Dasar Teori Turap

21
BAB II LANDASAN TEORI 2.1 PENGERTIAN TURAP Konstruksi turap adalah satu konstruksi yang banyak digunakan dalam rekayasa sipil, yang bisa berupa konstruksi sederhana hingga konstruksi sangat berat. Yang dimaksud dengan turap adalah konstruksi yang dapat menahan tanah disekelilingnya, mencegah terjadinya kelongsoran, dan biasanya terdiri dari dinding turap dan penyangganya. Turap yang banyak dipakai adalah turap dengan tiang tegak, papan turap, serta turap yang terdiri dari jajaran tiang-tiang, dan kadang-kadang dipakai turap beton yang dicor di tempat (Cast-in-place) seperti pada konstruksi tembok menerus di bawah tanah. 2.2 JENIS TURAP DARI SEGI BAHANNYA Tiang-tiang turap (sheet piles) sering digunakan untuk membangun sebuah dinding yang berfungsi sebagai penahan tanah, yang bisa berupa konstruksi berskala besar maupun kecil. Dinding turap, oleh karena fungsinya sebagai penahan tanah, maka konstruksi ini digolongkan juga sebagai jenis lain dari dinding penahan tanah (retaining walls). Perbedaan mendasar antara dinding turap dan dinding penahan tanah terletak pada keuntungan penggunaan dinding turap pada kondisi tidak diperlukannya pengeringan air (dewatering). Terdapat beberapa jenis tiang turap yang biasa digunakan: (a) tiang turap kayu, (b) tiang turap beton pracetak (precast concrete sheet piles), dan (c) tiang turap baja.

description

fdg

Transcript of Dasar Teori Turap

Page 1: Dasar Teori Turap

BAB II

LANDASAN TEORI

2.1 PENGERTIAN TURAP

Konstruksi turap adalah satu konstruksi yang banyak digunakan dalam rekayasa

sipil, yang bisa berupa konstruksi sederhana hingga konstruksi sangat berat. Yang dimaksud

dengan turap adalah konstruksi yang dapat menahan tanah disekelilingnya, mencegah terjadinya

kelongsoran, dan biasanya terdiri dari dinding turap dan penyangganya. Turap yang banyak

dipakai adalah turap dengan tiang tegak, papan turap, serta turap yang terdiri dari jajaran tiang-

tiang, dan kadang-kadang dipakai turap beton yang dicor di tempat (Cast-in-place) seperti pada

konstruksi tembok menerus di bawah tanah.

2.2 JENIS TURAP DARI SEGI BAHANNYA

Tiang-tiang turap (sheet piles) sering digunakan untuk membangun sebuah

dinding yang berfungsi sebagai penahan tanah, yang bisa berupa konstruksi berskala

besar maupun kecil. Dinding turap, oleh karena fungsinya sebagai penahan tanah, maka

konstruksi ini digolongkan juga sebagai jenis lain dari dinding penahan tanah (retaining

walls). Perbedaan mendasar antara dinding turap dan dinding penahan tanah terletak pada

keuntungan penggunaan dinding turap pada kondisi tidak diperlukannya pengeringan air

(dewatering).

Terdapat beberapa jenis tiang turap yang biasa digunakan: (a) tiang turap kayu, (b)

tiang turap beton pracetak (precast concrete sheet piles), dan (c) tiang turap baja.

Gambar 2.1 Contoh dinding turap: (a) turap di air, (b) braced cut

Page 2: Dasar Teori Turap

2.2.1 Turap Kayu

Tiang turap kayu digunakan hanya untuk konstruksi ringan yang bersifat sementara yang

berada di atas permukaan air. Tiang turap yang biasa digunakan adalah papan kayu atau

beberapa papan yang digabung (wakefield piles). Papan kayu kira-kira dengan ukuran

penampang 50 mm x 300 mm dengan takik pada ujung-ujungnya seperti terlihat pada

Gambar 2.2 (a). Tiang wakefield dibuat dengan memakukan tiga papan secara bersama-

sama dimana papan tengahnya dioffset sejauh 50 - 75 mm seperti pada Gambar 2.2 (b).

