dasar teori hindcasting.pdf

39
Simulasi Sedimentasi di Alur Masuk Pelabuhan Pulau Baai dengan Perangkat Lunak SMS 8.1 2-1 2 Dasar Teori Untuk melakukan analisis mengenai permasalahan sedimentasi yang terjadi di sekitar alur masuk Pelabuhan Pulau Baai berdasarkan data mentah yang tersedia (berupa data angin jam-jaman, data batimetri, peta lokasi dan data seri waktu dari elevasi pasang surut di lokasi studi) diperlukan beberapa metoda pengolahan data untuk mendapatkan data yang siap digunakan dalam pemodelan numerik. Berikut ini akan diuraikan beberapa teori yang mendasari metode pengolahan data dan analisis yang digunakan dalam penyusunan model numerik untuk permasalahan sedimentasi di sekitar alur masuk Pelabuhan Pulau Baai. 2.1 Hindcasting Angin merupakan faktor dominan dalam mekanisme pembentukan gelombang. Untuk melakukan peramalan gelombang, maka dibutuhkan data gelombang. Namun karena data gelombang sulit diperoleh dikarenakan oleh berbagai faktor seperti sulitnya metode pelaksanaan, alat dan biaya yang sangat mahal karena gelombang adalah proses acak yang terjadi dalam satuan detik sehingga diperlukan storage dan baterai yang sangat besar karena data ini harus diambil untuk beberapa tahun kedepan jadi dapat dibayangkan berapa banyak storage yang diperlukan untuk menampung data tersebut. Dalam peramalan data gelombang, data gelombang hanya dapat diramal sesuai dengan banyaknya data yang didapat (data gelombang 2 tahun hanya dapat meramal data gelombang 2 tahun kedepan). Karena data gelombang sulit didapatkan maka data gelombang diperoleh dari data angin melalui proses hindcasting. Dalam hindcasting, gelombang laut yang timbul dianggap hanya dibangkitkan oleh hembusan angin saja. Hal Bab 2

description

Hindcasting

Transcript of dasar teori hindcasting.pdf

  • Simulasi Sedimentasi di Alur Masuk Pelabuhan Pulau Baai dengan Perangkat Lunak SMS 8.1 2-1

    2 Dasar Teori

    Untuk melakukan analisis mengenai permasalahan sedimentasi yang terjadi di sekitar alur

    masuk Pelabuhan Pulau Baai berdasarkan data mentah yang tersedia (berupa data angin

    jam-jaman, data batimetri, peta lokasi dan data seri waktu dari elevasi pasang surut di

    lokasi studi) diperlukan beberapa metoda pengolahan data untuk mendapatkan data yang

    siap digunakan dalam pemodelan numerik.

    Berikut ini akan diuraikan beberapa teori yang mendasari metode pengolahan data dan

    analisis yang digunakan dalam penyusunan model numerik untuk permasalahan

    sedimentasi di sekitar alur masuk Pelabuhan Pulau Baai.

    2.1 Hindcasting

    Angin merupakan faktor dominan dalam mekanisme pembentukan gelombang. Untuk

    melakukan peramalan gelombang, maka dibutuhkan data gelombang. Namun karena

    data gelombang sulit diperoleh dikarenakan oleh berbagai faktor seperti sulitnya metode

    pelaksanaan, alat dan biaya yang sangat mahal karena gelombang adalah proses acak

    yang terjadi dalam satuan detik sehingga diperlukan storage dan baterai yang sangat

    besar karena data ini harus diambil untuk beberapa tahun kedepan jadi dapat

    dibayangkan berapa banyak storage yang diperlukan untuk menampung data tersebut.

    Dalam peramalan data gelombang, data gelombang hanya dapat diramal sesuai dengan

    banyaknya data yang didapat (data gelombang 2 tahun hanya dapat meramal data

    gelombang 2 tahun kedepan). Karena data gelombang sulit didapatkan maka data

    gelombang diperoleh dari data angin melalui proses hindcasting. Dalam hindcasting,

    gelombang laut yang timbul dianggap hanya dibangkitkan oleh hembusan angin saja. Hal

    Bab

    2

  • Simulasi Sedimentasi di Alur Masuk Pelabuhan Pulau Baai dengan Perangkat Lunak SMS 8.1 2-2

    ini masih dapat diterima karena angin merupakan faktor terbesar yang dapat membentuk

    gelombang walupun tidak seakurat meramal data gelombang dari data gelombang yang

    diperoleh dari lapangan. Adapun gelombang-gelombang laut yang terjadi pada umumnya

    diakibatkan oleh hal-hal sebagai berikut :

    Gelombang akibat angin

    Gelombang akibat pasut

    Gelombang akibat gempa/longsor/pergerakan di dasar laut

    Gelombang akibat kapal laut, dan lain-lain.

    Data-data yang dibutuhkan untuk meramal gelombang terdiri dari :

    1. Data angin

    2. Panjang fetch efektif (daerah pembentukan gelombang)

    2.1.1 Data Angin

    Posisi bumi terhadap matahari yang berubah-ubah sepanjang tahun akan menyebabkan

    terjadinya perbedaan temperatur dan tekanan udara di setiap bagian bumi. Peristiwa

    tersebut menyebabkan terjadinya gerakan udara. Gerakan udara dari tekanan tinggi

    menuju tekanan rendah disebut dengan angin. Angin merupakan salah satu pembangkit

    gelombang laut. Oleh karena itu data angin dapat digunakan untuk memperkirakan tinggi

    dan arah gelombang di lokasi studi.

    Data angin yang digunakan untuk perhitungan tinggi gelombang adalah data yang dicatat

    oleh BMG (Badan Meteorologi dan Geofisika). Pada umumnya data ini diperoleh dari

    Pelabuhan Udara.

    Data angin yang diperlukan adalah kecepatan dan arahnya. Data tersebut selanjutnya

    diolah secara statistik dan kemudian digunakan sebagai data masukan perhitungan tinggi

    dan perioda gelombang. Pada umumnya data angin yang diperoleh pelabuhan udara

    berupa kecepatan angin berikut arah untuk tiap-tiap jam. Selanjutnya data angin jam-

    jaman ini diolah menjadi data angin harian maksimum, sehingga untuk satu hari

    pengamatan terdapat satu data kecepatan angin maksimum berikut arahnya. Selanjutnya

    data angin tersebut dikelompokkan berdasarkan arah berhembusnya ke dalam delapan

    penjuru mata angin seperti yang disajikan dalam Tabel 2.1.

  • Simulasi Sedimentasi di Alur Masuk Pelabuhan Pulau Baai dengan Perangkat Lunak SMS 8.1 2-3

    Tabel 2.1 Pengelompokan Arah Angin Berhembus

    No. Arah Angin Sudut (derajat)

    1. Utara 337, 5 x < 22,5 2. Timur Laut 22,5 x < 67,5 3. Timur 67, 5 x

  • Simulasi Sedimentasi di Alur Masuk Pelabuhan Pulau Baai dengan Perangkat Lunak SMS 8.1 2-4

    dimana 1 mil laut setara dengan 1853,15 meter.

    Berdasarkan Shore Protection Manual 1984 (SPM 1984), data angin yang diperoleh dari

    pengukuran harus dikoreksi terlebih dahulu. Setelah dikoreksi kemudian dikonversi

    menjadi UA yaitu wind stress factor (faktor tegangan angin). Koreksi data angin meliputi

    tahap-tahap berikut:

    A. Koreksi Elevasi

    Jika posisi stasiun tidak terletak pada elevasi 10 m, maka dilakukan koreksi terhadap data

    yang akan digunakan yaitu :

    7/1

    (z))10(10 U=

    z

    U (2.1)

    di mana :

    U(z) = Kecepatan angin menurut pencatatan stasiun pada elevasi z

    U(10) = Kecepatan angin pada elevasi 10 m di atas permukaan laut

    B. Koreksi Lokasi

    Data angin yang diperoleh di stasiun pengamat angin (biasanya di bandara) merupakan

    data angin yang dicatat di daratan, sedang terbentuknya gelombang adalah akibat dari

    angin yang terbentuk dan berhembus di laut, sehingga perlu dilakukan koreksi terhadap

    data hasil pencatatan dengan suatu reduksi yang diberi notasi RL. Jadi selain diperlukan

    faktor konversi satuan dari knot ke meter/detik, juga diperlukan pemberian faktor reduksi

    RL untuk mengubah angin darat menjadi angin laut. Rumusan untuk menghitung faktor

    reduksi RL diperoleh dari acuan Shore Protection Manual (SPM 1984), yaitu persamaan

    (2.2) sebagai berikut :

    L

    WL U

    UR = (2.2)

    dimana:

    RL = Rasio antara kecepatan angin dilautan dengan kecepatan angin di daratan.

    Uw = Kecepatan angin di lautan.

