DAYLIGHT DESIGN APPLICATION FOR HOME OFFICE INTERIOR … · desain pencahayaan alami pada interior...
Transcript of DAYLIGHT DESIGN APPLICATION FOR HOME OFFICE INTERIOR … · desain pencahayaan alami pada interior...
DESAIN PENCAHAYAAN ALAMI PADA INTERIOR RUMAH KANTOR STUDI KASUS KANTOR ORKHA MALANG
DAYLIGHT DESIGN APPLICATION FOR HOME OFFICE INTERIOR CASE STUDY : ORKHA OFFICE AT MALANG
Bayu Prasetyo S.Sn M.Ds, Gita Listia S.Ds M.A, Nanda Prawira Program Studi Desain Interior Sekolah Tinggi Desain LaSalle
ABSTRACT
The application of daylight or natural lighting in interior spaces in which humans occupied with various activities is becoming an awareness for designers and architects today. The concept of sustainable and green design with the use of nature and the surrounding environment becomes the choice due to energy saving and development factors by minimizing the impact on the environment. In addition, health and productivity factors are also the main considerations.
Activities carried out by humans in the room, especially in the workspace, become an interesting case study for the application of daylight or natural lighting. A case study of a graphic consultants name Orkha office become option with the use of residential buildings as offices and locations in residential areas. In terms of day-to-day operations, energy savings and increased health productivity are the main reasons.
Redesign for architectural elements in the structural walls and roof become an option as an optimization of natural lighting applied in the Orkha office home. This change in architectural elements is without changing the main structure of the house is expected to have a significant impact on interior design for maximum application.
Keywords : Daylight, Sustainable, Green design, Productivity, Architecture element
ABSTRAK
Penerapan daylight atau pencahayaan alami pada ruang interior yang menaungi manusia didalamnya dengan berbagai aktifitas menjadi kesadaran bagi para desainer dan arsitek saat ini. Konsep sustainable dan green design dengan pemanfaatan alam dan lingkungan sekitar menjadi pilihan dikarenakan faktor hemat energi dan pembangunan dengan meminimalisir dampak terhadap lingkungan. Selain itu faktor kesehatan dan produktivittas juga menjadi hal yang menjadi pertimbangan utama.
Kegiatan yang dilakukan manusia didalam ruang terutama pada ruang kerja menjadi sebuah studi kasus yang menarik bagi penerapan daylight atau pencahayaan alami. Studi kasus kantor sebuah konsultan grafis Orkha menjadi pilihan dengan penggunaan bangunan rumah sebagai kantor dan lokasi yang berada di kawasan perumahan. Dari sisi operasional sehari-hari penghematan secara energi dan peningkatan produktivitas secara kesehatan menjadi alasan utama.
Perubahan elemen arsitektur pada struktur tembok dan atap menjadi pilihan sebagai optimalisasi dari penerapan pencahayaan alami di rumah kantor Orkha. Perubahan elemen arsitektur ini tanpa merubah struktur utama dari rumah diharapkan memiliki dampak signifikan terhadap runag interior untuk penerapan yang maksimal.
Kata Kunci : Pencayahaan Alami, Sustainable, Green Design, Produktifitas, Elemen Arsitektur
I. RUMAH KANTOR SEBAGAI TEMPAT BEKERJA
Pada era sekarang ditilik secara psikologi dan lingkungan sosial, beberapa perusahaan memilih
bekerja di kawasan perumahan dengan bangunan rumah sebagai tempat bernaung. Hal ini dilihat
dari beberapa perusahaan dengan skala kecil yang menggunakan bangunan rumah sebagai kantor
dengan istilah home office. Kelebihan dari home office yaitu pengeluaran biaya yang relatif lebih
murah, suasana lingkungan informal, dan bekerja dapat terasa lebih fleksibel serta kemudahan akan
mobilitas dibanding berada di bangunan perkantoran.
