Dede J. Sudrajat, Nurhasybi, dan Dida Syamsuwida.pdf

14
301 TEKNOLOGI UNTUK MEMPERBAIKI PERKECAMBAHAN BENIH KEPUH ( Linn.) Sterculia foetida Technology to Improve Kepuh Linn. Seed Viability (Sterculia foetida ) Dede J. Sudrajat, Nurhasybi, dan/ Dida Syamsuwida ABSTRAK Kata kunci: Masak fisiologis, media perkecambahan, pengeringan, penyimpanan, perkecambahan and ABSTRACT Keywords: P drying, , germination Balai Penelitian Teknologi Perbenihan Tanaman Hutan Jl. Pakuan Ciheulet PO. BOX 105 Bogor, 16001 Telp./Fax (0251)8327768 Naskah masuk : 22 Februari 2011; Naskah diterima : 27 Oktober 2011 Kepuh Linn. is a potential species for being cultivated as renewable energy source. Unfortunately, this species has not been cultivated intensively, yet. The aim of this research was to find the most optimal seed germination of that species which determined by seed maturity, drying methode, storage and technique of germination. In this study, seed maturity were observed by classifying the color of fruits and seeds. Seed drying was carried out by drying in the sun and stored the seeds in room temperature up to 20 days for both treatments. Seed storage was tested by 3 treatments, i.e. room storage conditions, moisturizer media, and period of storage. Determination of germination technique was investigated by 2 treatment combinations, i.e. sowing media and pretreatment. Randomized completely design with factorial experiment was used in this research. The result showed that physiologically mature seed can be characterized by fruit color of reddish green to red with seed color of red to black. Kepuh seed can be dried on the moisture content of 9-10% without significant decreasing of viability. Storage with depleting of water content ± 10% (drying in room condition) was able to maintain the seed viability for 4 months storage with average of germination capacity 76%. Pretretment by soaking in H SO for 10 minutes sowed on mixed media of sand and cocopeat increased germination to 9.8%/etmal, compare to the control 5.2%/etmal. Germination capacity, however the treatment was not significantly different with control on all of sowing media. Sterculia foetida (Sterculia foetida ) Kepuh ( Linn.) merupakan jenis tanaman potensial untuk dikembangkan sebagai sumber bahan bakar nabati yang belum banyak dibudidayakan. Tujuan penelitian ini adalah untuk mendapatkan teknologi perbaikan perkecambahan benih kepuh melalui penentuan masak fisiologis, pengeringan, penyimpanan, dan teknik perkecambahan. Penentuan masak fisiologis dilakukan dengan meng- klasifikasikan warna buah dan benih. Pengeringan benih dilakukan pada dua kondisi, yaitu di bawah sinar matahari dan dikeringanginkan di ruang kamar hingga 20 hari. Pergujian penyimpanan benih menggunakan 3 (tiga) faktor, yaitu kondisi ruang simpan, media pelembab, dan periode simpan. Penentuan teknik perkecambahan dilakukan dengan 2 (dua) faktor, yaitu media perkecambahan dan perlakuan pendahuluan. Rancangan acak lengkap dalam pola faktorial digunakan untuk menganalisis data penelitian ini. Hasil penelitian menunjukkan bahwa benih masak fisiologis dapat dicirikan dengan warna kulit buah hijau kemerahan hingga merah dengan warna benih merah hingga hitam. Benih kepuh dapat dikeringkan hingga kadar air 9-10% tanpa mengalami penurunan daya berkecambah. Penyimpanan dengan penurunan kadar air benih hingga ±10% (metode kering angin) mampu mempertahankan viabilitas benih selama 4 bulan dengan daya berkecambah rata-rata 76%. Perkecambahan dengan perlakuan perendaman benih dalam H SO selama 10 menit pada media pasir-cocopeat dapat meningkatkan kecepatan tumbuh benih hingga 9,8%/etmal sedangkan kontrol hanya 5,22%/etmal, namun untuk daya berkecambah perlakuan ini (92%) tidak berbeda nyata dengan kontrol pada semua media. 2 4 hysiological maturity, sowing media, storage 2 4

description

jurnal

Transcript of Dede J. Sudrajat, Nurhasybi, dan Dida Syamsuwida.pdf

Page 1: Dede J. Sudrajat, Nurhasybi, dan Dida Syamsuwida.pdf

301

TEKNOLOGI UNTUK MEMPERBAIKI PERKECAMBAHANBENIH KEPUH ( Linn.)Sterculia foetida

Technology to Improve Kepuh Linn. Seed Viability(Sterculia foetida )

Dede J. Sudrajat, Nurhasybi, dan/ Dida Syamsuwida

ABSTRAK

Kata kunci: Masak fisiologis, media perkecambahan, pengeringan, penyimpanan, perkecambahan

and

ABSTRACT

Keywords: P drying, , germination

Balai Penelitian Teknologi Perbenihan Tanaman HutanJl. Pakuan Ciheulet PO. BOX 105 Bogor, 16001 Telp./Fax (0251)8327768

Naskah masuk : 22 Februari 2011; Naskah diterima : 27 Oktober 2011

Kepuh Linn. is a potential species for being cultivated as renewable energy source.Unfortunately, this species has not been cultivated intensively, yet. The aim of this research was to find themost optimal seed germination of that species which determined by seed maturity, drying methode,storage and technique of germination. In this study, seed maturity were observed by classifying the colorof fruits and seeds. Seed drying was carried out by drying in the sun and stored the seeds in roomtemperature up to 20 days for both treatments. Seed storage was tested by 3 treatments, i.e. room storageconditions, moisturizer media, and period of storage. Determination of germination technique wasinvestigated by 2 treatment combinations, i.e. sowing media and pretreatment. Randomized completelydesign with factorial experiment was used in this research. The result showed that physiologically matureseed can be characterized by fruit color of reddish green to red with seed color of red to black. Kepuh seedcan be dried on the moisture content of 9-10% without significant decreasing of viability. Storage withdepleting of water content ± 10% (drying in room condition) was able to maintain the seed viability for 4months storage with average of germination capacity 76%. Pretretment by soaking in H SO for 10

minutes sowed on mixed media of sand and cocopeat increased germination to 9.8%/etmal, compare tothe control 5.2%/etmal. Germination capacity, however the treatment was not significantly different withcontrol on all of sowing media.

