DBD, mal

114
PENANGGULANGAN P. MENULAR BERSUMBER BINATANG Dr. Susilowati Andajani, dr.,MS

description

PPT

Transcript of DBD, mal

Page 1: DBD, mal

PENANGGULANGAN P. MENULAR BERSUMBER BINATANG

Dr. Susilowati Andajani, dr.,MS

Page 2: DBD, mal

Kebijaksanaan penanggulangan penyakit menular

Pertimbangan P2P program pemberantasan 1. Angka kesakitan dan kematian tinggi 2. Menyerang t.u gol. anak dan usia produktif 3. Menyerang penduduk pedesaan atau perkotaan

dengan penghasilan rendah4. Menyerang t.u daerah pembangunan 5. Ada metode yang efektif untuk memberantas penyakit

tersebut6. Ada ikatan perjanjian dengan badan2 Internasional7. Penyakit tersebut masuk dalam UU wabah atau

Karantina

Page 3: DBD, mal

Program P2P

I.Pengamatan Penyakit dan KLB/Wabah

1.Pengamatan Penyakit (Surveilans)

2.Pengamatan Kesehatan Haji

3.Pengamatan Kesehatan Transmigrasi

4.Pengamatan Penyakit Karantina

II.Imunisasi

Page 4: DBD, mal

III.P2 Menular langsung 1.P2 Kusta

2.P2 Diare

3.P2TB-Paru

4.P2 Menular Seksual & AIDS

5.P2 ISPA

6.P2 Framboesia

7.P2 Kecacingan

Page 5: DBD, mal

IV. P2 Bersumber Binatang

1. P2 Zoonosis

2. P2 Malaria

3. P2 Demam Berdarah Dengue

4. P2 Rabies

5. P2 Filariasis

Page 6: DBD, mal

DEMAM BERDARAH DENGUE

Susilowati Andajani

Page 7: DBD, mal

- Masalah kesehatan masyarakat global- Endemis di 102 negara (tropis & subtropis)- Indonesia : hiperendemis ke-1 di Asia Tenggara- Menimbulkan dampak sosial & ekonomi- 90-95% menyerang usia <15tahun- Jumlah penderita cenderung me, penyebaran

semakin luas * mobilitas penduduk

* Kepadatan penduduk - Dapat menimbulkan Kematian- Seringkali menimbulkan KLB/Wabah

Page 8: DBD, mal

Di Indonesia 2006 : - IR 51/100.000 pddk - CFR 1,8 % Juli 2008: 78,18 per 100.000 pddk Di Surabaya 2006 : - IR 149/100.000 pddk - CFR 0,5 %2008 :- IR 76/100.000 pddk - CFR 0,46 % - gol umur terbanyak 5 – 9 tahun

Page 9: DBD, mal

Faktor penyebab munculnya kembali KLB Dengue

1.Pertumbuhan jml penduduk tdk memiliki pola ttt

2.Urbanisasi tak berencana & tak terkontrol

3. Penyediaan air bersih tak memadai

4. Penyebaran & kepadatan nyamuk meningkat

5. Kurangnya Survailans vektor yg efektif

6. Penyebaran virus DEN meningkat

7. Perkembangan hiperendemisitas

8.Melemahnya infra struktur kes.mas

Page 10: DBD, mal

Faktor Host-Agent-Env. ->Infeksi dengue

Host Agent Environment

-imunitas - serotype -biologis

-umur - virulensi -fisik

-(sex) -sosial

-ras

-genetik

Page 11: DBD, mal

AGENT- Virus dengue * Genus flavivirus

* Famili flaviviridae * DEN-1,DEN-2,DEN-3,dan DEN-4

- Virus dominan DEN-3 diikuti DEN-2- 2004 dominan DEN-2 diikuti DEN-3- 2007–sek : dominan DEN-1 (TDC Unair)

Masa inkubasi : + 7 hari

Page 12: DBD, mal

HOST

• Semua Usia, t.u 5 – 9 tahun / 14 tahun• Ada kecenderungan keproporsi Px

DBD pada usia dewasa• (♀ > ♂)

• Faktor Risiko DBD Usia Strain virus dengue Genetik Infeksi dengue sekunder

Page 13: DBD, mal

ENVIRONMENT

L. Biologis L. Fisik

Vektor -Dataran rendah

- Ae. aegypti -Keberadaan konteiner

- Ae. albopictus -Musim

L.sosial

- pendidikan

- sosial-ekonomi

Page 14: DBD, mal

Vektor Utama “Aedes aegypti” (black- white mosquito)

- Domestik- Istirahat di ruangan gelap & Lembab- Anthropophylic- M’gigit pagi –petang hari (pukul 09.00-10.00 dan 16.00-17.00)- Multiple biters- Suka hinggap pada benda tergantung- Flight range : 40 – 100 m

Page 15: DBD, mal

- Morfologi : ukuran nyamuk< dari nyamuk lain warna dasar hitam dgn bintik-2 putih pada bag badan, kaki & Sayap

- Breeding places :Container yang bersifat tetap in door / out door

- Metamorfosis : sempurna telur - jentik - kepompong - nyamuk 1-2 hr 4-9 hr 2-3 hr

Page 16: DBD, mal

Mekanisme Penularan :1. Virus telah berada dalam darah manusia 1 – 2

hari sebelum demam2. Masa Viremia 4 – 7 hari3. 3 – 10 hari setelah vektor menghisap darah

penderita sumber penularan4. Vektor infected seumur hidup

Derajat penularan virus dengue dipengaruhi1. Kepadatan vektor2. Mobilitas penduduk

Page 17: DBD, mal

Manifestasi Klinis infeksi virus Dengue

1. Asymptomatis2. Mild undifferentiated fever3. Dengue fever4. Dengue haemorrhagic fever5. Dengue shock syndrome

Iceberg Phenomena

Page 18: DBD, mal

Dx klinis DBD (kriteria WHO, 1997) Panas mendadak, tinggi terus menerus, lama

2-7 hari tanpa sebab yang jelas Tanda2 perdarahan Pembesaran hati Syok : nadi kecil, cepat, demam,

penyempitan tekanan nadi ataupun Pe TD, kulit dan akral sianosis sekitar mulut, penderita gelisah.