Hubungan antara desain ruang bekerja dengan kualitas kinerja karyawan juga menjadi alasan
utama. Menurut Sundstrom dalam Sehgal, disebutkan bahwa kebanyakan orang menghabiskan
50% dari hidupnya dengan lingkungan internal yang memiliki pengaruh positif bagi mental,
perilaku, kebiasaan, dan prestasinya. Lingkungan internal di sini dapat digambarkan sebagai lokasi
fisik tempat mereka bekerja.1
Peran cahaya dalam mempengaruhi tingkat produktivitas dan juga kesehatan pengguna ruang
menjadi salah satu hal penting. Merancang ruang bekerja yang memprioritaskan efisiensi cahaya
dapat diwujudkan dengan memanfaatkan cahaya alami. Dengan memanfaatkan cahaya alami, dapat
menciptakan lingkungan bekerja yang lebih sehat dan juga menghemat energi.
Pada saat ini sudah banyak kantor konvensional yang menerapkan konsep open space demi
memanfaatkan penetrasi cahaya alami dalam upaya untuk menghemat penggunaan energi maupun
menjaga kualitas karyawan. Berbeda dengan bangunan rumah tinggal terutama di Indonesia, yang
rata-rata masyarakatnya bekerja di kantor konvensional pada rumah tinggal tidak dirancang untuk
memenuhi kebutuhan bekerja.
II. PENCAHAYAAN ALAMI PADA RUANG INTERIOR TEMPAT KERJA
Penerapan sistem pencahayaan alam didalam sebuah ruang bekerja dapat diadaptasikan ke dalam
bangunan rumah tinggal yang pada dasarnya memiliki struktur yang yang berbeda dengan
bangunan kantor. Fungsi dan kebutuhan dalam bekerja diruang interior tersebut menjadi acuan
dalam perencanaan yang nantinya berdampak menciptakan lingkungan yang lebih sehat dan hemat
energi.
Menurut IESNA (2000), definisi cahaya adalah pancaran energi dari sebuah partikel yang dapat
merangsang retina manusia dan menimbulkan sensasi visual. Menurut kamus besar bahasa
Indonesia, cahaya merupakan sinar atau terang dari suatu benda yang bersinar seperti bulan,
1 Sehgal, S. (2012). Relationship between Work Enviornment And Productivity. International Journal of Engineering Research and Applications, 2(4), 1992-1995.
matahari, dan lampu yang menyebabkan mata dapat menangkap bayangan dari benda – benda di
sekitarnya. Sedangkan definisi pencahayaan didefinisikan sebagai jumlah cahaya yang jatuh pada
sebuah bidang permukaan2
Pencahayaan alami dalam ilmu arsitektur maupun interior memiliki peran yang penting dalam
perencanaan ruang. Terdapat hubungan sebab-akibat antara lingkungan indoor dengan kondisi fisik
manusia. Bangunan yang dirancang dengan akses sinar matahari yang terbatas atau kualitas udara
dalam ruangan yang buruk, akan mempengaruhi kesehatan penghuni bangunan. Manusia mulai
sadar akan pentingnya pemanfaatan energi alami dengan menciptakan gagasan green design demi
menciptakan lingkungan yang sehat dan energi efisien.
Pada pencahayaan ruang kerja, banyak penelitian menunjukkan bahwa kinerja dan produktivitas
pekerja di lingkungan kantor, industri, dan ritel dapat meningkat dengan kualitas cahaya yang baik.
Menurut L. Edwards dan P.A. Torcellini Perusahaan akan mencatat peningkatan produktivitas
karyawan mereka sekitar 15% setelah pindah ke gedung baru dengan kondisi siang hari yang lebih
baik yang menghasilkan keuntungan finansial yang besar.3 Penelitian lain menunjukkan bahwa
kepuasan yang lebih besar dengan kondisi pencahayaan (baik siang hari dan penerangan listrik)
berkontribusi pada kepuasan lingkungan, yang, pada gilirannya, menyebabkan kepuasan kerja yang
lebih besar. 4
III. SISTEM PENCAHAYAAN ALAMI
Satwiko (2004) menjelaskan beberapa istilah untuk pencahayaan alami, antara lain:
a. Cahaya langit (sky light) adalah cahaya bola langit. Cahaya inilah yang dipakai
untuk penerangan alami ruangan, bukan sinar langsung matahari (sunlight). Sinar
langsung matahari akan sangat menyilaukan dan membawa panas, sehingga tidak
dipakai untuk menerangi ruangan.
