daste
-
Upload
satriani-ni-wayan -
Category
Documents
-
view
221 -
download
0
description
Transcript of daste
1. Kelenjar dan Hormon Tiroid
Tiroid adalah suatu kelenjar kecil berbentuk seperti kupu-kupu yang terletak persis
disebelah bawah kartilago tiroid (Adam’s apple). Kelenjar tiroid menghasilkan hormon-
hormon yang akan mempengaruhi proses metabolisme tubuh dan besarnya energi. Hormon
tiroid mengatur energi tubuh, penggunaan hormon-hormon lain dan vitamin serta
pertumbuhan dan maturasi (pematangan) jaringan-jaringan tubuh (Pramudianto dan Evaria,
2010).
Hormon tiroid tiroksin (T4) dan triiodothyronine (T3) yang dibentuk pada tiroglobulin,
glikoprotein besar disintesis dalam sel tiroid. Iodida diangkut melalui membran basolateral
melalui porter natrium/iodium (Na+/I-) dari ruang ekstraseluler ke dalam sel folikel tiroid.
Tiosianat (SCN-), perklorat (ClO4-), dan perteknetat (TcO4
-), brom, fluor, dan litium memblok
transportasi iodida ke dalam tiroid. Residu tirosin iodinasi monoiodotirosin (MIT) dan
Diiodotirosin (DIT) bergabung membentuk iodotironin. Dengan begitu, dua molekul DIT
bergabung untuk membentuk T4, sedangkan MIT dan DIT merupakan T3 (Dipiro, dkk.,
2008).
T4 dan T3 diangkut ke dalam aliran darah oleh tiga protein diantaranya tiroksin-binding
globulin (TBG), transthyretin (TTR), dan albumin. Pertumbuhan dan fungsi tiroid dirangsang
oleh aktivasi reseptor thyrotropin oleh TSH (thyroid stimulating hormone). TSH merangsang
ekspresi tiroglobulin dan peroksidase tiroid gen serta meningkatkan penghabisan iodida.
Reseptor hormon tiroid aktif mengatur ekspresi gen tanpa adanya hormon, biasanya dapat
menghasilkan efek antagonis. Reseptor tiroid mentranslokasi dari sitoplasma ke inti sel,
berinteraksi dengan T3 dan gen target. Reseptor tiroid terdapat pada tiga isoform, yaitu TRβ2,
TRβ1, dan TRα1, dengan variasi ekspresi masing-masing dalam jaringan yang berbeda.
Produksi hormon tiroid diatur dalam dua jalur. Pertama, hormon tiroid diatur oleh TSH dan
disekresi oleh hipofisis anterior.. Kedua, deiodinasi ekstrathyroidal T4 ke T3 diatur oleh
berbagai faktor termasuk gizi, hormon nonthyroidal, obat-obatan, dan penyakit (Dipiro, dkk.,
2008).
2. Hipotiroidisme
Hipotiroidisme didefinisikan sebagai sindrom klinis dan biokimia yang dihasilkan dari
penurunan produksi hormon tiroid. Hipotiroidisme terjadi 1,5% - 2% pada wanita dan 0,2%
pada pria, dan insidensi meningkat seiring bertambahnya usia. Sebagian besar pasien
mengalami hipotiroidisme primer karena terjadi kegagalan kelenjar tiroid yang disebabkan
oleh tiroiditis autoimun kronis. Risiko lebih tinggi terkena hipotiroidisme terjadi pada wanita
postpartum, individu dengan riwayat keluarga dengan gangguan tiroid autoimun dan pasien
dengan kepala dan leher terkena iradiasi tiroid pada operasi sebelumnya, kondisi endokrin
autoimun lainnya (misalnya, DM tipe 1, insufisiensi adrenal, dan kegagalan ovarium),
beberapa gangguan autoimun nonendokrin lainnya, hipertensi pulmonal primer, serta sindrom
Down dan Turner (Dipiro, dkk., 2008).
Hipotiroidisme sekunder disebabkan oleh kegagalan hipofisis namun jarang, tetapi
harus dicurigai pada pasien dengan penurunan tingkat T4 dan TSH yang tidak normal.
Kebanyakan pasien dengan hypothyroidism sekunder karena produksi TSH yang kurang
memiliki tanda-tanda klinis insufisiensi hipofisis yang lebih umum, seperti menstruasi yang
abnormal dan penurunan libido (Dipiro, dkk., 2008).
3. Gejala Klinis Hipotiroidisme
Kelambanan, berpikir lambat dan gerakan yang canggung dan lambat.
Penurunan frekuensi jantung, pembesaran jantung (jantung miksedema) dan
penurunan curah jantung
Pembengkakan dan edema kulit terutama di bawah mata dan di pergelangan kaki
Intoleransi terhadap suhu dingin
Penurunan laju metabolisme, penurunan kebutuhan kalori, penurunan nafsu makan
dan absorpsi zat gizi yang melewati usus
Konstipasi
Perubahan fungsi reproduksi
Kulit kering dan bersisik serta rambut kepala dan rambut tubuh yang tipis dan rapuh.
(Corwin, 2009)
4. Diagnosis Hipotiroidisme
a. Pada hipotiroidisme primer, konsentrasi serum TSH harus ditingkatkan. Pada
hipotiroidisme sekunder, tingkat TSH dapat berada dalam atau di bawah kisaran referensi;
ketika bioaktivitas TSH diubah, tingkat immunoassay bahkan dapat meningkat.
b. Konsentrasi T4 dan T3 bebas dan/atau total dalam serum harus rendah.
c. Antibodi peroksidase antitiroid dan antibodi antithyroglobulin kemungkinan akan
meningkat pada tiroiditis autoimun.
d. Peningkatan TSH adalah tanda pertama dari hipotiroidisme primer. Banyak pasien akan
memiliki tingkat T4 bebas dalam kisaran normal (kompensasi hipotiroidisme) dan ada gejala
hipotiroidisme. Konsentrasi T4 bebas akan turun di bawah tingkat normal. Produksi thyroidal
akan bergeser ke arah jumlah yang lebih besar dari T3, dan dengan demikian konsentrasi T3
akan sering dipertahankan dalam batas normal.
(Dipiro, dkk., 2008).
Daftar Pustaka :
Corwin, E.J. 2009. Buku Saku Patofisiologi, Edisi ke-3. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran
EGC.
DiPiro, Joseph T., Robert L. Talbert, Gary C. Yee, Gary R. Matzke, Barbara G. Wells dan L.
Michael Posey. 2008. Pharmacotherapy A Pathophysiologic Approach, 7th edition.
New York: Mc Graw Hill Medical.
Medical. Pramudianto, Arlina dan Evaria. 2010. MIMS Indonesia Petunjuk Konsultasi.
Jakarta : UBM Medica Asia.