Dasar Teori Safety Stock

27
2.2 Landasan Teori Landasan teori yang dijelaskan pada bab ini digunakan sebagai pendukung dan dasar teori mengenai tema yang dilakukan dalam kerja praktek. Landasan teori terdiri dari penjelasan mengenai definisi Klasifikasi ABC (Analisa Pareto), peramalan beserta metodenya, sistem persedian, dan metode pengendalian persediaan. 2.2.3 Klasifikasi ABC Sesuai hukum Pareto, barang-barang yang disimpan dibagi berdasar pada sistem persediaan dalam tiga kelas yaitu A, B, dan C. Klasifikasi ini dibuat berdasarkan nilai barang terhadap investasi total tahunan barang yang disimpan. Sering ditemui situasi dimana dari ribuan item persediaan yang harus dikontrol hanya beberapa saja yang mempunyai nilai pemakaian tahunan yang tinggi, sedangkan sebagian besar hanya mempunyai nilai pemakaian yang rendah, nilai pemakaian tahunan yang dimaksud adalah sebagai berikut : Nilai pemakaian tahunan = Annual Used x Nilai Unit cost......persamaan 2.2 Klasifikasi ABC adalah suatu pedoman dalam manajemen persediaan untuk menetapkan prioritas pengontrolan. Dalam klasifikasi ABC, persediaan diklasifikasikan menurut nilai Program Studi Teknik Industri Fakultas Teknik UNDIP 1

Transcript of Dasar Teori Safety Stock

Page 1: Dasar Teori Safety Stock

2.2 Landasan Teori

Landasan teori yang dijelaskan pada bab ini digunakan sebagai pendukung dan

dasar teori mengenai tema yang dilakukan dalam kerja praktek. Landasan teori terdiri

dari penjelasan mengenai definisi Klasifikasi ABC (Analisa Pareto), peramalan beserta

metodenya, sistem persedian, dan metode pengendalian persediaan.

2.2.3 Klasifikasi ABC

Sesuai hukum Pareto, barang-barang yang disimpan dibagi berdasar pada sistem

persediaan dalam tiga kelas yaitu A, B, dan C. Klasifikasi ini dibuat berdasarkan nilai

barang terhadap investasi total tahunan barang yang disimpan. Sering ditemui situasi

dimana dari ribuan item persediaan yang harus dikontrol hanya beberapa saja yang

mempunyai nilai pemakaian tahunan yang tinggi, sedangkan sebagian besar hanya

mempunyai nilai pemakaian yang rendah, nilai pemakaian tahunan yang dimaksud

adalah sebagai berikut :

Nilai pemakaian tahunan = Annual Used x Nilai Unit cost......persamaan 2.2

Klasifikasi ABC adalah suatu pedoman dalam manajemen persediaan untuk

menetapkan prioritas pengontrolan. Dalam klasifikasi ABC, persediaan diklasifikasikan

menurut nilai pemakaian tahunannya, sehingga dapat dibedakan menjadi tiga kelas,

yaitu :

Kelas A : Nilai pemakaian tahunannya tinggi (≤80%)

Kelas B : Nilai pemakaian tahunannya tinggi (≤15%)

Kelas C : Nilai pemakaian tahunannya tinggi (≤5%)

Kelas A mewakili item bernilai tinggi dengan pengawasan tinggi, sedang item B

memerlukan pengawasan menengah dengan jumlah item sedang, dan item C sebagai

item terbanyak tetapi membutuhkan pengawasan minimum.

Prosedur untuk melakukan klasifikasi ABC adalah sebagai berikut :

1. Mentabulasikan nama, harga per unit, dan jumlah unit yang dikonsumsi per tahun.

2. Mengalikan harga per unit dengan jumlah unit yang dipakai selama setahun untuk

mendapatkan nilai rupiah konsumsi setahun dari masing-masing item.

Program Studi Teknik IndustriFakultas Teknik UNDIP

1

Page 2: Dasar Teori Safety Stock

3. Menjumlahkan nilai rupiah tahunan untuk keseluruhan item dan hitung persentase

pemakaian tahunan untuk tiap-tiap item.

