DBD, mal
-
Upload
ekiferdianto -
Category
Documents
-
view
225 -
download
6
description
Transcript of DBD, mal
PENANGGULANGAN P. MENULAR BERSUMBER BINATANG
Dr. Susilowati Andajani, dr.,MS
Kebijaksanaan penanggulangan penyakit menular
Pertimbangan P2P program pemberantasan 1. Angka kesakitan dan kematian tinggi 2. Menyerang t.u gol. anak dan usia produktif 3. Menyerang penduduk pedesaan atau perkotaan
dengan penghasilan rendah4. Menyerang t.u daerah pembangunan 5. Ada metode yang efektif untuk memberantas penyakit
tersebut6. Ada ikatan perjanjian dengan badan2 Internasional7. Penyakit tersebut masuk dalam UU wabah atau
Karantina
Program P2P
I.Pengamatan Penyakit dan KLB/Wabah
1.Pengamatan Penyakit (Surveilans)
2.Pengamatan Kesehatan Haji
3.Pengamatan Kesehatan Transmigrasi
4.Pengamatan Penyakit Karantina
II.Imunisasi
III.P2 Menular langsung 1.P2 Kusta
2.P2 Diare
3.P2TB-Paru
4.P2 Menular Seksual & AIDS
5.P2 ISPA
6.P2 Framboesia
7.P2 Kecacingan
IV. P2 Bersumber Binatang
1. P2 Zoonosis
2. P2 Malaria
3. P2 Demam Berdarah Dengue
4. P2 Rabies
5. P2 Filariasis
DEMAM BERDARAH DENGUE
Susilowati Andajani
- Masalah kesehatan masyarakat global- Endemis di 102 negara (tropis & subtropis)- Indonesia : hiperendemis ke-1 di Asia Tenggara- Menimbulkan dampak sosial & ekonomi- 90-95% menyerang usia <15tahun- Jumlah penderita cenderung me, penyebaran
semakin luas * mobilitas penduduk
* Kepadatan penduduk - Dapat menimbulkan Kematian- Seringkali menimbulkan KLB/Wabah
Di Indonesia 2006 : - IR 51/100.000 pddk - CFR 1,8 % Juli 2008: 78,18 per 100.000 pddk Di Surabaya 2006 : - IR 149/100.000 pddk - CFR 0,5 %2008 :- IR 76/100.000 pddk - CFR 0,46 % - gol umur terbanyak 5 – 9 tahun
Faktor penyebab munculnya kembali KLB Dengue
1.Pertumbuhan jml penduduk tdk memiliki pola ttt
2.Urbanisasi tak berencana & tak terkontrol
3. Penyediaan air bersih tak memadai
4. Penyebaran & kepadatan nyamuk meningkat
5. Kurangnya Survailans vektor yg efektif
6. Penyebaran virus DEN meningkat
7. Perkembangan hiperendemisitas
8.Melemahnya infra struktur kes.mas
Faktor Host-Agent-Env. ->Infeksi dengue
Host Agent Environment
-imunitas - serotype -biologis
-umur - virulensi -fisik
-(sex) -sosial
-ras
-genetik
AGENT- Virus dengue * Genus flavivirus
* Famili flaviviridae * DEN-1,DEN-2,DEN-3,dan DEN-4
- Virus dominan DEN-3 diikuti DEN-2- 2004 dominan DEN-2 diikuti DEN-3- 2007–sek : dominan DEN-1 (TDC Unair)
Masa inkubasi : + 7 hari
HOST
• Semua Usia, t.u 5 – 9 tahun / 14 tahun• Ada kecenderungan keproporsi Px
DBD pada usia dewasa• (♀ > ♂)
• Faktor Risiko DBD Usia Strain virus dengue Genetik Infeksi dengue sekunder
ENVIRONMENT
L. Biologis L. Fisik
Vektor -Dataran rendah
- Ae. aegypti -Keberadaan konteiner
- Ae. albopictus -Musim
L.sosial
- pendidikan
- sosial-ekonomi
Vektor Utama “Aedes aegypti” (black- white mosquito)
- Domestik- Istirahat di ruangan gelap & Lembab- Anthropophylic- M’gigit pagi –petang hari (pukul 09.00-10.00 dan 16.00-17.00)- Multiple biters- Suka hinggap pada benda tergantung- Flight range : 40 – 100 m
- Morfologi : ukuran nyamuk< dari nyamuk lain warna dasar hitam dgn bintik-2 putih pada bag badan, kaki & Sayap
- Breeding places :Container yang bersifat tetap in door / out door
- Metamorfosis : sempurna telur - jentik - kepompong - nyamuk 1-2 hr 4-9 hr 2-3 hr
Mekanisme Penularan :1. Virus telah berada dalam darah manusia 1 – 2
hari sebelum demam2. Masa Viremia 4 – 7 hari3. 3 – 10 hari setelah vektor menghisap darah
penderita sumber penularan4. Vektor infected seumur hidup
Derajat penularan virus dengue dipengaruhi1. Kepadatan vektor2. Mobilitas penduduk
Manifestasi Klinis infeksi virus Dengue
1. Asymptomatis2. Mild undifferentiated fever3. Dengue fever4. Dengue haemorrhagic fever5. Dengue shock syndrome
Iceberg Phenomena
Dx klinis DBD (kriteria WHO, 1997) Panas mendadak, tinggi terus menerus, lama
2-7 hari tanpa sebab yang jelas Tanda2 perdarahan Pembesaran hati Syok : nadi kecil, cepat, demam,
penyempitan tekanan nadi ataupun Pe TD, kulit dan akral sianosis sekitar mulut, penderita gelisah.