b. Langit rancangan (design sky light), luminan langit yang dipergunakan sebagai
patokan perancangan yaitu kondisi langit yang terjadi sebanyak 90%. Untuk
Indonesia dipakai 10.000 Lux. Dalam RSNI 03-2396-2001 ditambahkan untuk
langit rancangan ditetapkan:
1. Langit biru tanpa awan atau
2. Langit yang seluruhnya tertutup awan abu-abu putih
2 https://kbbi.web.id/cahaya 3 Edwards, L. Torcellini, P.A., 2002, Literature Review of the Effects of Natural Light on Building Occupants, https://www.researchgate.net/publication/237781634_Literature_Review_of_the_Effects_of_Natural_Light_on_Building_Occupants 4 Veitch, Jennifer A., Stokkermans, Mariska, Newsham, Guy R., 2013, Linking Lighting Appraisals to Work Behaviors,https://www.researchgate.net/publication/258132633_Linking_Lighting_Appraisals_to_Work_Behaviors
Desain pencahayaan alami mencakup perancangan selubung bangunan dan tata letak yang
dirancang sedemikian rupa sehingga sebagian besar ruang dalam memiliki akses ke cahaya alami
yang dibutuhkan. Berikut beberapa tahap perencanaan sistem pencahayaan alami:
1. Orientasi Jendela: Sebagaimana ditunjukkan pada Gambar 1, sudut matahari yang rendah
di pagi dan sore hari sangat sulit untuk diblokir dengan menggunakan peneduh horisontal.
Ketika posisi matahari berada lebih tinggi di langit pada siang hari, peneduh horisontal
bekerja sangat baik terutama di lokasi khatulistiwa seperti Indonesia. Oleh karena itu,
peneduh jendela yang baik yang menghadap selatan dan utara akan memungkinkan
penyebaran penetrasi cahaya alami tanpa adanya terlalu banyak radiasi matahari langsung.
Gambar 1. Orientasi Jendela
2. Ukuran Jendela/Skylight: Mengoptimalkan ukuran jendela untuk pencahayaan alami dapat
menghemat energi untuk operasional bangunan serta biaya konstruksi, karena konstruksi
dinding biasanya lebih murah daripada kaca. Banyak standar global menetapkan batas
maksimum dari rasio bidang jendela ke dinding (Window to Wall Ratio-WWR) antara
25% dan 50%. Peraturan bangunan yang ada menekankan perletakan jendela dan skylight
dirancang sedemikian rupa sehingga sebagian besar dari interior bangunan mendapatkan
cahaya alami, tanpa menyebabkan peningkatan beban pendinginan yang signifikan dan
ketidaknyamanan visual.
3. Peneduh Kaca: Karena radiasi matahari langsung tidak diinginkan, pendekatan desain yang
paling logis adalah dengan menaungi jendela untuk sedapat mungkin mencegah masuknya
sinar matahari langsung kedalam bangunan. Secara umum, peneduh eksterior lebih banyak
menghemat energi pendinginan daripada peneduh interior, karena menghentikan panas
matahari sebelum memasuki ruangan ber AC. Peneduh interior (blinds, roller shades)
sangat efisien untuk mencegah silau karena tirai tersebut dapat diposisikan sedemikian
rupa untuk mengontrol masuknya cahaya alami yang masuk ke dalam ruangan.
Gambar 2 aplikasi Roller Blind
4. Desain Jendela: Sebuah cara efektif untuk mendistribusikan cahaya alami adalah
menempatkan jendela tinggi di dalam ruangan dan memantulkannya ke langit-langit.
