Dasar Teori Hematologi

13
MORFOLOGI ERITROSIT DAN KELAINANNYA Eritrosit merupakan bagian utama dari sel-sel darah. Dalam setiap 1 mm 3 darah terdapat sekitar 5 juta eritrosit atau sekitar 99%, oleh karena itu setiap pada sediaan darah yang paling banyak menonjol adalah sel-sel tersebut. Dalam keadaan normal, eritrosit manusia berbentuk bikonkaf dengan diameter sekitar 7 -8 μm, tebal ± 2.6 μm dan tebal tengah ± 0.8 μm dan tanpa memiliki inti (normosit). Dilihat dari samping, eritrosit nampak seperti cakram atau bikonkaf dengan sentral akromia kira-kira 1/3 – ½ diameter sel. Pada evaluasi sediaan darah apus maka yang perlu diperhatiakan adalah 4S yaitu size (ukuran), shape (bentuk), warna (staining) dan struktur intraselluler. (Widayati, dkk, 2010). Gambar eritrosit normal, (1. Limfosit matur,) ukuran eritrosit normal kira-kira sama dengan ukuran inti limfosit matur (normositik). Tiap-tiap sel darah merah mengandung 200 juta molekul hemoglobin. Hemoglobin (Hb) merupakan suatu protein yang mengandung senyawa besi hemin. Hemoglobin mempunyai fungsi mengikat oksigen di paru-paru dan mengedarkan ke seluruh jaringan tubuh. Jadi, dapat dikatakan bahwa di paruparu terjadi reaksi

description

Morfologi Eritrosit dan Kelainannya

Transcript of Dasar Teori Hematologi

Page 1: Dasar Teori Hematologi

MORFOLOGI ERITROSIT DAN KELAINANNYA

Eritrosit merupakan bagian utama dari sel-sel darah. Dalam setiap 1 mm3 darah terdapat sekitar 5 juta eritrosit atau sekitar 99%, oleh karena itu setiap pada sediaan darah yang paling banyak menonjol adalah sel-sel tersebut. Dalam keadaan normal, eritrosit manusia berbentuk bikonkaf dengan diameter sekitar 7 -8 μm, tebal ± 2.6 μm dan tebal tengah ± 0.8 μm dan tanpa memiliki inti (normosit). Dilihat dari samping, eritrosit nampak seperti cakram atau bikonkaf dengan sentral akromia kira-kira 1/3 – ½  diameter sel. Pada evaluasi sediaan darah apus maka yang perlu diperhatiakan adalah 4S yaitu size (ukuran), shape (bentuk), warna (staining) dan struktur intraselluler. (Widayati, dkk, 2010).

Gambar eritrosit normal, (1. Limfosit matur,) ukuran eritrosit normal kira-kira sama

dengan ukuran inti limfosit matur (normositik).

Tiap-tiap sel darah merah mengandung 200 juta molekul hemoglobin. Hemoglobin (Hb)

merupakan suatu protein yang mengandung senyawa besi hemin. Hemoglobin mempunyai

fungsi mengikat oksigen di paru-paru dan mengedarkan ke seluruh jaringan tubuh. Jadi, dapat

dikatakan bahwa di paruparu terjadi reaksi antara hemoglobin dengan oksigen. Kandungan

hemoglobin inilah yang membuat darah berwarna merah (Widayati, dkk, 2010).

A. Anisositosis

Pada keadaan normalnya, eritrosit mempunyai bentuk bikonkaf, seperti cakram dengan garis

tengah 7,5 uM dan tidak berinti. Secara klinis, kelainan eritrosit dapat diamati dalam

pemeriksaan laboratorium. Dalam sediaan apus, eritrosit normal berukuran sama dengan inti

limposit kecil dengan area ditengah berwarna pucat. Kelainan morfologi eritrosit berupa kelainan

ukuran (size), bentuk (shape), warna (staining characteristics) dan benda-benda inklusi (Zakaria,

2012).

Page 2: Dasar Teori Hematologi

Anisositosis adalah suatu keadaan dimana ukuran diameter eritrosit yang terdapat di dalam

suatu sediaan apus berbeda-beda (bervariasi). Anisositosis tidak menunjukkan suatu kelainan

hematologik yang spesifik. Keadaan ini ditandai dengan adanya eritrosit dengan ukuran yang

tidak sama besar dalam sediaan apus darah tepi. Anisositosis jelas terlihat pada anemia

mikrositik yang ada bersamaan dengan anemia makrositik seperti pada anemia gizi (Arjatmo

Tjokronegoro dan Hendra Utama, 1996).