Kriteria LaboratoriumTrombosit < 100.000 / mm3
Hematokrit meningkat > 20 %
Laboratorium penunjang
- Isolasi virus
- Deteksi genom, atau
- Pemeriksaan serologis
Kasus DBD* Semua penderita DBD* Semua penderita tersangka DBD
Penderita DBD Px dengan tanda2 yang memenuhi kriteria
WHO (1997) dan atau penderita tersangka DBD dengan hasil pemeriksaan serologis positif
Penderita tersangka DBD
Penderita panas tanpa sebab yang jelas disertai tanda2 perdarahan sekurang2 nya uji tourniquet positif dan atau jumlah trombosit < 100.000 / mm3
Derajat penyakit DBD (WHO,1997)
Derajat I :Demam, Gx umum tdk khas, RL (+)Derajat II:Derajat I, disertai perdarahan spontanDerajat III :kegagalan sirkulasi, nadi cepat &
lemah, hipotensi, sianosis sekitar mulut,kulit dingin lembab, gelisah
Derajat IV : Syok berat, nadi tdk teraba, dan tek. darah tdk terukur
PENATALAKSANAAN1)Kasus yang memungkinkan rawat jalan,2)Kasus rawat inap, a) DBD derajat I dan II, b) DBD derajat III dan IV, 3) DBD dengan penyulit.
Indikasi Rawat Jalan1. Panas hari 1, 2 tanpa komplikasi2. Penderita nafsu makan baik dan kooperatif
Indikasi Rawat Inap
1. Panas hari ke-3 atau lebih
2. Panas hari ke-1,2 dengan perdarahan spontan
3. Panas hari ke-1,2 disertai kejang
4. Panas hari ke-1,2 dengan suhu >39,5C
5. Panas hari ke-1,2disertai sesak nafas,diare berat dan px gizi buruk
Monitoring pasien- Nadi, tensi,respirasi, suhu ->tiap 15-30’
- kadar hematokrit tiap 4-6 jam
- form pemantauan: jenis cairan dg jml&tetesan
- jumlah dan frekuensi diuresis
KEBIJAKAN PROGRAM P2 DBD DI JATIMMengacu kebijakan program P2 DBD DEPKES
Kegiatan yang telah dilaksanakan :- Penyuluhan & PSN oleh masy. :
* Instruksi Gubernur No. 8/ 1989 * SK Gubernur No. 96/1989
- Pemeriksaan jentik berkala di : rumah, sekolah, TTU lain- Pemberantasan sebelum musim penularan di desa / kel. Endemis- Kewaspadaan dini :
* Penyelidikan Epidemiologi (PE)* Pemantauan wilayah setempat* Deteksi dini focus DBD
- Penemuan & pencegahan penderita- Pe penatalaksanaan penderita DBD & sistem rujukannya
TUJUAN P2.DBD
1. Mencegah & membatasi terjadinya KLB penyakit DBD
2. Me angka kesakitan penyakit DBD
3. Me angka kematian penyakit DBD
4. Me peranserta masyarakat dalam PSN
Target program P2 DBD
1. Angka kesakitan penyakit DBD < 10 per 100.000 penduduk
2. Angka kematian penyakit DBD < 1 %
3. Angka bebas jentik > 95 %
Strategi P2DBD
a. Melaksanakan pemberantasan sebelum musim penularan
b. Me pengamatan penderita DBD
c. Melaporkan setiap kasus DBD ke Pusk/Dinkes
d. Melaksanakan kunjungan rumah untuk penyuluhan, pemeriksaan jentik berkala & PSN
e. Me penyuluhan kepada masyarakat
f. Me penatalaksanaan penderita DBD
Pokok-2 Kegiatan P2. DBD1. Penemuan & pengobatan penderita2. Kewaspadaan dini terhadap KLB3. Pemberantasan vektor - pemberantasan intensif di Kec. endemis - penanggulangan focus4. Penyuluhan pada masyarakat5. Pelatihan tenaga termasuk kader6. Bimbingan tehnis, pemantauan dan evaluasi
Gambar 1. Bagan Penanggulangan seperlunya (penanggulangan kasus/tersangka DBD di lapangan)
Penderita / Tersangka DBD
Penyelidikan epidemiologi
-Pemeriksaan jentik
-Pencarian Px panas
Di rumah Px & 20 rumah sekitarnya
Ada Px DBD lain atau ada jentik dan Px panas > / 3 orang
- Penyuluhan- PSN- Fogging
- Penyuluhan
- PSN
ya
tidak
PEMBERANTASAN VEKTOR
1. Pemberantasan nyamuk Fogging efek residu (-) * Organophospate - malation - fenitrotion * Pyretroid sintetic - lamda sihalotrin - permetrin * Carbamat mesin Fog atau ULV 2 siklus interval, 1 minggu
2. Pemberantasan Jentik Ae. aegypti PSN a. Kimia (larvasida) abatisasi * Temephos 1%:10 gr/100 l air b. Biologi * ikan pemakan jentik c. Growth regulator * Bacillus thuringiensis d. Fisik * 3 M
Kep. MenkesNo. 581/Menkes/SK/VII/92
PSN
Semua upaya untuk memberantas jentik Aedes aegypti3 M * Menguras
* Menutup* Mengubur* Abatisasi* Memelihara ikan* Cara-cara lain
Pada P2.DBD survei jentik cara visual
Ukuran kepadatan jentikA. House index (HI) jumlah rumah dgn jentik
--------------------------------------- x 100 % jumlah rumah yang diperiksa
B. Container index (CI) jumlah container dgn jentik
--------------------------------------- x 100 % jumlah container yang diperiksa
C. Breteau index (BI) jumlah container dgn jentik dalam 100 rumah
Tabel 1. Jenis kegiatan pemberantasan Ae. aegypti berdasarkan strata kerawanan desa/kelurahan
Ket : (+) PJB disertai abatisasi selektif pada TPA yang ada jentik * PJB rumah dilaksanakan jika ada desa rawan I atau II di kecamatan
yang sama
Jumlah rumah tidak tidak ada jentik
