Definisi

download Definisi

of 8

description

Definisi

Transcript of Definisi

a. DefinisiSistitis merupakan suatu peradangan kandung kemih, lebih sering terjadi pada wanita dari pada pria, karena dekatnya muara uretra dan vagina dengan daerah anal. Tanda tanda yang menunjukan terkena sistitis adalah bakteriuria 60 70 % kasus, disuria, sering berkemih, merasa ingin terus berkemih, sakit pada daerah suprapubis (Tambayong, 2000).Cystitis dapat dibagi menjadi dua bagian yaitu (Nursalam, 2008):1) Cystitis primer,merupakan radang yang mengenai kandung kemih radang ini dapat terjadi karena penyakit lainseperti batu pada kandung kemih, divertikel, hipertropi prostat dan striktura uretra.2) Cystitis sekunder, merukan gejala yang timbul kemudian sebagai akibat dari penyakit primer misalnya uretritis dan prostatitis.b. EpidemiologiMenurut dr. H Gunawan Subrata, MBA prevalensicystitisakut adalah yang paling sering dijumpai dariUrinary Tract Infection(UTI) terutama pada wanita. Cystitis akut juga bisa dijumpai pada laki-laki usia lanjut dan anak kecil 3-5 tahun dengan reflux karena katup vesico-ureter yang belum berfungsi normal. Separuh dari wanita dewasa minimal mengalami satu kali atau lebih episode dysuriasepanjang hidupnya. Dysuria merupakan salah satu gejala infeksi saluran kemih. Hubungan senggama juga menjadi penyebab infeksi saluran kemih sebesar 75-90% pada wanita yang aktif secara seksual. Selain itu, paling sedikit 40% infeksi didapat dari rumah sakit dan sebagian besar kasus berhubungan dengan kateter (Subrata, 2011). Di Amerika Serikat, dari 7 juta kunjungan ke dokter setiap tahun, sebesar 2 juta kunjungan karenacystitis. Pada gangguan ini, biaya langsung dan tak langsung yang dikeluarkan sehubungan dengan UTI yang didapat dari komunitas sebesar 1,6 milyar dolar Amerika Serikat (Subrata, 2011). c. Etiologi Mikroorganisme penyebab sistitis antara lain (Kanj et al., 2011):1) Eschericia coli (70-95%)2) Staphylococcus saprophyticus3) Proteus sp.4) Klebsiella sp.5) Enterococcus faecalis6) Enteribacteriaceaed. Faktor risiko (Kanj et al., 2011; Sukandar, 2009):1) Infeksi saluran kemih seperti cystitis umumnya dimulai dari infeksi nosocomial yaitu penggunaan kateter uretra (80%). Kateter mampun menginokulasikan organisme ke dalm vesica urinaria dan memicu kolonisasi dengan cara menyediakan permukaan adhesi bagi bakteri.2) Multidrug-resistant gram-negative pathogens3) Manipulasi genitourinary (5-10%)4) Hubungan seksual dengan menggunakan spermisida/diafragma5) Wanita usia lanjut maupun wanita hamil6) Abnormalitas tractus urinarius7) Transplantasi renal8) Litiasis9) Obstruksi saluran kemih10) Penyakit ginjal polikistik11) Nekrosis papilar12) Diabetes melitus pasca transplantasi ginjal13) Nefropati analgesik14) Penyakit Sickle-cell15) Peserta KB dengan tablet progesterone. Penegakan diagnosis (Purnomo, 2012):1) Anamnesis:a) Peningkatan frekuensi miksi (akibat inflamasi mukosa buli-buli sehingga mudah terangsang untuk segera berkontraksi).b) Rasa sakit atau nyeri didaerah suprapubikc) Hematuria (akibat perdarahan dari eritema mukosa buli-buli)d) Jarang disertai dengan demam, mual, muntah, badan lemah, dan kondisi umum yang menurun.2) Pemeriksaan fisik: Nyeri tekan supra pubik.3) Pemeriksaan penunjang:a) Pemeriksaan urineUrine berwarna keruh, berbau, dan pada urinalisis terdapat piuria, hematuria, dan bakteriuria.b) Kultur urineUntuk mengetahui jenis kuman penyebab infeksi.

f. Patomekanisme 1) Patogenesis

Gambar 2.10. Patogenesis Sistitis Akut (Corwin, 2009; Price, 2004; Purnomo, 2011)2) Patofisiologi

Gambar 2.11. Patofisiologi Sistitis Akut (Corwin, 2009; Price, 2004; Purnomo, 2011)g. Tata laksana1) Nonmedikamentosa (Djuanda et al, 2011):a) Menjaga dengan baik kebersihan sekitar organ intim dan saluran kemih, cara membersihkan yang benar pada wanita.b) Jangan menahan buang air kecil.c) Gunakan pakaian dalam dari bahan katun yang menyerap keringat agar tidak lembab. d) Mencuci tangan sebelum dan setelah melakukan hubungan seksual.e) Minum air putih yang banyak karena dapat membantu pengeluaran bakteri melalui urin.f) Mengonsumsi vitamin C karena dapat membuat urin menjadi asam sehingga mengurangi bakteri di saluran kemih.2) MedikamentosaPada uncomplicated sistitis cukup diberikan terapi dengan antimikroba dosis tunggal atau jangka pendek (1-3 hari). Tetapi jika hal ini tidak memungkinkan, dipilih antimikroba yang masih cukup sensitif terhadap kuman E. Coli, antara lain: nitrofurantion, trimetoprim-sulfametoksazol, atau ampisillin. Kadang-kadang diperlukan obat-obatan golongan antikolinergik (propantheline bromide) untuk mencegah hiperiritabilitas buli-buli dan fenazopiridin hidroklorida sebagai antiseptik pada saluran kemih (Purnomo, 2011).a) Trimetoprim-sulfametoksazol (Djuanda et al, 2011): IndikasiInfeksi saluran kemih, infeksi saluran nafas, infeksi telinga, infeksi sinus oleh haemofilus influenza dan moraxella Catarrhalis Dosis:Trimetoprim 160 mg + Sulfametoksazol 800 mg SediaanTab 120 mg, tab 480 mg, tab 960 mg, syr 240 mg ESOPada penderita AIDS dapat menimbulkan demam, diare dan leukopenia.

