DAYAK MEMPERTAHANKAN IDENTITAS · IDENTITAS . Latar Belakang . Dampak negatif pelaksanaan...

15
1 SATU DAYAK MEMPERTAHANKAN IDENTITAS Latar Belakang Dampak negatif pelaksanaan pembangunan yang dirasakan pada era reformasi adalah terjadinya konflik di beberapa daerah serta menguatnya gejala konflik baru, baik yang bersifat sosial-horisontal maupun yang bersifat politik-vertikal, termasuk yang terjadi di Kabupaten Murung Raya, Provinsi Kalimantan Tengah. Menguatnya gejala konflik ini harus dipandang sebagai salah satu implikasi negatif dari kebijakan pembangunan dan hubungan pusat-daerah yang tersentralisasi pada era terdahulu (masa pemerintahan Orde Baru). Salah satu konflik sosial yang mengemuka dan terjadi hampir diseluruh pelosok republik ini sejak masa pemerintahan Hindia Belanda dan Indonesia (paska kolonial) terkait dengan konflik tanah yang terus berlangsung dan semakin ruwet. Bachtiar (2005) dengan mengutip pendapat Aditjondro (1995) mencatat secara garis besar, ada lima jenis konflik yang memberikan „kekuatan bertahan‟ kepada konflik-konflik tanah di Indonesia, yakni; (a) konflik-konflik „mayoritas-minoritas‟ yang umum berlaku di Indonesia; (b) konflik- konflik antara warganegara (citizen) versus negara (state) yang umum terjadi di negara-negara di mana kedudukan negara sangat kuat vis-â- vis warganya; (c) konflik-konflik politis-ekologis yang khas di Asia Tenggara; (d) konflik antara sistem-sistem ekonomi yang berbeda; (e)

Transcript of DAYAK MEMPERTAHANKAN IDENTITAS · IDENTITAS . Latar Belakang . Dampak negatif pelaksanaan...

Page 1: DAYAK MEMPERTAHANKAN IDENTITAS · IDENTITAS . Latar Belakang . Dampak negatif pelaksanaan pembangunan yang dirasakan pada ... gejala konflik ini harus dipandang sebagai salah satu

1

SATU

DAYAK MEMPERTAHANKAN

IDENTITAS

Latar Belakang

Dampak negatif pelaksanaan pembangunan yang dirasakan pada

era reformasi adalah terjadinya konflik di beberapa daerah serta

menguatnya gejala konflik baru, baik yang bersifat sosial-horisontal

maupun yang bersifat politik-vertikal, termasuk yang terjadi di

Kabupaten Murung Raya, Provinsi Kalimantan Tengah. Menguatnya

gejala konflik ini harus dipandang sebagai salah satu implikasi negatif

dari kebijakan pembangunan dan hubungan pusat-daerah yang

tersentralisasi pada era terdahulu (masa pemerintahan Orde Baru).

Salah satu konflik sosial yang mengemuka dan terjadi hampir

diseluruh pelosok republik ini sejak masa pemerintahan Hindia

Belanda dan Indonesia (paska kolonial) terkait dengan konflik tanah

yang terus berlangsung dan semakin ruwet. Bachtiar (2005) dengan

mengutip pendapat Aditjondro (1995) mencatat secara garis besar, ada

lima jenis konflik yang memberikan „kekuatan bertahan‟ kepada

konflik-konflik tanah di Indonesia, yakni; (a) konflik-konflik

„mayoritas-minoritas‟ yang umum berlaku di Indonesia; (b) konflik-

konflik antara warganegara (citizen) versus negara (state) yang umum

terjadi di negara-negara di mana kedudukan negara sangat kuat vis-â-vis warganya; (c) konflik-konflik politis-ekologis yang khas di Asia

Tenggara; (d) konflik antara sistem-sistem ekonomi yang berbeda; (e)

Page 2: DAYAK MEMPERTAHANKAN IDENTITAS · IDENTITAS . Latar Belakang . Dampak negatif pelaksanaan pembangunan yang dirasakan pada ... gejala konflik ini harus dipandang sebagai salah satu

ORANG DAYAK MELAWAN TAMBANG Studi Gerakan Sosial Baru dalam Ruang Publik Virtual

2

konflik antara ekosistem-ekosistem yang berbeda; dan akhirnya (f)

konflik antara sistem-sistem hukum yang berbeda.

Konflik tanah umumnya terjadi di daerah-daerah yang memiliki

potensi sumber daya alam yang memungkinkan untuk dimanfaatkan

bagi kepentingnya pembangunan. Dari tanah ini muncul persoalan

konflik yang lebih spesifik meliputi; konflik pertambangan, konflik

kehutanan, konflik perkebunan dan konflik diakibatkan datangnya

transmigrasi.

Sejak dikeluarkan kebijakan deregulasi berupa UU tentang

Pemananaman Modal Asing (PMA) tahun 1967 dan UU tentang

Pemanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) tahun 1968, maka

pemerintah yang berkuasa pada saat itu (Soerharto) mengundang

seluas-luasnya para investor untuk menanamkan modalnya ke

Indonesia mengeksplotasi potensi sumber daya alam. Caranya adalah

dengan memberikan berbagai konsesi atau perijinan, seperti Hak

Penguasaan Hutan (HPH); Hutan Tanaman Industri (HTI); Kuasa

Pertambangan (KP); Kontrak Karya (KK); dan Hak Guna Usaha (HGU).