Sterculia foetida

(Sterculia foetida )

Kepuh ( Linn.) merupakan jenis tanaman potensial untuk dikembangkan sebagai sumberbahan bakar nabati yang belum banyak dibudidayakan. Tujuan penelitian ini adalah untuk mendapatkanteknologi perbaikan perkecambahan benih kepuh melalui penentuan masak fisiologis, pengeringan,penyimpanan, dan teknik perkecambahan. Penentuan masak fisiologis dilakukan dengan meng-klasifikasikan warna buah dan benih. Pengeringan benih dilakukan pada dua kondisi, yaitu di bawah sinarmatahari dan dikeringanginkan di ruang kamar hingga 20 hari. Pergujian penyimpanan benihmenggunakan 3 (tiga) faktor, yaitu kondisi ruang simpan, media pelembab, dan periode simpan.Penentuan teknik perkecambahan dilakukan dengan 2 (dua) faktor, yaitu media perkecambahan danperlakuan pendahuluan. Rancangan acak lengkap dalam pola faktorial digunakan untuk menganalisisdata penelitian ini. Hasil penelitian menunjukkan bahwa benih masak fisiologis dapat dicirikan denganwarna kulit buah hijau kemerahan hingga merah dengan warna benih merah hingga hitam. Benih kepuhdapat dikeringkan hingga kadar air 9-10% tanpa mengalami penurunan daya berkecambah. Penyimpanandengan penurunan kadar air benih hingga ±10% (metode kering angin) mampu mempertahankanviabilitas benih selama 4 bulan dengan daya berkecambah rata-rata 76%. Perkecambahan denganperlakuan perendaman benih dalam H SO selama 10 menit pada media pasir-cocopeat dapat

meningkatkan kecepatan tumbuh benih hingga 9,8%/etmal sedangkan kontrol hanya 5,22%/etmal,namun untuk daya berkecambah perlakuan ini (92%) tidak berbeda nyata dengan kontrol pada semuamedia.

2 4

hysiological maturity, sowing media, storage

2 4

Page 2: Dede J. Sudrajat, Nurhasybi, dan Dida Syamsuwida.pdf

Jurnal Penelitian Hutan Tanaman

Vol.8 No.5, Desember 2011, 301 - 314

302

I. PENDAHULUAN

Kepuh ( Linn.) merupa-kan salah satu jenis tanaman potensial sebagaisumber bahan bakar nabati (Singhania .,2008; Soerawidjaja, 2006). Rendemen minyak daribijinya dapat mencapai 45 - 55% (Soerawidjaja,2006) dan telah memenuhi standar sebagai bahanbiodiesel jika ditinjau dari emisi hidrokarbon danCO -nya serta karakteristik pembakarannya

(Devan dan Mahalakshmi, 2009). Kepuh jugamempunyai beberapa manfaat lainnya sepertikayu untuk berbagai bahan konstruksi, kulit kayudan bijinya untuk obat (Heyne, 1987), dan bijinyajuga dapat diekstraksi sebagai bahan insektisida(Rani dan Rajasekharreddy, 2009). Jenis initermasuk jenis tanaman cepat tumbuh dengansebaran tumbuh cukup luas dan dapat tumbuhpada ketinggian 0-1.000 m di atas permukaan lautpada hutan primer, hutan sekunder, daerahberkarang dengan pasir berbatu dan daerahpesisir (Varma ., 1957; Heyne, 1987;Lemmens ., 1995).

Budidaya kepuh di Indonesia masih sangatterbatas dan hanya ditanam sebagai pengisipekarangan atau pagar kebun (Lemmens .,1995). Upaya untuk menjadikan kepuh sebagaisumber bahan biodiesel yang prospektif perludukungan teknologi termasuk penyediaan infor-masi teknologi penanganan benih dalam rangkameningkatkan keberhasilan budidayanya.Sampai saat ini, informasi tentang teknologipenanganan benih kepuh masih belum optimal.Teknik penanganan mulai dari penentuan masakfisiologis, pengeringan, penyimpanan, danteknik perkecambahan benih masih perluditingkatkan. Daya berkecambah benih kepuhrata-rata sekitar 70% dan masih menyisakanbanyak benih keras (BPK Palembang, 2009).Keberhasilan perkecambahan benih kepuhdiyakini masih dapat ditingkatkan melaluiidentifikasi benih yang benar-benar masak danteknik perkecambahan yang tepat. Selain itu,benih kepuh memiliki kadar air awal cukup tinggi(30%) (Zanzibar, 2001; Yuniarti, 2004). Karakterbenih dengan kadar air awal tinggi umumnyamempunyai viabilitas yang cepat menurun(Roberts, 1973). Karakter tersebut relatif sulitditangani terutama dalam penyimpanan benihnya(Schmidt, 2002). Pengeringan benih hinggamendekati titik kadar air tertentu sebelum titikkadar air kritis ( ) kemung-kinan dapat memperpanjang umur benih.Menurut Tompsett (1998), penurunan kadar airhingga 10% mampu mempertahankan viabilitas

Sterculia foetida

et al

et alet al

et al

save moisture content

2

benih hingga 9 bulandengan penyimpanan suhu 10° C dan 2 tahunpada suhu -10° C.

Penelitian ini bertujuan untuk mendapat-kan teknologi perbenihan guna memperbaikiperkecambahan benih kepuh melalui penentuanmasak fisiologis, pengeringan, penyimpanan,dan metode perkecambahannya. Rangkaiankegiatan ini diharapkan mampu meningkatkanperkecambahan benih kepuh dalam rangkapenyediaan bibit untuk menunjang programbudidaya kepuh.

Pengunduhan benih kepuh dilakukandengan pemanjatan di Palimanan, Indramayu(Jawa Barat) pada bulan Mei dan Juni 2010.Pengunduhan pada bulan Juni dilakukan dua kali,yaitu minggu pertama bulan Juni dan minggukeempat Juni. Hasil pengunduhan bulan Meidigunakan untuk penelitian penentuan masakfisiologis, sedangkan hasil pengunduhan bulanminggu pertama bulan Juni digunakan untukpenelitian pengeringan, dan hasil pengunduhanakhir Juni digunakan untuk percobaan penyim-panan dan perkecambahan benih. Pemrosesandan pengujian benih dilakukan di LaboratoriumBalai Penelitian Teknologi Perbenihan Bogor,sedangkan pengujian konduktivitas listrik danbiokimia benih dilakukan di Laboratorium BalaiPenelitian Tanaman Obat danAromatik Bogor.

Bahan yang digunakan dalam penelitianini adalah , arang sekam padi, bakkecambah, H SO , KNO , media pasir, media

tanah, alkohol 70%, aquades, silica gel, plastikklip, label, dan lain-lain. Alat yang digunakanadalah , ruang simpan

, ruang simpan AC, timbangananalitik, oven, cawan dan lain-lain.

