dasar teori modalitas.docx
description
Transcript of dasar teori modalitas.docx
DASAR TEORI
Cita rasa merujuk pada stimulasi bintil pengecap, reseptor yang ada pada lidah. Ketika
kita membicarakan tentang cita rasa makanan, umumnya yang kita maksud adalah rasa makanan.
Indra lain dalam konteks terpisah, tetapi akson pengecapan dan penciuman bersatu pada sebuah
sel di sebuah area yang disebut korteks endopiriform (Fu, Sugai, Yoshimura, dan Onoda, 2004).
Adanya penggabungan tersebutlah yang memungkinkan pengecapan dan penciuman menyatukan
pengaruhnya dalam hal pemilihan makanan. Reseptor cita rasa bukanlah neuron sejati, tetapi
merupakan sel-sel kulit yang termodifikasi. Sama seperti neuron, reseptor cita rasa memiliki
membran yang dapat tereksitasi dan melepaskan neurotransmitter untuk mengeksitasi neuron.
Neuron tersebutlah yang akan mengantarkan informasi ke otak. Seperti layaknya sel kulit,
reseptor cita rasa secara bertahap terkikis dan tergantikan, tiap reseptor bertahan selama 10
hingga 14 hari (Kinnamon, 1987). Reseptor cita rasa mamalia berada di dalam bintil pengecap
yang terletak di papilla (papillae), suatu struktur yang ada di permukaan lidah. Tiap papilla
mengandung nol hingga 10 atau bahkan lebih bintil pengecap (Arvidson dan Friberg, 1980), dan
dalam tiap bintil pengecap terdapat sekitar 50 sel reseptor. Pada manusia dewasa, sebagian besar
bintil pengecap terletak pada sepanjang sisi luar tepian lidah, pada bagian tengah hanya terdapat
sedikit bintil pengecap atau tidak sama sekali (Kalat, 2010).
Pengecap merupakan fungsi utama taste buds dalam rongga mulut, namun indera pembau
juga sangat berperan pada persepsi pengecap. Selain itu, tekstur makanan seperti yang dideteksi
oleh indera pengecap taktil dari rongga mulut dan keberadaan elemen dalam makanan seperti
merica, yang merangsang ujung saraf nyeri, juga berperan pada pengecap. Makna penting dari
indera pengecap adalah bahwa fungsi pengecap memungkinkan manusia memilih makanan
sesuai dengan keinginannnya dan mungkin juga sesuai dengan kebutuhan jaringan akan
substansi nutrisi tertentu (Diah Savitri, 1997). Indera pengecap kurang lebih terdiri dari 50 sel
epitel yang termodifikasi, beberapa di antaranya disebut sel sustentakular dan lainnya disebut sel
pengecap. Sel pengecap terus menerus digantikan melalui pembelahan mitosis dari sel
disekitarnya, sehingga beberapa diantaranya adalah sel muda dan lainnya adalah sel matang yang
terletak ke arah bagian tengah indera dan akan segera terurai dan larut (Guyton, 1997). Sensasi
rasa pengecap timbul akibat deteksi zat kimia oleh resepor khusus di ujung sel pengecap (taste
buds) yang terdapat di permukaan lidah dan palatum molle. Sel pengecap tetap mengalami
perubahan pada pertumbuhan, mati dan regenerasi. Proses ini bergantung pada pengaruh saraf
sensoris karena jika saraf tersebut dipotong maka akan terjadi degenerasi pada pengecap.
(Sunariani et al., 2007).