Page 19: DBD, mal

Kriteria LaboratoriumTrombosit < 100.000 / mm3

Hematokrit meningkat > 20 %

Laboratorium penunjang

- Isolasi virus

- Deteksi genom, atau

- Pemeriksaan serologis

Page 20: DBD, mal

Kasus DBD* Semua penderita DBD* Semua penderita tersangka DBD

Penderita DBD Px dengan tanda2 yang memenuhi kriteria

WHO (1997) dan atau penderita tersangka DBD dengan hasil pemeriksaan serologis positif

Page 21: DBD, mal

Penderita tersangka DBD

Penderita panas tanpa sebab yang jelas disertai tanda2 perdarahan sekurang2 nya uji tourniquet positif dan atau jumlah trombosit < 100.000 / mm3

Page 22: DBD, mal

Derajat penyakit DBD (WHO,1997)

Derajat I :Demam, Gx umum tdk khas, RL (+)Derajat II:Derajat I, disertai perdarahan spontanDerajat III :kegagalan sirkulasi, nadi cepat &

lemah, hipotensi, sianosis sekitar mulut,kulit dingin lembab, gelisah

Derajat IV : Syok berat, nadi tdk teraba, dan tek. darah tdk terukur

Page 23: DBD, mal

PENATALAKSANAAN1)Kasus yang memungkinkan rawat jalan,2)Kasus rawat inap, a) DBD derajat I dan II, b) DBD derajat III dan IV, 3) DBD dengan penyulit.

Indikasi Rawat Jalan1. Panas hari 1, 2 tanpa komplikasi2. Penderita nafsu makan baik dan kooperatif

Page 24: DBD, mal

Indikasi Rawat Inap

1. Panas hari ke-3 atau lebih

2. Panas hari ke-1,2 dengan perdarahan spontan

3. Panas hari ke-1,2 disertai kejang

4. Panas hari ke-1,2 dengan suhu >39,5C

5. Panas hari ke-1,2disertai sesak nafas,diare berat dan px gizi buruk

Page 25: DBD, mal

Monitoring pasien- Nadi, tensi,respirasi, suhu ->tiap 15-30’

- kadar hematokrit tiap 4-6 jam

- form pemantauan: jenis cairan dg jml&tetesan

- jumlah dan frekuensi diuresis

Page 26: DBD, mal

KEBIJAKAN PROGRAM P2 DBD DI JATIMMengacu kebijakan program P2 DBD DEPKES

Kegiatan yang telah dilaksanakan :- Penyuluhan & PSN oleh masy. :

* Instruksi Gubernur No. 8/ 1989 * SK Gubernur No. 96/1989

- Pemeriksaan jentik berkala di : rumah, sekolah, TTU lain- Pemberantasan sebelum musim penularan di desa / kel. Endemis- Kewaspadaan dini :

* Penyelidikan Epidemiologi (PE)* Pemantauan wilayah setempat* Deteksi dini focus DBD

- Penemuan & pencegahan penderita- Pe penatalaksanaan penderita DBD & sistem rujukannya

Page 27: DBD, mal

TUJUAN P2.DBD

1. Mencegah & membatasi terjadinya KLB penyakit DBD

2. Me angka kesakitan penyakit DBD

3. Me angka kematian penyakit DBD

4. Me peranserta masyarakat dalam PSN

Page 28: DBD, mal

Target program P2 DBD

1. Angka kesakitan penyakit DBD < 10 per 100.000 penduduk

2. Angka kematian penyakit DBD < 1 %

3. Angka bebas jentik > 95 %

Page 29: DBD, mal

Strategi P2DBD

a. Melaksanakan pemberantasan sebelum musim penularan

b. Me pengamatan penderita DBD

c. Melaporkan setiap kasus DBD ke Pusk/Dinkes

d. Melaksanakan kunjungan rumah untuk penyuluhan, pemeriksaan jentik berkala & PSN

e. Me penyuluhan kepada masyarakat

f. Me penatalaksanaan penderita DBD

Page 30: DBD, mal

Pokok-2 Kegiatan P2. DBD1. Penemuan & pengobatan penderita2. Kewaspadaan dini terhadap KLB3. Pemberantasan vektor - pemberantasan intensif di Kec. endemis - penanggulangan focus4. Penyuluhan pada masyarakat5. Pelatihan tenaga termasuk kader6. Bimbingan tehnis, pemantauan dan evaluasi

Page 31: DBD, mal

Gambar 1. Bagan Penanggulangan seperlunya (penanggulangan kasus/tersangka DBD di lapangan)

Penderita / Tersangka DBD

Penyelidikan epidemiologi

-Pemeriksaan jentik

-Pencarian Px panas

Di rumah Px & 20 rumah sekitarnya

Ada Px DBD lain atau ada jentik dan Px panas > / 3 orang

- Penyuluhan- PSN- Fogging

- Penyuluhan

- PSN

ya

tidak

Page 32: DBD, mal

PEMBERANTASAN VEKTOR

1. Pemberantasan nyamuk Fogging efek residu (-) * Organophospate - malation - fenitrotion * Pyretroid sintetic - lamda sihalotrin - permetrin * Carbamat mesin Fog atau ULV 2 siklus interval, 1 minggu

Page 33: DBD, mal

2. Pemberantasan Jentik Ae. aegypti PSN a. Kimia (larvasida) abatisasi * Temephos 1%:10 gr/100 l air b. Biologi * ikan pemakan jentik c. Growth regulator * Bacillus thuringiensis d. Fisik * 3 M

Page 34: DBD, mal

Kep. MenkesNo. 581/Menkes/SK/VII/92

PSN

Semua upaya untuk memberantas jentik Aedes aegypti3 M * Menguras

* Menutup* Mengubur* Abatisasi* Memelihara ikan* Cara-cara lain

Page 35: DBD, mal

Pada P2.DBD survei jentik cara visual

Ukuran kepadatan jentikA. House index (HI) jumlah rumah dgn jentik

--------------------------------------- x 100 % jumlah rumah yang diperiksa

B. Container index (CI) jumlah container dgn jentik

--------------------------------------- x 100 % jumlah container yang diperiksa

C. Breteau index (BI) jumlah container dgn jentik dalam 100 rumah

Page 36: DBD, mal

Tabel 1. Jenis kegiatan pemberantasan Ae. aegypti berdasarkan strata kerawanan desa/kelurahan