Papan kayu juga bisa ditakik dalam bentuk takik lidah dalam Gambar 2.2 (c). Atau pada

Gambar 2.2 (d) dengan menggunakan besi yang ditanamkan pada masih-masing papan

setelah tiang dimasukkan ke dalam tanah.

Gambar 2.2 Berbagai jenis turap kayu

2.2.2 Turap Beton

Sheet pile beton merupakan balok-balok beton yang telah dicetak sebelum dipasang dengan

bentuk tertentu. Balok-balok sheet pile dibuat saling mengkait satu sama lain. Masing-masing

balok, kecuali dirancang kuat menahan beban-beban yang akan bekerja pada waktu

pengangkatannya.

Sheet pile beton ini biasanya digunakan untuk konstruksi berat yang dirancang dengan

tulangan untuk menahan beban permanen setelah konstruksi dan juga untuk menangani tegangan

yang dihasilkan selama konstruksi. Penampang tiang-tiang ini adalah  sekitar 500-800 mm lebar

Page 3: Dasar Teori Turap

dan tebal 150-120 mm. Ujung bawah turap biasanya dibentuk meruncing untuk memudahkan

pemancangan.

Gambar 2.3 Turap Beton

Page 4: Dasar Teori Turap

2.2.3 Turap Baja

Tebal sheet pile baja berkisar antara 10-13 mm. Penampang sheet pile bisa berbentuk Z,

lengkung dalam (deep arch), lengkung rendah (low arch) atau sayap lurus (straight web). Interlok

pada sheet pile dibentuk seperti jempol-telunjuk atau bola-keranjang yang bisa dihubungkan

sehingga dapat menahan air.

Gambar 2.4 Hubungan tiang turap: (a) jenis jempol-telunjuk (b) jenis bola-keranjang

2.3 JENIS TURAP DARI SEGI KONSTRUKSINYA

Terdapat berbagai type sheetpile yang dapat dipilih sesuai dengan keunggulan masing-

masing type dan kondisi lokasi :

2.3.1 Type Kantilever

Type Kantilever adalah struktur sheetpile tanpa sistem angker dan sistem penyangga lain,

sehingga kekuatan bahan harus mampu menahan gaya luar yang terjadi atau Momen Tekuk

Bahan Momen Tekuk luar yang bekerja pada struktur.

Sistem ini sesuai untuk dinding penahan dengan beban ringan dan bila adanya pergeseran

struktur tidak mempengaruhi kerusakan struktur lain. Sistem pengangkutan dan pemasangan

struktur relatif mudah

Page 5: Dasar Teori Turap

2.3.2 Type Struktur dengan angker

Type angker yang dipasang pada struktur dikelompokkan dalam 4 jenis yaitu:

- Type tie rod

- Type angker dari tiang pancang miring

- Type angker lantai (platform)

- Type Multi-strut (banyak ikatan)

a. Type tie rod paling banyak digunakan, dan umumnya dipasang dengan kombinasi adanya

‘dinding angker’ (deadman anchor). Namun sistem tie rod ini dapat dipasang sendirian

ataupun dalam jumlah lebih dari satu, dan tanpa adanya deadman angker.

Secara keseluruhan karakteristik dari sistem ini adalah sebagai berikut :

- Sangat menguntungkan bila dipasang pada lokasi yang memungkinkan jarak antara tie rod

dengan muka tanah sedekat mungkin agar pemasangan tie rod mudah.

- Sheetpile yang berdiri sendiri tanpa ikatan di laut terbuka akan tidak stabil untuk itu harus

diangker atau diberi tanah isi dibelakangnya (backfill)

- Jarak atau ruang dibelakang dinding dibutuhkan untuk pemasangan angker tie rod

Gambar 2.5 Turap angker dengan type tie rod

b. Type Angker dari tiang pancang miring dapat dipilih bila pemasangan angker tie rod tidak

memungkinkan, dan biasanya tiang pancang dipancang miring dengan sudut tertentu terhadap

kepala sheetpile(bulk-heads) dan selanjutnya diikat erat agar dinding sheetpile menjadi stabil.