Bagi industri pemegang Hak Pengusahaan Hutan (HPH) diberi izin

untuk mengeksploitasi pohon-pohon yang bernilai ekonomis dalam

areal tertentu yang diberikan. Dampaknya tentu saja sangat mudah

ditebak: perusakan hutan massif yang sistematis, tanah longsor, banjir

sampai kebakaran hutan. Namun, hal yang paling buruk adalah

penyingkiran “komunitas adat” dari rumahnya dan hilangnya akses

mereka atas hutan. Pemberian HPH tidak pernah berhenti dan terus

berlangsung hingga saat ini.

Hal yang sama juga terkait dengan pemberian Kuasa

Pertambangan (KP) dan atau Kontrak Karya (KK) kepada perusahaan

pertambangan. Argumentasi yang selalu digunakan pemerintah untuk

memberi KP atau KK kepada perusahaan pertambangan, klaimnya

selalu tentang upaya menghadirkan kesejahteraan. Logikanya adalah

investasi pertambangan skala besar yang masuk suatu daerah tentunya

akan mendapat penghasilan yang besar pula yang selanjutnya

digunakan untuk membiayai dan mendukung proyek-proyek

pembangunan. Selain itu, kehadiran perusahaan besar juga memberi

Page 3: DAYAK MEMPERTAHANKAN IDENTITAS · IDENTITAS . Latar Belakang . Dampak negatif pelaksanaan pembangunan yang dirasakan pada ... gejala konflik ini harus dipandang sebagai salah satu

Dayak Mempertahankan Identitas

3

manfaat kesejahteraan bagi kawasan di sekitar pertambangan melalui

serapan tenaga kerja maupun “kesejahteraan yang menetes” berupa

kebangkitan ekonomi kawasan sekitar tambang, seperti pandangan

aliran ekonomi neoklasik yang memahami pertambangan sebagai

fungsi produksi suatu negara untuk menghasilkan ouput berupa tenaga

kerja, modal, energi, dan material (Davis dan Tilton, 2002:5).

Pertambangan juga dianggap mampu memfasilitasi transfer

teknologi dan inovasi yang digunakan oleh perusahaan pertambangan

(Sachs, 1970). Dengan adanya teknologi mutakhir, pengelolaan

pertambangan menjadi lebih baik. Selain ada transfer teknologi,

pemerintah dan masyarakat lokal dinilai juga akan memperoleh

banyak manfaat, seperti lapangan pekerjaan, pembelian lahan, proyek

infrastruktur, investasi komunitas, kompensasi, dan ragam instrumen

CSR (Corporate Social Responsibility). Dengan kata lain, masuknya

perusahaan tambang terutama yang skala besar tidak hanya

memberikan dampak positif bagi pemerintah nasional, tapi jugà

terhadap masyarakat lokal sekitar tambang. Argumentasi inilah yang

selalu digunakan pemerintah untuk membenarkan pemberian KP dan

KK bagi usaha pertambangan.

Namun di balik argumentasi tersebut, sebuah laporan Oxfam

berjudul Digging to Development? A Historical Look at Mining and Economic Development menunjukkan bahwa pertambangan tidak

banyak memberi efek positif bagi sebuah negara. Dalam laporan

tersebut, ditunjukkan bahwa pertambangan memiliki kontribusi yang

sangat kecil bagi pendapatan suatu daerah, terutama di Amerika

Serikat, Kanada, dan Australia. Selain itu, perkembangan ekonomi

lokal di kawasan pertambangan ternyata juga bukan lantaran dampak

dari sektor pertambangan itu sendiri (Power, 2002). Negara atau

daerah yang mengeksploitasi sumberdaya alam secara besar-besaran

tidak selalu memiliki pertumbuhan ekonomi yang tinggi, bahkan

beberapa variabel menunjukkan pertumbuhan ekonomi berjalan lebih

lambat dibanding dengan Negara atau daerah yang tidak bergerak di

sektor pertambangan (Sachs dan Warner, 1997;2001). Dengan kata

lain, argumentasi pendapatan daerah maupun pertumbuhan ekonomi

Page 4: DAYAK MEMPERTAHANKAN IDENTITAS · IDENTITAS . Latar Belakang . Dampak negatif pelaksanaan pembangunan yang dirasakan pada ... gejala konflik ini harus dipandang sebagai salah satu

ORANG DAYAK MELAWAN TAMBANG Studi Gerakan Sosial Baru dalam Ruang Publik Virtual

4

yang diklaim oleh negara terkait dengan manfaat adanya

pertambangan tidak selalu relevan dan kurang meyakinkan (Yuwono,

dll, 2012).

Kehadiran pertambangan skala besar bahkan dituduh sebagai

biang keladi konflik yang ada di masyarakat. Oleh karena itu, ketika

muncul perusahaan tambang besar, kebanyakan akan diikuti dengan

berbagai konflik, baik horizontal maupun vertikal. Kasus conflict diamonds di Angola, Sierra Leone, dan Kongo mengonfirmasi argumen

tersebut. Di tiga negara ini, conflict diamonds telah menciptakan

konflik sosial yang masif, bahkan tingkat kemiskinan yang ekstrem

(Goreux, 2001). Parahnya, pejabat-pejabat negara yang korup

memelihara conflict diamonds itu untuk memperoleh keuntungan

pribadi. Kasus serupa juga banyak terjadi di Indonesia, seperti yang

ditunjukkan oleh Ngadisah (2003) terkait dengan hadirnya PT Freeport

Indonesia di Papua. Konflik-konflik demikian selalu mengorbankan

warga sekitar pertambangan dan menguntungkan elite-elite lokal

setempat (Jatam 2005, 2006; Maimunah, 2012).