Beberapa pendekatan teknologi untukmemperbaiki viabilitas benih kepuh dilakukanmemalui beberapa cara:

Benih diklasifikasikan berdasarkan warnabuah dan warna benihnya diklasifikasikan ke

Dipterocarpus alatus

cocopeat

conductivity meter DSC(dry cold storage)

II. BAHAN DAN METODE

A. Waktu dan Lokasi Penelitian

B. Bahan danAlat

C. Metodologi

1. Penentuan masak fisiologis benih

2 4 3

Page 3: Dede J. Sudrajat, Nurhasybi, dan Dida Syamsuwida.pdf

Teknologi untuk Memperbaiki Perkecambahan Benih KepuhLinn)(Sterculia foetida

Dede J. Sudrajat, Nurhasybi, dan Dida Syamsuwida

303

dalam 4 kategori (Gambar 1), yaitu :Kategori 1 : kulit buah hijau dengan kulit benih

putih,Kategori 2 : kulit buah hijau dengan kulit benih

putih kemerahan,

Kategori 3 : kulit buah hijau sebagian merahdengan kulit benih merah,

Kategori 4 : kulit buah hijau kemerahan danmerah dengan kulit benih hitam.

Kategori ( ) 1Category Kategori ( ) 2Category Kategori ( ) 3Category Kategori ( ) 4Category

Gambar ( 1. Kategori kemasakan benih berdasarkan warna buah dan benih ()

Figure) Categories of seedmaturity based on fruit and seed color

Setiap kategori kelompok benih dikecam-bahkan dengan 4 (empat) ulangan masing-masing 50 butir benih. Setiap kategori tersebutdiukur kadar airnya dengan oven suhu tetap 103°± 2° C selama 24 jam masing-masing 4 (empat)ulangan dengan contoh kerja 5 g benih atausekitar 2 - 3 butir benih per ulangan.Analisis jugadilakukan terhadap kandungan biokimia yangmeliputi protein (metode titrasi), asam lemak(metode ekstraksi), dan karbohidrat sebagai pati(metode titrimetri) serta konduktivitas listriknya(metode kondukti-metri).

Benih yang digunakan dalam percobaanini adalah benih dengan kategori kemasakan 3dan 4. Pengeringan benih dilakukan pada duakondisi, yaitu di bawah sinar matahari (suhu 35° -40° C, RH 40% - 50%, mulai jam 09.00 hinggajam 15.00) dan dikeringanginkan di ruang kamar(suhu 27°- 29° C, RH 60% - 70%). Pengeringandilakukan dengan periode 0, 2, 4, 6, 8, 10, 12, 14,16, 18, dan 20 hari. Pada setiap periode penge-

2. Teknologi pengeringan benih

ringan dilakukan pengukuran terhadap kadar air,dan daya berkecambah benih. Pengujian kadar airbenih dilakukan metoda oven suhu tetap 103° ±2° C selama 24 jam dan perkecambahannya (50butir dengan 4 ulangan) pada media campuranpasir dan tanah 1:1 (v/v).

Penyimpanan benih menggunakan benihdari tingkat kemasakan 3 dan 4 dan diperlakukansesuai dengan hasil uji pengeringan sebelumnya,yaitu menggunakan benih yang telah dikering-anginkan selama 10 hari dengan kadar air awal10,9%. Benih tersebut dimasukan ke dalamkantong plastik transparan (1 mm) berisi mediapelembab dan benih disimpan tanpa mediasebagai kontrolnya. Media pelembab dihasilkandengan memberi air pada bahan pelembab hinggajenuh dan membiarkannya hingga 3 harikemudian digunakan sebagai bahan pelembab.Perbandingan antara benih dan bahan pelembabadalah 1 : 1 (v/v). Benih dicampur denganpelembab dengan perbandingan 1:1 (v/v).

3. Teknologi penyimpanan benih

Page 4: Dede J. Sudrajat, Nurhasybi, dan Dida Syamsuwida.pdf

304

Jurnal Penelitian Hutan Tanaman

Vol.8 No.5, Desember 2011, 301 - 314

Perlakuan terdiri dari 3 (tiga) faktor, yaitu faktorkondisi ruang simpan (ruang kamar suhu 28°C,ruang DCS suhu 4° - 7° C, dan AC suhu 18° C),faktor media pelembab (tanpa pelembab,

dan arang sekam), dan faktor periodesimpan (1, 2, 3, dan 4 bulan). Peubah yangdiamati meliputi kadar air benih, daya ber-kecambah dan kecepatan tumbuh. Pengujiankadar air dilakukan pada setiap perlakuan denganmenggunakan 4 ulangan dengan metode ovensuhu tetap 103° ± 2° C selama 24 jam. Pengujianperkecambahan menggunakan 4 ulangan ma-sing-masing 50 butir benih. Media perkecam-bahan menggunakan media campuran pasir dantanah (1 : 1 v/v) di rumah kaca.

Penentuan teknik perkecambahan meng-gunakan benih dari tingkat kemasakan 3 dan 4yang dilakukan di rumah kaca dengan 2 faktorperlakuan yaitu media tabur (media pasir, mediacampuran pasir + tanah 1:1 v/v, dan mediacampuran pasir dan cocopeat 1:1 v/v) danperlakuan pendahuluan (tanpa perlakuan, benihdirendam air dingin 24 jam, benih direndam airpanas dan dibiarkan dingin selama 24 jam, benihdirendam H SO selama 5 menit, benih direndam

H SO selama 10 menit, dan benih direndam

KNO 0,2% selama 24 jam). Masing-masing

perlakuan terdiri dari 50 butir benih dengan 4ulangan. Peubah yang diamati adalah dayaberkecambah dan kecepatan tumbuh.

Rancangan acak lengkap digunakan untukmenganalisis pengaruh tingkat kemasakan benih

cocopeat,

4. Teknologi perkecambahan

D. Analisis Data

2 4

2 4

3

dan pengeringan terhadap kadar air, dayaberkecambah dan kecepatan tumbuh. Penentuanteknik penyimpanan dan perkecambahan benihdilakukan dengan menggunakan rancangan acaklengkap pola faktorial (Steel and Torrie, 1993).Data kadar air, daya dan kecepatan berkecambahsebelum dianalisis diuji kenormalannya denganuji Kolmogorov-Smirnov (Lampiran 1) dan bilasebarannya tidak normal dilakukan transformasi

dengan arcsin % untuk meningkatkan homogenitas variasi (Santoso, 2002; Steel and Torrie,1993). Uji jarak berganda Duncan digunakanuntuk membedakan perkecambahan antar tingkatkemasakan bila terdapat pengaruh yang nyatatingkat kemasakan terhadap daya berkecambahdan kecepatan tumbuh benih.

Warna buah berpengaruh sangat nyataterhadap daya berkecambah dan kecepatantumbuh benih kepuh (Lampiran 2). Hasil ujilanjut Duncan menunjukkan perbedaan dayaberkecambah dan kecepatan tumbuh. Tingkatkemasakan kategori 3 (kulit buah hijau sebagianmerah dengan kulit benih merah) dan 4 (kulitbuah hijau kemerahan dan merah dengan kulitbenih hitam) tidak berbeda nyata dalam dayaberkecambahnya dan memberikan daya ber-kecambah tertinggi, namun kategori kemasakan4 relatif memiliki kecepatan tumbuh yang lebihtinggi (Gambar 2).