Sebuah aplikasi desain yang baik yang didasarkan pada prinsip ini adalah membagi jendela
menjadi dua bagian secara vertical. Bagian atas jendela untuk pencahayaan alami,
sedangkan bagian bawah jendela untuk “vision”. Masing-masing jendela dengan fungsi
yang berbeda tersebut dapat dipasang tirai secara terpisah. Ketika diperlukan kontrol
terhadap silau dan sinar matahari langsung maka tirai pada jendela bawah bisa ditutup dan
yang atas dibiarkan terbuka.
Gambar Ilustrasi Pilihan Desain Jendela untuk Pencahayaan Alami
IV. TINJAUAN KASUS
Gambar 3. Logo Orkha
• Nama Perusahaan: Orkha
• Pemilik: Fattah Setyawan
• Alamat: Jl. Arumba, Perumahan The Arumba Residence No. 16, Kota Malang, Jawa
Timur.
• Jumlah pegawai: 15
“Orkha is a multidisciplinary studio of experienced designers, illustrators, and storytellers with
thoughtful approach to design. Our team strives to translate ideas into meaningful designs that
create distinct experiences for our clients across the globe.”5
Orha didirikan pada tahun 2011. Sebelum menggunakan bangunan rumah yang difungsikan
menjadi kantor mereka saat ini, kantor Orkha sempat berdomisili di gedung perkantoran dari tahun
2011 sampai dengan tahun 2019. Skema jam kerja yang diterapkan dalam kantor ini lebih fleksibel
dibandingkan dengan kantor konvensional pada umumnya. Peraturan kantor menetapkan jam kerja
dimulai pada pukul 10:00 hingga 16:00, namun tiap karyawan dapat menyesuaikan jam kerja
dengan syarat menyelesaikan tugas dengan batas waktu yang ditentukan.
a. Analisa Lokasi
Letak kantor Orkha berda di kawasan perumahan Perum The Arumba Residence
Tunggulwulung, Lowokwaru Malang. Arah bangunan existing yang menghadap ke Barat,
intensitas cahayadar matahari akan masuk secara optimal pada waktu siang dan sore hari.
Sedangkan tingkat kesilauan cahaya matahari mencapai puncaknya pada waktu sore hari, hal
ini juga disebabkan oleh penempatan jendela yang hanya terdapat pada satu sisi bangunan
yang menghadap ke Barat.
5 http://www.orkha.id/about/
Gambar 4. Lokasi Kantor Orkha
b. Rumusan Masalah
Posisi bangunan yang menghadap ke Barat dengan penempatan jendela yang hanya mengarah sisi
tersebut, menyebabkan kurangnya kebutuhan cahaya dalam ruangan ketika pagi hari. Berdasarkan
SNI-6197-2011, ruang kerja yang menggunakan perangkat komputer diharuskan memiliki daya
pencahayaan minimun 350 LUX. Tingkat pencahayaan tersebut dapat tercapai apabila sistem
pencahayaan alami dirancang dengan baik. Salah satu upaya untuk menciptakan sistem
pencahayaan ideal pada ruang bekerja yaitu dengan memanfaatkan cahaya alami.
Standar global menetapkan batas maksimum dari rasio bidang jendela ke dinding (Window to Wall
Ratio-WWR) antara 25% dan 50% agar ruangan dalam bangunan mendapatkan cahaya alami yang
cukup. Saat ini rasio WWR (Window to Wall Ratio) pada bangunan kantor Orkha belum mencapai
acuan tersebut. Berikut denah lantai 1 dan lantai 2 beserta dengan rincian data bangunan dan
analisa permasalahan.
Gambar 5. Tampak existing Kantor Orkha
Dari tampak dan denah ruang pada lantai 1 terlihat bahwa area bekerja yang menjadi fokus
aktivitas kantor ini kurang mendapatkan pencahayaan alami dari sinar mathari. Ritme kerja sebuah
kantor konsultan desain grafis tidak sama dengan kantor kebanyakan karena disini bekerja sesuai
dengan progres dari proyek yang sedang dikerjakan. Jadwal kerja kantor ini ketika sedang dalam
progres pengerjaan sebuah proyek bisa dari pagi sampai malam. Hal ini yang juga menyebabkan
butuhnya efisiensi dari sisi operasional dan sisi kebugaran dari karyawan dengan penerapan
pencahayaan alami pada siang hari khususnya.