    UL = Kecepatan angin di daratan.

    Harga RL ini didapat dari grafik hubungan antara RL vs UL yang terdapat pada SPM 1984

    berdasarkan data kecepatan angin di daratan UL dalam satuan knot. Dari persamaan (2.2)

  • Simulasi Sedimentasi di Alur Masuk Pelabuhan Pulau Baai dengan Perangkat Lunak SMS 8.1 2-5

    di atas, dengan diketahuinya harga RL dan UL maka besar kecepatan angin di laut dapat

    dihitung sebagai berikut:

    LLW URU .= (2.3) Jadi, kecepatan angin lautan setelah dikoreksi dan dikonversikan adalah:

    360015,1853 LLw

    URU = (2.4)

    dimana:

    Uw = Kecepatan angin setelah dikoreksi dan dikonversi, (meter/detik)

    RL = Faktor reduksi dari kecepatan di daratan menjadi di lautan, non dimensi

    UL = Kecepatan angin maksimum harian dari stasiun pengamat (knot)

    Harga RL diperoleh dari Gambar 2.1 dibawah ini.

    Gambar 2.1 Perhitungan harga rasio RL sebagai fungsi dari UL

    C. Koreksi Durasi

    Data angin yang tersedia biasanya tidak disebutkan durasiya atau merupakan data hasil

    pengamatan sesaat. Kondisi sebenarnya kecepatan angin adalah selalu berubah-ubah

    meskipun pada arah yang sama. Untuk melakukan hincasting, diperlukan juga durasi atau

  • Simulasi Sedimentasi di Alur Masuk Pelabuhan Pulau Baai dengan Perangkat Lunak SMS 8.1 2-6

    lama angin bertiup, dimana selama dalam durasi tersebut dianggap kecepatan angin

    adalah konstan. Oleh karena itu, koreksi durasi ini dilakukan untuk mendapatkan

    kecepatan angin rata-rata selama durasi angin bertiup yang diinginkan.

    Berdasarkan data hasil pengamatan angin sesaat, dapat dihitung kecepatan angin rata-

    rata untuk durasi angin tertentu, dengan prosedur sebagai berikut:

    1. Perhitungan u3600 ( kecepatan rata-rat pada durasi 3600 detik)

    ff ut 1609= uf = kecepatan angin hasil pengukuran (2.5)

    +=

    ff t

    c 45log9.0tanh296.0277.1 ; 1 < tf < 3600 s

    5334.1log15.0 += ff tc ; 3600 < tf < 36000 s (2.6)

    f

    f

    cu

    u =3600 (2.7)

    2. Perhitungan ut

    +=t

    ct45log9.0tanh296.0277.1 ; 1 < tf < 3600 s

    5334.1log15.0 += tct ; 3600 < tf < 36000 s (2.8)

    3600ucu tt = (2.9)

    D. Koreksi Stabilitas

    Jika udara (tempat angin berhembus) dan laut (tempat pembentukan gelombang) memiliki

    perbedaan temperatur, maka harus ada koreksi terhadap stabilitas kecepatan angin

    akibat kondisi ini, yang didefinisikan sebagai:

    )10(TR = UU (2.10) dimana :

    RT = Besar koreksi (dibaca dari grafik pada SPM 1984)

    U = Kecepatan angin setelah dikoreksi dalam m/s

    Grafik untuk menentukan nilai RT dapat dilihat pada Gambar 2.2.

  • Simulasi Sedimentasi di Alur Masuk Pelabuhan Pulau Baai dengan Perangkat Lunak SMS 8.1 2-7

    Gambar 2.2 Grafik Nilai RT vs T (SPM 1984)

    E. Koreksi Tegangan Angin

    Setelah data kecepatan angin melalui koreksi-koreksi di atas, maka data tersebut

    dikonversi menjadi wind stress factor (UA) dengan menggunakan persamaan berikut ini :

    23.171.0 uuA = (2.11)

    2.1.2 Daerah Pembentukan Gelombang (Fetch Efektif)

    Fetch adalah daerah pembentukan gelombang yang diasumsikan memiliki arah dan

    kecepatan angin yang relatif konstan. Karakteristik gelombang yang ditimbulkan oleh

    angin ditentukan juga oleh panjang fetch. Fetch efektif di titik tertentu adalah area dalam

    radius perairan yang melingkupi titik tersebut dimana dalam area tersebut angin bertiup

    dengan kecepatan konstan dari arah manapun menuju titik tertentu.

    Penghitungan panjang fetch efektif ini dilakukan dengan meggunakan bantuan peta

    topografi lokasi dengan skala yang cukup besar, sehingga dapat terlihat pulau-pulau atau

    daratan yang mempengaruhi pembentukan gelombang disuatu lokasi. Penentuan titik

    fetch diambil pada posisi laut dalam dari lokasi perairan yang ditinjau. Ini karena

    gelombang yang dibangkitkan oleh angin terbentuk dilaut dalam, kemudian merambat

    kearah pantai dan pecah seiring dengan mendangkalnya dasar perairan didekat pantai.

    Pada peramalan gelombang, data angin yang digunakan adalah data angin maksimum

    jam - jaman berikut arahnya yang dibuat dalam delapan arah mata angin. Setelah itu,

  • Simulasi Sedimentasi di Alur Masuk Pelabuhan Pulau Baai dengan Perangkat Lunak SMS 8.1 2-8

    panjang fecth efektif dapat ditentukan kemudian.

    Prosedur penentuan panjang fetch efektif adalah sebagai berikut:

    1. Menentukan titik dan lokasi yang hendak ditinjau.

    2. Tarik garis fetch untuk suatu arah.

    3. Garis-garis fetch dibagi dengan selang 5 untuk delapan arah mata angin, dengan tiap

    arah mata angin memiliki daerah pengaruh sebesar 22,5 ke arah kiri (berlawanan

    arah jarum jam) dan 22,5 ke arah kanan (searah jarum jam).

    4. Ukur panjang fecth yang telah dibuat, hasil perhitungan panjang fecth yang dihitung

    harus dalam skala 1:1 (dalam panjang sebenarnya).

    5. Mengukur panjang fetch efektif adalah:

    =

    == ki

    i

    k

    iii

    eff

    FF

    1

    1

    cos

    cos

    (2.12)

    Dimana :

    Fi = Panjang fetch ke-i

    = sudut pengukuran fetch ke i

    i = nomor pengukuran fetch

    k = jumlah pengukuran fetch

    Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam penarikan garis fetch yaitu:

    a. Tidak ada fetch di daratan

    b. Tidak ada fetch sejajar pantai, minimum 15 dari garis pantai.

    2.1.3 Peramalan Data Gelombang

    Setelah dilakukan koreksi data angin dan penghitungan fetch efektif, selanjutnya

    dilakukan peramalan data gelombang. Data angin yang telah dikoreksi (UA) dan data

    panjang fetch efektif digunakan untuk memperkirakan data tinggi gelombang (H) dan

    perioda gelombang (T) yang dibangkitkan oleh hembusan angin tersebut.

    Dalam melakukan peramalan tinggi dan perioda gelombang, digunakan langkah-langkah

    perhitungan berdasarkan SPM 1984 dengan menggunakan persamaan-persamaan

    berikut:

  • Simulasi Sedimentasi di Alur Masuk Pelabuhan Pulau Baai dengan Perangkat Lunak SMS 8.1 2-9

    42 1015.7

    .8.68 x

    U

    FgUgt

    A

    eff

    A

    = (2.13)

    dimana :

    g = Percepatan gravitasi bumi = 9.81 (m/s2)

    UA = Wind stress factor (m/s)

    Feff = Panjang fetch efektif (m)

    T = Durasi angin yang bertiup (detik)

    Adapun prosedur peramalan gelombang berdasarkan SPM 1984 adalah sebagai berikut:

    1. Lakukan perhitungan sesuai persamaan (2.13). Jika hasil perhitungannya tidak

    memenuhi persamaan tersebut, maka gelombang yang terjadi merupakan hasil

    pembentukan gelombang sempurna. Oleh karena itu perhitungan tinggi dan perioda

    gelombangnya menggunakan persamaan berikut:

    gU

    H Amo2.2403.0= (2.14)

    gU

    T Ap2314.8= (2.15)

    dimana:

    Hmo = Tinggi gelombang signifikan menurut energi spektral (m)

    TP = Perioda puncak spektrum (detik)

    G = Percepatan gravitasi bumi = 9.81 (m/s2)

    UA = Wind stress factor (m/s)

    Jika hasil perhitungan memenuhi persamaan (2.13), maka gelombang yang terjadi

    merupakan hasil pembentukan gelombang tidak sempurna. Pembentukan gelombang

    tidak sempurna ini ada dua jenis, yaitu ;

    a. Pembentukan gelombang terbatas fetch (fetch limited)

    b. Pembentukan gelombang terbatas durasi (time limited)