4. Mengurutkan item-item mulai dari yang komsumsi rupiah tahunannya besar.

5. Membuat klasifikasi ABC dengan klasifikasi Kelas A ≤ 80%, B ≤ 15%, dan C ≤ 5%.

2.2.4 Peramalan

Peramalan adalah suatu proses untuk mengestimasi atau memperkirakan kejadian

yang akan datang. Dalam dunia usaha, sesuatu yang terjadi di periode mendatang

sangatlah penting untuk diketahui oleh pihak manajemen (pengusaha) untuk

menentukan kebijakan-kebijakan yang perlu diambil saat ini demi kelancaran

operasional. Peramalan merupakan bagian integral dari kegiatan pengambilan keputusan

manajemen. Perusahaan atau organisasi selalu menentukan sasaran dan tujuan tersebut.

Kebutuhan akan peramalan meningkat sejalan dengan usaha manajemen untuk

mengurangi ketergantungannya pada hal-hal yang belum pasti, apalagi seiring dengan

meningkatnya kompleksitas, persaingan dan tingkat perubahan lingkungan (Makridakis

dan Whellwright, 1992).

1. Prinsip-prinsip Peramalan

a. Peramalan melibatkan kesalahan (error). Jadi peramalan sifatnya hanya

mengurangi ketidakpastian tetapi tidak menghilangkan.

b. Peramalan memakai tolok ukur kesalahan. Jadi pemakai harus tahu besar

kesalahan yang dapat digunakan dalam satuan unit atau persentase.

c. Peramalan jangka pendek lebih akurat dibandingkan peramalan jangka panjang,

karena dalam jangka pendek kondisi-kondisi cenderung tetap atau berubah

lambat.

2. Metode-metode Peramalan

Secara garis besar ada 2 macam metode peramalan yang dapat digunakan:

a. Peramalan dengan menggunakan metode kualitatif.

Peramalan dengan metode kualitatif dilakukan dengan beberapa alasan sebagai

berikut:

• Data masa lalu belum pernah ada atau susah diperoleh.

• Trend data masa lalu diperkirakan berbeda dengan trend masa yang akan

datang.

Program Studi Teknik IndustriFakultas Teknik UNDIP

2

Page 3: Dasar Teori Safety Stock

Pola data stationer Pola data musiman

Pola data siklis Pola data trend

b. Peramalan dengan menggunakan metode kuantitatif.

Peramalan dengan kuantitatif dapat dilakukan dengan beberapa persyaratan

sebagai berikut:

• Data masa lalu bisa diperoleh dan dapat dikuantifikasi.

• Data masa lalu diperkirakan memiliki trend yang sama dengan data yang

akan datang.

Metode peramalan kuantitatif dapat digolongkan pada dua bagian, yaitu:

a. Teknik deret berkala (time series), yaitu memperlakukan proses untuk

memperoleh output/ taksiran sebagai sistem yang tidak bisa diketahui/ black box

dan tidak perlu dilakukan usaha untuk menelusurinya. Berdasar pola datanya,

metode time series ada 4 tipe yaitu : pola stasioner, musiman (seasonal), siklik,

trend. Gambar 2.5 merupakan gambar dari masing-masing pola data time series :

Gambar 2.6 Pola Data Tome Series Sumber : Vincent Gasperz, 2001

Keterangan gambar:

Pola data stationer (horizontal):

Program Studi Teknik IndustriFakultas Teknik UNDIP

3

Page 4: Dasar Teori Safety Stock

Suatu data runtut waktu yang bersifat stationer atau horizontal, dimana serial

data nilai rata-ratanya tidak berubah sepanjang waktu (data berfluktuasi konstan

pada nilai tertentu.

Pola data musiman:

Suatu data runtut waktu yang bersifat musiman, dimana data mempunyai

perubahan yang berulang (sekumpulan data dipengaruhi faktor musiman).

Pola data siklis:

Suatu data yang dipengaruhi fluktuasi ekonomi jangka panjang.

Pola data trend:

Suatu data runtut waktu yang bersifat trend. Suatu data runtut waktu dikatakan

mempunyai trend jika nilai harapannya beubah sepanjang waktu sehingga data

tersebut diharapkan akan meningkat atau menurun selama periode dimana

peramalan diinginkan.

b. Teknik explanatory/kausal, yaitu menganggap output/ taksiran mempunyai

hubungan sebab akibat dengan input dalam sistem.

