus halus, sehingga
mempunyai efek menurunkan kadar glukosa darah sesudah makan. Acarbose tidak
mengakibatkan efek samping hipoglikemia. Efek samping yang paling sering
ditemukan ialah kembung dan flatulen.
EDUKASI
Diabetes tipe2 umumnya terjadi pada saat pola gaya hidup dan perilaku setelah terbentuk
dengan kokoh. Keberhasilan pengelolaan diabetes mandiri membutuhkan partisipasi aktif
pasien, keluarga dan masyarakat. Untuk mencapai keberhasilan perubahan perilaku,
dibutuhkan edukasi yang komprehensif yang meliputi pemahaman tentang:
a) Penyakit DM
b) Makna dan perlunya pengendalian dan pemantauan DM
c) Penyulit DM
d) Intervensi farmakologis dan non-farmakologis
e) Hipoglikemia
f) Masalah khusus yang dihadapi
g) Cara mengembangkan system pendukung dan mengajarkan ketrampilan
h) Cara mempergunakan fasilitas perawatan kesehatan
Edukasi secara individual dan pendekatan berdasarkan penyelesaian masalah merupakan inti
perubahan perilaku yang berhasil 1.
Adapun perilaku yang diinginkan antara lain adalah:
a) Mengikuti pola makan sehat
b) Meningkatkan kegiatan jasmani
c) Menggunakan obat diabetes dan obat obat-obat pada keadaan khusus
secara aman dan teratur.
d) Melakukan Pemantauan Glukosa Darah Mandiri (PGDM) dan
memanfaatkan data yang ada
PERENCANAAN MAKANAN
Perencanaan makanan merupakan salah satu pilar pengelolaan diabetes. Faktor yang
berpengaruh pada respon glikemik makanan adalah cara memasak, proses penyiapan
makanan dan bentuk makanan serta komposisi makanan (karbohidrat, lemak dan protein),
yang dimaksud dengan karbohidrat adalah gula, tepung dan serat. Jumlah masukan kalori
makanan yang berasal dari karbohidrat lebih penting dari pada sumber atau macam
karbohidratnya. Standar yang diajukan adalah makanan dengan komposisi 1:
- Karbohidrat 60 – 70 %
- Protein 10 – 15%
– Lemak 20 – 25%
Makanan dengan komposisi karbohidrat sampai 70 – 75 % masih memberikan hasil yang
baik. Jumlah kandungan kolesterol disarankan < 300 mg/hari. Diusahakan lemak berasal dari
sumber asam lemak tidak jenuh (MUFA, Mono Unsaturated Fatty Acid), dan membatasi
PUFA (Poly Unsaturated Fatty Acid) dan asam lemak jenuh. Jumlah kandungan serat } 25�
g/hari, diutamakan serat larut. Pasien diabetes dengan hipertensi perlu mengurangi konsumsi
garam. Pemanis buatan dapat dipakai secukupnya. Pemanis buatan yang tak bergizi yang
aman dan dapat diterima untuk digunakan pasien diabetes termasuk yang sedang hamil
adalah : sakarin, aspartame, acesulfame potassium dan sucralose. Jumlah kalori disesuaikan
dengan pertumbuhan, status gizi, umur ada tidaknya stress akut, dan kegiatan jasmani. Untuk
penentuan status gizi,status gizi, umur, ada tidaknya stress akut, dan kegiatan jasmani. Untuk
penentuan status gizi, dapat dipakai Indeks Massa Tubuh (IMT) dan rumus Broca. Indeks
massa tubuh dapat dihitung dengan rumus IMT = BB (kg)/TB(m2)
Klasifikasi IMT
- BB Kurang < 18,5
- BB Normal 18,5 – 22,9
- BB Lebih > 23,0
- Dengan risiko 23,0 – 24,9
- Obes I 25,0 – 29,9
- Obes II > 30
Untuk menghitung kebutuhan kalori, dapat dipakai rumus Broca, yaitu :
Berat Badan Idaman (BBI) = ( TB – 100) – 10%
Status gizi : BB aktual x 100%/TB(cm) – 100
- BB kurang bila BB < 90% BBI
- BB normal bila BB 90 – 110% BBI
- BB lebih bila BB 110 – 120% BBI
- Gemuk bila BB > 120% BBI
LATIHAN JASMANI
Kegiatan jasmani sehari-hari dan latihan latihan jasmani teratur (3-4 kali seminggu selama
kurang lebih 30 menit) merupakan salah satu pilar dalam pengelolaan diabetes tipe 2. Latihan
jasmani dapat menurunkan berat badan (jalan, bersepeda santai, jogging, berenang). Latihan
jasmani sebaiknya disesuaikan dengan umur dan status kesegaran jasmani. Perlu dibatasi atau
jangan terlalu lama melakukan kegiatan yang kurang gerak (menonton televisi).