    Untuk membedakannya perlu diketahui terlebih dahulu durasi kritis (tc), yaitu:

  • Simulasi Sedimentasi di Alur Masuk Pelabuhan Pulau Baai dengan Perangkat Lunak SMS 8.1 2-10

    32

    2

    2 .8.68

    =

    A

    effAc U

    FggU

    t (2.16)

    2. Periksa durasi data angin (t), lalu bandingkan terhadap durasi kritis (tc).

    Jika t > tc, maka gelombang yang terjadi merupakan gelombang hasil pembentukan

    terbatas fetch (fetch limited). Pada pembentukan jenis ini, durasi angin yang bertiup

    cukup lama. Perhitungan tinggi dan perioda gelombangnya dilakukan dengan

    menggunakan persamaan berikut :

    2

    2

    2 ..0016.0

    =

    A

    effAmo U

    FggU

    H (2.17)

    2

    2

    ..2857.0

    =

    A

    effAp U

    FggU

    T (2.18)

    dimana:

    Hmo = Tinggi gelombang signifikan menurut energi spektral (m)

    TP = Perioda puncak spektrum (detik)

    g = Percepatan gravitasi bumi = 9.81 (m/s2)

    UA = Wind stress factor (m/s)

    Jika t < tc, maka gelombang yang terjadi merupakan gelombang hasil pembentukan

    terbatas durasi (time limited). Pada pembentukan ini, durasi angin yangbertiup tidak

    cukup lama. Perhitungan tinggi dan perioda gelombangnya dilakukan dengan

    menggunakan persamaan (2.17) dan (2.18) namun dengan terlebih dahulu mengganti

    panjang Feff dengan Fmin berikut ini :

    23

    2

    2

    min 6.68

    =

    A

    A

    Ugt

    gU

    F (2.19)

    Proses peramalan tinggi dan periode gelombang metode hindcasting dapat dilihat

    pada bagan alir dalam Gambar 2.3 di bawah ini.

  • Simulasi Sedimentasi di Alur Masuk Pelabuhan Pulau Baai dengan Perangkat Lunak SMS 8.1 2-11

    Gambar 2.3 Flowchart peramalan tinggi dan periode gelombang

    2.1.4 Analisis Frekuensi Gelombang

    Tinggi gelombang rencana ditentukan dengan mencari tinggi gelombang perioda ulang

    tertentu yang dapat dihitung menggunakan metoda analisa frekuensi. Beberapa metoda

    yang sangat dikenal antara lain adalah Metoda Normal, Gumbell, Pearson Type III dan

    Log Pearson Type III. Metoda ini digunakan untuk mengetahui tinggi dan perioda

    gelombang untuk beberapa perioda ulang tahun kedepan yaitu 2, 5, 10, 25, 50 serta 100

    tahun, metoda yang digunakan dalam penentuan tinggi dan perioda gelombang

    perencanaan yaitu metode yang memiliki kesalahan relatif (error) terkecil.

    A. Metode distribusi normal

    Distribusi normal atau kurva normal dikenal pula dengan nama distribusi Gauss yang

    mempunyai rumus sebagai berikut:

    Xt SKXX .+= (2.20) dimana:

    Xt = Tinggi gelombang untuk periode ulang T tahun (m)

    X = Gelombang maksimum rata-rata

    SX = Standar deviasi

  • Simulasi Sedimentasi di Alur Masuk Pelabuhan Pulau Baai dengan Perangkat Lunak SMS 8.1 2-12

    K = Faktor variabel reduksi Gauss untuk distribusi normal

    B. Metode distribusi log normal 2 parameter

    Distribusi log normal merupakan hasil transformasi dari distribusi normal, yaitu dengan

    mengubah nilai variat X menjadi nilai logaritmik variat X. Untuk distribusi log normal dua

    parameter mempunyai persamaan transformasi:

    LogXt SKLogXX .log += (2.21) dimana:

    log Xt = Nilai logaritmik tinggi gelombang untuk periode ulang T tahun (m)

    LogX = Nilai logaritmik tinggi gelombang maksimum rata-rata

    LogXS = Standar deviasi logaritmik nilai X

    K = faktor variabel reduksi Gauss untuk distribusi log normal 2 parameter

    Apabila perhitungan tanpa nilai logaritmik, dapat digunakan persamaan berikut:

    Xt SKXX .+= (2.22) dimana:

    Xt = Nilai tinggi gelombang untuk periode ulang T tahun (m)

    X = Nilai tinggi gelombang maksimum rata-rata

    SX = Standar deviasi nilai X

    K = Nilai karakteristik distribusi Log Normal 2 Parameter yang nilainya bergantung

    dari koefisien variasi (CV)

    XS

    C XV =

    C. Metode distribusi log normal 3 parameter

    Distribusi log normal 3 parameter dapat dituliskan sebagai:

    Xt SKXX .+= (2.23) dimana:

    Xt = Nilai tinggi gelombang untuk periode ulang T tahun (m)

  • Simulasi Sedimentasi di Alur Masuk Pelabuhan Pulau Baai dengan Perangkat Lunak SMS 8.1 2-13

    X = Nilai tinggi gelombang maksimum rata-rata

    SX = Standar deviasi nilai X

    K = Nilai karakteristik distribusi Log Normal 3 Parameter yang nilainya bergantung dari

    koefisien variasi (CS)

    D. Metode distribusi Gumbell

    Metoda distribusi Gumbell yang banyak digunakan dalam analisa frekuensi

    mempunyai rumus:

    Xt SKXX .+= (2.24)

    ( ) nnt SYYK /= (2.25)

    += 1303.2834.0 TTLogYt (2.26)

    dimana:

    Xt = Tinggi gelombang untuk periode ulang T tahun (m)

    X = Tinggi gelombang maksimum rata-rata

    SX = Standar deviasi

    K = Faktor frekuensi

    Yn = Nilai rata-rata dari reduksi variat, nilainya tergantung dari jumlah data

    Sn = Deviasi standar dari reduksi variat, nilainya tergantung dari jumlah data

    E. Metode distribusi Pearson III

    Distribusi Pearson III mempunyai bentuk kurva seperti bel. Persamaan distribusi Pearson

    III dapat dijelaskan sebagai berikut:

    Xt SKXX .+= (2.27) dimana:

    Xt = Nilai tinggi gelombang untuk periode ulang T tahun (m)

    X = Nilai tinggi gelombang maksimum rata-rata

    SX = Standar deviasi nilai X

  • Simulasi Sedimentasi di Alur Masuk Pelabuhan Pulau Baai dengan Perangkat Lunak SMS 8.1 2-14

    K =Faktor sifat distribusi Pearson III yang merupakan fungsi dari CS (koefisien

    skewness)

    Nilai Cs yang diperoleh digunakan untuk mendapatkan nilai KT dari tabel. Persamaan

    distribusi Pearson III akan merupakan garis lengkung apabila digambarkan pada kertas

    peluang normal.

    F. Metode distribusi log Pearson tipe III

    Metoda ini mempunyai persamaan sebagai berikut:

    LogXt SKLogXX .log += (2.28) dimana :

    LogXt = Logaritmik tinggi gelombang untuk periode ulang T tahun

    LogX = Logaritmik tinggi gelombnag maksimum rata-rata

    = nLogX

    LogXS = Standar deviasi = ( )

    1

    2

    n

    LogXLogX

    K = Karakteristik dari distribusi Log Pearson III yang nilainya bergantung

    pada harga CS

    CS = koefisien Skewness = ( )

    ( )( ) 3.2.1 iSnnLogXLogX

    Apabila nilai CS = 0, maka distribusi log Pearson III identik dengan distribusi log normal

    sehingga distribusi kumulatifnya akan tergambar sebagai garis lurus pada kertas grafik

    log normal. Perioda gelombang rencana bisa didapatkan dengan cara memetakan tinggi

    gelombang yang didapat dari analisa frekuensi di atas ke scatter diagram perioda

    gelombang terhadap tinggi gelombang.

    2.2 Transport Sedimen Sejajar Pantai

    Gelombang yang datang dengan kemiringan sudut tertentu dan pecah didekat pantai,

    akan diteruskan dalam dua komponen (Gambar 2.4), yaitu fluks energi gelombang yang

    tegak lurus pantai dan fluks energi gelombang yang sejajar pantai. Komponen fluks energi

    gelombang yang tegak lurus pantai akan hancur membentur pantai sedangkan komponen

  • Simulasi Sedimentasi di Alur Masuk Pelabuhan Pulau Baai dengan Perangkat Lunak SMS 8.1 2-15

    fluks energi gelombang yang sejajar pantai akan membangkitkan arus sejajar dengan

    garis pantai. Gelombang dan arus inilah yang menyebabkan terjadinya transpor sedimen

    baik yang sejajar dengan garis pantai maupun ke arah laut dalam. Namun yang

    mempunyai pengaruh lebih banyak untuk jangka panjang ialah tranpor sedimen sejajar

    pantai sedangkan yang tergak lurus pantai bila dirata-ratakan hasilnya sangat kecil

    sehingga bisa diabaikan.