3. Metode-Metode Peramalan Kuantitatif Time Series

Persamaan matematis yang digunakan dalam masing-masing metode peramalan

kuantitatif tersebut adalah sebagai berikut (Slipper dan Bulfin,1997).

a. Weighted Moving Average

..……………………...…..………..…..persamaan 2.3

b. Single exponential smoothing

F(0) = A(1)

F(t) = A(t) + (1 - ) F(t - 1)......................….....…..………..persamaan 2.4

f(t + ) = F(t)

Pengaruh smoothing α pada metode ini yaitu semakin besar α, smoothing yang

dilakukan semakin kecil, dan sebaliknya. Karena α berupa variabel, masalah

pada peramalan metode ini dalah mencari nilai α yang optimal.

c. Double exponential smoothing

Program Studi Teknik IndustriFakultas Teknik UNDIP

4

Page 5: Dasar Teori Safety Stock

F(0) = (0) = A(1)

F(t) = A(t) + (1 - ) F(t - 1)

(t) = F(t) + (1 - ) (t - 1) ..…….................................…..persamaan 2.5

f(t + ) = (t)

d. Adaptive exponential smoothing

Metode ini dimulai dengan menetapkan nilai α, pada setiap periode, pengecekan

terhadap nilai α dengan 3 nilai, α-0.05, α, α+0.05, akan diperoleh nilai F(t)

dengan error absolut terkecil. Formula untuk metode ini adalah

F(0) = A(1)

F(t) = A(t) + (1 - )F(t – 1) ....…......................................persamaan 2.6

Keterangan :

t : waktu / periode

: waktu dari t

m: : periode moving average

α : parameter first smoothing

β : parameter trend smoothing

γ : parameter seasonal smoothing

A(t) : aktual data dalam periode t

f(t) : peramalan untuk periode t

T(t) : trend untuk periode t

W(t) : bobot untuk periode t

I(t) : seasonal index untuk periode t

e(t) : kesalahan dalam periode t, yang mana A(t) - f(t)

A : rata rata data aktual

4. Pemilihan Teknik Peramalan

Sebelum memilih suatu model peramalan tertentu, sebaiknya kita

mengidentifikasi pola historis dari data aktual permintaannya. Dalam hal ini kita

dapat memplotkan data permintaan aktual ke dalam grafik. Grafik dapat berupa:

a. Jika pola historisnya bergerak didaerah garis lurus (relatif stabil) maka kita

bisa menggunakan model rata-rata bergerak (Moving Average).

Program Studi Teknik IndustriFakultas Teknik UNDIP

5

Page 6: Dasar Teori Safety Stock

b. Jika pola historisnya membentuk tren maka kita dapat menggunakan model

analisis garis kecenderungan (Trend Line Analysis).

c. Jika pola historisnya bergejolak atau tidak stabil dari waktu ke waktu maka

kita dapat menggunakan model peramalan pemulusan eksponensial

(Exponential Smoothing)

d. Model yang digunakan juga mungkin merupakan campuran dari dua atau

ketiga model diatas. Seperti Moving Average with Linear Trend, Exponential

Smoothing with Linear Trend, Double Exponential Smoothing with Linear

Trend, ataupun Winter’s Model.

5. Pengukuran Kesalahan Peramalan

Peramalan yang baik mempunyai berbagai kriteria yang penting antara lain

akurasi, biaya dan kemudahan. Akurasi dari suatu hasil peramalan diukur dengan

bias dan konsistensi peramalan. Hasil peramalan dikatakan bias bila peramalan

tersebut terlalu tinggi atau terlalu rendah dibandingkan dengan kenyataan yang

sebenarnya terjadi. Hasil peramalan dikatakan konsisten jika besar kesalahan

peramalan relatif kecil. Ukuran akurasi hasil peramalan merupakan tingkat

perbedaan antara hasil peramalan dengan permintaan yang sebenarnya terjadi.

(Slipper dan Bulfin, 1997). Ukuran akurasi peramalan yang biasa digunakan yaitu:

a. Mean Error

……………………………………...………..persamaan 2.7

b. Mean Absolut Deviation

.......………………...………….....……..persamaan 2.8

c. Sum Of Square Error

...... ..………………………….....………….persamaan 2.9

d. Mean Squared Error

………..…………………………………persamaan 2.10

a. Standard Deviation of Error

Program Studi Teknik IndustriFakultas Teknik UNDIP

6

Page 7: Dasar Teori Safety Stock

……………..………………………..persamaan 2.11

b. Percentage Error

..……………………………............…..persamaan 2.12

c. Mean Percentage Error

………………………………………...persamaan 2.13 h.

