DEFINISI

10
DEFINISI Trauma kapitis adalah trauma mekanik terhadap kepala baik secara langsung maupun tidak langsung yang menyebabkan gangguan fungsi neurologis yaitu gangguan fisik, kognitif, fungsi psikososial baik temporer maupun permanen PEMBAGIAN CEDERA KEPALA 1. Simple Head Injury Diagnosa simple head injury dapat ditegakkan berdasarkan: Ada riwayat trauma kapitis Tidak pingsan Gejala sakit kepala dan pusing Umumnya tidak memerlukan perawatan khusus, cukup diberi obat simptomatik dan cukup istirahat. 2. Commotio Cerebri Commotio cerebri (geger otak) adalah keadaan pingsan yang berlangsung tidak lebih dari 10 menit akibat trauma kepala, yang tidak disertai kerusakan jaringan otak. Pasien mungkin mengeluh nyeri kepala, vertigo, mungkin muntah dan tampak pucat. Vertigo dan muntah mungkin disebabkan gegar pada labirin atau terangsangnya pusat-pusat dalam batang otak. Pada commotio cerebri mungkin pula terdapat amnesia retrograde, yaitu hilangnya ingatan sepanjang masa yang terbatas sebelum terjadinya kecelakaan. Amnesia ini timbul akibat terhapusnya rekaman kejadian di lobus temporalis. Pemeriksaan tambahan yang selalu dibuat adalah foto tengkorak, EEG, pemeriksaan memori. Terapi simptomatis, perawatan selama 3-5 hari untuk

description

Cedera Kepala

Transcript of DEFINISI

Page 1: DEFINISI

DEFINISI

Trauma kapitis adalah trauma mekanik terhadap kepala baik secara langsung maupun tidak

langsung yang menyebabkan gangguan fungsi neurologis yaitu gangguan fisik, kognitif,

fungsi psikososial baik temporer maupun permanen

PEMBAGIAN CEDERA KEPALA

1. Simple Head Injury

Diagnosa simple head injury dapat ditegakkan berdasarkan:

Ada riwayat trauma kapitis

Tidak pingsan

Gejala sakit kepala dan pusing

Umumnya tidak memerlukan perawatan khusus, cukup diberi obat simptomatik dan

cukup istirahat.

2. Commotio Cerebri

Commotio cerebri (geger otak) adalah keadaan pingsan yang berlangsung tidak lebih

dari 10 menit akibat trauma kepala, yang tidak disertai kerusakan jaringan otak. Pasien

mungkin mengeluh nyeri kepala, vertigo, mungkin muntah dan tampak pucat.

Vertigo dan muntah mungkin disebabkan gegar pada labirin atau terangsangnya

pusat-pusat dalam batang otak. Pada commotio cerebri mungkin pula terdapat amnesia

retrograde, yaitu hilangnya ingatan sepanjang masa yang terbatas sebelum terjadinya

kecelakaan. Amnesia ini timbul akibat terhapusnya rekaman kejadian di lobus temporalis.

Pemeriksaan tambahan yang selalu dibuat adalah foto tengkorak, EEG, pemeriksaan memori.

Terapi simptomatis, perawatan selama 3-5 hari untuk observasi kemungkinan terjadinya

komplikasi dan mobilisasi bertahap.

3. Contusio Cerebri

Pada contusio cerebri (memar otak) terjadi perdarahan-perdarahan di dalam jaringan

otak tanpa adanya robekan jaringan yang kasat mata, meskipun neuron-neuron mengalami

kerusakan atau terputus. Yang penting untuk terjadinya lesi contusio ialah adanya akselerasi

kepala yang seketika itu juga menimbulkan pergeseran otak serta pengembangan gaya

kompresi yang destruktif. Akselerasi yang kuat berarti pula hiperekstensi kepala. Oleh

karena itu, otak membentang batang otak terlalu kuat, sehingga menimbulkan blockade

reversible terhadap lintasan asendens retikularis difus. Akibat blockade itu, otak tidak

mendapat input aferen dan karena itu, kesadaran hilang selama blockade reversible

berlangsung.

Page 2: DEFINISI

Timbulnya lesi contusio di daerah “coup” , “contrecoup”, dan “intermediate”

menimbulkan gejala deficit neurologik yang bisa berupa refleks babinsky yang positif dan

kelumpuhan UMN. Setelah kesadaran pulih kembali, si penderita biasanya menunjukkan

“organic brain syndrome”.