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil

1. Penentuan masak fisiologi benih

� �

(a) (b)

Gambar ( ) 2. Daya berkecambah (a) dan kecepatan tumbuh (b) pada 4 kategori kemasakan( )

FigureGermination capacity (a) and germination rate (b) on the four maturity catagories

Page 5: Dede J. Sudrajat, Nurhasybi, dan Dida Syamsuwida.pdf

305

Teknologi untuk Memperbaiki Perkecambahan Benih KepuhLinn)(Sterculia foetida

Dede J. Sudrajat, Nurhasybi, dan Dida Syamsuwida

Peningkatan kemasakan benih juga diikutioleh penurunan kadar air benih (Gambar 3a).Selain terjadi pada kadar air benih, penurunannilai dari kategori 1 hingga 4 juga terjadi padakonduktivitas listrik benih (Gambar 3b) dan

protein (Gambar 4). Kadar asam lemak dankarbohidrat terjadi sebaliknya, konsentrasinyameningkat dengan meningkatnya kemasakanbuah (Gambar 4).

(a) (b)

Gambar ( ) 3. Kadar air benih (a) dan daya hantar listrik (b) pada 4 kategori kemasakan benih kepuh(

)

FigureMoisture content (a) and electrical conductivity (b) on the four maturity categories

of kepuh seeds

Gambar ( ) 4. Kandungan lemak, karbohidrat, dan protein pada 4 kategori kemasakan benih kepuh(

)

FigureLipid, carbohydrate, and protein content on the four maturiry categories of kepuh

seeds

2. Teknologi pengeringan benih

Lama pengeringan benih hingga 20 hari dibawah sinar matahari dan kering angin ber-pengaruh sangat nyata terhadap kadar air benih(Lampiran 2). Pada pengeringan di bawah sinarmatahari, kadar air benih berbeda nyata hinggahari ke-12, namun dari hari ke-14 hingga hari ke-20, kadar air benih tidak berbeda nyata pada

kisaran kadar air 7,9 - 6,7%. Pada kondisi keringangin, kadar air benih berbeda nyata hinggapengeringan hari ke-10, kemudian tidak berbedanyata pada hari ke-12 dan ke-20 pada kisarankadar air 10,8% - 9,4% (Gambar 5 a).

Penjemuran di bawah sinar mataharimenyebabkan penurunan kadar air benih yangrelatif lebih cepat dibandingkan dengan benihpada pengeringan di ruang kamar (kering angin).

Page 6: Dede J. Sudrajat, Nurhasybi, dan Dida Syamsuwida.pdf

306

Jurnal Penelitian Hutan Tanaman

Vol.8 No.5, Desember 2011, 301 - 314

Secara umum, kadar air benih awal kepuh cukuptinggi (42,4%) dan mengalami penurunan yang

cepat hingga kadar air 13%. Penurunan kadar airmelambat dan cenderung stabil pada hari ke-12.

a)

b)

Gambar ( ) 5. Perubahan kadar air (a) dan daya berkecambah (b) benih kepuh selama pengeringan(

)

FigureChange of moisture content (a) and germination capacity (b) of kepuh seeds during

drying

Gambar 5b menunjukkan bahwa padakondisi kering angin, daya berkecambah benihmeningkat setelah disimpan 2 hari dan relativestabil hingga pengeringan hari ke-20 (dayaberkecambah 89%), namun pada pengeringan dibawah sinar matahari, peningkatan daya ber-kecambah terjadi hingga hari ke-8 dan terusmenurun hingga pada hari ke-20 daya ber-kecambahnya hanya 27%. Pada kondisi kering

angin, benih kepuh hingga hari ke-20 masihmempunyai daya berkecambah (89%) dengankadar air 9,4%. Pada pengeringan di bawah sinarmatahari, penurunan daya berkecambah terjadisecara tajam mulai hari ke-14 pada kadar air 7,9%(daya berkecambah 75%), dan terus menurunhingga 52% (kadar air 7,9% hari ke-16), 55%(kadar air 7,6% hari ke-18) dan 27% (kadar air6,7% hari ke-20).

Page 7: Dede J. Sudrajat, Nurhasybi, dan Dida Syamsuwida.pdf

307

Teknologi untuk Memperbaiki Perkecambahan Benih KepuhLinn)(Sterculia foetida

Dede J. Sudrajat, Nurhasybi, dan Dida Syamsuwida

3. Teknologi penyimpanan benih

Ruang simpan dan periode simpanmenghasilkan interaksi yang berpengaruh nyataterhadap daya berkecambah dan kecepatantumbuh benih kepuh selama penyimpanan,sedangkan bahan pelembab tidak memberikanpengaruh yang nyata. Nilai kadar air benihselama penyimpanan dipengaruhi oleh interaksiruang simpan, bahan pelembab, dan periodesimpan (Lampiran 2).

Penyimpanan benih di ruang AC dan DCSmemberikan daya berkecambah yang tidak

berbeda nyata hingga periode simpan 3 bulan(AC 82% dan DCS 81%), namun setelah periodepenyimpanan 4 bulan, penyimpanan di ruang ACmemberikan daya berkecambah yang lebihrendah (68%) dari pada penyimpanan di ruangDCS (74%). Dilihat dari nilai kecepatan tum-buhnya, penyimpanan dalam ruang DCS jugamemberikan kecepatan tumbuh terbaik, sedang-kan penyimpanan di ruang kamar menghasilkandaya dan kecepatan tumbuh yang terus menurunselama periode simpan 4 bulan (Gambar 6).

(a)

(b)

Gambar ( ) 6. Daya berkecambah (a) dan kecepatan tumbuh (b) selama penyimpanan( )

FigureGermination capacity (a) and germination rate (b) during storage

Page 8: Dede J. Sudrajat, Nurhasybi, dan Dida Syamsuwida.pdf

308

Jurnal Penelitian Hutan Tanaman

Vol.8 No.5, Desember 2011, 301 - 314

4. Perkecambahan benih

Interaksi antara perlakuan pendahuluandengan media perkecambahan berpengaruhsangat nyata terhadap daya berkecambah dankecepatan tumbuh benih kepuh (Lampiran 2).Perlakuan A1B4 (85%), A1B5 (84%), A2B1

(86%), A3B1 (89%), A3B5 (92%), dan A1B1(83%) memberikan daya berkecambah terbaik,sedangkan untuk dari kecepatan tumbuhnya,perlakuan A3B5 memberikan perlakuan terbaik(Gambar 7).

