Dasar Teori

11
Dasar Teori Oklusi berasal dari kata occlusion, yang terdiri dari dua kata yakni oc yang berarti ke atas (up) dan clusion yang berarti menutup (closing). Jadi occlusion adalah closing up atau menutup ke atas. Dengan demikian pengertian oklusi adalah berkontaknya gigi geligi rahang atas dengan permukaan gigi geligi rahang bawah pada saat kedua rahang tersebut menutup. Oklusi dibentuk oleh suatu sistem struktur yang terintegrasi antar sistem otot-otot mastikasi dan sistem neuromuskular, STM, gigi geligi. Konsep dasar oklusi ada 3 yaitu 1. Oklusi Seimbang Oklusi dikatakan seimbang bila tarikan otot-otot pengunyahan antara kanan dan kiri seimbang. Pada pembuatan gigi tiruan, bila tarikan otot tidak seimbang maka gigi tiruan sulit stabil di dalam mulut. 2. Oklusi Morfologik Oklusi dikatakan baik/benar dinilai melalui hubungan antara geligi pada RB dan RA pada saat gigi tersebut berkontak. Konsep ini hanya menitikberatkan pada segi morfologinya saja. 3. Oklusi Dinamik/Individual/Fungsional Efektifitas fungsional tak dapat ditentukan oleh hubungan hirroglyphics saja, tetapi ada keserasian antara komponen yang berperan dalam proses terjadinya kontak antara gigi geligi tersebut. Oklusi Gigi Geligi

Transcript of Dasar Teori

Page 1: Dasar Teori

Dasar Teori

Oklusi berasal dari kata occlusion, yang terdiri dari dua kata yakni oc yang berarti ke

atas (up) dan clusion yang berarti menutup (closing). Jadi occlusion adalah closing up atau

menutup ke atas. Dengan demikian pengertian oklusi adalah berkontaknya gigi geligi rahang

atas dengan permukaan gigi geligi rahang bawah pada saat kedua rahang tersebut menutup.

Oklusi dibentuk oleh suatu sistem struktur yang terintegrasi antar sistem otot-otot mastikasi

dan sistem neuromuskular, STM, gigi geligi.

Konsep dasar oklusi ada 3 yaitu

1. Oklusi Seimbang

Oklusi dikatakan seimbang bila tarikan otot-otot pengunyahan antara kanan dan kiri

seimbang. Pada pembuatan gigi tiruan, bila tarikan otot tidak seimbang maka gigi tiruan sulit

stabil di dalam mulut.

2. Oklusi Morfologik

Oklusi dikatakan baik/benar dinilai melalui hubungan antara geligi pada RB dan RA pada

saat gigi tersebut berkontak. Konsep ini hanya menitikberatkan pada segi morfologinya saja.

3. Oklusi Dinamik/Individual/Fungsional

Efektifitas fungsional tak dapat ditentukan oleh hubungan hirroglyphics saja, tetapi ada

keserasian antara komponen yang berperan dalam proses terjadinya kontak antara gigi geligi

tersebut.

Oklusi Gigi Geligi

Hubungan yang ideal pada gigi dapat diartikan pada kondisi morfologi dan fungsional oklusi.

Oklusi normal adalah posisi relatif anteroposterior dari molar pertama gigi permanen yang

digunakan untuk menetapkan hubungan lengkung gigi. Oklusi dikatakan ideal apabila

susunan gigi dalam lengkung rahang teratur dengan baik serta terdapat hubungan yang

harmonis antara gigi rahang atas dengan rahang bawah, hubungan seimbang antar gigi, tulang

rahang, terhadap tengkorak, dan otot sekitarnya yang dapat memberikan keseimbangan

fungsional sehingga memberikan estetika yang baik.

Oklusi Sentrik

Adalah posisi kontak maksimal dari gigi geligipada waktu mandibula dalam keadaan sentrik

yaitu kedua kondisi berada dalam posisi bilateral simetris di dalam fosanya.