ABJ =----------------------------------- x 100% jumlah rumah diperiksa
Strata Strata Kerawanan Kerawanan
Desa/KelDesa/Kel
Fogging Fogging
MassalMassal
PJBPJB
PSNPSN HEHERumahRumah TTUTTU
1. Endemis1. Endemis ++ (+)(+) (+)(+) ++ ++
2. Sporadis2. Sporadis -- (+)(+) (+)(+) ++ ++
3. Potensial3. Potensial -- -*-* (+)(+) ++ ++
4. Bebas4. Bebas -- -- (+)(+) ++ ++
• Fogging massal dilakukan sebelum musim penularan DBD
• PJB - tiap 3 bulan oleh kader (rumah), dan
TTU oleh petugas kesehatan - disertai penyuluhan tentang PSN - bila ada jentik di desa rawan I & II serta TTU abatisasi selektif
• Penyuluhan kepada keluarga/masyarakat
Pengamatan Penyakit DBD
• UU No. 4 tahun 1984
• Permenkes No. 560 tahun 1989
• SK Menkes No. 581 tahun 1992
Semua Penyakit yang dapat menimbulkan wabah (termasuk DBD) harus segera dilaporkan dalam waktu < 24 jam
OKI
Dokter RS
Dokter Puskesmas
Dokter Praktek
Petugas Kesehatan
Yang menemukan penderita /tersangka DBD wajib segera melaporkan kepada puskesmas sebagai laporan kewaspadaan
TUJUAN PENGAMATAN Penyakit Demam Berdarah Dengue
• Memantau situasi penyakit DBD deteksi dini pe kasus
• Menentukan wilayah rawan DBD• Menentukan musim penularan• Mengetahui perkembangan situasi (trend)
penyakit sehingga program P2 DBD dapat dijalankan secara efektif dan efisien
KRITERIA KLB DBD
1. Ada pe jumlah kasus di suatu desa/kel. (atau wilayah yg lebih luas) > 2 x dalam kurun waktu 1 mgg/1 bln dibandingkan dengan mgg/bln sebelumnya, atau pada bulan yang sama tahun yang lalu dan kasus tersebut tersebar di sebagian besar RK/RW di desa/kelurahan tersebut
2. Adanya > 1 Px di suatu wilayah kab/kota yg sebelumnya tidak pernah ada Px penyakit DBD
Tindakan bila terjadi KLB
• Puskesmas melakukan tindakan penanggulangan sesuai petunjuk
• Melaporkan ke Dinkes Kab./Kota dengan formulir W 1 untuk tindakan selanjutnya
• Memberitahukan kepada camat & lurah untuk penggerakan peran serta masyarakat
STRATIFIKASIDESA/KELURAHAN RAWAN DBD
• Rawan I (endemis) Dalam 3 tahun terakhir, setiap tahun terjangkit DBD
• Rawan II (sporadis) Dalam 3 tahun terakhir terjangkit DBD tetapi tidak setiap tahun
• Rawan III (potensial) Dalam 3 tahun terakhir tidak pernah terjangkit DBD, tetapi merupakan daerah
padat penduduk ; hubungan transportasi dengan daerah lain ramai ; persentase
rumah ditemukan jentik > 5 %
• Desa Bebas DBD* Tidak pernah terjangkit DBD* Ketinggian > 1000 m ; atau < 1000 m tapi % rumah ditemukan jentik < 5 %
Pertolongan pertama penderita DBD oleh Masyarakat
Demam :
- obat pe panas (gol.parasetamol) - kompres dengan air biasa
- banyak minum cairan RT, oralit
Pencegah Syok :
- banyak minum cairan RT, oralit
DAFTAR PUSTAKABenenson A,1995.Control of Communicable Diseases in Man. The American Public Health Association,New York.Dep.Kes RI, 2007. Demam Berdarah Dengue. Dit. Jen. P2P&L,
Dep.Kes RI, JakartaDep.Kes RI, 2003. Pencegahan dan penanggulangan penyakit demam
dengue dan demam berdarah dengue. Kerjasama WHO dan Dep.Kes RI Jakarta.
Dinas Kesehatan Propinsi Jawa Timur, 2007.Situasi Penyakit DBD di Jawa Timur & Kebijaksanaan P2.DBD. SurabayaDinas Kesehatan Kota Surabaya,2007. Situasi DBD di Surabaya.
Din.Kes.Kota SurabayaDep.Kes.RI,1999.Penemuan,Pertolongan dan Pelaporan Penderita Demam Berdarah. Dep.Kes.RI, JakartaHadi H, 2009. Tatalaksana Demam Berdarah Dengue Dewasa.
Simposium Mini “Dengue Hemorrhagic Fever”. PETRI, Surabaya.Malavige GN, Fernando S, Fernando DJ, Seneviratne SL, 2004.
Dengue Viral Infection. Postgrade Medd J 80:588-601.WHO,1999. Prevention Control of Dengue and Dengue Haemorrhagic Fever.WHO Regional Publication SEARO
PENANGGULANGAN P. MALARIADr.Susilowati Andajani, dr, MS
Penyakit Malaria
Masih merupakan masalah kesehatan masyarakat global 300-500 juta penddk terinfeksi malaria -> 1,5-2,7 juta ϯ/thn Indonesia - 424 Kab. dari 576 Kab. endemis malaria - 45 % penduduk berisiko tertular malaria - 2009 : 1,14 juta kasus klinis malaria 199 ribu kasus positif malaria -10 penyakit utama (Indonesia Timur & daerah transmigrasi) - Jawa – Bali di daerah fokus ttt sering timbul kasus import - Sporadis -> KLB
-Menurunkan produktivitas tenaga kerja
- Imunopatogenesis malaria blm sepenuhnya diketahui
- Muncul strain parasit malaria resisten obat antimalaria
- Kecenderungan Anopheles resisten thd insektisida
Besarnya masalah ditentukan :
1.Tingginya kasus (API, AMI)
2.Adanya kematian karena malaria
3.Peluang vektor
4.Jenis dan luasnya tempat perindukan
5.Mobilitas penduduk
6.Keresahan masyarakat dan dukungan politik (prioritas)