(a)

(b)

Gambar ( ) 7. Daya berkecambah (a) dan kecepatan tumbuh (b) benih pada berbagai perlakuanperkecambahan (

). Keterangan ( ): Media ( ): A1 = pasir ( ), A2= pasir + tanah ( (1:1 v/v), A3 = pasir + cocopeat ( )(1:1 v/v), dan perlakuan pendahuluan benih ( ): B1 = tanpa perlakuan(control), B2 = direndam air dingin 24 jam ( ), B3 =direndam air panas dan dibiarkan dingin selama 24 jam (

) , B4 = benih direndam H SO selama 5 menit (

), B5 = benih direndam H SO selama 10 menit (

), dan B6 = benih direndam KNO 0,2 % selama 24 jam (

).

FigureGermination capacity (a) and germination speed (b) on the some

germination treatments Notes media sandsand + top soil) sand + cocopeat

pretreatmentsoaking in water for 24 hours

soaking in hot water andcooling for 24 hours soaking in H SO

for 5 minutes soaking in H SO for 10

minutes soaking in KNO 0,2

% for 24 hours

2 4

2 4

3

2 4

2 4

3

Page 9: Dede J. Sudrajat, Nurhasybi, dan Dida Syamsuwida.pdf

309

Teknologi untuk Memperbaiki Perkecambahan Benih KepuhLinn)(Sterculia foetida

Dede J. Sudrajat, Nurhasybi, dan Dida Syamsuwida

B. Pembahasan

1. Penentuan masak fisiologis benih

Warna kulit buah dan benih kepuh merupa-kan indikator yang efektif dalam menentukantingkat kemasakan benih. Benih yang berasal daribuah berwarna hijau kemerahan dengan kulitbenih merah (kategori 3) dari buah berwarnahijau kemerahan atau merah dengan kulit benihhitam (kategori 4) memiliki daya berkecambahdan kecepatan tumbuh terbaik. Warna buah ataubenih merupakan indikator yang paling mudahdalam menentukan kemasakan benih. Indikatorlainnya (tergantung dari jenisnya) dapat diamatidari perubahan kadar air, kelunakan daging buah,dan biokimia benih (Schmidt, 2002).

Kadar air benih kepuh mengalami penu-runan selama terjadinya proses pemasakan benih.Hal yang sama terjadi pada perkembangankemasakan benih (Suyanto

., 1990), Gurusamy danThiagarajan, 1998), dan(Puspitarini, 2003). Kadar air benih segar kepuhrelatif stabil pada kisaran 40% setelah mencapaikemasakan. Menurut Hong . (1996), benihdengan kadar air awal 23-55% dapat dikate-gorikan benih rekalsitran atau semi rekalsitran.

Penurunan juga terjadi pada nilai konduk-tivitas listrik benih dan protein. Rendahnya nilaikonduktivitas listrik menunjukkan sudah terjadiperbaikan/pertumbuhan kestabilan strukturmembran sel, sedangkan tingginya konduktivitasmenunjukkan belum sempurnanya strukturmembran dan banyaknya material bebas yangsecara aktif digunakan dalam proses metabo-lisme selama tahap awal perkembangan benih(Gurusamy dan Thiagarajan, 1998). Kondisi inijuga menggambarkan bahwa benih belumberkembang secara sempurna. Penurunan proteinkemungkinan disebabkan oleh penggunaannyaselama pertumbuhan buah (Kesta, 1991).Umumnya protein terakumulasi pada setengahperkembangan buah dan kemudian menurunsejalan dengan meningkatnya proses pemasakan(Gurusamy dan Thiagarajan, 1998).

Kemasakan benih juga dicirikan denganmeningkatnya konsentrasi asam lemak dan kar-bohidrat. Kandungan lemak pada awal perkem-bangan benih umumnya rendah yang disebabkanoleh masih rendahnya sintesis enzim (Bewleydan Black, 1994). Akumulasi lemak yangberlanjut dan menurunnya kandungan proteinselama proses pemasakan juga terjadi pada benih

(Dasgupta dan Mandal,1993). Menurut Copeland dan McDonald (2001)

Agathis loranthifoliaet al Brassica oleracea (

Zanthoxylum rhetsa

et al

Brassica campestris

tingkat kemasakan benih merupakan faktor inter-nal yang dapat mempengaruhi perkecambahanbenih. Pada saat itu benih mencapai masakfisiologis yang ditunjukkan oleh viabilitas danvigor benih maksimum. Pada benih kepuh,kondisi tersebut dicirikan oleh warna buahkemerahan hingga merah dengan kulit benihmerah hingga hitam (kategori 3 dan 4).

Pengeringan benih secara perlahan-lahan(kering angin) untuk mencapai kadar air 8 - 9%lebih aman dibandingkan pengeringan secaracepat (di bawah sinar matahari). Kasus yangsama juga terjadi pada benihyang kadar airnya dapat diturunkan hingga 8,3%tanpa penurunan daya berkecambah yang nyata(Suita ., 2011). Berdasarkan karakteristikpengeringannya, benih kepuh mempunyai sifatsensitif terhadap pengeringan. Menurut Hong

. (2005), pengeringan benih kepuh hinggakadar air 5% akan menyebabkan peretakan kulitbenih sehingga benih-benih tersebut akanmengalami kematian. Kasus yang sama jugaterjadi pada benih provenanThailand (Chaisuristri ., 1986) dan

(Worang, 2008). Pengeringan yangberlebihan pada benih-benih tersebut menyebab-kan penurunan perkecambahan.

Beberapa studi mengidentifikasi hubu-ngan kepekaan pengeringan dengan beberapaparameter seperti berat benih (Dickie danPritchard, 2002; Pritchard ., 2004), kadar airbenih (Hong dan Ellis, 1998), kecepatanperkecamabahn benih (Pritchard ., 2004;Daws ., 2005), alokasi pertahanan fisik (rasioendocarp dan berat testa terhadap berat unitdispersal, yaitu rasio kulit benih (Pritchard .,2004; Daws ., 2005) dan variabel habitatlokal (Tweddle ., 2003; Daws ., 2005).Studi-studi itu umumnya memperlihatkan bahwakepekaan pengeringan tersebut berkorelasidengan benih berat, kadar air tinggi, mudahberkecambah, mempunyai kulit benih tipis, danlebih sering pada lahan basah (hutan hujantropik).

Benih kepuh cenderung memiliki karakteryang ditunjukkan dengan mening-

katnya daya berkecambah benih setelahpenyimpanan kering di suhu kamar selamabeberapa hari. Hal yang sama juga terjadi padabenih (Hartati, 1996) dan

(Suita dan Kartiana, 2006) yangumumnya memiliki kadar air awal relatif tinggi.