Oklusi gigi normal ada 2 yaitu

Page 2: Dasar Teori

1. Oklusi statik yaitu hubungan gigi geligi RA dan RB dalam keadaan tertutup atau

hubungan daerah kunyah gigi geligi dalam keadaan tidak berfungsi

2. Oklusi dinamik yaitu hubungan gigi geligi RA dan RB pada saat orang melakukan

gerakan mandibula ke arah lateral/depan

Kontak gigi geligi karena pergerakan mandibula dapat dikalsifikasikan sebagai berikut:

1. ICP : kontak maksimal antara gigi geligi dengan antagonisnya

2. RCP : kontak maksimal antara gigi geligi pada saat mandibula bergerak lebih ke

posterior daro ICP , namun RB masih mampu bergerak secara terbatas ke lateral

3. PCP : kontak gigi geligi saat RB digerakkan ke anterior

4. WSCP : kontak gigi geligi saat RB ke lateral.

Selain di atas pola oklusi akibat gerakan RB dapat dikalsifikasikan sebagai berikut :

1. BBO : bila gigi geligi posterior pada sisi kerja dan sisi keseimbangan, keduanya

dalam keadaan kontak.

2. UBO : bila gigi geligi posterior pada sisi kerja dan sisi keseimbangan tidak kontak

3. MBO : dijumpai kontak ringan/tidak kontak pada gigi geligi anterior, sedang pada

gigi posterior tidak kontak

4. Tidak dapat ditetapkan : bila tidak dapat dikelompokkan dalam klasifikasi di atas.

Page 3: Dasar Teori

PERTANYAAN

1. Apakah setelah RCP rahang masih dapat digerakkan ke posisi lebih posterior?

2. Pada keadaan normal tanda ada pergerakan rahang oklusi umumnya terjadi kontak

gigi geligi RA dan RB yang bagaimana?

3. Hubungan terbanyak antara gigi RA dan RB adalah kontak yang bagaimana? (ICP,

RCP, atau PCP)

4. Pada orang normal pada oklusi terbanyak adalah UBO, BBO, atau MPO?

5. Berapa besar Free way space normal?

6. Gigi-gigi posterior manakah yang mengalami cusp to margin?

7. Gigi-gigi posterior manakah yang mengalami cusp to fossa?

8. Untuk mencapai posisi working side dimana posisi cusp gigi posterior RB?

JAWABAN

3. ICP sebanyak 10 hubungan antara gigi RA dan RB

4. BBO

5. 2-4 mm

6. Pada orang coba perempuan : 14/45, 15/46, 16/47, 17/48, 25/36, 26/37

Pada orang coba laki-laki : 15/46, 16/47, 25/36, 26/37

7. Pada orang coba perempuan : 14/45, 15/46, 16/47, 17/48, 26/37, 27/38

Pada orang coba laki-laki : -

8. Ke arah lateral

Page 4: Dasar Teori

PEMBAHASAN

TABEL

Pada hasil percobaan yang dilakukan oleh kelompok kami didapatkan:

Pada pemeriksaan oklusi statik posisi oklusi cups to marginal ridge pada orang coba

perempuan dijumpai cusp fungsional gigi RA dan RB saling bersandar pada posterior

antagonisnya lebih banyak daripada orang coba laki-laki. Namun perbedaannya tidaklah

banyak sedangkan pada posisi oklusi cups to fossa pada orang coba laki-laki tidak dijumpai

adanya cusp to fossa dan cusp fungsional gigi RA dan RB saling bersandar pada fossa

posterior lawannya.

Pada pemeriksaan oklusi sentrik hubungan gigi geligi posterior, pada orang coba

perempuan dijumpai hubungan yang lebih banyak daripada orang coba laki-laki yang

menunjukkan bahwa orang coba perempuan terjadi oklusi sentris.

Pada pemeriksaan overbite dan overjet didaptkan hasil bahwa pada orang coba

perempuan jaraknya lebih kecil daripada orang coba laki-laki baik overjet maupun overbite.

Sedangkan pada pemeriksaan oklusi ideal baik gerakan oklusi sentrik, relasi sentris ke

oklusi sentris, dan pergerakan mandibula ke anterior, pada orang coba tidak terlihat adanya

hambatan yang menunjukkan bahwa oklusi orang coba tersebut normal dan ideal. Dan pada

pemeriksaan ICP, RCP, dan PCP didapatkan hasil gerakan oklusi ICP (kontak maksimal

antara gigi geligi dengan antagonisnya) lebih banyak. Hal ini disebabkan karena gerakan

RCP dan PCP gerakannya lebih terbatas daripada ICP.