Ket : (+) PJB disertai abatisasi selektif pada TPA yang ada jentik * PJB rumah dilaksanakan jika ada desa rawan I atau II di kecamatan

yang sama

Jumlah rumah tidak tidak ada jentik

ABJ =----------------------------------- x 100% jumlah rumah diperiksa

Strata Strata Kerawanan Kerawanan

Desa/KelDesa/Kel

Fogging Fogging

MassalMassal

PJBPJB

PSNPSN HEHERumahRumah TTUTTU

1. Endemis1. Endemis ++ (+)(+) (+)(+) ++ ++

2. Sporadis2. Sporadis -- (+)(+) (+)(+) ++ ++

3. Potensial3. Potensial -- -*-* (+)(+) ++ ++

4. Bebas4. Bebas -- -- (+)(+) ++ ++

Page 37: DBD, mal

• Fogging massal dilakukan sebelum musim penularan DBD

• PJB - tiap 3 bulan oleh kader (rumah), dan

TTU oleh petugas kesehatan - disertai penyuluhan tentang PSN - bila ada jentik di desa rawan I & II serta TTU abatisasi selektif

• Penyuluhan kepada keluarga/masyarakat

Page 38: DBD, mal

Pengamatan Penyakit DBD

• UU No. 4 tahun 1984

• Permenkes No. 560 tahun 1989

• SK Menkes No. 581 tahun 1992

Semua Penyakit yang dapat menimbulkan wabah (termasuk DBD) harus segera dilaporkan dalam waktu < 24 jam

Page 39: DBD, mal

OKI

Dokter RS

Dokter Puskesmas

Dokter Praktek

Petugas Kesehatan

Yang menemukan penderita /tersangka DBD wajib segera melaporkan kepada puskesmas sebagai laporan kewaspadaan

Page 40: DBD, mal

TUJUAN PENGAMATAN Penyakit Demam Berdarah Dengue

• Memantau situasi penyakit DBD deteksi dini pe kasus

• Menentukan wilayah rawan DBD• Menentukan musim penularan• Mengetahui perkembangan situasi (trend)

penyakit sehingga program P2 DBD dapat dijalankan secara efektif dan efisien

Page 41: DBD, mal

KRITERIA KLB DBD

1. Ada pe jumlah kasus di suatu desa/kel. (atau wilayah yg lebih luas) > 2 x dalam kurun waktu 1 mgg/1 bln dibandingkan dengan mgg/bln sebelumnya, atau pada bulan yang sama tahun yang lalu dan kasus tersebut tersebar di sebagian besar RK/RW di desa/kelurahan tersebut

2. Adanya > 1 Px di suatu wilayah kab/kota yg sebelumnya tidak pernah ada Px penyakit DBD

Page 42: DBD, mal

Tindakan bila terjadi KLB

• Puskesmas melakukan tindakan penanggulangan sesuai petunjuk

• Melaporkan ke Dinkes Kab./Kota dengan formulir W 1 untuk tindakan selanjutnya

• Memberitahukan kepada camat & lurah untuk penggerakan peran serta masyarakat

Page 43: DBD, mal

STRATIFIKASIDESA/KELURAHAN RAWAN DBD

• Rawan I (endemis) Dalam 3 tahun terakhir, setiap tahun terjangkit DBD

• Rawan II (sporadis) Dalam 3 tahun terakhir terjangkit DBD tetapi tidak setiap tahun

• Rawan III (potensial) Dalam 3 tahun terakhir tidak pernah terjangkit DBD, tetapi merupakan daerah

padat penduduk ; hubungan transportasi dengan daerah lain ramai ; persentase

rumah ditemukan jentik > 5 %

• Desa Bebas DBD* Tidak pernah terjangkit DBD* Ketinggian > 1000 m ; atau < 1000 m tapi % rumah ditemukan jentik < 5 %

Page 44: DBD, mal

Pertolongan pertama penderita DBD oleh Masyarakat

Demam :

- obat pe panas (gol.parasetamol) - kompres dengan air biasa

- banyak minum cairan RT, oralit

Pencegah Syok :

- banyak minum cairan RT, oralit

Page 45: DBD, mal

DAFTAR PUSTAKABenenson A,1995.Control of Communicable Diseases in Man. The American Public Health Association,New York.Dep.Kes RI, 2007. Demam Berdarah Dengue. Dit. Jen. P2P&L,

Dep.Kes RI, JakartaDep.Kes RI, 2003. Pencegahan dan penanggulangan penyakit demam

dengue dan demam berdarah dengue. Kerjasama WHO dan Dep.Kes RI Jakarta.

Dinas Kesehatan Propinsi Jawa Timur, 2007.Situasi Penyakit DBD di Jawa Timur & Kebijaksanaan P2.DBD. SurabayaDinas Kesehatan Kota Surabaya,2007. Situasi DBD di Surabaya.

Din.Kes.Kota SurabayaDep.Kes.RI,1999.Penemuan,Pertolongan dan Pelaporan Penderita Demam Berdarah. Dep.Kes.RI, JakartaHadi H, 2009. Tatalaksana Demam Berdarah Dengue Dewasa.

Simposium Mini “Dengue Hemorrhagic Fever”. PETRI, Surabaya.Malavige GN, Fernando S, Fernando DJ, Seneviratne SL, 2004.

Dengue Viral Infection. Postgrade Medd J 80:588-601.WHO,1999. Prevention Control of Dengue and Dengue Haemorrhagic Fever.WHO Regional Publication SEARO

Page 46: DBD, mal

PENANGGULANGAN P. MALARIADr.Susilowati Andajani, dr, MS

Penyakit Malaria

Masih merupakan masalah kesehatan masyarakat global 300-500 juta penddk terinfeksi malaria -> 1,5-2,7 juta ϯ/thn Indonesia - 424 Kab. dari 576 Kab. endemis malaria - 45 % penduduk berisiko tertular malaria - 2009 : 1,14 juta kasus klinis malaria 199 ribu kasus positif malaria -10 penyakit utama (Indonesia Timur & daerah transmigrasi) - Jawa – Bali di daerah fokus ttt sering timbul kasus import - Sporadis -> KLB

Page 47: DBD, mal

-Menurunkan produktivitas tenaga kerja

- Imunopatogenesis malaria blm sepenuhnya diketahui

- Muncul strain parasit malaria resisten obat antimalaria

- Kecenderungan Anopheles resisten thd insektisida

Page 48: DBD, mal

Besarnya masalah ditentukan :

1.Tingginya kasus (API, AMI)

2.Adanya kematian karena malaria

3.Peluang vektor

4.Jenis dan luasnya tempat perindukan

5.Mobilitas penduduk

6.Keresahan masyarakat dan dukungan politik (prioritas)