2. Teknologi pengeringan benih

Manilkara kauki

et al

etal

Azadiracta indicaet al Jatropa

curcas

et al

et alet al

et alet al

et al et al

after ripening

Pinus merkusii Styraxbenzoin

Page 10: Dede J. Sudrajat, Nurhasybi, dan Dida Syamsuwida.pdf

310

Jurnal Penelitian Hutan Tanaman

Vol.8 No.5, Desember 2011, 301 - 314

Gejala tersebut dapat dikategorikan dormansiembrio (Schmidt, 2002) atau fisiologis (Baskindan Baskin, 2005) sehingga membutuhkanpenyimpanan kering selama beberapa hari atauminggu untuk meningkatkan perkecambahan-nya.

Penyimpanan di ruang DCS dengan kadarair awal sekitar 10% dapat memperpanjang umursimpan benih kepuh. Kadar air awal yang rendahmemungkinkan menurunnya serangan hama danpenyakit serta menurunnya proses metabolismebenih sehingga umur simpannya dapat ditingkat-kan (Schmidt, 2002), seperti pada benih -

yang dapat disimpan selama 1tahun dengan menurunkan kadar airnya hingga8% (Bowen ., 1977) dan benih

yang mampu mempertahankan daya ber-kecambahnya hingga 60% selama penyimpanan6 bulan dengan kadar air awal penyimpanan 8,3%(Suita ., 2011).

Benih kepuh mempunyai kulit benih yangagak keras, namun dormansi tersebut tidak terlalukuat sehingga tanpa perlakuan pendahuluan pundaya berkecambah kepuh sudah tinggi (83 -89%). Pengaruh perlakuan pendahuluan lebihberbeda nyata pada kecepatan tumbuh benih jikadibandingkan dengan kontrol (tanpa perlakuan).Perlakuan pendahuluan dengan perendamandalam H SO selama 10 menit mampu mem-

percepat perkecambahan benih. UmumnyaH SO efektif digunakan untuk jenis-jenis legum

yang berkulit keras. Menurut Levitt (1974),pencelupan benih dalam larutan H SO akan

mengakibatkan rusaknya kulit benih. Kerusakankulit benih ini diikuti dengan membukanyalumen sel yang menyalurkan air kedalam jaringan benih (Nikoleave, 1977) danmerangsang perkecambahan benih lebih cepat.Ada beberapa kelebihan dan kekuranganpenggunaan H SO dalam pematahan dormansi

benih di antaranya adalah perlakuan ini tidakmemerlukan peralatan khusus, biayanya relatifmurah, dan larutan tersebut dapat digunakansecara berulang. Kekurangannya adalah H SO

sangat berbahaya, lamanya perlakuan harusditentukan secara hati-hati dan suhu harusterkontrol (Willan, 1985), serta pencelupan benih

3. Teknologi penyimpanan benih

4. Teknologi perkecambahan benih

Triploichiton scleroxylon

et al Manilkarakauki

et al

macrosclereid

2 4

2 4

2 4

2 4

2 4

terlalu lama dapat merusak bagian-bagianpenting embrio benih (Aliero, 2004).

1. Masak fisiologis benih kepuh dapat dicirikandengan warna kulit benih hijau kemerahanhingga merah dengan warna benih merahhingga hitam.

2. Benih kepuh dapat dikategorikan benih yangpeka terhadap pengeringan sehingga penge-ringan cepat (di bawah sinar matahari) akanmenurnkan daya berkecambah benih diban-dingkan pengeringan secara perlahan (keringangin).

3. Penyimpanan dengan penurunan kadar airawal benih mendekati 10% (metode keringangin) dan disimpan pada ruang DCS mampumempertahankan viabilitas benih selama 4bulan dengan daya berkecambah rata-rata76% .

4. Perlakuan pendahuluan dengan perendamandalam H SO selama 10 menit yang dikecam-

bahkan pada media pasir cocopeat dapatmeningkatkan kecepatan tumbuh benihkepuh hingga 9,8%/etmal sedangkan kontrolhanya 5,22%/etmal, namun untuk dayaberkecambahnya perlakuan ini (92%) tidakberbeda nyata dengan tanpa perlakuanpendahuluan (kontrol) pada berbagai mediaperkecambahan.

1. Pengunduhan benih kepuh harus dilakukanpada benih yang telah masak yang dicirikandengan kulit buah berwarna hijau kemerahanhingga merah dengan kulit benih berwarnamerah hingga hitam.

2. Pengeringan benih disarankan dilakukandengan kering angin pada suhu kamar.

3. Penurunan kadar air awal dengan metodekering angin hingga kadar air 9 - 10% danruang simpan DCS dapat dijadikan teknikuntuk memperpanjang umur simpan benihkepuh.

4. Untuk mempercepat perkecambahan benihdapat dilakukan perlakuan pendahuluandengan perendaman dalam H SO selama 10

menit.

IV. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

B. Saran

2 4

2 4

Page 11: Dede J. Sudrajat, Nurhasybi, dan Dida Syamsuwida.pdf

311

Teknologi untuk Memperbaiki Perkecambahan Benih KepuhLinn)(Sterculia foetida

Dede J. Sudrajat, Nurhasybi, dan Dida Syamsuwida

DAFTAR PUSTAKA

Aliero, B.L. 2004.

African Jurnal of Biotechnology3(3):179-181.

Balai Penelitian Kehutanan (BPK) Palembang.2009. Pengaruh Media Tabur terhadapPerkecambahan Benih Kepuh (

Linn.). Laporan Hasil Penelitian.Balai Penelitian Kehutanan (BPK)Palembang.

Baskin, C.C. and J.M. Baskin. 2005.

. Tropical Ecology46(1):17-28.

Bewley J. D. and M. Black. 1994..

Second Edition PlenumPress NewYork London. pp. 117-145.

Bowen, M.R., P. Howland, F. Last, R.R.B.Leakey, and K.A. Longman. 1977.

. ForestGenetic Resources Information 7: 36-47.

Chaisuristri, K., B. Ponoy, and P. Wasuwanich.1986.

. The Embrion 2(1): 19-27.

Copeland, L.O. and M.B. McDonald. 2001..

Burgess Publishing Company. Minnea-polis, Minnesota.

Dasguta, S. and R.K. Mandal. 1993.

Seed Science andTechnology 21: 291-299.

Daws, M.I., N.C. Garwood, and H.W. Pritchard.2005.

.19: 874885.

Devan, P.K. and N.V. Mahalakshmi. 2009.

. FuelProcessing Technology 90:513-519.

Effect of Sulphuric Acid,Mechanical Scarification and WetTreatments on Germination of Seeds ofAfrican Locust Bean Tree, Parkia biglo-bosa.

Sterculiafoetida

SeedDormancy in Trees of Climax TropicalVegetation Types

DevelopmentRegulation and Maturation Seeds,Physiology of Development andGermination. .

. .

Thriplochiton scleroxylon: Its Conserva-tion and Future Improvement

Storage of Azadirachta indica A.Juss. Seeds

Principle of Seed Science and Technology

Compositional Changes and StorageProtein Synthesis in Developing Seeds ofBrassica campestris.