Kehadiran pertambangan, khususnya di Indonesia, telah

memberikan dampak buruk terhadap kerusakan lingkungan. Jutaan

hektar hutan yang digunduli, gunung-gunung yang dikeruk, dan

sungai-sungai yang tercemar, tidak lain adalah ulah perusahan-

perusahaan pertambangan besar yang tidak bertanggung jawab

(Aditjondro, 2003a, dan 2003b). Dari kerusakan itu, lagi-lagi

masyarakat kecil yang menjadi korban (bahkan dikorbankan).

Kemudian, dampak yang tidak kalah mengerikan dari keberadaan

pertambangan adalah terjadinya bencana. Publik telah mengenal luas

bagaimana kasus Lumpur Lapindo telah menghabisi kehidupan dan

penghidupan warga Sidoarjo di puluhan desa. Juga pencemaran Teluk

Buyat oleh PT Newmont Minahasa Raya, yang menjadi bukti tentang

begitu berbahayanya dampak pertambangan serta bencana lainnya.

Bencana yang diakibatkan oleh tangan manusia atau man-made disaster semacam inilah yang perlu diwaspadai (Batubara, 2010).

Jika demikian adanya, kehadiran perusahaan pertambangan

adalah demi kesejahteraan sebenarnya hanyalah mitos-mitos

Page 5: DAYAK MEMPERTAHANKAN IDENTITAS · IDENTITAS . Latar Belakang . Dampak negatif pelaksanaan pembangunan yang dirasakan pada ... gejala konflik ini harus dipandang sebagai salah satu

Dayak Mempertahankan Identitas

5

pembangunan (Burger, 2002:8-34) dengan mantranya there is no alternative.1 Pemerintahan masa Soeharto (orde baru) hingga masa

pemerintahan SBY terus menekankan mitos ini kepada publik dan

mencoba menutup mata terhadap suara-suara efek buruk dari

pertambangan dan lebih percaya pada pentingnya pertumbuhan

ekonomi, terbukanya lapangan pekerjaan, dan kebangkitan ekonomi

dengan hadirnya perusahaan tambang besar.

Di sisi lain ketidak-siapan masyarakat disekitar tambang menjadi

masalah besar ditunjukkan hanya sebagian kecil warga yang mampu

melihat dan memanfaatkan peluang untuk mengejar keberhasilan

tanpa kendala sosial, sementara sebagian terbesar warga semakin

terpuruk dalam persaingan yang tidak seimbang (unfair competition)

(Ngadisah, 2003:7). Dampaknya adalah masyarakat sekitar tambang

pada akhirnya hanya menjadi tenaga kasar yang penghasilannya

bahkan lebih rendah bila dibandingkan dengan kehidupannya sebelum

masuknya perusahaan tambang.

Dengan memaksakan adanya industri pertambangan di tengah-

tengah kehidupan masyarakat, hal ini bisa dibaca sebagai upaya

penyingkiran tradisi dan identitas masyarakat. Alasan inilah yang

menjadi dasar mengapa sering terjadi perlawanan bahkan penolakan

hadirnya perusahaan tambang di berbagai daerah di Indonesia. Sebab,

ancamannya memang begitu serius, yakni menyangkut keberlanjutan

kehidupan mereka.

Terkait dengan perlawanan hadirnya perusahaan tambang

bukanlah hal baru. Dewi (2005) meneliti kehadiran PT Newmont

Minahasa Raya di Teluk Buyat ternyata memicu munculnya konflik.

Dari hasil penelitiannya memperlihatkan bahwa banyaknya pihak

yang berkepentingan dalam pelaksanaan kebijakan investasi dan

pertambangan menyebabkan orientasinya lebih bersifat ekonomi.

Kebijakan di sektor lingkungan hidup juga mendukung kebijakan di

1 Matra there is no alternative mempercayai hanya perusahaan-perusahaan mutltinasional sajalah yang mendatangkan kemakmuran bagi semua. Peran negara sebagai pelindung rakyat dibatasi karena dipercaya akan memperlancar terciptanya pertumbuhan ekonomi (Sutopo, 2012).

Page 6: DAYAK MEMPERTAHANKAN IDENTITAS · IDENTITAS . Latar Belakang . Dampak negatif pelaksanaan pembangunan yang dirasakan pada ... gejala konflik ini harus dipandang sebagai salah satu

ORANG DAYAK MELAWAN TAMBANG Studi Gerakan Sosial Baru dalam Ruang Publik Virtual

6

atas, dapat dilihat dengan mudahnya mengeluarkan ijin pembuangan

limbah ke laut membawa dampak hancurnya kehidupan masyarakat.

Di Kalimantan Tengah, suku Dayak, Kutai, Banjar dan Bugis

melakukan perlawanan terhadap PT KEM atas dampak negatif yang

telah ditimbulkannya. Dari menggelar demonstrasi di lapangan, kantor

pemerintah dan parlemen di setiap level meminta pemerintah dan

parlemen sampai memobilisasi dukungan internasional menentang PT

KEM (Situmorang, 2007).