Kelainan eritrosit berdasarkan ukurannya dapat dibedakan menjadi:

a. Makrosit

Ukuran eritrosit yang lebih dari 8,2 Nm. MCV lebih dari normal dan MCH biasanya tidak

berubah. Terjadi karena pematangan inti eritrosit terganggu, dijumpai pada defisiensi vitamin

B₁₂ atau asam folat. Penyebab lainnya adalah karena rangsangan eritropoietin yang berakibat

meningkatkatnya sintesa hemoglobin dan meningkatkan pelepasan retikulosit kedalam sirkulasi

darah. Sel ini didapatkan pada anemia megaloblastik, penyakit hati menahun berupa thin

macrocytes dan pada keadaan dengan retikulositosis, seperti anemia hemolitik atau anemia paska

pendarahan (Anonim, 2011).

Gambar. Ertrosit makrositer

b. Mikrosit

Ukuran eritrosit yang kurang dari 6,2 Nm, biasa disertai dengan warna pucat (hipokromia).

Pada pemeriksaan sel darah lengkap didapatkan MCV yang rendah. Terjadinya karena

menurunnya sintesa hemoglobin yang disebabkan defisiensi besi, defeksintesa globulin, atau

kelainan mitokondria yang mempengaruhi unsure hem dalam molekul hemoglobin. Sel ini

didapatkan pada anemia hemolitik, anemia megaloblastik, dan pada anemia defisiensi besi

(Anonim, 2011).

Page 3: Dasar Teori Hematologi

Gambar. Eritrosit Mikrositer

B. Poikilositosis

Poikilositosis adalah keadaan dimana populasi eritrosit tampil dengan bentuk

yang bervariasi. Biasanya polkilositosis biasanya bersamaan dengan anisositosis.

meningkatnya poikilositosis sering menunjukkan adanya kelainan eritropoiesis yang

disebabkan oleh defek sumsum tulang atau kelainan destruksi eritrosit dimana biasanya

dapat terjadi pada penderita anemia megaloblastik,leukemia, mielosklerosis, anemia

hemolitik dll.

Dalam situasi normal, suatu poikilosit merupakan penuaan eritrosit yang sejalan dengan

kekuatannya.sebagian kecil dari membrannya terkelupas.

Jenis –Jenis Poikilositosis

Kelainan eritrosit berupa bentuk-bentuk sel darah merah,yaitu :

1. Sel Spikel (sel bertaji)

Ada 2 jenis sel bertaji yaitu akantosit dan ekinosit

a. Akantosit

Akantosit (Spurr cell) adalah eritrosit yang pada dindingnya mempunyai tonjolan –tonjolan yang berbentuk duri (runcing). Terdapat duri-duri di permukaan membrane yang ukurannya bervariasi , tidak merata dengan jumlah 5-10 buah dan menyebabkan sensitif terhadap pengaruh dari dalam maupun luar sel. Terjadi pada sirosis hati yang disertai anemia hemolitik, hemangioma hati, hepatitis pada neonatal

ditemukan pada:

Page 4: Dasar Teori Hematologi

-          Abetalipoproteinemia herediter

-          Pengaruh pengobatan heparin

-          ‘Pyruvate kinase deficiency’

-          Peny. Hati dengan anemia hemolitik

-          Pasca splenektomi

GAMBAR SECARA MIKROSKOPIS AKANTOSIT

b. Echinocyte

Echynocyte (Burr cell, Crenated cell, sea-urchin cell) merupakan eritrosit kelihatan dengan dinding "bergerigi" karena adanya tonjolan-tonjolan sitoplasma dan tersebar merata dipermukaan sel. Sel dengan tonjolan duri ( 10 – 30 buah ) karena pecahnya membran sel, berukuran   sama. Ditemukan pada:

-          Penyakit ginjal menahun (uremia)

-          Karsinoma lambung

-          Artefak waktu preparasi

-          Hepatitis

-          ‘Bleeding peptic ulcer’

-          ‘Pyruvate kinase deficiency’

-          Sirosis hepatic

-          Anemia hemolitik

Page 5: Dasar Teori Hematologi

Gambar Secara Mikroskopis Burr Cell

2. Sperositosit

Sel ini adalah eritrosit yang tidak lagi berbentuk bikonkaf tetapi bentuknya bulat

(sferik) dengan diameter kurang dari 6 um.

Pada sediaan apus sel ini tampak tidak memiliki akromia sentral dan warna lebih

atau sangat gelap dari warna normalnya,disebut mikrosperofit hiper kromik. Kelainan

bentuk sel ini terjadi karena terganggunya fungsi membran sel .Terdapat pada

sferositosis herediter, anemia iso dan auto-immunohemolitik.

GAMBAR SECARA MIKROSKOPIS SPEROSI

3. Stomatosit

Keadaan eritrosit pada bagian tengah sel mengalami pemucatan dan tidak

berbentuk lingkaran tapi memanjang seperti celah bibir mulut. Ditemukan pada

stomatositosis herediter, penyakit keganasan, anemia hemolitik, thalasemia, dan

keracunan timah. Distribusi dalam darah tepi < 5% dari eritrosit normal.