Akibat gaya yang dikembangkan oleh mekanisme-mekanisme yang beroperasi pada

trauma kapitis tersebut di atas, autoregulasi pembuluh darah cerebral terganggu, sehingga

terjadi vasoparalitis. Tekanan darah menjadi rendah dan nadi menjadi lambat, atau menjadi

cepat dan lemah. Juga karena pusat vegetatif terlibat, maka rasa mual, muntah dan gangguan

pernafasan bisa timbul.

Pemeriksaan penunjang seperti CT-Scan berguna untuk melihat letak lesi dan adanya

kemungkinan komplikasi jangka pendek. Terapi dengan antiserebral edem, anti perdarahan,

simptomatik, neurotropik dan perawatan 7-10 hari.

4. Laceratio Cerebri

Dikatakan laceratio cerebri jika kerusakan tersebut disertai dengan robekan piamater.

Laceratio biasanya berkaitan dengan adanya perdarahan subaraknoid traumatika, subdural

akut dan intercerebral. Laceratio dapat dibedakan atas laceratio langsung dan tidak langsung.

Laceratio langsung disebabkan oleh luka tembus kepala yang disebabkan oleh benda

asing atau penetrasi fragmen fraktur terutama pada fraktur depressed terbuka. Sedangkan

laceratio tidak langsung disebabkan oleh deformitas jaringan yang hebat akibat kekuatan

mekanis.

5. Fracture Basis Cranii

Fractur basis cranii bisa mengenai fossa anterior, fossa media dan fossa posterior.

Gejala yang timbul tergantung pada letak atau fossa mana yang terkena.

Fraktur basis kranii bisa disertai commotio ataupun contusio, jadi terapinya harus

disesuaikan. Pemberian antibiotik dosis tinggi untuk mencegah infeksi. Tindakan operatif

bila adanya liquorrhoe yang berlangsung lebih dari 6 hari.

GAMBARAN KLINIS

Gambaran klinis ditentukan berdasarkan derajat cedera dan lokasinya. Derajat cedera

dapat dinilai menurut tingkat kesadarannya melalui system GCS, yakni metode EMV (Eyes,

Movement, Verbal)

PEMERIKSAAN PENUNJANG

Yang dapat dilakukan pada pasien dengan trauma kapitis adalah:

1. CT-Scan

Untuk melihat letak lesi dan adanya kemungkinan komplikasi jangka pendek.

Page 3: DEFINISI

2. Lumbal Pungsi

Untuk menentukan ada tidaknya darah pada LCS harus dilakukan sebelum 6 jam dari

saat terjadinya trauma

3. EEG

Dapat digunakan untuk mencari lesi

4. Roentgen foto kepala

Untuk melihat ada tidaknya fraktur pada tulang tengkorak

PENATALAKSANAAN

1. JALAN NAFAS, VENTILASI DAN OKSIGENASI

Hipoksemia (apnea, sianosis atau saturasi oksigen Hb arterial [SaO2] < 90 %) harus dicegah

atau segera dikoreksi. Bila ada, saturasi oksigen dimonitor sesering mungkin atau

berkelanjutan. Hipokesemia dikoreksi dengan memberikan oksigen suplemen. Jalan nafas

harus diamankan pada GCS < 9, ketidakmampuan mempertahankan jalan nafas adekuat, atau

bila hipoksia tidak terkoreksi dengan oksigen suplemen. Intubasi endotrakheal paling efektif

mempertahankan jalan nafas.

2. RESUSITASI CAIRAN

Resusitasi cairan pada pasien cedera otak traumatika adalah untuk mencegah hipotensi dan /

atau membatasinya pada durasi sesingkat mungkin

3. TINDAKAN TERHADAP OTAK

Herniasi serebral : Tanda-tandanya adalah gangguan kesadaran serta tidak adanya respons,

termasuk posturing ekstensor, pupil berdilatasi, tidak bereaksi terhadap cahaya atau

perburukan neurologis progresif (penurunan GCS lebih dari dua poin dari sebelumnya pada

pasien dengan GCS inisial < 9). Hiperventilasi adalah intervensi jalur pertama terhadap

pasien tersangka ancaman herniasi otak. Status neurologis memerlukan penilaian berulang

dan bila diikuti hilangnya tanda-tanda herniasi otak, hiperventilasi dihentikan. Mannitol pra

rumah sakit untuk herniasi otak.