Perusahaan terbesar nikel dunia, Inco mendapatkan perlawanan

dari masyarakat lokal, ornop lokal, nasional dan internasional. Strategi

gerakan yang dilakukan adalah mendatangi anggota parlemen untuk

menekan mereka mendukung perjuangan; mendatangi Komisi

Nasional atas Hak Asasi Manusia (Komnas HAM) di Jakarta untuk

menyampaikan pelanggran HAM yang dilakukan oleh Inco; dan yang

terakhir memobilisasi dukungan internasional menekan Inco untuk

menghormati dan bertanggungjawab terhadap kerusakan lingkungan

hidup dan rakyat Onopute dan Bohumatefe Sulawesi Tengah (Jatam,

2003). Di Sumbawa, masyarakat lokal didukung Jatam dan Yayasan

Olah Hidup menentang aktivitas Newmont Nusa Tenggara karena

membawa dampak serius terhadap kehidupan rakyat dan lingkungan

hidup. Mereka melakukan aksi demonstrasi dan petisi ke media agar

Newmont Sumbawa mengembalikan tanah dan memberikan

kompensasi atas tanah yang telah dirampas serta oleh Newmont serta

transparan atas dampak negatif membuang limbah tailing ke dasar laut

melalui pipa-pipa raksasa

Terkait dengan konflik seperti yang dijelaskan di atas, banyak

pihak terutama yang terlibat dalam pertambangan, menurut Amnah

(2006) terdapat 6 (enam) jenis tema substansi konflik, yaitu: konflik

lokasi, konflik ekonomis barang tambang, konflik penggunaan lahan,

konflik pemahaman, konflik perijinan, dan konflik pengelolaan

kegiatan penambangan. Akar permasalahan konflik adalah perbedaan

nilai, dan perbedaan kepentingan terkait dengan kegiatan

penambangan.

Page 7: DAYAK MEMPERTAHANKAN IDENTITAS · IDENTITAS . Latar Belakang . Dampak negatif pelaksanaan pembangunan yang dirasakan pada ... gejala konflik ini harus dipandang sebagai salah satu

Dayak Mempertahankan Identitas

7

Konflik kepentingan juga terjadi antara antara PT Timah Tbk

dengan pemerintah Kabupaten Bangka disebabkan isu tata niaga timah,

isu peningkatan PAD yang membebani PT Timah tbk, isu tambang

inkonvensional yang dilindungi oleh Peraturan Daerah (Perda)

Kabupaten Bangka, isu legalitas pertambangan rakyat serta isu

penggunaan alat berat yang mengancam cadangan timah milik PT

Timah tbk. Konflik kepentingan lainnya juga terjadi antara PT Timah

tbk dengan smelter milik AITI disebabkan inkonsistensi implementasi

kebijakan royalti. Pada akhirnya hasil penelitian Sahani (2006)

memperlihatkan bahwa interaksi konflik diwarnai dengan upaya

masing-masing pihak mendayagunakan koneksi politik yang dimiliki

guna mempengaruhi kebijakan pertambangan timah. Dengan kata lain

keterlibatan aktor penting terutama aktor politik seperti yang

diungkapkan oleh McCarthy (2007).

Bagi orang Dayak usaha pertambangan bukanlah hal baru, seperti

yang ditunjukkan dari hasil penelitian Heidhues (2008) yang

menyatakan bahwa pertama kali ditemukan di Borneo Barat

(Kalimantan Barat) sekurang-kurangnya sejak tahun 1808 oleh seorang

kapten kapal atau pedagang Inggris bernama J. Burn. Setelah adanya

penemuan ini sewaktu masa pemerintahan Hindia Belanda terutama

masa pemerintahan Raffles melalui “Vereenigde Oostindische

Compagnie” (VOC) dengan menggandeng kelompok masyarakat

Tionghoa yang tinggal di Distrik Tionghoa Kalimantan Barat

mengembangkan usaha pertambangan. Selanjutnya menurut Heidhues

koloni besar orang Tionghoa di Kalimantan Barat setiap tahunnya

selalu mengekspor emas, karena emas ditemukan luas di Borneo

meskipun jumlahnya kecil. Beberapa sungai membawa pasir

bercampur emas, sehingga memungkinkan mendulangnya untuk

mendapatkan bijih emas. Emas merupakan salah satu barang dagangan

yang diperdagangkan oleh penduduk daerah hulu kepada para

pemegang hak upeti mereka dan kepada para penguasa pesisir. Para

penguasa menaburi diri dengan perhiasan emas, cangkir, mangkuk dan

barang-barang lainnya termasuk pakaian yang ditenun dengan benang

emas.

Page 8: DAYAK MEMPERTAHANKAN IDENTITAS · IDENTITAS . Latar Belakang . Dampak negatif pelaksanaan pembangunan yang dirasakan pada ... gejala konflik ini harus dipandang sebagai salah satu

ORANG DAYAK MELAWAN TAMBANG Studi Gerakan Sosial Baru dalam Ruang Publik Virtual

8

Semua penduduk Borneo pada dasarnya melakukan kegiatan

penambangan emas, namun kegiatan ini biasanya dianggap sebagai

pekerjaan sederhana dan mudah. Dipihak lain usaha penambangan

tidaklah demikian kenyataannya karena membutuhkan modal dan

teknologi yang tinggi. Usaha yang sama juga dilakukan oleh

masyarakat adat Dayak Siang, Dayak Murung dan Dayak Bakumpai

yang kemudiaan disebut sebagai Dayak Siang Murung2 dengan cara

mendulang dan atau melunas dalam bahasa Dayak yang tinggal di

wilayah Kecamatan Permata Intan; Kecamatan Tanah Siang;

Kecamatan Murung; Kecamatan Laung Tuhup; serta wilayah

Kecamatan Murung, Kabupaten Murung Raya, Kalimantan Tengah

(Haridison, 2006).