    Gelombang yang pecah akan menyebabkan sedimen terangkat dan melayang-layang.

    Arus mengangkut sedimen sesuai dengan kapasitasnya dalam arti bahwa yang

    menentukan bergerak tidaknya sedimen adalah besarnya arus dan ukuran butiran.

    Besarnya tingkat transpor sedimen ini dapat dinyatakan dalm Q (debit sedimen) yaitu

    banyaknya material sedimen yang melalui suatu penampang tilik per satuan waktu.

    Transpor sedimen sejajar pantai umumnya mempunyai satuan meter kubik per tahun.

    Karena pergerakannya sejajar pantai, maka ada dua kemungkinan arah pergerakan, yaitu

    ke arah kanan dan kiri relatif terhadap seorang pengamat yang berdiri di pantai

    menghadap ke arah laut. Pergerakan dari kanan ke kiri diberi notasi Qlt, dan pergerakan

    dari kiri ke kanan Qrt, sehingga didapat tingkat transpor sedimen kotor(gross), ialah

    Qg = Qlt + Qrt, dan transpor sedimen bersih (net) IQnI = Qlt - Qrt.. Nilai Qg digunakan untuk

    meramalkan tingkat pendangkalan pada suatu alur perairan yang terbuka, Qn untuk

    desain alur yang dilindungi dan perkiraan erosi pantai, dan Qlt serta Qrt untuk penumpukan

    sedimen di belakang sebuah struktur pantai yang menahan pergerakan sedimen.

    Untuk menaksir debit sedimen dapat didekati dengan faktor fluks energi sejajar garis

    pantai. Dalam perhitungan ini asumsi yamg digunakan adalah :

    1. Transpor sedimen hanya terjadi di daerah surf zone saja

    2. Garis pantai dengan kontur berupa garis sejajar

  • Simulasi Sedimentasi di Alur Masuk Pelabuhan Pulau Baai dengan Perangkat Lunak SMS 8.1 2-16

    Breaker line

    Energi gelombang sejajar pantai

    Energi gelombangtegak lurus pantai

    Garis pantai

    Darat

    Q = Debit SedimenSurf zone

    Perairan dalam

    Refraksi

    Gelombangdatang

    Breaker line

    Energi gelombang sejajar pantai

    Energi gelombangtegak lurus pantai

    Garis pantai

    Darat

    Q = Debit SedimenSurf zone

    Perairan dalam

    Refraksi

    Gelombangdatang

    Gambar 2.4 Ilustrasi Komponen Energi Gelombang Setelah Pecah

    Daerah pantai adalah daerah yang sangat rentan terhadap terjadinya proses erosi dan

    sedimentasi, kejadian ini terjadi karena adanya perbedaan transport sedimen yang terjadi

    di pantai oleh karena suatu benda baik berupa bangunan ataupun yang lainnya. Dengan

    adanya penghalang ini transport sedimen menjadi tidak seimbang sehingga dapat

    menjadikan pantai mengalami erosi dan sedimentasi. Daerah yang ditinjau untuk masalah

    transport sedimen ini yaitu berada diantara garis pantai dan daerah gelombang pecah

    (breakerline), dimana kriteria gelombang pecah adalah saat tinggi gelombang mencapai

    0.78 kedalamannya atau dengan persamaan:

    78.0hH

    Persamaan transport sedimen yang digunakan dalam pemodelan transport sedimen

    meliputi tiga persamaan dasar, yaitu

    1. persamaan kontinuitas sedimen

    0yxqqy

    t x y + + = (2.29)

    Seperti yang terlihat pada persamaan di atas, persamaan kontinuitas ini memerlukan

    input persamaan distribusi sedimen long-shore dan persamaan distribusi sedimen

    cross-shore dimana masing-masing persamaan ini saling terkait.

  • Simulasi Sedimentasi di Alur Masuk Pelabuhan Pulau Baai dengan Perangkat Lunak SMS 8.1 2-17

    2. persamaan distribusi sedimen longshore

    Persamaan yang dipakai untuk persamaan ini yaitu persamaan yang telah

    dikembangkan oleh Fulford (1982) berdasarkan hasil penelitian laboratorium Savage

    (1959) dengan asumsi struktur bangunan pantai berlaku sebagai total litoral barier dan

    transport sedien cross-shore diabaikan. Rumus yang dipakai dapat ditulis sebagai

    berikut:

    )exp()( )1( nnx yByyq = (2.30) Dengan mengambil nilai konstanta B tertentu, persamaan diatas diintegralkan dari y=0

    sampai y=y1 (lokasi tertentu dalam surfzone) dikalikan dengan persamaan longshore

    transport total. Dimana persamaan longshore transport total diambil dari US Army

    Corps Of Engineers, Coastal Engineering Research Center (Shore Protection Manual,

    1984), adalah sebagai berikut:

    )2sin(' 25

    bbHCQ = (2.31) Hb = Tinggi gelombang pecah

    b = Sudut Gelombang pecah

    C = Koefisien CERC 2

    1

    21

    16)1).((

    =s

    gK

    = 0.78 s = rapat massa sedimen

    K = 0.77 (SPM,1984)

    = massa jenis air laut

    P = porositas sedimen

    Pada penelitian lebih lanjut nilai n = 3 menunjukan hasil yang lebih mendekati,

    sehingga persamaan distribusi long-shore menjadi:

    ++=

    32 exp)()(

    bx cy

    ayayByq (2.32)

    Yb = jarak dari sumbu referansi ke titik gelombang pecah (dalam arah offshore)

    a = Suatu konstanta yang menggambarkan trasport sedimen di atas Mean Water

  • Simulasi Sedimentasi di Alur Masuk Pelabuhan Pulau Baai dengan Perangkat Lunak SMS 8.1 2-18

    Level

    c = Konstanta yang menentukan lebar pengaruh longshore transport (dalam arah

    offshore)

    33

    3

    bYcB = sehingga dipenuhi 0.1)(

    0

    = dyYqx Dengan asumsi bahwa harga a sebanding dengan nilai tinggi gelombang pecah Hb

    dibagi dengan kemiringan (slope) pantai, a= SHb .

    Nilai c diambil = 1.25, nilai ini ditentukan dari persamaan regresi kuadrat tekecil non-

    linier dari nilai-nilai hasil penelitian Fulford.

    Sehingga bentuk akhir persamaan distribusi sedimen longshore pada suatu titik y

    dalam surfzone untuk kontur pantai lurus dan sejajar adalah.

    ++=

    32

    33 25.1exp)(

    25.13)(

    bbx y

    ayayy

    yq (2.33)

    3. persamaan distribusi sedimen cross-shore

    2.3 Persamaan Kontinuitas

    Hukum kekekalan massa menetapkan bahwa massa tidak dapat diciptakan atau

    dimusnahkan, walaupun dapat ditransformasi. Untuk mengembangkan konsep matematis

    mengenai masalah ini, tinjau suatu ruang berbentuk kubus dalarn sistem koordinat

    kartesian seperti ditunjukkan Gambar 2.5.

    Persamaan dan hukum kekekalan massa dapat dinyatakan sebagai berikut:

    Laju perubahan massa (terhadap waktu) dalam ruang waktu =

    Laju aliran massa yang masuk - Laju aliran massa yang keluar dari ruang tilik tersebut

  • Simulasi Sedimentasi di Alur Masuk Pelabuhan Pulau Baai dengan Perangkat Lunak SMS 8.1 2-19

    Gambar 2.5 Ruang tilik kubus dalam fluida

    Ditinjau dari ruang tilik, aliran massa yang masuk pada sisi AEHC dan keluar dari sisi

    BFGD (dalam arah x) dapat ditulis sebagai berikut:

    Besarnya fluks massa masuk =

    ( ) ( ) ( ) zyxxuzyxuzyx

    + ...

    2,,,,

    (2.34)

    Besarnya fluks massa keluar =

    ( ) ( ) ( ) zyxxuzyxuzyx

    ++ ...

    2,,,,

    (2.35)

    Selisih aliran yang masuk dengan yang keluar adalah persamaan (2.34) dikurangi dengan persamaan (2.35), yaitu:

    ( ) zyxxu

    (2.36)

    Ditinjau dari ruang tilik, aliran massa yang masuk dari sisi ABCD dan keluar dari sisi

    EFGH (dalam arah y) dapat ditulis sebagai berikut:

    Besarnya fluks massa masuk =

    ( ) ( ) ( ) zxyyvzyxvzyx

    + ...