INTERVENSI FARMAKOLOGIS
Intervensi farmakologik ditambahkan jika sasaran glukosa darah belum tercapai dengan
pengaturan makan dan latihan jasmani.
OBAT HIPOGLIKEMIK ORAL (OHO)
Berdasarkan cara kerjanya, OHO dibagi menjadi 3 golongan :
a. Pemicu sekresi insulin ( insulin secretagogue ) : sulfniturea dan glinid
b. Penambah sensitivitas terhadap insulin : metformin, tiazolidindion
c. Penghambat absorbs glukosa : penghambat glukosidase alfa
a. Pemicu Sekresi Insulin
1. Sulfonilrea
Obat golongan ini mempunyai efek utama meningkatkan sekresi insulin oleh sel beta
pancreas, dan merupakan pilihan utama untuk pasien dengan berat badan normal dan kurang,
namun masih boleh diberikan kepada pasien dengan berat badan lebih. Untuk menghindari
hipoglikemia berkepanjangan pada berbagai keadaan seperti orang tua, gangguan faal ginjal
dan hati, kurang nutrisi serta penyakit kardiovaskuler tidak dianjurkan penggunaan
sulfoniluria kerja panjang seperti klorpamid.
2. Glinid
Glinid merupakan obat generasi baru yang cara kerjanya sama dengan sulfoniluria, dengan
meningkatkan sekresi insulin fase pertama. Obat ini diabsorbsi dengan cepat setelah
pemberian secara oral dan dieksresinsecara cepat melalui hati.
b. Penambah Sensitivitas Terhadap Insulin
1. Metformin
Obat ini mempunyai efek utama mengurangi produksi glukosa hati, disamping juga
memperbaiki ambilan glukosa perifer, dan terutama dipakai pada pasien DM gemuk.
2. Tiazolidindion
Tiazolidindion (contoh : rosiglitazon dan pioglitazon) berikatan pada peroxisome proliferator
activated receptor gamma (PPARý), suatu reseptor inti di sel otot dan sel lemak. Golongan ini
mempunyai efek menurunnkan resistensi insulin dengan meningkatkan jumlah pentranspor
glukosa, sehingga meningkatkan ambilan glukosa di perifer. Tiazolidindion
dikontraindikasikan pada pasien dengan gagal jantung klas I – IV karena dapat memperberat
edema/resistensi cairan dan juga pada gangguan faal hati.
c. Penghambat Glukosaidase Alfa ( Acarbose )
Obat ini bekerja dengan mengurangi absorbs glukosa di usus halus, sehingga mempunyai
efek menurunkan kadar glukosa darah sesudah makan. Acarbose tidak mengakibatkan efek
samping hipoglikemia. Efek samping yang paling sering ditemukan ialah kembung dan
flatulen.
