data mia

2
Permasalahan remaja yang berhubungan dengan perilaku seksual pranikah dewasa ini sudah semakin banyak terjadi ini tercermin dari banyaknya kasus kehamilan yang tidak diinginkan yang berakhir pada tindakan aborsi serta timbulnya berbagai penyakit menular seksual termasuk HIV dan AIDS. Diperkirakan diseluruh dunia setiap tahun dilakukan 20 juta aborsi yang tidak aman, 70.000 wanita meninggal akibat aborsi yang tidak aman dan 1 dari 8 kematian ibu disebabkan oleh aborsi yang tidak aman. Diwilayah Asia Tenggara, WHO memperkirakan 4,2 juta aborsi dilakukan setiap tahunnya dan diantaranya 750.000 samapai 1,5 juta terjadi di Indonesia.Aborsi yang tidak aman saat ini di Indonesia berkontribusi terhadap 30-50% AKI dan ini merupakan yang tertinggi di ASEAN (Utomo dkk, 2001). Hasil studi PKBI sejak tahun 2000-2003 dari 37.000 kasus KTD, ternyata 27% diantaranya belum menikah termasuk diantaranya masih berstatus pelajar atau mahasiswa(Admin, 2008). (skripsi Gibran Priangga, 2010) Hal ini sejalan dengan penelitian Fajeriah (2008) mengenai pengetahuan, sikap, dan tindakan kespro di SMUN 5 , SMUN 3, dan SMU Kartika Chandrakirana Makassar Tahun 2008. Hasil penelitian tersebut memperlihatkan bahwa terdapat 56,7% siswa kelas 1 di SMUN 5 yang memiliki pengetahuan cukup mengenai kespro dan terdapat 54,4% siswa kelas 1 di SMUN 3 yang memiliki pengetahuan cukup mengenai hal tersebut. Dari penelitian tersebut,menunjukkan kepada kita bahwa keberadaan bimbingan konseling dalam program PIK –KRR membantu siswa dalam meningkatkan pengetahuan mereka tentang kespro. Pusat konseling di SMAN 5 Makassar banyak memberikan konseling hanya bagi siswa yang mempunyai masalah kespro dan mau datang ke Pusat Konseling dan Kespro remaja, sehingga bagi siswa yang merasa tidak mempunyai masalah kespro tidak mau datang ke PIK –KRR, akan mendapat konseling bersama teman di kelas selama 1 jam pelajaran (45 menit). Masalahnya adalah terkadang ada siswa yang tidak mau menghadirinya sehingga merasa bimbingan konseling tidak penting baginya. Terkadang guru piket yang

Transcript of data mia

Permasalahan remaja yang berhubungan dengan perilaku seksual pranikah dewasa ini sudah semakin banyak terjadi ini tercermin dari banyaknya kasus kehamilan yang tidak diinginkan yang berakhir pada tindakan aborsi serta timbulnya berbagai penyakit menular seksual termasuk HIV dan AIDS. Diperkirakan diseluruh dunia setiap tahun dilakukan 20 juta aborsi yang tidak aman, 70.000 wanita meninggal akibat aborsi yang tidak aman dan 1 dari 8 kematian ibu disebabkan oleh aborsi yang tidak aman. Diwilayah Asia Tenggara, WHO memperkirakan 4,2 juta aborsi dilakukan setiap tahunnya dan diantaranya 750.000 samapai 1,5 juta terjadi di Indonesia.Aborsi yang tidak aman saat ini di Indonesia berkontribusi terhadap 30-50% AKI dan ini merupakan yang tertinggi di ASEAN (Utomo dkk, 2001). Hasil studi PKBI sejak tahun 2000-2003 dari 37.000 kasus KTD, ternyata 27% diantaranya belum menikah termasuk diantaranya masih berstatus pelajar atau mahasiswa(Admin, 2008).(skripsi Gibran Priangga, 2010)Hal ini sejalan dengan penelitian Fajeriah (2008) mengenai pengetahuan, sikap, dan tindakan kespro di SMUN 5 , SMUN 3, dan SMU Kartika Chandrakirana Makassar Tahun 2008. Hasil penelitian tersebut memperlihatkan bahwa terdapat 56,7% siswa kelas 1 di SMUN 5 yang memiliki pengetahuan cukup mengenai kespro dan terdapat 54,4% siswa kelas 1 di SMUN 3 yang memiliki pengetahuan cukup mengenai hal tersebut.Dari penelitian tersebut,menunjukkan kepada kita bahwa keberadaan bimbingan konseling dalam program PIK KRR membantu siswa dalam meningkatkan pengetahuan mereka tentang kespro. Pusat konseling di SMAN 5 Makassar banyak memberikan konseling hanya bagi siswa yang mempunyai masalah kespro dan mau datang ke Pusat Konseling dan Kespro remaja, sehingga bagi siswa yang merasa tidak mempunyai masalah kespro tidak mau datang ke PIK KRR, akan mendapat konseling bersama teman di kelas selama 1 jam pelajaran (45 menit). Masalahnya adalah terkadang ada siswa yang tidak mau menghadirinya sehingga merasa bimbingan konseling tidak penting baginya. Terkadang guru piket yang ditugaskan atau pengurus PIK-KRR itu sendiri yang berasal dari siswa SMA N 5 juga, tidak memberikan konseling sesuai dengan jadwal yang telah ditentukan, sehingga efektivitas bimbingan konseling itu hanya 52,7% saja. Sungguh angka yang sangat disayangkan, padahal di kota makassar SMA N 5 Makassar dibawahi langsung oleh BKKBN untuk memberikan PIK-KRR dari tahun 2007 hingga saat ini.(Skripsi Eka Wahyu Purwannti, 2011)