    2,,,,

    (2.37)

  • Simulasi Sedimentasi di Alur Masuk Pelabuhan Pulau Baai dengan Perangkat Lunak SMS 8.1 2-20

    Besarnya fluks massa keluar =

    ( ) ( ) ( ) zxyyvzyxvzyx

    ++ ...

    2,,,,

    (2.38)

    Selisih aliran yang masuk dengan yang keluar adalah persamaan (2.37) dikurangi dengan

    persamaan (2.38), yaitu:

    ( ) zyxyv

    (2.39)

    Ditinjau dari ruang tilik, aliran massa yang masuk dari sisi AEFB dan keluar dari sisi

    CHGD (dalam arah z) dapat ditulis sebagai berikut:

    Besarnya fluks massa masuk =

    ( ) ( ) ( ) yxzzwzyxwzyx

    + ...

    2,,,,

    (2.40)

    Besarnya fluks massa keluar =

    ( ) ( ) ( ) yxzzwzyxwzyx

    ++ ...

    2,,,,

    (2.41)

    Selisih aliran yang masuk dengan yang keluar adalah persamaan (2.40) dikurangi dengan

    persamaan (2.41), yaitu:

    ( ) zyxzw

    (2.42)

    Besarnya fluks aliran massa netto dalam ruang tilik = fluks masuk fluks keluar =

    ( ) ( ) ( ) zyxzw

    yv

    xu

    ++

    (2.43)

    Laju perubahan massa di ruang tilik selama t dapat dituliskan sebagai berikut:

    ( ) ( ) ( )zyxt

    tzyxttzyx +=+ (2.44a)

    atau dapat ditulis dalam bentuk:

    ( ) ( ) ( )zyxt

    tzyxttzyx =+ (2.44b)

    Dengan menggunakan hukum kekekalan massa yang berbunyi:

  • Simulasi Sedimentasi di Alur Masuk Pelabuhan Pulau Baai dengan Perangkat Lunak SMS 8.1 2-21

    Fluks aliran massa netto = laju perubahan massa dalam ruang tilik, maka persamaan

    (2.10) dan (2.11b) dapat disubstitusi ke dalam persamaan massa menjadi seperti di bawah ini:

    ( ) ( ) ( ) ( ) tzyxt

    tzyxzw

    yv

    xu =

    ++

    (2.45)

    ( ) ( ) ( ) 0=+++zw

    yv

    xu

    t

    (2.46)

    0=++

    +++

    zw

    yv

    xu

    zw

    yv

    xu

    t

    (2.47)

    Jika persamaan (2.14) dibagi dengan , maka persamaan tersebut akan menjadi:

    01 =+++

    +++

    zw

    yv

    xu

    zw

    yv

    xu

    t

    (2.48)

    Karena ( )tzyx ,,, = ; ( )txx = ; ( )tyy = ; ( )tzz = , maka:

    txu = ;

    tyv = ;

    tzw =

    Nilai di dalam kurung pada persamaan (2.48) dapat dituliskan dalam bentuk turunan total

    terhadap waktu (t) atau DtD

    .

    Sehingga persamaan kekekalan massa atau hukum kontinuitas dapat ditulis menjadi:

    01 =+++zw

    yv

    xu

    DtD

    (2.49)

    Untuk fluida yang tak mampat

    0=DtD

    Maka persamaan kontinuitas akan menjadi seperti di bawah ini:

    0=++zw

    yv

    xu

    (2.50)

    Persamaan (2.50) merupakan persamaan kontinuitas, persamaan ini menyatakan bahwa laju pertambahan terhadap waktu untuk massa di suatu titik tinjauan adalah tepat sama

    dengan laju bersih aliran masuk massa ke dalam titik tersebut. Untuk mendapatkan

  • Simulasi Sedimentasi di Alur Masuk Pelabuhan Pulau Baai dengan Perangkat Lunak SMS 8.1 2-22

    persamaan dalam dua dimensi, maka persamaan tiga dimensi di atas diintegrasikan

    terhadap kedalaman dengan asumsi tidak terdapat variasi kecepatan terhadap

    kedalaman.

    Persamaan (2.50) di atas diintegrasikan terhadap kedalaman hingga persamaan tersebut menjadi sebagai berikut:

    ( ) ( )hyxwyxwdzyvdz

    xudz

    zw

    yv

    xu

    hhh

    ++=

    ++

    ,,,,

    (2.51)

    Untuk mengintegralkan suku ke 1 dan suku ke 2 pada ruas kanan dari persamaan (2.51) di atas, digunakan Leibniz Rule, bentuk umum Leibniz Rule dapat dituliskan sebagai

    berikut:

    ( )( )

    ( ) ( )( )

    ( ) ( )( ) ( ) ( )( ) ( )xxxxQ

    xxxxQdyyxQ

    xdyyxQ

    x

    x

    x

    x

    x

    ,,,, += (2.52)

    Penerapan metode Leibniz Rule untuk suku ke 1 persamaan (2.51) akan menghasilkan

    persamaan sebagai berikut:

    ( ) ( )xhhyxu

    xyxudz

    xudzu

    x hh

    ++=

    ,,,, atau

    ( ) ( )xhhyxu

    xyxudzu

    xdzxu

    hh

    =

    ,,,, (2.53)

    Penerapan metode Leibniz Rule untuk suku ke 2 persamaan (2.51) akan menghasilkan

    persamaan sebagai berikut:

    ( ) ( )yhhyxv

    yyxvdz

    yvdzv

    y hh

    ++=

    ,,,, atau

    ( ) ( )yhhyxv

    yyxvdzv

    ydzyv

    hh

    =

    ,,,, (2.54)

    Substitusikan persamaan (2.53) dan persamaan (2.54) ke dalam persamaan (2.51), maka

    akan didapat persamaan sebagai berikut:

    ( ) ( ) ( )( ) ( ) ( ) 0,,,,,,

    ,,,,,,

    =++

    ++

    hyxwyxwyhhyxv

    yyxvdzv

    yxhhyxu

    xyxudzu

    x hh

    (2.55)

  • Simulasi Sedimentasi di Alur Masuk Pelabuhan Pulau Baai dengan Perangkat Lunak SMS 8.1 2-23

    Besarnya kecepatan rata-rata terhadap kedalaman dalam arah sumbu x dan dalam arah

    sumbu y adalah sebagai berikut:

    dzuh

    Uh+

    =

    1

    (2.56) dan dzvh

    Vh+

    =

    1

    (2.57)

    dimana:

    U = kecepatan rata-rata terhadap kedalaman dalam arah sumbu x

    V = kecepatan rata-rata terhadap kedalaman dalam arah sumbu y

    Definisi h dan dapat dilihat pada Gambar 2.6 di bawah ini.

    Gambar 2.6 Definisi h dan

    Substitusikan persamaan (2.56) dan (2.57) ke persamaan (2.55), maka akan didapat

    persamaan sebagai berikut:

    ( )[ ] ( ) ( ) ( )[ ] ( )( ) ( ) ( ) 0,,,,,,

    ,,,,,,

    =++

    ++++

    hyxwyxwyhhyxv

    yyxvhV

    yxhhyxu

    xyxuhU

    x

    (2.58)

    Dengan syarat batas kinematis di permukaan bebas adalah:

    ( ) ( ) ( )

    ,,,,,, yxw

    yyxv

    xyxu

    t=++ (2.59)

    Syarat batas di dasar perairan adalah:

  • Simulasi Sedimentasi di Alur Masuk Pelabuhan Pulau Baai dengan Perangkat Lunak SMS 8.1 2-24

    ( ) ( ) ( )yhhyxv

    xhhyxu

    thhyxw

    = ,,,,,, (2.60)

    Untuk mendapatkan persamaan kontinuitas dalam dua dimensi, syarat batas pada

    persamaan (2.59) dan (2.60) disubstitusikan ke dalam persamaan (2.58). Maka akan didapat persamaan sebagai berikut:

    ( )[ ] ( )[ ] ( ) ( )th

    thV

    yhU

    x

    =+++ (2.61a)

    Karena H = h + , maka persamaan kontinuitas dalam dua dimensi menjadi sebagai

    berikut:

    ( ) ( ) 0=++yHV

    xHU

    xH

    (2.61b)

    dimana:

    U = kecepatan rata-rata terhadap kedalaman dalam arah sumbu x; dzuh

    Uh+

    =

    1

    V = kecepatan rata-rata terhadap kedalaman dalam arah sumbu y; dzvh

    Vh+

    =

    1

    Persamaan (2.61b) dapat ditulis menjadi:

    0=++

    ++

    yHV

    xHU

    yV

    xUH

    xH

    (2.62)

    dimana:

    H = kedalaman perairan

    U, V = komponen kecepatan arah x dan y

    2.4 Persamaan Kekekalan Momentum

    Persamaan momentum dapat diturunkan dari hukum II Newton yang berbunyi:

    Besarnya total gaya yang bekerja: = amF . Untuk arah x, total gaya dapat dituliskan menjadi:

    xxamF = . (2.63)

    dimana:

  • Simulasi Sedimentasi di Alur Masuk Pelabuhan Pulau Baai dengan Perangkat Lunak SMS 8.1 2-25

    ax = percepatan dalam arah sumbu x = DtDu

    u = kecepatan dalam arah sumbu x dan merupakan fungsi dari ruang dan waktu

    ( )tzyxuu ,,,= Karena u merupakan fungsi dari ruang dan waktu, maka turunan total dari u terhadap

    waktu adalah:

    tz

    zu

    ty

    yu

    tx

    xu

    tu

    DtDuax

    +++== (2.64)

    dimana:

    utx =

    ; vty =

    ; wtz =

    sehingga persamaan (2.64) dapat ditulis menjadi:

    zuw

    yuv

    xuu

    tu

    DtDuax

    +++== (2.65)

    Maka Hukum II Newton atau persamaan gerak dalam arah sumbu x dapat dituliskan

    sebagai berikut:

    DtDumF = . (2.66)

    Untuk melihat gaya-gaya yang bekerja pada fluida, tinjau suatu elemen fluida seperti pada

    Gambar 2.7 berikut ini.