INSULIN
Insulin adalah hormone alami yang dikeluarkan oleh pankreas. Insulin dibutuhkan
oleh sel tubuh untuk mengubah dan menggunakan glukosa darah (gula darah), dari glukosa,
sel membuat energy yang dibutuhkan untuk menjalankan fungsinya. Pasien diabetes mellitus
(kencing manis) tidak memiliki kemampuan untukmengambil dan menggunakan gula darah,
sehingga kadar gula darah meningkat. Pada diabetes tipe I, pancreas tidak dapat
memporduksi insulin. Sehingga pemberian insulin diperlukan. Pada diabetes tipe 2, pasien
memproduksi insulin, tetapi sel tubuh tidak meerespon insulin dengan normal. Namun
demikian, insulin juga digunakan pada diabetes tipe 2 untuk mengatasi resistensi sel terhadap
insulin. Dengan peningkatan pengambilan glukosa oleh sel dan menurunnya kadar gula
darah, akan mencegah dan mengurangi komplikasi lebih lanjut dari diabetes, seperti
kerusakan pembuluh darah, mata, ginjal, dan saraf. Insulin diberikan dengan cara disuntikan
di bawah kulit (subkutan). Jaringan subkutan perut adalah yang terbaik karena penyerapan
insulin lebih konsisten disbanding tempat lainnya. Terdapat banyak bentuk insulin. Insulin
dikasifikasikan berdasarkan dari berapa cepat insulin mulai bekerja dan berapa lama insulin
bekerja.
Tipe insulin terdiri dari :
1. Aksi cepat (rapid acting)
2. Aksi pendek short acting)
3. Aksi menengah (intermediate acting)
4. Aksi lama (long-acting)
5. Campuran (Pre-mixed)
Pemilihan tipe insulin tergantung pada beberapa factor, yaitu :
1. Respon tubuh individu terhadap insulin (berapa lama menyerap insulin ke dalam tubuh dan
tetap aktif di dalam tubuh sangat bervariasi dari setiap individu)
2. Pilihan gaya hidup seperti : jenis makanan, berapa banyak konsumsi alcohol, berapa sering
berolah raga, yang semuanya mempengaruhi tubuh untuk merespon insulin.
3. Berapa banyak suntikan per hari yang ingin dilakukan.
4. Berapa sering melakukan pengecekan kadar gula darah.
5. Usia
6. Target pengaturan gula darah.
Pada table didiskripsikan berbagai insulin dan cara kerjanya dalam tubuh. Sebagai
keterangan, insulin injeksi dengan data; onset (lamanya waktu yang dibutuhkan untuk insulin
mencapai darah dan mulai menurunkan kadar gula darah, peak (periode waktu dimana
insulin paling efektif menurunkan gula darah) dan duration (berapa lama insulin terus
menurunkan kadar gula darah). Ketiga factor ini mungkin bervariasi, tergantung respon tubuh
seseorang. Kolom terakhir menjelaskan bagaimana hubungan jenis insulin dengan waktu
makan.
Produk ini biasanya digunakan dua kali sehari sebelum makan. Premixed insulin adalah
kombinasi dengan proporsi yang spesifik insulin intermediate-acting dan insulin short-acting
insulin di satu botol atau insulin pen.
Jangka waktu antara memakai insulin dan makan mungkin bervariasi tergantung pada jenis
insulin yang digunakan. Pada table di atas, data onset adalah informasi yang berguna kapan
insulin bekerja di dalam tubuh bersamaan dengan waktu makan. Penentuan aktu ini
membantu mencegah kadar gula darah terlalu rendah.
E. Manfaat Insulin bagi penderita Diabetes
Masih terdapatnya beberapa kendala penggunaan insulin sering menyebabkan keterlambatan
kendali glukosa darah yang baik bagi pasien Diabetes mellitus. Menurut Gklinis (2004),
Pasien DM Tipe 2 (DMT2) yang memiliki control glukosa darah yang tidak
baik dengan penggunaan obat antidiabetik oral perlu dipertimbangkan untuk penambahan
insulin sebagai terapi kombinasi dengan obat oral atau insulin tunggal. Insulin yang diberikan
lebih dini dan dan lebih agresif menunjukkan hasil klinis yang lebih baik terutama berkaitan
dengan masalah glukotoksisitas. Hal tersebut diperlihatkan oleh perbaikan fungsi sel beta
pancreas. Insulin juga memiliki efek lain yang menguntungkan dalam kaitannya dengan
komplikasi DM. Terapi insulin dapat mencegah kerusakan endotel, menekan proses
inflamasi, mengurangi kejadian apoptosis, dan memperbaiki profil lipid. Dengan demikian,
secara ringkas dapat dikatakan bahwa luaran klinis pasien yang diberikan terapi insulin akan
lebih baik. Insulin, terutama insulin analog, merupakan jenis yang baik karena memiliki
profil sekresi yang sangat mendekati pola sekresi insulin normal atau fisiologis.
