Dasar Teori
-
Upload
trianike-nur-aini -
Category
Documents
-
view
140 -
download
6
Transcript of Dasar Teori
Dasar Teori
Oklusi berasal dari kata occlusion, yang terdiri dari dua kata yakni oc yang berarti ke
atas (up) dan clusion yang berarti menutup (closing). Jadi occlusion adalah closing up atau
menutup ke atas. Dengan demikian pengertian oklusi adalah berkontaknya gigi geligi rahang
atas dengan permukaan gigi geligi rahang bawah pada saat kedua rahang tersebut menutup.
Oklusi dibentuk oleh suatu sistem struktur yang terintegrasi antar sistem otot-otot mastikasi
dan sistem neuromuskular, STM, gigi geligi.
Konsep dasar oklusi ada 3 yaitu
1. Oklusi Seimbang
Oklusi dikatakan seimbang bila tarikan otot-otot pengunyahan antara kanan dan kiri
seimbang. Pada pembuatan gigi tiruan, bila tarikan otot tidak seimbang maka gigi tiruan sulit
stabil di dalam mulut.
2. Oklusi Morfologik
Oklusi dikatakan baik/benar dinilai melalui hubungan antara geligi pada RB dan RA pada
saat gigi tersebut berkontak. Konsep ini hanya menitikberatkan pada segi morfologinya saja.
3. Oklusi Dinamik/Individual/Fungsional
Efektifitas fungsional tak dapat ditentukan oleh hubungan hirroglyphics saja, tetapi ada
keserasian antara komponen yang berperan dalam proses terjadinya kontak antara gigi geligi
tersebut.
Oklusi Gigi Geligi
Hubungan yang ideal pada gigi dapat diartikan pada kondisi morfologi dan fungsional oklusi.
Oklusi normal adalah posisi relatif anteroposterior dari molar pertama gigi permanen yang
digunakan untuk menetapkan hubungan lengkung gigi. Oklusi dikatakan ideal apabila
susunan gigi dalam lengkung rahang teratur dengan baik serta terdapat hubungan yang
harmonis antara gigi rahang atas dengan rahang bawah, hubungan seimbang antar gigi, tulang
rahang, terhadap tengkorak, dan otot sekitarnya yang dapat memberikan keseimbangan
fungsional sehingga memberikan estetika yang baik.
Oklusi Sentrik
Adalah posisi kontak maksimal dari gigi geligipada waktu mandibula dalam keadaan sentrik
yaitu kedua kondisi berada dalam posisi bilateral simetris di dalam fosanya.
Oklusi gigi normal ada 2 yaitu
1. Oklusi statik yaitu hubungan gigi geligi RA dan RB dalam keadaan tertutup atau
hubungan daerah kunyah gigi geligi dalam keadaan tidak berfungsi
2. Oklusi dinamik yaitu hubungan gigi geligi RA dan RB pada saat orang melakukan
gerakan mandibula ke arah lateral/depan
Kontak gigi geligi karena pergerakan mandibula dapat dikalsifikasikan sebagai berikut:
1. ICP : kontak maksimal antara gigi geligi dengan antagonisnya
2. RCP : kontak maksimal antara gigi geligi pada saat mandibula bergerak lebih ke
posterior daro ICP , namun RB masih mampu bergerak secara terbatas ke lateral
3. PCP : kontak gigi geligi saat RB digerakkan ke anterior
4. WSCP : kontak gigi geligi saat RB ke lateral.
Selain di atas pola oklusi akibat gerakan RB dapat dikalsifikasikan sebagai berikut :
1. BBO : bila gigi geligi posterior pada sisi kerja dan sisi keseimbangan, keduanya
dalam keadaan kontak.
2. UBO : bila gigi geligi posterior pada sisi kerja dan sisi keseimbangan tidak kontak
3. MBO : dijumpai kontak ringan/tidak kontak pada gigi geligi anterior, sedang pada
gigi posterior tidak kontak
4. Tidak dapat ditetapkan : bila tidak dapat dikelompokkan dalam klasifikasi di atas.
PERTANYAAN
1. Apakah setelah RCP rahang masih dapat digerakkan ke posisi lebih posterior?
2. Pada keadaan normal tanda ada pergerakan rahang oklusi umumnya terjadi kontak
gigi geligi RA dan RB yang bagaimana?
