Dasar Teori
-
Upload
riska-septiyani -
Category
Documents
-
view
130 -
download
15
description
Transcript of Dasar Teori
LAPORAN PRAKTIKUM
KIMIA ORGANIK I
I. NOMOR PERCOBAAN : VII
II. NAMA PERCOBAAN : Pembuatan N-Butil Bromida
III. TUJUAN PERCOBAAAN :
1. Agar mahasiswa dapat mensintesa suatu senyawa organic
2. Mahasiswa dapat memahami reaksi substitusi nukleofilik dalam pembuatan n-
butil bromida.
IV. DASAR TEORI
Butil bromida merupakan salah satu halogen alkana yang dikenal juga sebagai
alkil halida. Nama lain dari butil bromide adalah bromo butana atau bisa saja juga
disebut dengan butil bromida. Rumus bangun dari butyl bromida adalah sebagai
berikut :
CH3 – CH2 – CH2 - Br
Butyl bromida
n-butil bromide
Butil bromida mengandung seebuah bromo (Br) disalah satu gugusnya.
Bromo adalah unsur kimia dalam tabel periodik unsur yang memiliki symbol Br dan
nomor atom dalam gugus fungsi. Gugus alkilnya “butil” dan satu atom hidrogen telah
digantikan dengan unsur Br. Butil bromida digunakan sebagai agen alkil yang dapat
menghasilkan group atau kelompok alkil butyl yang membentuk ikatan-ikatan karbon
dalam sintesis organik.
Butil bromida mempunyai warna kuning, biasanya dalam wujud cair, jika
dilarutkan dalam air kelarutannya relatif kecil, bersifat stabil dalam keadaan biasa.
Butyl bromida akan teroksidasi dalam cahaya, larut dalam eter dan etanol.
N-butil bromida digunakan atau dimanfaatkan dalam sintesis karbon organik.
N-butil bromida juga termasuk produk yang dihasilkan melalui aksi substitusi klasik
nukleofilik yang dilakukan oleh banyak laboratorium. Agencinya harus berkisar
antara 218–700 ribu pon yang akan stabil dibawah suhu normal dan didalam tekanan
yang normal. Hyosena n-butil bromida adalah salah satu contoh dari butyl bromida
yang berguna dalam obat-obatan. Disamping itu ada juga valemat bromida yang
digunakan untuk mengurangi rasa nyeri.
Nukleofilitas adalah ukuran kemampuan suatu pereaksi untuk menyebabkan
nukleofil melakukan reaksi substitusi. Nukleofilitas relatif dari sederet pereaksi
ditentukan oleh laju relatif
CH3CH2 – Br + OH- → CH2CH2 – OH + Br-
H2O ROH- Cl- OH- OR- I- C = N
(naiknya nukleofilitas)
Suatu daftar nukleofilitas relatif tidak paralel searah eksat dengan daftar kuat
basa. Namun, suatu basa kuat biasanya nukleofil yang lebih baik daripada Cl- atau
H2O.
Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi nukleofilitas adalah karena
beberapa alkil halida dapat menjalani reaksi substitusi dan eliminasi yang saling
bersaingan. Pereduksi seperti OH dapat bertindak sebagai suatu nukleofil maupun
sebagai suatu basa dalam suatu bejana reaksi.
Banyak senyawa organologam yang bersifat toksik atau beracun dan harus
digunakan dengan hati-hati. Misalnya tetraklorida (CCl4) dan kloroform (CHCl3)
yang dapat mengakibatkan kerusakan hati bila dihirup berlebihan. Insectisida yang
mengandung organologam seperti DDT digunakan secara meluas dalam pertanian.
Namun, penggunaan itu merosot akhir-akhir ini dikarenakan efek yang merusak
lingkungan. Dipihak lain, beberapa senyawa halogen tampaknya sangat aman dan
beberapa digunakan sebagai pemati rasa hirupan. Contohnya, adalah halotana
(CH3CHBrCl) dan metoksi flurana (Penuntun Belajar: 60-61).