Meskipun tidak ada refrensi tertulis, tetapi menurut masyarakat

Dayak Siang Murung, menemukan emas adalah berawal dari seorang

leluhur Dayak, warga Desa Tomolum bernama Engoh yang sedang

berburu babi. Engoh mengejar buruannya hingga berada di tepian

Sungai Ocin (anak Sungai Bantian, Kecamatan Permata Intan). Babi

yang dikejar tersebut lari dan bertahan di sebuah gua. Pada akhirnya

babi tersebut berhasil ditangkap dan dibunuh. Pada tubuh babi secara

tidak sengaja ditemukan butiran-butiran emas bercampur tanah pasir

yang menempel di bulu-bulu babi buruannya dan butiran-butiran

emas tersebut dikumpulkannya. Sebagai tradisi, daging babi tadi

dibagikan kepada semua warga sekitarnya. Sejak saat itu masyarakat

mengetahui bahwa Sungai Ocin mengandung bijih emas. Kemudian

disusul dengan penemuan di sungai lain, yaitu Sungai: Tingon, Luit,

Talaon, Muro, Malau, Ontu, Talui Murung, Ucang, Lomi, Ma‟an,

Kunyi, Sebunut, Mandaun, Sopan, Tojang. Sungai-sungai ini sekarang

berada di empat kecamatan di Kabupaten Murung Raya (YBSD, 1996).

Bagi orang Dayak Siang Murung, emas digunakan sebagai benda

adat atau budaya dalam beberapa acara ritual termasuk saat persiapan

perkawinan maupun kematian karena emas melambangkan

2 Bagi kami orang Dayak di Oreng Kambang, kumpulan Dayak Siang, Dayak Murung dan Dayak Bakumpai kali namakan “Dayak Siang Murung” (Wawancara tanggal 11 Juli 2016, di Desa Oreng Kambang.

Page 9: DAYAK MEMPERTAHANKAN IDENTITAS · IDENTITAS . Latar Belakang . Dampak negatif pelaksanaan pembangunan yang dirasakan pada ... gejala konflik ini harus dipandang sebagai salah satu

Dayak Mempertahankan Identitas

9

kemurnian, kemuliaan, keluhuran dan kesucian. Pada saat perkawinan

emas dijadikan sebagai emas kawin (bulou singah siru) dan pada saat

kematian dijadikan sebagai bekal untuk di akhirat (ponguma) yang

dikenakan atau diberikan untuk orang mati. Lazimnya ponguma juga

diberikan kepada orang yang semasa hidupnya merupakan tokoh

terpandang, kaya, terhormat, berjasa, serta yang berperan dalam adat.

Emas juga bisa dijadikan tolak ukur kekayaan seseorang dalam

masyarakat Dayak Siang Murung selain dari pada kepemilikkan atas

barang-barang lainnya, seperti guci, piring antik, senjata pusaka, dan

sebagainya (YBSD, 1998).

Awalnya masyarakat Dayak Siang Murung menambang di sungai-

sungai secara tradisional dengan peralatan sederhana, menggunakan

dulang kecil, angkatan, dan linggis untuk membongkar batu-batu

besar. Dalam perkembangannya para penambang kemudiaan

menggunakan mesin pompa air serta mesin penumbuk batu yang

selanjutnya didulang (dicuci) atau dengan menggunakan zat asam

tambang (sianida dan mercury) untuk mendapatkan emasnya.3

Meskipun sudah ada usaha penambangan rakyat, tetapi pemerintah

tetap mengeluarkan ijin pertambangan.

Kehadiran PT IMK dimulai dengan survey di sekitar kawasan

Gunung Moro pada tahun 1983 dan hasilnya kawasan ini dinilai

mempunyai potensi emas yang “layak secara ekonomis” untuk

dieksploitasi. PT IMK kemudian mengajukan ijin KK kepada

pemerintah Indonesia dan resmi memperoleh ijin Kontrak Karya (KK)

Generasi III untuk Bahan Galian Emas dan Mineral Pengikut dari

Presiden RI pada tahun 1985. Meskipun memperoleh ijin

penambangan tahun 1985, tetapi pengoperasian PT IMK dimulai pada

tahun 1993 dengan tahapan konstruksi dan awal tahun 1994 mulai

berproduksi.

Persoalan kemudiaan muncul ketika PT IMK harus beroperasi,

lokasi penambangan harus “dibersihkan” dengan cara “menggusur dan

mengusir” para penambang rakyat yang umumnya adalah masyarakat

3 Hasil wawancara dengan para penambang tanggal 14 Mei 2013 di Oreng Kambang dan hasil observasi tahun 2013.

Page 10: DAYAK MEMPERTAHANKAN IDENTITAS · IDENTITAS . Latar Belakang . Dampak negatif pelaksanaan pembangunan yang dirasakan pada ... gejala konflik ini harus dipandang sebagai salah satu

ORANG DAYAK MELAWAN TAMBANG Studi Gerakan Sosial Baru dalam Ruang Publik Virtual

10

adat Dayak Siang Murung yang sudah beroperasi sejak tahun 1979.