  • Simulasi Sedimentasi di Alur Masuk Pelabuhan Pulau Baai dengan Perangkat Lunak SMS 8.1 2-26

    Gambar 2.7 Gaya-gaya yang bekerja pada elemen fluida

    Jika tegangan normal di pusat elemen fluida dalam arah sumbu x adalah xx, maka

    dengan ekspansi deret Taylor hingga orde ke 1, dapat diketahui besarnya tegangan

    normal pada sisi x yaitu pada ( )2xx + dan pada ( )2xx . Besarnya adalah: Pada ...

    22x

    xxx xxxx

    +=

    + (2.67)

    Pada ...22x

    xxx xxxx

    =

    (2.68)

    Tegangan geser yang bekerja dalam arah sumbu y adalah:

    Pada ...22y

    yyy yxyx

    +=

    + (2.69)

    Pada ...22y

    yyy yxyx

    =

    (2.70)

    Tegangan geser yang bekerja dalam arah sumbu z adalah:

    Pada ...22z

    zzz zxzx

    +=

    + (2.71)

  • Simulasi Sedimentasi di Alur Masuk Pelabuhan Pulau Baai dengan Perangkat Lunak SMS 8.1 2-27

    Pada ...22z

    zzz zxzx

    =

    (2.72)

    Dengan mensubstitusikan persamaan (2.67) hingga persamaan (2.72) ke dalam persamaan Hukum II Newton, maka persamaan kesetimbangan dalam arah sumbu x

    akan menjadi seperti berikut:

    DtDuzyxzXyx

    yxzz

    yxzz

    zxyy

    zxyy

    zyxx

    zyxx

    zxzx

    zxzx

    yxyx

    yxyx

    xxxx

    xxxx

    =+

    ++

    ++

    +

    222

    222

    (2.73)

    dimana:

    X = notasi body force (aksi gaya badan) persatuan massa dalam arah sumbu x

    Persamaan (2.73) dapat disederhanakan menjadi sebagai berikut:

    DtDuX

    zyxzxyxxx

    =+++ (2.73a)

    Persamaan (2.37a) merupakan persamaan momentum arah sumbu x, dengan cara yang

    sama maka akan diperoleh persamaan momentum untuk sumbu y dan z seperti berikut:

    DtDvY

    zyxzyyyxy

    =+++ (2.73b)

    DtDwZ

    zyxzzyzxz

    =+++ (2.73c)

    Dimana Y dan Z merupakan notasi body force (aksi gaya badan) persatuan massa dalam

    arah sumbu y dan z.

    Persamaan Navier-Stokes diturunkkan dari persamaan momentum dengan memasukkan

    Hukum Newton untuk tegangan geser dan Hukum Stokes untuk tegangan normal pada

    fluida. Hukum Newton untuk tegangan geser pada fluida adalah:

    dydu = ; = kekentalan mutlak

    Untuk problem tiga dimensi, tegangan geser merupakan fungsi linier dari gradien

    kecepatan:

  • Simulasi Sedimentasi di Alur Masuk Pelabuhan Pulau Baai dengan Perangkat Lunak SMS 8.1 2-28

    +=

    i

    j

    j

    iy dx

    dudydu ; ji (2.74)

    Dengan menggunakan persamaan (2.74), maka didapatkan:

    +=

    dxdv

    dydu

    xy ;

    +=

    dydw

    dzdv

    yz ;

    +=dzdu

    dxdw

    zx (2.75)

    dimana: xyyx = ; zyyz = ; zxxz = Hukum Stokes untuk tegangan normal pada fluida adalah:

    +++=zw

    yv

    xu

    xuPxx

    322 (2.76a)

    +++=zw

    yv

    xu

    yvPyy

    322 (2.76b)

    +++=zw

    yv

    xu

    zwPzz

    322 (2.76c)

    Selanjutnya substitusikan persamaan (2.75) dan persamaan (2.76a) ke persamaan (2.73a), sehingga diperoleh persamaan gerak Navier-Stokes untuk arah x seperti di

    bawah ini:

    Xxw

    zu

    z

    xv

    yu

    yzw

    yv

    xu

    xuP

    xDtDu

    +

    ++

    ++

    +++=

    322

    (2.77)

    Persamaan (2.77) di atas bila dibagi dengan akan diperoleh:

    Xzxw

    zu

    yxv

    yu

    zxw

    yxv

    xu

    xu

    xP

    DtDu

    +

    ++

    ++

    +++=

    2

    2

    2

    2

    2

    222

    2

    2

    2

    2

    3221

    (2.78)

    Xzw

    yv

    xu

    xzu

    yu

    xu

    xP

    DtDu +

    +++

    +++=

    311

    2

    2

    2

    2

    2

    2

    (2.79)

    dimana: = kekentalan dinamik

  • Simulasi Sedimentasi di Alur Masuk Pelabuhan Pulau Baai dengan Perangkat Lunak SMS 8.1 2-29

    Pada persamaan (2.50), dapat dilihat bahwa untuk aliran tak mampat, 0=++zw

    yv

    xu

    ,

    sehingga persamaan (2.79) menjadi:

    Xzu

    yu

    xu

    xP

    DtDu +

    +++= 2

    2

    2

    2

    2

    21

    (2.78)

    Bila persamaan (2.78) dijabarkan lebih lanjut, maka akan diperoleh:

    +++=+++ 22

    2

    2

    2

    21zu

    yu

    xu

    xPX

    zuw

    yuv

    xuu

    tu

    (2.79a)

    Dengan menggunakan cara yang sama, maka untuk arah y dan arah z akan diperoleh:

    +++=+++ 22

    2

    2

    2

    21zv

    yv

    xv

    yPX

    zvw

    yvv

    xvu

    tv

    (2.79b)

    +++=+++ 22

    2

    2

    2

    21zw

    yw

    xw

    zPX

    zww

    ywv

    xwu

    tw

    (2.79c)

    Persamaan (2.79a), (2.79b), (2.79c) merupakan persamaan gerak (momentum) rata-rata Navier-Stokes untuk arah x, arah y, dan arah z.

    Dalam proses penurunan persamaan momentum 2 dimensi, diasumsikan bahwa

    percepatan arah vertikal nilainya mendekati nol.

    0DtDw

    Persamaan (2.79c) akan menjadi seperti berikut:

    01 =zPZ

    (2.80)

    Integralkan persamaan (2.80), maka akan diperoleh:

    ( ) += hZP (2.81) Dari persamaan (2.80), akan diperoleh:

    ( )x

    hZxP

    +=1 (2.82)

    ( )y

    hZyP

    +=1 (2.83)

  • Simulasi Sedimentasi di Alur Masuk Pelabuhan Pulau Baai dengan Perangkat Lunak SMS 8.1 2-30

    Dengan mengalikan persamaan (2.50) dengan u, kemudian jumlahkan ke ruas kiri persamaan (2.79a) dan substitusikan persamaan (2.82), maka akan diperoleh persamaan berikut:

    ( )

    ++++=+++ 2

    2

    2

    2

    2

    22

    zu

    yu

    xu

    xhZX

    zuww

    yuvv

    xu

    tu

    (2.84a)

    Dengan mengalikan persamaan (2.50) dengan v, kemudian jumlahkan ke ruas kiri persamaan (2.79b) dan substitusikan persamaan (2.83), maka akan diperoleh persamaan berikut:

    ( )

    ++++=+++ 2

    2

    2

    2

    2

    22

    zv

    yv

    xv

    yhZY

    zvww

    xuv

    yvv

    tv

    (2.84b)