Kematian akibat malaria
1. F. Internal
- status imun penderita
- derajat parasitemia
2. F. Eksternal
- Lingkungan
- Perilaku manusia
- Virulensi Plasmodium
Peningkatan insidens dan tjd KLB
malaria
1. Perubahan lingkungan
- tempat perindukan potensial semakin luas
2. Pembangunan tdk berwawasan kes.
3. Mobilitas penduduk tinggi
4. Pemantauan& analisis data malaria
kurang optimal di berbagai jenjang
Epidemiologi MalariaAgent : Plasmodium
1) P. falciparum
2) P. vivax
3) P. ovale
4) P. malariae
Masa Inkubasi Penyakit Malaria
- P. falciparum 9 - 14 (12 hari)
- P. vivax 12 – 17 (15 hari)
- P. ovale 16 – 18 (17 hari)
- P. malariae 18 – 40 (28 hari)
HOST
1) Host intermediate : manusia Siklus hidup plasmodium : aseksual
2) Host definitive : nyamuk Anopheles betina Siklus hidup plasmodium : seksual
Gejala klinis malaria 1.Stadium panas (Hot stage):2-12 jam - suhu / sampai >/41 o C - Muka merah, kulit kering & terasa panas spt terbakar, sakit kepala, mual muntah sangat haus - Sebelum demam Px lemah, sakit kepala, tdk ada nafsu makan, mual /muntah.
2. Stadium berkeringat (sweating stage): Px berkeringat >> tempat tidur basah, suhu tubuh turun cepat sp < N
3.Stadium dingin (Cold stage):15 ‘-1 jam
- Px menggigil,gigi gemeretek,
- bibir pucat/asidosis,
- jari pucat/sianosis,
- kulit kering,
- nadi cepat –lemah,
- pada anak sering kejang
DEMAM o.k pecahnya sizon darah yang telah matang
& masuknya merozoit darah ke aliran darah* P.falciparum, sizon pecah tiap 24-48 jam
demam setiap hari ke-3 * P. vivax & ovale , sizon pecah setiap 48 jam
sekali demam setiap hari ke-3* P. malariae setiap 72 jam demam hari ke-4
Data untuk pemberantasan vektor
Perilaku nyamuk
a. Tempat istirahat : Eksofilik
Endofilik
b. Tempat menggigit : Eksofagik
Endofagik
c. Obyek yang digigit :Antrofofilik
Zoofilik
d.Tempat berkembang biak
Vektor Utama di Indonesia
An. Aconitus An. Punctulatus
An. Sundaicus An. Farauti
An. Balabancencis An. Barbirostris
An. maculatus
Cara penularan
1. Alamiah : gigitan nyamuk Anopheles
betina
2. Non alamiah
a. Parenteral : - transfusi darah
- jarum suntik tidak steril
b. Transplacentalmalaria congenital
Environment
perkembangbiakan nyamuk
1) lingkungan Fisik
a. Suhu udara m.i ekstrinsik
suhu makin tgm.i.e mkn pendek
b. Kelembaban udara
k. rendah m’pendek umur nyamuk
k 63% di Punjab Indiapenularan rendah
m’pengaruh kec. berkemb.biak,kebiasaan
m’gigit, istirahat
c. Hujan p’kembangan larva – dewasa- tergantung dari jenis hujan,jumlah hari hujan,
derasnya hujan, jenis vektor, jenis breeding placesd. Angin jml kontak manusia – nyamuke. Sinar matahari p’tumbuhan larva nyamukf. Arus air An. Barbirostris br.places air statis/ngalir sedikit An. Minimus aliran air deras An. Letifer air tergenang
2) Lingkungan kimiawi kadar garam 12-18 ‰ jentik An. sundaicus, tumbuh optimal 40 ‰ An sundaicus tak dapat b’kemb.biak3) Lingk. Biologis (flora, fauna) * Tumbuhan bakau, lumut, ganggang dll kehidupan larva nyamuk * Ikan panchax spp, gambusia, nila, mujair * Cattle barrier
4) Lingkungan sosial budaya
- Kebiasan untuk di luar rumah sp larut malam
me jumlah gigitan
- Penggunaan kelambu, kawat kasa, repellent
angka kesakitan
- Persepsi masyarakat thd peny. malaria
- Pembangunan bendungan, penambangan timah,
pembukaan pemukiman baru perub. lingkungan
man made breeding places
Pemutusan mata rantai penularan1) Pengobatan penderita malaria 2) Menghilangkan/membunuh vektor3) Menghilangkan breeding places vektor
Tujuan P2. Malaria
Me insidensi malaria di Jawa & Bali < 0,1 ‰Me API Malaria di Barelang- Binkar < 5 ‰CFR = 0
Target eliminasi Malaria
Jakarta,Bali : 2010
Jawa, Aceh, Kepri : 2015
Sumatra, NTB, Kalimantan danSulawesi:2020
POKOK-POKOK KEGIATAN
I. Penemuan Penderita (case detection) Adalah kegiatan rutin pencarian Px malaria
berdasarkan gejala klinis, yaitu demam, menggigil, berkeringat, sakit kepala, mual atau muntah dan gejala khas daerah setempat (diare pada balita dan sakit otot pada orang dewasa) melalui pengambilan specimen darah orang dgn gejala klinis tsb.