Traits of Recalcitrant Seeds in aSemi-Deciduous Tropical Forest inPanama: Some Ecological ImplicationsFunctional Ecology

Studyof the Performance, Emission andCombustion Characteristics of a DieselEngine Using Poon Oil-based Fuels

In:

Dickie, J.B. and H.W. Pritchard. 2002.

In: BlackM, Pritchard HW, eds.

.Wallingford, UK:CAB International. pp.239259.

Gurusamy, C. and C.P. Thiagarajan. 1998.

(Brassicaoleracea botrytis) Phyton (Horn,Austria) 38(2):259-268.

Hartati, S.A. 1996. Pengaruh Metode Precuringdan Tingkat Kemasakan Kerucut terhadapKualitas Benih Jungh et deVriese. Skripsi Jurusan Manajemen HutanFakultas Kehutanan Institut PertanianBogor. Bogor. Tidak diterbitkan.

Heyne, K. 1987. Tumbuhan berguna Indonesia,Jilid III. Badan Penelitian dan Pengem-bangan Kehutanan, Departemen Kehu-tanan. Jakarta.

Hong, T.D. and R.H Ellis. 1998.

. Seed Science andTechnology 26:7795.

Hong, T.D., R.H. Ellis, B. Ngoctam, and V.T. LeTam. 2005.

Sterculiafoetida . Seed Science and Technology33(3):705-712.

Hong, T.D., S. Linington, and R.H. Ellis. 1996..

Handbooks for Genebanks No. 4.International Plant Genetic ResourcesInstitute. Rome, Italy.

Kesta, S. 1991.

(Pisum sativum L.var. Trop. Agric. 68: 274-278.

Lemmens, R.H.M.J., D.S. Alonzo, and S. Sudo.1995.

. Prosea 5(2):429-430.

Levitt, J. 1974. .CV. Mosby Company USA. pp. 277-286.

Nikoleave, M.G. 1977.. North Holland

Publishing Co.Amesterdam. pp. 51-74.

Systematic and Evolutionary Aspects ofDesiccation Tolerance in Seeds.

Desiccation andSurvival in Plants: Drying without Dying

ThePattern of Seed Development andMaturation in Cauliflower

L. var. .

Pinus merkusii

ContrastingSeed Storage Behaviour among DifferentSpecies of Meliaceae

Effect of Desiccation on SeedGermiantion, Cracking, Fungi Infectionand Survival in Storage of

L

Seed Storage Behaviour: a Compedium

Growth, Physico-chemicalChanges and Harvest Indices of SmallEdible Podded Peas

macrocarpon).

Timber Trees; Minor CommercialTimbers

Introduction to Plant Physiology

Factor Controlling SeedDormancy Pattern

Page 12: Dede J. Sudrajat, Nurhasybi, dan Dida Syamsuwida.pdf

312

Jurnal Penelitian Hutan Tanaman

Vol.8 No.5, Desember 2011, 301 - 314

Pritchard, H.W., M.I. Daws, B.J. Fletcher, C.S.Gamene, H.P. Msanga, and W. Omondi.2004.

. American Journal ofBotany 91: 863870.

Puspitarini, D.P. 2003. Struktur Benih danDormansi pada Benih Panggal Buaya( (Roxb.) D.C.).Thesis Pascasarjana. Institut PertanianBogor. Tidak diterbitkan.

Rani, P.U. dan P. Rajasekharreddy. 2009.

. Journal of Biopesticides 2(2): 161-164.

Robert, E.H. 1973.. Seed Science and Technology

1:499-514.

Santoso, S. 2002. Buku Latihan SPSS StatistikMultivariat. Penerbit PT. Elex MediaKomputindo Kelompok Gramedia.Jakarta.

Schmidt, L. 2002. Pedoman Penanganan BenihTanaman Hutan Tropis dan Sub Tropis.Dirjen RLPS. Departemen Kehutanan.Jakarta. pp 530.

Singhania, R.R., B. Parameswaran, and A.Pandey. 2008.

. Handbook of Plant-BasedFuels (Ed. A. Pandey). CRC Press. NewYork. pp. 3-12.

Soerawidjaja, T.H. 2006. Prospek Pengem-bangan Industri Biodiesel Ditinjau dariAspek Bisnis dan Ilmiah. Prosiding Semi-nar Nasional Energi Hayati sebagai SolusiKrisis Energi, Peluang dan Tantangannyadi Indonesia.

Steel, R.G.D. dan J.H. Torrie. Prinsip danProsedur Statistika, Suatu PendekatanBiometrik (Terjemahan). Penerbit PT.Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.

Suita, E, D.J. Sudrajat, dan E. Kartiana. 2011.Pengaruh Penurunan Kadar Air Benih danPeriode Simpan terhadap Daya Berkecam-bah Benih Sawo Kecik ( ).Balai Penelitian Teknologi PerbenihanBogor. Tidak diterbitkan.

Ecological Correlates of SeedDesiccation Tolerance in Tropical AfricanDryland Trees

Zanthoxylum rhetsa

Toxicand Antifeedant Activities of Sterculiafoetida (L.) Seed Crude Extract AgainstSpodoptera litura (F.) and Achaea Janata(L.)

Predicting of the Storage Lifeof Seeds

Plant Based Fuels: AnIntroduction

Manilkara kauki

In

Suita, E. dan E.R. Kartiana. 2006. PengaruhUkuran Benih dan Penurunan Kadar Airterhadap Daya Berkecambah BenihKemenyan ( Dryand).Prosiding Seminar Hasil-hasil PenelitianBalai Litbang Teknologi PerbenihanBogor. pp 135-139.

Suyanto, H., Kusmintarjo, dan H.D. Kartiko.1990. Penentuan Karakteristik MasakFisiologis Buah Damar (

Salisb). Laporan Uji Coba BalaiTeknologi Perbenihan. No. 72. Bogor.

Tompsett, P.B. 1984..

AnnualAplication Biology 105:581-586.

Tompsett, P.B. 1998. .

Appanah, S. andTurnbull, J.M. (Ed.). Center forInternational Forestry Research. Bogor.Indonesia. pp. 57-88.

Tweddle, J.C., J.B. Dickie, C.C Baskin, and J.M.Baskin. 2003.

. Journal of Eco-logy 91: 294304.

Varma, J.P., S. Dasgupta, B. Nath and J.S.Aggarwal. 1957.

Sterculia foetida The Journalof American Oil Chemists' Society34:452-461.

Willan, R.L. 1985.. FAO. United Nation. Rome,

Italy.

Worang, R.L. 2008. Karakteristik Hidratasi Bijidan Pengaruhnya terhadap Muttu BijiJarak Pagar ( L.). DisertasiProgram Pasca Sarjana Institut PertanianBogor. Bogor. Tidak diterbitkan.