Pada awalnya, terapi insulin hanya ditujukan bagi pasien diabetes mellitus tipe 1 (DMT1),
namun demikian pada kenyataannya, insulin lebih banyak digunakan oleh pasien DMT2
karena prevalensi DMT2 jauh lebih banyak dibandingkan DMT1. Terapi insulin pada DMT2
dapat dimulai antara lain untuk pasien dengan kegagalan terapi oral, kendali kadar glukosa
darah yang buruk (A1c > 7,5 % atau kadar glukosa darah puasa > 250 mg/dl), riwayat
pankreatektomi atau disfungsi pancreas, riwayat fluktuasi kadar glukosa darah yang lebar,
riwayat ketoasidodis, riwayat penggunaan insulin lebih dari 5 tahun dan penyandang DM
lebih dari 10 tahun.
Pada pasien DMT1, pemberian insulin yang dianjurkan adalah injeksi harian multiple dengan
tujuan mencapai kendali kadar gluksa darah yang baik. Selain itu, pemberian dapat juga
dilakukan dengan menggunakan pompa insulin (continous subcutaneous insulin infusion,
CSII). Ada beberapa cara untuk memulai dan menyesuaikan dosis terapi insulin untuk pasien
DMT2.
Salah satu cara yang paling mutakhir dan dapat dipakai sebagai acuan adalah hasil Konsensus
PERKENI 2006 dan Konsensus ADA-EASD tahun 2006. Sebagai pegangan, jika kadar
glukosa darah tidak terkontrol dengan baik, Hb (A1C>7,5%) dalam jangka waktu 3 bulan
dengan 2 obat oral, maka sudah ada indikasi untuk memulai terapi kombinasi obat
antidiabetik oral dan insulin. Pada keadaan tertentu dimana kendali glikemik amat buruk dan
disertai kondisi katabolisme, seperti kadar glukosa darah puasa > 250mg/dl, kadar glukosa
darah acak menetap > 300mg/dl, Hb A1C > 10 %, atau ditemukan ketonuria, maka terapi
insulin dapat mulai diberikan bersamaan dengan intervensi pola hidup. Selain itu, terapi
insulin juga dapat langsung diberikan pada pasien DM yang memiliki gejala nyata (poliuri,
polifagia pan penurunan berat badan). Kondisi-kondisi tersebut sering ditemukan pada pasien
DMT1 atau DMT2dengan defisiensi insulin yang berat. Apabila gejala hilang, obat
antidiabetik oral dapat ditambahkan dan penggunaan insulin dapat dihentikan. Seperti telah
diketahui, pada pasien DM terjadi gangguan sekresi insulin basal dan prandial untuk
mempertahankan kadar glukosa darah dalam batas normal baik pada keadaan puasa maupun
setelah makan. Dengan demikan bahwa hakikat pengobatan DM adalah menurunkan kadar
glukosa darah baik puasa maupun setelah makan.
Dalam rangka mencapai sasaran pengobatan yang baik, maka diperlukan insulin dengan
karakteristik menyerupai orang sehat, yaitu kadar insulin yang yang sesuai dengan kebutuhan
basal dan prandial. Pemberian insulin basal, selain insulin prandial, merupakan salah satu
strategi pengobatan untuk memperbaiki kadar glukosa darah puasa atau sebelum makan. Oleh
karena glukosa darah setelah makan merupakan keadaan yang dipengaruhi oleh kadar
glukosa darah puasa, maka diharapkan dengan menurunkan kadar glukosa darah basal, kadar
glukosa darah setelah makan juga ikut turun. Cara pemberian insulin basal dapat dilakukan
dengan pemberian insulin kerja cepat drip intravena (hanya dilakukan pada pasien rawat
inap), atau dengan pemberian insulin kerja panjang secara subkutan.