Type ini dapat dipilih bila memenuhi ciri sebagai berikut :

- ruangan atau jarak dibelakang dinding untuk pemasangan tie-rod sangat terbatas

- sangat cocok untuk dipakai untuk dinding di daerah reklamasi ataupun sebagai

breakwater dinding tegak, karena punya stabilitas tinggi

- memungkinkan pekerjaan pelaksanaan dilakukan saat gelombang tinggi

- Waktu pelaksanaan pekerjaan dan biaya konstruksi dapat dihemat karena pekerjaan

hanya berupa pemancangan baik untuk sheetpile maupun tiang pancang miringnya

Page 6: Dasar Teori Turap

- Kombinasi tiang pancang miring dengan sheetpile sangat efektif dalam menahan gaya

tekan tanah

- Tiang pancang miring umumnya dipancang lebih dalam dari pada sheetpile karena gaya

lateral luar harus mampu ditahan oleh kemampuan tarik dari tiang pancang miring

-

Gambar 2.6 Turap angker dengan type tiang pancang miring

c. Type angker lantai atau type platform merupakan type struktur angker yang berbentuk seperti

lantai yang mengikat tiang pancang. Gaya lateral atau gaya horizontal yang terjadi akan

ditahan oleh tekanan tanah pasif pada bagian sheetpile yang terbenam, dan gaya tahan dari

lantai dan tiang pancang dibawahnya.

Ciri- ciri type platform yang dapat digunakan dalam pertimbangan pemilihannya :

- Sangat cocok bila diatas struktur akan dibebani crane atau gantry crane, karena pondasi

untuk crane dapat sekaligus bekerja sebagai angker

- Type ini membutuhkan waktu pelaksanaan lebih lama dan biaya lebih mahal dibanding

sistem sheetpile tie rod

- Dalam menghitung gaya lateral akibat gempa, harus diperhatikan gaya inertia yang bekerja

pada sistem lantainya.

Gambar 2.7 Turap angker dengan type lantai/platform

Page 7: Dasar Teori Turap

d. Type Multi-strut berupa dinding sheetpile yang disokong oleh beberapa strut (balok

penghubung dua dinding), dan umumnya digunakan sebagai penyangga yang bersifat

sementara untuk galian. Strut dapat berupa balok kayu atau balok baja profil Wide flange, dan

selama pelaksanaan harus dilakukan secara hati-hati karena banyaknya faktor yang tidak

diketahui.

2.3.1 Type Struktur Selular (Cellular)

Bentuk cellular diperoleh dengan membuat bentuk lingkaran dari sheetpile datar lalu

dipancang dan didalamnya diisi dengan material

2.3.2 Type struktur dinding sheetpile ganda (Double sheetpile wall)

Berbentuk 2 dinding yang dibangun paralel satu terhadap yang lain dihubungkan oleh tie

rods atau pakai balok, dan ruangan yang terbentuk diantara 2 dinding diisi material agar

terbentuk dinding penuh. Gaya luar yang terjadi harus mampu ditahan oleh tanah pasif dari

sheetpile yang terbenam, dan juga ditahan oleh gaya geser dari material pengisi dan kemampuan

menahan bengkokan dari bahan sheetpiles.

Struktur ini biasa digunakan pada dinding konstruksi dari Cofferdam, pengarah struktur

tanggul, breakwater, dan konstruksi yang berhadapan langsung dengan laut, atau pada lokasi-

lokasi yang tidak memungkinkan dipasang tie rods disebabkan keterbatasan

2.4 TEKANAN TANAH LATERAL

Tekanan tanah lateral adalah sebuah parameter perencanaan yang penting di dalam

sejumlah persoalan teknik pondasi, dinding penahan dan konstruksi–konstruksi lain yang ada di

bawah tanah. Semuanya ini memerlukan perkiraan tekanan lateral secara kuantitatif pada

pekerjaan konstruksi, baik untuk analisa perencanaan maupun untuk analisa stabilitas.