Yuniarti. 2004. Pengaruh Tingkat KemasakanFisiologis, Periode Simpan Temporer danPerlakuan Pendahuluan terhadap Viabili-tas Benih Kepuh ( Linn.).Skripsi Fakultas Kehutanan Institut Per-tanian Bogor. Tidak diterbitkan.

Zanzibar, M. 2001. Potensi dan Teknik BudidayaKepuh ( Linn.) untukPembangunan Hutan Rakyat. Info Benih6(1): 15-22. Balai Penelitian TeknologiPerbenihan. Bogor.

Styrax benzoin

Agathis loranthi-foIia

Desiccation Study inRelation to Storage of Araucaria Seed

Seed physiology In Areview of Dipterocarpus, Taksonomi,Ecology, and Silviculture.

Ecological Aspects of SeedDesiccation Sensitivity

Composition of the SeedOil of Linn.

A Guide to Forest SeedHandling

Jatropha curcas

Sterculia foetida

Sterculia foetida

Page 13: Dede J. Sudrajat, Nurhasybi, dan Dida Syamsuwida.pdf

Teknologi untuk Memperbaiki Perkecambahan Benih KepuhLinn)(Sterculia foetida

Dede J. Sudrajat, Nurhasybi, dan Dida Syamsuwida

Lampiran ( ) 1. Rekapitulasi hasil uji kenormalan data ()

Appendix Recapitulation of result of datanormality test

Variabel ( variable ) Peubah

(Parameters )

Uji Kolmogorov -Smirnov

(Kolmogorov -Smirnov test )

DB 0,057 nMasak fisiologis benih ( Physiologically

seed maturity ) KT 0,067 n

KA 0,000 tnPengeringan di bawah sin ar matahari

(Drying under sun light ) DB 0,025 tn

KA 0,000 tnPengeringan di bawah sinar matahari

(Drying under sun light ) DB 0,190 n

DB 0,000 tn

KT 0,000 tn

Penyimpanan benih

(Seed storage )

KA 0,051 n

DB 0,000 tnPerkecambahan benih

(Seed germination ) KT 0,001 tn

Keterangan ( ) : KA = kadar air ( ), DB =daya berkecambah ( ), KT= kecepatantumbuh ( ), n=data dikategorikan normal jika sig. > 0,05(

), tn=data dikategorikan tidak normal jika sig. <0,05 ().

Remarks moisture content germination capacitygermination speed data are categoried normal if

sig. >0,05 data are categoried unnormal if sig.<0,05

Lampiran ( ) 2. Rekapitulasi hasil uji F ( )Appendix Recapitulation of result of F-test

Aspek

penelitian

(Aspect of

research )

Peubah

(Parameters )

Sumber keragaman

(Source of variation )

F-hit. sebelum

transformasi

(F-test before

transformation )

F-hit. setelah

transformasi

(F-test after

transformation )

DB Kategori kemasakan ( Maturity

categories)

81,74 ** dnMasak

fisiologis benih

(Physiologicall

y seed maturity )KT Kategori kemasakan ( Maturity

categories)

58,56 ** dn

Pengeringan di bawah sinar

matahari (drying under sun

light)

1060,00 ** 1203, 05**KA

Kering angin di suhu kamar

(drying in the room condition )

1571,02 ** 1228,89**

Pengeringan di bawah sinar

matahari (drying under sun

light)

15,07 **

Pengeringan

benih

(Seed drying )

DB

Kering angin di suhu kamar

(drying in the room condition )

10,98 **

dn

Ruang simpan ( storage room )

(A)

5,66 ns 5,93 ns

Bahan Pelembab ( humidity

conditioner ) (B)

3,89 ns 4,58 ns

Interaksi A dan B ( interaction A

and B)

0,45 ns 0,67 ns

Periode simpan ( storage

periode ) (C)

30,89 ** 31,87 **

Interaksi A dan C ( interaction A

and C)

4,57 ** 4,63 **

DBPenyimpanan

benih

(Seed storage )

313

Page 14: Dede J. Sudrajat, Nurhasybi, dan Dida Syamsuwida.pdf

314

Jurnal Penelitian Hutan Tanaman

Vol.8 No.5, Desember 2011, 301 - 314

Lampiran ( ) 2. Lanjutan ( )Appendix Continued

Aspek

penelitian

(Aspect of

research )

Peubah

(Parameters )

Sumber keragaman

(Source of variation )

F-hit. sebelum

transformasi

(F-test before

transformation )

F-hit. setelah

transformasi

(F-test after

transformation )

Interaksi B dan C ( interaction B

and C)

2,72 ns 2,90 ns

Interaksi A, B, dan C

(interaction A, B and C )

1,09 ns 1,34 ns

Ruang simpan ( storage room )

(A)

6,29 ns 6,69 ns

Bahan Pelembab ( humidity

conditioner ) (B)

3,19 ns 3,86 ns

Interaksi A dan B ( interaction A

and B)

0,36 ns 0,67 ns

Periode simpan ( storage

periode ) (C)

27,17 ** 28,53 **

Interaksi A dan C ( interaction A

and C)

5,09 ** 5,44 **

Interaksi B dan C ( interaction B

and C)

2,71 ns 2,88 ns

KT

Interaksi A, B, dan C

(interaction A, B and C )

1,13 ns 1,47 ns

Ruang simpan ( storage room )

(A)

677,98 **

Bahan Pelembab ( humidity

conditioner ) (B)

21,13 **

Interaksi A dan B ( interaction A

and B)

4,92 **

Periode simpan ( storage

periode ) (C)

179,32 **

Interaksi A dan C ( interaction A

and C)

113,93 **

Interaksi B dan C ( interaction B

and C)

9,61 **

KA

Interaksi A, B, dan C

(interaction A, B and C )

5,18 **

dn

Media tabur ( sowing media ) (A) 54,54** 22,28 **

Perlakuan pendahuluan ( pre -

treatment ) (B)

96,87** 80,90 **

DB

Interaksi A dan B ( interaction A

and B)

16,40** 6,80 **

Media tabur ( sowing media ) (A) 49,06** 18,24 **

Perlakuan pendahuluan ( pre -

treatment ) (B)

61,19** 75,72 **

Perkecambahan

benih

(Seed

germination )

KT

Interaksi A dan B ( interaction A

and B)

14,91** 6,62 **

Keterangan ( ): KA = kadar air ( ), DB =daya berkecambah ( ), KT= kecepatantumbuh ( ), **= berpengaruh sangat nyata pada tingkat kepercayaan 99% (

* = berpengaruh nyata pada tingkat kepercayaan 95% (), ns = tidak berpengaruh nyata ( ), dn = data telah terditribusi normal dan

tidak ditranformasi ( )

moisture content Germination capacitygermination speed significant

at 99% confident level), significant at 95%confident level not significant

data are normally distributed and not tranformated

Remarks