3. Hubungan terbanyak antara gigi RA dan RB adalah kontak yang bagaimana? (ICP,
RCP, atau PCP)
4. Pada orang normal pada oklusi terbanyak adalah UBO, BBO, atau MPO?
5. Berapa besar Free way space normal?
6. Gigi-gigi posterior manakah yang mengalami cusp to margin?
7. Gigi-gigi posterior manakah yang mengalami cusp to fossa?
8. Untuk mencapai posisi working side dimana posisi cusp gigi posterior RB?
JAWABAN
3. ICP sebanyak 10 hubungan antara gigi RA dan RB
4. BBO
5. 2-4 mm
6. Pada orang coba perempuan : 14/45, 15/46, 16/47, 17/48, 25/36, 26/37
Pada orang coba laki-laki : 15/46, 16/47, 25/36, 26/37
7. Pada orang coba perempuan : 14/45, 15/46, 16/47, 17/48, 26/37, 27/38
Pada orang coba laki-laki : -
8. Ke arah lateral
PEMBAHASAN
TABEL
Pada hasil percobaan yang dilakukan oleh kelompok kami didapatkan:
Pada pemeriksaan oklusi statik posisi oklusi cups to marginal ridge pada orang coba
perempuan dijumpai cusp fungsional gigi RA dan RB saling bersandar pada posterior
antagonisnya lebih banyak daripada orang coba laki-laki. Namun perbedaannya tidaklah
banyak sedangkan pada posisi oklusi cups to fossa pada orang coba laki-laki tidak dijumpai
adanya cusp to fossa dan cusp fungsional gigi RA dan RB saling bersandar pada fossa
posterior lawannya.
Pada pemeriksaan oklusi sentrik hubungan gigi geligi posterior, pada orang coba
perempuan dijumpai hubungan yang lebih banyak daripada orang coba laki-laki yang
menunjukkan bahwa orang coba perempuan terjadi oklusi sentris.
Pada pemeriksaan overbite dan overjet didaptkan hasil bahwa pada orang coba
perempuan jaraknya lebih kecil daripada orang coba laki-laki baik overjet maupun overbite.
Sedangkan pada pemeriksaan oklusi ideal baik gerakan oklusi sentrik, relasi sentris ke
oklusi sentris, dan pergerakan mandibula ke anterior, pada orang coba tidak terlihat adanya
hambatan yang menunjukkan bahwa oklusi orang coba tersebut normal dan ideal. Dan pada
pemeriksaan ICP, RCP, dan PCP didapatkan hasil gerakan oklusi ICP (kontak maksimal
antara gigi geligi dengan antagonisnya) lebih banyak. Hal ini disebabkan karena gerakan
RCP dan PCP gerakannya lebih terbatas daripada ICP.
Pada pemeriksaan hubungan mandibula terhadap maksila pada pemeriksaan relasi
sentrik jarak gigit saat oklusi dan relasi sentri pada orang coba perempuan lebih kecil
daripada orang coba laki-laki. Sedangkan pada jarak pergeseran dari posisi ICP ke RCP
didapatkan jarak orang coba perempuan lebih besar daripada orang coba laki-laki. Namun
perbedaan jaraknya tidaklah jauh hanya selisih 1 mm. Pada free way space pada orang coba
perempuan dan laki-laki didapatkan jarak antara oklusal gigi premolar RA dan RB yang
masih dalam kondisi normal dengan kisaran 2-4 mm.
Pada pemeriksaan oklusi dinamik pada oklusi geligi pada sisi kerja, pada orang coba
perempuan tidak didapatkan kontak gigi geligi pada saat RB digerakkan ke lateral, namun
pada orang coba laki-laki didaptkan adanya working side contact postion. Begitu pula pada
oklusi geligi pada sisi keseimbangan. Working side contact position pada oklusi dinamink
digunakan sebagai panduan oklusi. Sedangkan untuk pola oklusinya sendiri, orang coba
perempuan pola oklusinya dengan MPO yang menunjukkan adanya kontak ringan/tidak
kontak pada gigi-geligi anterior sedangkan pada gigi posterior tidak kontak. Pada orang coba
laki-laki terlihat pola oklusi dengan BBO yang menunjukkan gigi geligi posterior pada sisi
kerja dan sisi keseimbangan ada kontak. Pola oklusi ini sesuai dengan pemeriksaan oklusi
gigi geligi pada sisi kerja dan keseimbangan yang didapatkan yaitu pada orang coba
perempuan tidak didaptkan keduanya namun pada orang coba laki-laki keduanya dalam
keadaan kontak.
PERTANYAAN
Pada pemeriksaan ICP, RCP, dan PCP didapatkan hubungan terbanyak antara RA dan
RB adalah ICP yaitu 10 hubungan (kontak maksimal antara gigi geligi dengan antagonisnya)
lebih banyak. Sedangkan pada RCP dan PCP didapatkan hubungan sebanyak 6. Hal ini
disebabkan karena gerakan RCP dan PCP gerakannya lebih terbatas daripada ICP.
Oklusi terbanyak pada orang normal adalah Bilateral Balanced Occlusion yaitu bila
gigi geligi posterior pada sisi kerja dan sisi keseimbangan keduanya dalam keadaan kontak.
Selisih antara relasi vertikal posisi istirahat (suatu hubungan rahang atas dimana otot-
otot membuka dan menutup mulut dalam keadaan seimbang yang diukur pada waktu rahang
bawah dalam keadaan istirahat fisiologis.) dengan relasi vertikal oklusi (suatu hubungan
rahang bawah terhadap rahang atas, gigi geligi atau oklusal rim dioklusikan. Relasi vertikal
ini diukur sewaktu gigi dalam oklusi sentrik ) disebut dengan FREE WAY SPACE yang dalam
keadaan normal berkisar antara 2-4 mm. Yang dimaksud dengan FREE WAY SPACE adalah
celah yang terdapat antara rahang atas dan rahang bawah dalam keadaan istirahat yang
merupakan selisih antara relasi vertikal istirahat dan relasi vertikal oklusi.