Mean Absolute Percentage Error

…….......…………………………..persamaan 2.14

dimana ei merupakan kesalahan (error) pada periode i yang nilainya didapat dari

selisih antara nilai aktual dengan nilai ramalan periode i. Secara matematis ei

dinyatakan sebagai berikut :

Xi : data aktual pada periode i

Fi : hasil forecasting pada periode ke-i

6. Validasi Model Peramalan

Tracking signal adalah suatu ukuran bagaimana baiknya suatu ramalan

memperkirakan nilai-nilai aktual. Suatu ramalan diperbaharui setiap minggu, bulan,

atau triwulan, sehingga data permintaan yang baru dibandingkan terhadap nilai-nilai

ramalan. Tracking signal dihitung sebagai running sum of the forecast error (RFSE)

dibagi dengan mean absolut deviation (MAD). persamaan untuk menentukan

tracking signal adalah

Tracking Signal = = …………………….…persamaan 2.15

Keterangan:

RFSE : Running sum of the forecast error

Program Studi Teknik IndustriFakultas Teknik UNDIP

7

Page 8: Dasar Teori Safety Stock

Yt : Nilai aktual pada periode t

: Nilai peramalan pada periode t

Tracking signal yang positif menunjukkan bahwa nilai aktual permintaan

lebih besar daripada ramalan, sedangkan tracking signal yang negatif berarti nilai

aktual permintaan lebih kecil daripada ramalan. Suatu tracking signal disebut baik

apabila memiliki RFSE yang rendah, dan mempunyai positif error yang sama

banyak atau seimbang dengan negatif error, sehingga pusat dari tracking signal

mendekati nol. Apabila tracking signal telah dihitung, peta kontrol tracking signal

dapat dibangun dengan nilai tracking signal maksimum ± 4, sebagai batas-batas

pengendalian untuk tracking signal, yang memiliki batas kontrol atas dan batas

kontrol bawah.

2.2.5 Pengertian Persediaan

Persediaan adalah bahan atau barang yang disimpan yang akan digunakan untuk

memenuhi tujuan tertentu, misalnya untuk proses produksi atau perakitan, untuk dijual

kembali, dan untuk suku cadang dan suatu peralatan atau mesin (Herjanto, 1999).

Persediaan dapat berupa bahan mentah, bahan pembantu, barang dalam proses, barang

jadi, ataupun suku cadang.

Persediaan merupakan suatu hal yang tak terhindarkan. Penyebab timbulnya

persediaan sebagai berikut:

1. Mekanisme pemenuhan atas permintaan. Permintaan

terhadap suatu barang tidak dapat terpenuhi seketika bila barang tersebut tidak

tersedia sebelumnya. Untuk menyiapkan barang tersebut, diperlukan waktu untuk

pembuatan dan pengiriman, maka adanya persediaan merupakan hal yang sulit

dihindarkan.

2. Keinginan untuk meredam ketidakpastian. Ketidakpastian

terjadi akibat permintaan yang bervariasi dan tidak pasti dalam jumlah maupun

kedatangan, waktu pembuatan yang tidak cenderung konstan antara satu produk

dengan produk berikutnya, waktu tenggang (lead time) yang cenderung tidak pasti

karena banyak faktor yang tidak dapat dikendalikan. Ketidakpastian ini dapat

diredam dengan mengadakan persediaan.

Program Studi Teknik IndustriFakultas Teknik UNDIP

8

Page 9: Dasar Teori Safety Stock

3. Keinginan melakukan spekulasi yang bertujuan

mendapatkan keuntungan besar dari kenaikan harga di masa mendatang.

2.2.6 Sistem Persediaan

Sistem pengendalian persediaan adalah mekanisme mengenai bagaimana

mengelola masukan yang berhubungan dengan persediaan menjadi output, sehingga

diperlukan umpan balik agar output memenuhi standar tertentu. Mekanisme ini adalah

pembuatan serangkaian kebijakan yang memonitor tingkat persediaan, menentukan

persediaan yang harus dijaga, kapan reorder point harus dilakukan, dan berapa besar

order quantity. Sistem ini bertujuan menetapkan dan menjamin tersedianya produk jadi,

barang dalam proses, komponen, dan bahan baku secara optimal, dalam kuantitas dan

pada waktu yang optimal. Kriteria optimal adalah minimasi biaya total yang terkait

dengan persediaan, yaitu biaya penyimpanan, biaya pemesanan, dan biaya kekurangan

persediaan.