Jika nukloefil bersifat netral dan begitupun dengan substrat yang bersifat
netral, produk akan bemuatan positif, jika nukleofil bersifat berupa ion negatif dan
substratnya netral maka produk yang di hasilkan akan netral. Dalam kedua kasus ini
pasangan elektron bebas dari nukleofil memasok elektron untul ikatan kovalen baru.
Terdapat dua mekanisme utama substitusi nukleofil. Keduanya diberi simbol SN1 dan
SN2. Ada beberapa petunjuk yang dapat digunakan untuk mengenali apakah nukleofil
bereaksi dengan substratnya bereaksi melalui mekanisme SN2 diantaranya laju reaksi
bergantung pada konsentrasi nukleofilnya maupun substratnya. Tiap penggantian
melalui SN2 selalu mengakibatkan reaksi inversi. Reaksi akan paling cepat bila pada
alkil halida pada substrat berupa metil atau primer dan paling lambat jika tertier
halidanya dan halida sekunder berreaksi pada reaksi pertengahan, sedangkan SN1
kebalikannya (Harold, 2003).
Pembuatan n-butil bromida berdasarkan penelitian menggunakan SN2 dengan
mengkonversi 1-butanol untuk bromida 1-bromo butana. Reaksi substitusi merupakan
suatu reaksi dimana satu atom ion atau gugus disubstitusikan untuk menggantikan
ion, atom atau gugus lain.
HO- + CH3CH - Br → CH3CH2 – OH + Br-
Ion hidroksida bromo etana etanol
Dalam reaksi substitusi alkil halida, halida itu disebut gugus pergi yang baik
(leaving group). Suatu istilah yang berarti gugus apa saja yang dapat digeser dari
ikatan-ikatannya dengan suatu atom karbon. Senyawa hidrokarbon adalah senyawa
karbon yang terdiri atas unsur karbon (C) dan hydrogen (H). Jika senyawa
hidrokarbon dibakar akan menghasilkan gas CO2 dan uap air (H2O). Adanya CO2
menunjukkan adanya unsur C dan uap air (H2O) menunjukkan adanya unsur H.
Spesiasi yang menyerang suatu alkil halida dalam suatu reaksi substitusi
disebut nukleofil (nucleophile/pencinta nucleus) sering dilambangkan dengan Nu.
Dalam persamaan reaksi di atas, OH- dan CH3O- adalah nukleofil. Umumnya sebuah
nukleofil adalah spesi apa saja yang tertarik ke suatu pusat positif. Jadi, sebuah
nukleofil ialah suatu basa lewis. Kebanyakan nukleofil adalah anion, namun beberapa
molekul polar yang netral, seperti H2O, CH3OH, dan CH3CH2 dapat juga bertindak
sebagai nukleofil.
Molekul netral seperti ini memiliki pasangan electron menyendiri yang dapat
digunakan untuk membentuk ikatan sigma. Substitusi oleh nukleofil disebut
substitusi nukleofil atau pengganti nukleofil (Fessenden, 1982).
Lawan dari nukleofil adalah elektrofil (pecinta electron) yang sering
dilambangkan dengan ET. Suatu elektrofil adalah spesi apa saja yang tertarik ke
puasat negatif. Jadi, suatu elektrofil adalah suatu asam lewis seperti H+ atau ZnCl2.
Suatu asam lewis ini merupakan hasil pengembangan teori lewis dari teori asam basa.
Arrhenius pada waktu yang hampir bersamaan dengan Bronsted dan Lowry (1923).
Teori lewis memiliki kelebihan dibanding teori Bronsted Lowry yaitu teori tersebut
memungkinkan penggolongan asam basa digunakan dalam rekasi-reaksi dimana baik
H+ maupun OH- tidak ada. Dalam hal ini asam H+ adalah sebagai penerima pasangan
electron (Petrucci, 1999).
Pada kimia organik maupun anorganik, substitusi nukleofil adalah suatu
kelompok dasar reaksi substitusi, dimana sebuah nukleofil yang kaya elektron, secara
selektif berikatan dengan atau menyerang muatan positif dari sebuah gugus kimia
atau atom yang disebut gugus lepas.