Gigi posterior yang mengalami cusp to margin yaitu Pada orang coba perempuan :
Pada orang coba perempuan : 14/45, 15/46, 16/47, 17/48, 25/36, 26/37. Pada orang coba laki-
laki : 15/46, 16/47, 25/36, 26/37. Yang menunjukkan bahwa gigi posterial yang paling
banyak mengalami cusp to margin adalah gigi 15/46, 16/47, 25/36, 26/37. Pada orang coba
perempuan yang mengalami cusp to margin lebih banyak daripada orang coba laki-laki.
Sedangkan pada cusp to fossa, Pada orang coba perempuan : 14/45, 15/46, 16/47, 17/48,
26/37, 27/38, dan Pada orang coba laki-laki : tidak ditemukan.
Dasar Teori
Sendi Temporo Mandibula adalah persendian antara RB dan RA. Persendian memiliki
sistem dua persendiaan yaitu persendian antara kondilus mandibula dengan fossa artikularis
yang berada pada pada tulang temporal. Diskus artikularis, yang merupakan jaringan fibrosa
padat, memisahkan ruang sendi menjadi ruang sendi atas dan bawah. Di ruang sendi atas
terjadi gerakan meluncur dan bagian bawah berfungsi sebagai sendi engsel. Selain itu juga
terdapat kapsul ligamen sendi yang membatasi pergerakan sendi ke depan dan ke bawah.
Permukaan sendi dilapisi oleh jaringan ikat fibrosa padat dan a-vaskuler. Hal ini
menyebabkan sendi tidak dapat memikul beban karena tidak dilapisi oleh kartilago hyalin.
Ada 4 otot kunyah uatam, yaitu masseter, temporalis, dan otot pterigoideus lateral dan
medial. Saat berfungsi, komponen-komponen sendi saling bekerja sama.
Pada kedudukan normal dan mulut tertutup, kedudukan kepala kondil berada pada
bagian tengah diskus yaitu bagian yang tipis. Pada proses ini, otot masseter akan berkontraksi
dan meluncurkan kondilus ke posterior. Sedang pada saat proses membuka mulut, diskus
artikularis dan kondiul bersama-sama meluncur ke bawah sepanjang eminensia artikularis
dan diskus artikularis berputar pada kepala kondil ke arah posterior.
PEMBAHASAN
TABEL
Pada hasil percobaan yang dilakukan oleh kelompok kami didapatkan:
Pada pemeriksaan gerakan STM secara palpasi didapatkan gerakan STM pada orang
coba laki-laki dan perempuan adalah tidak ada hambatan sama sekali atau normal.
Sedangkan secara auskultasi didapatkan hasil pada orang coba perempuan terdapat
bunyi clicking. “Clicking” adalah bunyi singkat yang terjadi pada saat membuka atau
menutup mulut, bahkan keduanya. “Clicking” dapat terjadi pada awal, pertengahan, dan akhir
membuka dan menutup mulut. Bunyi “click” yang terjadi pada akhir membuka mulut
menandakan adanya suatu pergeseran yang berat. TMJ ‘clicking’ sulit didengar karena
bunyinya halus, maka dapat didengar dengan menggunakan stetoskop. Sedangkan pada orang
coba laki-laki tidak terdapat bunyi ataupun sakit.
Pada pemeriksaan gerakan mandibula didapatkan jarak maksimal dan waktu
maksimal orang coba laki-laki lebih banyak yaitu dengan jarak 500 mm selama 1 menit 14
detik, sedangkan pada perempuan dengan jarak 450 mm dengan waktu ½ menit. Pada
gerakan mandibula antero posterior, perubahan kondilnya yaitu dari depan lalu ke belakang.
Lalu pada pergerakan lateral, perubahannya yaitu pada saat bergerak ke kanan kondil sebelah
kiri akan terasa menonjol, dan juga sebaliknya. Dan pada koordinasi gerakan, perubahan
kondilnya simetris
Pada pemeriksaan kelelahan pada gerakan mandibula saat menutup mulut didapatkan
waktu maksimal timbul kelelahan selama 1 menit 33 detik, sedangkan dari ½ dari waktu
maksimal + pemijatan adalah 1 menit 40 detik yang menunjukkan bahwa pemijatan dapat
memperlama waktu timbulnya kelelahan. Sedangkan pada saat disinari infra merah timbul
kelelahan pada 1 menit 38 detik. Sinar infra merah juga berguna dalam memperlama waktu
timbulnya kelelahan.
Pada pemeriksaan pengaruh kepala terhadap gerakan mandibula didapatkan jarak
kondil-tragus yang paling besar saat emnunduk dan paling kecil saat menengadah.