Variabel keputusan dalam pengendalian sistem persediaan sebagai berikut:

1. Berapa banyak jumlah barang yang akan dipesan atau

dibuat.

2. Kapan pemesanan atau pembuatan harus dilakukan.

3. Berapa jumlah persediaan pengaman.

4. Bagaimana mengendalikan persediaan.

Klasifikasi model persediaan berdasarkan karakteristik demand (Elsayed, 1994)

sebagai berikut:

1. Static deterministic inventory model: pada model ini, permintaan bersifat

deterministic (jumlah total persediaan yang terjadi pada periode waktu yang tetap,

nilainya diketahui dan konstan) dan tingkat permintaan sama setiap periode.

2. Dynamic deterministic inventory model: permintaan setiap periode diketahui

dan konstan, tetapi tingkat permintaan bervariasi setiap periodenya.

3. Static probabilistic inventory model: permintaan merupakan variabel random,

memiliki distribusi probabilitas yang bergantung pada panjangnya periode.

Distribusi probabilitas permintaan adalah sama setiap periode.

Program Studi Teknik IndustriFakultas Teknik UNDIP

9

Page 10: Dasar Teori Safety Stock

4. Dynamic probabilistic inventory model: sama seperti model static

probabilistic inventory model, tetapi distribusi probabilitas permintaan setiap

periode bervariasi.

2.2.7 Biaya Dalam Sistem Persediaan

Unsur biaya yang terdapat dalam persediaan dapat digolongkan menjadi tiga, yaitu

biaya pemesanan, biaya penyimpanan, dan biaya kekurangan persediaan.

1. Biaya pemesanan

Biaya pemesanan (ordering costs, set up cost, procurement costs) adalah biaya yang

dikeluarkan sehubungan dengan kegiatan pemesanan part, sejak dari penempatan

pemesanan sampai tersedianya barang di gudang. Biaya pemesanan ini meliputi

semua biaya yang dikeluarkan dalam rangka mengadakan pemesanan barang

tersebut, yang dapat mencakup biaya administrasi dan penempatan order, biaya

pemilihan vendor/ pemasok, biaya pengangkutan dan bongkar muat, biaya

penerimaan dan biaya pemeriksaan barang. Biaya pemesanan tidak tergantung dari

jumlah yang dipesan, tetapi tergantung dari berapa kali pesanan dilakukan.

2. Biaya penyimpanan

Biaya penyimpanan (carrying costs, holding costs) adalah biaya yang dikeluarkan

berkenaan dengan diadakannya persediaan barang. Yang termasuk biaya ini, antara

lain biaya sewa gudang, biaya administrasi pergudangan, gaji pelaksana

pergudangan, biaya listrik, biaya modal yang tertanam dalam persediaan, biaya

asuransi, ataupun biaya kerusakan, kehilangan atau penyusutan barang selama

dalam penyimpanan. Biaya modal merupakan komponen biaya penyimpanan yang

terbesar, baik itu berupa biaya bunga kalau modalnya berasal dan pinjaman maupun

biaya oportunitas apabila modalnya milik sendiri. Biaya penyimpanan dapat

dinyatakan dalam dua bentuk, yaitu sebagai persentase dari nilai rata-rata persediaan

per-tahun dan dalam bentuk rupiah per-tahun per-unit barang.

3. Biaya kekurangan persediaan

Biaya kekurangan persediaan (shortage costs, stock out costs) adalah biaya yang

timbul sebagai akibat tidak tersedianya barang pada waktu diperlukan. Biaya

kekurangan persediaan ini pada dasarnya bukan biaya nyata (riil), melainkan berupa

biaya kehilangan kesempatan. Termasuk dalam biaya ini, antara lain semua biaya

Program Studi Teknik IndustriFakultas Teknik UNDIP

10

Page 11: Dasar Teori Safety Stock

kesempatan yang timbul karena terhentinya proses produksi sebagai akibat tidak

adanya bahan yang diproses, biaya administrasi tambahan, biaya tertundanya

penerimaan keuntungan, bahkan biaya kehilangan pelanggan.