Page 49: DBD, mal

Kematian akibat malaria

1. F. Internal

- status imun penderita

- derajat parasitemia

2. F. Eksternal

- Lingkungan

- Perilaku manusia

- Virulensi Plasmodium

Page 50: DBD, mal

Peningkatan insidens dan tjd KLB

malaria

1. Perubahan lingkungan

- tempat perindukan potensial semakin luas

2. Pembangunan tdk berwawasan kes.

3. Mobilitas penduduk tinggi

4. Pemantauan& analisis data malaria

kurang optimal di berbagai jenjang

Page 51: DBD, mal

Epidemiologi MalariaAgent : Plasmodium

1) P. falciparum

2) P. vivax

3) P. ovale

4) P. malariae

Masa Inkubasi Penyakit Malaria

- P. falciparum 9 - 14 (12 hari)

- P. vivax 12 – 17 (15 hari)

- P. ovale 16 – 18 (17 hari)

- P. malariae 18 – 40 (28 hari)

Page 52: DBD, mal

HOST

1) Host intermediate : manusia Siklus hidup plasmodium : aseksual

2) Host definitive : nyamuk Anopheles betina Siklus hidup plasmodium : seksual

Page 53: DBD, mal

Gejala klinis malaria 1.Stadium panas (Hot stage):2-12 jam - suhu / sampai >/41 o C - Muka merah, kulit kering & terasa panas spt terbakar, sakit kepala, mual muntah sangat haus - Sebelum demam Px lemah, sakit kepala, tdk ada nafsu makan, mual /muntah.

2. Stadium berkeringat (sweating stage): Px berkeringat >> tempat tidur basah, suhu tubuh turun cepat sp < N

Page 54: DBD, mal

3.Stadium dingin (Cold stage):15 ‘-1 jam

- Px menggigil,gigi gemeretek,

- bibir pucat/asidosis,

- jari pucat/sianosis,

- kulit kering,

- nadi cepat –lemah,

- pada anak sering kejang

Page 55: DBD, mal

DEMAM o.k pecahnya sizon darah yang telah matang

& masuknya merozoit darah ke aliran darah* P.falciparum, sizon pecah tiap 24-48 jam

demam setiap hari ke-3 * P. vivax & ovale , sizon pecah setiap 48 jam

sekali demam setiap hari ke-3* P. malariae setiap 72 jam demam hari ke-4

Page 56: DBD, mal

Data untuk pemberantasan vektor

Perilaku nyamuk

a. Tempat istirahat : Eksofilik

Endofilik

b. Tempat menggigit : Eksofagik

Endofagik

c. Obyek yang digigit :Antrofofilik

Zoofilik

d.Tempat berkembang biak

Page 57: DBD, mal

Vektor Utama di Indonesia

An. Aconitus An. Punctulatus

An. Sundaicus An. Farauti

An. Balabancencis An. Barbirostris

An. maculatus

Page 58: DBD, mal

Cara penularan

1. Alamiah : gigitan nyamuk Anopheles

betina

2. Non alamiah

a. Parenteral : - transfusi darah

- jarum suntik tidak steril

b. Transplacentalmalaria congenital

Page 59: DBD, mal

Environment

perkembangbiakan nyamuk

1) lingkungan Fisik

a. Suhu udara m.i ekstrinsik

suhu makin tgm.i.e mkn pendek

b. Kelembaban udara

k. rendah m’pendek umur nyamuk

k 63% di Punjab Indiapenularan rendah

m’pengaruh kec. berkemb.biak,kebiasaan

m’gigit, istirahat

Page 60: DBD, mal

c. Hujan p’kembangan larva – dewasa- tergantung dari jenis hujan,jumlah hari hujan,

derasnya hujan, jenis vektor, jenis breeding placesd. Angin jml kontak manusia – nyamuke. Sinar matahari p’tumbuhan larva nyamukf. Arus air An. Barbirostris br.places air statis/ngalir sedikit An. Minimus aliran air deras An. Letifer air tergenang

Page 61: DBD, mal

2) Lingkungan kimiawi kadar garam 12-18 ‰ jentik An. sundaicus, tumbuh optimal 40 ‰ An sundaicus tak dapat b’kemb.biak3) Lingk. Biologis (flora, fauna) * Tumbuhan bakau, lumut, ganggang dll kehidupan larva nyamuk * Ikan panchax spp, gambusia, nila, mujair * Cattle barrier

Page 62: DBD, mal

4) Lingkungan sosial budaya

- Kebiasan untuk di luar rumah sp larut malam

me jumlah gigitan

- Penggunaan kelambu, kawat kasa, repellent

angka kesakitan

- Persepsi masyarakat thd peny. malaria

- Pembangunan bendungan, penambangan timah,

pembukaan pemukiman baru perub. lingkungan

man made breeding places

Page 63: DBD, mal

Pemutusan mata rantai penularan1) Pengobatan penderita malaria 2) Menghilangkan/membunuh vektor3) Menghilangkan breeding places vektor

Page 64: DBD, mal

Tujuan P2. Malaria

Me insidensi malaria di Jawa & Bali < 0,1 ‰Me API Malaria di Barelang- Binkar < 5 ‰CFR = 0

Target eliminasi Malaria

Jakarta,Bali : 2010

Jawa, Aceh, Kepri : 2015

Sumatra, NTB, Kalimantan danSulawesi:2020

Page 65: DBD, mal

POKOK-POKOK KEGIATAN

I. Penemuan Penderita (case detection) Adalah kegiatan rutin pencarian Px malaria

berdasarkan gejala klinis, yaitu demam, menggigil, berkeringat, sakit kepala, mual atau muntah dan gejala khas daerah setempat (diare pada balita dan sakit otot pada orang dewasa) melalui pengambilan specimen darah orang dgn gejala klinis tsb.

Page 66: DBD, mal

Tujuan1) Menemukan & mengobati Px sedini mungkin 2) Mencegah terjadinya penularan malaria 3) Memantau fluktuasi malaria MOPI (Monthly

Parasite Incidence), kasus bayi, kasus indigenous,MOMI ( Monthly malaria Incidence) dan % P. falciparum pada daerah & waktu ttt

4) Alat bantu untuk menentukan musim penularan5) Peringatan dini kmkn KLB6) Mengetahui tingkat prevalensi penyakit malaria

di suatu wilayah 7) Menilai hasil kegiatan pemberantasan malaria

Page 67: DBD, mal

Jenis-jenis kegiatan

1) Active case detection (ACD)

2) Passive case detection (PCD)

3) Mass Fever Survey (MFS)

4)Malariometric Survey (MS)

5) Malariometric Survey Evaluasi

6) Surveilans Migrasi

7) Survai kontak (contact Survey)