gambar 6. Denah lantai 1
c. Analisa Eksisting
Gambar 7. Area Meja Kerja Lantai 1 Dengan Pembagian intensitas cahaya (lux)
SERVICE AREA
W. AREA
- Tingkat cahaya pada meja kerja warna merah hanya mencapai 55 lux
- Tingkat cahaya pada meja kerja warna hijau hanya mencapai 243 lux
- Meja kerja yang berwarna biru, sama sekali tidak mendapat cahaya alami karena tidak
terdapat bukaan yang menghadap ke arah luar bangunan
Berdasarkan data tersebut, kebutuhan cahaya pada bidang kerja pada waktu pagi dan siang hari
sangat kurang, jauh dari tingkat pencahayaan minimum yang ada dalam SNI-6197-2011 yaitu 350
lux. Pada lantai 1 terdapat lobby dan ruang kerja utama dimana lobby sebagai ruang transisi utama
sebelum menuju ke ruang kerja dan lantai 2 disini hanya mengandalkan dari pencahayaan buatan
dan dilihat dari bukaan secara structural juga kurang merepresentasikan sebagai ruang yang
pertama orang lihat.
Gambar 8. Denah Lantai 2
Gambar 9. Interior Lantai 2
Gambar 10. Lantai 2 Dengan Pembagian intensitas cahaya (lux)
• Tingkat cahaya pada meja kerja warna merah mencapai 27 lux
• Tingkat cahaya pada meja kerja warna biru mencapai 20 lux
Berdasarkan data tersebut, kebutuhan cahaya pada meja kerja lantai 2 ketika menggunakan
pencahayaan buatan belum mencapai batas minimun yang terdapat pada SNI-6197-2011 yaitu 350
lux. Hal ini disebabkan jumlah titik lampu yang hanya tersedia 1 titik lampu pada tiap ruangan,
sehingga cahaya yang dibutuhkan untuk menerangi meja kerja masih kurang.
V. PERANCANGAN PENCAHAYAAN ALAMI
a. Hasil Desain pada Struktur Bangunan
Untuk aplikasi pencahayaan alami pada kantor Orkha kebutuhan cahaya pada waktu pagi hingga
siang ataupun sore hari dapat dioptimalkan melalui desain ulang struktur atap dan tembok bagian
depan yang menghadap jalan. Desain ulang struktur pada atap dan tembok bagian depan secara
konstruksi akan menggunakan rangka bingkai alumunium ditilik secara kekuatan dan finishing
yang tahan lama. Dari sisi besaran diseuaikan dengan asupan cahaya yang dibutuhkan melalui
intensitas cahaya yang masuk pada pagi, siang dan sore hari.
Untuk bingkai jendela yang diterapkan pada tembok depan yang mengarah keluar pada area lobby,
area kerja dan lantai 2 menggunakan modul 50 cm. perubahaan desain hanya dilakukan pada
elemen arsitektur jendela tanpa merubah bentuk dan pondasi struktural bangunan. Komposisinya
adalah jendela mati, jendela denga kaca nako yang bisa dibuka tutup dan jendela yang bisa dibuka
secara geser.
Gambar 11 Hasil desain ulang struktur tembok depan dengan penerapan pencahayaan alami
Gambar 12. Tampak depan desain ulang struktur tembok depan pada bingkai jendela
Gambar 13. Potongan bangunan rumah dengan terlihat jendela dan atap
Gambar 14. Tampak atas bangunan rumah dengan ekpos desain ulang penerapan skylight
b. Hasil Desain Desain Ulang Struktur Partisi Bangunan
Berdasarkan SNI-6197-2011 mengenai sistem pencahayaan pada bangunan, ruang kerja yang
menggunakan perangkat komputer diharuskan memiliki daya pencahayaan minimun 350 lux.