Page 6: Dasar Teori Hematologi

GAMBAR SECARA MIKROSKOPIS STOMATOSIT

4. Eliptocytes/ovalosit

Mempunyai bentuk yang sangat bervariasi yaitu oval, pensil, dan cerutu dengan

konsentrasi Hb tidak hipokromik tapi berkumpul di kedua kutub sel. Ciri khas dari sel

ini adalah bentuk silinder dan tengahnya pucat. Ditemukan pada Elliptositosis

herediter ( lebih dari 95 % eritrosit berbentuk elliptosit ), anemia defisiensi besi, B12,

asam folat, sickle cell anemia, thalasemia, hemolitik desease.

GAMBAR SECARA MIKROSKOPIS OVALOSIT

5. Tear drop

Teardrop cell adalah eritrosit yang bentuknya seperti tetesan air mata atau

kelihatan seperti buah "pear", dapat dijumpai pada thalasemia,mielofibrosis,dll.

Memiliki ukuran lebih kecil dari eritrosit normal, hipokromik karena distorsi fragmen

eritrosit.

Page 7: Dasar Teori Hematologi

GAMBAR SECARA MIKROSKOPIS TEAR DROP

6. Sickle cells.

Sickle cell" adalah eritrosit yang bentuknya seperti bulan sabit atau clurit.sel ini

dapat dijumpai pada "sickle cell disease",atau hemoglobinopati lainnya Ditemukan

pada penyakit homozygote Hb S, penyakit Hb SC, penyakit Hb S thalasemia sindrom,

penyakit Hb I. (Ranggani,1989)

GAMBAR SECARA MIKROSKOPIS SICLE CELLS

7. Target cell (Mexican Het cell, bull’s eye cell)

Page 8: Dasar Teori Hematologi

 Keadaan dimana eritrosit berbentuk tipis atau ketebalan kurang dari normal dengan

bentuk target di tengah (target like appearance). Ratio permukaan/volume sel akan

meningkat yang ditandai dengan permukaan luas, bundar, tengahnya menonjol sehingga

tampak lebih gelap dikelilingi daerah pucat, tepi sel terjadi penumpukan dan warna

Hb seperti topi Meksiko. Dapat ditemukan pada thalasemia, penyakit hati, lecithin

cholesterol acyl transferase defisiensi.

GAMBAR SECARA MIKROSKOPIS TARGET CELLS

8. Sistosit ( fragmented cell; keratocytes)

Merupakan suatu pecahan eritrosit dengan berbagai macam bentuk. Ukurannya lebih kecil dari eritrosit normal. Bentuk fragmen   dapat bermacam-macam seperti helmet cell, triangular cell, dan sputnik cell. Ditemukan pada:

-          Anemia hemolitik

-          Purpura trombotik trombosistik

-          Kelainan katup jantung

-          Talasemia Major

-          Penyakit keganasan

-          Hipertensi maligna

-          Uremia

Page 9: Dasar Teori Hematologi

9. Sel krenasi

Eritrosit memperlihatkan tonjolan-tonjolan tumpul di seluruh permukaan sel. Letaknya tidak beraturan, umumnya terjadi karena kesalahan teknik dalam pembuatan sediaan apus. ditemukan pada hemolisis   intravaskuler.

Gambar Sel Krenasi

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2011. Eritrosit. Diakses di:

http://nheniethree.blogspot.com/2011/06/eritrosit-sel-darah-merah.html. Diakses tanggal: 28 Mei 2014

Anonim. 2012. Eritrosit. Diakses di:

http://www.psychologymania.com/2012/09/kelainan-eritrosit.html Diakses tanggal: 28 Mei 2014

Iqbal. 2012. Eritrosit. Diakses di:

http://aboutlabkes.wordpress.com/2012/01/30/eritrosit/. Diakses tanggal: 28 Mei 2014

Rahayu, Puji. 2011. Eriteosit. Diakses di:

http://blog.uad.ac.id/ratnasari/2011/12/06/eritrosit-sel-darah-merah/. Diakses tanggal: 28 Mei 2014

Page 10: Dasar Teori Hematologi

Widayati, dkk. 2010. Laporan Praktikum Anatomi Fisiologi Manusia Sediaan Apus Darah. Jakarta: Jurusan Farmasi Fakultas Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Muhammadiyah Prof. Dr. Hamka

Zakaria. 2012. Morfologi Sel Darah Merah. Diakses di:

http://zakariadardin.wordpress.com/2012/01/09/morfologi-sel-darah-merah/. Diakses tanggal: 28 Mei 2014