Dibantu aparat keamanan negara, PT IMK menggusur dan mengusir

para penambang dari sisa-sisa lobang mesin tumbuk batu, rumah-

rumah penduduk dengan menggunakan traktor dan gergaji listrik.

Penggusuran dan pengusiran ternyata tanpa ganti rugi dimulai tahun

1987 karena dikategorikan sebagai penambang ilegal atau disingkat

PETI.

Penggusuran dan pengusiran tentunya mendapat perlawanan dari

para penambang dan masyarakat adat Dayak Siang Murung. Puncak

perlawanan terjadi ketika PT IMK pada tahun 2005 hendak

memperluas wilayah eksploitasi tambangnya dibawah kaki Gunung

Puruk Kambang. Hal ini terjadi karena bagi masyarakat adat Dayak

Siang Murung terutama penganut agama asli Dayak (Kaharingan)

Gunung Kambang merupakan kawasan suci yang perlu dijaga

keberadaannya. Walaupun mendapatkan perlawanan dari masyarakat

dan juga belum memperoleh Ijin Pelepasan Kawasan Hutan (IPPKH)

dari Menteri Kehutanan, PT IMK tetap melakukan penambangan

karena kawasan ini termasuk wilayah eksploitasi sesuai dengan ijin

yang diberikan negara. Dengan pengawalan ketat dari aparat keamanan

PT IMK terus melakukan penambangan di kaki Gunung Puruk

Kambang.4

Selain mengalami penggusuran dan pengusiran, perlawanan

masyarakat di berbagai desa di sekitar pertambangan PT IMK juga

merasakan dampak negatif terkait rusaknya kondisi lingkungan hidup

seperti yang dilaporkan Ekspedisi Khatulistiwa (2012). Dampak negatif

yang dimaksud antara lain; pencemaran sungai akibat pembuangan

limbah dari bahan bakar pembangkit listrik (batu bara dan oli) maupun

dari limbah pencucian emas dengan menggunakan zat asam tambang

(sianida dan mercury), hilangnya anak sungai, serta perubahan bentang

lahan yang diakibatkan pola penambangan open pit area dan gejolak

sosial terkait dengan permasalahan kemiskinan.

4 Hasil wawancara dengan Kaji pada tanggal 14 Mei 2015, di Palangkaraya

Page 11: DAYAK MEMPERTAHANKAN IDENTITAS · IDENTITAS . Latar Belakang . Dampak negatif pelaksanaan pembangunan yang dirasakan pada ... gejala konflik ini harus dipandang sebagai salah satu

Dayak Mempertahankan Identitas

11

Berdasarkan hal di atas, mudah dipahami mengapa orang Dayak

Siang Murung melakukan perlawanan terhadap PT IMK bermunculan

satu demi satu. Meskipun pihak PT IMK sudah melakukan pendekatan

dengan masyarakat secara langsung maupun melalui pemerintah

daerah (provinsi dan kabupaten) dan juga lembaga adat Dayak

bentukan pemerintah, seperti Majelis Adat Dayak (MAD) dan Dewan

Adat Dayak (DAD), sampai menempuh jalur hukum apabila ada

permasalahan dengan masyarakat. Namun perlawanan menentang

kehadiran PT IMK terus bertumbuh dan berkembang.

Bagi orang Dayak Siang Murung, kehadiran PT IMK lebih banyak

membawa kerugian dari pada manfaat sehingga tidak dapat dicegah

tumbuhnya reaksi perlawanan dari mereka, utamanya para penambang

dan masyarakat adat Dayak Siang Murung yang bermukim di sekitar

lokasi penambangan PT IMK, tepatnya di desa Oreng Kambang.

Gerakan perlawanan ini bahkan memakan korban ketika mereka

melakukan aksi turun ke jalan memblokir kegiatan penambangan

terutama pada pabrik pengolahan dan jalan-jalan yang menuju lokasi

tambang PT IMK pada akhir bulan Juni 2000. Mereka harus

berhadapan dengan aparat keamanan dengan senjata lengkap dan

melakukan penembakan kepada masyarakat yang melakukan aksi

demonstrasi.

Sementara konflik terus berlangsung, muncullah sejumlah

Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) yang hadir untuk membela

kepentingan para penambang, seperti Yayasan Bina Sumber Daya

(YBSD), Walhi, Jatam, Alperudi, YLBHI, PBHI, Elsam, dan LBH

Jakarta yang kemudiaan bergabung menjadi Tim Advokasi Tambang

Rakyat (TATR).5 Berbagai upaya yang dilakukan oleh TATR,

diantaranya melakukan gugatan ke pengadilan hingga melakukan

dialog dengan komisi VIII dan Menteri Pertambangan dan Energi

tahun 2013.

5 Kumpulan dokumen dari kelompok perlawanan masyarakat Adat Siang Murung khususnya di Desa Oreng Kambang, Kecamatan Siang Selatan, Kabupaten Murung Raya.