Pada pemeriksaan hubungan mandibula terhadap maksila pada pemeriksaan relasi

sentrik jarak gigit saat oklusi dan relasi sentri pada orang coba perempuan lebih kecil

daripada orang coba laki-laki. Sedangkan pada jarak pergeseran dari posisi ICP ke RCP

didapatkan jarak orang coba perempuan lebih besar daripada orang coba laki-laki. Namun

perbedaan jaraknya tidaklah jauh hanya selisih 1 mm. Pada free way space pada orang coba

perempuan dan laki-laki didapatkan jarak antara oklusal gigi premolar RA dan RB yang

masih dalam kondisi normal dengan kisaran 2-4 mm.

Pada pemeriksaan oklusi dinamik pada oklusi geligi pada sisi kerja, pada orang coba

perempuan tidak didapatkan kontak gigi geligi pada saat RB digerakkan ke lateral, namun

pada orang coba laki-laki didaptkan adanya working side contact postion. Begitu pula pada

oklusi geligi pada sisi keseimbangan. Working side contact position pada oklusi dinamink

digunakan sebagai panduan oklusi. Sedangkan untuk pola oklusinya sendiri, orang coba

perempuan pola oklusinya dengan MPO yang menunjukkan adanya kontak ringan/tidak

Page 5: Dasar Teori

kontak pada gigi-geligi anterior sedangkan pada gigi posterior tidak kontak. Pada orang coba

laki-laki terlihat pola oklusi dengan BBO yang menunjukkan gigi geligi posterior pada sisi

kerja dan sisi keseimbangan ada kontak. Pola oklusi ini sesuai dengan pemeriksaan oklusi

gigi geligi pada sisi kerja dan keseimbangan yang didapatkan yaitu pada orang coba

perempuan tidak didaptkan keduanya namun pada orang coba laki-laki keduanya dalam

keadaan kontak.

PERTANYAAN

Pada pemeriksaan ICP, RCP, dan PCP didapatkan hubungan terbanyak antara RA dan

RB adalah ICP yaitu 10 hubungan (kontak maksimal antara gigi geligi dengan antagonisnya)

lebih banyak. Sedangkan pada RCP dan PCP didapatkan hubungan sebanyak 6. Hal ini

disebabkan karena gerakan RCP dan PCP gerakannya lebih terbatas daripada ICP.

Oklusi terbanyak pada orang normal adalah Bilateral Balanced Occlusion yaitu bila

gigi geligi posterior pada sisi kerja dan sisi keseimbangan keduanya dalam keadaan kontak.

Selisih antara relasi vertikal posisi istirahat (suatu hubungan rahang atas dimana otot-

otot membuka dan menutup mulut dalam keadaan seimbang yang diukur pada waktu rahang

bawah dalam keadaan istirahat fisiologis.) dengan relasi vertikal oklusi (suatu hubungan

rahang bawah terhadap rahang atas, gigi geligi atau oklusal rim dioklusikan. Relasi vertikal

ini diukur sewaktu gigi dalam oklusi sentrik ) disebut dengan FREE WAY SPACE yang dalam

keadaan normal berkisar antara 2-4 mm. Yang dimaksud dengan FREE WAY SPACE adalah

celah yang terdapat antara rahang atas dan rahang bawah dalam keadaan istirahat yang

merupakan selisih antara relasi vertikal istirahat dan relasi vertikal oklusi.

Gigi posterior yang mengalami cusp to margin yaitu Pada orang coba perempuan :

Pada orang coba perempuan : 14/45, 15/46, 16/47, 17/48, 25/36, 26/37. Pada orang coba laki-

laki : 15/46, 16/47, 25/36, 26/37. Yang menunjukkan bahwa gigi posterial yang paling

banyak mengalami cusp to margin adalah gigi 15/46, 16/47, 25/36, 26/37. Pada orang coba

perempuan yang mengalami cusp to margin lebih banyak daripada orang coba laki-laki.