2.2.8 Penentuan Jumlah Pembelian yang Optimal (EOQ)

Untuk dapat melaksanakan pengadaan bahan baku dalam perusahaan, harus

diadakan pembelian terlebih dahulu. Dalam pelaksanaan pembelian ini persoalan yang

mungkin akan dihadapi perusahaan adalah menentukan beberapa kali pembelian bahan

baku dilaksanakan untuk memenuhi kebutuhan proses produksi dan efisiensi dari

persediaan yang diselenggarakan di dalam perusahaan, berapa kali pembelian bahan

baku ini dilakukan, sebelumnya manajemen perusahaan akan memperhitungkan baiya-

biaya persediaan yang harus dikeluarkan dalam pembelian tersebut.

Kuantitas pembelian yang optimal (Economic Order Quantity) adalah

merupakan suatu jumlah pembelian bahan yang akan dapat mencapai biaya persediaan

yang paling minimal. (Agus Ahyari, 1979). Dengan adanya kuntitas optimal ini

diharapkan biaya-biaya persediaan yang timbul akan dapat ditekan serendah-rendahnya

sehingga efisiensi persediaan bahan dalam perusahaan dapat terlaksana dengan sebaik-

baiknya. Dalam menentukan besarnya jumlah persediaan yang optimal ini, hanya

diperhatikan biaya variabel dari persediaan tersebut, baik biaya variabel yang bersifat

perubahannya searah dengan perubahan jumlah persediaan yang dibeli (dipesan)

maupun biaya variabel yang sifat perubahannya berlawanan dengan jumlah persediaan

tersebut. Dua jenis biaya tersebut, yaitu :

a. Biaya pesan,

Yaitu biaya yang dikelurkan sehubungan dengan kegiatan pemesanan bahan mentah.

Biaya ini berubah sesuai dengan frekuensi pemesanan. Semakin tinggi frekuensi

pemesanan semakin tinggi biaya pemesanannya. Sebaliknya biaya ini berbanding

terbalik dengan jumlah bahan setiap kali pemesanan. Hal ini disebabkan karena

semakin besar jumlah setiap kali pemesanan berarti frekuensinya menjadi semakin

rendah, misalnya :

Biaya-biaya persiapan pemesanan.

Biaya administrasi.

Program Studi Teknik IndustriFakultas Teknik UNDIP

11

Page 12: Dasar Teori Safety Stock

Biya pengiriman pemesanan.

b. Biaya simpan

Yaitu biaya-biaya yang dikeluarkan sehubungan dengan kegitan penyimpanan bahan

mentah yang telah dibeli. Biaya ini berubah sesuai dengan jumlah bahan yang

disimpan. Semakin besar jumlah setiap kali pemesanan maka biaya penyimpanan

mempunyai sifat yang berlainan dengan biaya pemesanan, misalnya:

Biaya pemeliharaan/memiliki persediaan.

Biaya perbaikan kerusakan barang.

Biaya modal.

Biaya bahan bakar

Biaya listrik gudang

Dengan memperhatikan kedua jenis biaya di atas maka jumlah pembelian yang

paling ekonomis dapat dihitung dengan rumus :

EOQ = ……………………………..…………....…

persamaan 2.16

Keterangan :

EOQ = Jumlah pembelian bahan yang ekonomis

Oc = Biaya pemesanan tiap kali pesan (Ordering Cost)

A = Jumlah Permintaan

Hc = Biaya penyimpanan per unit (Holding Cost)

Namun, penentuan jumlah pesanan optimal dengan EOQ juga memperhatikan

besarnya tingkat permintaan. Jadi, jika jumlah pemesanan menurut EOQ lebih besar

dari jumlah permintaan, maka dipilih nilai yang lebih kecil

c. Total Cost Pembelian

Perhitungan Total Cost pembelian dangan metode EOQ dapat ditentukan dengan

persamaan berikut :

Program Studi Teknik IndustriFakultas Teknik UNDIP

12

Page 13: Dasar Teori Safety Stock

Total Cost EOQ = ...............persamaan 2.17

EOQ = Jumlah pembelian bahan yang ekonomis

Oc = Biaya pemesanan tiap kali pesan (Ordering Cost)

A = Jumlah Permintaan

Hc = Biaya penyimpanan per unit (Holding Cost)

P = Price (harga)

2.2.9 Menentukan Reorder Quantity (ROQ)

Dengan menggunakan rumus di bawah ini ROQ dapat ditentukan sebagai berikut :