Tekanan aktual yang terjadi di belakang dinding penahan cukup sulit diperhitungkan

karena begitu banyak variabelnya. Ini termasuk jenis bahan penimbunan, kepadatan dan kadar

airnya, jenis bahan di bawah dasar pondasi, ada tidaknya beban permukaan, dan lainnya.

Akibatnya, perkiraan detail dari gaya lateral yang bekerja pada berbagai dinding penahan

hanyalah masalah teoritis dalam mekanika tanah.

Jika suatu dinding penahan dibangun untuk menahan batuan solid, maka tidak ada

tekanan pada dinding yang ditimbulkan oleh batuan tersebut. Tetapi jika dinding dibangun untuk

menahan air, tekanan hidrotatis akan bekerja pada dinding. Pembahasan berikut ini dibatasi

untuk dinding penahan tanah, perilaku tanah pada umumnya berada diantara batuan dan air,

dimana tekanan yang disebabkan oleh tanah jauh lebih tinggi dibandingka n oleh air. Tekanan

pada dinding akan meningkat sesuai dengan kedalamannya.

Page 8: Dasar Teori Turap

Pada prinsipnya kondisi tanah dalam kedudukannya ada 3 kemungkinan, yaitu :

- Dalam Keadaan Diam (Ko)

- Dalam Keadaan Aktif (Ka)

- Dalam Keadaan Pasif (Kp)

2.4.1 Tekanan Tanah Dalam Keadaan Diam

Bila kita tinjau massa tanah seperti yang ditunjukkan dalam Gambar 2.5 Massa tanah dibatasi

oleh dinding dengan permukaan licin AB yang dipasang sampai kedalaman tak terhingga. Suatu

elemen tanah yang terletak pada kedalaman h akan terkena tekanan arah vertikal dan tekanan

arah horizontal.

Gambar 2.8 Tekanan tanah dalam keadaan diam

Bila dinding AB dalam keadaan diam, yaitu bila dinding tidak bergerak ke salah satu arah

baik kekanan maupun kekiri dari posisi awal, maka massa tanah akan berada dalam keadaan

keseimbangan elastik (elastic equilibrium). Rasio tekanan arah horizontal dan tekanan arah

vertikal dinamakan “ koefisien tekanan tanah dalam keadaan diam “ Ko, atau :

Ko=σhσv

............................................................................................(2.1)

Karena 𝞂v = 𝛾h, maka

σh=Ko(γh)....................................................................................................(2.2)

Sehingga koefisien tekanan tanah dalam keadaan diam dapat diwakili oleh hubungan empiris yang

diperkenalkan oleh Jaky (1994).

Page 9: Dasar Teori Turap

Ko=1−sin (2.3)

Gambar 2.9 Distribusi tekanan tanah dalam keadaan diam

Gambar 2.9 menunjukkan distribusi tekanan tanah dalam keadaan diam yang bekerja

pada dinding setinggi H. Gaya total per satuan lebar dinding, Po, adalah sama dengan luas dari

diagram tekanan tanah yang bersangkutan. Jadi :

Po=12

Ko γ H 2.....................................................................................(2.4)

2.4.2 Tekanan Tanah Aktif dan Pasif

Konsep tekanan tanah katif dan pasif sangat penting untuk masalah- masalah stabilitas

tanah, pemasangan batang-batang penguat pada galian. Desain dinding penahan tanah, dan

pembentukan penahanan tarik dengan memakai berbagai jenis peralatan pengukur.

Permasalahan disini hanyalah semata-mata untuk menentukan faktor keamanan terhadap

keruntuhan yang di sebabkan oleh gaya lateral. Pemecahan di peroleh dengan membandingkan

gaya-gaya (kumpulan gaya-gaya yang bekerja).

- Gaya I adalah gaya yang cenderung menghancurkan,

- Gaya II adalah gaya yang cenderung mencegah keruntuhan.

- Gaya pengancur disini misalnya gaya-gaya lateral yang bekerja horizontal atau

mendatar.