Tindakan saat transport pasien : Sedasi, analgesia, dan blok neuromuskuler (sesuai sarana

tersedia) berguna dalam mengoptimalkan transport pasien cedera kepala. Penyebab lain

perubahan status kesadaran : Hipoglikemia dilaporkan sebagai pencetus trauma.

Page 4: DEFINISI

Hipoglikemia bisa tampil dengan perubahan kesadaran dengan atau tanpa defisit neurologis

lain. Dianjurkan pasien dengan penurunan kesadaran yang tidak jelas etiologinya ditentukan

glukosanya secara cepat atau diberikan glukosa secara empiris.

Cedera neuronal bisa akibat trauma inisial (cedera primer) atau akibat mekanisme indirek

(cedera sekunder) seperti hipoksemia, hipotensi dan edema serebral. Juga bisa akibat keadaan

yang bersamaan seperti hipoglikemia atau keracunan obat. Tujuan resusitasi adalah

mempertahankan perfusi otak dan meminimalkan cedera neuronal. 

Mannitol efektif mengurangi tekanan intrakranial dan dianjurkan untuk mengontrol

peninggian tekanan intrakranial. Namun belum jelas manfaatnya pada pasien tanpa tanda-

tanda herniasi otak. Walau mekanisme kerjanya kontroversi, manfaatnya adalah bahwa

mannitol merupakan plasma expander kerja cepat dan efek osmotik diuretiknya. Sebagai

plasma expander ia akan menurunkan hematokrit dan viskositas darah dengan akibat

meningkatkan aliran darah otak dan meningkatkan pengangkutan oksigen ke otak yang

merupakan dasar resusitasi otak. Efek osmotiknya pada awalnya mengurangi edema

intraseluler hingga menurunkan tekanan intrakranial. Onsetnya setelah 15-30 menit namun

bertahan 90 menit hingga 6 jam. Mannitol bisa terakumulasi diotak dengan akibat reverse

osmotic shift yang berpotensi meninggikan tekanan intrakranial (karenanya dirumah sakit

lebih baik diberikan berulang dari pada infus kontinyu untuk mengurangi kemungkinan

komplikasi ini). Potensi komplikasi mannitol lainnya adalah gagal ginjal. Perhatikan juga

bahwa mannitol berpotensi menimbulkan hipotensia. Lidokain intravena mencegah

peninggian tekanan intrakranial saat intubasi endotrakheal. Namun tidak ada bukti

peninggian tekanan intrakranial transien saat manipulasi intubasi berpengaruh pada outcome.

Berikan lidokain 1.5 mg/kg beberapa menit sebelum laringoskopi dan dianjurkan diberikan

bersama pelindung saraf pusat lain seperti fentanyl (50 ųg, q2-3 menit) atau thiopental (3-5

mg/kg).

Sedasi dan analgesia adalah kunci penting dalam pengelolaan pra rumah sakit, terutama bila

perjalanan memerlukan waktu panjang. Langkah pertama terhadap pasien gelisah atau

mengamuk adalah menilai dan mengoreksi hipotensi, hipoksemia, hipoglikemia dan

ketidaknyamanan. Bebat mekanik tidak dianjurkan dan meletakkan pasien pada risiko

kerusakan fisik. Karena kooperasi pasien penting dalam transport yang aman, berikan agen

farmakologis termasuk blok neuromuskuler (bila sarana tersedia). Benzodiazepin (lorazepam

2-5 mg IV ) dan fenothiazin umum digunakan. Pra rumah sakit bisa diberikan droperidol 5

Page 5: DEFINISI

mg intravena. Blok neuromuskuler aksi singkat aman digunakan pra rumah sakit. Rangsang

nyeri akan meninggikan tekanan intrakranial, hingga pemberian sedasi, analgesia dan blok

neuromuskuler bisa dipertimbangkan, walau bukan tanpa risiko disamping mempengaruhi

GCS.

Kadar gula darah kurang dari 80 mg/dl mulai bergejala. Hipoglikemia ringan tampil dengan

diaphoresis, nyeri kepala dan kelemahan pada 75 % pasien. Defisit neurologis fokal dan

kejang bisa terjadi. Kadar 30 mg/dl tampil dengan konfusi atau delir. Kadar dibawah 10

mg/dl dengan koma dalam yang mungkin irreversibel. Kontroversi terjadi pada akurasi strip

pemeriksa, dampak perfusi perifer yang buruk terhadap strip pemeriksa, serta potensi

kerusakan akibat pemberian glukosa secara empirik. Dianjurkan memeriksa kadar gula dari

pada memberikan terapi empirik, kecuali bila kadar gula tidak bisa didapat dan pasien

mengalami gangguan status mental tanpa disertai defisit fokal.