ROQ = (Average Monthly Used x Av. Lead Time) x K-faktor….persamaan 2.18

Dimana K-faktor : diambil sebesar 1,65 yang member service level/tingkat

kepercayaan sebesar 95% (persen order tanpa kemungkinan stock out). Tabel nilai K-

faktor dapat dilihat dalam Tabel 2.1 berikut ini :

Tabel 2.1 Faktor Pengamanan dan Tingkat Kepercayaan

Faktor Pengamanan Tingkat Kepercayaan0,00 50,00%0,67 75,00%0,84 80,00%1,00 84,13%1,28 90,00%1,50 93,00%1,65 95,00%2,00 97,72%2,20 98,61%2,24 99,18%2,50 99,80%2,75 99,70%2,88 99,80%3,00 99,86%4,00 99,9%

Sedangkan untuk menentukan nilai Total Cost dari metode ROQ dapat ditentukan

dari persamaan berikut ini :

Program Studi Teknik IndustriFakultas Teknik UNDIP

13

Page 14: Dasar Teori Safety Stock

Total Cost ROQ = ...............persamaan 2.19

ROQ = Jumlah Pemesanan Kembali

Oc = Biaya pemesanan tiap kali pesan (Ordering Cost)

A = Jumlah Permintaan

Hc = Biaya penyimpanan per unit (Holding Cost)

P = Price (harga)

2.2.10 Penentuan Waktu Tunggu (Lead Time) dan Titik Pemesanan Kembali

(ROP) Penentuan Waktu Tunggu (Lead Time) dan Titik Pemesanan

Kembali (ROP)

Sebelumnya akan dibahas terlebih dahulu tentang ketidakpastian bahan baku

yang kemungkinan akan dihadapi perusahaan. Ketidakpastian ini timbul karena segala

sesuatu yang telah direncanakan perusahaan tidak berjalan sesuai dengan kenyataan.

Secara umum ketidakpastian ini akan dipisahkan menjadi dua macam : (Marwan

Asri, 1981)

a. Ketidakpastian yang berasal dari dalam perusahaan

Ketidakpastian timbul akibat dari penyerapan bahan baku yang tidak sama dengan

perencanaan pemakaian bahan baku yang telah disusun sebelumnya. Faktor-faktor

yang menjadi penyebab keadaan tersebut antara lain karena adanya gangguan teknis

dalam pelaksanaan proses produksi, adanya pesanan kilat, kerja lembur, tidak

dipenuhinya standar kualitas bahan baku dan sebagainya.

b. Ketidakpastian yang berasal dari luar perusahaan

Ketidakpastian ini timbul akibat faktor-faktor dari luar perusahaan. Dalam

melakukan pembelian (pemesanan) bahan baku, ada kalanya bahan yang dipesan

tersebut akan datang lebih cepat atau lambat dari waktu yang telah disepakati

bersama. Keduanya akan mendatangkan akibat yang tidak menguntungkan bagi

perusahaan. Untuk mengatasi ketidakpastian bahan baku dari luar perusahaan harus

dicari titik pemesanan kembali yang paling optimal (reorder point = ROP). Namun

sebelumnya harus dicari terlebih dahulu waktu tunggu (lead time) yang tepat untuk

bahan baku tersebut.

Program Studi Teknik IndustriFakultas Teknik UNDIP

14

Page 15: Dasar Teori Safety Stock

Adapun yang dimaksud reorder point adalah saat atau titik dimana harus diadakan

pemesanan lagi sedemikian rupa sehingga penerimaan atau kedatangan material yang

dipesan itu tepat pada waktu dimana persediaan di atas safety stock sama dengan nol.

Sedangkan lead time adalah jangka waktu sejak dilakukannya pemesanan sampai saat

datangnya bahan mentah yang dipesan siap untuk digunakan dalam proses produksi.

(Marwan Asri, 1981).

Faktor-faktor yang harus diperhatikan dalam penentuan reorder point adalah:

a. Penggunaan meterial selama tenggang waktu mendapatkan barang yaitu waktu

dimana meliputi dimulainya usaha-usaha untuk memesan barang atau meterial

tersebut diterima dan ditempatkan dalam gudang.

b. Besarnya safety stock yaitu jumlah persediaan pengaman yang harus ada untuk

menjamin kelangsungan proses produksi.