    Untuk memperoleh persamaan kekekalan momentum dua dimensi, maka persamaan

    (2.84a) dan (2.84b), diintegrasikan terhadap kedalaman. Persamaan (2.84a) diintegrasikan terhadap kedalaman, maka akan didapat sebagai berikut:

    dzzu

    yu

    xu

    dzx

    ZdzXdzzuwdz

    yuvdz

    xudz

    tu

    h

    hhhhhh

    +++

    =+++

    2

    2

    2

    2

    2

    2

    2

    (2.85)

    Untuk menyederhanakan proses pengintegralan, ruas kiri dan ruas kanan persamaan

    (2.85) diselesaikan secara terpisah, untuk menyelesaikan ruas kiri, digunakan metoda Leibniz Rule sebagai berikut:

    Suku 1

    ( ) ( )thhyxu

    tyxudzu

    tdztu

    hh

    =

    ,,,, (2.86)

    Suku 2

    ( ) ( ) ( ) ( )xhhyxuhyxu

    xyxuyxudzu

    xdz

    xu

    hh

    =

    ,,,,,,,,2

    2

    (2.87)

    Suku 3

    ( ) ( ) ( ) ( )yhhyxvhyxu

    xyxvyxudzuv

    ydz

    yuv

    hh

    =

    ,,,,,,,, (2.88)

    Suku 4

  • Simulasi Sedimentasi di Alur Masuk Pelabuhan Pulau Baai dengan Perangkat Lunak SMS 8.1 2-31

    ( ) ( ) ( ) ( )hyxwhyxuy

    yxwyxudzzuw

    h

    =

    ,,,,,,,,

    (2.89)

    Substitusi persamaan (2.86) sampai (2.89) ke ruas kiri persamaan (2.85), diperoleh sebagai berikut:

    ( ) ( ) ( )( ) ( ) ( ) ( )

    ( ) ( ) ( ) ( ) ( )( ) dz

    zu

    yu

    xudz

    xhZ

    dzXhyxwhyxuy

    yxwyxuyhhyxv

    hyxux

    yxvyxudzuvyx

    hhyxu

    xyxudzu

    xthhyxu

    tyxudzu

    t

    hh

    h

    h

    hh

    ++++

    =+

    +

    +

    2

    2

    2

    2

    2

    2

    2

    22

    ,,,,,,,,,,

    ,,,,,,,,

    ,,,,,,

    (2.90)

    Berdasarkan asumsi bahwa u dan v konstan terhadap kedalaman, maka:

    ( ) +=

    hUdzuh

    (2.91)

    ( ) +=

    hUdzuh

    22 (2.92)

    ( ) +=

    hUVdzuvh

    (2.93)

    Dengan mensubstitusikan persamaan (2.91) sampai dengan persamaan (2.92) dan persamaan (2.56) dan (2.88) ke persamaan (2.90), maka diperoleh persamaan:

    ( )( ) ( )( ) ( )( )( ) dz

    zu

    yu

    xuXdz

    xhZ

    dzXUVhy

    Uhx

    yxUt

    hh

    h

    +++++

    =++++

    2

    2

    2

    2

    2

    2

    2,,

    (2.94)

    Pengintegrasian ruas kanan persamaan (2.85) menghasilkan persamaan sebagai berikut:

    ( ) ( ) dz

    zu

    yu

    xuXh

    xhZX

    h

    ++++

    ++

    2

    2

    2

    2

    2

    2

    (2.95)

    Dalam aliran turbulen, viskositas dinamik dapat diganti dengan koefisien viskositas eddy.

    Perbedaan dibuat antara tekanan yang bekerja pada bidang x-y, bidang x-z, dan bidang

  • Simulasi Sedimentasi di Alur Masuk Pelabuhan Pulau Baai dengan Perangkat Lunak SMS 8.1 2-32

    y-z. Suku ke 2 persamaan (2.95) dapat ditulis sebagai berikut:

    ++

    h

    xzh

    xyh

    xx zuEdz

    yu

    EdzxuE 2

    2

    2

    2

    2

    2

    (2.96)

    dimana Exx, Exy dan Exz adalah koefisien Viskositas Eddy. Penyelesaian persamaan diatas

    adalah sebagai berikut.

    ( ) 22

    2

    2

    xuhE

    xuE xx

    hxx

    +=

    (2.97)

    ( ) 22

    2

    2

    yuhE

    yuE xy

    hxy

    +=

    (2.98)

    hxy

    hxy z

    uzuE

    yuE

    =

    2

    2

    hxx = (2.99)

    dimana:

    =x Tegangan geser yang bekerja di permukaan air =hx Tegangan geser yang bekerja di dasar perairan

    Tegangan geser yang bekerja di permukaan air disebabkan oleh kecepatan angin, gaya

    geser ini dapat dinyatakan sebagai berikut:

    cos2ax V= (2.100a)

    sin2ay V= (2.100b) Tegangan geser yang terjadi di dasar perairan dihitung dengan menggunakan rumus

    empiris.

    ( )33.12

    222

    HCVUUn

    gHu

    hx+= (2.101)

    Dengan mensubstitusikan persamaan (2.97), (2.98), (2.99), (2.100a) dan (2.101) ke ruas

    kanan persamaan (2.94), diperoleh hasil sebagai berikut:

  • Simulasi Sedimentasi di Alur Masuk Pelabuhan Pulau Baai dengan Perangkat Lunak SMS 8.1 2-33

    ( )( ) ( )( ) ( )( ) ( ) ( ) ( ) 222 xuhEhxhZXUVhyUhxhUt xx +++ ++=+++++ ( ) ( ) cos233.120

    222

    2

    2

    axy V

    HCVUUn

    gHyuh

    E ++++ (2.102)

    dimana,

    Hh =+ =X Gaya coriolis untuk arah x ( = sin2 dengan = 7.292x10-5 rad/s =0C 1.486

    =n koefisien manning =Z gaya gravitasi = koefisien tegangan geser angin empiris =aV kecepatan angin

    Persamaan (2.102) dapat disederhanakan menjadi sebagai berikut:

    ( ) ( ) ( )

    +

    +=

    ++

    2

    2

    2

    22

    yuE

    xuEH

    xHgHUVH

    yHU

    xUH

    t xyxx

    ( ) +++ sin2cos233.12

    0

    222

    hVHC

    VUgHUna (2.103a)

    Dengan cara yang sama, diperoleh persamaan kekekalan momentum dua dimensi untuk

    arah y.

    ( ) ( ) ( )

    +

    +=

    ++

    2

    2

    2

    22

    yvE

    xvEH

    yHgHHV

    yUVH

    xVH

    t yyyx

    ( ) +++ sin2cos233.12

    0

    222

    hVHC

    VUgHVna (2.103b)

    Persamaan kekekalan momentum yang digunakan oleh RMA2 adalah:

    Arah x:

    +

    +

    +

    +

    +

    xh

    xagH

    yuE

    xvEh

    yvhv

    xvhu

    tuh xyyx 2

    2

    2

    2

  • Simulasi Sedimentasi di Alur Masuk Pelabuhan Pulau Baai dengan Perangkat Lunak SMS 8.1 2-34

    ( ) ( ) 0sin2cos486.1 22/122

    26/1

    2

    =++ vhVvuh

    guna (2.104a)

    Arah y:

    +

    +

    +

    +

    +

    xh

    xagH

    yuE

    xvEh

    yvhv

    xvhu

    tvh xyyx 2

    2

    2

    2

    ( ) ( ) 0sin2cos486.1 22/122

    26/1

    2

    =++ vhVvuh

    gvna (2.104b)

    2.5 Pasang Surut

    2.5.1 Analisis Pasang Surut

    Analisa pasang surut dilakukan terhadap data pasang surut untuk mengetahui

    karakteristik pasang surut di lokasi kajian yang akan sangat berguna untuk keperluan

    desain.

    Seperti yang telah diketahui, bahwa pasang surut dipengarui oleh beberpa macam gaya

    yang disebut gaya pembangkit pasang surut. Masing-masing gaya akan merupakan

    komponen yang menentukan karakteristik dari pasang surut pada tempat tertentu.

    Tiap-tiap komponen akan berulang untuk suatu periode tertentu dan mempuyai kecepatan

    sudut tertentu yang selalu tetap untuk setiap tempat di bumi ini, karena gaya pembentuk

    pasang surut berasal dari gerakan bumi, bulan dan matahari yang mengikuti suatu aturan

    yang tetap. Tiap-tiap komponen akan menghasilkan amplitudo dan perbedaan fasa

    masing-masing dan untuk tempat tertentu hal tersebut akan selalu tetap.