Page 68: DBD, mal

II. Pengobatan MalariaA. Pengobatan Pencegahan

(Kemoprofilaksis) 1) Pengobatan perorangan - obat : klorokuin a. Pendatang sementara - obat diminum 1Mg sekali - 1 minggu seblm tiba, selama di daerah

& 4 Mg set tinggalkan daerah

Page 69: DBD, mal

b. Penduduk setempat dan pendatang yg akan menetap - Klorokuin : seminggu sekali sampai lebih dari 6 tahun - Transmisi hebat sekali, obat diminum seminggu 2 kali

selama 3-6 bulan

Dosis Tx pencegahan : klorokuin 5mg/kg BB atau 2 tablet (dewasa), setelah makan

Page 70: DBD, mal

2) Pencegahan kelompok a) Kelp. Pendatang sementara - ABRI,pekerja musiman, pramuka dll - Cakupan Tx min 80% jml kelp atau 90 % pddk.non-imun b) Transmigran - sblm berangkat 5 mg/kgBB atau 2 tablet,

- di daer.endemis: 1x/minggu (12 minggu) dihitung sejak rumah mulai disemprot

Page 71: DBD, mal

3) Tx pencegahan pada ibu hamil

- Bumil di daerah hiperendemis

- hamil bulan ke-3 s/d masa nifas

- Obat klorokuin 5mg/kgBB basa

atau 2 tabl dosis tunggal

- seminggu sekali hari yg sama

Page 72: DBD, mal

B. Pengobatan penderita malaria

a. Tujuan :

- menyembuhkan penderita

- menghilangkan carrier

- mencegah kematian

- mengurangi kesakitan

- mengurangi penularan,

- mengurangi kerugian akibat sakit

Page 73: DBD, mal

b. Jenis pengobatan penderita malaria :

1) Tx malaria klinis

- tersangka malaria

- diagnosis : Gejala klinis

2) Tx radikal

- penderita positif malaria (SD pos.)

3) Tx massal (Mass Drug Administration) - Tx malaria klinis :> 80 % penduduk

pada KLB malaria

Page 74: DBD, mal

4) Mass fever treatment (MFT)

Sasaran : semua penderita demam

* mencegah KLB

* melanjutkan penanggulangan

KLB, diulang setiap 2 minggu

setelah pengobatan MDA

sampai penyemprotan selesai

5) Pengobatan malaria berat

Page 75: DBD, mal

Obat anti Malaria yang Ideala. Membunuh semua jenis dan stadia parasit

b. Menyembuhkan infeksi akut, kronis dan relaps

c. Toksisitas dan efek samping sedikit

d. Mudah cara pemberiannya

e. Harga murah dan terjangkau oleh semua

lapisan masyarakat

Page 76: DBD, mal

MALARIA BERAT / DENGAN KOMPLIKASI

Yaitu ditemukan P. falciparum dalam bentuk aseksual pada pemeriksaan SD disertai salah satu Gx 1) Malaria serebra 2) Anemia berat dengan Hb < 5 % dan HCT < 50 % pada

kepadatan parasit > 10.000 /u3) Produksi urine < 400 cc/ 24 jam pada dewasa atau 12 ml / kg BB

per 24 jam pada anak setelah dehidrasi dan kreatinin > 3 mg %4) Oedem paru 5) Hipoglikemia (gula darah < 40 mg % 6) Syok 7) Berdarah spontan pada gusi, hidung, dit disertai atau kelainan

laboratorium gangguan koagulasi intravaskuler8) Kejang-kejang berulang > 2 x /24 jam disamping pendinginan9) Asidosis pH darah < 7,25 atau plasma bikarbonat < 15 mmol/liter10) Post mortem pada biopsi otak sizon/tripozoit

Page 77: DBD, mal

Beberapa gejala yang masuk malaria berat menurut

presentasi daerah (WHO, 1990)

a. pe kesadaran lebih ringan dari koma

b. Kelamahan yang sangat, seperti tidak bisa

duduk atau berjalan tanpa kelainan neurologis

c. Hiperparasitemia (> 5 %)

d. Hiperbilirubinemia (bilirubin > 3 %)

e. Hipertermia dengan t > 40oC

Page 78: DBD, mal

Jenis obat anti malariaa. Obat standar : Klorokuin dan Primakuinb. Obat alternatif : Kina dan SP(Sulfadoksin + Pirimetamin)c. Obat Penunjang : Vit B compl, vit C dan SF

(Sulfas Ferrosus)d. Obat malaria berat :

- Kina HCL 25% injeksi (1 ampul 2cc)O.standar- Klorokuin injeksi(1 ampul 2cc) obat alternatif

Page 79: DBD, mal

1. Pengobatan Malaria Klinis

Diberikan pada penderita malaria klinis tanpa pemeriksaan Laboratorium

Tabel 6. Dosis dan lama pemberian obat klorokuin menurut umur

HariHariJenis obatJenis obat Jumlah tablet menurut kelompok umurJumlah tablet menurut kelompok umur

Dosis Dosis tunggaltunggal

0 – 11 0 – 11 blnbln

1 – 4 th1 – 4 th 5 – 9 th5 – 9 th 10 14 th10 14 th > 15 th> 15 th

11 KlorokuinKlorokuin ½½ 11 22 33 3-4*3-4*

PrimakuinPrimakuin -- ¾¾ 1½1½ 22 2-3*2-3*

22 KlorokuinKlorokuin ½½ 11 22 33 3-4*3-4*

33 KlorokuinKlorokuin ¼¼ ½½ 11 1½1½ 22

Follow – up

Dalam 2 – 3 hari Px masih demam, klorokuin diganti kina selama 7 hari dan prima kuin 1 hari

Page 80: DBD, mal

Tabel 7. Pengobatan malaria karena P.falciparum

2. Pengobatan Malaria karena P. falciparum

HariHariJenis Jenis obatobat

Jumlah tablet menurut kelompok umurJumlah tablet menurut kelompok umur

Dosis Dosis tunggaltunggal

0 – 11 0 – 11 blnbln

1 – 4 th1 – 4 th 5 – 9 th5 – 9 th 10 14 th10 14 th > 15 th> 15 th

11 KlorokuinKlorokuin ½½ 11 22 33 3-4*3-4*

PrimakuiPrimakuinn

-- ¾¾ 1½1½ 22 2-3*2-3*

22 KlorokuinKlorokuin ½½ 11 22 33 3-4*3-4*

33 KlorokuinKlorokuin ¼¼ ½½ 11 1½1½ 22Follow up Follow up

Hari ke 3 Px diperiksa kembali dan dibuat SDHari ke 3 Px diperiksa kembali dan dibuat SD