Dalam studi kasus ini, kalkulasi kebutuhan cahaya menurut SNI-6197-2011 fokus pada area meja
kerja. Renovasi struktur interior dengan menerapkan konsep open space akan mengoptimalkan
penetrasi cahaya alami ke dalam ruang. Renovasi struktur dengan konsep open space diterapkan
pada area ruang kerja yang sebelumnya terbagi 3 ruangan kemudian dibongkar menjadi 1 ruangan
dengan fungsi yang sama. Dengan berkurangnya sekat dinding yang membatasi, cahaya yang
masuk ke dalam area kerja dalam menerangi ruangan secara lebih merata.
Selain sekat dinding yang tidak efisien, salah satu hal yang membatasi masuknya cahaya alami
pada kasus ini yaitu orientasi bangunan yang menghadap ke arah Barat disertai dengan penempatan
jendela yang hanya memungkinkan pada 1 sisi bangunan, sehingga cahaya matahari yang masuk
ke dalam bangunan secara optimal yaitu hanya pada waktu sore hari. Salah satu solusi agar cahaya
alami dapat masuk ke dalam area kerja ketika pagi ataupun siang hari yaitu dengan menggunakan
skylight, sehingga cahaya dapat masuk ke dalam ruangan sebagai penerangan untuk
mengakomodasi kebutuhan ruang tersebut. Berikut gambar tampak atas kantor Orkha yang
memperlihatkan penempatan skylight.
Gambar 14. Desain ulang lay out partisi dan furniture
c. Konsep Bentuk Jendela
Cara paling sederhana untuk memaksimalkan masuknya cahaya alami ke dalam ruangan yaitu
dengan memperlebar bukaan pada bangunan. Dengan ukuran jendela yang lebih besar, cahaya
yang masuk sudah pasti akan lebih optimal. Dengan menerapkan konsep jendela yang dapat
memanfaatkan masuknya cahaya alami sesuai panduan yang dibuat oleh pemerintah berdasarkan
Peraturan Gubernur No. 38/2012. Desain bentuk jendela kantor Orkha dapat terlihat lebih jelas
pada gambar-gambar berikut.
Gambar 15. Desain komposisi jendela
Komposisi dari jendela dibagian atas ada jendela mati untuk daylight yang diatas eye-level. Sedang
bagian kana adalah jendela dengan bukaan geser untuk perawatan ventilasi secara berkala dan
disebelah kiri jendela dengan kaca jalusi atau louvre untuk ventilasi yang mudah dibula tutup
kapan saja. Untuk jedela bagian view nanti akan menggunakan tirai penutup jikalau siang dan
daylight tetap bisa masuk pada bagian atas tanpa mengganggu penglihatan karena berada diatas
eye-level. Berikut simulasi ketika cahaya matahari masuk kedalam ruang.
Gambar 16. Simulasi 3D ketika cahaya masuk ke ruang kerja
Gambar 16. Simulasi 3D ketika cahaya masuk ke ruang kerja
d. Kalkulasi Cahaya Yang dibutuhkan pada Ruang Kerja
Perhitungan tingkat cahaya fokus pada area meja kerja diawali dengan ruang kerja lantai 1
kemudian ruang kerja lantai 2.
• Tingkat cahaya pada meja kerja warna merah mencapai 825 lux
• Tingkat cahaya pada meja kerja warna biru mencapai 1281 lux
Gambar 17. Kalkulasi cahaya yang dibutuhkan pada ruang yang telah di redesain
Berdasarkan hasil kalkulasi tersebut, kebutuhan cahaya pada meja kerja lantai 1 sudah mencukupi
tingkat cahaya untuk ruang kerja menurut SNI-6197-2011 yaitu sebesar 350 lux. Tingkat cahaya
tersebut dapat tercapai dengan merenovasi struktur bangunan yang menerapkan konsep open
space, sehingga penetrasi cahaya alami dapat lebih merata ke dalam ruangan. Selain itu ukuran
jendela yang lebih lebar juga menjadi faktor naiknya tingkat pencahayaan pada ruang kerja kantor
Orkha.