Rangsangan kimia yang berasal dari luar tubuh diterima oleh reseptor kimia
(chemoreseptor). Kemoreseptor kita terhadap lingkungan luar adalah berupa tunas pengecap
yang terdapat pada lidah. Agar suatu zat dapat dirasakan, zat itu harus larut dalam kelembapan
mulut sehingga dapat menstimulasi kuncup rasa atau tunas pengecap. Kuncup rasa kebanyakan
terdapat pada permukaan lidah. Ada juga beberapa yang ditemukan pada langit-langit lunak di
belakang mulut dan lengkung langit-langit. Kemoreseptor ini dapat dibedakan menjadi empat
macam sensasi utama, yaitu rasa manis, rasa asam, rasa asin dan rasa pahit. Dengan
menggunakan larutan sukrosa, asam hidrokalat, NaCl dan kinina sulfat encer, seorang dapat
mengetahui keempat rasa sensasi utama tersebut yang masing-masing ada di daerah khusus pada
lidah. Akan tetapi, memetakan percobaan semacam ini pun menunjukkan adanya daerah rasa
yang sangat tumpang tindih dan sangat bervariasi pada setiap orang (Pratiwi et al., 2006). Daerah
sensasi rasa manis terletak di bagian depan, rasa asin di bagian tepi, rasa asam di bagian kedua
sisi lidah dan rasa pahit di bagian tengah belakang lidah. Pada lidah terdapat tiga papil pengecap,
yaitu:
a) Papil bentuk benang, merupakan papil peraba dan tersebar di seluruh permukaan lidah
b) Papil seperti huruf V, tersusun dalam lengkungan yang dilingkari oleh suatu saluran pada daerah
dekat pangkal lidah
c) Papil berbentuk palu, terdapat pada daerah tepi-tepi lidah.
Walaupun sejak dulu kita mengetahui bahwa manusia memiliki paling tidak empat jenis
rasa, beberapa bukti memperlihatkan adanya reseptor rasa kelima, yaitu rasa cita rasa glutamat
seperti yang ditemukan pada monosodium glutamate (MSG). Para peneliti bahkan telah
menemukan bahwa sebuah cita rasa reseptor otak untuk neurotransmitter glutamate (Chaudari,
Landin, dan Roper, 2000). Cita rasa glutamate menyerupai cita rasa kaldu ayam tanpa garam.
Bahasa Inggris tidak memiliki kata yang tepat untuk mewakili rasa tersebut, tetapi bahasa Jepang
meilikinya. Oleh sebab itu, peneliti berbahsa Inggris telah mengdaptasi sebuah kata dalam
bahasa Jepang, yaitu umami. Para peneliti telah menemukan cita rasa lemak sebagai cita rasa
yang keenam (Laugerette et al., 2005). Selain fakta bahwa tiap-tiap zat kimia mengeksitasi
reseptor yang berbeda, zat-zat kimia tersebut juga menghasilkan ritme yang berbeda pula (Kalat,
2010).
Penelitian menyebutkan bahwa adanya variasi yang diwariskan dalam kemampuan rasa.
Pemahaman tentang rasa pahit semakin berkembang dengan informasi gabungan dari penemuan
dan studi TAS2R gen resptor rasa, yang masih memiliki hubungan genetik dan studi kloning
posisional, terutama pada kemampuan untuk mencicipi phenylthiocarbamide (PTC). Rasa manis
dan umami, yang dimediasi oleh reseptor TAS1R, menjadi baik ditandai pada tingkat genetik
molekular. Rasa asin dan asam masih belum mampu dikarakteriskan hal genetik. Masih
diperlukan pengembangan penilitian untuk menentukan karakteristik gen tersebut (Kim et al.,
2004).
Mekanisme kerja reseptor cita rasa asin sangatlah sederhana. Reseptor mendeteksi
adanya natrium dan struktur reseptor tersebut hanya mebuka kanal-kanal ion natrium supaya
dapat melintasi membran. Semakin tinggi konsentrasi natrium pada lidah, maka semakin besar
juga respon yang dihasilkan oleh reseptor. Zati kimia seperti amilorida dapat menghalangi ion
sodium yang akan melintasi membran, sehingga mengurangi intensitas rasa asin. Cara kerja asam
sedikit berbeda. Ketika asam berkaitan dengan reseptor, maka asam akan menutup kanal ion ion
kalium sehingga mencegah keluarnya ion kalium dari neuron. Hasilnya adalah peningkatan
muatan positif di dalam neuron yang menyebabkan depolarisasi membran (Shirley dan Persaud,
1990). Secara kimiawi cita rasa manis, pahit dan umami memiliki kemiripan (He et al., 2004).
Apabila ada sebuah molekul yang berikatan dengan salah satu reseptor cita rasa tersebut, maka
hal tersebut akan mengaktivasi protein G yang melepaskan penyampai pesan dalam neuron
(Kalat, 2010).