- - parasit sama atau meningkat, atau disertai Gx malaria berat, Px parasit sama atau meningkat, atau disertai Gx malaria berat, Px harus MRS harus MRS Tx malaria berat Tx malaria berat

- - Parasit me Parasit me dan masih timbul gejala klinis, Tx dilanjutkan + Tx dan masih timbul gejala klinis, Tx dilanjutkan + Tx simptomatis dan kontrol hari ke-7simptomatis dan kontrol hari ke-7

- Parasit negatif dan gejala positif - Parasit negatif dan gejala positif Tx simptomatis Tx simptomatis

Page 81: DBD, mal

HariHariJenis obatJenis obat Jumlah tablet menurut kelompok umurJumlah tablet menurut kelompok umur

Dosis Dosis tunggaltunggal

0 – 11 0 – 11 blnbln

1 – 4 th1 – 4 th 5 – 9 th5 – 9 th 10 14 10 14 thth

> 15 th> 15 th

11 SPSP **)-**)- ¾¾ 1½1½ 22 33

PrimakuiPrimakuinn

-- ¾¾ 1½1½ 22 2-3*2-3*

Tabel 8. Pengobatan malaria karena P

falciparum dgn SP dosis tunggal + primakuin 1 hari

**)Bayi : SP diganti Kina dg dosis 10 mg/bulan umur bayi

Follow up

Jika tidak sembuh dalam 2 -3 hari setelah pengobatan, SP diganti kina sampai 7 hari

Page 82: DBD, mal

Tabel 9. Pengobatan malaria karena P.falciparum dengan Tabel 9. Pengobatan malaria karena P.falciparum dengan kina dan primakuinkina dan primakuin

HariHariJenis obatJenis obat Jumlah tablet menurut kelompok umurJumlah tablet menurut kelompok umur

Dosis Dosis tunggaltunggal

0 – 11 0 – 11 blnbln

1 – 4 th1 – 4 th 5 – 9 th5 – 9 th 10 - 14 10 - 14 thth

> 15 th> 15 th

11 KinaKina *)*) 3 x 3 x 0,50,5 3 x 3 x 11 3 x 1,53 x 1,5 3 x 23 x 2

PrimakuinPrimakuin -- ¾¾ 1½1½ 22 2 - 32 - 3

2-72-7 KinaKina *)*) 3 x 0,53 x 0,5 3 x 13 x 1 3 x 1,53 x 1,5 3 x 23 x 2

Keterangan :

*) Kina diberikan pada bayi dg dosis = 10 mg / umur (bln) per hari selama 7 hari.

Page 83: DBD, mal

a. Penderita malaria karena vivax/ovale

Tabel 10. pengobatan malaria karena P.vivax/ovale dengan klorokuin 3 hari dan primakuin 5 hari

HariHariJenis obatJenis obat Jumlah tablet menurut kelompok umurJumlah tablet menurut kelompok umur

Dosis Dosis tunggaltunggal

0 – 11 0 – 11 blnbln

1 – 4 th1 – 4 th 5 – 9 th5 – 9 th 10 14 th10 14 th > 15 th> 15 th

11 KlorokuinKlorokuin ½½ 11 22 33 3-43-4

PrimakuinPrimakuin -- ¼¼ ½½ ¾¾ 11

22 KlorokuinKlorokuin ½½ 11 22 33 3-43-4

PrimakuinPrimakuin -- ¼¼ ½½ ¾¾ 11

33 KlorokuinKlorokuin ¼¼ ½½ 11 1½1½ 22

PrimakuinPrimakuin -- ¼¼ ½½ ¾¾ 11

44 PrimakuinPrimakuin -- ¼¼ ½½ ¾¾ 11

55 PrimakuinPrimakuin -- ¼¼ ½½ ¾¾ 11

Follow up

Bila 2 – 3 hari setelah pengobatan penderita masih panas/sakit maka Tx dilanjutkan dgn klorokuin 3 hari + primakuin 14 hari

Page 84: DBD, mal

HariHariJenis obatJenis obat Jumlah tablet menurut kelompok umurJumlah tablet menurut kelompok umur

Dosis Dosis tunggaltunggal

0 – 11 0 – 11 blnbln

1 – 4 th1 – 4 th 5 – 9 th5 – 9 th 10 14 10 14 thth

> 15 th> 15 th

11 KlorokuinKlorokuin ½½ 11 22 33 3-43-4

PrimakuinPrimakuin -- ¼¼ ½½ ¾¾ 11

22 KlorokuinKlorokuin ½½ 11 22 33 3-43-4

PrimakuinPrimakuin -- ¼¼ ½½ ¾¾ 11

33 KlorokuinKlorokuin ¼¼ ½½ 11 1½1½ 22

PrimakuinPrimakuin -- ¼¼ ½½ ¾¾ 11

4 - 144 - 14 PrimakuinPrimakuin -- ¼¼ ½½ ¾¾ 11

Tabel 11.Pengobatan malaria karena Tabel 11.Pengobatan malaria karena P.vivax/ovale dengan klorokuin 3 hari dan P.vivax/ovale dengan klorokuin 3 hari dan primakuin 14 hariprimakuin 14 hari

Page 85: DBD, mal

Prognosis malaria berat,

1. Tergantung kecepatan Dx, ketepatan & kecepatan TX2. MR dgn kegagalan 3 fungsi organ 50%3. MR dgn kegagalan 4 organ atau lebih > 75%4. Kepadatan parasit > 100.000, MR >1%, kepadatan < 100.000MR <1%, kepadatan >500.000 MR > 50%

Adanya korelasi kepadatan parasit dgn klinis malaria berat,* Kepadatan parasit <100.000/mm3, MR <1%* Kepadatan parasit >100.000/mm3 MR >1%* Kepadatan parasit > 500.000/mm3, MR 50%

Page 86: DBD, mal

III. Pemberantasan Vektora. Pengendalian larva

- Biologi ikan pemakan jentik, ikan pemakan lumut

- Chemical larvaciding, oilingb. Pengendalian nyamuk

- Biologi : cattle barier- Chemical

- IRS (Indoor Residual Spraying) - IBN (Impregnated Bed Net) - Penggunaan repellent

- Obat nyamuk bakar dll.