Tujuan1) Menemukan & mengobati Px sedini mungkin 2) Mencegah terjadinya penularan malaria 3) Memantau fluktuasi malaria MOPI (Monthly
Parasite Incidence), kasus bayi, kasus indigenous,MOMI ( Monthly malaria Incidence) dan % P. falciparum pada daerah & waktu ttt
4) Alat bantu untuk menentukan musim penularan5) Peringatan dini kmkn KLB6) Mengetahui tingkat prevalensi penyakit malaria
di suatu wilayah 7) Menilai hasil kegiatan pemberantasan malaria
Jenis-jenis kegiatan
1) Active case detection (ACD)
2) Passive case detection (PCD)
3) Mass Fever Survey (MFS)
4)Malariometric Survey (MS)
5) Malariometric Survey Evaluasi
6) Surveilans Migrasi
7) Survai kontak (contact Survey)
II. Pengobatan MalariaA. Pengobatan Pencegahan
(Kemoprofilaksis) 1) Pengobatan perorangan - obat : klorokuin a. Pendatang sementara - obat diminum 1Mg sekali - 1 minggu seblm tiba, selama di daerah
& 4 Mg set tinggalkan daerah
b. Penduduk setempat dan pendatang yg akan menetap - Klorokuin : seminggu sekali sampai lebih dari 6 tahun - Transmisi hebat sekali, obat diminum seminggu 2 kali
selama 3-6 bulan
Dosis Tx pencegahan : klorokuin 5mg/kg BB atau 2 tablet (dewasa), setelah makan
2) Pencegahan kelompok a) Kelp. Pendatang sementara - ABRI,pekerja musiman, pramuka dll - Cakupan Tx min 80% jml kelp atau 90 % pddk.non-imun b) Transmigran - sblm berangkat 5 mg/kgBB atau 2 tablet,
- di daer.endemis: 1x/minggu (12 minggu) dihitung sejak rumah mulai disemprot
3) Tx pencegahan pada ibu hamil
- Bumil di daerah hiperendemis
- hamil bulan ke-3 s/d masa nifas
- Obat klorokuin 5mg/kgBB basa
atau 2 tabl dosis tunggal
- seminggu sekali hari yg sama
B. Pengobatan penderita malaria
a. Tujuan :
- menyembuhkan penderita
- menghilangkan carrier
- mencegah kematian
- mengurangi kesakitan
- mengurangi penularan,
- mengurangi kerugian akibat sakit
b. Jenis pengobatan penderita malaria :
1) Tx malaria klinis
- tersangka malaria
- diagnosis : Gejala klinis
2) Tx radikal
- penderita positif malaria (SD pos.)
3) Tx massal (Mass Drug Administration) - Tx malaria klinis :> 80 % penduduk
pada KLB malaria
4) Mass fever treatment (MFT)
Sasaran : semua penderita demam
* mencegah KLB
* melanjutkan penanggulangan
KLB, diulang setiap 2 minggu
setelah pengobatan MDA
sampai penyemprotan selesai
5) Pengobatan malaria berat
Obat anti Malaria yang Ideala. Membunuh semua jenis dan stadia parasit
b. Menyembuhkan infeksi akut, kronis dan relaps
c. Toksisitas dan efek samping sedikit
d. Mudah cara pemberiannya
e. Harga murah dan terjangkau oleh semua
lapisan masyarakat
MALARIA BERAT / DENGAN KOMPLIKASI
Yaitu ditemukan P. falciparum dalam bentuk aseksual pada pemeriksaan SD disertai salah satu Gx 1) Malaria serebra 2) Anemia berat dengan Hb < 5 % dan HCT < 50 % pada
kepadatan parasit > 10.000 /u3) Produksi urine < 400 cc/ 24 jam pada dewasa atau 12 ml / kg BB
per 24 jam pada anak setelah dehidrasi dan kreatinin > 3 mg %4) Oedem paru 5) Hipoglikemia (gula darah < 40 mg % 6) Syok 7) Berdarah spontan pada gusi, hidung, dit disertai atau kelainan
laboratorium gangguan koagulasi intravaskuler8) Kejang-kejang berulang > 2 x /24 jam disamping pendinginan9) Asidosis pH darah < 7,25 atau plasma bikarbonat < 15 mmol/liter10) Post mortem pada biopsi otak sizon/tripozoit
Beberapa gejala yang masuk malaria berat menurut
presentasi daerah (WHO, 1990)
a. pe kesadaran lebih ringan dari koma
b. Kelamahan yang sangat, seperti tidak bisa
duduk atau berjalan tanpa kelainan neurologis
c. Hiperparasitemia (> 5 %)
d. Hiperbilirubinemia (bilirubin > 3 %)
e. Hipertermia dengan t > 40oC
Jenis obat anti malariaa. Obat standar : Klorokuin dan Primakuinb. Obat alternatif : Kina dan SP(Sulfadoksin + Pirimetamin)c. Obat Penunjang : Vit B compl, vit C dan SF
(Sulfas Ferrosus)d. Obat malaria berat :
- Kina HCL 25% injeksi (1 ampul 2cc)O.standar- Klorokuin injeksi(1 ampul 2cc) obat alternatif
1. Pengobatan Malaria Klinis
Diberikan pada penderita malaria klinis tanpa pemeriksaan Laboratorium
Tabel 6. Dosis dan lama pemberian obat klorokuin menurut umur
HariHariJenis obatJenis obat Jumlah tablet menurut kelompok umurJumlah tablet menurut kelompok umur
Dosis Dosis tunggaltunggal
0 – 11 0 – 11 blnbln
1 – 4 th1 – 4 th 5 – 9 th5 – 9 th 10 14 th10 14 th > 15 th> 15 th
11 KlorokuinKlorokuin ½½ 11 22 33 3-4*3-4*
PrimakuinPrimakuin -- ¾¾ 1½1½ 22 2-3*2-3*
22 KlorokuinKlorokuin ½½ 11 22 33 3-4*3-4*
33 KlorokuinKlorokuin ¼¼ ½½ 11 1½1½ 22
Follow – up
Dalam 2 – 3 hari Px masih demam, klorokuin diganti kina selama 7 hari dan prima kuin 1 hari