b) Ampicillin (Djuanda et al, 2011): IndikasiInfeksi saluran kemih, infeksi saluran nafas, infeksi bakteri gram positif dan gram negatif KontraindikasiHipersensitifitas Penicillin, infeksi mononukleosis Dosis50-100/kgBB per hari SediaanTab 500 mg, kaps 500 mg, kapl salut selaput 500 mg ESORuam kulit, pruritus, urtikaria, demam, angioedema, glositis, stomatitis, enterokolitik, mual, muntah.c) Nitrofurantoin (Djuanda et al, 2011): IndikasiInfeksi bakteri gram positif dan gram negatif. Dosis50-100 mg per hari ESORuam kulit, pruritus, urtikaria, demam, angioedema, glositis, stomatitis, enterokolitik, mual, muntah, anemia hemolitik pada defisiensi glukosa-6-fosfat dehidrogenase.d) Fenazopiridin Hidroklorida (Djuanda et al, 2011): IndikasiMenurunkan gejala sakit, menurunkan rasa perih atau terbakar, mengatasi urgensi dan frekuensi KontraindikasiGangguan fungsi ginjal, hepatitis SediaanKapl 100 mg ESORuam kulit, mual, sakit kepala, vertigo, hepatotoksik, anemia hemolitik jika dosis berlebihan.3) ResepR/ Ampicillin Trihydrate kaps mg 500 NO. XIVS 2 dd kaps 1 p.c y

R/ Phenazipiridine Hidroklorida kapl mg 100 NO. XXXS 2 dd kapl 2 p.c y

R/ Nitrofurantoin tab mg 100 NO. XXXS 4 dd tab 1 p.c y

R/ Trimethorprim Sulfametoxazole tab mg 960 NO. XIVS 2 dd tab 1 p.c xx

h. Komplikasi sistitis akut (Grace, 2007):3) Bakterimia dan syok septik4) Abses ginjal, perinefrik, dan metastasis5) Kerusakan ginjal dan gagal ginjal akut/kronis6) Pielonefritis kronisi. PrognosisPrognosis sistitis bisa ditentukn berdasarkan tingkat keparahan (akut bisa menjadi kronis dan kronis bisa relapse), treatment yang adekuat dan efektif, serta tindakan promotif-preventif (Vyas, 2010).

Corwin, Elizabeth J. 2009. Buku Saku Patofisiologi Edisi Revisi 3. Jakarta: EGC

Djuanda, Ardhi., Azrul A., Sofyan I., Merdias A., Rianto S., Rudy F., et al. 2011. MIMS Indonesia Petunjuk Konsultasi Edisi 2011/2012. Jakarta: PT. Bhuana Ilmu Populer

Grace, Pierce & Borley Neil. 2007. At A Glance: Ilmu Bedah Edisi 3. Jakarta: Erlangga

Kanj SS, Kanafani ZA. 2011. Current concepts in antimicrobial therapy against resistant gram-negative organisms: extended-spectrum beta-lactamase-producing Enterobacteriaceae, carbapenem-resistant Enterobacteriaceae, and multidrug-resistant Pseudomonas aeruginosa. Mayo Clin Proc. Mar; 86(3): 250-259.

Nursalam. 2008. Asuhan Keperawatan pada Pasien dengan Gangguan Sistem Perkemihan. Jakarta: Salemba Medika

Price, Sylvia A. & Lorraine M. Wilson. 2005. Patofisiologi: Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit Edisi 6. Jakarta: EGC

Purnomo, Basuki. 2003. Dasar-Dasar Urologi. Malang: FK Universitas Brawijaya

Purnomo, Basuki B. 2011. Dasardasar Urologi Edisi Ketiga. Jakarta: Sagung Seto

Purnomo, Basuki. 2012. Dasar-Dasar Urologi Edisi 3. Jakarta: Sagung Seto

Subrata, Gunawan. 2011. Acara Pertemuan Ilmiah Tahunan Pertama Yastroki, 2 Desember 2010. Edisi No 01 Vol XXXVII. http://www.jurnalmedika.com/edisi-tahun-2011/edisi-no-01-vol-xxxvii-2011/277-kegiatan/514-guideline-eau-2010-sarankan-terapi-antibiotik-jangka-pendek-bagi-penderita-uti, 9 September 2013

Sukandar, Enday. 2009. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Edisi 5. Jakarta: InternaPublishing

Tambayong, Jan. 2000. Patofisiologi Untuk Keperawatan. Jakarta: EGC

Vyas, Jatin. 2010. Cystitis Acute. Department of Medicine, Massachusetts General Hospital: Massachusetts. Available at http://www.nlm.nih.gov/medlineplus/ency/article/000526.htm