Bentuk reaksi umum ini adalah :
Nu : + R-X → R-Nu + X
Dengan Nu menandakan nukleofil, yang menandakan pasangan elektron, serta
R-X menandakan substrat dengan gugus pergi ke X. Pada reaksi tersebut, pasangan
electron dari nukleofil menyerang substrat membentuk ikatan baru. Sementara gugus
pergi melepaskan diri bersama dengan sepasang elektron. Produk utamanya adalah R-
Nu. Nukleofil dapat memiliki muatan listrik negatif ataupun netral. Sedangkan
substrat biasanya netral atau bermuatan positif. Contoh substitusi nukleofilik adalah
hidrolisis alkil bromida (R-Br) pada kondisi basa, dimana nukleofilnya adalah OH-
dan gugus perginya adalah Br-.
R – Br + OH- → R – OH + Br-
Reaksi substitusi nukleofilik sangat dijumpai pada kimia organik dan reaksi-
reaksi ini dapat dikelompokkan sebagai reaksi reaksi yang terjadi pada karbon alifatik
atau pada karbon aromatic atau karbon tak jenuh lainnya.
Dalam reaksi kimia, struktur bagian alkil (dari) alkil halida berperan. Oleh
karena itu, perlu dibedakan empat tipe alkil halida, yaitu metil, primer, sekunder, dan
tersier. Suatu metil halida adalah suatu struktur dalam suatu hidrogen dari metana
yang telah digantikan oleh sebuah halogen. Karbon ujung alkil halida ialah atom
karbon yang terikat pada karbon ujung alkil halida primer 1-RCH2X mempunyai satu
gugus alkil terikat pada karbon ujung. Alkil halida primer (satu gugus alkil terdekat
pada ujung).
CH3 → CH2Br
Bromoetana (etil bromida)
Suatu alkil halida sekunder (2-R2CH2X) mempunyai dua gugus alkil yang
terikat pada karbon ujung, dan suatu alkil halida tersier (3-R3CHX) mempunyai tiga
gugus alkil yang terikat pada karbon ujung (perhatikan suatu halogen yang terikat
pada suatu sikloalkana haruslah sekunder atau tersier). Karena dapat bereaksi lebih
dari satu reaksi antara sebuah alkil halida dan sebuah nukleofil atau basa, maka reaksi
substitusi dan reaksi eliminasi dikatakan sebagai reaksi bersaing. Reaksi bersaingan
lazim dijumpai dalam kimia organik. Karena campuran produk kebanyakan
persamaan organik tidak dilengkapi secara stoikiometris. Dengan bertambahnya
jumlah gugus alkil yang terikat pada karbon ujung, keadaan transisinya bertambah
berjejal (Anonim, 2014).
Sintesis biasanya terdiri dari penggabungan kepingan kecil dan sederhana
menjadi molekul besar yang kompleks. Untuk membuat sebuah molekul yang
mengandung banyak atom dari molekul-molekul yang mengandung atom lebih
sedikit, dapat diketahui bagaimana membuat dan memecahkan ikatan kimia. Walau
sintesis urea dari Wohler suatu kebetulan, sintesis akan lebih efektif dan terkendali
jika dilakukan dengan cara-cara yang rasional, sehingga semua atom yang tersusun
akan berhubungan satu sama lainnya dengan benar dan menghasilkan produk yang
dihasilkan.
Ada beberapa alasan mengapa penting sekali sintesis molekul. Pertama, dapat
mensintesis produk alam dilaboratorium dengan mudah dan dalam jumlah besar
dengan harga yang lebih murah dibandingkan dengan pemisahan dari alam. Alasan
lain untuk sintesis adalah untuk menciptakan zat-zat baru yang mungkin memiliki
sifat-sifat yang lebih berguna dibandingkan dengan hasil-hasil alami. Serat sintetik
seperti nilon dan orlon yang mempunyai sifat-sifat tertentu yang lebih berguna dan
lebih baik dari serat alami seperti sutra, kapas dan sisal. Banyak senyawa dalam obat-
obatan adalah sintetik (termasuk aspirin, eter, novocain, dan harbiturat).
Contoh dari reaksi substitusi nukleofilik yang terjadi pada gugus karbonil
pada sebuah keton dan langsung melalui substitusi dengan senyawa hemiasetat yang
tidak stabil. Pada kimia organik ataupun pada kimia anorganik, substitusi nukleofilik
adalah suatu kelompok dasar reaksi substitusi.