Tabel 7. Pengobatan malaria karena P.falciparum
2. Pengobatan Malaria karena P. falciparum
HariHariJenis Jenis obatobat
Jumlah tablet menurut kelompok umurJumlah tablet menurut kelompok umur
Dosis Dosis tunggaltunggal
0 – 11 0 – 11 blnbln
1 – 4 th1 – 4 th 5 – 9 th5 – 9 th 10 14 th10 14 th > 15 th> 15 th
11 KlorokuinKlorokuin ½½ 11 22 33 3-4*3-4*
PrimakuiPrimakuinn
-- ¾¾ 1½1½ 22 2-3*2-3*
22 KlorokuinKlorokuin ½½ 11 22 33 3-4*3-4*
33 KlorokuinKlorokuin ¼¼ ½½ 11 1½1½ 22Follow up Follow up
Hari ke 3 Px diperiksa kembali dan dibuat SDHari ke 3 Px diperiksa kembali dan dibuat SD
- - parasit sama atau meningkat, atau disertai Gx malaria berat, Px parasit sama atau meningkat, atau disertai Gx malaria berat, Px harus MRS harus MRS Tx malaria berat Tx malaria berat
- - Parasit me Parasit me dan masih timbul gejala klinis, Tx dilanjutkan + Tx dan masih timbul gejala klinis, Tx dilanjutkan + Tx simptomatis dan kontrol hari ke-7simptomatis dan kontrol hari ke-7
- Parasit negatif dan gejala positif - Parasit negatif dan gejala positif Tx simptomatis Tx simptomatis
HariHariJenis obatJenis obat Jumlah tablet menurut kelompok umurJumlah tablet menurut kelompok umur
Dosis Dosis tunggaltunggal
0 – 11 0 – 11 blnbln
1 – 4 th1 – 4 th 5 – 9 th5 – 9 th 10 14 10 14 thth
> 15 th> 15 th
11 SPSP **)-**)- ¾¾ 1½1½ 22 33
PrimakuiPrimakuinn
-- ¾¾ 1½1½ 22 2-3*2-3*
Tabel 8. Pengobatan malaria karena P
falciparum dgn SP dosis tunggal + primakuin 1 hari
**)Bayi : SP diganti Kina dg dosis 10 mg/bulan umur bayi
Follow up
Jika tidak sembuh dalam 2 -3 hari setelah pengobatan, SP diganti kina sampai 7 hari
Tabel 9. Pengobatan malaria karena P.falciparum dengan Tabel 9. Pengobatan malaria karena P.falciparum dengan kina dan primakuinkina dan primakuin
HariHariJenis obatJenis obat Jumlah tablet menurut kelompok umurJumlah tablet menurut kelompok umur
Dosis Dosis tunggaltunggal
0 – 11 0 – 11 blnbln
1 – 4 th1 – 4 th 5 – 9 th5 – 9 th 10 - 14 10 - 14 thth
> 15 th> 15 th
11 KinaKina *)*) 3 x 3 x 0,50,5 3 x 3 x 11 3 x 1,53 x 1,5 3 x 23 x 2
PrimakuinPrimakuin -- ¾¾ 1½1½ 22 2 - 32 - 3
2-72-7 KinaKina *)*) 3 x 0,53 x 0,5 3 x 13 x 1 3 x 1,53 x 1,5 3 x 23 x 2
Keterangan :
*) Kina diberikan pada bayi dg dosis = 10 mg / umur (bln) per hari selama 7 hari.
a. Penderita malaria karena vivax/ovale
Tabel 10. pengobatan malaria karena P.vivax/ovale dengan klorokuin 3 hari dan primakuin 5 hari
HariHariJenis obatJenis obat Jumlah tablet menurut kelompok umurJumlah tablet menurut kelompok umur
Dosis Dosis tunggaltunggal
0 – 11 0 – 11 blnbln
1 – 4 th1 – 4 th 5 – 9 th5 – 9 th 10 14 th10 14 th > 15 th> 15 th
11 KlorokuinKlorokuin ½½ 11 22 33 3-43-4
PrimakuinPrimakuin -- ¼¼ ½½ ¾¾ 11
22 KlorokuinKlorokuin ½½ 11 22 33 3-43-4
PrimakuinPrimakuin -- ¼¼ ½½ ¾¾ 11
33 KlorokuinKlorokuin ¼¼ ½½ 11 1½1½ 22
PrimakuinPrimakuin -- ¼¼ ½½ ¾¾ 11
44 PrimakuinPrimakuin -- ¼¼ ½½ ¾¾ 11
55 PrimakuinPrimakuin -- ¼¼ ½½ ¾¾ 11
Follow up
Bila 2 – 3 hari setelah pengobatan penderita masih panas/sakit maka Tx dilanjutkan dgn klorokuin 3 hari + primakuin 14 hari
HariHariJenis obatJenis obat Jumlah tablet menurut kelompok umurJumlah tablet menurut kelompok umur
Dosis Dosis tunggaltunggal
0 – 11 0 – 11 blnbln
1 – 4 th1 – 4 th 5 – 9 th5 – 9 th 10 14 10 14 thth
> 15 th> 15 th
11 KlorokuinKlorokuin ½½ 11 22 33 3-43-4
PrimakuinPrimakuin -- ¼¼ ½½ ¾¾ 11
22 KlorokuinKlorokuin ½½ 11 22 33 3-43-4
PrimakuinPrimakuin -- ¼¼ ½½ ¾¾ 11
33 KlorokuinKlorokuin ¼¼ ½½ 11 1½1½ 22
PrimakuinPrimakuin -- ¼¼ ½½ ¾¾ 11
4 - 144 - 14 PrimakuinPrimakuin -- ¼¼ ½½ ¾¾ 11
Tabel 11.Pengobatan malaria karena Tabel 11.Pengobatan malaria karena P.vivax/ovale dengan klorokuin 3 hari dan P.vivax/ovale dengan klorokuin 3 hari dan primakuin 14 hariprimakuin 14 hari
Prognosis malaria berat,
1. Tergantung kecepatan Dx, ketepatan & kecepatan TX2. MR dgn kegagalan 3 fungsi organ 50%3. MR dgn kegagalan 4 organ atau lebih > 75%4. Kepadatan parasit > 100.000, MR >1%, kepadatan < 100.000MR <1%, kepadatan >500.000 MR > 50%
Adanya korelasi kepadatan parasit dgn klinis malaria berat,* Kepadatan parasit <100.000/mm3, MR <1%* Kepadatan parasit >100.000/mm3 MR >1%* Kepadatan parasit > 500.000/mm3, MR 50%
III. Pemberantasan Vektora. Pengendalian larva
- Biologi ikan pemakan jentik, ikan pemakan lumut
- Chemical larvaciding, oilingb. Pengendalian nyamuk
- Biologi : cattle barier- Chemical
- IRS (Indoor Residual Spraying) - IBN (Impregnated Bed Net) - Penggunaan repellent
- Obat nyamuk bakar dll.