Gambar 18. Kalkulasi Cahaya Pada lantai 2
Tingkat cahaya pada meja kerja lantai 2 sudah mencukupi batas minimum yang ada dalam SNI-
6197-2011 sehingga perancangan bukaan pada lantai 2 tidak menjadi prioritas. Agar bentuk
jendela lantai 2 serasi dengan jendela lantai 1, akan lebih baik jika konsep bentuk jendela lantai 2
menerapkan konsep yang sama dengan jendela lantai 1. Berikut gambar perspektif ruang kerja
lantai 2, memperlihatkan bentuk desain jendela yang menerapkan konsep kombinasi seperti yang
diterapkan pada jendela lantai 1.
Gambar 19. Simulasi 3D cahaya alami masuk pada lantai 2
Gambar 20. Simulasi 3D cahaya alami masuk pada lantai 2
VI. KESIMPULAN
Berdasarkan proses analisa dan desain sistem pencahayaan alami pada rumah kantor dengan studi
kasus rumah kantor Orkha, dapat disimpulkan bahwa:
a. Perencanaan sistem pencahayaan pada bangunan tidak boleh diremehkan,
banyak manfaat yang akan didapat dengan mempersiapkan sistem
pencahayaan yang baik pada bangunan
b. Pentingnya edukasi mengenai sistem pencahayaan bangunan perlu diperluas
kepada masyarakat, karena hal ini menyangkut dengan kesehatan dan juga
konservasi energi.
c. Dalam merancang sistem pencahayaan bangunan, harus memperhatikan
fungsi bangunan beserta dengan aktivitas yang di lakukan dalam tiap
ruangan. Contohnya seperti kasus dalam karya tugas akhir ini, yaitu kantor
Orkha yang menyediakan jasa desain grafis dengan jangka waktu
pengerjaan yang ditentukan, sehingga membutuhkan pencahayaan yang
dapat meningkatkan kreativitas dan produktivitas. d. Sebelum mendirikan sebuah bangunan, akan lebih baik jika dapat
berkonsultasi dengan ahli atau setidaknya mencari tahu tentang sistem
pencahayaan pada bangunan yang akan dibangun. Karena jika bangunan
tersebut memiliki sistem pencahayaan yang buruk akan berdampak buruk
bagi pengguna bangunan tersebut.
DAFTAR PUSTAKA
Sehgal, S. (2012). Relationship between Work Enviornment And Productivity. International Journal of Engineering Research and Applications, 2(4), 1992-1995.
https://kbbi.web.id/cahaya Edwards, L. Torcellini, P.A., (2002), Literature Review of the Effects of Natural Light on Building Occupants, https://www.researchgate.net/publication/237781634_Literature_Review_of_the_Effects_of_Natural_Light_on_Building_Occupants
Veitch, Jennifer A., Stokkermans, Mariska, Newsham, Guy R., (2013), Linking Lighting Appraisals to Work Behaviors, https://www.researchgate.net/publication/258132633_Linking_Lighting_Appraisals_to_Work_Behaviors
Boubekri, Mohamed, (2008), Daylighting, Architecture and Health, Building Design Strategies, Architectural Press, Burlington, MA 01803, USA
Phillips, Derek, (2004), Daylighting, Natural Light in Architecture, Architectural Press, Burlington, MA 01803, USA
Livingston, Jason, IALD, LC, (2014), Designing with Light, Wiley, New Jersey, USA
Hastings, Robert, Hall, Maria, (2007), Sustainable Solar Housing, Volume 2 – Exemplary Buildings and Technologies, Cromwell Press, Trowbridge, UK
Passe, Ulrike, Battaglia, Francine, (2015), Designing Spaces for Natural Ventilation, Routledge, New York, NY, USA
Dekay, Mark, Brown, G.Z., (2014), Sun, Wind & Light, Architectural Design Strategies, John Wiley & Sons, Hoboken, New Jersey, USA
PERATURAN GUBERNUR PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA NOMOR 38 TAHUN 2012 TENTANG BANGUNAN GEDUNG HIJAU, http://gbcindonesia.org/download/doc_download/58-pergub-38-tahun-2012-bangunan-gedung-hijau