Menurut kinetiknya, reaksi nukleofilik dapat dikelompokkan menjadi reaksi
SN1 dan reaksi SN2. Substitusi pada “halogen alkana primer” atau reaksi SN2.
Nukleofilik adalah sebuah spesies (ion atau molekul) yang tertarik dengan kuat
kesebuah daeraah yang bermuatan positif pada sesuatu yang lain.
Nukleofil dapat berupa ion-ion penuh atau memiliki muatan yang sangat
negatif pada suatu tempat dalam sebuah molekul. Nukleofil–nukleofil yang umum
antara lain ion hidroksi, ion sianida, air dan amoniak. Perhatikan bahwa masing-
masing nukleofil mengandung sekurang-kurangnya satu pasangan electron.
Pada alkil halida tersier tidak dapat bereaksi secara SN2, bagaimana produk
substitusi itu, ternyata alkil halida tersier mengalami substitusi dengan suatu
mekanisme yang disebut reaksi SN1 (substitusi nukleofilik unimolekular). Hasil
eksperimen yang diperoleh dalam reaksi SN1 cukup berbeda dengan reaksi SN2 secara
khas tanpa mengalami suatu stantiomer murni dari suatu alkil halida yang
mengandung karbon C–X yang tidak mengalami reaksi SN1, maka diperoleh dalam
reaksi SN2, juga disimpulkan bahwa pada reaksinya pengaruh konsentrasi SN2.
Mekanisme reaksi 1-butanol dengan hydrogen bromida berlangsung dengan
pemindahan air oleh ion bromida dari bentuk protonasi alcohol (ion alkilosonium).
Florinasi nukleofilik menggunakan CSF atau flourida logam alkali sesuai pada waktu
reaksi singkat dihadapan (BF4) affording produk yang diinginkan tanpa produk
sampingan. Substitusi nukleofilik seperti halogenations, acetoxylextoon natriliton dan
nikoxylations dihadapan garam ionik menyediakan produk yang diinginkan dalam
hasil yang baik.
Kalium bromida (KBr) adalah garam, banyak digunakan sebagai
antikonvulsan dan obat penenang pada abad ke-20 akhir 19 dan awal, dengan over-
the-counter penggunaan memperluas sampai 1975 di Amerika Serikat tindakannya ini
disebabkan oleh ion bromida (bromida natrium sama efektif). Kalium bromida saat
ini digunakan sebagai obat hewan,sebagai obat antiepilepsi untuk anjing dan kucing
Dalam kondisi standar, kalium bromida adalah bubuk kristal putih. Hal ini secara
bebas larut dalam air. Dalam larutan encer, kalium bromida rasanya manis, pada
konsentrasi yang lebih tinggi rasanya pahit, dan ketika sebagian besar terkonsentrasi
rasanya asin untuk manusia efek ini terutama karena ion kalium, natrium bromida
hanya rasanya asin sama sekali konsentrasi. Dalam kalium bromida konsentras tinggi
sangat mengiritasi selaput lendir lambung, menyebabkan mual dan terkadang muntah
(lagi efek ini adalah khas dari semuagaram kalium larut).
Atom halogen (F, Cl, Br atau I) dapat diwakili oleh X. dengan menggunakan
lambing umum, maka alkil halide ialah RX dan aril halida seperti bromo benzena
(C6H5Br) ialah ARX. Ikatan sigma karbon halogen terbentuk oleh saling mendidihnya
suatu orbital atom halogen dan suatu orbital halogen atom karbon. Tak dapat
dipastikan mengenai ada tidaknya hibridisasi atom karbon.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2014. Butil Bromida. (Online).
http://kimia149.wordpress.com/2013/03/02/butil-bromida/. Diakses pada
tanggal 22 Maret 2014.
Fessenden & Fessenden. 1982. Kimia Organik I. Jakarta: Erlangga.
Petruci, Ralph H. 1999. Kimia Dasar II. Jakarta: Erlangga.
Hurd, Harold. 2003. Kimia Organik. Jakarta: Erlangga.