KOMPLIKASI

Jangka pendek :

1. Hematom Epidural

o Letak : antara tulang tengkorak dan duramater

o Etiologi : pecahnya A. Meningea media atau cabang-cabangnya

o Gejala : setelah terjadi kecelakaan, penderita pingsan atau hanya nyeri kepala

sebentar kemudian membaik dengan sendirinya tetapi beberapa jam kemudian

timbul gejala-gejala yang memperberat progresif seperti nyeri kepala, pusing,

kesadaran menurun, nadi melambat, tekanan darah meninggi, pupil pada sisi

perdarahan mula-mula sempit, lalu menjadi lebar, dan akhirnya tidak bereaksi

terhadap refleks cahaya. Ini adalah tanda-tanda bahwa sudah terjadi herniasi

tentorial.

o Akut (minimal 24 jam sampai dengan 3x24 jam)

o Interval lucid

o Peningkatan TIK

o Gejala lateralisasi → hemiparese

o Pada pemeriksaan kepala mungkin pada salah satu sisi kepala didapati hematoma

subkutan

o Pemeriksaan neurologis menunjukkan pada sisi hematom pupil melebar. Pada sisi

kontralateral dari hematom, dapat dijumpai tanda-tanda kerusakan traktus

Page 6: DEFINISI

piramidalis, misal: hemiparesis, refleks tendon meninggi dan refleks patologik

positif.

o CT-Scan : ada bagian hiperdens yang bikonveks

o LCS : jernih

o Penatalaksanaannya yaitu tindakan evakuasi darah (trepanasi-dekompresi) dan

pengikatan pembuluh darah.

2. Hematom subdural

o Letak : di bawah duramater

o Etiologi : pecahnya bridging vein, gabungan robekan bridging veins dan laserasi

piamater serta arachnoid dari kortex cerebri

o Gejala subakut : mirip epidural hematom, timbul dalam 3 hari pertama

Kronis : 3 minggu atau berbulan-bulan setelah trauma

o CT-Scan : setelah hari ke 3 diulang 2 minggu kemudian

Ada bagian hiperdens yang berbentuk cresent.

Hiperdens yang berbentuk cresent di antara tabula interna dan parenkim otak

(bagian dalam mengikuti kontur otak dan bagian luar sesuai lengkung tulang

tengkorak)

Isodens → terlihat dari midline yang bergeser

o Operasi sebaiknya segera dilakukan untuk mengurangi tekanan dalam otak

(dekompresi) dengan melakukan evakuasi hematom. Penanganan subdural

hematom akut terdiri dari trepanasi-dekompresi.

3. Perdarahan Intraserebral

Perdarahan dalam cortex cerebri yang berasal dari arteri kortikal, terbanyak pada

lobus temporalis. Perdarahan intraserebral akibat trauma kapitis yang berupa

hematom hanya berupa perdarahan kecil-kecil saja. Jika penderita dengan

perdarahan intraserebral luput dari kematian, perdarahannya akan direorganisasi

dengan pembentukan gliosis dan kavitasi. Keadaan ini bisa menimbulkan

manifestasi neurologik sesuai dengan fungsi bagian otak yang terkena.

4. Oedema serebri

Pada keadaan ini otak membengkak. Penderita lebih lama pingsannya, mungkin

hingga berjam-jam. Gejalanya berupa commotio cerebri, hanya lebih berat. Tekanan

darah dapat naik, nadi mungkin melambat. Gejala-gejala kerusakan jaringan otak

juga tidak ada. Cairan otak pun normal, hanya tekanannya dapat meninggi.

Page 7: DEFINISI

TIK meningkat

Cephalgia memberat

Kesadaran menurun

Jangka Panjang :

1. Gangguan neurologis

Dapat berupa : gangguan visus, strabismus, parese N.VII dan gangguan N. VIII,

disartria, disfagia, kadang ada hemiparese.

2. Sindrom pasca trauma

Dapat berupa : palpitasi, hidrosis, capek, konsentrasi berkurang, libido menurun,

mudah tersinggung, sakit kepala, kesulitan belajar, mudah lupa, gangguan tingkah

laku, misalnya: menjadi kekanak-kanakan, penurunan intelegensia, menarik diri, dan

depresi.