Page 87: DBD, mal

c. Pengelolaan lingkungan

adalah kegiatan- 2 yang mencakup perencanaan, pelaksanaan dan pengamatan kegiatan modifikasi & manipulasi faktor lingkungan & interaksinya dengan manusiauntuk mencegah atau membatasi perkembangan vektor dan me(-) kontak antar manusia & vektor

Page 88: DBD, mal

Manipulasi Lingkungan Jenis kegiatan * Pembersihan lumut & ganggang di kolam/lagun * Pembuatan saluran penghubung genangan air payau ke laut (awal surut laut bulanan) * Pembersihan semak2 di tebing sungai (An muculatus) * Perbaikan konstruksi ekonomi sawah * Pola tanam padi serempak * Irigasi berkala * Penanaman hutan bakau dll

PelaksanaPetugas puskesmas/kabupaten bersama lintas sektor terkait m’gerakkan masy setempat

Page 89: DBD, mal

Modifikasi Lingkungan

sifat permanen

Jenis kegiatan

- penimbunan genangan air dgn tanah,

koral, pasir

- pengeringan

- perataan permukan tanah

- pembuatan dam, pintu air & tanggul

Page 90: DBD, mal

IV. Peranan PKM dan PSM

a. Menyusun paket penyuluhan slogan

b. Social marketing P2 Malaria (advokasy)

c. Penggerakan PSM

V. Pengamatan vektor

a. Pengamatan tempat perindukan mapping + densitas larva

b. Pengamatan densitas nyamuk (longitudinal

c. Spot survey nyamuk

Page 91: DBD, mal

VI. KLS/KLP Pengendalian lingkungan Surveilans migration Tenaga kerja baru Pencarian Px & Tx melalui kader terlatih

VII. Pemberdayaan masyarakat- Pembiayaan

APBN,APBD 1,APBD2,PSM,H/BLN, Inpres

- RR

Page 92: DBD, mal

KLB Malaria

1. Jawa-Bali

a. apabila jumlah Px indigenous (Px bali) me 2 kali

dibandingkan bulan yang sama tahun

sebelumnya atau bulan sebelumnya pada tahun

yang sama

b. Jumlah Px indigenous melebihi kasus indigenous

maksimum (pola maks. – min.) dengan indikator

proporsi P. falciparum > dari 50 %, ditentukan

kematian dgn Gx malaria & adanya keresahan

masy. krn malaria

Page 93: DBD, mal

2. Luar Jawa – Balia. Apabila jumlah Px klinis malaria me 2 kali

dibandingkan bulan yang sama tahun

sebelumnya atau bulan sebelumnya pada tahun

yang sama.

b. Jumlah kasus klinis melebihi jumlah kasus klinis

maks., dengan indikator adanya kematian dgn

Gx malaria, dan adanya keresahan masy. krn

malaria

Page 94: DBD, mal

Periode KLB

1. Periode pra KLB

- Sebelum KLB terjadi SKD-KLB malaria melalui surveilans dilakukan terus menerus untuk memantau ke kasus malaria. Pemantauan dilakukan terhadap

penderita, perubahan lingkungan fisik, timbulnya genangan air, penebangan hutan, sosial ekonomi, masuknya penduduk yang rentan dan pelayanan keselamatan yang tidak berfungsi

- Tujuan pemantauan:

mengetahui lebih dini kmkn terjadi wabah malaria

tindakan yang cepat dan tepat KLB dapat dicegah

Page 95: DBD, mal

Interpretasi dan tindak lanjut SKD-KLB Jawa-Bali

Lihat form SKD Lihat form SKD Jawa baliJawa bali

Ada kecenderungan Ada kecenderungan Kenaikan PxKenaikan Px

Tidak ada Tidak ada kecend kenaikan Pxkecend kenaikan Px

Pemantauan bulananPemantauan bulananSatu kasus indigenousSatu kasus indigenousBayi MOPI 2 bulan ber-turut2 3%Bayi MOPI 2 bulan ber-turut2 3% MOPI 3 bln berturut2 14MOPI 3 bln berturut2 14‰‰

Penyemprotan rumahPenyemprotan rumahMFS untuk penurunan MFS untuk penurunan transmisitransmisi

kasus indigenous tetap tg. meskipun kasus indigenous tetap tg. meskipun kualitas penyemprotan baikkualitas penyemprotan baik

Larvaciding biological Larvaciding biological Atau pengendalian vektor Atau pengendalian vektor

lainlain

Pengusutan test Pengusutan test resistensi vektorresistensi vektor

Page 96: DBD, mal

2. Periode KLB/Wabah a. Konfirmasi KLB malaria

Kegiatan:

* pengambilan & pemeriksaan SD thd semua

kelompok umur

* Tx malaria klinis dengan klorokuin 3 hari &

primakuin 1 hari

* PE berdasarkan aspek tempat, waktu dan orang

disertai pengumpulan dan pencatatan Px

malaria klinis & kematian dg Gx klinis

* SE meliputi jenis & kepadatan vektor oleh tenaga

entomologi puskesmas

Page 97: DBD, mal

b. Analisis

Bila hasil PE didapat data Px malaria sbb :

* proporsi ke > 2 kali kasus maks.

- Px malaria klinis

- Px malaria (+)

* Px P. falciparum dominan

* Kematian dg Gx malaria

* Keresahan masy. karena malaria

“Di daerah itu telah terjadi KLB malaria”

Page 98: DBD, mal

c. Membuat rencana penanggulangan KLB

1) Pengobatan

* MDA : klorokuin 3 hari + primakuin dosis

tunggal (cakupan Tx massal > 80 %)

* Tx Px Klinis malaria, dilakukan 2 minggu set.

MDA dan diteruskan setiap 2 minggu sekali

sp. penyemprotan rumah selesai

2) Pemberantasan vektor, penyemprotan rumah

dengan cakupan > 90 %

3) Pemolesan kelambu (Deltamethrin 2,5 EC,

Permethrin 100 EC, Lamdasihalotrin (Icon 5 EC))

4) Larvaciding

5) PE

6) pengamatan entomologi

Page 99: DBD, mal

d. Penanggulangan KLB1) Puskesmas

(tersedia obat, bahan dan peralatan)

* MDA dengan Tx malaria klinis

(klorokuin 3 hari + primakuin 1 hari > 80 %

penduduk), bila obat tidak cukup Tx malaria klinis terhadap semua Px demam malaria

* PE (orang, tempat, waktu)

* Menentukan batas wilayah penanggulangan

* Menentukan & menyiapkan sarana yang dibutuhkan

* membuat jadwal kegiatan

* membuat laporan kejadian & tindakan penanggulangan

yang telah dilaksanakan ke Dinkes Kab./Kota

(form W1 Pu)