    Pada tempat yang berbeda, komponen tersebut akan menghasilkan amplitudo dan beda

    fasa yang berbeda, bergantung pada lokasi dan keadaan geografisnya. Besarnya

    amplitudo dan beda fasa pada tempat tertentu disebut dengan konstanta pasang surut

    untuk tempat tersebut. Konstanta pasang surut akan menentukan karakteristik dari

    pasang surut yang terjadi pada suatu tempat dan besarnya akan dapat diketahui dengan

    pengamatan pasang surut dan analisanya.

    Analisa pasang surut dilakukan berdasarkan persamaan di bawah ini:

    ( )=

    +=k

    iiiit atZZZ

    10 cos (2.105)

    Keterangan:

  • Simulasi Sedimentasi di Alur Masuk Pelabuhan Pulau Baai dengan Perangkat Lunak SMS 8.1 2-35

    Zt = Tinggi muka air pada waktu t

    Z0 = Tinggi muka air rata-rata

    k = Jumlah komponen pasang surut

    Zi = Amplitdo dari komponen ke-i

    i = Kecepatan sudut dari komponen ke i t = Waktu

    ai = Beda fasa dari komponen ke-i

    2.5.2 Persamaan Regresi

    Analisis regresi pada dasarnya adalah studi mengenai ketergantungan satu variabel

    dependen (terikat) dengan satu atau lebih variabel independen (variabel penjelas/bebas),

    dengan tujuan untuk mengestimasi dan atau memprediksi rata-rata populasi atau nilai

    rata-rata variabel dependen berdasarkan nilai variabel independen yang diketahui

    (Gujarati, 1995). Pada proses pengolahan data pasang surut metode regresi yang biasa

    digunakan adalah admiralty dan least square. Metode yang akan dijelaskan dalam tugas

    akhir ini adalah metode least square.

    ( )=

    ++=K

    kkkkkoi tBtAAy

    1sincos (2.106)

    A0, Ak, Bk = Koefisien yang harus dihitung dengan Metoda Kuadrat Terkecil

    K = Jumlah konstituen yang diperhitungkan.

    k = Nomor konstituen.

    = T2 .

    T = Periode konstituen pasang surut.

    t = Waktu (data lapangan).

    Model pasang surut diatas dapat dinyatakan sebagai berikut.

    ==

    ++=K

    kkk

    K

    kkkoi tBtAAy

    11sincos (2.107)

    dimana:

    A0 = Harga elevasi muka air rata-rata

  • Simulasi Sedimentasi di Alur Masuk Pelabuhan Pulau Baai dengan Perangkat Lunak SMS 8.1 2-36

    = N

    yN

    iii

    =

    Ak, Bk = Harga yang dicari.

    K = Jumlah konstituen yang diperhitungkan.

    k = Konstituen ke-i.

    k = Frekuensi sudut konstituen ke-k. t = Waktu (data lapangan).

    Error (selisih antara data dan model) dapat didefinisikan sebagai berikut:

    eldata yy mod= (2.108)

    ii yy = Jumlah Kuadrat Error didefinisikan sebagai berikut:

    J = ( )==

    =N

    1i

    2ii

    N

    1i

    2 yy

    Metoda kuadrat terkecil menyatakan bahwa model terbaik memberikan jumlah kuadrat

    error terkecil.

    J = = ==

    ++

    N

    1i

    2K

    1kikk

    K

    1kikkoi tsinBtcosAAy (2.109)

    J = = ==

    N

    1i

    2K

    1kikk

    K

    1kikkoi tsinBtcosAAy

    Variabel yang tidak diketahui adalah Ak dan Bk, sementara yang diketahui adalah k, ti dan yi.

    J minimum jika turunan pertama J terhadap seluruh parameter yang berpengaruh bernilai

    nol. Dalam hal ini parameter-parameter yang berpengaruh adalah Ak dan Bk.

    Sehingga:

    1. kAJ

    = 0

    0tcostsinBtcosAAy2AJ N

    1itk

    K

    1kikk

    K

    1kikkoi

    k=

    =

    = ==

    (2.110)

  • Simulasi Sedimentasi di Alur Masuk Pelabuhan Pulau Baai dengan Perangkat Lunak SMS 8.1 2-37

    2. kBJ

    = 0

    0tsintsinBtcosAAy2BJ N

    1itk

    K

    1kikk

    K

    1kikkoi

    k=

    =

    = ==

    (2.111)

    Dari persamaan di atas dapat diuraikan sebagai berikut.

    === ===

    =+N

    iiki

    N

    iik

    N

    i

    K

    kik

    N

    itkk

    K

    kiktkk tytAttBttA

    110

    1 111coscossincoscoscos

    === ===

    =+N

    iiki

    N

    iik

    N

    i

    K

    kik

    N

    itkk

    K

    kiktkk tytAttBttA

    110

    1 111sinsinsinsincossin

    Dalam bentuk matrik dinyatakan sebagai berikut:

    ====

    ====

    K

    kik

    N

    itk

    K

    kik

    N

    iik

    K

    kik

    N

    iik

    K

    kik

    N

    iik

    tttt

    tttt

    1111

    1111

    sinsincossin

    sincoscoscos

    k

    k

    B

    A

    =

    ==

    ==

    N

    iiki

    N

    iik

    N

    iiki

    N

    iik

    tytA

    tytA

    110

    110

    sinsin

    coscos

    Untuk 1 buah konstituen, K=1

    ==

    ==

    N

    iii

    N

    ii

    N

    iii

    N

    ii

    ttt

    ttt

    11

    21

    11

    111

    11

    2

    sincossin

    sincoscos

    1

    1

    B

    A

    =

    ==

    ==

    N

    iii

    N

    ii

    N

    iii

    N

    ii

    tytA

    tytA

    11

    110

    11

    110

    sinsin

    coscos

    Untuk 2 buah konstituen, K=2

    dalam persamaan matrik [ ]{ } { }CXM = Dimana:

    [ ]M =

  • Simulasi Sedimentasi di Alur Masuk Pelabuhan Pulau Baai dengan Perangkat Lunak SMS 8.1 2-38

    ====

    ====

    ====

    ====

    N

    iii

    N

    ii

    N

    iiii

    N

    ii

    N

    iit

    N

    it

    N

    iit

    N

    iii

    N

    iiii

    N

    ii

    N

    iii

    N

    ii

    N

    iit

    N

    iit

    N

    iit

    N

    ii

    ttttttt

    ttttttt

    ttttttt

    ttttttt

    12

    22

    12

    1121

    12

    122

    12

    2

    112

    112

    1212

    11

    11

    21

    11

    121

    121

    111

    11

    2

    sincossinsinsincossin

    sincoscossincoscoscos

    sinsincossinsincossin

    sincoscoscossincoscos

    { }X =

    2

    2

    1

    1

    B

    A

    B

    A

    { }C =

    ==

    ==

    ==

    ==

    N

    iii

    N

    ii

    N

    iii

    N

    ii

    N

    iii

    N

    ii

    N

    iii

    N

    ii

    tytA

    tytA

    tytA

    tytA

    12

    120

    12

    120

    11

    110

    11

    110

    sinsin

    coscos

    sinsin

    coscos

    Untuk jumlah konstituen yang lain ditentukan dengan cara yang sama. Ukuran matrik

    dengan N buah konstituen adalah Matrik 2N x 2N.

  • Simulasi Sedimentasi di Alur Masuk Pelabuhan Pulau Baai dengan Perangkat Lunak SMS 8.1 2-39

    2 Dasar Teori.................................................... 1

    2.1 Hindcasting.......................................................................................................... 1

    2.1.1 Data Angin....................................................................................................... 2

    2.1.2 Daerah Pembentukan Gelombang (Fetch Efektif)........................................... 7

    2.1.3 Peramalan Data Gelombang........................................................................... 8

    2.1.4 Analisis Frekuensi Gelombang...................................................................... 11

    2.2 Transport Sedimen Sejajar Pantai .................................................................... 14

    2.3 Persamaan Kontinuitas ..................................................................................... 18

    2.4 Persamaan Kekekalan Momentum ................................................................... 24

    2.5 Pasang Surut..................................................................................................... 34

    2.5.1 Analisa Pasang Surut .................................................................................... 34

    2.5.2 Persamaan Regresi....................................................................................... 35

    Gambar 2.1 Perhitungan harga rasio RL sebagai fungsi dari UL ..................................... 5

    Gambar 2.2 Grafik Nilai RT vs T (SPM 1984)............................................................... 7

    Gambar 2.3 Flowchart peramalan tinggi dan periode gelombang................................. 11

    Gambar 2.4 Ilustrasi Komponen Energi Gelombang Setelah Pecah ............................ 16

    Gambar 2.5 Ruang tilik kubus dalam fluida................................................................... 19

    Gambar 2.6 Definisi h dan .......................................................................................... 23

    Gambar 2.7 Gaya-gaya yang bekerja pada elemen fluida ............................................ 26

    Tabel 2.1 Pengelompokan Arah Angin Berhembus ........................................................ 3