Cara menentukan reorder point antara lain dengan :

a. Menetapkan jumlah penggunaan selama lead time dan ditambah dengan persentase

tertentu.

b. Dengan menetapkan penggunaan selama lead time dan ditambah dengan safety

stock.

ROP = ( d x L ) + SS....................................................persamaan 2.20

(Bambang Riyanto, 1994)

Keterangan :

ROP = Titik pesanan kembali

d = Penggunaan bahan rata-rata

L = Lead time rata-rata

SS = Safety stock

2.2.10 Penentuan Persediaan Pengaman (Safety Stock)

Safety stock merupakan persediaan pengaman yang harus ada dalam perusahaan

yang berguna untuk menjaga kemungkinan terjadi kekurangan bahan (stock out).

Kemungkinan stock out ini disebabkan karena penggunaan bahan yang melebihi

perkiraan semula atau karena terlambat pengiriman bahan yang dipesan. Untuk

Program Studi Teknik IndustriFakultas Teknik UNDIP

15

Page 16: Dasar Teori Safety Stock

menentukan besarnya persediaan pengaman ini digunakan analisis statistik. Dengan

menggunakan rumus standart deviasi sebagai berikut :

Dimana Xi = kebutuhan pada bulan/periode i

= Rata-rata kebutuhan

n = jumlah sampel suatu data

Setelah nilai standar deviasi didapat, dengan menggunakan nilai n – 1 dicari

dalam tabel t (nilai penyimpangan) kemudian dimasukkan dalam rumus safety stock.

Safety stock (SS) = Z x SD……………………………………persamaan 2.21

Dimana :

Z = tabel distribusi normal/policy factor. Service level (misal Z = 95%, ini berarti

tingkat pelayanan sebesar 95% dari permintaan atau dengan kata lain

penjagaan terhadap kemungkinan terjadinya stock out hanya 5%).

SD = standar deviasi atau simpangan baku

2.2.11 Grafik hubungan antara EOQ, Safety Stock (SS) dan ROP

Persediaan

(dalam unit)

ROP

Jumlah stock pada waktu

material yang dipesan datang

penggunaan selama

procurement lead time

safety stock

lead time waktu

Program Studi Teknik IndustriFakultas Teknik UNDIP

16

Page 17: Dasar Teori Safety Stock

Gambar 2.7 Grafik hubungan antara EOQ, Safety Stock (SS) dan ROP Sumber : Dr Vincent Gaspersz, D.Sc, CIQA, CFPIM. 2001

2.2.12 Penentuan Persediaan Maksimum dan Minimum

Persediaan maksimum adalah jumlah persediaan yang paling banyak yang boleh

dimiliki oleh perusahaan. Maksud diadakannya persediaan maksimum adalah untuk

menghindari kemungkinan terjadinya pemborosan akibat dari modal yang ditanam

perusahaan. Untuk menentukan berapa jumlah persediaan maksimum dapat dihitung

dengan cara sebagai berikut:

Persediaan maksimum = safety stock (SS) + EOQ………….……persamaan 2.22

Persediaan minimum = (Av. Annual Used x Av. L.Time) + SS…...persamaan 2.23

TC ( Min-Max) =

.............................................................................................persamaan 2.24

1.2.13 Pengendalian Persediaan dengan Metode Blanket Order

Blanket Order mengalokasikan pesanan dalam beberapa waktu tertentu dalam

satu periode. Metode ini biasanya diterapkan untuk pesanan yang berulang.

Dalam PT. Pupuk Kalimantan Timur, pesanan dengan metode Blanket Order

dilakukan dua kali dalam satu tahun (satu periode).

Jumlah Pasokan (Q) = ........................................................persamaan 2.25

TC (Blanket Order) =

.........................................................................................persamaan 2.26

1.2.14 Pengendalian Persediaan dengan Metode Konsinyasi (Consigment)

Program Studi Teknik IndustriFakultas Teknik UNDIP

17

Page 18: Dasar Teori Safety Stock

Transaksi konsinyasi adalah transaksi penitipan barang consignor (pihak yang

memiliki barang) kepada consignee (pihak yang mengusahakan penjualan

barang). Pembayaran dilakukan setelah barang tersebut terjual. Barang

merupakan kepemilikan consignor, namun consignee berkewajiban memelihara

sesuai perjanjian yang telah disepakati.

TC (Konsinyasi) = .........persamaan 2.27

Program Studi Teknik IndustriFakultas Teknik UNDIP

18