Page 12: DAYAK MEMPERTAHANKAN IDENTITAS · IDENTITAS . Latar Belakang . Dampak negatif pelaksanaan pembangunan yang dirasakan pada ... gejala konflik ini harus dipandang sebagai salah satu

ORANG DAYAK MELAWAN TAMBANG Studi Gerakan Sosial Baru dalam Ruang Publik Virtual

12

Selain PT IMK, kelompok masyarakat desa Oreng Kambang juga

membangun jaringan dengan Lembaga Musyawarah Masyarakat Dayak

Daerah Kalimantan Tengah atau disingkat LMMDDKT, seperti yang

diberitakan harian Megapos (kamis, 31 Januari 2013) dan surat tanpa

nomer yang dikirimkan oleh masyarakat wilayah Desa Oreng Kambang

tertanggal 29 Januari 2013 kepada LMMDDKT. Dalam pernyataannya,

Diter Dua, perwakilan tokoh dan adat bahwa; “kami masyarakat Desa

Oreng Kambang memohon LMMDDKT untuk mendampingi kami

dalam menghadapi PT IMK yang telah melakukan pelanggaran”,

karena sudah mengancam kelestarian situs budaya Puruk Kambang.

Dihadirkannya perusahaan tambang di pedalaman Kalimantan

Tengah khususnya disekitar wilayah Dayak Siang Murung,

diasumsikan dalam jangka panjang dapat meningkatkan kesejahteraan

masyarakat setempat, ternyata tidak selamanya disambut dengan

kegembiraan dan sikap-sikap positif lainnya. Dalam kasus PT IMK,

bahkan warga masyarakat di desa Oreng Kambang sudah sejak awal

telah menunjukkan reaksi protes. Seiring dengan berjalannya waktu,

reaksi protes ini berkembang menjadi gerakan perlawanan untuk

mengambil-alih kembali lobang-lobang tambang yang mereka miliki

dan tetap mempertahankan keberadaan situs Gunung Puruk Kambang

sebagai wilayah tempat suci bagi orang Dayak.

Fakta-fakta di atas kemudiaan diangkat untuk menjadi topik

diskusi dan perdebatan di berbagai media sosial karena gencarnya para

pengusaha tambang untuk masuk ke Kalimantan Tengah menggali dan

mengeksploitasi barang tambang. Berkembangnya diskusi dan

perdebatan di berbagai media sosial kemudiaan mampu menciptakan

ruang publik baru yang kemudiaan dinamakan sebagai ruang publik

virtual (Sari dan Royke, 2015). Ruang publik virtual ini menarik karena

merupakan “ruang imajiner” atau “maya” yang bersifat artifisial

(buatan) dan setiap orang termasuk orang Dayak Siang Murung dapat

melakukan apa saja termasuk melakukan gerakan perlawanan dengan

cara “baru” tanpa dibatasi (bounderies) oleh berbagai kepentingan

termasuk kepentingan negara. Disisi yang lain, PT IMK bukanlah

perusahaan tambang nasional yang dibatasi oleh batas kekuasaan

Page 13: DAYAK MEMPERTAHANKAN IDENTITAS · IDENTITAS . Latar Belakang . Dampak negatif pelaksanaan pembangunan yang dirasakan pada ... gejala konflik ini harus dipandang sebagai salah satu

Dayak Mempertahankan Identitas

13

negara, tetapi perusahaan multinasional yang hanya bisa didekati

dengan membangun jaringan komunikasi menggunakan internet

melalui ruang publik virtual agar dapat membingkai isu-isu terkait

pelanggaran yang dilakukan khususnya terhadap hak-hak masyarakat

adat Dayak Siang Murung.

Kasus yang menarik diungkapkan Mama Jawa atau Mama Mira

yang mengatakan : “Mereka merayu, tetapi tidak masuk akal. Kami

disuruh membuat anyaman bambu, sementara kami bisa mencari 1

(satu) gram emas sehari. Jadi memang persepsi orang seperti ini

(perusahaan tambang) tidak sesuai dengan apa yang kami hadapi.

Sebelum ada perusahaan, masyarakat kan sudah terbiasa dengan alam,

misalnya dapat emas, dapat babi yang nilainya sudah di atas rata-rata

gaji perusahaan. Masyarakat lokal berburu dapat babi, dijual dapat Rp.

1.000.000,-, lalu ditambah dapat emas 1 gram dapat Rp. 500.000,-.

Dengan kata lain, alam pada dasarnya sudah menyediakan yang lebih

dari yang ditawarkan dari nilai pekerjaan dia. Lalu tiba-tiba perusahaan

datang dan disuruh pelihara ikan, disuruh ini itu yang nilainya tidak

sepadan”. 6 Pernyatan ini mengungkapkan bahwa hadirnya perusahan

tambang bukan untuk mensejahterakan tetapi membuat masyarakat

menjadi miskin ditengah emas yang berlimpah.

Muncul sejumlah pertanyaan yang kemudiaan merangsang

keingintahuan peneliti. Pertama, bagaimanakah gerakan melawan

tambang dapat berkembang? Kedua, faktor-faktor seperti apakah yang

mendukung keberhasilan gerakan melawan tambang? Ketiga,

sejauhmanakah peran ruang publik virtual dalam mendukung gerakan

perlawanan tambang?

Ketiga pertanyaan tersebut, merupakan panduan untuk

menggambarkan apakah gerakan perlawanan tambang dinilai berhasil

atau gagal “menghentikan” operasi perusahaan tambang untuk

kemudiaan mengambil-alih kembali hak-hak masyarakat (adat).