c. Pengelolaan lingkungan
adalah kegiatan- 2 yang mencakup perencanaan, pelaksanaan dan pengamatan kegiatan modifikasi & manipulasi faktor lingkungan & interaksinya dengan manusiauntuk mencegah atau membatasi perkembangan vektor dan me(-) kontak antar manusia & vektor
Manipulasi Lingkungan Jenis kegiatan * Pembersihan lumut & ganggang di kolam/lagun * Pembuatan saluran penghubung genangan air payau ke laut (awal surut laut bulanan) * Pembersihan semak2 di tebing sungai (An muculatus) * Perbaikan konstruksi ekonomi sawah * Pola tanam padi serempak * Irigasi berkala * Penanaman hutan bakau dll
PelaksanaPetugas puskesmas/kabupaten bersama lintas sektor terkait m’gerakkan masy setempat
Modifikasi Lingkungan
sifat permanen
Jenis kegiatan
- penimbunan genangan air dgn tanah,
koral, pasir
- pengeringan
- perataan permukan tanah
- pembuatan dam, pintu air & tanggul
IV. Peranan PKM dan PSM
a. Menyusun paket penyuluhan slogan
b. Social marketing P2 Malaria (advokasy)
c. Penggerakan PSM
V. Pengamatan vektor
a. Pengamatan tempat perindukan mapping + densitas larva
b. Pengamatan densitas nyamuk (longitudinal
c. Spot survey nyamuk
VI. KLS/KLP Pengendalian lingkungan Surveilans migration Tenaga kerja baru Pencarian Px & Tx melalui kader terlatih
VII. Pemberdayaan masyarakat- Pembiayaan
APBN,APBD 1,APBD2,PSM,H/BLN, Inpres
- RR
KLB Malaria
1. Jawa-Bali
a. apabila jumlah Px indigenous (Px bali) me 2 kali
dibandingkan bulan yang sama tahun
sebelumnya atau bulan sebelumnya pada tahun
yang sama
b. Jumlah Px indigenous melebihi kasus indigenous
maksimum (pola maks. – min.) dengan indikator
proporsi P. falciparum > dari 50 %, ditentukan
kematian dgn Gx malaria & adanya keresahan
masy. krn malaria
2. Luar Jawa – Balia. Apabila jumlah Px klinis malaria me 2 kali
dibandingkan bulan yang sama tahun
sebelumnya atau bulan sebelumnya pada tahun
yang sama.
b. Jumlah kasus klinis melebihi jumlah kasus klinis
maks., dengan indikator adanya kematian dgn
Gx malaria, dan adanya keresahan masy. krn
malaria
Periode KLB
1. Periode pra KLB
- Sebelum KLB terjadi SKD-KLB malaria melalui surveilans dilakukan terus menerus untuk memantau ke kasus malaria. Pemantauan dilakukan terhadap
penderita, perubahan lingkungan fisik, timbulnya genangan air, penebangan hutan, sosial ekonomi, masuknya penduduk yang rentan dan pelayanan keselamatan yang tidak berfungsi
- Tujuan pemantauan:
mengetahui lebih dini kmkn terjadi wabah malaria
tindakan yang cepat dan tepat KLB dapat dicegah
Interpretasi dan tindak lanjut SKD-KLB Jawa-Bali
Lihat form SKD Lihat form SKD Jawa baliJawa bali
Ada kecenderungan Ada kecenderungan Kenaikan PxKenaikan Px
Tidak ada Tidak ada kecend kenaikan Pxkecend kenaikan Px
Pemantauan bulananPemantauan bulananSatu kasus indigenousSatu kasus indigenousBayi MOPI 2 bulan ber-turut2 3%Bayi MOPI 2 bulan ber-turut2 3% MOPI 3 bln berturut2 14MOPI 3 bln berturut2 14‰‰
Penyemprotan rumahPenyemprotan rumahMFS untuk penurunan MFS untuk penurunan transmisitransmisi
kasus indigenous tetap tg. meskipun kasus indigenous tetap tg. meskipun kualitas penyemprotan baikkualitas penyemprotan baik
Larvaciding biological Larvaciding biological Atau pengendalian vektor Atau pengendalian vektor
lainlain
Pengusutan test Pengusutan test resistensi vektorresistensi vektor
2. Periode KLB/Wabah a. Konfirmasi KLB malaria
Kegiatan:
* pengambilan & pemeriksaan SD thd semua
kelompok umur
* Tx malaria klinis dengan klorokuin 3 hari &
primakuin 1 hari
* PE berdasarkan aspek tempat, waktu dan orang
disertai pengumpulan dan pencatatan Px
malaria klinis & kematian dg Gx klinis
* SE meliputi jenis & kepadatan vektor oleh tenaga
entomologi puskesmas
b. Analisis
Bila hasil PE didapat data Px malaria sbb :
* proporsi ke > 2 kali kasus maks.
- Px malaria klinis
- Px malaria (+)
* Px P. falciparum dominan
* Kematian dg Gx malaria
* Keresahan masy. karena malaria
“Di daerah itu telah terjadi KLB malaria”
c. Membuat rencana penanggulangan KLB
1) Pengobatan
* MDA : klorokuin 3 hari + primakuin dosis
tunggal (cakupan Tx massal > 80 %)
* Tx Px Klinis malaria, dilakukan 2 minggu set.