Sedangkan pada cusp to fossa, Pada orang coba perempuan : 14/45, 15/46, 16/47, 17/48,

26/37, 27/38, dan Pada orang coba laki-laki : tidak ditemukan.

Page 6: Dasar Teori

Dasar Teori

Sendi Temporo Mandibula adalah persendian antara RB dan RA. Persendian memiliki

sistem dua persendiaan yaitu persendian antara kondilus mandibula dengan fossa artikularis

yang berada pada pada tulang temporal. Diskus artikularis, yang merupakan jaringan fibrosa

padat, memisahkan ruang sendi menjadi ruang sendi atas dan bawah. Di ruang sendi atas

terjadi gerakan meluncur dan bagian bawah berfungsi sebagai sendi engsel. Selain itu juga

terdapat kapsul ligamen sendi yang membatasi pergerakan sendi ke depan dan ke bawah.

Permukaan sendi dilapisi oleh jaringan ikat fibrosa padat dan a-vaskuler. Hal ini

menyebabkan sendi tidak dapat memikul beban karena tidak dilapisi oleh kartilago hyalin.

Ada 4 otot kunyah uatam, yaitu masseter, temporalis, dan otot pterigoideus lateral dan

medial. Saat berfungsi, komponen-komponen sendi saling bekerja sama.

Pada kedudukan normal dan mulut tertutup, kedudukan kepala kondil berada pada

bagian tengah diskus yaitu bagian yang tipis. Pada proses ini, otot masseter akan berkontraksi

dan meluncurkan kondilus ke posterior. Sedang pada saat proses membuka mulut, diskus

artikularis dan kondiul bersama-sama meluncur ke bawah sepanjang eminensia artikularis

dan diskus artikularis berputar pada kepala kondil ke arah posterior.

Page 7: Dasar Teori

PEMBAHASAN

TABEL

Pada hasil percobaan yang dilakukan oleh kelompok kami didapatkan:

Pada pemeriksaan gerakan STM secara palpasi didapatkan gerakan STM pada orang

coba laki-laki dan perempuan adalah tidak ada hambatan sama sekali atau normal.

Sedangkan secara auskultasi didapatkan hasil pada orang coba perempuan terdapat

bunyi clicking. “Clicking” adalah bunyi singkat yang terjadi pada saat membuka atau

menutup mulut, bahkan keduanya. “Clicking” dapat terjadi pada awal, pertengahan, dan akhir

membuka dan menutup mulut. Bunyi “click” yang terjadi pada akhir membuka mulut

menandakan adanya suatu pergeseran yang berat. TMJ ‘clicking’ sulit didengar karena

bunyinya halus, maka dapat didengar dengan menggunakan stetoskop. Sedangkan pada orang

coba laki-laki tidak terdapat bunyi ataupun sakit.

Pada pemeriksaan gerakan mandibula didapatkan jarak maksimal dan waktu

maksimal orang coba laki-laki lebih banyak yaitu dengan jarak 500 mm selama 1 menit 14

detik, sedangkan pada perempuan dengan jarak 450 mm dengan waktu ½ menit. Pada

gerakan mandibula antero posterior, perubahan kondilnya yaitu dari depan lalu ke belakang.

Lalu pada pergerakan lateral, perubahannya yaitu pada saat bergerak ke kanan kondil sebelah

kiri akan terasa menonjol, dan juga sebaliknya. Dan pada koordinasi gerakan, perubahan

kondilnya simetris

Pada pemeriksaan kelelahan pada gerakan mandibula saat menutup mulut didapatkan

waktu maksimal timbul kelelahan selama 1 menit 33 detik, sedangkan dari ½ dari waktu

maksimal + pemijatan adalah 1 menit 40 detik yang menunjukkan bahwa pemijatan dapat

memperlama waktu timbulnya kelelahan. Sedangkan pada saat disinari infra merah timbul

kelelahan pada 1 menit 38 detik. Sinar infra merah juga berguna dalam memperlama waktu

timbulnya kelelahan.

Pada pemeriksaan pengaruh kepala terhadap gerakan mandibula didapatkan jarak

kondil-tragus yang paling besar saat emnunduk dan paling kecil saat menengadah.