Faktor-faktor gerakan seperti apakah yang mendukung keberhasilan

gerakan perlawanan termasuk menggunakan media dalam membangun

6 Hasil wawancara dengan Ibu Mira pada tanggal 10 Juli 2016, di Desa Oreng Kambang, Murung Raya.

Page 14: DAYAK MEMPERTAHANKAN IDENTITAS · IDENTITAS . Latar Belakang . Dampak negatif pelaksanaan pembangunan yang dirasakan pada ... gejala konflik ini harus dipandang sebagai salah satu

ORANG DAYAK MELAWAN TAMBANG Studi Gerakan Sosial Baru dalam Ruang Publik Virtual

14

ruang publik virtual kemudiaan menjadi fokus dalam pembahasan

disertasi ini. Selanjutnya unhtuk menjawab mendiskusikan dan

menjawab pertanyaan tersebut menggunakan teori gerakan sosial

dengan penekanan pada perspektif ekonomi politik.

Atas dasar pertanyaan penelitian di atas, maka disertasi ini akan

diorganisasikan dalam bentuk buku, di mana di dalam bab dua

dijelaskan tentang berbagai proses dan dinamika pembangunan yang

mendorong munculnya perlawanan. Hal ini terjadi karena proses dan

dinamika pembangunan selama ini lebih mengedepankan

pertumbuhan ekonomi yang tentunya membutuhkan investasi yang

besar dengan “menjual” sumberdaya mineral kepada para investor. Di

lain pihak, masyarakat yang hidupnya tergantung pada sumber

tersebut terpaksa harus disingkirkan, seperti yang dihadapi orang

Dayak Siang Murung. Kondisi ini tentunya berpotensi menciptakan

konflik-konflik sosial melalui berbagai bentuk perlawanan.

Bab ketiga merupakan deskripsi Murung Raya dengan berbagai

potensi yang dimilikinya. Sebagai salah satu Kabupaten terbesar di

Provinsi Kalimantan Tengah, tentunya Murung Raya menyimpan

berbagai potensi sumber daya alam yang besar untuk dimanfaatkan

mendukung pembangunan. Selain potensi sumber daya alam, Murung

Raya juga masih mempertahankan nilai-nilai kultural adat Dayak Siang

Murung dalam mengatur kehidupan masyarakat yang ditunjukkan

dengan masih diakuinya kelembagaan adat.

Bab keempat adalah bab yang menggambarkan perkembangan

usaha pertambangan di Indonesia dan khususnya di Kalimantan

Tengah terkait dengan hadirnya PT Indo Muro Kencana (PT IMK).

Meskipun berbagai kebijakan mendukung masuknya usaha

pertambangan di Indonesia, tetapi dalam prakteknya belum mampu

melakukan usaha pertambangan yang baik dan benar (good mining practice). Hal ini dilihat dari rendahnya kontribusi untuk penerimaan

negara maupun untuk kesejahteraan masyarakat serta rusaknya kondisi

lingkungan hidup disekitar wilayah tambang PT IMK.

Bab kelima menjelaskan bentuk-bentuk perlawanan yang

dilakukan orang Dayak Siang Murung terkait dengan masuknya

Page 15: DAYAK MEMPERTAHANKAN IDENTITAS · IDENTITAS . Latar Belakang . Dampak negatif pelaksanaan pembangunan yang dirasakan pada ... gejala konflik ini harus dipandang sebagai salah satu

Dayak Mempertahankan Identitas

15

perusahaan pertambangan PT IMK. Dimulai dengan pemaparan yang

menempatkan PT IMK sebagai sumber konflik dilanjutkan dengan

bagaimana gambaran konflik yang terjadi. Dalam pembahasan ini akan

diperlihatkan bagaimana hubungan yang dibangun antara penguasa

dalam hal ini negara dengan pengusaha pertambangan yang sengaja

diciptakan untuk menggusur hak-hak adat orang Dayak. Praktek-

praktek penggusuran seperti apakah yang dilakukan pengusaha

pertambangan didukung dengan aparat negara menjadi satu analisis

dalam pemaparan berikut terkait dengan aktor dan jaringan aktor yang

terbentuk berikut isu-isu yang melandasi perlawanan orang Dayak.

Dalam bab keenam dan bab ketujuh akan memaparkan bentuk-

bentuk perlawanan orang Dayak termasuk menggunakan ruang publik

virtual sebagai saluran perlawanannya. Bentuk-bentuk perlawanan

dilakukan dengan membangun dan mengembangkan ideologi utama

perlawanan berikut aktor-aktor yang dilibatkan di dalamnya. Ideologi

utama perlawanan yang dimaksudkan terkait dengan hak-hak

masyarakat adat. Ideologi ini kemudiaan menjadi isu penting untuk

dibingkat melalui ruang publik virtual. Sejauh mana ruang publik

virtual dapat menjadi saluran perlawanan dan bagaimana ciri-cirinya

akan menjadi pembahasan pada bab ketujuh.

Pada bab kedelapan, atau sebagai bab terakhir dari disertasi yang

berbentuk buku ini, akan diulas apakah perlawanan orang Dayak

terhadap tambang dapat dikatakan berhasil atau tidak disertai sejumlah

temuan teoritik yang diharapkan kontributif bagi pengayaan khasanah

kajian studi pembangunan khususnya terkait dengan gerakan sosial di

Indonesia. Selain itu juga akan diulas implikasi hasil penelitian ini bagi

kebijakan pembangunan khususnya kebijakan pembangunan di sektor

pertambangan.