MDA dan diteruskan setiap 2 minggu sekali
sp. penyemprotan rumah selesai
2) Pemberantasan vektor, penyemprotan rumah
dengan cakupan > 90 %
3) Pemolesan kelambu (Deltamethrin 2,5 EC,
Permethrin 100 EC, Lamdasihalotrin (Icon 5 EC))
4) Larvaciding
5) PE
6) pengamatan entomologi
d. Penanggulangan KLB1) Puskesmas
(tersedia obat, bahan dan peralatan)
* MDA dengan Tx malaria klinis
(klorokuin 3 hari + primakuin 1 hari > 80 %
penduduk), bila obat tidak cukup Tx malaria klinis terhadap semua Px demam malaria
* PE (orang, tempat, waktu)
* Menentukan batas wilayah penanggulangan
* Menentukan & menyiapkan sarana yang dibutuhkan
* membuat jadwal kegiatan
* membuat laporan kejadian & tindakan penanggulangan
yang telah dilaksanakan ke Dinkes Kab./Kota
(form W1 Pu)
3. Pasca KLB
a. untuk mencegah KLB yad, dilakukan
berbagai upaya dan me SKD – KLB
dengan SE lebih intensif
b. penyemprotan lanjutan dilakukan
pada siklus berikutnya sp API < 1/1000
pddk (Jawa-Bali dan Barelang – Binkar)
atau PR < 2 % (luar Jawa-Bali)
c. MSE : pada penularan berikutnya
d. Dinkes Kab/Kota kirim laporan hasil kegiatan
set tindakan penanggulangan selesai
Pelaporan KLB* W1 ( lap KLB/Wabah dlm 24 jam)* W1 Pu (lap KLB dari Pusk ke Dinkes Kab.)* W1 Ka ( Dinkes Kab ke Dinkes Propinsi)* W1 Pr (Dinkes Prop ke Ditjen PPM&PLP dgn kode)* W2: - lap mingguan KLB/wabah - lap W2 dikirim dari Pustu ke Puskesmas
diteruskan ke Dinkes Kab
* W1/RS : Laporan KLB dari RS ke Dinkes Kab atau Dinkes Propinsi
Jalur pelaporan KLB(lihat lampiran)
Daerah Malaria :1. Desa rawan
Desa reseptif,dengan 1 kriteria / > :
a) historis pernah HCI
b) mobilitas penduduk tinggi
c) terpencil & surveilans lemah
d) diperbukitan dengan mata air/aliran air
sepanjang tahun dengan persawahan
non teknis yang ditanami padi sepanjang
tahun anoph aconitus
2. Desa Fokus
Desa reseptif, dengan 1 kriteria / >:
a) desa MCI/LCI dgn kasus indigenous bulanan tetap / selam 1 tahun
b) desa HCI dengan kasus indigenous bulanan cenderung c) Desa HCI yang migrasi penduduk sedikit
d) desa HCI yang perindukan potensial sedikit
3. Desa Fokus Tinggi
- Desa rawan dengan kriteria :
- Kasus indigenous cenderung meningkat
- Selama 3 bulan berturut-turut kasus
indigenus konstan tinggi kumulatif
> 14 %
Stratifikasi tingkat insidens malaria per
puskesmas
1. Daerah HCI (High Case Incidence)
API > 5/1.000 penddk
2. Derah MCI (Moderate Case Incidence)
API 1 - <5/1000 pddk
3. Daerah LCI (Low Case Incidence)
API < 1/1000 peddk
4. Daerah Bebas Malaria
daerah yang tidak reseptif & selama 3
tahun berturut-turut tidak ada kasus indigenous
Daftar Pustaka
Dep.DaGri.RI,2007. Malaria Indonesia Timur Tertinggi. Dep.DaGri.RI, Jakarta
Dep.Kes.RI,1999.Manajemen Malaria.Dep.Kes.RI, JakartaDep.Kes.RI,1999. Modul Pelatihan Penatalaksanaan Kasus Malaria untuk Dokter Puskesmas. Dit.Jen.PPM&PL,Dep.Kes.RI, Jakarta Dep.Kes.RI,2005.Pedoman Penatalaksanan kasus Malaria
di Indonesia.Dep.Kes. RI, JakartaDep.Kes.RI,2008.Perdhaki,2010.White NJ,2003. Malaria, in:Manson’s Tropical Diseases.
London
Contoh : a. penyusunan data
Tabel 1. Jumlah Px malaria klinis di Puskesmas Montasik
Kab. Aceh besar tahun 1988-1992
BulanBulan 19819888
19819899
19901990 19911991 19921992 Pola Max.Pola Max.
1988-1988-19921992
Pola Min.Pola Min.
1988-1988-19921992
MedianMedian
JanuariJanuari
PebruariPebruari
MaretMaret
AprilApril
MeiMei
JuniJuni
JuliJuli
AgustusAgustus
SeptembSeptemberer
OktoberOktober
NopembeNopemberr
DesembeDesemberr
2727
3636
3737
4040
2525
3131
2727
3535
3434
3535
4040
3939
1010
1717
3737
77
3232
4444
4444
3030
1818
3131
5151
3737
5252
5151
55
4848
4242
4646
4848
5252
3333
3131
4242
3535
3131
3636
2929
3434
7575
1212
5151
4242
5555
4747
2222
1717
4242
2828
3636
1111
1717
1616
1919
1010
1010
3232
3737
5151
5252
5151
3737
4848
7575
4646
5151
5252
5555
4747
5151
5151
1010
1717
55
77
1717
1212
1919
1010
1010
3131
2222
1717
3131
3636
3232
3434
3232
3131
4444
3535
3333
3232
4040
3737
0
10
20
30
40
50
60
70
80
JAN PEB MARET APRIL MEI JUN JULI AGUST SEPT OKT NOP DES
Median Max Min
Gambar 1. Pola musim penularan peny malaria di Puskesmas
Montasik Kab. Aceh Besar (1988-1992)
Emerging and Reemerging Diseases
Faktor eksternal : Kondisi paparan m.o, resistensi obat, status gizi, perubahan gaya hidup, migrasi penduduk, lingkungan yang tercemar polusi, radiasi dll.
Penyakit infeksi yang insidensnya
meningkat sejak 20 tahun yang lalu dan
menjadi ancaman yang makin meningkat
dalam waktu dekat di masa mendatang
Misalnya : SARS, AIDS, Flue burung/babi
Reemerging Infectious Diseases
Kejadian timbulnya kembali penyakit infeksi yang sebelumnya telah mengalami eradikasi/penurunan angka kejadian sakit
Misalnya:
-Malaria
-Tuberculosis
- Measles, dll.
Kejadian Reemerging Infectious Diseases
merupakan multifactorial interaction yaitu
hasil interaksi molekuler antara faktor
internal dan eksternal hospes
Faktor internal :
sistem genetik, sistem imun,
sistem endokrin, sistem syaraf,dll.
Faktor eksternal :
Kondisi paparan m.o, resistensi obat, status gizi, perubahan gaya hidup, migrasi penduduk, lingkungan yang tercemar polusi, radiasi dll.