- Gaya penghambat misalnya berat dari bangunan/struktur gaya berat dari bangunan ini

arah bekerja vertikal sehingga dapat mengahambat gaya lateral atau gaya yang bekerja

horizontal.

a) Tekanan Tanah Aktif

Page 10: Dasar Teori Turap

Seperti ditunjukkan pada Gambar 2.7, akibat dinding penahan berotasi ke kiri terhadap titik A,

maka tekanan tanah yang bekerja pada dinding penahan akan berkurang perlahan-lahan sampai

mencapai suatu harga yang seimbang. Tekanan tanah yang mempunyai harga tetap atau seimbang

dalam kondisi ini disebut tekanan tanah aktif.

Gambar 2.10 Dinding yang berotasi akibat tekanan aktif tanah

Menurut teori Rankine, untuk tanah berpasir tidak kohesif, besarnya gaya lateral pada

satuan lebar dinding akibat tekanan tanah aktif pada dinding setinggi H dapat dinyatakan dalam

persamaan berikut:

Pa=12

γ H 2 Ka................................................................................................(2.5)

Dimana harga Ka untuk tanah datar adalah

Ka=Koefisientanah aktif =1−sin 1+sin

= tan2(45 °−2

) .................................(2.6)

Dimana : Berat isi tanah (g/cm3)

H = tinggi dinding (m)

sudut geser tanah (o)

Adapun langkah yang dipakai untuk tanah urugan di belakang tembok apabila berkohesi

(Kohesi adalah lekatan antara butir-butir tanah, sehingga kohesi mempunyai pengaruh

mengurangi tekanan aktif tanah sebesar 2 c √Ka), maka tegangan utama arah horizontal untuk

kondisi aktif adalah:

Pa=12

γ H 2 Ka−2 c √Ka H ............................................................................(2.7)

Page 11: Dasar Teori Turap

b) Tekanan Tanah Pasif

Menurut teori rankine, untuk tanah pasir tidak kohesif, besarnya gaya lateral pada dinding

akibat tekanan tanah pasif setinggi H dapat dinyatakan dalam persamaan berikut:

P=12

γ H 2 Kp ..............................................................................

Dimana harga Kp untuk tanah datar adalah

Kp=Koefisien tanah pasif =1+sin 1−sin

=tan 2(45 °+ 2

) ................................(2.9)

Dimana: Berat isi tanah (g/cm3)

H = tinggi dinding (m)

udut geser tanah (o)

Adapun langkah yang dipakai untuk tanah berkohesi, maka tegangan utama arah

horizontal untuk kondisi pasif adalah:

Pp=12

γ H 2 Kp+2 c √Kp H ............................................................................(2.10)

Page 12: Dasar Teori Turap

3.1 Analisa Stabilitas Lereng

Dilihat dari stabilitas lereng bantaran Sungai Segah jalan bujangga maka untuk anallisa

perhitungan digunakan metode Bishop. Persamaan faktor keamanan untuk analisis stabilitas

lereng cara Bishop adalah :

F=

R∑i−1

i=n

[ [c ' bi+(W 1−1−ru ) tan∅ ] 1cosθ1 (1+ tan∅ /F ) ]

∑i−1

i=n

W isin θ1

(2.66)

3.4.1. Stabilitas lereng

Apabila permukaan cenderung membentuk lereng, maka tegangan geser karena gaya berat atau

gaya air rembesan dan gaya gempa timbul di dalam tanah. Bila tegangan geser melampaui

tahanan geser tanah maka tanah mulai runtuh dan akhirnya terjadi keruntuhan tanah sepanjang

bidang yang menerus dan massa tanah di atas bidang menerus ini biasanya disebut bidang

gelincir.

Lereng adalah suatu permukaan tanah yang tidak horizontal, yang membentuk kemiringan atau

sudut terhadap garis horizontal. Gaya-gaya gravitasi dan gaya air rembesan (seepage) cenderung

menyebabkan ketidakstabilan pada lereng alami ataupun pada lereng yang akan dibentuk dengan

cara penggalian, dan pada lereng tanggul serta bendungan tanah.

Pada bidang rekayasa sipil ada beberapa lereng yang kita kenal yaitu :

a. Lereng alam, lereng yang terbentuk karena proses alam

b. Lereng yang dibuat dari tanah asli, misalnya lereng gunung dipotong untuk pembuatan

jalan.

c. Lereng dari tanah asli yang dipadatkan.

