Data

download Data

of 3

Transcript of Data

a.

Coagulation-Flocculation Pada proses ini air yang mengalir dari sumur dimasukkan kedalam bak penampungan utama sebesar 10.000 liter dan diberi bahan kimia coagulant yang berfungsi untuk mengkoagulasikan parameter kimia dalam air yang berlebih dengan bahan kimia koagulan tadi sehingga terbentuk gumpalan setelah melewati proses koagulasi. Pendosisan bahan kimia ini melalui pompa dosis dengan persentase stroke pada pompa dosis tersebut tidak lebih dari 90 %, hal ini untuk menjaga agar pompa dosis tidak cepat rusak. Proses koagulasi ini adalah pencampuran pembentukan gumpalan dari air proses dengan bahan kimia koagulasi, pada proses ini harus dilakukan pengadukan cepat. Proses ini dilakukan karena dalam air proses mengandung Suspended Solid dan koloid, dimana dalam suspended solid tersebut mungkin mengandung mineral seperti pasir, lumpur, lempung dan lainnya atau bahan organik lain. Sedangkan koloid adalah sejenis suspended solid tapi ukurannya lebih kecil yang berukuran sekitar 1 mikron. Sedangkan flokulasi adalah proses pencampuran antara air proses dan koagulasi yang mungkin sudah terbentuk gumpalan dengan bahan kimia flocculant, yang berfungsi untuk pemberat flok atau sweep flok. Dimana proses koagulasi dan flokulasi adalah proses pemisahan antara larutan dan padatan, pada proses pengolahan ini flokulasi menggunakan tangki dengan pengaduk lambat agar endapan (flok) yang terbentuk tidak pecah, dan diproses lanjutannya padatan yang terbentuk dalam bentuk flok yang sudah cukup berat akan terpisah dengan air berdasarkan berat jenisnya.

b. Chemical Precipitation Pengendapan dalam pengolahan air bersih umumnya digunakan bahan kimia calcium carbonate dan metallic hydroxide, dimana tujuannya untuk membersihkan bicarbonate hardness khususnya calcium dan magnesium. Secara dasar reaksi kimia untuk pelunakan kapur (lime softening) adalah sebagai berikut : Ca(OH)2 + Ca(HCO3)2 Ca(OH)2 + Mg(HCO3) Ca(OH)2 + MgCO3 2CaCO3 + H2O dimana CaCO3 mengendap CaCO3 + 2H2O + MgCO3 dimana CaCO3 mengendap CaCO3 + Mg(OH)2

Sedangkan magnesiun carbonate relatif larut dan kelebihan dari kapurnya seperti reaksi berikut : -

Kita menggunakan bahan kimia calcium carbonate dan metallic hydroxide jika kita punya hardness dan alkalinity tinggi dan bermasalah, kelarutan dari calcium carbonate cukup bagus tapi endapan kapur yang terbentuk sebagai flok akan mengganggu karena cukup banyak kalau kita tidak punya alat treatment seperti filter press atau beltpress. 1) Chlorine Diinjeksikan pada bak 10.000 liter dengan maksud agar Fe(II) dan Mn(II) yang mungkin terdapat dalam air dapat teroksidasi menjadi Fe(III) dan Mn(IV) yang berupa endapan. 2) Coagulant Bahan kimia coagulant dapat berupa garam Al(III) atau garam Fe(III) dikarenakan kedua garam tersebut jika ditambah air akan terdisosiasi membentuk ion bervalensi 3 seperti Al3+ dan Fe3+ dan dalam hidrat membentuk kompleks dengan air sebagai Al(H2O)63+ dan Fe(H2O)63+ 3) Flocculant

Flocculant dan coagulant adalah suatu bahan kimia dimana air proses yang masuk ke dalam sistem yang banyak mengandung organic matter seperti TSS (Total Suspended Solid), koloid, clay, lumpur dan lain sebagainya yang menyebabkan air tampak keruh dan bau, pertama-tama kita beri bahan kimia koagulan agar air proses mulai membentuk endapan yang terapung, disini harus diberi dosis yang lebih banyak pada bahan kimia flokulan yang berfungsi untuk memberatkan flok yang terbentuk di koagulasi tapi masih ringan, yang jelas kedua proses ini bertujuan memisahkan padatan terlarut dalam air dengan airnya, sehingga kotoran dari padatan tadi terpisahkan, maka air yang dihasilkan akan tampak bening dan padatan tadi masuk dalam bak sedimentasi. Sehingga bahan kimia untuk flokulasi adalah berbentuk polymer. Filtration