Page 100: DBD, mal

3. Pasca KLB

a. untuk mencegah KLB yad, dilakukan

berbagai upaya dan me SKD – KLB

dengan SE lebih intensif

b. penyemprotan lanjutan dilakukan

pada siklus berikutnya sp API < 1/1000

pddk (Jawa-Bali dan Barelang – Binkar)

atau PR < 2 % (luar Jawa-Bali)

c. MSE : pada penularan berikutnya

d. Dinkes Kab/Kota kirim laporan hasil kegiatan

set tindakan penanggulangan selesai

Page 101: DBD, mal

Pelaporan KLB* W1 ( lap KLB/Wabah dlm 24 jam)* W1 Pu (lap KLB dari Pusk ke Dinkes Kab.)* W1 Ka ( Dinkes Kab ke Dinkes Propinsi)* W1 Pr (Dinkes Prop ke Ditjen PPM&PLP dgn kode)* W2: - lap mingguan KLB/wabah - lap W2 dikirim dari Pustu ke Puskesmas

diteruskan ke Dinkes Kab

* W1/RS : Laporan KLB dari RS ke Dinkes Kab atau Dinkes Propinsi

Jalur pelaporan KLB(lihat lampiran)

Page 102: DBD, mal

Daerah Malaria :1. Desa rawan

Desa reseptif,dengan 1 kriteria / > :

a) historis pernah HCI

b) mobilitas penduduk tinggi

c) terpencil & surveilans lemah

d) diperbukitan dengan mata air/aliran air

sepanjang tahun dengan persawahan

non teknis yang ditanami padi sepanjang

tahun anoph aconitus

Page 103: DBD, mal

2. Desa Fokus

Desa reseptif, dengan 1 kriteria / >:

a) desa MCI/LCI dgn kasus indigenous bulanan tetap / selam 1 tahun

b) desa HCI dengan kasus indigenous bulanan cenderung c) Desa HCI yang migrasi penduduk sedikit

d) desa HCI yang perindukan potensial sedikit

Page 104: DBD, mal

3. Desa Fokus Tinggi

- Desa rawan dengan kriteria :

- Kasus indigenous cenderung meningkat

- Selama 3 bulan berturut-turut kasus

indigenus konstan tinggi kumulatif

> 14 %

Page 105: DBD, mal

Stratifikasi tingkat insidens malaria per

puskesmas

1. Daerah HCI (High Case Incidence)

API > 5/1.000 penddk

2. Derah MCI (Moderate Case Incidence)

API 1 - <5/1000 pddk

3. Daerah LCI (Low Case Incidence)

API < 1/1000 peddk

4. Daerah Bebas Malaria

daerah yang tidak reseptif & selama 3

tahun berturut-turut tidak ada kasus indigenous

Page 106: DBD, mal

Daftar Pustaka

Dep.DaGri.RI,2007. Malaria Indonesia Timur Tertinggi. Dep.DaGri.RI, Jakarta

Dep.Kes.RI,1999.Manajemen Malaria.Dep.Kes.RI, JakartaDep.Kes.RI,1999. Modul Pelatihan Penatalaksanaan Kasus Malaria untuk Dokter Puskesmas. Dit.Jen.PPM&PL,Dep.Kes.RI, Jakarta Dep.Kes.RI,2005.Pedoman Penatalaksanan kasus Malaria

di Indonesia.Dep.Kes. RI, JakartaDep.Kes.RI,2008.Perdhaki,2010.White NJ,2003. Malaria, in:Manson’s Tropical Diseases.

London

Page 107: DBD, mal

Contoh : a. penyusunan data

Tabel 1. Jumlah Px malaria klinis di Puskesmas Montasik

Kab. Aceh besar tahun 1988-1992

BulanBulan 19819888

19819899

19901990 19911991 19921992 Pola Max.Pola Max.

1988-1988-19921992

Pola Min.Pola Min.

1988-1988-19921992

MedianMedian

JanuariJanuari

PebruariPebruari

MaretMaret

AprilApril

MeiMei

JuniJuni

JuliJuli

AgustusAgustus

SeptembSeptemberer

OktoberOktober

NopembeNopemberr

DesembeDesemberr

2727

3636

3737

4040

2525

3131

2727

3535

3434

3535

4040

3939

1010

1717

3737

77

3232

4444

4444

3030

1818

3131

5151

3737

5252

5151

55

4848

4242

4646

4848

5252

3333

3131

4242

3535

3131

3636

2929

3434

7575

1212

5151

4242

5555

4747

2222

1717

4242

2828

3636

1111

1717

1616

1919

1010

1010

3232

3737

5151

5252

5151

3737

4848

7575

4646

5151

5252

5555

4747

5151

5151

1010

1717

55

77

1717

1212

1919

1010

1010

3131

2222

1717

3131

3636

3232

3434

3232

3131

4444

3535

3333

3232

4040

3737

Page 108: DBD, mal

0

10

20

30

40

50

60

70

80

JAN PEB MARET APRIL MEI JUN JULI AGUST SEPT OKT NOP DES

Median Max Min

Gambar 1. Pola musim penularan peny malaria di Puskesmas

Montasik Kab. Aceh Besar (1988-1992)

Page 109: DBD, mal
Page 110: DBD, mal

Emerging and Reemerging Diseases

Page 111: DBD, mal

Faktor eksternal : Kondisi paparan m.o, resistensi obat, status gizi, perubahan gaya hidup, migrasi penduduk, lingkungan yang tercemar polusi, radiasi dll.

Penyakit infeksi yang insidensnya

meningkat sejak 20 tahun yang lalu dan

menjadi ancaman yang makin meningkat

dalam waktu dekat di masa mendatang

Misalnya : SARS, AIDS, Flue burung/babi

Page 112: DBD, mal

Reemerging Infectious Diseases

Kejadian timbulnya kembali penyakit infeksi yang sebelumnya telah mengalami eradikasi/penurunan angka kejadian sakit

Misalnya:

-Malaria

-Tuberculosis

- Measles, dll.

Page 113: DBD, mal

Kejadian Reemerging Infectious Diseases

merupakan multifactorial interaction yaitu

hasil interaksi molekuler antara faktor

internal dan eksternal hospes

Faktor internal :

sistem genetik, sistem imun,

sistem endokrin, sistem syaraf,dll.

Page 114: DBD, mal

Faktor eksternal :

Kondisi paparan m.o, resistensi obat, status gizi, perubahan gaya hidup, migrasi penduduk, lingkungan yang tercemar polusi, radiasi dll.