Ada 3 (tiga) jenis kelongsoran yang sering terjadi pada lereng yaitu :

1. Kelongsoran lereng/talud dangkal (shallow slope failure)

Merupakan kelongsoran yang terjadi sepanjang bidang gelincir yang masih dalam batas lereng.

2. Kelongsoran ujung kaki/talud (toe failure)

Merupakan kelongsoran yang terjadi pada ujung bawah lereng.

3. Kelongsoran dasar lereng.

Page 13: Dasar Teori Turap

Merupakan kelongsoran yang terjadi pada bidang gelincir melewati ujung bawah lereng.

Analisa stabilitas lereng pada konsepnya berdasarkan pada keseimbangan plastis batas (limit

plastic equilibrium). Maksud analisa stabilitas adalah untuk menentukan faktor aman dari bidang

longsor yang potensial. Ada beberapa anggapan yang telah dibuat dalam analisa stabilitas lereng

yaitu:

1. Kelongsoran lereng terjadi di sepanjang permukaan bidang longsor tertentu.

2. Massa tanah yang longsor dianggap berupa benda pasif.

3. Tahanan geser dari massa tanah pada titik sepanjang bidang longsor tidak tergantung dari

orientasi permukaan longsor (kuat geser dianggap isotropis).

4. Faktor aman didefinisikan dengan memperhatikan tegangan geser rata-rata sepanjang

bidang longsor yang potensial dan kuat geser tanah rata-rata sepanjang permukaan longsor.

Kelongsoran tanah terjadi karena adanya pergerakan tanah pada suatu bidang tertentu yang

disebut bidang longsor atau bidang gelincir. Bidang gelincir bisa berbentuk busur lingkaran atau

disebut Rotasional Slide dan juga berbentuk lurus atau sejajar permukaan tanah, ini biasa disebut

Translation Slide. Bila terjadi kelongsoran berarti kekuatan geser tanah telah terlampaui artinya

perlawanan geser sepanjang bidang gelincir tidak mampu menahan beban-beban yang bekerja

pada bidang tersebut.

Lereng adalah suatu permukaan tanah yang tidak horizontal, yang membentuk kemiringan atau

sudut terhadap garis horizontal. Gaya-gaya gravitasi dan gaya air rembesan (seepage) cenderung

menyebabkan ketidakstabilan pada lereng alami ataupun pada lereng yang akan dibentuk dengan

cara penggalian, dan pada lereng tanggul serta bendungan tanah. Apabila tegangan geser akibat

gaya-gaya tersebut melampaui tahanan geser tanah maka tanah akan mulai runtuh dan akhirnya

terjadilah keruntuhan tanah sepanjang bidang yang menerus (bidang gelincir) dan massa tanah di

atas bidang gelincir ini akan longsor dan akan disebut dengan keruntuhan lereng.

3.4.2. Faktor keamanan

Mengingat lereng terbentuk oleh material yang sangat beragam dan banyak faktor ketidak-

pastian, maka dalam mendesain suatu penanggulangan selalu dilakukan penyederhanaan dengan

berbagai asumsi. Secara teoritis massa yang bergerak dapat dihentikan dengan menaikkan faktor

keamanannya.

Hal yang perlu dipertimbangkan dalam penentuan kriteria faktor keamanan adalah resiko yang

dihadapi, kondisi beban dan parameter yang digunakan dalam melakukan analisis kemantapan

lereng. Resiko yang dihadapi dibagi menjadi tiga yaitu: tinggi, menengah, rendah. Dalam analisis

harus dipertimbangkan kondisi beban yang menyangkut gempa dan tanpa gempa (normal).

Page 14: Dasar Teori Turap

Parameter yang digunakan menyangkut hasil pengujian dengan harga batas atau sisi dengan

mempertimbangkan ketelitiannya.