4) Pressure Filter Dimana air masuk ke filter didorong dengan menggunakan tekanan dari pompa, bentuknya tertutup rapat agar tekanan pompa dapat diseimbangkan dengan tekanan kerja tangki filter. Pada proses dengan filter ini kita harus menggunakan tangki penampungan antara clarifier ke filter, dikarenakan air yang jatuh dari clarifier mempunyai tekanan nol sehingga air hasil olahan clarifier masuk dalam tangki dan dipompakan ke filter dengan tekanan yang disesuaikan. Karena air yang di filter masuk dari atas kebawah, sehingga permukaan pasir bagian atas akan cepat kotor maka diperlukan cuci balik dengan cara memompakan air masuk dari bawah dan dibuang keatas, sehingga bagian atas akan tercuci oleh air yang masuk dari bawah. 5) Gravity Filter Berbeda dengan filter bertekanan, pada gravity filter, pada permukaan atas sengaja dibuka dan air masuk dari bawah keatas, air bersih pun keluar dari bagian atas, tanpa perlu dicuci balik, tanpa perlu tekanan, dan yang utama tidak diperlukan tangki perantara, karena air langsung jatuh kedalam gravity filter. Pada unit ini terpasang gravity filter (dynamic sand filter, pasirnya yang bergerak dinamis dari bawah keatas, sehingga pasir selalu bersih karena tercuci).A. Suhu Secara umum, kenaikan suhu perairan akan mengakibatkan kenaikan aktivitas biologi sehingga akan membentuk oksigen lebih banyak lagi. Kenaikan temperatur air menyebabkan penurunan kadar oksigen terlarut. Kadar oksigen terlarut yang terlalu rendah akan menimbulkan bau yang tidak sedap akibat degradasi anaerobik yang mungkin saja terjadi. 1. Standar suhu air bersih didasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 416 Tahun 1990 tentang Syarat-Syarat dan Pengawasan Kualitas Air adalah 30C. Dari hasil pengamatan dari 46 hari praktek,

suhu air bersih berkisar dari 26-29C. Hasil ini menunjukkan bahwa suhu air pada air bersih di RSUD Bontang masih memenuhi standar persyaratan kualitas air bersih. 2. Standar suhu air limbah berdasarkan Keputusan Gubernur Kalimantan Timur Nomor 26 Tahun 2002 tentang Baku Mutu Limbah Cair bagi kegiatan industri dan usaha lainnya dalam Provinsi Kalimantan Timur adalah 30C. Dari hasil pengamatan dari 46 hari praktek, suhu air limbah berkisar dari 2729C. Hasil ini menunjukkan bahwa suhu air pada air limbah di RSUD Bontang masih memenuhi standar baku mutu limbah cair. B. Total Chlorine/Free Chlorine Total chlorine/free chlorine pada air bersih di RSUD Bontang berasal dari chlorine yang diberikan pada air untuk desinfektan. Desinfektan digunakan untuk membunuh bakteri patogen atau mikroorganisme berbahaya pada air. Standar kualitas total chlorine/free chlorine yang disyaratkan untuk air bersih adalah kurang dari 0,5 mg/l. Setelah dilakukan pemeriksaan kualitas pada air bersih, tidak terdapat total chlorine/free chlorine (0 ppm) yang menunjukkan bahwa air bersih yang diproduksi RSUD Bontang masih memenuhi standar persyaratan kualitas air bersih. C. pH Dalam penyediaan air, pH merupakan suatu faktor yang harus dipertimbangkan. pH air dimanfaatkan untuk menetukan indeks pencemaran dengan melihat tingkat keasaman atau kebasaan air. Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 416 Tahun 1990 tentang Syarat-Syarat dan Pengawasan Kualitas Air, pH air bersih adalah 6,59,0. Sedangkan untuk pH air limbah berdasarkan Keputusan Gubernur Kalimantan Timur Nomor 26 Tahun 2002 tentang baku mutu limbah cair adalah 6,9. D. Total Dissolved Solid (TDS) Zat padat selalu terdapat dalam air dan jika terlalu banyak tidak baik untuk air minum. Banyaknya zat padat yang disyaratkan untuk air bersih adalah kurang dari 300 mg/l. pengaruh yang terjadi jika nilai TDS tidak sesuai akan memberikan rasa tidak enak pada lidah dan mual jika diminum. E. Dissolved Oxygen (DO) Dissolved Oxygen (DO) merupakan salah satu parameter yang penting dalam kualitas air. Nilai DO biasanya diukur dalam bentuk konsentrasi yang menunjukkan jumlah oksigen dalam air. Semakin besar nilai DO mengindikasikan air tersebut memiliki kualitas yang bagus, sebaliknya jika nilai DO rendah maka air tersebut tercemar. Pengukuran DO juga bertujuan mengetahui sejauh mana badan air dapat menampung biota air seperti ikan dan mikroorganisme. Dari hasil pengamatan nilai DO cukup tinggi, hal ini disebabkan oleh kerja blower yang berlebihan. Apabila jumlah oksigen berlebih akan mengakibatkan sejumlah organisme seperti eceng gondok atau alga akan meningkat. Maka dari itu kerja blower harus dikurangi agar nilai DO sesuai dengan yang diharapkan yaitu 1 ppm.