Idealnya, sesuai dengan keadaan fisiologis tubuh, terapi insulin diberikan sekali untuk
kebutuhan basal dan tiga kali dengan insulin prandial untuk kebutuhan setelah makan.
Namun demikian, terapi insulin yang diberikan dapat bervariasi sesuai dengan kenyamanan
penderita selama terapi insulin mendekati kebutuhan fisiologis. Walaupun banyak cara yang
dapat dianjurkan, namun prinsip dasarnya adalah sama ; yaitu insulin prandial
dikombinasikan dengan insulin basal dalam usaha untuk menirukan sekresi insulin fisiologis.
F. Cara Lain Mencegah dan Mengobati Diabetes
DM dapat dicegah dengan menerapkan hidup sehat sedini mungkin yaitu dengan
mempertahankan pola makan sehari-hari yang sehat dan seimbang dengan meningkatkan
konsumsi sayuran, buah dan serat, membatai makana yang tinggi karbohidrat, protein dan
lemak, mempertahankan BB yang normal sesuai dengan umur dan tinggi badan (TB) serta
Olah Raga (OR) teratur sesuaiumur dan kemampuan. Tujuan pengobatan penderita DM
ialah : Untuk mengurangi gejala, menurunkan BB dagi yang kegemukan dan mencegah
terjadinya komplikasi (GKlinis, 2004). Di bawah ini adalah cara lain untuk mengobati
Diabetes Mellitus, diantaranya adalah :
1. Diet : Penderita DM sangat dianjurkan untuk menjalankan diet sesuai dengan yang
dianjurkan, yang mendapat pengobatan anti diuretic atau insulin, harus mentaati diet terus
menerus baik dalam jumlah kalori, komposisi dan waktu makan harus diatur. Ketaatan ini
sangat diperlukan juga pada saat : undangan/pesta, melakukan perjalanan, olah raga (OR) dan
aktivitas lain.
2. Obat-obatan, tablet/suntikan anti diabetes diberikan, namun therapy diet tidak boleh
dilupakan dan pengobatan penyulit lain yang menyertai/suntikan insulin.
3. Olah Raga : dengan olahraga teratur sensitivitas sel terhadap insulin menjadi lebih baik,
sehingga insulin yang ada walaupun relative kurang, dapat dipakai dengan lebih efektif.
Lakukan olahraga 1-2 jam sesudah makan terutama pagi hari selama ½-1 jam perhari
minimal 3 kali/minggu.
Jenis insulin waktu Aturan pengaturan gula darah
Rapid –Acting Onset 15-30 menit Peak 30-90 menit Duration 1-5 jam
Digunakan bersamaan makan. Jenis ini digunakan bersamaan dengan jenis insulin longer-acting.
Short Acting Onset ½-1 jam Peak 2-5 jam Duration 2-8 jam
Digunakan untuk mencukupi insulin setelah makan 30-60 menit.
Intermediate-Acting Onset 1-2 ½ jam Peak 3-12 jam Duration 18-24 jam
Digunakan untuk mencukupi insulin selama setengah hari atau sepanjang malam. Jenis ini biasa dikombinasi dengan jenis rapid-acting atau short-acting.
Long-Acting Onset ½-3 jam Peak 6-20 jam Duration 20-36 jam
Digunakan untuk mencukupi insulin seharian. Jenis ini biasa dikombinasi dengan jenis rapid-acting atau short-acting.
Pre-Mixed* Onset 10-30 menit Peak ½ -12 jam Duration 14-24 jam lebih
Produk ini biasanya digunakan dua kali sehari sebelum makan. Premixed insulin adalah kombinasi dengan proporsi yang spesifik insulin intermediate-acting dan insulin short-acting insulin di satu botol atau insulin pen.