Tabel 3.1 Faktor Keamanan Minimum Kemampatan Lereng

Parameter Kekuatan Geser**)

Resiko*) Kondisi Beban Maksimum Sisa

Teliti

Kurang

Teliti Teliti

Kurang

Teliti

Tinggi Dengan gempa 1,50 1,75 1,35 1,50

Tanpa gempa 1,80 2,00 1,60 1,80

Menengah Dengan gempa 1,30 1,60 1,20 1,40

Tanpa gempa 1,50 1,80 1,35 1,50

Rendah Dengan gempa 1,10 1,25 1,00 1,10

Tanpa gempa 1,25 1,40 1,10 1,20

Keterangan:

*):

a. Resiko tinggi bila ada konsekuensi terhadap manusia cukup besar (ada pemukiman), dan

atau bangunan sangat mahal, dan atau sangat penting.

b. Resiko menengah bila ada konsekuensi terhadap manusia tetapii sedikit (bukan

pemukiman), dan atau bangunan tidak begitu mahal dan atau tidak begitu penting.

c. Resiko rendah bila tidak ada konsekuensi terhadap manusia dan terhadap bangunan

(sangat murah).

**):

a. Kekuatan geser maksimumadalah harga puncak dan dipakai apabila massa tanah/batuan

yang potensial longsor tidak mempunyai bidang diskontinuitas (perlapisan, rekahan, sesar, dan

sebagainya) dan belum pernah mengalami gerakan.

b. Kekuatan geser residual dipakai apabila: (i) massa tanah/batuan yang potensial bergerak

mempunyai bidang diskontinuitas, dan atau (ii) pernah bergerak (walaupun tidak mempunyai

bidang diskontinuitas).

(Sumber: Buku Petunjuk Perencanaan Penanggulangan Longsor)

Secara umum faktor keamanan (SF) untuk stabilitas lereng:

1. Apabila SF < 1

Berarti keruntuhan pada lereng terjadi dan hal tersebut menunjukkan bahwa kuat geser tanah

yang tersedia untuk menahan longsor adalah kecil.

Page 15: Dasar Teori Turap

2. Apabila SF berkisar antara 1 s/d 1,25

Berarti keruntuhan pada lereng terjadi.

3. Apabila SF > 1,25

Berarti menunjukkan bahwa keruntuhan tidak terjadi.

1. Analisa θ = 0

FK = Momen Penahan

Momen Penggerak (2.67)

FK = c . R 2.θ

W . x (2.68)

2. Analisa c – θ

FK =Momen Penahan

Momen Penggerak (2.69)

FK = ∑ (c . L+W .cosθ . tan∅ )W . sinθ

(2.70)

(Sumber: Mekanika Tanah, Stabilitas Lereng, hal 259 – 261)

3.4.3. Perencanaan stabilitas lereng

Beberapa metode yang digunakan untuk menganalisa stabilitas lereng antara lain:

1. Metode Fellinius (1927)

Metode ini dipakai untuk bidang runtuh yang berupa lingkaran pada semua jenis tanah dan

pemakaiannya sederhana (praktis). Analisa stabilitas dengan metode ini menganggap gaya-gaya

yang bekerja pada sisi kanan dan kiri dari sembarang irisan mempunyai resultan nol pada arah

tegak lurus bidang longsornya.

2. Metode Alan W. Bishop

Metode ini sama dengan metode Fellinius yaitu gaya-gaya yang bekerja pada sisi-sisi irisan

resultannya nol pada arah vertikal bidang longsor, hanya saja dalam pemakaiannya agak rumit

dan membutuhkan cara coba-coba tetapi cara ini menghasilkan penelitian yang lebih teliti.

3. Diagram Bishop dan Morgestren (1960)

Pada metode ini penyelesaian stabilitas lereng dapat digunakan untuk menghitung faktor

keamanan pada tinjauan tegangan efektif. Metode ini dapat digunakan pada bidang runtuh baik

lingkaran maupun nonlingkaran untuk semua jenis tanah, hanya saja pemakaian metode ini agak

rumit (menggunakan komputer)

4. Metode Janbu (1956)

Pada metode ini digunakan untuk bidang runtuh lingkaran dan non lingkaran tetapi

pemakaiannya agak rumit (menggunakan komputer).

Page 16: Dasar Teori Turap